Between Dream And Reality, Part 12

Part 12: Dream Visitors

Ketika melihat ada Aldo di ruang tamu, Sinka langsung bingung.

Sinka: Kak Omi, kenapa Aldo disini? Mana pacar Kakak?

Naomi tidak menjawab, dia hanya terus tersenyum.

Aldo: Aku disini karena aku pacar Kakak kamu, Sinka.

Sinka: Hah? Yang benar, Kak?

Naomi mengangguk sambil masih tersenyum pada adiknya.

Sinka: Wah, selamat ya Kak Omi. Tapi Kakak ada-ada saja, kenapa gak langsung bilang kalau Aldo yang jadi pacar Kak Omi, hihi.

Naomi: Biar kamu gak cemburu, hihihi.

Sinka langsung menggembungkan pipi yang kemudian ditertawai Aldo dan Naomi.

Sinka: Huh, kak Omi, untuk apa aku cemburu? Kalau Kakak senang aku juga senang kok. Traktirannya kapan nih, Kak?

Naomi: Hmm, iya deh. Kapan-kapan aja traktirannya. Kamu udah makan siang, Dut?

Sinka: Ya belum dong Kak, aku kan gak bisa masak hehehe.

Naomi: Kalau begitu Kakak masak dulu ya. Sayang, kamu jangan genit-genit dengan adik aku ya.

Aldo tertawa mendengarnya, karena nampak jelas kalau ucapan Naomi barusan hanya bercanda. Setelah Naomi pergi ke dapur, Sinka lalu menemani Aldo di ruang tamu, ia menceritakan kalau kakaknya itu pernah ‘galau’ yang membuat Aldo gembira dan makin cinta pada Naomi. Mereka makan siang bertiga, lalu mulai menonton drama korea dari DVD kepunyaan Sinka. Baik Aldo maupun Naomi hanya ikut menonton, Aldo baru kali ini menonton drama korea sedangkan Naomi jarang menontonnya juga. Sinka memang suka sekali menonton drama korea, banyak koleksi DVD di kamarnya. Di waktu luang, Sinka selalu menontonnya dan ia sesekali menonton bersama Naomi, jika Naomi sedang tidak ada ulangan esoknya.

Beberapa lama jalannya drama korea itu, ada adegan ciuman yang perlahan tapi pasti ‘menghipnotis’ Aldo dan Naomi. Pasangan itu langsung mempraktekkannya, berciuman selama kurang lebih 2 menit. Suara deheman Sinka menghentikan ciuman pertama mereka, yang kemudian malu karena lupa kalau ada yang menonton mereka. Sinka tertawa dalam hati melihat ekspresi malu kakaknya dan Aldo. Mereka bertiga kembali menonton drama korea sampai beberapa episode.

Sore harinya, Aldo sudah pamit pulang pada pacarnya, ia tiba di rumahnya dan mendengar suara kakaknya memasak di dapur. Sehabis makan malam, Melody menanyakan pada Aldo kenapa ia pulang larut. Aldo menjawab kalau ia menemani Naomi dan Sinka menonton drama korea. Melody tertawa terbahak-bahak, karena baru kali ini Aldo menonton drama korea, biasanya Aldo lebih suka menonton anime. Mereka berdua lalu menonton TV yang menayangkan sebuah sinetron, karena bosan maka Aldo duluan tidur sementara Melody masih menontonnya karena belum mengantuk.

Aldo mulai chat sebentar dengan Naomi lewat LINE, dan ia tidur setelah mengucapkan ‘Good Night’ pada pacarnya itu.

Pagi harinya tanggal 12 Agustus, Aldo seperti biasa berangkat ke sekolah, Melody masih terlelap. Ia sampai di kelasnya 11 IPA 3 dan langsung chat dengan Naomi di bangku panjang dekat pintu kelas, dengan tentu saja beberapa kali menggombal pada pacarnya itu. Sementara di kelas 12 IPA 5 Naomi yang juga duduk di bangku panjang di luar kelasnya sedang tertawa sendiri tanpa suara. Rona dan Lidya yang berbicara empat mata di luar kelas menyandar pada balkon lantai 3 langsung heran melihat Naomi yang agak beda beberapa hari ini, tapi mereka tidak ambil pusing, mereka berpikir mungkin Naomi memang sedang senang.

Waktu istirahat pertama tiba, Aldo sedang makan di kantin bersama Naomi, mereka memesan semangkok mie bakso untuk Naomi dan pizza porsi besar untuk Aldo. Karena Aldo belum merasa terlalu lapar, ia mulai menyuapi Naomi. Saat baru beberapa menit, smartphone Aldo bergetar, ia lalu melihatnya dan Naomi lanjut makan mie dari mangkok bakso itu dulu menunggu Aldo. Ternyata Devin yang mengirim SMS pada Aldo.

Devin: Do, lu dimana? Gue lagi bosen nih, tanding kartu remi yuk.

Aldo: Lagi di kantin gue sama Naomi, makan bareng.

Devin: Hmm, ada gerangan apa nih? Gue mengendus sesuatu...

Aldo: Kayak hewan aja lu Vin, mengendus hehehe.

Devin: Kunyuk lu Do, ngatain gue hewan lagi. Lagian bukan cuma hewan yang bisa mengendus, manusia kan bisa juga, gimana sih lu. Anak IPA tapi gak tahu.

