Between Dream And Reality, Part 10
Part 10: Girls visiting your
house
Belum sempat memberikan hadiah,
smartphone Aldo berdering.
Aldo: Eh, kalian lanjut makan aja
dulu. Nanti kalau sudah selesai baru kuberikan hadiahnya.
Ketiga gadis itu pun langsung
melanjutkan makan, Aldo mengangkat telepon yang ternyata dari Melody.
Aldo: Halo Kak, ada apa?
Melody: Kamu udah makan atau belum?
Aldo: Kebetulan aku baru selesai
makan, Kak.
Melody: Yaudah, kamu nanti
langsung pulang ya, jangan keluyuran lagi.
Aldo: Baik Kak.
Hubungan telepon pun terputus,
Aldo melihat Stella dan Sonia baru saja selesai makan dan sedang meminum jus
jeruk mereka masing-masing. Sementara Naomi juga hampir selesai makan, dan
beberapa menit kemudian Naomi sudah selesai makan lalu meminum jus apelnya.
Aldo: Nah, kalian sudah selesai
makan. Sekarang akan kuberikan hadiahnya. Pertama-tama untuk Stella dan Sonia
dulu.
Stella dan Sonia tersenyum-senyum
menunggu hadiah yang mau diberikan Aldo. Naomi heran kenapa Aldo mau memberikan
hadiah bersamaan pada Stella dan Sonia, meskipun kemungkinan adalah karena
mereka kakak dan adik.
Aldo: Stella, Sonia... Ayah
kalian pernah buka toko bunga ya, hehehe.
Seketika mereka berdua menutup
mulut dengan sebelah tangannya, untuk menahan tawa. Naomi yang mendengar itu
langsung gemas mencubit lengan Aldo.
Aldo: Eh, Mi, kenapa sih?
Naomi: Itu sih bukan hadiah,
Aldo. Huh, dasar. Masih aja hobi ngegombal.
Aldo: Heheh, entar kamu juga
dapat kok. Biarkan aku teruskan dulu, oke?
Naomi berhenti mencubit Aldo dan
menggeleng-gelengkan kepala sambil tersenyum.
Stella, Sonia: Kok tahu?
Aldo tersenyum, lalu melanjutkan
gombalannya.
Aldo: Karena hatiku
berbunga-bunga melihat kalian berdua, wahahahahahaha.
Kedua gadis itu pun cekikikan,
Naomi ikut tertawa meskipun tidak sampai seperti Stella dan Sonia. Setelah tawa
mereka mereda, barulah Aldo melanjutkannya pada Naomi.
Aldo: Mi, kamu tahu gak bedanya
bulan dengan kamu?
Naomi: Emang apa bedanya? Bulan
kan benda, aku bukan benda. Itu kan bedanya?
Aldo: Bukan, kalau itu sih sudah
pasti. Yang kumaksud ada sedikit persamaan kamu dengan bulan, dan disitu juga
baru ada perbedaannya.
Naomi: Maksud kamu?
Aldo: Kalau bulan kan cahayanya
menerangi gelapnya malam hari, kalau cahaya dari kamu menerangi gelapnya hatiku
hahahaha.
Naomi pun tertawa sambil mencubit
pelan Aldo yang terus berusaha menghindar, Stella dan Sonia kembali tertawa
terbahak-bahak mendengarnya. Tak lama kemudian mereka sudah berhenti tertawa,
Naomi juga sudah berhenti mencubit Aldo.
Aldo: Oh iya, Mi, selamat ya.
Naomi: Selamat buat apa? Oh, kamu
mau gombal lagi ya?
Aldo: Enggak kok, ini beneran.
Selamat karena adik kamu peringkat 1 di kelas pada tahun ajaran lalu.
Naomi: Hah? Sinka maksud kamu?
Aldo: Iya dong, siapa lagi?
Naomi: Wah, hebat deh adikku
Dudut.
Aldo(heran): Eh, adik kamu kan
Sinka, Dudut itu siapa?
Sonia: Iya kak Naomi, Dudut itu
siapa?
Stella: Mi, bukannya kamu cuma
punya satu adik ya?
Naomi: Emm, Dudut itu panggilan
aku buat Sinka. Soalnya kalau di rumah dia setiap kali belajar pasti sambil
ngemil.
Aldo: Oh, emang sih kalau aku perhatiin
antara kamu dan Sinka, lebih langsing kamu hehehe.
Naomi: Huss, jangan ngegombal
lagi.
Aldo: Hehe, iya deh, emangnya
Sinka pas ngemil sambil belajar, bukunya gak kena tuh sisa-sisa makanannya?
Naomi: Enggak dong, kan dia
letakkan bukunya agak jauh, dan bisa membacanya pakai kacamata sambil ngemil.
Aldo: Hmm pantes, hebat juga ya
adik kamu. Oh iya, kamu peringkat berapa di kelas?
Naomi: Aku juga peringkat satu,
Aldo.
Aldo: Wah, selamat juga ya. Eh,
Stella, Sonia, kalian gak ngucapin selamat nih?
Stella, Sonia: Udah tadi.
Aldo: Kompakan banget hehehe.
Naomi: Iya, terimakasih ya Aldo.
Aldo: Hahaha, kamu juga kompakan
dengan adik kamu, sama-sama peringkat 1.
Stella, Sonia: Kami juga sama
kok!
Aldo: Eh, kalian juga sama-sama
peringkat 1 di kelas?
Stella, Sonia: Bukan, kami
peringkat 2 di kelas.
Aldo: Oh, terus peringkat 1 di
kelas kalian cowok atau cewek?
Stella, Sonia: Cowok, dan
ngeselin banget!
Aldo: Waduh, hahaha, kok bisa ya
samaan. Atau jangan-jangan itu peringkat 1 nya saudara juga kayak kalian?
Stella, Sonia: Pastinya bukan!
Ogah banget kalau samaan.
Aldo: Hehehe, kalian dari tadi
kompak banget ngomongnya.
Ketiga gadis itu tertawa, dan
Aldo cengengesan melihat tingkah kakak beradik itu. Bel pertanda waktu
istirahat pertama berakhir telah berbunyi, dan mereka berempat berpisah dan
segera menuju kelas masing-masing. Saat sampai di kelasnya, Aldo melihat Bagus
menduduki kursinya dan sedang ngobrol dengan Sonya. Aldo berdehem di dekat
Bagus.
Bagus: Eh, Aldo. Kok lu udah
datang?
Aldo: Parah lu, emang lu gak tahu
kalau waktu istirahat udah habis?
Bagus: Hehehe, iya juga ya.
