GALLANT IMPACT, Chapter 28
Chapter 28: Prank on friends
Sekitar 19 detik menunggu,
barulah video call itu di-accept
Melody, dan Ricky pun menyambut kekasihnya dengan senyum.
Melody: Hai sayang, ada apa nih kamu
pagi-pagi nelpon?
Ricky: Ya gak ada apa-apa, heheh.
Ahahaha.
Pemuda ini tak kuasa menahan tawa
melihat wajah kekasihnya yang menurutnya terlihat lucu karena sepertinya baru
bangun tidur, dan tanpa makeup.
Melody mengernyitkan alis sebentar, dan langsung memasang raut wajah cemberut.
Melody: Hmmm, pasti kamu
ngetawain wajah aku karena baru bangun tidur kan?
Ricky: Iya, kok kamu tahu, hahahah.
Melody: Ih, kalau kamu nelpon
cuma untuk begini, mending aku tutup telpon deh.
Mendengar perkataan kekasihnya
yang mengancam, Ricky berhenti tertawa dan buru-buru bicara.
Ricky: Eh, jangan dong Melon,
maaf. Aku cuma mau melihat muka kamu apa adanya, dan karena muka kamu lucu
makanya aku gak bisa nahan untuk tertawa. Maaf ya sayang, jangan ngambek please.
Beberapa detik berselang, Melody perlahan
mulai tersenyum, Ricky pun balas tersenyum padanya.
Ricky: Nah gitu dong, kamu tambah
manis kalau tersenyum.
Melody: Ahaha, pagi-pagi kamu
udah gombal aja.
Ricky: Heheh, spontan aja sih
barusan. Jadi beneran kamu baru bangun?
Melody: Iya sayang, aku memang
biasa bangun jam segini. Kamu juga biasa bangun jam segini ya?
Ricky: Enggak sih, biasanya aku
sekitar 20 menit-an lagi baru bangun.
Melody: Hmm gitu, terus kamu kok
masih mengenakan pakaian kerja? Semalam kamu gak ganti pakaian sebelum tidur?
Ricky: Iya sayang, soalnya aku capek
banget tadi malam, makanya begitu sampai sini aku langsung bobo.
Melody: Jangan sering-sering ya sayang,
nanti badan kamu bisa gatal-gatal karena kelamaan pakai satu baju tanpa diganti.
Secapek apapun, sempatkan diri untuk ganti pakaian.
Ricky: Iya, enggak akan sering
kok Imel.
Melody: Yaudah, kamu sekarang
buruan mandi deh, sebelum badan kamu terasa gatal. Aku juga mau masak dulu.
Sekarang aku tutup telpon dulu ya.
Ricky mengangguk, dan Melody melakukan
kiss gesture sebelum menutup video call itu. Setelah pembicaraan
mereka berakhir, Ricky meregangkan badan sejenak kemudian bersiap untuk
mengantri giliran mandi di kamar mandi lantai 1 tempat kos.
~---------------------0-O-0---------------------~
Waktu istirahat pertama di
sekolah Tunas Bangsa digunakan Michelle dan teman-temannya untuk pergi ke
kantin, dan seperti biasa beberapa pasang mata cowok melirik pada Shani dan
Shania. Yupi dan Michelle pergi memesan makan sedangkan kedua gadis itu bergabung
dengan Gaby dan Hanna yang sudah lebih dulu duduk pada meja yang dapat
ditempati 6 orang.
Gaby: Hihihi, kalian berdua
kayaknya ditatapi beberapa cowok deh.
Shania: Biarin aja Gab, kan
mereka tidak mengganggu kami.
Hanna: Memangnya kalian gak bosan
ya, ditatapi terus oleh beberapa cowok yang sama, gak ada yang lain.
Shani: Ahaha, untuk hal apa kami
harus bosan? Kan mereka anak-anak basket, jadi kami harusnya bangga dong.
Gaby: Loh, bangga bagaimana sih
maksudnya?
Shania: Gini loh Gab, maksud
Shani adalah, biasanya anak-anak basket kan jarang melirik cewek di sekolah
ini, jadi karena mereka melirik aku dan Shani, itu kan kebanggaan tersendiri
buat kami, hihi.
Shani mengangguk sambil tersenyum
menyetujui perkataan Shania, kemudian Yupi dan Michelle yang sudah selesai
memesan makan pun bergabung dengan empat gadis itu.
Michelle: Hai, lagi ngomongin apa
nih kalian?
Hanna: Itu loh Chel, mereka
ngebahas soal cowok-cowok ekskul basket.
Yupi: Memangnya kenapa dengan cowok-cowok
itu?
Shania: Biasa dong Yup, soal
mereka yang melirik aku dan Shani. Kami kan cantik bagaikan bunga.
Yupi: Idih, bunga apa sih Shan?
Bunga Rafflesia?
Shania yang mendengar perkataan
Yupi pun geram dan menggelitikinya, Shani dan yang lain tertawa melihat mereka.
Setelah beberapa detik Shania berhenti menggelitiki Yupi.
Shania: Huh, sirik aja kamu Yup.
Yupi: Hehe, aku gak sirik kok,
habisnya kamu kan gak bilang jelas bunga apa.
Shania: Yaudah, aku dan Shani
bagaikan bunga mawar. Sudah puas kan, Yup.
Yupi: Hmm, bunga itu kan berduri,
berarti kamu dan Shani...
Shania hendak menggelitiki Yupi
lagi, namun gadis berponi itu segera memberi tanda ‘peace’ dengan tangannya
sehingga Shania tidak jadi menggelitikinya. Teman-teman mereka tertawa ringan
mendengar percakapan tadi, lalu Michelle memulai pembicaraan mengenai hal lain.
Michelle: Oh iya, kak Shania,
hari ini adalah hari pembagian rapor bulanan kan?
Shania: Eh iya Chel, memang hari
ini. Aku deg-degan deh takut nilai-nilaiku turun.
Shani: Sama, aku juga. Aku rasa
nilai Matematika-ku merah deh, soalnya ulangan waktu itu aku mengerjakan
beberapa soalnya dengan cara yang salah.
Yupi: Eh, bukannya di ulangan
Matematika itu yang penting jawabannya benar kan?
Hanna: Yup, kamu kayak gak tahu
aja sifat gurunya, dia lebih mementingkan cara pengerjaan soal, jadi kalaupun
jawaban benar, akan dinilai setengah kalau cara pengerjaannya tidak sesuai yang
dia minta pada soal.
Gaby: Andai aja guru itu mengajar
semua kelas 1, bukan cuma kelas 10 A dan 10 B.
Hanna: Kenapa kamu bilang gitu,
Gab?
Gaby: Gini loh Han, guru
Matematika di kelas 10 C, 10 D, dan 10 E kan lebih baik, dan dia kadang-kadang
memberi tambahan nilai dengan membahas soal di buku paket.
Shania: Kok kamu bisa tahu sih,
Gab?
Gaby: Ya ampun Shania, kamu lupa
ya kalau Della pernah cerita soal guru Matematika di kelas dia.
Shania: Oh, Della dari kelas 10 C
ya? Memangnya kapan dia cerita soal guru Matematika?
Gaby: Ckckck, waktu itu kan dia
ikut kita mampir ke rumahnya Michelle.
Michelle: Memangnya kapan, kak
Gaby? Kok aku gak pernah dengar soal itu?
Gaby: Aduh Chel, kamu jangan
ketularan pikunnya ketua kelas kamu, Della kan baru sekali ke rumah kamu, dan waktu
itu kamu lagi main dengan Richard di luar jadi tentu kamu gak tahu dong.
Yupi: Emm Gab, waktu itu aku dan
Michelle lempar frisbee untuk
ditangkap Richard kan?
Gaby: Nah, kamu benar Yup.
