GALLANT IMPACT, Chapter 29

Chapter 29: The Omen

Ricky: Kan gue bilang familiar, bukan berarti gue tahu pasti, Ton. Gue pernah lihat dompet ini di tempat kos, mungkin salah satu anak kos adalah pemiliknya.

Anthony: Dan pastinya cewek dong pemilik dompet ini. Yaudah, elu balikin aja.

Ricky: Enggak deh, mendingan elu ke tempat kos gue aja, tanya pada Ibu kos atau anaknya Ibu kos, mereka pasti tahu dompet ini.

Anthony: Ini kan udah larut malam banget Ky, elu aja yang balikin dompet, nih.

Ricky: Masalahnya gue gak gitu yakin, Ton. Gini aja deh, besok pagi sekitar jam setengah 7 elu ke tempat kos gue aja dulu, sebelum berangkat ke kampus. Entar biar gue yang antar elu ke kampus, sekalian gue mau lihat kampus elu karena gue agak penasaran gimana bentukannya universitas Pamarang.

Anthony: Oh, boleh deh. Hahah, bentukan, emang elu pikir kampus gue tanah liat?

Ricky terkekeh bersama Anthony, setelah itu mereka pun berpisah arah ke rumah masing-masing, Anthony naik taksi sedangkan Ricky mengendarai motornya. Ricky tiba di tempat kos sekitar pukul 10:40, sesampainya di kamarnya ia tak lupa berganti pakaian sebelum istirahat.

Selasa pagi, di tempat kos sekitar pukul 6:35 terdengar bunyi bel oleh para penghuni kos. Jeje yang sedang mengantri untuk mandi pun berinisiatif pergi ke depan untuk membukakan pintu, karena dia yang biasanya menemui tamu. Jeje pun melihat seorang pemuda berkacamata yang sedikit lebih tinggi dari Ricky tersenyum di depan pintu yang telah terbuka.

Jeje: Eh, kak Anthony, pagi. Ada apa ya pagi-pagi ke sini? Terus.... itu dompet siapa?

Anthony: Pagi juga Je. Oh, ini... aku gak tahu dompet siapa ini, kemarin nemu di bis, makanya aku datang ke sini karena Ricky bilang kamu tahu pemilik dompetnya. Terus nanti aku mau bareng Ricky ke kampus.

Jeje: Hmm... aku juga gak tahu sih siapa yang punya, tapi kayaknya aku pernah lihat deh. Mungkin Ibuku tahu.

Anthony: Bagus deh kalau gitu, nih dompetnya kuserahkan pada kamu aja ya.

Jeje: Oke deh, aku mau tanya Ibuku dulu. Kak Anthony masuk aja dulu.

Anthony mengangguk, dan ia bersama Jeje pun masuk ke dalam. Jeje tak lupa menutup pintu depan, setelahnya ia pergi ke dapur untuk menemui Ibunya sedangkan Anthony segera duduk di sofa ruang tamu. Beberapa detik ia duduk, Ricky keluar dari kamarnya. Mereka bertegur sapa sejenak sebelum Ricky pergi mengantri di kamar mandi lantai 1 itu.

Semenit kemudian Jeje bersama Naomi menemui Anthony di ruang tamu, Anthony pun terkejut melihat Naomi memegang dompet itu.

Jeje: Itu loh Kak, temannya kak Ricky yang menemukan dompet.

Anthony: Eh, bukan menemukan sih, lebih tepatnya memungut, aku kemarin naik bis soalnya motorku lagi gak bisa digunakan.

Naomi: Makasih ya, kamu udah nyimpan dompetku. Aku kira dompet ini gak akan balik lagi.

Anthony: Iya, sama-sama, aku kebetulan aja kok melihat dompet itu jatuh dari tas kamu kemarin.

Naomi tersenyum pada Anthony, yang membuat partner kerja Ricky itu agak kikuk, ia pun mengobrol sebentar dengan Naomi dan berkenalan karena mereka tidak sempat berkenalan ketika di rumah sakit saat Ricky kecelakaan. Tak lama setelah itu Naomi kembali ke dalam untuk mengantri di kamar mandi.