Lalu Bagus beranjak dari
bangkunya Aldo, dan berjalan kembali ke bangkunya, Aldo langsung kembali duduk
di bangkunya yang tadi diduduki Bagus. Baru saja ia duduk, langsung segera
berdiri lagi sambil memanggil Bagus, dan yang dipanggil pun menghampiri Aldo.
Bagus: Kenapa, Do?
Kemudian Aldo berbisik-bisik pada
Bagus.
Aldo: Lu punya anak berapa sih?
Bagus: Hah? Gue mana punya anak,
ngaco lu Do.
Aldo: Buktinya, ini bangku gue
panas habis lu dudukin, berarti kan lu punya banyak anak.
Bagus: Oh itu hehehe, gue tadi
langsung duduk di bangku elu pas lu ngacir ke kantin.
Aldo: Parah banget lu,
jangan-jangan lu transfer panas dari bangku elu ke bangku gue ya?
Bagus: Hehe, lu tahu kan gue mau
deketin Sonya, tapi gue lihat sih dia naksir sama elu.
Aldo: Ah, bukan alasan itu untuk
transfer panas ke bangku gue. Entar gue bantuin elu buat deketin Sonya, gue
nanti ngomong dengan dia biar dia pindahin aja naksirnya ke elu, Gus.
Bagus: Oh, sip lah kalau gitu.
Hahaha, ada-ada aja perkataan lu, Do. Masa naksir bisa dipindahin?
Aldo: Udah, lu jangan banyak
alasan, sekarang kipasin bangku gue, habis lu dudukin sampai panas sih.
Bagus terkekeh lalu mengambil
bukunya Aldo dan mulai mengipas bangkunya Aldo. Melihat itu Aldo menyentil
telinga kanan Bagus.
Bagus: Aduh, Do, kenapa sih?
Aldo: Monyong lu Gus, kipasin bangku
gue masa pakai buku gue juga.
Bagus: Kan biar cepat, hehehe.
Tiba-tiba Derry berteriak pada
Bagus.
Derry: Woi, Gus,
lu mau jualan sate ya di kelas?
Seketika itu juga gelak tawa
terdengar, Aldo juga ikut menertawai Bagus. Bagus langsung sewot kepada Derry.
Bagus: Diam lu, kunyuk.
Aldo: Hahaha, udahlah, kayaknya
sudah gak panas lagi. Sini buku gue, nanti lu robek pula karena geram pada
Derry.
Lalu Bagus berhenti mengipas dan
memberikan buku itu pada Aldo, ia menuju bangkunya dan ketika sudah duduk ia
memelototi Derry, yang hanya cengengesan.
Pelajaran di kelas itu berlanjut,
dan rupanya pelajaran bahasa Italia yang dimulai. Karena Aldo bosan dengan
pelajaran ini, ia lalu menuliskan sesuatu di buku tulisnya dengan pensil, ia
lalu melirik ke belakang sejenak dan melihat Nabilah sedang asyik menggambar
dan Heru melihatnya sambil sesekali menghadap ke depan agar tidak ketahuan Pak
Pirlo.
Aldo segera menyenggol pelan
lengan Sonya untuk memberikan pesan tertulis itu padanya.
Aldo: Sonya, aku mau ngomong yang
penting.
Sonya yang membacanya segera
menulis balasannya dengan pensil juga dan memberikan pada Aldo lagi.
Sonya: Kamu mau ngomong? Tapi kok
pakai tulis begini?
Aldo yang membacanya segera cepat
menulis dan memberikan lagi pada Sonya.
Aldo: Dasar Panda, kan gak
mungkin aku pakai suara, gak lihat tuh ada guru, terus juga ini hanya antara
kamu dan aku.
Dan Sonya langsung menulis lagi,
mengoper kembali pada Aldo.
Sonya: Oh iya, hehehe. Yaudah,
mulai saja apa yang mau kamu omongin.
Mereka berdua mulai menulis dan
mengoper bergantian.
Aldo: Emm, apa kamu suka sama
aku? Soalnya aku perhatikan sih dari semester 2 tahun ajaran lalu sih begitu.
Sonya: Sok tahu kamu, memangnya
kenapa kalau benar? Dan kalau gak benar, kenapa?
Aldo: Kalau benar, maaf deh aku
gak bisa balas perasaan kamu karena suatu alasan. Dan kalau gak benar, yaudah
lupain aja. Dan alasan itu gak perlu kamu tahu.
Sonya: Beritahu aku alasan itu.
Aku emang suka sama kamu sejak semester 2 lalu.
Aldo: Kamu bilang begini cuma mau
tahu alasan itu kan?
Sonya: Enggak, beneran aku mulai
suka sama kamu sejak kamu nolongin cewek yang kamu gak kenal itu.
Aldo: Oh, maksud kamu Violet?
Sonya: Violet siapa?
Aldo: Ya itu, nama cewek SMP yang
aku tolong adalah Violet, dia adiknya kak Ve, alumni sekolah ini yang baru
lulus beberapa bulan lalu. Aku juga baru tahu itu setelah ngantar Violet ke
rumahnya waktu itu.
Sonya: Hmm, begitu, eh tapi kenapa
malah ngomongin Violet? Alasan itu apa, ayo beritahu aku.
Aldo: Oke, jadi sebelum aku
beritahu kamu akan aku tunjukkan foto seseorang dulu dari HP-ku.
Saat Sonya membaca tulisan Aldo
yang barusan, ia lalu melihat Aldo sedang merogoh saku celananya dan mengeluarkan
smartphone-nya lalu membuka kunci dengan nomor PIN-nya dan ia lalu membuka
galeri foto dan menampilkan beberapa foto, ia memperbesar salah satu foto
seorang gadis di sana. Ia lalu menunjukkan pada Sonya, yang melihat seksama
sambil mengernyitkan alis. Setelah itu Aldo kembali menyimpan smartphone-nya di
saku celana.
Kembali mereka saling menulis dan
mengoper buku tulis itu untuk membicarakan hal ini.
Sonya: Itu foto siapa? Kok agak
mirip denganku? Kayaknya diantara foto-fotoku yang aku upload di facebook, aku
gak pernah deh foto di background itu.
Aldo: Kamu emang gak pernah foto
di background itu, karena emang bukan kamu gadis di foto itu.
Foto yang tadi ditunjukkan Aldo
pada Sonya adalah foto Frieska dengan background depan rumahnya Aldo.
Sonya: Jadi kalau bukan aku, itu
siapa? Kan bisa aja itu foto hasil photoshop.
Aldo: Aku mana bisa photoshop,
dan foto itu asli karena aku sendiri yang mengambilnya.
Sonya: Hmm, siapa dong? Ayooo
beritahu.
Aldo: Itu adalah anak dari
tanteku, artinya dia adik sepupuku, namanya Frieska Anastasia.