Shania: Oh iya, aku baru ingat,
hehe. Waktu itu Della juga bilang nilainya 100 karena ditambah oleh guru itu
kan? Tapi nilai awalnya berapa ya, aku lupa.
Gaby: Iya, itu dia Shan. Nilai
awalnya Della udah 80, dan dia menjawab soal dari guru di papan tulis sebanyak
empat kali, jadinya ditambah 20 deh nilainya hingga jadi 100.
Yupi: Wah, aku mau dong pindah ke
kelas 10 C.
Hanna: Huuuu, mana bisa Yup.
Murid-murid lain juga pasti mau pindah kelas kalau bisa, ckckck.
Yupi cengengesan, dan mereka pun
tertawa ringan. Setelah itu seorang pegawai kantin menghidangkan makanan
pesanan mereka, maka pembicaraan itu pun ditunda untuk dilanjutkan sehabis
makan.
~---------------------0-O-0---------------------~
Waktu istirahat di universitas
Patmangin tiba, Ricky sampai di kantin Gedung Utara dan hendak menemui
kekasihnya, kemudian ia melihat Melody sedang asyik mengobrol bersama Amelia,
Fita, dan Clara. Maka ia tidak mau mengganggu dan memilih bergabung dengan
Jonathan dan Agus yang sedang mengobrol dengan Edric.
Ricky: Hoi, lagi ngomongin apa
nih kalian?
Jonathan: Ini Ky, gue lagi
ngebahas pertandingan liga Champions.
Edric: Betul, dan Jo baru saja
beritahu gue kalau tim favorit gue bakal tanding dengan tim favorit elu Ky.
Ricky: Haha, kok elu baru tahu
sih Ed, kan hasil drawingnya udah
sekitar seminggu lalu.
Edric: Ckck, gue kebetulan lagi bokek
seminggu belakangan, jadi belum beli paket internet lagi yang udah habis
sekitar 10 hari lalu.
Ricky: Lah, kan elu bisa nonton acara
seputar olahraga di TV kalau mau tahu hasil
drawing itu.
Edric: Elu kayak gak tahu gue
aja, Ky.
Ricky: Emangnya elu kenapa, Ed?
Edric: Widih, bener-bener deh
elu, mulai lupa teman. Bang Agus, kasih tahu si Ricky soal yang tadi saya
bilang.
Ricky: Haha, emang apaan sih?
Agus: Begini, den Ricky, tadi den
Edric bilang kalau dia biasanya tidak akan menonton TV jika sudah lewat jam 11
malam.
Jonathan: Dan itu kan waktunya
dimana ada acara seputar olahraga di beberapa stasiun televisi, Ky.
Ricky: Oh iya, gue paham.
Edric: Ah, elu sih pacaran mulu
Ky, jadinya lupa sama teman.
Ricky: Yaelah Ed, itu gak ada
kaitannya keles, bisa aja kan gue mulai agak lupa kebiasaan teman-teman SMA gue
karena efek kecelakaan bulan lalu. Jadinya kadang lupa deh.
Edric: Hmm, mungkin juga sih,
yaudah elu mau prediksi skornya berapa?
Ricky: Ckckck Ed, pertandingannya
masih dua minggu lagi. Nanti kalau udah dekat, baru kita bicarain lagi.
Edric: Okelah, kalau gitu kita
pesan makan dulu deh, mumpung Jonathan lagi mau traktir.
Jonathan: Eh buset, gue kan cuma
mau traktir elu, Ed.
Edric dan Agus terkekeh ringan
mendengar perkataan Jonathan, lalu Ricky pun merespon.
Ricky: Hahah, tenang aja Jo, gue
gak minta traktir makan kok, tapi traktir minum boleh kan?
Jonathan: Hmm, yaudah deh, tapi
elu yang pesenin buat gue, Edric, dan bang Agus.
Ricky: Hhh.... okelah, gue pergi
pesan dulu.
Maka Ricky pun beranjak dari
bangkunya dan hendak memesan makanan serta minuman, ia sempat berpapasan dengan
jarak dua meter dari meja tempat kekasihnya berada, mereka berdua pun saling
melambaikan tangan dan tersenyum. Ricky agak heran melihat meja itu kosong,
keempat gadis itu tidak atau mungkin belum memesan makan. Maka ia hendak
menanyakan itu nanti.
Setelah memesan makan dan minum
untuk dirinya beserta Edric, Agus, dan Jonathan, Ricky pun menghampiri meja
tempat kekasihnya mengobrol bersama 3 gadis lain.
Ricky: Hoi, kalian tumben gak
pesan makan.
Keempat gadis itu pun
menghentikan obrolannya yang tidak dimengerti oleh Ricky, dan raut wajah mereka
berempat sama-sama terkejut.
Amelia: Oh iya, sampai lupa
jadinya. Clara sih tadi ngajak ngobrol duluan.
Clara: Ih, malah nyalahin aku,
kan kamu yang ngajak ke kantin.
Fita: Hihi, udah-udah jangan
berantem.
Melody: Hehe, makasih ya sayang,
udah ngingetin makan.
Ricky: Iya Melon, memangnya kamu
gak merasa lapar?
Melody: Sedikit sih, soalnya tadi
sebelum berangkat kan aku sudah makan roti dulu.
Ricky: Oke kalau begitu, biar aku
yang pesanin untuk kamu ya.
Melody mengangguk sambil
tersenyum pada Ricky, kemudian Amelia yang duduk di sampingnya pun menimpali,
begitu juga Clara dan Fita.
Amelia: Eh Ricky, sekalian dong pesanin
untuk aku.
Clara: Aku juga dong.
Fita: Emm.... pesanin buat aku
juga ya, Ricky.
Ricky: Buset, boleh aja sih, tapi
kalian bertiga jangan pesan makan yang berbeda-beda ya.
Amelia: Enggak kok Ricky,
palingan cuma minum kami yang berbeda-beda.
Mendengar ucapan Amelia, Ricky
pun menepuk keningnya sendiri dengan tangan kirinya dan mengundang tawa bagi
keempat gadis itu. Setelah itu Melody dan tiga mahasiswi lain di meja itu
memberitahu makanan pesanan mereka, serta minuman masing-masing. Ricky pun berlalu
setelah mengecup pipi kiri kekasihnya. Kemudian keempat gadis itu melanjutkan
obrolan mereka yang tadi terhenti sejenak.
Selesai memesan makan dan minum
untuk empat mahasiswi, Ricky pun kembali ke meja tadi dan melihat Jonathan,
Edric, serta Agus baru saja mau memulai makan. Makanan dan minuman yang tadi
dipesan Ricky rupanya sudah ada di meja.
Ricky: Wow, cepat juga ya makanan
dan minumannya datang.
Jonathan: Cepat apaan Ky, biasa
aja kok.
Edric: Elu yang kelamaan balik ke
sini, Ky. Sempat-sempatnya pacaran dulu.
Ricky: Hehe, kok elu sensi banget
sih Ed, nyinggung soal gue pacaran terus. Sirik aja.
Agus: Wajar aja den Ricky, si den
Edric kan jomblo.
Edric: Yaelah bang Agus, situ
juga jomblo.
Agus: Iya, tapi saya kan gak me-musingin
soal status jomblo, den, heheh.
Edric: Ckckck, saya juga gak
buru-buru cari pacar kok, bang.
Ricky: Haha, makanya Ed, kalau
memang begitu elu gak usah kelihatan sirik.
Edric: Iya deh, sekarang yuk kita
makan dulu.
Mereka berempat pun memulai makan
pagi, dan Edric yang duluan selesai makan disusul Ricky belasan detik kemudian.
Edric pun membuka pembicaraan setelah meneguk teh manis dingin-nya hingga
tersisa setengah gelas.
Edric: Jadi gimana, Ky? Elu
prediksikan skor-nya nanti berapa?
Ricky: Haduh, udah gue bilang
tadi, nanti aja kalau udah dekat.