Aldo: Hehehe, gue tahu kok Vin, cuma pengen aja ngejek lu.

Devin: Jadi, bener gak nih kecurigaan gue....

Aldo: Lu emang kayak dukun deh Vin, bisa tahu. Oke gue bilang aja terus terang, gue udah pacaran dengan Naomi. Udah ya, jangan ganggu dulu.

Devin: Hahaha, kan sama lu juga dukun. OK lah, gue gak akan ganggu.

Kemudian Aldo meletakkan smartphonenya di meja, Naomi penasaran dengan siapa Aldo SMS-an maka ia langsung melihatnya, dan langsung tersenyum mengetahui pacarnya ‘tidak ingin diganggu’. Lalu Naomi kembali disuapi oleh Aldo.

Beberapa menit kemudian, Aldo yang masih menyuapi Naomi kemudian dipotret diam-diam oleh Devin yang sudah duduk di sebuah meja agak jauh. Kantin yang mulai sedikit murid-murid yang makan memudahkan Devin untuk memotretnya. Desy yang duduk di sampingnya tertawa melihat pacarnya itu mengambil foto sambil tersenyum jahil.

Desy: Hihihi, sayang, kok kamu ambil foto mereka?

Devin: Hehehe, biarin aja sayang, aku kan mau sebar momen romantis mereka ini ke facebook.

Kemudian Desy bersandar pada Devin sambil melihat jemari tangan Devin mulai membuka internet dan log-in ke facebook grup kelas 12 IPA 5. Desy melihat ada beberapa postingan foto selfie pacarnya itu bersama beberapa siswa dan siswi di kelas, ada juga foto seluruh siswa dan siswi kelas itu, termasuk Aldo yang postingan itu sudah lebih dari satu setengah tahun yang lalu. Devin lalu menambahkan postingan terbaru di hari ini dengan hashtag #Akhirnya_jadian_juga_DO-MI dan foto yang tadi diambilnya diupload. Postingan itu di-set untuk umum, bukan hanya anggota grup kelas 12 IPA 5 yang bisa melihatnya. Devin dan Desy kemudian melihat Aldo mulai memakan potongan pizzanya, ia juga membagi beberapa potong pada Naomi.

Sementara itu di dekat kelas 11 IPA 3, pada bangku panjang yang tadi diduduki Aldo, ada Vania yang sedang membuka situs belanja online, tiba-tiba ada nomor tak dikenal yang mencoba video call dengannya, karena penasaran ia langsung mengangkatnya. Vania membelalakkan mata senang saat melihat wajah orang yang ada di layar. Seorang siswi berwajah imut khas orang Jepang dan mengenakan seragam sekolah berwarna hitam kebiruan.

Vania: Rena-chan, apa kabar?

Rena: Hai, Vania. Kabarku baik, aku kangen dengan kamu.

Vania: Sama, aku juga kangen kamu, Rena. Kamu sekarang kelas 2 SMA kan?

Rena: Iya aku kelas 2 SMA, kamu juga kan. Aku tiba-tiba keingat kamu, jadi coba nelpon. Untung nomor kamu belum ganti.

Vania: Kamu kapan ke Indonesia lagi, Rena?

Lalu ada suara semacam bel terdengar oleh Vania dari arah layar smartphonenya.

Rena: Nanti mungkin liburan tahun baru aku ke Indonesia. Eh, udah dulu ya Vania. Waktu istirahat habis nih, aku mau masuk kelas. Ini nomor aku di-save ya. Bye.

Vania: Iya Rena, pasti aku save. Bye.

Setelah itu percakapan video call berakhir, dan bel sekolah SMA Velidan 01 juga berbunyi artinya waktu istirahat pertama berakhir.

Ketika waktu istirahat kedua tiba, Aldo sedang duduk berdua dengan Naomi di kantin. Tiba-tiba seisi kelas 12 IPA 5 berbondong-bondong datang mengucapkan selamat pada Aldo yang sudah jadian dengan ‘primadona’ kelas. Devin yang tadi memberitahu kepada semuanya setelah guru keluar kelas pada saat dimulainya waktu istirahat itu. Aldo lalu mengatakan akan mentraktir mereka semua sekarang, sebagai PJ. Maka mereka semua dengan senang mulai memesan makanan meskipun ada sebagian yang sudah makan di waktu istirahat pertama ataupun di rumah sebelum berangkat ke sekolah. Sebagian murid itu menganggap traktiran Aldo ini jadi makan siang mereka meskipun belum waktunya jam makan siang.

Bersamaan dengan itu, di depan kelasnya Aldo 11 IPA 3, Vania dan Jeje sedang duduk di bangku panjang dekat pintu kelas. Vania menceritakan alangkah senangnya ia setelah tadi ditelpon teman lamanya.

Jeje: Hmm, Van, teman SMP kamu dulu salah satunya orang Jepang rupanya.

Vania: Iya, Je, namanya Rena Nozawa. Dia sekolah 3 tahun selama SMP di Indonesia karena Ayahnya waktu itu ada proyek bisnis selama sekitar 3 tahun juga. Rena sekelas dengan aku dulu, dia lebih sering bicara dengan aku daripada teman-teman lainnya.