Sonya: Oh iya aku baru ingat, jadi
kamu punya sepupu yang mirip denganku?
Aldo: Nah, sekarang kamu tahu
kan? Aku gak bisa balas perasaan kamu itu, karena nanti sama saja aku pacarin
sepupuku sendiri. Kamu ngerti kan?
Sonya: Hmm, aku ngerti kok. Aku
gak nyangka ya ada gadis yang mirip denganku.
Aldo: Iya, kamu bukannya pernah
lihat dia di rumahku, waktu jenguk aku bareng yang lain.
Sonya: Hihihi, aku udah mulai
lupa dengan wajahnya, aku juga gak perhatikan dengan jelas wajahnya waktu itu.
Aldo: Dia juga lahir di tahun
yang sama dengan kamu. Bulan Maret juga, tapi dia duluan daripada kamu.
Sonya: Eh? Kok bisa, aku tanggal
18 Maret, kalau dia?
Aldo: Frieska tanggal 4 Maret
ulang tahunnya, hehehe. Aku sendiri juga heran. Sekarang, kamu udah ngerti jadi
aku harap kamu bisa naksir cowok lain ya. Bagus misalnya.
Sonya: Iya, aku paham kok. Anyway,
thanks ya Aldo.
Aldo: Buat apa?
Sonya: Karena kamu udah beritahu
aku kalau ternyata Frieska mirip denganku.
Aldo: Oh, hahahah. Kalau perlu
kapan-kapan kamu ngobrol akrab dengan dia ya. Kan dia ‘kembaran’ kamu.
Sonya: Aku senang kok punya
‘kembaran’ hihihi.
Aldo: Yaudah, sekarang kita
perhatikan pelajaran Pak Pirlo, daripada nanti ketahuan ini.
Sonya yang membaca tulisan Aldo
barusan hanya mengangguk pelan, dan mereka berdua kembali fokus memperhatikan
apa yang Pak Pirlo bicarakan. Sementara itu di kelas 11 IPS 5, Frieska
tiba-tiba bersin sejenak, ia segera menyeka hidung dengan tisu yang diberikan
teman sebangkunya Andela.
------------------------------------------------------------
Waktu istirahat kedua tiba, Aldo
segera pergi ke kantin untuk memberi ‘kesempatan’ pada Bagus agar PDKT dengan
Sonya.
Di kantin yang tidak begitu
ramai, Aldo tak kesulitan mencari tempat duduk, ia pun segera duduk di meja
untuk 4 orang seperti waktu istirahat pertama tadi, tapi yang ini rapat ke
dinding kantin. Tiba-tiba saat ia sedang browsing dengan wifi, Frieska datang
bersama seorang gadis berambut sepunggung.
Frieska: Kak Aldo, sendiri aja
nih?
Aldo yang agak menunduk segera
mengangkat kepala dan tersenyum pada Frieska. Ia juga melihat seorang gadis
yang tag namenya tertutupi rambut lebatnya.
Aldo: Eh, dedek Mpris. Iya, lagi
sendiri, kamu bareng siapa?
Frieska: Ini teman sekelasku,
namanya Andela.
Andela dan Aldo pun berkenalan
dan berjabat tangan sebentar.
Aldo: Eh, itu makanan kalian
jangan dianggurin. Buruan disantap.
Andela: Kak Aldo gak makan?
Aldo: Aku udah makan kok tadi,
tanya aja dedek Mpris.
Frieska: Iya Del, kak Aldo tadi
udah makan pas istirahat pertama. Kak Melody yang ngasih tahu aku. Kami makan
dulu ya, kak Aldo.
Aldo hanya mengangguk ramah, lalu
kembali browsing dengan wifi. Sekitar 8 menit setelah itu, Frieska dan Andela
selesai makan.
Andela: Oh iya Mpris, kak Melody
itu siapa?
Frieska: Tanya aja kak Aldo,
hihihi.
Aldo: Hah? Ada apa, Andela sang
pemanah hati?
Andela tertawa dan Frieska segera
memanyunkan bibir.
Frieska: Hm, mulai deh hobinya.
Andela: Eh, hobi apaan Mpris?
Frieska: Kak Aldo tuh hobinya
ngegombal, kamu jangan kemakan gombalan dia, Del.
Aldo: Hahaha, sensi banget dedek
Mpris.
Frieska: Habisnya, kak Aldo kalau
lihat cewek bening dikit pasti pengen ngegombal.
Andela: Hihihi, kalau gak salah
kamu juga pernah digombalin ya Mpris?
Frieska: Iya tuh, lihat deh kak
Aldo cengengesan terus.
Aldo: Hehehehe.
Andela: Kak Aldo, siapa itu yang
dibilang Frieska tadi?
Aldo: Oh, maksud kamu kak Melody?
Dia kakak aku satu-satunya...
Andela: Jangan-jangan pernah
digombalin juga ya?
Aldo: Enggak kok, lagian mana
mempan, kak Melody udah punya calon.
Andela: Hah? Calon suami?
Aldo: Bukanlah, masih kuliah,
maksud aku calon pacar. Aku yang comblangin.
Frieska: Hahaha, kak Aldo
comblangin kak Melody, tapi sendirinya jomblo.
Aldo: Makanya, aku nunggu dedek
Mpris yang comblangin. Misalnya sama Andela.
Frieska: Tuh kan Del, kamu jangan
kena umpan.
Andela: Hihihi, enggak kok Mpris.
Oh iya aku mau dong coba sekali digombalin.
Frieska: Ya ampun Del, nanti kak
Aldo jadi PD, jangan deh.
Aldo: Hehehe, boleh deh. Mpris,
tenang aja, ini cuma candaan. Enggak serius kok.
Andela: Hmm, mulai dong kak Aldo.
Aldo: Andela, kamu punya kakak?
Andela: Hah? Apa hubungannya?
Aldo: Jawab aja dulu, Del.
Andela: Iya, aku punya satu kakak
perempuan. Kenapa emangnya, kak Aldo?
Aldo: Kamu mau tahu gak bedanya
kamu dengan kakak kamu, Del?
Andela: Emang kak Aldo kenal
dengan kakak aku?
Aldo: Gak kenal sih, kamu coba
bilang ‘Emang apa bedanya?’
Andela: Emang apa bedanya?
Aldo: Kalau kakak kamu
senyumannya seperti gula sesendok makan, tapi kalau kamu senyumannya seperti
gula 2 sendok makan hahahahaha.
Andela dan Frieska pun tertawa
cekikikan, lalu kembali Andela berbicara.
Andela: Kak Aldo emang pernah
lihat kakak aku?
Frieska: Iya nih, kak Aldo sok
tahu deh.
Aldo: Ya enggaklah, mana pernah
aku kenal kakak kamu, Del. Namanya juga ngegombal, jangan dianggap serius.
