Between Dream And Reality, Part 5

Part 5: Family problem?

Di rumahnya, Ve sedang menerima panggilan telepon dari seseorang.

Ve: Iya kak Rendy, aku akan jemput dia. Gak usah ngancam ngurangin uang jajan segala deh. Huuh...

Rendy: Bagus Ve, karena Kakak ada kuliah dadakan sekarang. Kamu jangan galak sama dia ya.

Ve: Oke Kak.

Pembicaraan di telepon pun berakhir. Ve lalu memacu mobilnya ke sebuah sekolah yang cukup dekat dengan kampus kakaknya.


Terlihat seorang siswi yang sepertinya masih SMP sedang celingak-celinguk. Mungkin sedang menunggu jemputan, dan tak lama kemudian mobil Ve berhenti di depan siswi itu. Siswi itu pun sedikit terkejut saat mengetahui yang keluar dari mobil adalah Ve.

Ve: Ayo masuk, Kakak antarin pulang.

Siswi: Kak Ve, kak Rendy mana?

Ve: Kak Rendy minta tolong aku untuk jemput kamu, soalnya dia ada kuliah dadakan.

Siswi SMP itupun manggut-manggut dan masuk ke mobil Ve, setelah itu Ve pun melajukan mobilnya sampai ke rumah siswi itu. Siswi itu pun mengucapkan terima kasih kepada Ve, yang disambut Ve dengan senyum terpaksa.

Ve pun melajukan mobilnya kembali ke rumahnya. Sesampainya di rumah, Ve menelepon Rendy.

Ve: Kak Rendy, aku sudah ngantar dia sampai rumahnya.

Rendy: Bagus, Ve. Kakak juga sudah di-SMS dia tadi waktu dia sampai di rumah. Yasudah, Kakak mau lanjut ke kelas ya.

Pembicaraan di telepon itu pun berakhir. Ve merebahkan dirinya di kasurnya. Ve lalu memikirkan hal lain untuk menghilangkan rasa kesalnya karena tadi harus menjemput adiknya. Ve pun tiba-tiba terbayang Aldo.

Ve(bergumam): Duh, kok tiba-tiba aku kepikiran Aldo ya? Mungkin karena aku lagi bete.

Dan di rumah Aldo, terlihat Aldo sedang mengerjakan PR sekolah. Baru saja selesai mengerjakan PR dan meregangkan tangan sejenak, smartphone-nya berbunyi pertanda SMS masuk dan Aldo segera membalasnya.

Yudha: Aldo, bisa bantuin gue sekarang?

Aldo: Bantuin apaan Yud?

Yudha: Ini gue tiba-tiba diajakin jalan sama Marsya. Ke bioskop gitu, lu ikut ya?

Aldo: Loh, kan Marsya cewek lu. Kenapa lu mesti minta bantuan gue?

Yudha: Gue kan belum jadian sama dia. Grogi nih gue karena dia yang ngajak jalan.

Aldo: Yaudah ladenin aja.

Yudha: Ayolah, lu ikut aja. Tapi lu cukup ngawasin aja dari jauh. Nanti duit tiketnya gue traktir lu. Tapi lu nanti bantuin gue kalau gue gak tau mau ngomong apa ke Marsya.

Aldo: Ada-ada aja lu Yud, untung gue udah selesai ngerjain PR. Oke gue temenin, dan gue pilih tempat duduk agak jauhan biar gak ketahuan Marsya.

Yudha: Sip, gue tunggu Do.

Aldo pun bergegas ke bioskop yang dimaksud Yudha, di dalam mall yang tempo hari dikunjungi Aldo bersama Stella dan Sonia. Yudha pun bertemu dengan Aldo di dekat toilet lantai 5.

Yudha: Do, ini tiketnya. Gue beliin elu tiket tanpa sepengetahuan Marsya.

Aldo: Hmm, tempat duduknya di barisan tengah ya.

Yudha: Iya Do, gue di barisan depan di samping Marsya.

Aldo: Filmnya apa nih?

Yudha: Marsya bilang sih film horror gitu, tapi dia gak sebutin judulnya.

Aldo: Oh, yaudah lu buruan nyusul Marsya. Pasti dia udah nungguin elu.

Yudha: Oke, gue duluan ya Do.

Yudha pun menemui Marsya di depan pintu masuk bioskop. Aldo melihat mereka berdua masuk ke dalam bioskop, dan Aldo sendiri pun menyusul. Film pun dimulai, Aldo melihat di barisan depan Marsya sedang berbisik-bisik pada cewek di samping kanannya, sementara Yudha di samping kirinya seperti dicuekin.

Aldo(berpikir): Loh kok Yudha gak diajak ngomong nih jadinya, malah cewek di samping kanan Marsya yang dia ajak ngomong. Mungkin temannya Marsya.

Aldo pun fokus menonton film tanpa menyadari kalau seseorang di samping kanannya adalah teman sekelasnya dulu. Film horor itu pun berakhir dan para penonton mulai keluar dari bioskop. Aldo yang sudah duluan keluar sebelum Marsya dan Yudha dikejutkan dengan tepukan seseorang di pundak kanannya. Aldo pun menoleh.