Edric: Setelah gue pikir ulang, gak
bisa, Ky, ini menyangkut harga diri!
Ricky: Harga diri apaan?
Edric: Harga diri gue sebagai
fans dari klub sepakbola dari negara Prancis!
Jonathan: Yaelah, lebay amat lu
Ed. Lebih elit dong klub sepakbola favorit gue yang dari negara Italia.
Edric: Hehehe Jo, bercanda doang
kok barusan. Jadi Ky, coba prediksikan skor-nya.
Ricky: Hmm... menurut gue,
mungkin aja pertandingan pertama di Paris skornya kacamata, alias hasilnya
imbang tanpa gol.
Edric: Hah? Elu gak prediksikan
tim favorit elu menang?
Ricky: Elu gimana sih, kan cuma
prediksi, artinya gue tentu berharap tim favorit gue menang dong.
Edric: Oh iya, hehehe.
Ricky: Woooo, dasar kampret. Elu
sendiri gimana Ed?
Edric: Nah, kalau gue prediksikan
tim favorit gue menang 3-1, dan satu gol dari tim favorit elu dicetak striker terbaiknya. Sedangkan tiga gol
dari tim favorit gue dicetak masing-masing satu pemainnya, entah itu striker atau midfielder.
Ricky: Hahah, terserah elu deh.
Jadi, ada taruhan atau enggak?
Edric: Eits, kalau big match seperti ini sih, pastinya
dong, tapi nanti aja kalau udah dekat baru kita bicarain taruhannya apa.
Ricky: Yaudah, gue cabut dulu ya.
Ricky berpamitan pada mereka
bertiga, kemudian seperti biasa ia mengantar Melody ke kelas terlebih dulu
sebelum ia sendiri balik ke kelasnya.
~---------------------0-O-0---------------------~
Sore hari yang mendung, Ricky
sedang berada di kedai Pak Jono. Anthony dan Sally yang duduk semeja dengannya
pun buka suara mengenai langit yang berawan gelap.
Anthony: Ky, bentar lagi kayaknya
mau hujan nih.
Ricky: Waduh, iya juga Ton.
Sally: Hmm, mending kita makan
mie rebus aja, biar cepat selesai dan kita bisa balik ke hotel sebelum hujan.
Gimana?
Ricky: Oke deh, aku setuju mbak.
Anthony: Berarti kuah mie-nya
sedikit aja dong, mbak?
Sally: Iya dong, memangnya kamu
mau kehujanan daripada dapat kuah mie banyak?
Anthony: Hehe, enggak sih mbak.
Sally: Yaudah, kalian tunggu
disini, biar aku yang pesanin.
Ricky: Gak sekalian traktir,
mbak?
Sally: Itu sih mau kalian.
Sally pun memeletkan lidah pada
kedua pemuda itu yang menanggapi dengan tertawa, lalu ia beranjak pergi memesan
makan pada Pak Jono. Beberapa menit berselang mie rebus untuk mereka bertiga
pun dihidangkan salah seorang pegawainya Pak Jono. Mereka sengaja tidak memesan
minum, karena di hotel bisa minum air putih dari dispenser.
Selesai makan, mereka bertiga dan
juga pelanggan-pelanggan lainnya di kedai itu mendengar suara gemuruh dari
langit, pertanda hujan bisa segera turun. Ricky, Anthony, dan Sally pun
meninggalkan kedai Pak Jono setelah membayar. Di luar kedai rintik-rintik hujan
mulai turun, mereka bertiga agak tergesa-gesa menuju kembali ke pintu masuk
hotel. Akhirnya mereka bertiga sampai setelah terkena puluhan rintik air hujan.
Untungnya pakaian mereka tidak terlalu basah, maka mereka kembali melanjutkan
pekerjaan.
~---------------------0-O-0---------------------~
Esok harinya yaitu hari Sabtu,
saat Ricky sedang makan di kantin sendiri dikarenakan Melody duduk semeja
dengan Amelia, Fita, dan Clara pada sebuah meja di dekatnya, ia mendengar bunyi
dari smartphone di saku celananya. Artinya ada SMS masuk, dan Ricky pun hampir
menyelesaikan makan maka ia tidak mengeceknya dulu. Tepat saat ia menyelesaikan
makan pagi itu, ada sekali lagi bunyi yang menandakan SMS lain hinggap. Sambil
mengunyah makanan dari sesendok terakhir, Ricky mengeluarkan smartphone di saku
celananya dan membaca dua SMS yang ternyata berasal dari mbok Ijah, pembantu di
rumahnya.
Wajah Ricky mendadak murung
setelah melihat SMS di handphone-nya, Melody yang menyadari itu pun bertanya
pada kekasihnya.
Melody: Sayang, kenapa kamu?
Ricky: Eh Melon, enggak apa-apa
kok.
Mengetahui kalau kekasihnya pasti
bohong dari nada bicaranya, maka Melody pindah duduk ke samping Ricky,
sementara tiga mahasiswi lainnya tetap mengobrol.
Melody: Kalau enggak ada apa-apa
kenapa kamu tiba-tiba kelihatan sedih? Ayo, bilang saja padaku, kali aja aku
bisa bantu.
Ricky: Ini... aku barusan dapat
SMS dari mbok Ijah, katanya Michelle kemarin malam nangis.
Melody: Hah? Adik kamu nangis
karena apa, sayang?
Ricky: Aku gak tahu, soalnya mbok
Ijah bilang dia juga tidak tahu penyebabnya. Nanti sehabis kerja aku mau ke
sana deh, mbok Ijah udah bilang pada si detektif agar ngizinin aku ke rumah.
Melody: Aku ikut ya, sayang.
Ricky: Eh, memangnya kamu gak ke
butik hari ini?
Melody: Ada kok, nanti kamu
jemput aku di sana ya, sekitar jam setengah 4 sore. Boleh kan aku ikut ke rumah
kamu?
Ricky: Ya boleh dong, jangankan
ke sana, ke taman hati aku juga boleh, hehehe.
Mendengar gombalan kekasihnya,
Melody mencubit pelan lengan Ricky sambil tersenyum. Kemudian Amelia yang tadi sempat
mendengar kata ‘detektif’ pun mengernyitkan alis dan bertanya.
Amelia: Ricky, maksud kamu apa
soal detektif yang ngizinin kamu ke rumah?
Clara dan Fita juga mengikuti
Amelia menatap Ricky dengan penuh tanda tanya, sehingga membuat Ricky bingung.
Mereka tidak terlalu mendengar jelas pembicaraan Ricky dan Melody tadi karena
mereka masih asyik mengobrol, namun pertanyaan Amelia pada Ricky sukses membuat
Clara dan Fita diliputi rasa penasaran juga.
Ricky: Eh... Itu...
Melody jelas merasa kalau Ricky bingung,
maka ia yang menjawab pertanyaan itu.
Melody: Maksudnya Ricky tadi,
Michelle suka mengajak teman-teman sekolahnya yang mampir ke rumahnya main
detektif-detektifan, dan kadang pembantunya juga ikut. Karena Michelle dan
teman-temannya sebagai detektif sering menganalisis kasus pembunuhan, jadi
orang luar biasanya gak diizinin masuk TKP-nya yang ada di area rumah.
Amelia, Fita, dan Clara
memanggut-manggut, dan mereka kembali melanjutkan obrolan. Sementara Ricky
berbisik-bisik dengan Melody sambil menggenggam tangan kanan kekasihnya itu.
Ricky: Makasih ya sayang, kamu
bisa menjaga rahasia soal aku yang diusir dari rumah.
Melody: Iya, aku tadi berpikir
kalau kamu pasti gak mau Amelia mengetahui itu kan? Memangnya kenapa?
Ricky: Ya gak apa-apa sih, aku cuma
merasa tidak semua teman-teman SMA-ku perlu tahu itu, aku hanya memberitahu
beberapa dari mereka, contohnya Jonathan.