Hahaha.
Mereka mengobrol hal lain,
diantaranya Frieska dan Andela menceritakan siapa peringkat 1 di kelas, yaitu
teman mereka Manda. Aldo hanya mendengarkan, meskipun ia berpikir apakah
mungkin Manda yang sama di mimpinya, yang diperkenalkan oleh Frieska kepadanya.
Ketika waktu istirahat kedua
habis, mereka berpisah kembali ke kelasnya masing-masing, dan Aldo melihat
Bagus sedang mengipasi bangkunya saat ia tiba di kelas 11 IPA 3. Pelajaran
sekolah pun kembali berlanjut, Aldo berniat mengajak Naomi mampir ke rumahnya
untuk menemani kakaknya, karena Melody saat ini sedang libur kuliah, jadi ia
sendiri di rumah.
Sepulang sekolah, Aldo segera
mengirim pesan LINE pada Naomi untuk mengajaknya mampir ke rumah, dan kebetulan
Naomi juga mau ke sana bertemu kakaknya Aldo, karena terakhir mereka bertemu
adalah di saat pemakaman kedua orang tuanya Aldo.
Di parkiran mobil, nampaknya
Sinka sedang berbicara dengan Naomi di mobil.
Naomi: Sinka, kita hari ini
mampir ke rumahnya Aldo ya.
Sinka: Yaudah deh Kak, tapi makan
siang dulu ya, terus ganti baju di rumah dulu.
Naomi: Oke Dut!
Saat Naomi dan Sinka sudah
bersiap-siap untuk pergi ke rumahnya Aldo, Stella dan Sonia ternyata berkunjung
ke rumahnya, ingin mengajak jalan-jalan karena bosan di rumah. Mereka berempat
pun memutuskan pergi bersama ke rumahnya Aldo, dan menggunakan mobil Naomi.
Mobilnya Stella ditinggal di rumahnya Naomi dan satpam rumahnya Naomi yang
menjaganya. Di mobilnya Naomi, Naomi yang menyetir dan Stella duduk di
sampingnya, sedangkan adik mereka duduk di belakang.
Sementara itu, di rumahnya
Melody, Aldo sedang berbincang dengan kakaknya di sofa ruang tamu, mereka sudah
selesai makan siang sekitar 20 menit yang lalu.
Aldo: Kak, nanti ada teman
ngobrol untuk Kakak. Aku yang undang, dia teman aku di sekolah.
Melody: Siapa?
Aldo: Nanti juga Kakak tahu
sendiri.
Bel rumah mereka berbunyi, dan
Aldo beranjak untuk membukakan pintu.
Aldo: Eh, Naomi, udah datang.
Wah, rame juga. Ayo masuk semuanya.
Keempat gadis itu pun masuk, dan
segera dituntun Aldo menuju ruang tamu, Melody yang melihat siapa yang datang
segera menyambut dan ia berpelukan dengan Naomi sejenak.
Melody: Wah, Naomi, apa kabar?
Udah lama kamu gak mampir ke sini.
Naomi: Kabarku baik kak Melody,
aku datang ke sini bareng teman juga.
Melody(sambil menunjuk Sinka):
Eh, ini siapa? Teman kamu, Mi? Kok agak mirip denganmu?
Sinka: Kak, aku adiknya kak
Naomi.
Melody pun manggut-manggut, dan
ia lalu memandang Stella dan Sonia.
Melody: Hai, kalian berdua juga
datang kan waktu itu di pemakaman? Tapi kalian siapa ya?
Stella: Kak, namaku Stella,
temannya Naomi. Dan ini adikku Sonia.
Para gadis itu berkenalan singkat
dengan Melody, dan mereka lalu duduk di sofa ruang tamu. Melody kembali membuka
pembicaraan pada Aldo.
Melody: Aldo, masa pacar datang
didiamin aja.
Aldo: Hah? Pacar? Aku mana punya
pacar, Kak.
Melody: Kan Naomi pacar kamu.
Aldo: Bukan, Kak. Tanya aja
sendiri pada Naomi.
Melody: Benar, Mi? Kamu gak
pacaran sama Aldo?
Naomi: Kak Melody, aku dan Aldo
cuma temenan kok. Tapi mungkin aja Aldo pacaran dengan Sinka, hihihi.
Sinka: Loh, kok jadi aku sih, kak
Omi?
Naomi: Kamu kan sekelas dengan
Aldo, kali aja kalian pacaran.
Melody: Bener apa yang dibilang
Naomi, dek?
Aldo: Ya ampun Kak, jangan
percaya, Sinka aja gak ngerasa pacaran denganku, aku tentu aja gak merasa gitu
juga.
Sinka: Tapi mungkin aja pacarnya
Aldo adalah kak Stella.
Stella: Hah? Sinka, kok aku juga
kena?
Sinka: Hihihi, habisnya kak
Stella dari tadi ngelirik Aldo diam-diam. Aku perhatikan loh.
Para gadis lain tertawa, Aldo
ikut tertawa tapi sambil canggung karena ia memang merasa tadi Stella sesekali
meliriknya. Stella agak tersipu malu.
Melody: Hihi, jadi bener gak dek,
apa yang dibilang Sinka?
Aldo: Ckckck, Kak. Kalau aku
punya pacar, gak bakalan diumpetin. Pasti aku beritahu Kakak sebelum beritahu
teman-temanku.
Stella: Iya kak Melody, kalau
Aldo punya pacar pasti maunya yang seperti adikku.
Sonia: Tuh kan, ujung-ujungnya
aku juga dibawa. Ci Stella gitu banget deh.
Sonia segera menggembungkan pipi,
dan ditertawai oleh semuanya.
Aldo: Hahaha, Stel. Emangnya kamu
tahu karakteristik pacar yang aku mau?
Stella: Gak tahu sih, tapi
pastinya yang seperti Sonia kan?
Seketika itu juga Stella
digelitiki pinggangnya oleh Sonia, dan mengundang tawa dari yang lain.
Aldo: Stel, aku belum niat untuk
pacaran kok. Kan kak Melody belum pacaran, jadi aku gak mungkin pacaran juga.
Melody: Huss, dek. Malah
bawa-bawa Kakak lagi, kamu kalau mau pacaran gak akan Kakak larang kok.
Aldo: Enggak ah Kak, nunggu Kakak
pacaran dulu baru aku akan cari pacar.
Kemudian Melody tersenyum dan
menggeleng-gelengkan kepala, mereka kemudian mengobrol mengenai hal lain, Aldo
hanya menjadi pendengar obrolan para gadis itu.