Jeje: Jadi, Rena bisa gak bicara bahasa Indonesia?

Vania: Waktu awal kelas 1 SMP sih belum terlalu lancar, jadi aku yang duduk sebangku dengannya membantu dia selama pelajaran dengan ngomong bahasa Inggris pada Rena. Kebetulan Rena sudah menguasai bahasa Inggris, jadi lebih mudah untuk menerangkan pelajaran sekolah pada dia.

Jeje: Tapi tadi waktu dia video call dengan kamu dia pakai bahasa Indonesia kan?

Vania: Betul, Je. Aku yang dulu mengajarkan dia bahasa Indonesia, melalui bahasa Inggris juga. Teman-teman di kelas juga bantu untuk mengajari dia, ya mulanya masih salah sih dia ngomong kata-kata Indonesia tapi waktu kelas 3 SMP dia sudah fasih bicara bahasa Indonesia.

Jeje: Oh, terus dia sekolah SMA di Jepang dong berarti?

Vania: Ya gitu deh Je, waktu akhir kelas 3 SMP itu juga teman-teman sekelas sedih karena dia pindah kembali ke Jepang. Rena sempat meminta nomor HP semua teman sekelas, agar saat dia kangen nanti bisa nelpon, tapi kayaknya sih nomor teman-teman SMP ku dulu semua udah pada ganti atau gak aktif lagi. Cuma nomor aku yang masih aktif jadi Rena bisa menghubungiku.

Kedua gadis itu lalu berbicara hal lain. Kembali ke kantin...

Di sebuah meja yang jauh dari tempat Aldo dan Naomi, ada sepasang kekasih juga sedang makan bersama. Tag name siswa itu bertuliskan ‘Marvin Silaban’ dan tag name pacarnya bertuliskan ‘Riskha Fairunnisa’. Mereka berdua heran karena segerombol siswa-siswi menyalami satu persatu pasangan Aldo-Naomi dan sepertinya mengucapkan selamat, kemudian mereka berpencar dan pergi memesan makanan.

Riskha: Sayang, itu kok banyak siswa-siswi yang mengerubungi pasangan itu ya?

Marvin: Mana aku tahu sayang, mungkin mereka semua teman sekelas. Aku kayaknya pernah lihat cowok itu deh.

Riskha: Memang kamu pernah lihat dimana?

Marvin: Kalau gak salah, dia salah satu calon anggota OSIS yang baru dari kelas 10 semester lalu. Aku lupa namanya, yang aku tahu sih teman sekelasnya juga ikut.

Riskha: Oh, dia juga anggota OSIS seperti kamu?

Marvin: Enggak, waktu itu dia menolak jadi anggota OSIS. Cuma teman sekelasnya yang bernama Yudha jadi anggota baru OSIS.

Riskha: Kok bisa? Kenapa?

Marvin: Kata dia sih, takut tinggal kelas lagi kalau ikut kegiatan OSIS.

Riskha: Hmm, tapi dari raut mukanya tidak terlihat seperti siswa yang bodoh, deh.

Marvin: Huss, kamu jangan ngomongin orang lain. Pamali.

Riskha: Huuu, sayang. Bilang aja kamu cemburu, hihi.

Marvin: Hehehe, sedikit sih.

Riskha: Pantesan, itu ada ketua OSIS bang Jaka. Berarti mereka semua dulunya sekelas dengan cowok yang tinggal kelas itu.

Marvin: Iya, kalau ada bang Jaka mungkin semuanya kelas 12 kecuali cowok itu. Cewek yang duduk bareng dia pasti pacarnya, dan dia mentraktir semua teman sekelasnya.

Terlihat oleh Marvin dan Riskha, Aldo sedang mengecek dompetnya dan seperti menghitung isinya. Naomi bersandar padanya sambil tertawa melihat Bondan dan Andi yang makan seperti sedang lomba. Karena Aldo tadi bilang pada mereka berdua agar salah satu dari mereka menambahi jika duit Aldo kurang untuk membayar makanan murid-murid satu kelas itu. Yang menambahi adalah yang kalah dalam lomba makan dengan jenis makanan yang sama dan porsinya juga sama.

Pada akhirnya, Bondan kalah dan ia mulai panik karena dompetnya ketinggalan di kelas. Aldo lalu memberitahunya kalau duitnya cukup jadi tidak perlu ditambahi, kemudian satu kelas menertawai muka Bondan yang tadi ketakutan. Bondan lega dan ia menabok Andi yang curang dalam lomba itu, karena tadi Andi beberapa kali mengalihkan perhatian Bondan dengan berbohong kalau Susi memanggilnya. Kemudian Andi juga ditertawai semuanya.