Aldo: Eh Rona, kok lu ada di sini?

Rona: Ihh Aldo, sombong banget sih kamu. Tadi aku duduk tepat di samping kanan kamu, malah kamu cuekin.

Aldo: Oh hahaha, gue gak nyadar tadi. Gue fokus nonton filmnya.

Rona: Tapi aku lihat kamu kayak mengawasi barisan depan gitu.

Aldo: Emm, itu ada temen gue yang minta tolong agar gue bantu dia untuk ngomong kalau diajak bicara oleh cewek yang di sampingnya.

Rona: Loh, jadi kamu jadi juru bicara dia ya, hahaha.

Aldo: Seperti itulah, dia kadang grogi kalau di dekat cewek itu, karena dia naksir cewek itu.

Rona: Jadi gimana tadi? Kamu bantu dia ngomong apaan?

Aldo: Kagak ada, toh cewek itu asyik ngobrol dengan cewek lain sebelahnya. Jadinya temen gue itu dicuekin deh hahaha.

Rona: Hahaha, yaudah aku duluan pulang ya.

Aldo: Oke.

Rona pun berpisah jalan dengan Aldo. Aldo menuju food court lantai 6. Sementara itu, saat Yudha dan Marsya keluar dari bioskop, terlihat cewek yang tadi ngobrol dengan Marsya bersama mereka.

Marsya: Yudha, ini teman SMP aku dulu. Namanya Andela. Andela, ini teman sekelas aku namanya Yudha.

Andela dan Yudha pun bersalaman sebentar. Marsya kembali mengobrol dengan Andela sementara Yudha pamit pulang duluan. Namun SMS masuk ke smartphone-nya ketika baru beberapa meter berpisah jalan dari Marsya.

Aldo: Yud, gue di food court lantai 6. Lu belum pulang kan?

Yudha: Oke, gue nyusul ke sana sekarang.

Yudha pun menemui Aldo di salah satu meja di food court lantai 6 mall itu. Mereka pun mulai berbincang mengenai Marsya.

Aldo: Jadi gimana, gue liat lu dari tadi dicuekin Marsya.

Yudha: Iya nih Do, si Marsya malah ngobrol dengan temannya yang bernama Andela selagi nonton film tadi.

Aldo: Gue juga lihat tadi kayaknya Andela itu meluk Marsya ya pas ketakutan lihat hantunya.

Yudha: Bener, layaknya Teletubbies mereka berdua pelukannya. Gue nontonnya jadi gak konsen gitu, agak geli ngelihat mereka pelukan.

Aldo: Hahaha, udahlah. Film tadi gue lihat si cewek Jepang itu mirip ya sama bintang film bokep.

Yudha: Kan emang dia salah satu bintang film bokep, Do. Lu gak tau emangnya?

Aldo: Enggak, gue cuma fokus lihat judulnya ’Suster Keramas’ untuk melihat ceritanya sesuai judul atau enggak.

Yudha: Nah, itu kan ada tertulis nama pemainnya setelah judul. Emang lu gak baca tuh.

Aldo: Gak pentinglah menurut gue, yang penting kesesuaian cerita dan judul film.

Yudha: Itu bintang film bokepnya cukup terkenal loh, masa elu gak tau Do.

Aldo: Gue kan jarang lihat bokep, emang elu Yud.

Yudha: Hahaha, jarang berarti pernah dong?

Aldo: Iya pernah, tapi itupun gak sengaja masuk websitenya. Karena redirect gitu.

Mereka pun melanjutkan mengobrol dan menjelang malam mereka berdua pulang. Keesokan harinya di sekolah, Aldo seperti biasa memasuki kelas 10 IPA 3. Namun Aldo merasa ada yang berbeda di kelasnya.

Tatapan sinis yang biasanya ditujukan para siswi di kelasnya mendadak berubah menjadi tatapan iba. Merasa heran, Aldo pun mengajak bicara siswi di depan tempat duduknya yaitu Nabilah.

Aldo: Bil, kok cewek-cewek mandang gue segitunya?

Nabilah(sambil melihat sekeliling kelas): Mana gue tahu, mungkin muka lu jelek jadi mereka kasihan deh.

Sonya yang duduk di samping Nabilah pun tertawa.

Aldo: Kok gitu sih Bil, emang bener ya gue jelek?

Nabilah: Menurut gue sih gitu, iya gak Panda?

Sonya pun hanya tertawa dan Aldo yang dongkol pun membalas ucapan Nabilah.

Aldo: Meskipun gue jelek, tuh temen lu kayaknya suka sama gue.

Sonya lalu berhenti tertawa dan membantah omongan Aldo dengan menjulurkan lidahnya.

Nabilah: Tuh dia aja ngejek elu Do. Jangan kepedean deh. Kalau muka kayak Indra masih mending.

Indra yang sedari tadi memasang earphone di telinganya pun tidak mendengar apa yang barusan dikatakan Nabilah. Aldo pun melepas earphone di telinga Indra.

Indra: Kenapa sih Do? Lagi enak dengerin lagu juga.