------------------------------------------------------------
Sore tiba, keempat gadis itu
pamit pulang pada Melody. Aldo merasakan kalau Melody sangat senang sehabis
mengobrol dengan para gadis itu, jadi ia tidak suntuk di rumah selama liburan
kuliah. Aldo pun berniat untuk mengajak teman-temannya yang lain untuk mampir
ke rumah keesokan harinya, dan mungkin setiap hari seterusnya.
Hari Selasa pagi, Aldo baru saja
tiba di kelasnya ketika smartphone-nya bergetar pertanda ada SMS masuk. Ia
langsung bertukar pesan dengan si pengirim pesan yaitu Devin.
Devin: Aldo, nanti kita tanding
kartu yuk.
Aldo: Kartu apaan? Kartu remi?
Devin: Bukan, kartu TCG yang biasa sering kita tanding waktu
kita sekelas dulu. Kalau kartu remi, gue udah bosan menang.
Aldo: Hahah, monyong. Gue kira
kartu remi, tapi gue gak bawa punya gue. Lu ngajak tanding dadakan sih.
Devin: Tenang aja, gue ngajak
tanding dadakan, gue sendiri gak bawa juga. Tapi karena si Hilman bawa 2
tumpukan, jadi kita masing-masing pakai 1 karena Hilman juga bilang mau menguji
mana yang lebih hebat di antara 2 tumpukan kartu punya dia itu.
Aldo: Oh, begitu. Yaudah, tapi si
Hilman gak mihak kan? Maksudnya ngasih elu yang bagus-bagus untuk tanding lawan
gue.
Devin: Enggak, tenang aja. Gue
gak dikasih lihat apa yang akan gue gunain, kalau elu gak percaya nanti tanya
aja Reno, Harris, Bondan, Andi.
Aldo: Arena tandingnya elu bawa?
Atau Hilman yang bawa?
Devin: Tentu si Hilman dong, kan
dia tadinya mau tanding kendalikan sendiri. Gue lihat itu terus usulin deh
mending kedua tumpukan kartu itu kita berdua yang kendalikan, Hilman nonton
aja.
Aldo: Hmm, okelah.
Mentang-mentang elu jago hahaha.
Devin: Hahaha, elu kan juga jago.
Malahan elu lebih sering menang daripada gue.
Aldo: Itu sih karena elu nyusun
strategi sambil kelamaan mikir dampaknya.
Devin: Hehehe, gue udah gak kayak
gitu lagi. Kita lihat nanti siapa pemenangnya, mereka berlima jadi saksi.
Aldo: Yaudah, nanti istirahat
kedua aja ya. Gue makan di istirahat pertama soalnya.
Devin: Hmm, oke deh. Tenang aja,
gue gak akan cari kesempatan untuk ngintip 2 tumpukan kartu itu.
Aldo tidak membalas SMS lagi, ia
segera memasukkan smartphonenya kembali ke saku celana. Pelajaran pertama
dimulai, Sonya bertanya siapa yang SMS-an dengan Aldo tadi, dan Aldo hanya
menjawab ‘teman lama’.
Istirahat pertama tiba, Aldo
pergi makan ke kantin dan saat ia sudah duduk sendiri di meja untuk 2 orang, ia
tidak langsung makan, melainkan mengirim SMS pada Melody untuk memberitahu
kalau ia hendak makan. Tiba-tiba ada seorang gadis mendekati mejanya.
Gadis: Emm, maaf, boleh aku duduk
di sini? Tempat duduk lainnya sudah penuh.
Aldo melihat sekeliling kantin
dan ternyata benar, hanya di tempat duduk yang berhadapan dengan tempat duduk
Aldo masih kosong.
Aldo: Hmm, nama kamu siapa ya?
Gadis: Namaku Sisca.
Aldo: Oke, Sisca, duduk aja.
Kebetulan aku sendiri dari tadi.
Sisca tersenyum, lalu duduk di
kursi berhadapan dengan Aldo. Sekilas Aldo melihat wajah Sisca mirip seseorang,
tapi ia lupa siapa.
Sisca: Emm, kalau nama kamu
siapa?
Aldo: Namaku Aldo, kelas 11 IPA
3.
Sisca: Oh, kakak kelas. Maaf, aku
gak tahu.
Aldo: Hahah, enggak apa-apa. Kamu
masih kelas 10, Sisca?
Sisca: Iya, Kak. Kelasku 10 IPS
3.
Mereka berdua lalu makan bersama,
dan Aldo tentu saja sudah selesai duluan meskipun makanan mereka sama jenis dan
porsinya. Aldo langsung heran saat melihat tag name Sisca sambil meminum jus
jeruknya, ia menunggu Sisca selesai makan untuk menanyakannya. Saat Sisca baru
selesai makan dan mengelap bibirnya dengan tisu, Aldo mulai bertanya.
Aldo: Emm, Sisca, kamu orangnya
PD ya?
Sisca(heran): Hah? Maksud Kakak?
Aldo: Itu tag name kamu tertulis
‘Fransisca Saraswati P.D.’
Sisca: Oh, nama panjangku
Fransisca Saraswati Puspa Dewi, Kak.
Aldo: Hmm, jadi PD itu Puspa
Dewi, aku kira kamu orangnya PD hehehe.
Sisca: Ada-ada aja kak Aldo, mana
mungkin di tag name boleh ditunjukkan orangnya PD.
Aldo: Hahahah, kali aja.
Mereka saling bercerita suasana
kelasnya, Aldo juga merasa Sisca imut karena ketika dia tertawa, giginya nampak
seperti tonggos, walaupun tidak membuat ilfeel bagi Aldo. Tak lama kemudian
mereka berpisah kembali ke kelasnya masing-masing.
Waktu istirahat kedua pun tiba,
dan Aldo segera menuju kantin lagi untuk mencari Devin dan yang lainnya. Ia
berjalan pelan mengitari kantin dan akhirnya menghampiri sebuah meja dimana
sudah ada Devin, Bondan, Andi, Harris, Hilman, dan Reno.
Aldo: Hai kawan-kawan, gimana?
Biar adil, jumlah kartunya sama kan?
Hilman: Iya dong Do, kalian
sama-sama pakai 50 kartu. Gue juga bawa arena tandingnya
Reno: Nanti gue dan Andi akan
jadi penasehatnya Devin.
Andi: Yo’i, terus Bondan dan
Harris jadi penasehat elu, Do.
Aldo: Gue gak perlu penasehat
kok.
Harris: Ckckck, Do. Devin yang
sekarang pemikiran strateginya dahsyat loh.
Bondan: Bener Do, kami beberapa
kali tanding dengan dia, cuma bisa sekali menang.
Hilman: Gue malahan gak pernah
bisa menang lagi lawan dia. Makanya gue agak ragu mana diantara 2 tumpukan
kartu gue yang lebih hebat, karena tak sekalipun bisa menang lawan punya Devin.