Para murid kelas 12 IPA 5 kemudian kembali ke kelas mereka yang ditinggalkan tadi, mereka tidak khawatir akan kehilangan barang karena Jaka dan Devin sudah memasang kamera CCTV kecil di dinding kelas yang menghadap ke pintu. Jadi siapa pun yang diam-diam masuk ke kelas 12 IPA 5 akan ketahuan apa yang ingin mereka perbuat. Setelah Aldo melihat Naomi masuk ke dalam kelas dan mulai ngobrol dengan Rona, Lidya, dan beberapa siswi lain ia kemudian ikut duduk bersama Jaka dan Devin di bangku panjang dekat pintu kelas 12 IPA 5. Mereka sedang mengecek isi rekaman kamera CCTV selama 15 menit tadi. Tidak ada yang aneh, hanya sesekali beberapa murid yang berlalu lalang melihat ke dalam tapi tidak masuk, ada yang menggeleng-geleng melihat keadaan kelas yang kosong yaitu Anin, adiknya Devin. Lalu di beberapa menit terakhir ada seorang siswa yang melongo melihat kosongnya kelas itu. Dia adalah Feri, anak kelas 12 IPA 7 yang juga teman dari Reno. Ia juga bergumam sebelum pergi: ‘Buset, ini kelas atau kuburan?’

Aldo, Devin, dan Jaka tertawa melihat reaksi Feri, mereka memberitahu Reno yang juga langsung ikut tertawa. Dan bel pun berbunyi, Aldo kembali ke kelasnya di lantai 2, ia senang karena keadaan kelas 12 IPA 5 aman.

------------------------------------------------------------

Di dalam gedung kampus yang bernama ‘ORACLE university’ Haruka sedang melihat-lihat mading dan ia tidak menemukan daftar ruangan kelas untuk jurusan psikologi. Sepertinya belum diumumkan, Haruka lalu menelepon Melody untuk memberitahunya. Melody juga berniat pergi ke kampus beberapa hari lagi untuk melihat apakah nanti sudah ada daftar ruang kelasnya atau belum. Pembicaraan di telpon berakhir, Haruka kemudian pulang dengan mobilnya.

Sore harinya, Aldo sedang telponan dengan Naomi di kamarnya, tentu saja sesekali menggombal, mereka juga membicarakan film favorit mereka masing-masing. Aldo masih suka menonton anime, sedangkan Naomi sekarang juga mulai suka menonton drama korea.

Di luar kamar, Melody diam-diam menguping pembicaraan adiknya itu dengan Naomi, ia tersenyum mengetahui Aldo sekarang kembali sering menelpon Naomi, seperti ketika kelas 10 IPA 5 dulu.

Hari Kamis, sebelum jam pelajaran pertama Aldo menguap di bangku panjang dekat kelas 11 IPA 3 ketika Indra mengajaknya main catur. Karena Naomi sedang ngobrol dengan siswi 12 IPA 5 sehingga belum chat dengannya, Aldo menerima tantangan Indra. Derry, Heru, dan William ikut menonton menyusul Yudha yang sudah lebih dulu menonton pertandingan catur itu dari awal. Bagus sedang PDKT dengan Sonya dan tentu saja duduk di bangkunya Aldo, Sinka mengajari Tejo beberapa soal Fisika.

Permainan belum selesai ketika bel sekolah SMA Velidan 01 berbunyi, jam pelajaran pertama akan dimulai. Indra segera membereskan bidak-bidak catur dan menyimpannya ke dalam papannya yang langsung ia lipat/tutup. Para murid kelas 11 IPA 3 itu langsung duduk di bangkunya masing-masing untuk mengikuti pelajaran. Pak Nero selaku guru Fisika masuk, dan memulai materi pelajaran Fisika yang merupakan jam pelajaran pertama.

Waktu istirahat pertama tiba, Aldo yang raut mukanya seperti baru mendengar ceramah langsung pergi ke kantin bertemu Naomi. Ia menceritakan pada pacarnya betapa mengantuknya ia ketika mendengar penjelasan Pak Nero, Naomi tertawa mengetahui Aldo yang masih saja kesusahan ataupun kebosanan menyimak pelajaran Fisika. Mereka berdua lalu memesan makanan yang sama, yaitu spaghetti.

Kegiatan Aldo di hari itu seperti biasanya, dari siang sampai sore ia chatting dengan pacarnya. Sementara Melody menonton berita infotainment di siang hari, juga beberapa acara lain.

Hari Jumat pagi, tanggal 14 Agustus, sebelum jam pelajaran pertama Aldo sedang chat dengan Naomi sambil mendengar ‘paduan suara’ dari dalam kelas 11 IPA 3.

Naomi: Sayang, kamu lagi dimana?

Aldo: Di bangku panjang depan kelas, sayang. Kamu sendiri?

Naomi: Sama, aku lagi duduk nih di bangku panjang depan kelas, biar kena sinar matahari pagi. Para cewek yang punya pacar lagi main kartu UNO, hihih.

Aldo: Oh, baguslah, sinar matahari pagi memang baik untuk tubuh. Jadi cowok-cowok mereka ngapain?

Naomi: Devin lagi adu panco dengan Harris, sedangkan Andi dan Bondan main catur, Reno duel TCG dengan Hilman.

Aldo: Wah, beda-beda ya aktivitas mereka. Btw Jaka ada gak di kelas?

Naomi: Hmm, aku lihat sih dia belum datang deh. Emangnya kenapa sayang?

Aldo: Aku mau bicara sesuatu sama dia, yaitu masalah Jaka dengan Hilman.

Naomi: Eh sayang, kamu udah tahu ya kalau mereka berdua ada masalah?

Aldo: Iya, aku nanya Hilman waktu kita kumpul bareng di kantin sama yang lain, lebih dari 2 minggu lalu. Katanya masalah dia dengan Jaka bukan masalah besar, tapi...

