Between Dream And Reality, Part 6
Part 6: The guardian
Hal janggal yang sedang
dipikirkan Aldo sambil menonton TV adalah tentang batu emerald seukuran
kelereng pada batang sebuah pohon di taman kota.
Aldo(berpikir): Apakah DREAMSTONE
muncul begitu saja ya di pohon itu? Atau ada penyebabnya? Ah tapi untuk apa gue
pikirin, toh ada untungnya gue nemuin benda seperti itu.
Kemudian Aldo pun merasa ada
sesuatu lagi yang janggal. Smartphone-nya dilihatnya menunjukkan waktunya: WED,
JAN 28, 2015 | 08:57 PM
Aldo(berpikir): Nih smartphone
rada gila deh, masa bisa loncat 5 hari meskipun jamnya betul.
Smartphone itu lalu disetel Aldo
ke waktu yang sebenarya: MON, JAN 12, 2015 | 08:58 PM, dan Aldo pun mendapat
notifikasi kalau ada virus di sistem smartphone-nya.
Aldo(berpikir): Sial, rupanya
kena virus. Gue kayaknya harus bersihin dengan antivirus tapi mesti download
lagi.
Dalam beberapa menit browsing,
Aldo pun telah men-download antivirus untuk sistem smartphone-nya, dan ia pun
tersenyum setelah mendapat notifikasi yang menyatakan sistem smartphone telah
bersih dari virus. Aldo pun melanjutkan menonton TV bersama kakaknya yang
sedari tadi fokus menontonnya.
------------------------------------------------------------------------
Selasa pagi, Aldo melanjutkan
aktivitasnya di sekolah. Kerumunan cowok kelas 10 IPA 3 sedang mendengarkan
pengalaman Bagus ketika liburan semester 1 kemarin.
Heru: Gus, lu
nekat banget sih nyuri buah mangga tetangga lu.
Yudha: Iya Gus,
bukannya lu pernah bilang kalau anjing tetangga lu itu ngawasin sekitar pohon
mangganya.
Bagus: Nah itu
dia, gue lihat situasinya aman karena rumah sedang ditinggal pemiliknya
sebentar dan anjing itu malah asyik tidur di kandangnya.
Derry: Jadi,
berhasil dong nyurinya?
Bagus: Yo’i,
itupun dengan langkah sangat pelan untuk manjat tuh pohon karena buah yang siap
santap letaknya paling tinggi.
Aldo: Jadi
gimana rasanya waktu itu? Deg-degan atau gemetaran?
Bagus: Gemetaran
sih dikit, tapi lebih deg-degan karena posisi buahnya itu di atas tembok rumah
jadi ada kemungkinan dipergoki tetangga gue yang lain.
William: Hahaha,
tapi akhirnya berhasil kan?
Bagus: Berhasil
dong, buktinya gue masih hidup sampai sekarang.
Yudha: Lebay lu
Gus, kalaupun ketahuan juga gak mungkin dieksekusi keles.
William: Bener,
emang nih kayaknya Bagus punya skill untuk jadi thief.
Gelak tawa pun terjadi karena
perkataan William barusan.
Bagus: Bangke,
gue nyuri waktu itu lantaran lagi lapar banget. Habis jogging di hari yang
mataharinya terik. Haus tapi lapar juga, jadi biar gampang ngatasinnya pake
buah mangga aja.
Derry: Iya, tapi
kayaknya hal itu susah diulangi deh. Lu pernah bilang kan kalau tuh anjing
jarang tidur kalau majikannya pada pergi semua.
Bagus: Bener Der,
gue waktu itu beruntung aja. Jadi Wil, itu bukan thief skill. Itu LUCK!
William: Terserah
deh hahaha, eh lihat deh si Indra dari tadi diam sambil senyum-senyum sendiri.
Mereka semua pun melihat memang
benar Indra kelihatan sedang melamun sambil senyum sendiri, lamunan Indra pun
terhenti karena pundak kirinya ditepuk Yudha.
Indra: Kenapa Yud?
Yudha: Lu kenapa
dari tadi senyam-senyum? Mikir jorok?
Indra: Enak aja,
lu tuh yang sering mikir jorok. Gue lagi naksir cewek.
Aldo: Oh, gue
tahu. Pasti cewek kelas IPS 6 kan?
Para cowok pun terkejut, karena
menurut kabar angin para murid cewek di kelas 10 IPS 6 cantik-cantik. Kabar
angin itu didapat dari seorang murid cowok 10 IPS 6 yang merupakan tetangganya
Heru.
Indra: Tau aja lu
Do, hehehe.
Aldo: Lu tau gak
namanya? Masa naksir gak tau nama.
Indra: Mana gue
tahu, yang penting tuh cewek sesuai selera gue, imut banget.
Heru: Selera,
emangnya makanan? Kayaknya gue tahu deh yang lu maksud siapa.
Indra: Siapa
namanya, Her?
Heru: Kalau
perkiraan gue bener, cewek paling imut di kelas itu namanya Cindy Yuvia.
Teman-teman sekelasnya memanggil dia ‘Yupi’. Tapi belum tentu itu orangnya.
Indra: Thanks
Her, gue akan selidikin sendiri cewek yang gue taksir adalah Yupi atau bukan.
Aldo: Her,
bukannya panggilan ‘Yupi’ itu kayak memanggil dia dengan nama merek permen?