Aldo: Nih Nabilah bilang suka sama lu.

Indra(nampak senang): Emang bener Bil?

Nabilah pun menoyor kepala Aldo, Sonya pun tertawa terbahak-bahak.

Nabilah: Enak aja, sembarangan ngomong lu. Dia bohong Dra.

Aldo terkekeh sedangkan Indra nampak kecewa. Nabilah pun menghadap depan kembali.

Indra: Emang ada apaan sih tadi Do? Kok bawa-bawa nama gue?

Aldo pun membisikkan kepada Indra mengenai adanya perbedaan di kelas sekarang. Indra lalu melihat seluruh siswi di kelas dan berpikir ada benarnya perkataan Aldo.

Indra: Iya Do, gue juga ngerasa gitu. Tapi menurut gue Do, gak usah dipikirin sekarang. Dan bukannya sekarang lebih baik daripada kemarin-kemarin?
Aldo: Bener sih, tapi janggal aja, tiba-tiba berubah drastis gitu tatapan mata mereka ke gue.
Indra: Biarin aja Do, mungkin ini cuma sandiwara mereka atau cuma sehari ini aja. Gak usah dipikirin penyebab perubahan itu.
Aldo pun manggut-manggut dan mengikuti apa yang Indra lakukan, yaitu memasang earphone di telinganya. Pelajaran di kelas itupun berlangsung dan ketika jam pelajaran Matematika gurunya menyuruh Aldo mengerjakan sebuah soal. Setelah selesai seperti biasa para siswa di kelas bertepuk tangan karena Aldo satu-satunya siswa yang pintar Matematika di kelas itu. Tapi ternyata tepuk tangan dari para siswi juga terdengar di kelas itu, guru pun tidak ambil pusing meskipun siswa satu kelas itu heran, termasuk Aldo.

                        --------------------------------------------------------------------------------------

Sepulang sekolah, Aldo berjalan pelan menuju parkiran motor. Namun beberapa langkah sebelum sampai ke motornya, pundaknya dipegang oleh seseorang. Aldo pun menghadap ke belakang dan agak terkejut melihat orang itu. Orang itu juga sedikit menundukkan kepala.

Shania: Gu-gue mau minta maaf.

Aldo: Minta maaf kenapa ya? Kayaknya lu gak ada salah sama gue.
Shania: Jangan ngomong gitu, gue makin merasa bersalah.
Aldo melihat Shania yang tertunduk sambil kedua tangannya memainkan jari-jarinya.
Aldo: Coba lu bilang yang jelas, beneran gue gak ngerti apa yang lu maksud.
Shania: Gue minta maaf karena udah membuat hampir semua siswi di kelas jadi memandang rendah ke elu, Aldo.
Aldo: Tunggu-tunggu, gue lihat tadi sikap mereka udah gak kayak gitu deh.
Shania: Itu karena aku yang merubah pandangan mereka ke kamu.
Aldo: Gimana caranya?

Shania: Aku meminta Marsya memberitahu mereka penyebab sebenarnya kamu gak naik kelas.

Flashback start...

Di kamar Shania, terlihat ia sedang menelepon seseorang.

Shania: Halo? Marsya, kamu ada di mana sekarang?
Marsya: Aku lagi di kamar aku, tapi nanti agak sore aku mau ngajak Yudha nonton film di mall.
Shania: Aku boleh minta tolong gak? Ini menyangkut Aldo.
Marsya: Boleh, minta tolong apa Shan? Kenapa dengan Aldo, bukannya kamu...
Shania: Marsya, aku udah tahu penyebab sebenarnya Aldo gak naik kelas.
Marsya: Hah? Serius nih Shan, kamu tahu dari mana?
Shania: Kak Ve yang memberi tahu aku, karena kak Ve pun tahu dari kakaknya Aldo.
Marsya: Jadi apa penyebabnya Shan? Dan kamu mau minta tolong apa?
Shania: Nanti dulu, aku beritahu kamu dulu penyebab Aldo gak naik kelas.
Shania pun menceritakan pada Marsya soal kematian kedua orang tua Aldo pada saat menjelang ujian akhir semester. Setelah selesai, Marsya mendengar suara Shania nampak menangis.
Marsya: Shan, kamu kenapa? Kok nangis?
Shania: Aku bisa ngebayangin kalau aku ada di posisinya Aldo, Sya. Apalagi aku anak tunggal, aku pastinya lebih tertekan Sya. Dan meskipun kedua orang tuaku lebih sering tidak ada di rumah karena sibuk dengan pekerjaan, aku tetap sayang pada mereka dan tidak ingin ditinggalkan mereka.
Marsya: Shan, jadi kamu mau minta tolong apa ke aku?
Shania: Aku mau kamu bujuk teman-teman di kelas agar mereka enggak memandang rendah Aldo lagi. Karena aku merasa bersalah membuat mereka semua ikut sikap aku ke Aldo.
Marsya: Oke Shan, tapi aku rasa kamu perlu minta maaf ke Aldo. Dan mungkin aku juga akan memberitahu mereka tentang penyebab itu, agar mereka berempati.
Shania: Iya Sya, aku juga berniat minta maaf ke Aldo. Juga mewakili kalian para cewek di kelas, karena ini berawal dari aku.
Marsya: Hmmm, bagus Shan. Aku senang punya teman seperti kamu yang bisa berempati, dan berjiwa besar.
Tak lama kemudian pembicaraan di telepon pun berakhir. Shania terlihat lega, karena dia tahu Marsya sang ‘ratu gosip’ pasti bisa membujuk para siswi di kelasnya meskipun harus membeberkan rahasia yang baru saja Shania beritahu.