Devin: Hahaha, lu denger sendiri
kan Do? Nanti elu siap-siap kalah ya?
Aldo: Yaudah, mending kita mulai
aja deh. Shuffle dulu.
Pertandingan kartu TCG pun dimulai antara Devin melawan
Aldo setelah Hilman menggelar arena tandingnya. Hilman berdiri menyaksikan,
sementara Aldo duduk diapit Bondan dan Harris, Devin duduknya diapit Andi dan
Reno. Sebagaimana penasehat, Reno dan Andi sesekali menyarankan Devin untuk
menggunakan kartu di tangannya, Harris dan Bondan juga menyarankan Aldo menggunakan
kartu yang berfungsi sebagai ‘umpan’. Aldo mengikuti strategi yang disarankan
Harris dan Bondan, sehingga pertandingan itu berakhir dengan kemenangan Aldo.
Devin: Haaah, gue kalah.
Aldo: Hahaha, Vin. Padahal kalau
gue salah strategi tadi, lu bisa menang loh.
Devin: Hmm, gimana kalau kita
tanding sekali lagi, tapi sekarang tukaran.
Aldo: Okelah, ayo!
Mereka kemudian bertukar tumpukan
50 kartu itu dan mengocoknya kembali, seperti tadi kembali para ‘penasehat’
memberi saran, yang diikuti oleh kedua peserta tanding itu, hasilnya adalah
Devin yang menang.
Devin: Yeah, kali ini gue menang!
Aldo: Hahaha, padahal gue salah timing tuh.
Devin: Hmm, benar juga ya. Nah,
Man, lu udah tahu kan kalau yang terakhir gue gunakan ini yang lebih hebat
susunan kartunya.
Hilman: Oke, thank you Devin,
Aldo.
Devin: Tapi kayaknya kurang seru
deh kalau pakai punya elu, Man.
Aldo: Wah, Vin. Gue tahu kok
maksud elu, pasti mau tanding dengan punya gue lagi kan?
Devin: Heheh, tahu aja lu. Besok
kita tanding pakai punya kita ya, Do. Gue udah rombak banyak susunan kartu gue
sehingga yang sekarang susah dikalahin Reno, Andi, Harris, dan Bondan.
Aldo: Yaudah, gue sih oke-oke
aja. Gue nanti rombak sedikit ajalah, jumlahnya jadi 50, kan terakhir gue pakai
jumlahnya masih 60.
Devin: Nah, kebetulan Do. Susunan
kartu gue sekarang 50, gak kayak sebelumnya cuma 45.
Aldo: Hmm, nanti pulang gue akan
segera lihat lagi dan akan gue lap. Soalnya udah lama gak dipakai, mungkin udah
berdebu.
Devin: Jadi besok kita tandingnya
seperti waktu sekarang, kan Do?
Aldo: Benar, nanti gimana? Pakai
penasehat juga?
Harris: Hahah, gue gak perlu deh.
Kan itu susunan kartu punya lu, jadi gue rasa strategi elu nanti lebih bagus,
Do.
Bondan: Sama Do, gue gak ikut
campur deh nanti.
Reno: Gue kayaknya nonton aja deh,
Vin.
Andi: Iya, Vin, gue gak mau bantu
elu, biar elu kalah nanti hahaha.
Devin: Hahah, kunyuk lu Di,
tenang aja gue juga gak mau ada penasehat kalau tanding dengan susunan kartu
gue sendiri. Bukannya sombong tapi biar strategi gue murni, jadi nanti kalau
menang lawan Aldo bisa lebih bangga gue.
Mereka kembali tertawa
bersama-sama, dan kemudian waktu istirahat kedua sudah berakhir, Aldo pun
berpisah dengan teman-temannya.
Sepulang sekolah, Aldo mengajak
Jeje mampir ke rumahnya, lalu ia segera membonceng Jeje dan menuju rumahnya.
Selama perjalanan, Jeje mengirim SMS pada Kalvin untuk menjemputnya agak sore
di rumah Aldo, karena ia akan mampir dulu, setelah itu ternyata Ayana mengirim
pesan LINE pada Jeje, memberitahu kalau ia mau mampir ke rumah Jeje, yang segera
dibalas Jeje kalau ia tidak ada di rumah nanti, ia akan mampir ke rumah Aldo.
Dan Jeje juga mengirimkan alamatnya kepada Ayana.
Di luar kelas 11 IPS 6, Ayana
baru saja menerima pesan LINE dari Jeje yang berisi alamat rumahnya Aldo.
Yupi: Ayana, jadi gimana? Kita
gak jadi ke rumah ‘Mami’ kamu?
Ayana: Iya, Yupi. Nanti kita ke
rumahnya Aldo, ini aku baru dikirimin alamatnya oleh Mami.
Shani: Hmm, Ay, Aldo siapa?
Yupi: Huh, gimana sih kamu Shan,
kan tadi udah dibilang.
Shani: Heheh, aku gak menyimak.
Ayana: Kata Mami sih itu teman
sekelas dia, Mami pernah neduh di rumahnya waktu hujan.
Yupi: Jadi gak kita ke sana, Ay?
Ayana: Jadi dong, tapi kamu yang
nyetir, Shani.
Shani: Kok aku sih?
Ayana: Please Shani, ya, aku agak ngantuk nih. Daripada nanti...
Shani: Iya, iya, aku ngerti kok
maksud kamu.
Yupi: Jadi kita makan siang dulu
atau langsung ke sana?
Ayana: Makan aja dulu, di warung
dekat sekolah.
Lalu ketiga gadis itu segera
pergi ke warung makan di dekat sekolah. Selesai mereka makan siang,
berangkatlah mereka ke rumahnya Aldo dengan mobil Ayana, disupiri Shani.
Pada saat yang bersamaan, Aldo
telah sampai di rumah, dan mengajak Jeje masuk. Melody menyambutnya dengan
senang, mereka bertiga lalu makan siang bersama. Kemudian Melody mengobrol dengan
Jeje di ruang tamu, baru beberapa menit kemudian bel rumah berbunyi, Aldo
segera membukakan pintu.
Aldo: Emm, kalian siapa ya?
Ayana: Aku temannya Mami Jeje.
Aldo(setengah berteriak): Hah?
Mami?
Mendengar suara Aldo, Melody dan
Jeje bergegas ke depan rumah.
Ayana: Hai Mami!
Jeje: Duh, jangan bikin kaget
orang lain dong.
Aldo: Hehehe, masa elu dipanggil
Mami, Je. Mereka siapa ya?
Jeje: Ini Ayana, temanku, dan
juga Yupi, Shani teman sekelasnya Ayana.