Heru: Gak tau
tuh, kata tetangga gue yang sekelas dengan dia panggilan itu lantaran dia imut
kayak permen merek Yupi.
Yudha: Hahahaha
ada-ada saja, bedanya dia gak bisa dimakan.
William: Dra, lu
barusan bilang ‘selidikin’ maksudnya lu mau ngekor dia kemana-mana?
Indra: Kagak,
cuma ngekor dia di kawasan sekolah saja. Dan yang pasti gue bakal nguping tuh
teman-teman sekelasnya manggil dia apa ketika ngobrol.
Derry: Mau kita
bantuin Dra?
Indra: Enggak ah,
kalau rame-rame kan pasti ketahuan. Entar gue susah sembunyi pas ngekorin dia
dengan teman-temannya.
Aldo: Nah kalau
William bilang si Bagus punya skill thief, ini Indra punya skill juga.
William: Apaan tuh
Do?
Aldo: Skill jadi
stalker. Hahahaha.
Gelak tawa kembali terdengar di
kerumunan cowok, Indra hanya bersungut-sungut. Tak lama kemudian mereka pun bubar
karena bel berbunyi tanda pelajaran
pertama akan dimulai.
------------------------------------------------------------------------
Jam istirahat pertama, Indra
mulai melancarkan aksinya dengan segera keluar kelas dan melangkah pelan ke
dekat kelas 10 IPS 6. Beberapa menit kemudian Indra diam-diam membuntuti Yupi
yang akan menuju kantin bersama Shani dan Ayana. Indra pun melihat ternyata
mereka bertiga duduk bersama Frieska yang sudah duluan berada di salah satu
meja kantin.
Indra pun diam-diam duduk di
sebuah meja tak jauh dari situ untuk mendengar perbincangan mereka berempat.
Dan Indra akhirnya mengetahui memang benar cewek yang ditaksirnya itu Yupi.
Merasa cukup info, Indra pun diam-diam kembali ke kelasnya.
Sesampainya di kelas, Derry pun
menyambut Indra.
Derry: Wiiih,
udah selesai misinya Dra?
Indra: Udah dong,
gue gitu loh.
Aldo: Berarti
benar kan guys, Indra punya skill jadi stalker.
Para cowok pun cekikikan
mendengar omongan Aldo barusan.
Indra: Monyong
lu, gue kan belajarnya dari Yudha.
Yudha: Lah, kok
bawa-bawa gue jadinya.
Indra: Kan gue
pernah lihat lu diam-diam ngikut Marsya yang ke kantin.
Yudha: Itu kan
semester lalu, pas awal gue naksir dia. Sekarang enggak lagi.
Derry: Kenapa
enggak lagi Yud?
Yudha: Karena gue
yakin Marsya naksir gue juga. WUAHAHAHAHAHA.
Bagus: Yud, biasa
aje deh ketawanya.
Heru: Iya nih,
kayak gak pernah ketawa aja. Macem setan pula ketawanya.
Aldo: Gimana lu
bisa yakin Yud?
Yudha: Karena gue
sering jalan bareng Marsya, meskipun kebanyakan dia yang ngajak.
Derry: Jalan bareng
kayak gimana Yud?
Yudha: Hangout ke
kafe, nonton film. Terus nemenin dia shopping juga.
Heru: Terus lu
yang bayar pas dia shopping?
Yudha: Enggak,
dia bayar sendiri kok. Cuman kadang-kadang kalau di kafe gue yang bayar, tapi
karena kemauan gue.
Bagus: Wah,
mantap mantap. Berarti Marsya gak matre ya, pengen gue pacarin deh.
Seketika kepala Bagus ditoyor
oleh Yudha.
Yudha: Enak aje
lu ngomong, gue yang pdkt malah lu yang mau jadian.
Bagus(terkekeh):
Bercanda Yud, sensi banget sih. Lagi dapet ya?
Para cowok pun menertawai Yudha,
tak lama setelah itu waktu istirahat berakhir dan pelajaran kembali berlanjut.
Waktu istirahat kedua tiba, dan
di sebuah meja kantin yang rapat ke dinding ada seorang siswi SMA sedang
ngobrol akrab dengan Ve, pipinya sedikit tembem.
Ve: Jadi, ketua kelas kamu tadi
dihukum guru?
Siswi: Iya kak Ve, terus guru di
kelasku tadi juga nanya dia udah punya pacar atau belum.
Ve: Loh, kenapa ditanya guru itu?
Siswi: Gurunya gak jadi ngasih
hukuman kalau pertanyaan itu dijawab, hihihi.
Ve: Oh, ada-ada aja. Jadi ketua
kelas jawab apa?
Siswi: Dia bilang dia ada pacar
tapi dari kelas 11. Aku lihat tadi para siswi kayaknya kecewa deh, soalnya
ketua kelas juga lumayan ganteng sih.
Ve: Hayoo, kamu juga kecewa kan?
Gak bisa macarin ketua kelas jadinya.
Siswi: Enggak kok Kak, aku belum
dibolehin pacaran oleh Ayahku. Karena aku kan baru kelas 10, dan kalaupun aku
pacaran backstreet juga, Ayahku pasti lebih marah lagi.
Ve: Jadi, si ketua kelas ditanya
juga nama siswi kelas 11 yang jadi pacarnya?