Sepuluh menit kemudian Ricky sudah siap untuk berangkat ke kampus, ia terlebih dulu mengantarkan Anthony ke universitas Pamarang. Mereka pun tiba setelah 14 menit perjalanan, Anthony sudah masuk ke kawasan kampus ketika Ricky mengamati sejenak beberapa gedung kampus yang terlihat bersifat artistik.

~---------------------0-O-0---------------------~

Waktu istirahat pagi di sekolah Tunas Bangsa, Michelle menggembungkan pipi pertanda bete melihat Yupi, Shania, Hanna, dan Shani masih mengantri untuk membeli makanan. Tidak biasanya keempat temannya ingin memesan makanan yang berbeda, karena biasanya mereka berempat memesan makanan yang sama. Michelle menitipkan pesanan pada Hanna, ia diminta mereka untuk menjaga tempat duduk agar tidak direbut murid-murid lain. Selagi bosan menunggu, seorang siswa duduk di hadapan Michelle yang mengalihkan perhatian gadis itu. Siswa tersebut adalah kapten tim basket yang pernah berkenalan dengan Michelle.

Michelle: Siapa sih kamu? Main duduk aja, itu tempat duduk temanku.

Marcel: Maaf, aku cuma mau ngobrol aja dengan kamu. Namaku Marcel, kamu gak ingat ya?

Michelle: Iya, aku baru ingat. Terus, kenapa kamu mau ngobrol denganku?

Marcel: Karena aku lihat sepertinya kamu lagi bete.

Michelle: Sok tahu kamu, kalau aku lagi bete kenapa? Bukan urusan kamu kan?

Marcel: Galak amat sih, aku kan cuma mau menghilangkan bete kamu. Aku punya beberapa teka-teki lucu, kalau kamu dengar pasti kamu gak bete lagi.

Michelle: Oh ya? Coba kamu bilang.

Marcel menanyakan beberapa teka-teki pada Michelle. Teka-teki pertama belum merubah ekspresi Michelle yang masih bete. Teka-teki kedua membuat Michelle berekspresi biasa saja, dengan kesan bete di wajahnya sudah mulai pudar. Teka-teki ketiga sukses membuat Michelle tertawa.

Marcel: Nah, benar kan, kamu ketawa, berarti gak bete lagi. Oh iya, aku boleh gabung duduk disini kan? Soalnya teman-temanku berisik di meja mereka, pojokan sana.

Michelle: Hmm... terserah kamu, tapi teman-temanku belum tentu setuju loh kalau kamu duduk disini.

Marcel: Oke, nanti aku minta izin pada mereka juga buat duduk disini.

Michelle hanya mengangguk pelan, dan ia kembali melihat teman-temannya yang mulai datang membawa makanan dan minuman masing-masing. Keempat siswi itu pun heran melihat ada siswa yang duduk berhadapan dengan Michelle.

Shania: Hei, kamu siapa? Kok duduk disini?

Shani: Iya, meja ini kan tempat duduk kami.

Yupi: Eh, kalau gak salah, kak Marcel kan?

Marcel hanya mengangguk sambil tersenyum pada Yupi, ia agak gugup dipelototi Shania dan Shani. Michelle tertawa dalam hati melihat cara senyum Marcel yang seperti ketakutan pada Shania dan Shani.

Hanna: Aduh Kak, maafin kedua temanku ya, gak apa-apa kok duduk disini. Kak Marcel gak ngajak teman kan? Soalnya ini tempat duduknya sudah pas untuk kami.

Marcel: Iya, enggak kok. Aku sendiri aja. Kamu Hanna kan, anggota ekskul cheers?

Hanna tersenyum dan mengangguk pada Marcel. Ia sebagai anggota eskul cheers pastinya mengenal anggota-anggota tim basket juga, begitu juga sebaliknya anggota tim basket tahu anggota ekskul cheers. Setelah itu keempat siswi teman Michelle segera duduk untuk memulai makan, Marcel tetap di posisinya yang duduk berhadapan dengan Michelle, dan Yupi serta Hanna duduk di samping kirinya. Sedangkan Shania dan Shani duduk di samping kanan Michelle, sambil sesekali menatap sinis pada sang kapten tim basket.