Flashback end.

Aldo pun heran, bagaimana bisa Shania mengetahui rahasia itu.

Aldo: Darimana lu tahu? Emangnya apa penyebabnya, jangan nebak-nebak aja.

Shania: Aku tahu kamu gak naik kelas karena depresi kedua orang tuamu meninggal menjelang ujian kenaikan kelas. Dan aku mengetahuinya dari seorang kakak kelas yang berteman dengan kakak kamu. Dan aku...

Shania pun mulai menangis, dan itu membuat Aldo terkejut. Shania lalu melanjutkan omongannya dengan nada terisak.

Shania: Aku bisa merasakan kalau aku ada di posisi kamu, jadi aku mau minta maaf ke kamu.
Aldo: Udah, jangan nangis. Gue gak pernah mempermasalahkan itu kok.
Shania pun mulai berhenti menangis dan memandang Aldo.
Aldo: Udah kan? Gue mau pulang dulu.
Shania: Tunggu, kamu maafin aku kan?
Aldo: Gue maafin lu dengan satu syarat.
Shania: Apa syaratnya?
Aldo: Tolong deh, bilang sama cewek-cewek tuh sikap mereka jangan berlebihan ke gue. Gue gak mau merasa dikasihani gitu, jadi biarkan mereka bersikap ke gue sesuai keinginan mereka. Kalau mereka mau ramah ke gue atau jutek ke gue, terserah mereka. Yang penting jangan kayak mengasihani gue atau turut berdukacita gitu. Kan kejadiannya udah lama lewat. Bisa kan?
Shania pun mengangguk sambil tersenyum ke Aldo.
Aldo(sambil memakai helm): Yaudah, gue mau pulang dulu. Bye-bye.
Shania pun melambaikan tangan ke Aldo. Aldo pun balas melambai lalu segera melajukan motornya ke luar parkiran dan menuju rumahnya. Shania juga segera pulang ke rumahnya.
                        --------------------------------------------------------------------------------------
Keesokan harinya, Aldo memasuki kelas 10 IPA 3 dan melihat keadaan sepertinya sudah ‘kondusif’ menurut Aldo yaitu para siswi di kelasnya terlihat santai mengobrol dan bergosip ria, tidak memandang ke arah Aldo lagi. Meskipun Aldo tak menyadari kalau Shania sesekali melirik ke arahnya, sambil tersenyum kecil.
Jam istirahat pertama, Indra memaksa Aldo menemaninya ke kantin karena Indra mau makan bakso, Aldo pun mau menemaninya karena akan ditraktir bakso juga. Mereka pun mengobrol sambil berjalan menuju kantin.
Aldo: Eh Dra, kayaknya gue gak jadi makan bakso deh, lu traktir gue mie goreng tanpa kuah aja.
Indra: Yaelah Do, makan mie, lu tahu gak resikonya?
Aldo: Iya, gue tau kok resikonya Dra. Tapi gue kan lebih suka makan mie goreng tanpa kuah daripada bakso.
Indra: Tapi Do, kalau gak ada kuahnya emangnya enak ya?
Aldo: Kalau di lidah gue sih begitu, tapi gue gak tau sih kalau di lidah lu gimana.
Indra: Hahaha aneh-aneh aja elu Do.
Karena Indra sedari tadi berbicara menghadap ke samping yaitu ke Aldo, ia pun menabrak seseorang yang sedang berjalan berlawanan arah. Orang itu pun terjatuh. Indra yang merasa menabrak seseorang pun melihatnya. Seorang siswi yang rambutnya diikat bercabang dua, di kanan dan kiri.
Siswi itu pun mengeluh dan dibantu oleh Indra untuk berdiri.
Indra: Maaf, gue gak lihat. Gak ada yang luka kan?
Siswi: Enggak ada kok. Lain kali jalannya lihat ke depan dong.
Indra: Iya maaf, gue traktir makan mau gak?
Siswi: Aku udah makan barusan. Permisi aku ke kelas duluan.
Indra pun mengangguk dan siswi itu lalu melewati mereka berdua. Aldo melihat Indra melongo dengan kepergian siswi itu. Aldo pun menyadarkan Indra dengan mengguncangkan pundaknya.
Aldo: Malah bengong lu, jadi gak ke kantin?
Indra: Do, gue mesti tahu cewek tadi kelas mana. Ayo kita ikutin.
Aldo pun pasrah ditarik tangannya oleh Indra. Indra diam-diam mengikuti siswi tadi dan siswi itu pun masuk ke kelas yang bertanda ’10 IPS 6’ di atas pintunya.
Siswi itu di dalam kelasnya disambut oleh temannya.
Siswi: Eh Yupi, itu cowok siapa ya?
Yupi(sambil menoleh ke luar): Mana aku tahu, tadi tabrakan dengan aku di luar.
Siswi: Kenalin ke aku dong, lumayan ganteng loh.
Yupi: Ihh Shani, kan udah kubilang aku gak tahu.
Siswi yang dipanggil Yupi itupun menggembungkan pipinya yang membuat Shani dan seorang siswi lain tertawa.
Siswi: Aduh Yupi, jangan cemberut gitulah, Shani kan cuma nanya.