Naomi: Tapi kenapa, sayang?

Aldo: Aku merasa masalahnya tidaklah kecil, dan aku harap sih mereka tidak berkelahi kalau masalah itu tidak kunjung tuntas.

Naomi: Oh, gitu ya. Eh sayang, ini Jaka baru datang.

Aldo: Ok, aku kesana buat nemuin Jaka sekarang.

Naomi: Um, cuma mau ketemu Jaka nih?

Aldo: Haha, mau ketemu kamu juga dong.

Tidak ada chat balasan lagi dari Naomi saat Aldo menuju ke lantai 3. Tibalah ia di tangga, lalu menghampiri Jaka yang sedang berdiri di samping pintu kelas sambil main game di PSP. Terlihat oleh Aldo, Naomi sudah di dalam kelas, sepertinya ikutan main kartu UNO. Mereka saling tersenyum sekali, kemudian Aldo menepuk pundak Jaka yang kepalanya menunduk.

Jaka: Oi, Do, ada apa? Mau pinjam PSP gue buat main game Feeding Frenzy?

Aldo: Enggak, gue udah bosan dengan game itu. Kedatangan gue kesini karena gue mau bicara empat mata sama lu, Jak. Ayo ikut gue.

Jaka segera menitipkan PSP-nya pada Devin yang menonton Hilman tanding catur dengan Reno. Aldo juga melihat bukan hanya Devin yang menonton, tapi juga Andi, Harris, dan Bondan. Kemudian Aldo berjalan menuju dekat tangga tadi disusul Jaka, dan mulai membuka pembicaraan.

Aldo: Jadi gini, Jak. Gue mau tanya, apa sih masalah lu dengan Hilman?

Jaka: Oh, soal itu. Bukan masalah besar Do.

Aldo: Iya, Hilman juga bilang gitu, tapi lu mesti bilang ke gue kalau emang masalahnya tidak besar, gue penasaran kenapa kalian berdua yang teman karib di awal kelas 10 jadi begini sekarang, maksud gue seperti orang musuhan.

Jaka: Hmm, oke Do. Gue akan beritahu lu.

Lalu Jaka menarik nafas sekali dan menghembuskannya, siap untuk bicara.

Jaka: Sebenarnya gini, Do. Gue gak merasa punya masalah sama Hilman, tapi ini bermula dari awal semester 2 kelas 10.

Aldo: Hah? Perasaan gue lihat waktu semester 2 itu kalian gak kelihatan seperti sekarang deh.

Jaka: Nah, itu dia Do. Kalau lu ingat baik-baik kan selama semester 2 itu gue udah mulai jarang ngobrol dengan Hilman meskipun masih duduk bareng.

Aldo: Hmm, jadi kok bisa begitu?

Jaka: Persepsi gue sih begini ya, Do. Hilman merasa gue bukan teman lagi, tapi sekedar saingan.

Aldo: Apa, Jak? Saingan maksud lu apa?

Jaka: Sebenarnya ada sebuah fakta yang lu dan teman-teman yang lain gak tahu soal gue dan Hilman.

Aldo: Fakta apa sih? Seingat gue kalian berdua adalah sahabat karib sejak SD kan, itu fakta yang lu maksud? Gue dan yang lain juga udah tahu kalau itu.

Jaka: Bukan, Do, emang kami sahabat karib sejak SD. Tapi sebenarnya kami juga selalu bersaing dalam segala hal, Hilman selalu menang. Itulah faktanya.

Aldo: Hmm, terus kenapa?

Jaka: Nah itu dia, Do. Hilman menang dalam hal apapun kami bersaing, misalnya nilai-nilai pelajaran sekolah, main catur, duel TCG, dan lain-lain. Tapi sejak kelas 10 gue mulai banyak menang catur dari dia, duel TCG juga. Dan di awal semester 2 itu Hilman dan gue saling tukaran rapor seperti biasa untuk saling melihat nilai-nilai pelajaran kami. Waktu itu gue agak terkejut begitu juga Hilman karena nilai-nilai gue lebih tinggi semua dari punya Hilman, meskipun beda beberapa angka aja.

Aldo: Lu gak nyontek kan?

Jaka: Ya enggaklah, Do. Malah nuduh gue lagi lu, kampret.

Aldo: Hehe, sorry. Terus Hilman gak terima, gitu?

Jaka: Tepat sekali Do. Sejak itu sikap Hilman pada gue mulai berubah, emang sih gue merasa dia masih nganggap gue teman tapi tiap kali gue ajak ngomong dia respon seadanya saja.

Aldo: Jadi lu dimusuhin sama Hilman gara-gara itu?

Jaka: Bisa dibilang begitu, Do. Sejujurnya gue dari dulu sampai waktu awal kelas 10 itu gak pernah merasa iri pada Hilman yang selalu unggul dalam hal apapun kami bersaing. Itu juga karena Hilman tidak pernah menunjukkan sikap sombong, dan tidak sekalipun meledek gue yang kalah.

Aldo: So, inti masalahnya apa?