Tak lama setelah kelima siswi itu selesai makan, Marcel pamit pada mereka untuk ke kelas duluan. Mereka pun mengangguk sambil mulai membahas pelajaran Geografi. Yupi melirik sebentar punggung Marcel yang sudah menjauh, ia sepertinya suka pada si kapten basket itu.

~---------------------0-O-0---------------------~

Di kantin Gedung Utara universitas Patmangin, Ricky sedang berbincang ringan dengan kekasihnya sehabis makan pagi.

Melody: Jadi gimana, sayang? Dompet itu udah balik ke pemiliknya?

Ricky: Udah kok, Melon. Tadi Anthony bilang ke aku kalau pemilik dompet itu emang anak kos, yaitu Naomi.

Melody: Bagus deh, memang dompet itu punya Naomi loh, sayang. Aku pernah lihat dia pegang dompet itu beberapa bulan lalu.

Ricky(sambil mencubit pelan pipi Melody): Yaelah sayang, kenapa gak beritahu aku kemarin? Huuu dasar...

Melody(cengengesan): Hihihi, kemarin aku agak lupa, sayang. Aku cuma ngerasa familiar dengan dompet itu.

Tak lama berselang, waktu istirahat pun berakhir, dan para mahasiswa serta mahasiswi di kantin segera beranjak menuju kelas masing-masing.

Ketika matahari terbit tinggi yaitu sekitar pukul 12:20, di parkiran Gedung Timur terjadi percakapan antara Jonathan dan Edric, dan Agus yang tidak tertarik dalam pembicaraan itu pun hanya diam mendengarkan.

Jonathan: Ed, elu ngapain sih ngajak gue nunggu Ricky, apa yang mau elu bicarakan?

Edric: Soal taruhan dong Jo, gue mau elu jadi saksi, biar kalau Ricky kalah taruhan nanti dia gak bisa nyangkal atau pura-pura lupa.

Jonathan pun hanya menggeleng-geleng melihat Edric yang menggebu-gebu ingin membicarakan mengenai taruhan pertandingan sepakbola Eropa. Beberapa menit berlalu, dan Ricky pun tiba di parkiran bersama Melody, mereka berdua heran melihat keberadaan Jonathan, Agus, serta Edric berdiri di dekat motornya Ricky.

Edric: Haha, akhirnya datang juga elu Ky.

Ricky: Ada apa nih?

Jonathan: Begini Ky, gue cuma diminta jadi saksi atas apa yang mau Edric bicarain dengan elu.

Ricky: Oh gitu Jo, emang elu mau bicarain apa Ed?

Edric: Itu loh Ky, soal taruhan tim favorit kita yang bentrok di Liga Champions.

Ricky: Astaga Ed, kan udah gue bilang, nanti pas udah dekat hari pertandingannya baru kita bicarakan.

Edric: Sekarang aja Ky, soalnya kan tinggal seminggu lagi pertandingannya digelar.

Ricky: Benar juga sih, jadi gimana?

Edric: Simple aja Ky, traktiran makan, tapi di taruhan kali ini makanan yang akan ditraktir ditentukan oleh pemenang. Jadi entah elu atau gue yang dapat traktiran makanan favorit di kantin Gedung Utara, Ky.

Ricky: Oh... jadi si Jo sebagai saksi enggak ditraktir?

Jonathan: Hahaha, gue gak perlu ditraktir Ky, gue cuma mau lihat Edric menang taruhan lagi dari elu.

Ricky: Kampret elu Jo.

Jonathan, Agus, dan Edric menertawai muka masam Ricky. Melody juga tertawa ringan dan tetap mendengarkan pembicaraan mereka.

Edric: Dan taruhan kali ini akan menggenapkan selusin kemenangan gue dalam taruhan dengan elu Ky, ahahahah.

Ricky: Heheh, terserah elu deh Ed, tapi ini pertandingan liga Champions loh, dan tim favorit elu masih kalah kelas dari tim favorit gue.