Yupi: Ayana, nih Shani malah nanya sesuatu yang aku gak tau.
Ayana: Hihihi, kalau kamu gak tau kenapa tuh cowok ada di luar kelas kita.
Shani: Iya, jangan-jangan pacar kamu ya? Cieee Yupi udah punya pacar.
Yupi: Bukan, tadi aja baru ketemu. Gimana bisa pacaran?
Shani: Terus kok dia ngelihat kamu dari luar kelas? Bareng satu temannya pula.
Seorang siswi lain pun datang ke kelas mereka untuk ikut mengobrol.
Siswi: Hey, kalian lagi ngomongin apa?
Ayana: Ini loh Frieska, Yupi udah punya pacar.
Frieska: Beneran? Wah Yupi, selamat ya.
Yupi: Frieska, Ayana bohong tuh. Cowok di luar itu tadi tabrakan sama aku, dan aku gak kenal.
Frieska pun menoleh ke luar kelas dimana Aldo dan Indra melihat ke dalam kelas itu.
Frieska: Itu cowok yang tabrakan sama kamu yang mana?
Yupi: Yang depan, emang kenapa Frieska?
Frieska: Oh enggak, kalau cowok yang di belakangnya itu kakak sepupu aku. Kirain dia yang tabrakan sama kamu Yup.
Yupi: Gitu ya, emang namanya siapa?
Frieska: Namanya Aldo, di kelas 10 IPA 3. Kalau cowok yang satunya lagi aku gak tau deh, tapi mungkin sekelas sama kak Aldo deh.
Shani: Jadi mereka udah punya pacar belum?
Frieska: Aku gak tau tuh. Emangnya kenapa, Shani?
Shani: Enggak, kan kalau mereka gak punya pacar bisa jadi pacar aku deh.
Yupi: Shani kenapa sih pengen pacaran?
Shani: Aku kan pengen romantis-romantisan sama cowok. Kayaknya seru gitu. Seperti di film Twilight.
Shani lalu mendengar dengkuran kecil dari arah samping. Terlihat Ayana sudah tertidur dengan kepalanya menempel di meja. Shani lalu menyentil kening Ayana dengan jari tengah tangannya sehingga Ayana terbangun. Ayana pun mengusap keningnya.
Ayana: Aduh Shani, kenapa sih aku disentil?
Shani: Aku bicara dari tadi eh kamu malah tidur. Sebel deh.
Frieska dan Yupi sudah tertawa melihatnya, sementara di luar kelas Aldo sedang berusaha untuk menyadarkan Indra yang tersenyum sendiri sambil melamun melihat ke arah Yupi dan teman-temannya.
Aldo(teriak pelan di telinga kiri Indra): Woiii!
Indra pun tersadar dari lamunannya dan mengelus pelan telinganya.
Indra: Kenapa sih lu Do? Ganggu kesenangan gue aja.
Aldo: Ini jadi enggak ke kantinnya? Lu malah dari tadi mandang tuh cewek.
Indra: Hehehe habis imut banget dia. Nanti istirahat kedua aja deh Do. Gue masih mau mandangin dia.
Aldo: Terserah elu deh, gue liat pun kayaknya dia udah tahu lu ngikutin dari tadi.
Indra: Yaah, udahlah balik ke kelas aja. Malu gue kalau udah ketahuan ngikutin dia.
Aldo: Tenang aja Dra, mungkin belum jodoh hahaha.
Indra: Apa hubungannya ketahuan ngikutin dengan belum jodoh?
Aldo: Gak ada sih. Udahlah, waktu istirahat mau habis nih. Ingat ya nanti istirahat kedua traktir gue.
Indra: Iya iya, yuk balik.
Mereka berdua pun kembali ke kelas 10 IPA 3. Waktu istirahat pun berakhir dan Frieska kembali ke kelasnya 10 IPS 5. Pelajaran pun berlanjut hingga waktu istirahat kedua tiba.
Aldo lalu mengikuti Indra ke kantin, dan Indra langsung memesan semangkok bakso dan sepiring mie goreng tanpa kuah. Pesanan Indra pun datang dan dia bersama Aldo mulai makan. Saat Aldo sedang menyeruput mie, pundaknya ditepuk seseorang. Aldo pun menoleh dan dilihatnya ternyata yang menepuknya adalah Frieska.
Frieska: Hai kak Aldo, tumben makan di kantin?
Aldo: Nih Indra yang traktir, kamu makan sendiri?
Indra: Widih, ini cewek siapa? Pacar elu Do? Cakep ya. Hebat lu bisa dapetin nih cewek.
Aldo pun menoyor kepala Indra.
Aldo: Ini adik sepupu gue, lu gak denger tadi dia manggil gue gimana?
Indra hanya terkekeh sambil melanjutkan makan bakso, sedangkan Frieska tertawa kecil.
Aldo: Jadi, Frieska. Kamu makan sendiri ya?
Frieska: Enggak, bareng temen kok. Ini lagi nunggu pesanan tiba. Itu mereka yang nungguin.
Frieska pun menunjuk ke salah satu sudut kantin dimana Yupi, Shani, dan Ayana duduk berjejer. Yupi dan Shani terlihat sedang memainkan smartphone mereka masing-masing sedangkan Ayana nampak menyandarkan kepalanya di meja, seperti sedang tidur. Aldo dan Indra pun menoleh ke arah yang ditunjuk Frieska, begitu melihat ke sana Indra nampak senang.