Siswi: Sempat ditanya guru, tapi
karena dia kelihatannya gugup pas ditanyai nama pacarnya, guru pun gak jadi
nanyainnya. Terus dia langsung dibolehin duduk deh, tapi kalau ketahuan tidur
lagi akan dipaksa push up 20 kali sambil menyebut nama pacarnya berkali-kali.
Ve: Hehehe, gurunya iseng banget
sih. Pasti guru pelajaran Sejarah ya?
Siswi: Eh bener, kok kak Ve tahu?
Ve: Tahu dong, guru sejarah di
sekolah ini kan cuma beberapa, dan ada satu yang memang iseng. Pasti Pak
Salihin deh.
Siswi: Emangnya dia sering iseng
ya, Kak?
Ve: Sering dong, dari kelas 10
teman sekelas Kakak pada habis dikerjain olehnya, tapi dia gak pernah ngerjain
ketua kelas. Baru kali ini Kakak denger dia ngerjain ketua kelas.
Siswi: Oh begitu, hehehe.
Emangnya dikerjain seperti apa?
Ve: Misalnya kalau ada yang
melamun, diam-diam dia coret kening pakai spidol tapi spidolnya permanen. Terus
kalau ada yang ngunyah permen karet, dia nyuruh sebutin nama-nama korban G30 S
lengkap dengan pangkatnya.
Siswi: Hmm, berarti guru itu
isengnya cuma dengan murid yang tidak memperhatikan pelajaran dong?
Ve: Ya begitulah, Kakak sendiri
juga pernah diam-diam menguap waktu dia menerangkan pelajaran. Habisnya
ngebosenin sih, apalagi Kakak kan kelas IPA.
Mereka melanjutkan obrolan sambil
makan, tak lama setelah itu siswi itu selesai makan dan pamit duluan ke
kelasnya, sementara Ve masih makan. Seorang siswi lain kemudian duduk di
samping Ve.
Siswi: Ve, tadi itu siapa?
Ve: Adik kelas, dari kelas 10 IPS
1. Kenapa emangnya?
Siswi: Tumben kamu ngobrol akrab
dengan adik kelas?
Ve: Habis orangnya juga asyik
diajak ngobrol, terus kayaknya dia sedikit teman deh.
Siswi: Hmm, ini kamu kayaknya
makan gak habis-habis dari tadi.
Ve: Gimana mau habis, kalau aku
dari tadi diajak ngobrol, Yona. Huuuh.
Yona: Hihihi, yaudah lanjut makan
aja.
Beberapa menit setelahnya, Ve
selesai makan dan Yona pun kemudian selesai makan. Mereka berdua kembali ke
kelasnya.
------------------------------------------------------------------------
Sepulang sekolah, Aldo menuju
pohon dimana DREAMSTONE berada. Dilihatnya keadaan batu itu seperti kemarin, di
batang pohon seperti tertekan ke dalam dan tulisan di atasnya masih ada
meskipun di bawah pohon itu tak ada papan kayu tua kemarin. Aldo kembali
membaca tulisan di pohon itu tepatnya di atas letak DREAMSTONE. Ia pun
mendalami arti tulisan itu, dan lalu berpikir.
Aldo(berpikir): Emerald? Satu
dari 8 jewel stones? Punya kekuatan diluar akal sehat manusia? Mungkin kekuatan
itu yang menyebabkan gue bisa melanjutkan mimpi, tapi kenapa baru sekarang,
bukan beberapa bulan lalu di semester 1? Pasti ada hal yang menyebabkan itu.
Selagi berpikir sambil melihat
tulisan itu, Aldo kemudian merasa ada yang mengawasi dia. Ia pun
celingak-celinguk mencari siapa sosok yang mengawasinya, tapi tak ada siapapun.
Aldo lalu bergegas pergi dari tempat itu, dan pulang ke rumahnya.
Keesokan harinya di hari Rabu,
hujan gerimis mulai turun pada jam pelajaran pertama sekolah itu. Pertama
kalinya hujan turun di semester 2, dan sampai waktu istirahat pertama berakhir
barulah hujan berhenti. Sepulang sekolah, para siswa dan siswi berhamburan
pulang. Di kelas 10 IPA 3, tinggal seorang siswi yang belum pulang, karena ia
dari tadi sedang SMS-an dengan seseorang. Ketika sekolah sudah mulai sepi, ia
baru saja melangkah keluar kelas.
Siswi itupun berjalan kaki menuju
rumahnya setelah keluar dari gerbang sekolah. Langit yang cerah menemani
perjalanannya pulang. Sambil berjalan pulang, dia bergumam sendiri.
Siswi: Duh, kenapa sih kak Kalvin
malah ada kuliah pengganti hari ini, jadinya aku pulang jalan kaki deh.
Sepuluh menit berjalan kaki, ia
merasa langit mulai mendung.
Siswi(berpikir): Aduh, kayaknya
mau hujan deh.
Dan benar saja, baru 2 menit lagi
ia berjalan hujan mulai turun. Mulanya gerimis, dan kemudian menjadi deras.
Alhasil siswi itu pun berlari di bawah guyuran hujan untuk sampai ke rumahnya.
Meskipun rumahnya masih jauh, ia terus berlari dan beberapa menit kemudian ia
berhenti.