Jaka: Inti masalahnya, sekarang gue berbalik selalu unggul dalam hal apapun dari Hilman, dari kelas 10. Sehingga pertemanan gue dengan dia jadi retak, gue padahal cuma pengen sesekali dapat nilai bagus jadi gue agak giat belajar sejak kelas 10. Dan gue juga iseng-iseng nonton beberapa video di  youtube  yang ada pertandingan catur orang-orang di luar negeri, meskipun amatiran semua.

Aldo: Oh, berarti Hilman yang merasa ingin unggul terus karena sudah kebiasaan?

Jaka: Hmm, begitulah Do. Gue gak tahu mesti ngapain, Hilman sejak kelas 11 mulai selalu memasang muka masam tiap kali bertatapan dengan gue. Lu tahu gak, Aldo, waktu pemakaman kedua orang tua lu dan kak Melody, kan Hilman dan gue agak jauhan.

Aldo: Emm, gue gak perhatikan sih waktu itu. Kan gue depresi.

Jaka: Oh, maaf ya Do, jadi ngingetin lu.

Aldo: Gak apa-apa, habis ini gue coba bicara sama Hilman. Lu tolong panggil Devin sekarang.

Jaka: Thanks Aldo, gue balik ke kelas dulu. Juga untuk manggil Devin.

Kemudian Jaka berjalan menuju kelas lagi, Aldo mengikutinya juga sampai depan kelas. Ia lalu melihat Jaka meminta PSP-nya dari Devin sambil mengatakan untuk menemui Aldo di luar. Devin lalu memberikannya dan segera menemui Aldo.

Devin: Ada apa, Do?

Aldo: Tolong dong Vin, panggilin Hilman, gue mau bicara empat mata sama dia.

Devin: Yaelah Do, kenapa gak sekalian tadi suruh Jaka yang panggil dia?

Aldo: Lu kan tahu monyong, kalau mereka berdua...

Devin: Oh, hahahaha. Lupa gue, yaudah lu tunggu dulu.

Aldo lalu melihat Devin seperti bicara sesuatu pada Hilman, yang kemudian menatap Aldo di luar kelas. Setelah itu Hilman beranjak untuk menemui Aldo, Devin menggantikannya lanjut tanding catur dengan Reno. Sedangkan Harris, Andi, Bondan, dan Jaka menonton.

Hilman: Hei, Do. Ada apa?

Aldo: Ikut gue dulu, gak mungkin bicaranya disini.

Seperti tadi, Aldo berjalan ke dekat tangga ke bawah itu, dan disusul Hilman. Mereka lalu juga mulai berbicara dengan tatap muka.

Aldo: Gue mau tanya, Man. Lu kenapa sih dengan Jaka?

Hilman: Bukan masalah besar, Do.

Aldo: Jangan bohong, Man, tadi Jaka udah bilang pada gue persoalannya.

Hilman: Huh, mulut ember tuh anak.

Aldo: Tolong Man, gue gak demen kalau kalian berdua yang sahabat karib jadi musuhan sekarang.

Hilman: Ya gimana lagi Do, si Jaka menang terus dari gue dalam hal apapun.

Aldo: Lu dengerin gue baik-baik, Man. Menurut gue, sikap elu ini egois. Karena lu pengen terus unggul, tidak mau kalah sekalipun dari Jaka. Ayolah, lu pikir sendiri deh apa Jaka pernah bersikap seperti lu sekarang, waktu dulu kalian mulai berteman sampai kelas 10.

Hilman nampak memandang langit-langit, ia mengingat masa pertemanannya dengan Jaka. Lalu ia kembali menatap Aldo.

Hilman: Bener juga Do. Gue sekarang baru sadar, sikap gue keterlaluan.

Aldo: Hmm, baguslah. Gue harap lu mau baikan dengan Jaka.

Hilman hanya mengangguk, lalu berjalan kembali ke kelasnya. Aldo melihat dari dekat tangga itu ketika Hilman mulai berbicara dengan Jaka di dalam kelas, dan mereka lalu salaman dan berpelukan sebentar. Devin, Bondan, Andi, Harris, Reno juga terlihat merangkul mereka berdua, sepertinya senang karena tidak ada pertikaian lagi dalam kelas mereka.

Aldo yang melihat itu tersenyum, smartphone di saku celananya bergetar, ia langsung melihat pesan yang masuk.

Naomi: Sayang, itu kok Devin dan yang lain kayak teletubbies?

Aldo: Hahaha, itu artinya mereka menyambut gembira perdamaian Jaka dan Hilman.

Naomi: Hmm, kamu tadi bicara dengan Jaka dan Hilman ya?

Aldo: Iya Omi, aku tadi nanya Jaka dulu ada masalah apa dia dengan Hilman, lalu aku juga bicara empat mata dengan Hilman setelahnya. Hilman kayaknya udah paham kalau sikapnya pada Jaka selama ini keliru.

Naomi: Bagus deh kalau mereka gak kayak orang musuhan lagi, kamu jadi ‘Messenger of Peace’ untuk mereka berdua, hihihi.

Aldo: Benar juga, hehe. Cuma bedanya aku makai seragam SMA, bukan berjubah.

Bel berbunyi pertanda jam pelajaran pertama akan dimulai, Aldo menuruni tangga ke kelasnya di lantai 2.