Frieska(berbisik ke Aldo): Kak Aldo, itu Kak Indra kenapa senyum-senyum gitu?
Aldo(berbisik juga): Oh, itu lihat deh arah matanya kan ke teman kamu yang rambutnya diikat bercabang dua.
Frieska pun melihat arah pandangan mata Indra dan memang benar Indra sedang memandang ke Yupi. Frieska pun tersenyum lalu menjentikkan jarinya di hadapan Indra yang membuyarkan lamunan Indra.
Frieska: Kak Indra, mau aku kenalin ke teman aku?
Indra: Eh, enggak usah kok. Nanti malah ganggu waktu makan. Tapi boleh tahu dong namanya cewek yang rambutnya diikat cabang 2 itu.
Frieska: Dia namanya Cindy Yuvia, biasa dipanggil Yupi. Kalau yang tengah namanya Shani, dan yang sedang tidur-tiduran itu namanya Ayana.
Aldo: Kenapa Dra? Naksir ya dengan Yupi?
Indra: Hehehehe, mungkin.
Aldo: Kok mungkin? Labil lu Dra.
Indra: Udah, jangan banyak tanya. Mie goreng lu udah mulai dingin Do.
Aldo: Bisa aja lu ngalihin pembicaraan.
Aldo pun melanjutkan makannya, dan Frieska berpamitan ke Aldo untuk kembali berkumpul dengan Yupi, Shani, dan Ayana. Pesanan mereka berempat pun datang dan mereka menyantap makanan dengan lahap.
Saat Aldo menunduk sambil menyeruput mienya, seorang siswi datang dan duduk di hadapan Aldo. Indra yang duluan melihat siswi itu lalu tersenyum dan menyenggol lengan Aldo.
Indra: Do, ini pasti cewek lu. Nih dia lagi duduk di hadapan elu.
Aldo pun melihat siswi yang dimaksud Indra yang sedang duduk di hadapannya sambil tersenyum.
Aldo: Eh Rona, ada apa nih?
Rona: Gue numpang duduk di sini ya. Soalnya meja lain udah penuh semua.
Aldo: Oh, silahkan, itu makanan apa yang kamu bawa.
Rona: Oh, ini pizza Do. Lu gak tahu di kantin ini ada pizza?
Aldo: Waw, gue baru tahu nih. Menu baru di kantin ini ya?
Rona: Iya Aldo, makanya sering ke kantin dong. Lihat-lihat makanan yang ada, kan biar ada variasi daripada kamu cuma makan mie setiap ke kantin.
Aldo: Hahaha, gue udah punya kok menu lain selain mie.
Rona: Apaan?
Aldo: Nasi goreng.
Rona: Itu kan berminyak, Do.
Aldo: Hahaha, habis gak ada menu lain lagi yang gue suka.
Rona: Kamu coba deh 1 potong pizza ini.
Rona pun memberikan 1 potong pizza ke Aldo. Aldo perlahan melahapnya.
Rona: Gimana? Enak kan?
Aldo: Iya, lumayan lah. Tapi masih enakan mie deh.
Rona pun tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. Melihat keakraban Aldo dengan Rona, Indra pun bertanya.
Indra: Nah bener kan, Do. Ini cewek elu kan? Kok sikap elu gak ada romantisnya ke dia?
Aldo pun menyentil kening Indra. Rona yang melihat itu pun tertawa sambil mulai melahap potongan pizza.
Indra(mengusap keningnya): Aduh Do, kenapa sih?
Aldo: Jadi orang sotoy banget lu Dra. Tiap ada cewek yang nyapa gue lu bilang pacar gue.
Indra: Terus kalau bukan pacar, ini cewek siapa Do?
Aldo: Ini tuh namanya Rona, dari kelas 11 IPA 5.
Indra: Oh rupanya kakak kelas juga. Maaf ya, kak Rona.
Rona: It’s okay. Aldo, ini teman sekelas kamu ya?
Aldo: Iya nih, namanya Indra. Ketua kelas paling sotoy.
Indra pun bersungut-sungut sambil memakan baksonya, dan Rona tertawa atas perkataan Aldo. Tak lama setelah itu, Aldo dan Indra selesai makan dan bersiap kembali ke kelasnya.
Aldo: Rona, gue duluan ke kelas ya. Ayo Dra, kita pantau lagi tuh si Yupi.
Indra: Eh ngapain mantau Yupi, gak usah. Duluan ya Kak.
Rona pun mengangguk sambil masih melahap potongan pizza. Aldo dan Indra pun berjalan melewati meja tempat Frieska dan 3 temannya duduk. Mereka hanya saling tersenyum dan berlalu walaupun Indra sempat curi pandang ke Yupi sebelum benar-benar pergi.
Yupi: Fries, tadi kamu bicara sama sepupu kamu tentang apa?
Frieska: Oh, aku cuma sekedar menyapa kak Aldo. Dan itu temannya bernama Indra.
Shani: Kenapa Yupi? Suka sama Indra ya? Atau sepupunya Frieska?
Yupi: Ih, enggak lah. Aku cuma nanya kok.
Mereka pun melanjutkan makan, setelah selesai mereka membangunkan Ayana yang masih tertidur. Lalu keempat siswi itu kembali ke kelas mereka.