Siswi itu berhenti karena sudah
kelelahan berlari dan tubuhnya menggigil kedinginan. Dia pun berteduh di sebuah
warung yang sudah tutup, setidaknya ia akan menunggu hingga hujan reda barulah
akan lanjut pulang. Siswi itu sedikit menundukkan kepala sambil merapatkan
kedua tangannya. Ia pun saling menggosokkan tangan untuk menahan rasa dingin.
Beberapa menit berteduh, seorang pengendara motor berjaket kulit warna hitam
dan memakai tas mulai mendekati tempat siswi itu berteduh.
Pengendara motor itupun nampaknya
mengenali siswi yang berteduh itu dan ia segera berhenti di depan siswi itu,
melepas helmnya yang lalu membuat siswi itu menoleh ke arahnya.
Pengendara motor: JEJE?
Siswi: ALDO?
Aldo: Je, lu kedinginan ya?
Jeje: Iya, aku tadi pas jalan
kaki malah turun hujan.
Aldo: Jalan kaki? Emang lu gak
dijemput?
Jeje: Kakak aku lagi ada kuliah
dan selesainya jam 4 sore. Aku juga gak punya ongkos pulang, jadinya jalan kaki
deh.
Karena merasa kasihan dengan Jeje
yang menggigil, Aldo pun berniat mengantarnya pulang. Namun setelah hujan reda,
karena kini hujan masih deras.
Aldo: Je, lu mau gak berteduh di
rumah gue dulu? Nanti gue anterin pulang, tapi setelah hujan berhenti.
Jeje pun mengangguk sambil
menggigil, dan ia pun diberikan helm oleh Aldo. Jeje lalu naik motor Aldo dan
memegang pundaknya. Aldo pun melajukan kembali motornya sampai ke rumahnya,
karena hanya berjarak sekitar 80 meter dari tempat Jeje berteduh tadi.
Sampai di depan pintu rumah, Aldo
lalu memarkirkan motornya agar tidak terkena air hujan lagi. Aldo membuka pintu
rumahnya dan menggandeng Jeje yang masih menggigil untuk masuk.
Aldo(setengah berteriak): Kak Melody,
tolong bawa handuk.
Melody yang sedang menonton TV di
ruang tamu pun segera ke kamarnya mengambil handuk di lemari pakaian, lalu
bergegas ke tempat Aldo dan Jeje berdiri, yaitu di samping rak sepatu dekat
pintu masuk rumah itu. Ia pun terkejut mengetahui bukan hanya Aldo yang ada di
sana.
Melody(sambil
memberikan handuk pada Aldo): Aldo, ini siapa?
Aldo(mengambil
handuk dari Melody): Tunggu sebentar, Kak. Je, lu ke kamar mandi dulu dan pakai
handuk ini untuk mengeringkan badan dan tas lu. Kamar mandinya di sebelah kanan
dari sini.
Jeje pun mengangguk sambil
menerima handuk dari Aldo, kemudian permisi pada Melody untuk ke kamar mandi.
Melody yang masih terheran pun juga menunjuk posisi kamar mandi terdekat.
Setelah Jeje masuk ke kamar
mandi, Melody kembali berbicara dengan Aldo.
Melody: Dia siapa,
Do? Pacar kamu? Kok pacar sendiri dibiarin hujan-hujanan?
Aldo: Bukan, dia
teman sekelas aku Kak. Tadi dia sedang berteduh sehabis kehujanan karena jalan
kaki untuk pulang. Nanti sehabis hujan aku juga mau ngantarin dia pulang.
Melody: Oh, Kakak
kirain pacar kamu, tapi cantik juga ya? Kenapa gak dipacarin aja? Tapi jangan
deh, kan udah ada Naomi.
Aldo: Ckckck
Kakak, Naomi juga bukan pacar aku.
Melody:
Ngomong-ngomong nama dia siapa?
Aldo: Kakak
kenalan sendiri deh dengan dia, aku juga mau ngeringin badan dulu.
Kemudian Aldo menuju lantai 2 dan
masuk ke kamar mandinya setelah mengambil handuk dari lemari pakaian di
kamarnya. Ia juga berganti baju karena seragam sekolahnya sudah basah kuyup.
Sementara itu Melody mengambil
sehelai kaos berwarna biru dengan gambar kartun dan rok selutut dari lemari
pakaian di kamarnya lalu berjalan menuju kamar mandi dimana Jeje masih ada.
Diketuknya pintu kamar mandi dan Jeje pun membukanya.
Jeje: Ada apa ya
Kak?
Melody(tersenyum):
Ini kamu pakai dulu baju dan rok punya Kakak, daripada tetap memakai seragam dan
rok sekolah yang masih basah. Nanti masuk angin loh.
Jeje pun tersenyum sambil
menerima baju dan rok dari Melody. Ia pun kembali menutup pintu dan segera
berganti pakaian. Selesai berganti pakaian, Jeje pun keluar dari kamar mandi
sambil menggendong tasnya yang sudah mulai kering dan menenteng lipatan pakaian
sekolahnya yang basah.
Melody:
Ngomong-ngomong nama kamu siapa? Aldo tadi tidak memberitahu Kakak, dia
langsung ke kamar mandi di atas.
Jeje: Nama aku
Jessica Vania, Kak. Salam kenal.