Melody: Hmm... selain Jonathan,
Akicha juga pasti tahu kan?
Ricky: Tentu dia tahu, bahkan
sebelum jadi kekasihku, tapi kamu gak cemburu kan?
Melody: Hihi, enggak lagi kok.
Ricky: Enggak lagi? Berarti
pernah kan?
Melody: Kasih tahu gak ya....
Ricky: Haha, aku anggap itu benar
deh. Jadi kamu sekarang gak cemburuan lagi kan?
Melody mengangguk pelan, kemudian
Ricky mencium tangan kanannya. Mereka bertatapan sejenak setelah itu, dan
tiba-tiba mendengar suara deheman sehingga pasangan itu pun menoleh.
Amelia: Hello... waktu istirahat
udah mau habis nih.
Ricky: So what gitu loh, aku gak ada kuliah lagi kok.
Amelia: Eh, memangnya ini hari
apa sih?
Clara: Ya ampun Amel, hari ini
adalah hari Sabtu, kamu pikir hari apa?
Amelia: Kupikir hari ini.... hari
Kamis.
Mendengar itu membuat Ricky,
Melody, Fita, dan Clara tertawa, sehingga Amelia memanyunkan bibir. Kemudian
Ricky dan Melody pergi duluan dari kantin itu karena tiga mahasiswi itu masih
mau mengobrol sekitar 10 menit lagi. Ricky mengantarkan Melody ke butik dulu
barulah ia pergi ke hotel tempatnya bekerja.
~---------------------0-O-0---------------------~
Sore hari itu, di rumahnya
Michelle sedang mengerjakan PR pada tempat tidur, sambil melamun sebentar
ketika pintu kamarnya diketuk. Michelle mendengar suara pintu itu dibuka, maka
ia pun menoleh dan mendapati Ricky yang baru masuk ke kamarnya.
Michelle: Kakak! Kok tumben
kesini?
Ricky tidak menjawab pertanyaan
adiknya, ia segera duduk di pinggir ranjang dan menatap Michelle.
Ricky: Lele sayang, kamu kenapa
murung?
Michelle: Enggak kok Kak, aku
cuma lagi ngerjain PR yang susah.
Ricky pun melihat sekilas pada
buku tulis adiknya, dan ia langsung bisa tahu kalau PR itu sudah hampir
selesai, dia ingat kalau Michelle tidak pernah kesulitan mengerjakan PR
pelajaran Kimia itu.
Ricky: Kamu jangan bohong sama
Kakak, soalnya Kakak diberitahu mbok Ijah kalau kamu tadi malam nangis. Ada
apa, cerita sama Kakak.
Dengan enggan Michelle pun
memberitahu Ricky, mengenai hari kemarin yaitu hari pembagian rapor bulanan.
Michelle mendapat peringkat 1 di kelasnya, 10 A. Padahal biasanya ia tidak pernah
mendapat peringkat 10 besar di kelas, jadi murid-murid lain di kelasnya banyak
yang curiga padanya dan menganggap dia menyontek, Michelle dapat mendengar
beberapa murid cewek yang berbisik-bisik soal dia.
Michelle: Aku kemarin juga
disenggol dengan sengaja oleh mereka yang tidak suka kalau aku jadi juara 1,
sewaktu aku mau ke kantin di waktu istirahat kedua.
Ricky: Hmm, yang nyenggol kamu
murid cewek atau cowok?
Michelle: Murid cewek kok Kak,
murid-murid cowok di kelasku kan tidak pernah ada yang masuk 10 besar jadi
mereka mungkin tidak memusingkan siapa yang juara 1. Memangnya kenapa Kak?
Ricky: Ya... biar Kakak bisa
olahraga tangan sedikit.
Michelle: Ih, Kakak jangan begitu
deh, murid-murid cowok di kelasku gentle
semua kok, gak kasar pada cewek.
Ricky: Hmm, yaudah, jadi kamu
semalam nangis karena itu?
Michelle: Iya Kak, aku takut di-bully oleh mereka lagi, untungnya hari
ini tidak, karena aku tadi ditemani kak Shania ke kantin.
Ricky: Kakak tanya deh sama kamu,
biasanya kamu di kelas cuma peringkat 20 besar ya?
Michelle: Betul Kak, tapi sejak
awal tahun ini aku sering belajar ekstra karena aku ingin dapat peringkat 10
besar.
Ricky: Kalau boleh Kakak tahu,
kenapa kamu ingin dapat peringkat 10 besar? Apakah ada hal yang memotivasi
kamu?
Michelle: Emm.... ada sih Kak,
semester 1 lalu kan peringkat 10 besar ada Yupi, Shani, dan kak Shania, tapi peringkatku
di 20 besar. Jadi aku dengar beberapa murid cowok di kelas sepertinya mengejek
aku, lantaran aku berteman dekat dengan Yupi, Shani, dan kak Shania tapi aku
tetap tidak naik peringkat.
Ricky: Kakak senang kamu bisa
termotivasi seperti itu, dan kalau tuduhan para murid cewek itu tidak benar,
kamu jangan hiraukan ya.
Michelle: Tapi Kak, aku merasa
gak enak karena peringkat 1 sebelumnya adalah salah satu murid cewek yang
kemarin nyenggol aku.
Ricky: Maka dari itu, kamu
pertahankan terus peringkat 1 di kelas, biar mereka nanti lambat laun tidak
mengejek atau menuduh kamu nyontek lagi. Kamu pasti bisa kok.
Michelle mengangguk menyetujui
perkataan Ricky barusan, lalu Ricky kembali bicara.
Ricky: Yasudah, sekarang Kakak
mau pulang ya, sekalian ngantar Melody pulang, takutnya dia kelamaan nunggu di
ruang tamu.
Michelle: Eh, kak Melody ada
disini?
Ricky: Iya, dia ikut kesini tadi,
Kakak minta dia nunggu di ruang tamu sama mbok Ijah.
Kemudian mereka berdua keluar
dari kamar itu dan berjalan menuju ruang tamu. Saat tiba di ruang tamu, Michelle
menyapa Melody yang membalasnya dengan tersenyum. Ricky pun heran melihat
Richard seperti sedang mengunyah sesuatu dan tidak mendapati mbok Ijah di ruang
tamu.
Ricky: Mel, mbok Ijah kemana?
Melody: Mbok Ijah udah ke dapur,
sayang, buat menyiapkan makan malam.
Michelle: Kak Mel, itu Richard
lagi ngunyah apa?
Melody: Oh, itu loh.
Melody menunjuk sebuah piring
berisi biskuit yang terletak di meja ruang tamu itu. Ricky pun tertawa
mengetahui anjing husky itu sedang
makan biskuit.
Ricky: Hahah, Richard emang rakus
deh, tiap ada biskuit pasti dia minta.
Michelle: Richard pasti minta
pada kak Mel kan? Kalau mbok Ijah pasti gak akan kasih biskuitnya.
Melody: Iya, tadi Richard
ngelihatin aku terus pas lagi makan biskuit dan mbok Ijah udah ke dapur,
tatapannya seperti meminta jadinya aku kasih aja deh. Memangnya kenapa, Richard
sebenarnya gak boleh makan itu ya? Aduh maaf ya, aku gak tahu.
Ricky: Eh, bukan kok sayang,
Richard cuma gak boleh banyak makan makanan yang bertepung seperti biskuit itu.
Gak apa-apa kok kalau udah terlanjur, kamu cuma kasih satu kan?
Melody mengangguk, kemudian Ricky
menatap anjing peliharaannya yang sudah selesai mengunyah biskuit.
Ricky: Richard, lain kali jangan
gitu ya, kamu harus ingat kalau kamu gak boleh makan makanan bertepung
banyak-banyak.