Sementara itu Aldo sambil berjalan ke kelas bersama Indra sedang melamun. Aldo memikirkan kalau sudah beberapa hari ini dia tidak mimpi apapun. Sehingga dia tidak melanjutkan lagi mimpi dimana kedua orang tuanya masih hidup.

Aldo(berpikir): Kenapa ya gue udah gak bisa melanjutkan mimpi itu? Apa karena sikap Shania udah baik ke gue? Ah, gak mungkinlah ini ada kaitannya dengan dia. Atau karena gue enggak ketemu Naomi sejak gue jenguk dia?

Aldo pun tersadar dari lamunannya saat badannya diguncang-guncang oleh Indra.
Indra: Woi, lu malah bengong. Udah sampai di depan kelas nih.
Aldo: Eh iya, bener juga.
Indra: Lu ngelamunin apa sih dari tadi?

Aldo: Mau tahu aja lu. RA-HA-SIA!

Aldo pun menuju tempat duduknya, dan disusul oleh Indra. Pelajaran pun dimulai setelah waktu istirahat kedua berakhir.

                        --------------------------------------------------------------------------------------

Sepulang sekolah, Aldo melewati jalan yang biasa dilaluinya menuju ke rumah. Tapi kali ini dia kembali melihat sinar berwarna hijau di pohon yang waktu itu. Aldo pun lalu memberhentikan motornya dan mengecek pohon itu, memang benar sinar itu berasal dari sebuah pohon yang ada batu hijau seukuran kelereng. Tapi kali ini ada yang beda. Ada sebuah papan kayu tua yang memiliki tulisan berwarna hijau juga.

Bunyi tulisan itu adalah: “THOSE WHO HAVE PRESS THE STONE WILL BE ALLOWED TO PRESS IT AGAIN.

Aldo yang mengerti arti tulisan itu pun melihat ke pohon itu dan menemukan tulisan hijau juga yang ada di atas posisi batu itu. Bunyi tulisannya: “THIS STONE IS EMERALD, ONE OF EIGHT JEWEL STONES WHICH HAVE POWERS BEYOND HUMAN MIND. EMERALD IS ALSO KNOWN AS THE DREAMSTONE

Saat mendalami arti tulisan itu, tangan kanan Aldo juga mendekati batu itu. Baru saja jari telunjuknya menyentuh batu itu, kembali batu itu seperti tertekan ke dalam batang pohon. Dan cahaya yang dipancarkan pun padam.

Aldo pun bergegas pulang ke rumah, dengan memikirkan terus tulisan yang baru saja dibacanya di sana. Smartphone-nya menunjukkan FRI, JAN 23, 2015 | 03:15 PM saat dia sampai di kamarnya dan berbaring. Karena merasa ngantuk, Aldo pun terlelap.