Melody: Melody
Nurramdhani, salam kenal juga. Kamu teman sekelas Aldo?
Jeje pun mengangguk pelan, Melody
kemudian mengajaknya nonton TV di ruang tamu. Hujan di luar masih belum berhenti,
meskipun sudah tidak deras. Setelah sekitar pukul 3 sore hujan pun berhenti dan
Aldo turun dari lantai 2. Dia sempat melongo sejenak melihat Jeje yang nampak
cocok memakai baju dan rok kakaknya.
Aldo: Jeje, yuk gue anter pulang.
Jeje mengangguk kemudian mereka
berdua berpamitan pada Melody. Aldo lalu ditunjukkan jalan menuju rumah Jeje,
dan ia merasa pernah ke rumah itu. Rupanya rumah itu adalah rumah Kalvin, teman
dekat Aldo dari kelas 12 tahun lalu. Juga cowok yang ingin Aldo ‘jodohkan’
dengan kakaknya Melody. Aldo pun melongo sejenak melihat rumah itu sebelum
dikejutkan dengan jentikkan jari Jeje di hadapannya.
Jeje: Kenapa?
Kok bengong?
Aldo: Enggak
apa-apa. Oh iya, isi tas lu ada yang basah gak?
Jeje: Gak ada,
tas aku kan lapisannya tebal jadi benda-benda di dalamnya gak akan kena air
hujan. Tapi aku lihat tas kamu tadi juga basah kan?
Aldo: Hehehe,
tas gue juga tahan hujan kok. Yaudah gue pulang ya.
Jeje: Thanks ya
Aldo.
Aldo pun tersenyum menanggapinya
kemudian berbalik arah kembali ke rumahnya. Sejam kemudian di rumah Kalvin,
terlihat Jeje sedang menonton TV sembari menunggu Kalvin pulang. Lalu Jeje
mendengar bunyi pintu dibuka, maka ia tahu bahwa kakaknya Kalvin baru pulang
dan ia segera menyambut Kalvin. Kalvin terkejut melihat pakaian yang dikenakan
Jeje. Dan ia melihat rambut Jeje yang masih nampak basah.
Kalvin: Loh, dek.
Kamu habis mandi ya? Sejak kapan kamu punya pakaian seperti ini?
Jeje: Ih Kak
Kalvin, aku tadi kehujanan. Aku jalan kaki pas pulang karena gak ada ongkos, eh
tiba-tiba turun hujan deras. Untung ada temen yang nawarin aku berteduh di
rumahnya. Terus baju dan rok ini punya kakaknya, aku dipinjemin karena seragam
dan rok sekolahku basah kuyup.
Kalvin: Hm, pantes
kakak sepertinya pernah lihat, temen yang kamu maksud Aldo kan?
Jeje: Loh, kak
Kalvin kenal Aldo?
Kalvin: Iya, kakak
pernah ke rumahnya. Tapi kamu cocok juga makainya, cantiknya sama dengan Melody
hehehe.
Jeje(sambil
tertawa): Huu, adik sendiri digombalin. Cari pacar sana Kak.
Kalvin: Ya enggak
apa-apa, daripada gombalin cewek yang Kakak gak kenal. Kamu sendiri kalau mau
pacaran juga boleh.
Jeje: Lah kok
jadi aku, aku aja baru kelas 1 SMA.
Kalvin: Justru
karena baru kelas 1 SMA jadi gak perlu mikirin UN, dan lebih leluasa
pacarannya.
Jeje: Kak Kalvin
sendiri, kenapa dulu kelas 1 SMA gak pacaran?
Kalvin: Udah ya,
Kakak mau istirahat dulu, capek nih.
Jeje pun menggeleng-geleng
melihat Kakaknya berlalu ke kamarnya. Memang Kalvin sering kali beralasan kalau
tidak bisa menjawab omongan adiknya. Jeje pun melanjutkan menonton TV. Malam
pun tiba, Aldo sedang makan malam bersama kakaknya. Mereka menyantap makanan
yang dikirim oleh tantenya. Makanan itu berupa bento, sushi, takoyaki, dan
udon.
------------------------------------------------------------------------
Keesokan harinya di jam
istirahat, Jeje sedang duduk sendiri di meja kantin sambil tersenyum dan tangan
kanannya mengaduk-aduk mangkok yang berisi bakso dengan sendok, sementara
tangan kirinya menopang dagu. Seorang siswi pun datang memanggilnya sambil
duduk di sampingnya.
Siswi: Mami, kok bengong?
Senyum-senyum sendiri lagi. Mami jangan jadi gila dong.
Jeje pun menoleh dan menoyor
kepala siswi tersebut yang ternyata adalah Ayana.
Jeje: Enak aja,
kamu kali yang gila. Masa aku dipanggil ‘Mami’.
Ayana pun cengengesan sambil
melahap sesendok nasi goreng.
Ayana: Jadi
kenapa nih Mami tadi senyum-senyum?
Jeje: Mau tahu
aja. Ada deh.
Jeje pun mulai menyantap bakso,
sedangkan Ayana terlihat cemberut sambil lanjut memakan nasi gorengnya. Beberapa
menit kemudian Frieska, Shani, dan Yupi pun datang ke tempat mereka berdua
duduk.
Yupi: Ayana, kok
aku dan Shani ditinggal sih.
Shani: Eh ini
siapa Ay?