Anjing itu menggonggong
mengiyakan nasehat Ricky, dan Ricky pun tersenyum sambil mengelus kepala
Richard. Sehabis itu Ricky dan Melody pamit pada Michelle, Ricky mengantar
Melody pulang sebelum ia sendiri pulang ke tempat kosnya.
~---------------------0-O-0---------------------~
Di hari Minggu ketika selesai
shift kerja, Ricky sedang berada di toilet hendak berganti pakaian ketika ia mendapat
pesan LINE dari kekasihnya dan saat dilihat ternyata adalah sebuah foto yang
menyertai pesannya.
Melody: Hai sayang, nih aku punya
foto penyemangat buat kamu, biar mengurangi rasa lelah kamu hihi.
Ricky tersenyum melihat foto
kekasihnya itu, ia pun segera membalas pesan.
Ricky: Sayang, ini foto kamu kapan
diambilnya?
Melody: Barusan, Frieska yang
motret aku, kenapa memangnya?
Ricky: Gak kenapa-kenapa sih,
cuma kok kayaknya satu foto kurang deh buat mengurangi rasa lelahku sehabis
kerja, hehe. Jadi kasih foto kamu lagi dong.
Melody: Hihi, gak mau ah, biar
kamu kangen.
Ricky: Yaaaahh, pelit deh kamu.
Melody: Biarin, hihi. Nanti kamu
hati-hati ya pulangnya, soalnya aku lihat berita di TV ada kecelakaan lalu
lintas di jalan yang biasa kamu lewatin untuk pulang, kejadiannya tadi pagi
menjelang siang.
Ricky: Ok, aku pasti akan berhati-hati,
sayang. Sekarang aku on the way to home.
I Love You.
Melody: I Love You too.
Ricky menyimpan smartphone-nya di
saku celana lalu berganti pakaian di salah satu bilik toilet, setelah itu ia
menuju parkiran motor dan melajukan motornya pulang ke tempat kos. Saat sampai,
dilihatnya suasana ruang tamu sepi, maka ia langsung masuk kamarnya dan duduk
di sofa.
Semenit kemudian ia merasa bosan,
maka dikeluarkannya smartphone dari saku celananya dan membuka internet browser. Beberapa menit browsing, ia lalu beralih membuka facebook untuk melihat apakah ada kabar
baru dari teman-teman SMA-nya.
Beberapa lama kemudian ia mengecek
juga group kelasnya pada facebook, dan melihat ada beberapa
postingan baru dari teman-teman SMA-nya. Tiba-tiba ia berteriak pelan.
Ricky: BUUSEEEEETTT!
Sungguh terkejut ia ketika
melihat postingan terbaru yang ada sejak kemarin malam, yaitu berupa video
ketika dia push up pada ruang khusus
olahraga di rumah Jonathan, dan ia lebih terkejut lagi saat melihat bahwa
ternyata yang memposting adalah Jeffrey, padahal setahu dia waktu itu hanya ada
3 orang di ruangan itu selain dia, yaitu kekasihnya, Jonathan, dan Agus.
Dilihatnya mulai ada beberapa teman sekelasnya di SMA mengomentari postingan
video yang berjudul ‘Hukuman karena tidak percaya omongan teman’ itu, tentu
saja mereka menanyai Jeffrey soal penyebab Ricky dihukum, maka Jeffrey
memberitahu mereka agar kirim message
pada Jonathan kalau mau tahu.
Ricky menduga bahwa pasti
Jonathan yang memberitahu soal taruhan itu pada Jeffrey, maka ia berniat
mengisengi balik Jonathan dan Jeffrey. Kemudian terlintas ide untuk itu dengan
cara menggunakan sebuah benda miliknya, namun benda yang dimaksud bukan berada
di tempat kos. Ricky segera mengirim SMS pada adiknya, karena benda itu ada
pada kamarnya di rumah orang tuanya.
Ricky: Lele sayang, Kakak minta
tolong ya, kamu coba ke kamar Kakak untuk ambil sesuatu disana.
Michelle: Sesuatu apa, Kak?
Ricky: Tolong ambilkan flashdisk Kakak, kalau gak salah
terakhir Kakak taruh itu di laci meja belajar.
Michelle: Ok Kak, kapan Kakak
perlu flashdisk-nya?
Ricky: Hari Senin besok Kakak ke
sekolah, sekitar jam setengah 7, untuk ngambil flashdisk itu. Kamu jangan otak-atik isinya ya, soalnya ada yang penting.
Michelle: Memangnya isinya ada
apa sih, Kak? Jangan-jangan ada video porno ya?
Ricky: Wooo, enak aja, Kakak gak
pernah nyimpan begituan. Kamu periksa aja, asalkan jangan sampai dua file video disitu rusak atau terhapus.
Pastikan juga tidak kena virus.
Michelle: Hihi, oke Kak, nanti
aku cek di komputerku.
Ricky tidak membalas pesan lagi,
ia bergumam sendiri di kamarnya.
Ricky: Hahaha, tunggu pembalasan
gue, dua kampret!
Setelah itu Ricky beranjak dari
sofa dan keluar kamar, matanya langsung tertuju pada Jeje yang sedang menonton
TV. Jeje yang mendengar suara pintu dibuka pun menoleh pada Ricky, ia juga
segera bertanya.
Jeje: Kak Ricky kenapa tadi aku
dengar kayak teriak gitu? Terus barusan ngomong sendiri juga.
Ricky: Bukan apa-apa kok, aku
tadi cuma lagi lihat video yang bikin kaget.
Jeje: Hmm... Kak Ricky ikut aku
nonton acara ini deh, lucu banget.
Ricky hanya mengangguk, dan mengikuti
Jeje menonton acara komedi sore hari. Mereka pun larut dalam tawa bersama. Tak
lama kemudian dari lantai atas datanglah Naomi dan Sinka, Jeje beserta Ricky
reflek menoleh ke arah dua gadis itu dan mereka sama-sama beranjak dari sofa
ruang tamu.
Jeje: Eh Sinka, udah mau pulang
ya? Gak ikut makan malam disini aja?
Sinka: Makasih Je, tapi enggak
deh, soalnya aku janji pada Papi dan Mami kalau mau pulang sebelum jam 6.
Naomi: Ricky, boleh aku minta tolong
agar kamu anterin adikku pulang?
Ricky: Boleh, ayo Sinka.
Sinka: Eh, Kakak ada-ada aja. Gak
usah kok, kak Ricky. Aku bisa naik taksi.
Jeje: Sinka, kalau udah sore
begini mendingan jangan naik taksi deh, tadi siang ada kecelakaan yang
melibatkan taksi loh.
Ricky: Jadi gimana, Sinka?
Sinka: Hmm, oke deh, aku gak jadi
naik taksi.
Sinka pun berpamitan pada kakaknya
serta Jeje, lalu diantarkan Ricky pulang ke rumahnya. Mereka sampai setelah 15
menit perjalanan, Sinka tak lupa mengucapkan terima kasih pada Ricky sebelum
pemuda itu memacu motornya balik ke tempat kos.
~---------------------0-O-0---------------------~
Esok harinya, sekitar pukul 6:20
pagi Ricky sudah melajukan motornya ke sekolah, ia pun tiba 7 menit kemudian
dan menunggu Michelle di depan gerbang. Sekitar 3 menit berlalu, Ricky melihat
mobil Michelle datang, setelah memarkirkan mobil barulah Michelle mendatangi
Ricky yang duduk di motornya.
Michelle: Kak Ricky, mau iseng
pada kak Jo dan kak Jef ya, hihihi.
Ricky: Iya dong, habisnya mereka
berdua reseh, alias iseng duluan. Mana flashdisk-nya?
Michelle pun membuka retsleting
tasnya, mengambil sebuah flashdisk dan
memberikannya pada Ricky yang menyimpan benda itu ke saku kemejanya.
Ricky: Oke, makasih ya Lele,
sekarang Kakak mau ke kampus, kamu baik-baik ya di sekolah.