Edric: Well, kita lihat aja Ky, hehehe. Karena pacar elu disini, dia juga jadi saksi makanya elu gak bisa pura-pura lupa.

Ricky melirik sebentar pada Melody yang tertawa ringan, lalu ia menabok pelan pipi kanan Edric.

Edric: Buset Ky, apa maksudnya nih?

Ricky: Pake nanya lagi, itu karena elu jadiin pacar gue saksi juga, kampret.

Edric terkekeh, begitu juga Jonathan dan Agus.

Ricky: Udah, minggir, gue buru-buru nih. Yuk sayang, kita tinggalin si maniak taruhan ini.

Melody tertawa ringan menanggapi omongan Ricky. Edric menyentil pelan telinga kiri Ricky saat ia berjalan ke motornya. Pasangan itu pun berlalu dari parkiran dan tak lama kemudian di saat lampu lalu lintas sedang merah, Melody bertanya sesuatu pada Ricky.

Melody: Sayang, kamu sering taruhan pertandingan bola ya dulu?

Ricky: Iya Mel, taruhannya cuma sekedar makan dan minum juga dulu, aku jarang menang kalau lawan Edric, cuma lawan Jonathan lah aku sering menang.

Melody: Oh.... Kali ini pertandingannya kan liga Champions, sayang. Jadi kamu nanti nonton atau enggak?

Ricky: Enggak dong sayang, aku kan gak mungkin begadang di hari kerja. Nanti hasil pertandingannya bisa kuketahui di internet, teman-temanku dulu juga jarang nonton pertandingan liga Champions, cuma lihat hasilnya di pagi hari.

Melody: Hmm, ngomong-ngomong tim favorit kamu apa, sayang?

Ricky: Coba tebak deh, sayang. Tim favorit aku dari negara Spanyol, sedangkan tim favoritnya Edric dari negara Prancis.

Melody: Berarti tim favorit kamu pasti FC Barcelona kan, sayang?

Ricky: Betul sayang, eh tapi kok kamu bilang ‘pasti’?

Melody: Heheh, adik aku si Frieska juga tim favoritnya itu, sayang. Aku pernah lihat dia mengamati jadwal pertandingan liga Champions hari Minggu kemarin, jadi aku juga lihat kalau ada pertandingan antara Barcelona melawan PSG.

Ricky: Oh gitu, pantesan.

Lampu lalu lintas kembali menyala hijau, Ricky pun menjalankan motornya agak cepat ke butik milik Melody.

~---------------------0-O-0---------------------~

Keesokan harinya yaitu hari Rabu, sekitar pukul 7:40 Ricky yang sudah menemani Melody masuk kelasnya segera menuju kantin Gedung Utara untuk menggunakan Wi-Fi selagi belum waktunya masuk kelas. Ia agak heran melihat Jonathan serta Agus sedang duduk di sebuah meja untuk 4 orang, namun Jonathan sedang menggengam smartphone-nya dengan dua tangan yaitu secara horizontal dan diamati juga oleh Agus. Karena penasaran maka Ricky berniat melihat apa yang membuat Jonathan serius memandang layar handphone-nya. Dan saat Ricky sudah dekat, ia dikejutkan dengan suara temannya itu.

Jonathan(kesal): Ah, sialan, bastard.

Ricky(heran): Oi Jo, siapa yang bastard?

Jonathan(menoleh): Eh Ky, bukan siapa-siapa kok, ini nih game yang gue mainkan, hang terus.

Ricky: Oh, game apa memangnya?

Jonathan pun memberitahu Ricky tentang game yang dimainkannya barusan, game bertipe strategi. Ia pun menjelaskan tentang cara bermainnya, karena ia tahu kalau Ricky bisa berminat pada game yang ia mainkan.

Jonathan: Gimana Ky, elu berminat gak dengan game ini?

Ricky: Hahah, enggak deh, game strategi begitu, males gue mainnya.