Ayana: Hehehe,
maaf. Aku tadi udah lapar jadi pas pesanan aku datang langsung deh cari tempat
duduk. Kenalin ini ‘Mami’ aku.
Yupi, Shani, Frieska: Hahhh?
Jeje: Aku teman
sekelas Ayana waktu SMP.
Ayana: Iya, ini
adalah Mami Jeje.
Shani, Yupi, dan Frieska pun
tertawa, lalu mengenalkan diri mereka masing-masing ke Jeje. Mereka pun makan
bersama sambil sesekali ngobrol. Waktu istirahat pun selesai beberapa saat
setelah mereka berlima menghabiskan makanan masing-masing.
Waktu istirahat kedua pun tiba
setelah 2 jam pelajaran, dan Aldo terlihat mendatangi sebuah meja di kantin
yang sudah diduduki Devin dan Desy.
Aldo: Mana nih
yang lain? Kok baru lu yang datang?
Devin: Bentar
lagi juga nyampe. Nah itu dia mereka.
Aldo pun melihat ke arah
pandangan mata Devin, dan mendapati 5 temannya dengan pasangan masing-masing.
Harris dengan Fanny, Andi dengan Anna, Bondan dengan Susi, Reno dengan
Caroline, dan Hilman dengan Yuli. Mereka pun menyapa Aldo bersamaan.
Aldo: Waw, nih 5
bidadari kok gandengan dengan para iblis dan siluman?
Harris, Bondan, Andi, Reno, dan
Hilman pun menoyor kepala Aldo. Pasangan mereka masing-masing tertawa
cekikikan.
Andi: Kunyuk,
cewek gue digombalin.
Harris: Iya nih,
dasar raja gombal.
Reno: Mana gue
dikatain iblis lagi. Lu tuh kayak jin Do.
Hilman: Kampret lu
Do, ngatain gue siluman.
Bondan: Lu pilih
kasih Do, tuh Devin gak diledek.
Devin: Hahaha, lu
semua emang gue lihat ada tanduk merahnya sih.
Mereka berlima pun menoyor kepala
Devin juga, Desy yang melihatnya pun tertawa.
Anna: Hai, namanya siapa ya?
Desy: Nama aku
Desy, Kak.
Yuli: Boleh tahu gak nama
panjangmu?
Caroline: Iya, soalnya Devin
bilang nama kamu panjang. Kasih tahu dong.
Desy: Ihh
sayang, kok gitu sih. Mau ngeledek ya?
Devin: Enggak
sayang, aku gak pernah bilang ke cewek-cewek ini.
Fanny: Udah jangan iseng, tuh
kasihan si Devin.
Susi: Iya, yang ngasih tahu
cowok-cowok kami kok Des.
Hilman: Tapi kami
tahunya dari Devin.
Desy: Oke deh. Jadi,
nama panjang aku... Maria Genoveva Natalia Desy Purnamasari Gunawan.
Sekitar 6 detik hening, karena 10
orang itu menunjukkan ekspresi muka terkejut. Aldo dan Devin sudah tertawa
melihat reaksi mereka.
Reno: Kok lu gak
terkejut, Do?
Aldo: Lu semua
aja yang lebay. Hahahaha.
Devin: Ya iyalah
Aldo gak terkejut, gue udah kasih tahu dia nama Desy yang tertera di name
tagnya.
Hilman: Curang lu
Do.
Aldo: Emang ini
permainan? Dasar gesrek lu Man.
Selanjutnya, terlihat 5 cewek itu
duduk di meja lain dan mengajak Desy semeja dengan mereka. Beberapa menit
setelah itu Aldo dan lainnya melihat keakraban para cewek itu.
Andi: Ckckck, si
Anna malah ninggalin gue.
Bondan: Huss,
ngomong jangan berlebihan. Maknanya ambigu loh.
Reno: Ambigu?
Apaan tuh Dan? Jenis makanan?
Hilman: Ren, Ren.
Makanya kalau pelajaran Bahasa Indonesia jangan curi waktu untuk tidur.
Harris: Emang lu
tahu Man artinya?
Hilman: Tahu, tapi
agak lupa hehehe.
Bondan: Ambigu itu
adalah... Hmm apa ya, gue juga mendadak lupa.
Devin: Sama aja
lu semua. Suka tidur pas pelajaran Bahasa Indonesia.
Aldo: Wihhh,
emang lu tahu Vin artinya? Setahu gue lu kan gak suka pelajaran Bahasa
Indonesia.
Devin: Tahu dong
Do. Ambigu itu adalah memiliki 2 makna atau lebih. Misalnya nih perkataan Andi
tadi, kata ‘ninggalin’ punya 3 makna.
Andi: Apaan tuh
Vin?
Devin: Lah, lu
sendiri yang ngomong masa gak tahu maknanya. Makna pertama, si Anna gabung
dengan para cewek untuk ngobrol dan lu gak diajak Di. Makna kedua, si Anna mutusin
lu. Makna ketiga, si Anna IS DEAD.
Kepala Devin langsung dijitak
oleh Andi, dan yang lainpun tertawa.
Andi: Nyumpahin
Anna lagi lu, kampret.
Devin: Aduh, Di.
Gue kan memberikan penjelasan. Lu sendiri ngapain nanya juga, kan yang pastinya
lu bilang makna pertama.