Michelle mengangguk, setelah itu
Ricky pun berlalu dari sekolah, sedangkan Michelle berjalan memasuki kawasan
sekolah. Ia tertawa sendiri dengan menutup mulut mengingat video yang kemarin
sore ditontonnya dari flashdisk
Ricky.
Senin pagi yang cerah, Ricky
sudah berada di kantin Gedung Selatan, ia sengaja ke sana karena tahu kalau
suasana pagi cukup ramai disana sehingga ia bisa ‘bersembunyi’ dari teman-teman
SMA-nya, berbeda dengan kantin Gedung Utara yang ramainya pada saat waktu
istirahat pagi jam 10. Ia yakin tidak ada satupun teman SMA-nya yang akan
kesini, maka ia mengeluarkan laptop miliknya dari dalam tas, yang hari ini sengaja
dibawanya ke kampus untuk balas iseng pada Jonathan dan Jeffrey.
Beberapa menit persiapan, barulah
Ricky mencolokkan flashdisk-nya pada
laptop. Ia membuka beberapa folder, dan setelah menemukan dua video segera
diupload ke facebook group kelasnya. Lalu Ricky tertawa
ringan sebelum pundaknya ditepuk dari belakang.
Melody: Kamu kenapa, kok tertawa
sendiri? Tumben juga kamu ke kantin ini.
Ricky: Aku ke kantin ini karena
ada misi pribadi, sayang, ehehehe. Coba kamu lihat aja deh.
Melody pun duduk di samping Ricky
dan melihat layar laptop yang menampilkan facebook
group dengan dua postingan teratas berupa video dengan deskripsi yang
mirip, yaitu ‘Tukang Tidur 1’ dan ‘Tukang Tidur 2’. Setelah melihat sekilas dua
video itu, Melody pun tertawa ringan.
Melody: Ahaha, kamu iseng banget
deh sayang.
Ricky: Hehe, biarin aja, Melon.
Kamu coba scroll ke bawah deh, mereka
berdua ngisengin aku duluan kok.
Melody pun men-scroll ke halaman bawah dari facebook group itu, ia langsung dapat melihat
judul postingan video ketika Ricky push
up di rumah Jonathan, kemudian ia memanggut-manggut.
Ricky: By the way kok kamu tahu kalau aku ada disini?
Melody: Enggak, aku memang kadang
ke sini untuk beli tisu dan permen, sayang.
Ricky melihat Melody menggenggam
satu pak tisu dan beberapa butir permen di kedua tangan, dan ia kembali bicara.
Ricky: Kamu kan udah manis,
ngapain makan permen lagi? Heheheh...
Mendengar itu Melody tersenyum,
kemudian meletakkan benda-benda di kedua tangannya pada meja kantin itu. Dan ia
segera menggelitiki Ricky beberapa detik sebelum kekasihnya meminta berhenti
digelitiki.
Melody: Gombal terus, wuuuu. Aku
masuk kelas duluan ya, sayang.
Ricky: Eh, barengan aja, aku udah
selesai kok. Tunggu bentar ya.
Ricky menambahkan note pada masing-masing video tadi, lalu
ia log out akun facebook-nya dan menutup internet
browser serta program lainnya. Melody menunggu Ricky selesai mematikan
laptop-nya, ia sendiri menyimpan pak tisu dan permen di meja kantin ke dalam
tas jinjingnya. Setelah Ricky menyimpan laptopnya dan kembali menggendong tas,
ia bersama Melody berlalu dari kantin dan mengantarkan Melody ke depan kelasnya
di Gedung Selatan itu. Dan Ricky pun menuju kelasnya di Gedung Timur.
Perkuliahan yang berlangsung
kurang lebih dua jam pun telah usai dan kini waktu istirahat pagi tiba,
terlihat di meja barisan tengah kantin ada Jeffrey dan Jonathan yang sedang
berbicara. Agus hanya menjadi pendengar pembicaraan mereka.
Jeffrey: Jadi elu gak beritahu Ricky
kan, Jo?
Jonathan: Ya enggaklah Jef,
ngapain gue beritahu dia, hahah. Dia kan bisa cek sendiri, tapi kecil
kemungkinan deh dia melihat group
kelas, soalnya dia kan sekarang jadi ‘orang sibuk’.
Jeffrey: Haha, benar juga sih,
dia harus hemat pengeluaran.
Jonathan: Oh iya, kemarin banyak
teman-teman yang message gua, nanyain
soal ‘hukuman’ itu. Elu gak beritahu mereka soal taruhan?
Jeffrey: Enggak, hehe. Hal
semacam itu kan sebaiknya jangan diumbar, Jo. Soalnya video itu bersifat public, yang bukan anggota group kelas
kita juga bisa lihat.
Jonathan: Hmm, benar juga sih,
kalau murid-murid Tunas Bangsa yang sekarang tahu seniornya taruhan, mereka
bisa jadi ikut-ikutan, dan bisa jadi juga menganggap kita taruhan duit.
Jeffrey: Nah, makanya kita harus
cegah itu. Sekarang gue mau cek dulu, view-nya
udah berapa, soalnya kemarin malam terakhir kali gue cek udah nyampe seratus
kali ditonton.
Jonathan pun berbicara dengan
Agus juga mengenai video itu, karena Agus penasaran kenapa view-nya bisa
mencapai 100 kali, padahal jumlah anggota kelas hanya 45 orang. Jonathan pun
menjelaskan bahwa bisa jadi guru-guru sekolah ataupun alumni sekolah dari kelas
lain yang menontonnya juga, bukan hanya anggota group kelas. Dan mereka dikejutkan oleh suara Jeffrey.
Jeffrey: KAAMMPREETT!
Agus: Kenapa, den Jef?
Jonathan: Kenapa sih elu, bikin
kaget aja.
Jeffrey: Lu lihat deh Jo, ada 2
video baru, kita direkam!
Jonathan pun menerima smartphone
yang diberikan Jeffrey padanya untuk melihat video baru yang dimaksud. Ia pun
melotot dan mengumpat beberapa kali karena ada note juga pada dua video itu. Lalu ia melihat siapa yang
mem-posting dua video dengan judul yang mengejek tersebut.
Jonathan: What? Jadi Ricky yang upload ini? Sejak jam 7 tadi rupanya.
Jeffrey: Di video kita masih
pakai seragam SMA, tapi kok keadaan kelas kosong melompong sih?
Jonathan: Hmm, coba gue
ingat-ingat.... Ah, ini pasti waktu istirahat deh.
Jeffrey: Masa sih Jo? Seingat gue,
di kelas kita dulu kalau waktu istirahat pasti ada belasan orang yang gak ke
kantin, nah disini kan gak ada orang lagi selain kita.
Jonathan: Benar juga sih,
mendingan kita tanya Ricky aja deh.
Jeffrey dan Jonathan pun
celingak-celinguk, Agus yang lebih dulu melihat tempat duduk Ricky segera memberitahu
mereka. Maka dua mahasiswa itu pun hendak menghampiri meja tempat Ricky berada.
Jonathan: Bang Agus tunggu disini
ya, makanan pesanan kita bentar lagi pasti diantar.
Agus: Loh, saya ditinggal.
Jeffrey: Bentar aja kok bang.
Jonathan dan Jeffrey pun segera
berjalan menuju tempat Ricky berada, meja rapat dinding untuk 4 orang dimana
ada Ricky dan Melody yang duduk berdampingan dengan posisi Ricky di luar, dan
juga Amelia dan Fita yang posisi duduknya berhadapan dengan pasangan itu. Jonathan
dan Jeffrey segera menyentil samping kiri kepala Ricky begitu sampai, dan tentu
saja mereka berempat heran.
Ricky: Kenapa sih elu berdua?
Jonathan: Ah, pura-pura lagi elu,
kampret.