Mereka berbincang sebentar soal game, dan berlalu ke kelas masing-masing untuk mengikuti perkuliahan. Ketika waktu istirahat, Ricky bergabung duduk dengan Jonathan, Jeffrey, Edric, serta mahasiwa kembar alias Daniel dan Gabriel. Mereka saling memaparkan tipe game favorit masing-masing, entah itu adventure, puzzle, strategy, atau match 3 dan sebagainya.

Malamnya sehabis pulang kerja dan memasuki kamarnya, Ricky duduk sejenak di sofa kamarnya sebelum hendak berganti pakaian. Ia memikirkan tentang hobi Jonathan yang juga cita-cita temannya itu, dan berharap bisa terwujud karena dia akan merasa senang jika melihat orang yang dapat mewujudkan cita-cita dari hobi. Tiba-tiba sekujur tubuhnya diselimuti cahaya biru, dan dilihatnya sekeliling ruangan serasa berputar.

Time jump start...

Kini Ricky berada di sebuah ruangan ber-AC yang agak mewah dan tidak terlalu luas namun seperti ruang kerja kantoran pada umumnya, dilihatnya hanya ada seorang pria berkumis dan berkacamata sedang memandang serius pada layar komputernya sambil sesekali berputar ke kanan dan kiri dengan kursinya. Tubuh Ricky kini berupa bayang-bayang.

Ricky(berpikir): Kok kayaknya orang ini familiar ya?

Selagi asyik berpikir, bunyi smartphone di meja terdengar oleh mereka berdua. Pria itu segera menerima miscall dan mulai berbicara.

Pria berkumis: Halo Jef, elu udah gak sabar ya, hahaha. Bentar lagi gue selesaikan nih programnya.

Suara pria di balik telepon: Hahaha, tahu aja lu Jo. Gue kan udah bosan main bolak balik di satu peta yang terakhir elu rilis, ngebet pengen lanjut ke peta berikutnya.

Perbincangan di telpon itu terus berlanjut, Ricky mengernyitkan alis mendengar pembicaraan itu, ia pun berpikir sejenak mengenai siapa orang di balik telepon, yang juga terdengar familiar. Setelah beberapa lama Ricky pun tahu siapa pria berkumis dan pria di balik telepon.

Ricky: Oh, ini kayaknya si Jonathan deh, dan yang nelpon adalah si Jeffrey. Mereka pasti ngomongin game yang jadi project-nya Jonathan.

Ricky ingin mendengar lebih lanjut pembicaraan itu, namun sekujur tubuhnya kembali diselimuti cahaya biru dan pemandangan sekitarnya mulai berputar lagi.

Time jump end.

Ricky(bergumam): Wah, hebat juga si Jo, bisa mewujudkan mimpinya. Tapi yang barusan itu beneran bakal terjadi atau enggak ya?

Pemuda ini kembali memikirkan tempat yang tadi didatanginya, dan wajah temannya yang kelihatan jelas seperti berumur 30-an. Setelah beberapa lama ia pun berganti pakaian dan istirahat di kasurnya.

~---------------------0-O-0---------------------~

Hari Kamis pagi yang agak mendung, Ricky memakaikan jaketnya yang tersimpan di jok motornya pada Melody, karena angin yang berhembus di sekitar rumah kekasihnya itu cukup dingin. Mereka pun berangkat ke universitas Patmangin seperti biasa dan saat sampai di kampus barulah Melody melepas jaket kulit milik Ricky.

Melody: Makasih ya sayang.

Ricky: Iya sayang, kembali kasih.

Melody: Hihi, lucu deh kamu, ‘kembali kasih’?

Ricky: Hehehe, khusus buat kamu aja aku bilang itu.

Setelah itu mereka pun berlalu dari parkiran dan menuju kelas masing-masing untuk mengikuti perkuliahan.

Waktu istirahat pagi tiba, Ricky bersiap menuju kantin setelah membereskan beberapa bukunya. Sesampainya di kantin Gedung Utara, ia melihat salah satu temannya yaitu Jonathan sedang berbicara akrab dengan seorang mahasiswi yang cantik maka ia segera menghampiri meja itu.

Ricky: Woi Jo, elu selingkuh dari Syela ya, ckckck. Jangan mentang-mentang ada cewek cakep, elu diam-diam deketin.