Aldo: Udah Di,
jangan tersinggung. Devin tadi bilang ke gue katanya mau traktir lu.
Andi: Yang bener
nih Vin. Kebetulan gue tadi minta Bondan traktir karena gak bawa duit, tapi gak
jadi deh. Gue pesen dulu makanan favorit gue.
Andi lalu tergesa-gesa menuju
stand makanan favoritnya. Devin menoyor kepala Aldo.
Devin: Monyong
lu, kapan gue bilang mau traktir si Andi.
Aldo: Udah Vin,
hitung-hitung pajak jadian. Meskipun kayaknya kurang deh.
Bondan: Bener tuh
Vin, kita-kita gak ditraktir juga nih?
Devin: Dompet gue
lagi tipis, ini juga duit gue hampir habis karena traktir Andi.
Hilman: Hahaha,
nasib lu Vin. Jangan-jangan lu kalau makan bareng Desy, bukan lu yang bayar.
Devin: Enak aje,
gue kalau makan bareng Desy pasti gue traktir dia dong. Tapi karena dia maunya
bayar makanannya sendiri, jadi gue biarin deh. Daripada dia malah ngambek ke
gue, soalnya Desy gak mau merasa menjadi cewek matre.
Reno: Alasan aja
lu Vin, dasar pelit.
Devin: Monyong
lu, gue sumpahin sekarang Caroline makan banyak biar dompet lu menipis.
Reno: Hahaha,
gak mungkin Caroline makan banyak. Gue setiap makan bareng dia pasti dia
mesannya satu jenis makanan aja.
Devin: Yaudah,
kalau bukan makannya banyak, minumnya yang banyak.
Harris: Siap-siap
dompet lu menipis Ren.
Reno: Lu gak
usah ikut nakut-nakutin gue. Gak mempan, men.
Andi pun kembali bergabung dengan
mereka sambil membawa makanan favoritnya, sepiring pizza porsi medium.
Aldo: Ini pizza
porsi medium kan Di.
Andi: Iya, kok
lu tahu Do? Bukannya lu jarang ke kantin?
Aldo: Ini
dilihat dari bentuknya aja pasti pizza dan porsi medium gue lihat Rona pernah
makan juga.
Andi: Oh gitu,
terus tadi kalian ngomongin apaan sih?
Harris pun membisikkan sesuatu ke
Andi.
Andi: Hahaha
Ren, cewek lu hari ini pasti makan banyak.
Reno(mengernyitkan
dahi): Apa maksud lu Di? Kok lu bisa bilang gitu? Jangan-jangan lu sama Harris
selingkuh dengan Caroline?
Harris: Udah Ren,
jangan posesif. Gue dan Andi tahu dari Fanny dan Anna. Mereka berdua pernah
lihat Caroline makan banyak.
Reno: Kok bisa
gitu?
Andi: P-M-S,
lihat tuh gejalanya udah mulai.
Reno pun melihat ke meja tempat
Desy, Fanny, Susi, Yuli, Anna, dan Caroline duduk. Terlihat olehnya Caroline
sedang bergantian melahap sesendok nasi goreng, lalu meminum jus jeruk,
menyantap bakso, meminum jus mangga, memakan hamburger, meminum jus lemon.
Seketika Reno pun berkeringat dingin. Hanya Desy, Susi, dan Yuli yang terheran
melihat Caroline makan dan minum bergantian. Aldo, Bondan, Hilman, dan Devin
pun nampak terkejut melihatnya, namun mereka bersama Harris dan Andi segera
tertawa terbahak-bahak, menertawai nasib Reno.
Waktu istirahat pun selesai,
bersamaan dengan habisnya setengah piring nasi goreng pesanan Caroline, juga
semangkok bakso hanya tersisa sedikit kuahnya. Tidak ada sisa dari hamburger
pesanannya, dan seperempat gelas jus jeruk, jus mangga, dan jus lemon tersisa
setelah diminum tiga perempat bagiannya oleh Caroline.
Mereka pun beranjak dari kantin,
Reno terlihat lesu karena dompetnya menipis. Devin terlihat puas dengan
kejadian tadi, dan yang lain hanya tertawa ringan. Caroline terlihat menunduk
sambil berjalan bareng Reno.
Caroline: Sayang,
maafin aku ya.
Reno: Aku gak
marah ke kamu kok. Cuma terkejut aja, terus kesel habis disumpahin Devin.
Caroline: Beneran
gak marah? Soalnya cowok-cowok di kelas yang deketin aku tiba-tiba berhenti
ngejar aku setelah tahu hal yang tadi.
Reno:
Benar kok, aku gak akan mau jauh dari kamu.
Caroline terlihat senang dengan
perkataan Reno, kemudian Devin bicara.
Devin: Hahahaha
makanya Ren, jangan ngejek gue terus. Kena juga kan lu.
Harris: Iya Ren,
kita ngapain nakut-nakutin lu. Lu kan lebih mempan ditakut-takutin dengan hal
hal yang mistis.
Andi: Benar tuh,
apalagi lu paling takut dengan sundel bolong kan?
Perkataan Andi pun mengundang
gelak tawa yang lainnya.
Reno: Gigi lu
gue sumpahin bolong Di!
Hilman: Jangan
sensi gitulah Ren, jangan-jangan lu juga PMS? Hahahaha.