Waktu istirahat pertama tiba, semua murid kelas 11 IPA 3 meminta Aldo mentraktir mereka. Indra dan Derry ternyata tadi mengumumkan pada semuanya sebelum masuk jam pelajaran pertama, ketika Aldo pergi ke lantai atas. Aldo tidak mengetahui darimana Indra dan Derry tahu hubungannya dengan Naomi. Namun Aldo tidak keberatan mentraktir mereka, ia sempat iseng pada Indra dan Derry dengan menyuruh pegawai kantin menaruh sambal yang banyak pada makanan mereka. Alhasil kedua siswa itu kelabakan mencari minuman penyegar mulut, dan ditertawai murid kelas 11 IPA 3 yang lain.

------------------------------------------------------------

Malamnya di kediaman Naomi dan Sinka, terlihat Sinka sedang browsing internet dengan smartphone-nya. Ketika mata Sinka sudah terasa berat, ia mulai perlahan memejamkan mata.

Sinka’s dream start...

Kini Sinka tengah berada di luar kamarnya hendak menuju dapur untuk minum air, ia heran kenapa smartphone yang ia genggam menunjukkan waktunya adalah SUN, OCT 09, 2016 | 10:20 AM. Lalu setelah itu Sinka mendapat kilas balik ingatan di mimpi ini, sehingga mengetahui Aldo yang pacaran dengan Shania, ia yang ditraktir bersama seluruh murid kelas 10 IPA 3 sebagai perayaan jadiannya pasangan itu, dan beberapa hari lalu saat mendengar suara tangisan Naomi dari dalam kamarnya. Hari Minggu ini Sinka lalu berniat mengajak kakaknya untuk berjalan-jalan ke mall agar kakaknya tidak kepikiran terus dengan Aldo. Mereka berdua lalu pamit pada Ayah mereka dan Naomi mengemudikan mobil menuju mall.

Di dalam keramaian mall lantai 5, Sinka dan Naomi sedang berada di depan toko aksesoris. Tanpa sengaja Sinka lalu melihat Aldo yang gandengan dengan Shania di kejauhan sedang melihat tempat makan yang berjejer. Sinka lalu meminta pendapat kakaknya itu soal aksesoris mana yang bagus, tentu saja untuk mencegah Naomi melihat pasangan itu. Setelah pasangan Aldo-Shania tidak terlihat lagi barulah Sinka lega.

Sinka’s dream end.

Sinka terbangun dengan nafas terengah-engah, karena mimpi barusan sangat mengejutkan baginya.

Sinka: Untung cuma mimpi, aku harap kak Omi tidak putus dengan Aldo.

Segera Sinka menuju kamar mandi karena waktu di smartphone-nya sudah menunjukkan pukul 06:20. Ia pun berangkat dengan kakaknya ke sekolah. Saat sudah meletakkan tas di bangkunya seperti biasa Sinka melihat Aldo chatting dengan Naomi di bangku panjang dekat pintu kelas.

Aldo sedang makan bersama Naomi pada waktu istirahat pertama. Saat mereka sedang saling menyuapi tiba-tiba datang Frieska bersama Andela ke meja itu.

Frieska: Ciee.... Kak Aldo dan Kak Naomi udah jadian ya?

Aldo: Eh, dedek Mpris. Andela juga, silahkan kalian duduk.

Andela dan Frieska pun duduk berhadapan dengan pasangan itu. Kemudian Frieska mulai makan disusul Andela, karena mereka berdua sudah lapar. Selesai makan lalu Andela diperkenalkan Aldo pada Naomi, kemudian ia bertanya pada Aldo.

Andela: Kak Aldo, udah jadian ya dengan Kak Naomi?

Aldo: Udah dong, 5 hari yang lalu.

Frieska: Iiiih, kak Aldo kenapa gak beritahu aku sih.

Aldo: Eh, maaf dedek Mpris, aku lupa.

Frieska cemberut, dan Andela serta Naomi tertawa melihatnya.

Aldo: Jangan ngambek, dedek Mpris. Nanti aku ajak nonton deh sepulang sekolah.

Frieska: Beneran nih?

Aldo: Iya, makanya senyum dulu, jangan cemberut terus.

Lalu Frieska tersenyum, ia kemudian bersama Andela duluan ke kelas. Kemudian Aldo berbicara pada pacarnya itu.

Aldo: Sayang, kamu mau gak ikut nonton siang nanti?

Naomi: Um, enggak deh, kamu berdua aja sama sepupu kamu. Aku nanti mau langsung pulang dan belajar sedikit untuk UN.

 Aldo: Oh, yaudah, nanti aku kabari kamu ya soal film yang kami tonton.

Naomi mengangguk, lalu mereka berdua mulai beranjak pergi dari kantin.

Siang hari itu, Ve sedang berkunjung ke rumahnya Gre. Ia juga mengajak Violet yang baru dijemputnya pulang sekolah, sedangkan Rendy tetap di rumah mereka menonton TV. Kedua gadis itu seperti biasa disambut ramah oleh Ayahnya Gre, Pak Suryo. Ketiga gadis itu menonton rekaman ulang sebuah pertandingan penyisihan grup Piala Dunia tahun lalu bersama Pak Suryo.

Sorenya, Ve sudah mengantar Violet pulang ke rumahnya, dan ia sendiri segera pulang karena Rendy yang menyuruhnya pulang sebelum malam.