Jeffrey: Ngapain elu upload video ke group kelas, pakai note ‘ckckck,
jangan ditiru’ segala.
Amelia: Video apa sih, Jef?
Ricky: Cek aja facebook group kelas kita dulu, Mel,
hahahah.
Amelia pun mengambil
smartphone-nya yang diletakkan di meja dan mulai membuka aplikasi facebook,
Fita yang penasaran pun ikut melihat dan setelah belasan detik mereka berdua
tertawa terbahak-bahak. Jonathan dan Jeffrey bersungut-sungut karena Ricky dan
Melody juga tertawa kecil.
Amelia: Ahaha, kalian tidurnya
sampai ngorok segala, kecapekan belajar ya?
Jonathan: Err... anggap aja
begitu.
Jeffrey: Ky, ini elu rekamnya
kapan? Kok kelas sepi banget.
Ricky: Ya jelas sepi lah, kan ini
ketika waktu istirahat, dan pas banget anak-anak kelas kita yang lain pada ke
kantin.
Amelia: Hmm, kayaknya aku tahu
deh, itu pasti waktu sore hari ada bimbingan belajar kan?
Ricky: Nah, benar kata Amelia.
Lagian awalnya gue cuma rekam si Jo.
Jonathan: Kenapa gue, Ky?
Ricky: Habisnya elu bikin kesal,
kan waktu itu elu sebangku sama gue pas bimbel-nya pelajaran Matematika.
Jonathan: Lah, memangnya salah ya
Ky, kalau gue duduk sebangku dengan elu?
Ricky: Bukan itu yang gue
permasalahin, tapi elu tidur selagi gue nerangin pengerjaan soal yang elu
kurang paham.
Jonathan: Oh iya, hahaha, gue
ingat Ky. Sorry deh, tapi kenapa Jeffrey juga direkam?
Jeffrey: Iya Ky, tempat duduk gue
kan di barisan belakang, jauh dari bangku elu dan Jo. Ngapain elu rekam gue
yang tidur juga?
Ricky: Elu gak tahu sih, suara
ngorok elu kenceng banget, jadi sehabis gue rekam si Jo, tiba-tiba gue kaget
karena ada suara aneh, gue kira apa, rupanya elu yang ngorok.
Amelia dan Fita kembali tertawa
meskipun tidak terbahak-bahak seperti tadi, Jeffrey pun cengengesan karena
malu, sedangkan Jonathan menahan tawa.
Ricky: Gue dulu simpan tuh video
cuma buat hiburan, biar kalau gue lagi bosan, bisa ditonton. Eh rupanya tempo
hari elu berdua bersekongkol isengin gue, yaudah gue upload aja tuh dua video ke group
kelas.
Ricky memasamkan muka pada
Jonathan dan Jeffrey yang terkekeh, setelah itu kedua mahasiswa itu berkenalan
dengan Fita karena mereka terpukau kecantikan Fita. Amelia membiarkan saja
meskipun tahu mereka berdua sudah punya pacar, karena ia tahu sifat temannya
yang susah diperbaiki. Lalu mereka berdua pun kembali ke mejanya dan melihat
makanan pesanan mereka sudah ada, Agus mendahului mereka makan. Sementara itu
Amelia yang masih bingung mengenai suatu hal segera menanyakan pada Ricky.
Amelia: Ricky, maksud kamu tadi
apa, soal mereka iseng?
Ricky: Oh itu, kamu coba deh
lihat video yang diposting Jeffrey, letaknya di bawah dua video yang kuposting.
Amelia kembali membuka aplikasi
facebook pada smartphone-nya, dan beberapa detik kemudian ia tertawa lagi diikuti
Fita yang juga melihat video Ricky ‘dihukum’.
Ricky: Yaelah, udah kali
tertawanya, sakit maag nanti kalian.
Fita: Hihih, kok kamu mau aja sih
disuruh push up sambil diduduki teman
kamu yang tadi?
Amelia: Iya Ricky, kamu hutang
duit pada Jonathan dan Jeffrey ya? Makanya dihukum begitu, terus apa maksudnya
kamu gak percaya omongan teman?
Ricky: Enggak, aku gak hutang
apapun kok pada mereka. Sekarang gini aja, karena kalian berdua cewek, jadi aku
gak perlu kasih tahu, ehehe.
Amelia dan Fita pun menatap
curiga pada Ricky, Melody yang melihat cara tatap mereka pada Ricky pun tertawa
kecil.
Ricky: Udah, gak usah curiga, gak
ada sangkut pautnya dengan kalian berdua kok, gak terlalu penting untuk kalian
berdua ketahui.
Amelia dan Fita pun menghentikan
tatapan kecurigaan pada Ricky. Bel kampus berbunyi, pertanda waktu istirahat
berakhir, para mahasiswa dan mahasiswi mulai bepergian dari kantin itu termasuk
Ricky dan Melody.
~---------------------0-O-0---------------------~
Hari Jumat tanggal 3 April, usai
mengikuti acara di gereja bersama Michelle, Ricky pun berbincang sejenak dengan
adiknya.
Ricky: Jadi gimana, kamu masih
di-bully oleh mereka?
Michelle: Masih Kak, tapi gak
terlalu sering karena Shani, Yupi, dan kak Shania kadang ngebelain aku.
Ricky: Yaudah, kamu sabar aja ya,
dan ingat saran Kakak, yaitu pertahankan peringkat 1 agar kamu tidak dicela
lagi nantinya.
Michelle: Iya Kak, aku pasti akan
pertahankan.
Sehabis itu Michelle pamit pada
kakaknya untuk pulang dengan diantar oleh detektif yang sudah menunggunya di
mobil. Dari kejauhan Ricky melambaikan tangan pada Michelle dan detektif itu yang
sudah melajukan mobil meninggalkan area gereja. Ricky sendiri pun pulang ke
tempat kos, waktu menunjukkan pukul 11 siang saat ia tiba. Ia menyapa Jeje yang
sedang menonton TV lalu memasuki kamarnya. Beberapa menit kemudian pintu depan
diketuk dari luar, Jeje segera membukakan pintu dan ternyata Melody yang datang
untuk menemui Ricky. Jeje pun memberitahu pada Melody kalau Ricky berada di
kamarnya, dan juga menunjukkan kamar Ricky. Jeje mengetuk pintu kamarnya, dan
beberapa detik kemudian pintu dibuka oleh Ricky. Melody diajak masuk ke
kamarnya sedangkan Jeje kembali menonton TV. Beberapa menit berselang Jeje
bosan menunggu acara TV yang sedang jeda iklan, maka ia menguping di depan
pintu kamar Ricky, terdengar olehnya suara pasangan itu.
Melody: Ayo dong sayang, teruskan
lagi.
Ricky: Gak bisa sayang, ini udah
mentok.
Jeje terkejut, ia berpikir
sejenak lalu segera membuka pintu kamar itu.
Jeje: Hei, kalian ngapain....
Ricky dan Melody yang duduk di
lantai kamar itu pun menoleh pada Jeje dengan heran.
Ricky: Kenapa kamu?
Jeje: Eh..... hehehe, aku kira
kalian macam-macam. Habisnya tadi aku dengar kalian ngomong yang aneh.
Melody tertawa ringan, sedangkan
Ricky memasang muka masam pada Jeje yang cengengesan.
Ricky: Wooo, dasar ABG. Nih
lihat, aku lagi mau bikin puisi.
Jeje pun melihat selembar kertas
yang dipegang Ricky untuk ditunjukkan padanya, di bagian atasnya ada beberapa
kata, ia pun memanggut-manggut lalu keluar dari kamar itu. Ricky memang sedang
membuat puisi tadi ketika Melody datang, dan Melody pun diberitahu Ricky kalau
puisi itu untuknya. Ricky ingin mengungkapkan perasaannya dalam bentuk puisi
juga, seperti ketika awal hubungannya dengan Akicha. Ricky berjanji pada Melody
kalau ia akan membacakan puisi itu nanti ketika sudah selesai. Lalu Ricky pun
bersiap mengantar Melody ke mall
untuk shopping bulanannya, mumpung
hari libur.