Melody: Eh, masuk aja, masa
ngobrol di luar.
Dan mereka semua pun masuk,
mengobrol di ruang tamu dengan diawali perkenalan. Jeje beserta Ayana, Yupi,
Shani kemudian mulai bisa akrab dengan Melody, Aldo tidak ikut mengobrol, ia
pamit ke kamarnya di atas. Tak terasa waktu beranjak sore, dan Aldo dari
kamarnya mendengar suara mobil melaju meninggalkan area rumah itu. Malam pun
tiba, sehabis makan malam Melody dan Aldo menonton TV. Saat jeda iklan, Melody
angkat bicara.
Melody: Dek, kamu punya berapa
pacar sih?
Aldo: Hah? Kapan aku punya pacar,
Kak?
Melody: Itu kemarin 4 cewek
mampir kemari, hari ini juga 4 cewek yang mampir, jadi pacar kamu ada delapan
ya, hihihi.
Aldo: Mulai deh Kakak ngaconya,
aku mana sanggup pacarin 8 cewek sekaligus, 1 aja pasti susah. Kalau aku
beneran pacarin 8 cewek itu sekaligus, bagi waktunya gimana?
Melody: Ya kali aja kamu mau, kan
mereka cantik-cantik, terutama Naomi.
Aldo: Ckckck, Kakak teruskan
nonton deh, aku udah ngantuk nih.
Melody yang tahu Aldo hanya
beralasan agar tidak membahas Naomi lagi hanya tersenyum, dan Aldo memang tidak
langsung tidur setibanya di kamar. Ia memikirkan siapa yang akan diajaknya
besok untuk mampir ke rumah, dan memutuskan akan mengajak Nabilah, karena
sepertinya Nabilah mengenal Melody, tapi Aldo tidak tahu kapan dan dimana. Ia
juga sekalian akan menanyakan itu besoknya.
Aldo’s dream
start...
Jalannya waktu di kehidupan Aldo
sama dengan di kehidupan nyatanya sejak beberapa bulan lalu, sehingga sekarang
adalah sudah lebih dari 3 bulan berlalu sejak Aldo memberikan hadiah ulang
tahun pada Shania, yang berupa anjing berwarna coklat jenis husky. Di ulang tahun Ve sekitar sebulan
lalu, Aldo menyempatkan untuk memberikan hadiah pada ‘kakak’nya itu, yang
berupa sketsa wajahnya Ve yang sedang tersenyum merangkul Gre dan Violet. Ve
nampak sangat senang ketika diberi hadiah itu, Aldo memang berbakat gambar di
kehidupan mimpinya.
Tanggal 29 September 2016, di
kelasnya Aldo, ia sedang menggenggam tangan Shania dengan Shania bersandaran
padanya, melihat itu Indra menegurnya.
Indra: Woi, Do, masih pagi nih,
lu udah mesra aja dengan dia.
Aldo: Cerewet lu Dra, kan lu juga
bisa sama cewek lu tuh siapa namanya?
Indra: Yupi, masa gitu aja lupa.
Aldo: Ngapain gue ingat nama
pacar orang lain? Kurang kerjaan banget, lagian lu kan bisa samperin ke
kelasnya.
Indra: Iya sih, tapi gak mungkin
tuh Yupi mau nyandar kayak cewek lu Do.
Aldo: Itu mah DL, Derita Lu
hahahaha.
Indra: Di kelas ini cuma lu yang
pagi-pagi udah mesra dengan cewek, Do.
Aldo: Biarin, toh guru belum
datang. Sirik aja lu, gak lihat apa bukan cuma gue yang mesra dengan pacar,
lihat tuh si Bagus juga sama.
Dan Indra melihat memang benar
yang dikatakan Aldo, di bangku belakang Sonya sedang tertawa, mungkin sehabis
digombali Bagus.
Aldo: Makanya, lu buruan samperin
tuh pacar lu si permen, daripada entar diemut cowok lain.
Indra: Hahaha, monyong. Yaudah,
gue samperin dia dulu. Bye.
Seketika itu Indra segera pergi
keluar kelas, Shania lalu bertanya pada Aldo.
Shania: Darling, emang benar ya
nama pacarnya Indra adalah Yupi?
Aldo: Nia, itu cuma nama
panggilannya kok. Kalau nama aslinya Cindy Yuvia. Aku kadang lupa nama
panggilannya.
Shania: Emang dia kelas berapa,
darling?
Aldo: Sama kayak kita, kelas 11.
Dia di IPS 6, karena setiap orang lihat wajahnya imut banget, jadi mirip permen
mungkin makanya dipanggil Yupi.
Shania: Hihihi, ada-ada aja.
Aldo’s dream end.
Paginya alarm smartphone-nya
membangunkan Aldo dari mimpi, ia menggerutu sendiri karena sedang asyik mesra
dengan pacarnya malah dibangunkan oleh alarm yang nyaring. Tapi tetap saja
ketika ia bangun, perasaannya pada Shania menjadi biasa saja, tidak seperti di
kehidupan mimpi dimana ia kepincut dan akhirnya pacaran dengan Shania, itupun
ketika kakaknya Melody sudah pacaran sekitar 2 bulan dengan Kalvin.
Aldo segera bersiap pergi ke
sekolah, dan ia pun berangkat setelah pamit pada Melody. Saat sampai di kelas,
ia melihat Bagus duduk di bangkunya.
Aldo: Buset, Gus, pagi-pagi udah
panas aja bangku gue.
Bagus: Eh, elu Do. Tenang aja,
gue baru duduk sekitar 2 menit kok.
Lalu Bagus beranjak dari bangku
Aldo, gentian Aldo yang duduk.
Aldo: Buset, lu baru duduk bentar
aja udah hangat nih bangku. Emang kayaknya elu punya banyak anak deh.
Sonya pun tertawa mendengar
perkataan Aldo, Bagus hanya cengengesan lalu kembali duduk di bangkunya dan
Vania belum datang, para murid kelas itu jumlahnya bisa dihitung dengan jari
karena masih terlalu pagi.
------------------------------------------------------------
Waktu istirahat pertama tiba,
Aldo seperti biasa pergi makan ke kantin, sejak tahun ajaran baru ini ia makan
pagi di kantin, agar lebih cepat tiba di sekolah ketika berangkat lebih awal.
Ketika sedang melahap makanan di
meja yang bisa diduduki 6 orang, Aldo kedatangan 3 orang gadis yang tidak
dikenalinya.
Gadis 1: Emm, permisi, boleh kami
duduk di sini? Tempat duduk lain penuh soalnya.
Aldo: Oh, silahkan aja. Kebetulan
aku sendiri kok.
Gadis 2: Terimakasih.