Malam tiba pukul setengah 10, Ve baru selesai membaca satu buku novel dan terhenti di halaman 45, ia memutuskan untuk lanjut membacanya besok. Ve meletakkan novel itu di meja belajarnya lalu ia mulai menyelimuti diri dan terlelap.

Veranda’s dream start...

Ia sedang berada di kamarnya, dimana ada 1 perbedaan dari kamarnya di kehidupan nyata yaitu sebuah sketsa terpajang di dinding kamar dekat pintu. Melihat dirinya di sketsa bersama Gre dan Violet, ia mendapat banyak kilas balik ingatan, dari ketika ia putus dengan Marko, sampai saat Aldo memberikan sketsa itu sebagai hadiah ulang tahunnya. Pintu kamarnya kemudian diketuk, ia yang penasaran siapa orang dibalik pintu segera membukanya. Ve sedikit terkejut melihat Violet, kemudian ingatannya bertambah kalau di kehidupan mimpi ini Violet tinggal bersamanya dan Rendy, Gre juga beberapa kali datang ke rumah untuk mengajak Violet menonton drama korea.

Violet: Kak Ve, ayo makan siang. Kak Rendy sudah menyiapkannya.

Ve(sambil tersenyum): Oke, ayo kita makan.

Lalu Ve menggandeng Violet ke meja makan, Rendy sudah menunggu mereka bersama Gre juga.

Veranda’s dream end.

Ketika Ve terbangun, ia tersenyum sendiri mengingat keadaan di kehidupan mimpinya, Violet yang sudah setuju untuk tinggal bersamanya dan Rendy. Ve lalu berharap suatu hari nanti Violet bersedia ikut menempati rumah peninggalan Ayah mereka ini.

Hari Minggu itu Aldo chatting dengan Naomi sambil menonton TV bersama Melody paginya. Siang harinya ia main game di laptopnya yaitu Aveyond: Gates of Night, yang merupakan kelanjutan dari Aveyond: Lord of Twilight. Ia memulai game itu dari save file sebelumnya, satu jam setelah itu matanya mulai terasa berat, ia pun tidur sejenak setelah mematikan laptopnya.

Aldo’s dream start...

Kini Aldo sedang berada di mall bersama Shania, ia makan di sebuah food court lantai 5 dan mereka lanjut melihat-lihat di lantai 4 setelah selesai makan siang. Sorenya sehabis Aldo mengantar Shania pulang, ia lewat dekat taman kota dan melihat ada Guardian pria dan berniat menanyakan sesuatu. Ia segera menemui Guardian pria yang berdiri di samping pohon dengan DREAMSTONE.

Aldo: Hey, Guardian, ada sebuah hal yang ingin kutanyakan padamu.

Guardian: Apakah itu, orang terpilih?

Aldo: Aku bingung, kenapa waktu di kehidupan ini jadi setahun lebih cepat.

Guardian: Itu adalah efek samping DREAMSTONE, orang terpilih.

Aldo: Apa itu berbahaya? Dan kenapa bisa terjadi?

Guardian: Tenang saja, orang terpilih. Efek samping DREAMSTONE ini tidaklah berbahaya, dan bisa terjadi karena kau terlalu lama menjalani kehidupan mimpimu ini.

Aldo: Terlalu lama? Apakah yang kau maksud adalah ketika semester 1 tahun lalu?

Guardian: Benar, orang terpilih. Atau mungkin tepatnya adalah 2 tahun lalu, karena kau terkena efek samping DREAMSTONE dari saat itu, sehingga waktunya berjalan loncat 1 tahun.

Aldo memanggut-manggut, lalu perlahan Guardian pria itu menghilang. Aldo melanjutkan perjalanan kembali ke rumah.

Aldo’s dream end.

Sorenya Aldo baru terbangun, ia lalu ingat kalau tadi seharusnya ia juga menanyakan tentang siapa saja orang yang sudah memasuki mimpinya selain Veranda, karena ia merasa lebih dari 2 orang yang telah melakukan itu.

Senin pagi, tanggal 17 Agustus pukul 10 pagi, SMA Velidan 01 baru saja menyelesaikan upacara bendera spesial HUT RI. Setelah kebanyakan murid bubar untuk pulang ke rumah masing-masing, terlihat rombongan murid kelas 12 IPA 5 dan Aldo belum pulang. Mereka yang masih mengenakan seragam sekolah sedang membicarakan ulang tahun Lidya.

Jaka: Jadi gimana, guys? Ada yang bersedia traktir Lidya?

Aldo: Gimana kalau Jaka, Devin, dan Hilman saja yang patungan buat kita makan rame-rame siang nanti di Hailbeam cafe?

Semua murid kelas 12 IPA 5 kecuali ketiga orang itu pun kompak mengatakan ‘Setuju!’ , alhasil mereka bertiga tidak keberatan lagipula ini juga bisa dibilang sekalian merayakan perdamaian Jaka dan Hilman.

Mereka semua lalu pulang dulu ke rumah masing-masing untuk berganti baju, Aldo mengantarkan Naomi pulang barulah ia sendiri pulang juga.

TO BE CONTINUED...

By: E.D.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

GALLANT IMPACT, Chapter 25

GALLANT IMPACT, Chapter 29