Devin, Bondan dan Aldo pun
menertawai Reno. Reno hanya bersungut-sungut lalu pipi kirinya dicium oleh
Caroline. Para cowok terlihat melongo kecuali Aldo dan Devin.
Caroline: Udah,
jangan dipikirin ejekan mereka. Nanti aku ganti deh uang kamu tadi.
Reno: Eh, gak
usah. Aku ikhlas kok, jangan diganti ya. Nanti mereka malah ngejek lagi.
Caroline: Yaudah,
tapi besok aku traktir kamu ya, gak pake nolak.
Reno pun mengangguk senang,
senangnya karena tadi dicium di pipi, bukan karena mau ditraktir. Ia lalu
merangkul Caroline sambil berjalan ke kelas. Aldo dan Devin pun menyusul ke
kelas masing-masing, Devin terlebih dulu menemani Desy ke kelasnya. Sementara
itu Andi, Hilman, Bondan, dan Harris masih melongo dan cewek mereka
masing-masing menjentikkan jari mereka untuk menyadarkan.
Fanny: Kalian
kenapa sih?
Yuli: Iya, kayak
kesurupan setan bengong aja.
Bondan: Kami mau
kayak Reno tadi, dicium di pipi. Hehehe boleh ya Sus?
Harris, Hilman, dan Andi pun
mengangguk mengiyakan perkataan Bondan. Keempat cewek itupun saling memandang,
kemudian mereka tersenyum ke cowoknya masing-masing.
Susi: Boleh,
tapi kalian tutup mata ya?
Keempat cowok itupun menutup
matanya dan para cewek melangkah pelan kembali ke kelas. Merasa tidak mendapat
ciuman di pipi setelah 20 detik merem, para cowok pun kembali membuka matanya.
Mereka pun sadar baru saja dikerjain. Dengan lesu pun mereka kembali ke kelas.
Pelajaran di sekolah itu pun berlanjut.
------------------------------------------------------------------------
Sepulang sekolah, Aldo melewati
taman kota dan menoleh ke pohon tempat DREAMSTONE berada, ia terkejut melihat
ada seseorang berjubah hijau dan kepalanya terbalut hoodie hijau juga berdiri
di samping pohon. Aldo lalu memberhentikan motornya dan berjalan perlahan
mendekati orang itu, yang nampak seperti pria usia 20-an.
Pria misterius: THERE YOU ARE, THE CHOSEN ONE.
Aldo pun terkejut, pria ini
selain bicara bahasa inggris, omongannya aneh juga.
Aldo: Lu siapa
sih? Bule ya? Apa maksud lu sih barusan?
Pria misterius: I AM A GUARDIAN.
Aldo: Makin
ngaco aje, jangan bercanda dong.
Pria misterius: I’m not kidding.
I understand what you speak, but I can only reply with the most used languages in
this world.
Aldo: Maksud lu,
lu cuma bisa bahasa inggris? Dan lu ini guardian apaan?
Pria misterius: I can also speak a language which human called ‘Spanish’, but because
you only understand English as the most used language, I use it to talk with you. And once again, I am a
guardian. I guard the DREAMSTONE.
Aldo: Emangnya
lu bukan manusia? Tapi wujud lu kayak manusia.
Pria misterius: I’m taking human form
to be able to speak human language. In other
words, to be able to speak with you, CHOSEN ONE.
Aldo: Tunggu
deh, kenapa lu manggil gue dengan julukan ‘orang terpilih’? Terpilih untuk apa?
Pria misterius: For now, I cannot tell
you. See you later.
Seketika pria misterius berjubah
dan berhoodie hijau itupun menghilang, membuat Aldo heran.
Aldo(setengah
berteriak): Woiiii, Guardian. Lu dimana?
Karena merasa memang Guardian
telah pergi, Aldo langsung melajukan motornya pulang. Ia pun tiba di rumahnya
dan berbaring di kamarnya sejenak. Memikirkan pertemuannya dengan Guardian dari
DREAMSTONE, juga maksud dari ‘orang terpilih’.
Sementara itu, kakaknya yang baru
saja keluar dari kamarnya di lantai 1 mendengar bel rumah berbunyi. Aldo yang
mendengar pun beranjak keluar dari kamarnya, dan segera menuju depan pintu.
Tapi dilihatnya Melody sudah duluan membukakan pintu.
Melody: Loh, Jessica. Ada apa ke
sini?
Jeje: Aku kesini mau ngembaliin
ini Kak.
Melody melihat baju dan rok yang
kemarin dipinjamkan kepada Jeje. Ia lalu menerimanya, dan melihat Jeje ternyata
datang bersama seorang cewek yang nampaknya seumuran dengannya.
Melody: Eh, masuk aja dulu
kalian. Ikut makan siang dulu bareng Aldo juga.
Jeje dan cewek itupun mengangguk
dan mereka mengikuti Melody masuk, cewek itu berbisik-bisik pada Jeje.
Jeje: Van, ini kakaknya Aldo.
Kenapa kamu bengong tadi?
Vania: Enggak, aku kirain tadi
pacarnya Aldo. Cantik sih orangnya.
Aldo pun kemudian melihat ada
cewek sekelasnya juga datang bersama Jeje. Tapi ia kurang ingat namanya.
TO BE CONTINUED...
By: E.D.
Komentar
Posting Komentar