Ketiga gadis itu pun duduk
berdampingan di hadapan Aldo, sebelum mulai makan mereka memperkenalkan diri.
Gadis 1: Perkenalkan, namaku
Jennifer Rachel Natasya, biasa dipanggil Rachel.
Gadis 2: Kalau aku Nadila Cindi
Wantari, biasa dipanggil Nadila.
Gadis 3: Emm, namaku Alicia
Chanzia, sering dipanggil Acha.
Aldo pun berjabat tangan
bergantian dengan tiga gadis itu.
Aldo: Namaku Aldo Vorgian, kelas
11 IPA 3. Kalian kelas berapa?
Rachel: Sama, kami juga kelas 11.
Nadila: Iya, kami kelasnya di 11
IPS 2.
Aldo: Oh, yaudah kalian segera
makan, deh, soalnya aku samar-samar dengar bunyi perut kalian, hehehe.
Ketiga gadis itu tertawa ringan,
lalu mengangguk, mereka mulai makan, Aldo melanjutkan makannya yang hampir
selesai, ia pun meminum habis jus jeruknya dalam waktu 10 detik. Ketiga gadis
itu melongo, namun segera disadarkan Aldo dengan ia mulai beranjak.
Aldo: Emm, aku balik ke kelas
dulu ya, kalian lanjut aja makannya.
Mereka bertiga hanya mengangguk,
melihat Aldo sudah jauh barulah mereka membuka pembicaraan.
Acha: Eh, kalian lihat gak tadi?
Rachel: Iya, cepat banget ya dia
minumnya.
Nadila: Itu cara dia minum jusnya
kayak black hole.
Acha: Benar juga Nad, hihihi.
Ketiga gadis itu tertawa kecil
dan segera lanjut makan, sementara itu Aldo sudah tiba di kelasnya dan seperti
biasa melihat Bagus duduk di tempatnya dan ngobrol dengan Sonya. Tak ambil
pusing, Aldo segera duduk di bangkunya Bagus, di samping Vania. Tak ada
pembicaraan antara Aldo dan Vania, ketika bel pertanda waktu istirahat pertama
berakhir bunyi, Aldo dan Bagus bertukar tempat duduk kembali.
Istirahat kedua, Aldo menemui
teman-temannya di kantin dengan saku celananya yang berisi 50 set kartu TCG untuk bertanding melawan Devin. Dan
Hilman juga yang menggelar arena tandingnya lagi, karena Aldo dan Devin hanya
membawa susunan 50 kartu mereka. Seperti kemarin, Reno dan Andi duduk mengapit
Devin tapi hanya menonton, tidak memberi saran begitupun juga Harris dan
Bondan, melihat strategi Aldo yang kemudian mengalahkan Devin, karena mereka
sepakat untuk 3 kali layaknya pertandingan resmi, jadi kedua kalinya Devin
menang, dan ketiga kalinya Aldo kembali menang. Gelak tawa terdengar dari
Hilman yang menonton sambil berdiri.
Hilman: Hahaha, Vin, udah gue
bilang lu tuh harus hati-hati dengan Gravity
Bind.
Devin: Mana gue ingat kalau Aldo
punya itu, lagian setiap gue duel dengan Aldo, dia cuma makai itu 2 kali ke
gue, termasuk yang barusan.
Reno: Haha, kalau lawan gue sih,
gak pernah makai, karena dia gak beruntung untuk makainya, kartu itu selalu
terselip di tumpukan kartunya.
Harris: Iya, tapi lu kan tetap
kalah Ren, hahaha.
Kali ini Reno yang ditertawai, ia
hanya bersungut-sungut, lalu kembali bicara.
Reno: Itu kan gue salah langkah,
makanya kebanyakan kalah lawan Aldo.
Andi: Alasan aja lu Ren, lawan
Devin juga lu baru imbang.
Devin: Haha, benar Ren, emang
Aldo kan paling jago.
Aldo: Hehe, lu gak dendam kan Vin
kalah lagi?
Devin: Enggaklah Do, ini kan cuma
permainan, kalau si Hilman yang lawan lu tadi mungkin sih dia dendam.
Kali ini Hilman yang ditertawai,
ia memasang muka masam pada Devin lalu bicara.
Hilman: Gue kalau duel lawan
kalian semua gak mungkin dendam pas kalah, cuma lawan Jaka baru gue bisa dendam
habis kalah.
Bondan: Hahah, lu ada masalah apa
sih sama Jaka?
Hilman: Oh, bukan masalah besar
kok. Tenang aja, nanti lain kali gue cerita ke kalian.
Bondan: Kalau duel lawan gue,
Aldo banyak makai Gravity Bind tapi
efeknya gak ngaruh banyak ke gue hahaha.
Aldo: Hahaha, benar tuh. Kalian
harus coba strategi Bondan kalau takut Gravity
Bind gue.
Andi: Ogah, Do, itu sih bukan
strategi murni kami kalau kami ikut punya Bondan.
Devin, Reno, Harris, dan Hilman pun
memanggut-manggut.
Reno: Benar kata Andi, Do.
Kita-kita kan punya strategi yang berbeda-beda, strategi Jaka juga sehebat elu
dan Devin. Tapi dia kurang beruntung aja, makanya kalah melulu lawan kalian
berdua.
Harris: Bener tuh, hahaha. Gue
sering kalah juga lawan Jaka. Tapi tentu aja ada menangnya juga.
Mereka semua lalu membicarakan
hal lain, yaitu pacar-pacarnya. Aldo hanya menjadi pendengar, saat waktu
istirahat kedua berakhir mereka segera kembali ke kelas.
Sepulang sekolah, para murid
sudah banyak yang berhamburan keluar kelas, tinggal beberapa saja yang masih
beres-beres buku. Baru saja Nabilah beranjak dari bangkunya, Aldo memanggilnya.
Nabilah: Ada apa curut?
Aldo: Lu mau gak mampir ke rumah
gue?
Nabilah: Gue ada urusan, gak
bisa.
Aldo: Oh, yaudah, gue gak maksa
kok. Gue ajak yang lain aja buat mampir ke rumah ngobrol dengan kak Melody.
Nabilah: Eh, bentar-bentar. Gue
bisa kok, urusan gue maksudnya makan siang dulu.
Aldo: Yakin nih? Bukan karena kak
Melody?
Nabilah: Ih, udah deh curut,
beneran kok.
Aldo: Hmm, gue tunggu ya nanti,
kalau perlu ajak Sonya, kalian kan kembar dempet hahah.
Nabilah: Heh curut, asal jeplak
aja lu kalau ngomong.
Aldo sudah duluan keluar kelas,
baru saja ia keluar kelas seseorang menahan pundaknya.
TO BE CONTINUED...
By: E.D.
Komentar
Posting Komentar