~---------------------0-O-0---------------------~
Hari Sabtu malam, Ricky sedang
berada di teras depan tempat kos untuk menikmati udara luar sehabis makan malam,
ia mengeluarkan smartphone dari saku celananya untuk menelpon Melody. Sekitar
10 detik berlalu barulah telpon diangkat, ia hendak menyapa duluan namun
didahului.
Frieska: Halo kak Ricky.
Ricky: Loh Mpris, kok kamu yang
angkat telpon? Kakak kamu dimana?
Frieska: Kak Imel lagi demam...
Ricky: HAH?! Imel demam? Udah
dibawa ke rumah sakit untuk diperiksa dokter atau belum?
Terdengar suara tawa Frieska
dibalik telepon, sehingga Ricky pun heran.
Ricky: Loh, kenapa kamu malah
tertawa?
Ia bertambah heran mendengar
suara Melody dibalik telepon yang berbicara bisik-bisik pada Frieska yang masih
tertawa, dan mulai terdengar suara tawa Nabilah juga. Beberapa detik berselang,
Melody yang mulai bicara lagi di telepon.
Melody: Halo Ricky, aku baik-baik
kok, tadi lagi nonton TV makanya Frieska yang angkat karena handphone-ku ada di
dekat dia.
Ricky: Oh, bagus deh, kamu lagi
nonton acara apa, sayang?
Melody: Aku lagi nonton
pertandingan bola nih, klub liga Inggris favoritku.
Ricky: Oh gitu ya, Frieska mau
bilang demam bola rupanya, heheh. Aku kira kamu demam beneran.
Melody: Hihi, khawatir banget ya
kamu tadi?
Ricky: Ya.... kan kamu dengar
sendiri tadi, hehehe. Memangnya klub liga Inggris favorit kamu apa, sayang?
Melody: Kamu coba tebak deh
sayang, soalnya pertandingannya diadakan di stadion klub favoritku ini, dan
kedua klub yang bertanding punya satu kesamaan, yaitu sama-sama pernah
menjuarai liga Champions.
Ricky: Ahaha, kayaknya aku tahu
deh, Manchester United lawan Aston Villa kan?
Melody: Betul, kamu dapat tiket
bus ke Bogor, hihih.
Ricky: Haha, kamu lebay deh, tapi
daripada tiket bus ke Bogor, mendingan aku mau minta sesuatu pada kamu. Kirim
foto kamu lagi dong, aku mau jadiin wallpaper HP.
Melody: Bentar ya, aku cari dulu
yang cocok. Aku tutup telponnya ya sayang.
Ricky: Oke, aku tunggu kiriman
foto kamu.
Melody menutup sambungan telpon,
dan Ricky pun menunggu, sekitar semenit kemudian ada pesan LINE dari Melody.
Melody: Nih, foto edisi lama
hihihi.
Ricky: Hahaha, kamu lucu deh di
foto ini. Rambut kamu terakhir kali poni-an kapan?
Melody: Emm... sekitar 3 tahun
lalu, sayang. Kenapa memangnya?
Ricky: Ya gak apa-apa, hanya saja...
aku jadi pengen lihat kamu dengan rambut berponi kayak di foto ini deh, heheh.
Melody: Hmmm, nanti mungkin
beberapa minggu lagi deh rambut aku berponi. Sekarang aku mau nonton
pertandingannya ya, sayang. Talk to you later, I Love You.
Ricky: Ok, happy watching,
sayang. I Love You too.
Tidak ada pesan balasan lagi dari
Melody, maka Ricky menyimpan smartphone-nya ke saku celana dan mulai meresapi
hembusan angin luar yang sejuk baginya.
~---------------------0-O-0---------------------~
Hari Senin pun tiba lagi, pagi
sekitar pukul 7 di tempat kos, Naomi tergesa-gesa untuk berangkat kuliah. Ia
pun naik bis kota seperti biasa, dan tiba di kampus sekitar pukul 7:40. Tanpa
disadarinya saat membayar, dompetnya jatuh dari dalam tas dan dipungut
seseorang. Orang itu hendak memanggilnya, namun Naomi sudah keburu masuk ke
kampus, maka orang itu menyimpannya dulu di backpack-nya.
Waktu istirahat kedua, Naomi
hendak ke kantin bersama Stella, namun saat ia memeriksa tasnya seketika ia
terkejut.
Naomi: Aduh, dompetku kok gak
ada?
Stella: Dompet kamu ketinggalan
ya, Mi?
Naomi: Enggak Stel, aku ingat kok
tadi waktu mau bayar bis, aku masih pegang. Pasti ketinggalan di sana deh.
Stella: Yaudah Mi, hari ini biar
aku traktir kamu aja.
Naomi pun menerima tawaran
temannya, mereka berdua menuju ke kantin Gedung Utara. Sesampainya disana,
sangat susah mencari tempat duduk, mereka pun bergabung dengan Akicha dan
Ayana. Terjadi perkenalan singkat, dan mereka makan bersama.
Di meja lain, Ricky dan Melody sedang
makan bersama. Ricky tiba-tiba menghentikan makan sebentar, karena
handphone-nya berbunyi. Ricky segera mengeluarkannya dari saku celana, dan ia mengernyitkan
alis melihat notifikasi HP-nya yaitu Anthony mengirim SMS. Melody yang berada
di sampingnya pun bertanya.
Melody: Kenapa, sayang? Kok kamu
kayak heran gitu?
Ricky: Ini loh, sayang. Si
Anthony tumben-tumbenan SMS aku, biasanya jam segini dia makan pagi di
kampusnya.
Melody: Memangnya dia bilang apa?
Ricky: Dia minta tolong aku buat
nebeng ke hotel nanti, soalnya motornya lagi turun mesin. Terus katanya tadi
dia naik bis, jalurnya lewat ke depan kampus ini, dan ada mahasiswi kampus ini
yang dompetnya ketinggalan jadi dia pungutin.
Melody: Hmm, terus dia nanya kamu
ya soal siapa pemilik dompet itu?
Ricky: Ya gitu deh, tapi aku mana
tahu, dia cuma bilang dompetnya warna ungu, dan gak memperhatikan jelas
ciri-ciri pemiliknya.
Melody: Kalau begitu susah dong
untuk cari pemiliknya.
Ricky: Wah, aku gak tahu deh,
Anthony bilang mau serahkan ke aku nanti. Tapi aku gak berani deh nerima itu,
nanti disangka pencuri dompet itu.
Melody: Jangan gitu dong sayang,
coba bantu Anthony biar bisa kembalikan dompet itu.
Ricky: Nanti kucoba deh, sayang.
Mereka lalu melanjutkan makan,
dan kembali ke kelas masing-masing setelah waktu istirahat habis.
Siang harinya Ricky menjemput
Anthony di universitas Pamarang, mereka berdua pun sepakat untuk membahas soal
dompet itu nanti sehabis selesai shift kerja. Malam hari pun tiba, pukul 10:15
kedua bellboy itu sedang berada di
parkiran, karena backpack Anthony ditaruhnya di jok motor. Anthony sekali lagi
meminta Ricky mencari pemilik dompet, namun Ricky masih agak enggan.
Anthony: Yaelah, elu kan
mahasiswa sana, jadi lebih gampang dong minta maaf kalau dituduh mencuri. Bikin
alibi aja, elu gak pernah naik bis kalau ke kampus.
Ricky: Benar juga sih, eh tapi
kok kayaknya dompet itu familiar deh.
Anthony: Berarti elu kenal
pemiliknya dong?
TO BE CONTINUED...
By: E.D.
Komentar
Posting Komentar