Jonathan: Woo sembarangan elu Ky, datang-datang langsung nyerocos aja. Ini kan Keira, sekretaris kelas kita dulu.

Keira: Hai Ricky, kamu gak ingat aku?

Ricky: Hah? Beneran, kok agak beda ya, lebih cantik dari Keira yang kukenal.

Keira: Makasih loh pujiannya, tapi kok kayak kesannya aku dulu kurang cantik ya Ricky?

Ricky: Hehehe, kamu kan dulu banyak jerawat, Kei.

Jonathan: Yaelah Ky, gak usah dibilang kali, nanti Keira nangis kan berabe.

Keira: Ih, enak aja, aku gak segampang itu nangis keles, dulu aja banyak yang sering ejek tapi aku cuekin.

Jonathan: Oh iya, kamu cuekin karena Jeffrey yang bilang begitu kan? Hehehe...

Keira(tersipu): Apaan sih, hihi. Enggak kok.

Ricky: Enggak salah maksudnya?

Keira: Emm.... Bisa dibilang gitu sih...

Ricky dan Jonathan tertawa ringan melihat wajah Keira yang merona karena malu, setelah itu Ricky pun segera menemui kekasihnya yang duduk bersama Fita dan Amelia. Baru saja duduk di samping Melody, Ricky mendapat pertanyaan dari Amelia.

Amelia: Ricky, itu cewek yang duduk sama Jonathan siapa? Kok aku lihat tadi kalian akrab dengan dia?

Ricky: Itu kan Keira, Bu Bendahara.

Amelia: Hah? Beneran Keira? Eh, kamu kok manggil aku begitu sih?

Melody dan Fita tertawa ringan mendengar perkataan Ricky barusan, pemuda ini juga terkekeh.

Ricky: Heheh, habisnya di kampus ini kan udah lengkap semua ‘staf pengurus kelas’ kita dulu.

Amelia: Hmm, iya juga sih, termasuk kamu, hihihi.

Ricky: Loh, kok aku sih, Apel? Staf pengurus kelas kan cuma Jonathan, Jeffrey, Keira, dan kamu.

Amelia: Kamu lupa ya, kamu kan ‘ketua kelas cadangan’, hihihi.

Mendengar perkataan Amelia, Melody dan Fita juga ikut tertawa sedangkan Ricky bersungut-sungut.

Ricky: Gak usah dibilang keles, itu kan cuma beberapa kali. Jadi aku bukan termasuk staf pengurus kelas.

Amelia: Hihi, terserah kamu deh, sekarang tolong pesanin makanan buat kami ya.

Ricky pun beranjak dari meja itu untuk memesan makanan mereka berempat. Sehabis makan Amelia pun menjelaskan maksud julukan atau ‘gelar’ Ricky tadi pada Melody dan Fita dengan pemuda itu memasang muka masam pada bendahara kelasnya dulu.

~---------------------0-O-0---------------------~

Keesokan harinya di waktu istirahat, Melody yang duduk bersama Clara, Amelia, dan Fita melihat Ricky berbicara dengan mahasiswi yang bergabung duduk dengannya. Ia pun merasa tidak pernah melihat gadis itu diantara teman-teman Ricky. Tak lama setelah selesai makan, Ricky pun menghampiri Melody yang masih duduk di mejanya karena Amelia, Clara, dan Fita sudah duluan pergi keluar kantin.

Melody: Ricky, itu cewek yang tadi duduk semeja dengan kamu siapa?

Ricky: Aku gak tahu, sayang. Mungkin dia mahasiswi baru, gak usah dipikirin deh. Mending kita balik ke kelas.

Melody mengangguk, dan mereka pun berjalan sambil bergandeng tangan menuju pintu keluar kantin. Selagi menuju kelasnya, Melody sejenak memikirkan mengenai mahasiswi yang tadi duduk bareng kekasihnya.

Melody(berpikir): Kok, feeling aku kayak bilang kalau cewek itu suka pada Ricky ya?

TO BE CONTINUED...


By: E.D.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Between Dream And Reality, Part 12

GALLANT IMPACT, Chapter 25