Aldo’s dream start

Kini Aldo sedang ada di kamarnya dengan pakaian santai ala rumah(t-shirt dan celana boxer) melihat smartphone-nya dan waktunya adalah MON, DEC 28, 2015 | 12: 10 PM. Aldo pun tersadar bahwa di mimpi ini tanggal dan bulan lebih cepat meskipun umurnya seperti di dunia nyata.
Aldo(bergumam sendiri): Tunggu dulu, kenapa pas pertama aku lihat smartphone pas ketemu kak Ve di dunia ini, tahunnya 2014. Itu kan waktu sebenarnya di dunia nyata pas aku kelas 10 lagi dan kak Melody sudah kuliah, tapi sekarang malah maju setahun. Apa mungkin ini efek dari DREAMSTONE?
Aldo pun berpikir waktu acara natal kampus kakaknya, yang terjadi di tahun 2015.
Aldo(kembali bergumam): Mungkin ini efek samping dari DREAMSTONE, tapi yang penting aku bisa melihat kedua orang tuaku lagi.
Kemudian terdengar suara wanita yang memanggil Aldo dari luar pintu kamarnya yang tertutup. Aldo mengenali suara itu, yang rupanya adalah ibunya.
Ibunya Aldo: Aldo sayang, ayo makan siang dulu.
Aldo pun segera membuka pintu dan mengikuti ibunya yang menuju meja makan. Terlihat sudah ada Ayahnya dan Kakaknya bersama seorang gadis yang tak asing bagi Aldo.
Aldo: Eh ada Frieska, kok di sini?
Melody: Dek, kamu lupa ya? Frieska kan dari kemarin udah nginap di sini.
Ayahnya Aldo: Iya nak, bukannya kamu sendiri yang memberitahu kami kalau Ibu dan Ayahnya Frieska pergi ke luar kota untuk urusan bisnis selama 3 hari.
Ibunya Aldo: Iya Aldo, kamu sendiri kan yang menawarkan agar Frieska nginap disini, takutnya dia gak aman kalau sendirian di rumahnya.
Frieska pun terlihat cemberut, yang membuat Aldo cengengesan. Aldo yang baru mendapat flashback sekilas dari ucapan keluarganya pun beralibi agar tidak dicurigai.
Aldo: Hehehe, bercanda kok Fries. Jangan cemberut gitulah.
Melody pun tertawa, diikuti Ayah dan Ibunya. Lalu mereka makan siang bersama. Selagi makan Aldo mengetahui kalau Frieska menginap disini sejak tanggal 27 kemarin dan tidur di kamarnya Melody.

Selesai makan siang, terlihat Frieska masih cemberut, ketika Frieska menuju kamar Melody untuk istirahat, Aldo pun menyusulnya. Sebelum membuka pintu kamarnya Melody, Frieska ditahan tangannya oleh Aldo.

Aldo: Frieska, jangan ngambek terus dong. Aku ajak nonton film mau?

Frieska: Bener kak Aldo mau ngajak aku nonton film?

Aldo: Iya, tapi kamu jangan ngambek lagi ya. Entar gak cantik loh kalau ngambek terus.

Frieska pun berbalik dan tersenyum ke Aldo. Mereka berdua lalu berpamitan kepada kedua orang tua Aldo dan Melody ternyata mau ikut nonton. Maka mobil Melody dipakai untuk menuju bioskop.

Aldo yang menyetir mobil Melody lalu melajukan mobil ke mall dekat sekolahnya. Melody bersama Frieska lalu duluan ke lantai 5 mall itu saat Aldo memarkirkan mobil. Aldo lalu ke tempat pembelian tiket dan membeli 3 tiket untuk film yang akan mereka tonton. Kemudian Aldo ke depan pintu bioskop dan menyerahkan tiket pada Melody dan Frieska.
Mereka bertiga lalu duduk di barisan tengah bioskop, dengan posisi Aldo di tengah, Melody di samping kanan Aldo dan Frieska di samping kiri Aldo. Diputarnya film berjudul ‘Harry Potter and The Deathly Hallows part 2’ nampaknya memukau semua penonton di situ. Aldo pun berpikir betapa beruntungnya kalau di mimpi ini waktu maju setahun karena film yang ingin ditontonnya sudah ada di bioskop meskipun sudah berlalu beberapa bulan sejak tayang perdana. Film pun selesai sekitar 4 jam kemudian.

Aldo bersama Melody dan Frieska pun kembali menuju rumah. Aldo lalu mengajak bicara Frieska yang duduk di sampingnya sambil menyetir mobil.

Aldo: Gimana Fries, tadi seru gak filmnya?

Frieska: Iya kak Aldo, aku deg-degan pas mereka bertarung sihir.

Melody: Tapi ending-nya agak aneh ya, Aldo.

Aldo: Iya Kak, aku juga ngerasa ending-nya kurang pas gitu. Voldemortnya kan bisa jadi kembali berbuat jahat di masa depannya.

Frieska: Hahaha, kak Melody tanya aja ke sutradara atau penulis skenarionya kenapa ending-nya seperti itu.

Melody: Huh, kalau Kakak bisa tanya juga pasti jawaban mereka ‘Terserah saya dong ending-nya mau bagaimana’

Aldo dan Frieska pun tertawa mendengar komentar Melody barusan. Mereka bertiga pun kembali mengobrol mengenai film itu. Tak terasa beberapa menit kemudian sampailah mereka di rumah Aldo dan Melody.

Aldo’s dream end

Terbangunnya Aldo dari mimpi adalah ketika dia mendengar suara kakaknya memanggil namanya sambil mengguncang-guncangkan badannya.
Aldo pun melihat ternyata sudah jam setengah 7 malam. Aldo pun makan malam bersama Melody yang membuat spaghetti. Selesai makan Melody meminta Aldo menemaninya menonton film thriller yang tayang di televisi. Aldo pun menyanggupi karena film itu juga ingin ditontonnya. Tapi selagi menonton, Aldo lebih banyak melamun memikirkan sesuatu daripada fokus menonton film. Sesuatu yang Aldo rasa janggal sedang dipikirkannya.

TO BE CONTINUED...

By: E.D.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Between Dream And Reality, Part 12

GALLANT IMPACT, Chapter 25

GALLANT IMPACT, Chapter 29