Between Dream And Reality, Part 7

Part 7: Missing heart?

Melody melihat Aldo sedang memandang ke Jeje dan temannya.

Melody: Aldo, ini temannya Jessica juga sekelas dengan kamu kan?

Aldo: Iya Kak, tapi aku lupa namanya. Je, siapa ini?

Jeje sedikit tertawa mendengar perkataan Aldo barusan, sedangkan Vania sudah cemberut.

Jeje: Hahaha, ‘cewek populer’ di instagram ternyata gak dikenali teman sekelas sendiri.

Vania memanyunkan bibir sambil menghadap Jeje, setelah itu ia memperkenalkan diri pada Aldo dan kakaknya.


Vania: Perkenalkan, namaku Vania Putri Lubis.

Aldo: Oh, gue baru inget, Vania yang pintar pelajaran Fisika kan?

Vania sedikit tersenyum mendengar pujian Aldo, meskipun hanya spontan Aldo 
mengatakannya, karena selama pelajaran Fisika di kelasnya kebanyakan Pak Nero memanggil Vania untuk mengerjakan soal hitungan. Kalau bukan Vania pasti Derry yang sering dipanggil untuk mengerjakan soal hitungan.

Melody: Udah, ayo makan siang dulu. Ngobrolnya nanti lagi setelah selesai makan.

Mereka berempat pun makan siang bersama, dan Vania nampaknya suka dengan masakan Melody yang berbentuk seperti nasi padang.

Pada waktu yang sama, di sebuah kamar dalam rumah berukuran sedang dekat sekolah, ada 3 orang gadis sedang mengobrol. Nampaknya mereka bertiga baru selesai makan siang. Karena ada seorang diantara mereka yang mengelus-elus perutnya.

Gadis 1: Ahhh, kenyang banget, masakan Mami kamu enak banget Ay.

Gadis 2: Hehehe Yup, kamu makannya banyak juga. Tuh perut kayaknya jadi cembung.

Gadis 3: Ay, maksud kamu cembung atau gembung?

Gadis 2: Ituloh Shan, kayak lensa cembung. Yang dari pelajaran IPA.

Gadis 1: Kita kan kelas IPS Ay, kok kamu tahu pelajaran IPA itu?

Gadis 3: Yupi, itu kan ada di pelajaran IPA yang SD. Gimana sih, pasti lupa ya kamu.

Yupi: Hehehe, iya aku lupa. Lagian aku juga tidak terlalu suka pelajaran IPA makanya aku masuk kelas IPS.

Gadis 3: Ayana, kamu enak ya setiap hari bisa makan masakan Mami kamu. Mami aku sibuk kerja sih.

Ayana: Udah, jangan sedih gitu dong. Kan kamu bilang juga kan masakan pembantu di rumahmu enak.

Gadis 3: Iya, apalagi kalau Mbok masakin...

Yupi: Eh Shani, kok jadi ngomongin masakan di rumahmu? Gak jadi nanya Ayana nih?

Shani: Oh iya hampir lupa hehehe.

Yupi: Huh, udah lupa kali itu.

Ayana: Kalian mau nanya apaan?

Shani: Ish, kan kamu tadi janji mau ceritain kenapa kamu manggil Jeje sebagai ‘Mami’ kamu.

Ayana: Oh, itu. Jadi begini...

Dan Ayana pun menceritakan alasan dia menyebut Jeje sebagai ‘Mami’ yang rupanya diawali saat SMP kelas 2. Waktu itu Ayana masuk sebagai murid baru pindahan dari kelas lain, dan penampilannya culun dengan kacamata dan rambut dikepang. Alhasil Ayana pun di-bully oleh sekelompok siswi di kelas. Jeje yang kasihan pun membelanya karena dilihatnya Ayana menangis setiap habis di-bully. Bullyan-nya pun awalnya adalah mengambil bukunya untuk dicoret-coret sekelompok siswi itu, menaruh kecoa mainan di kepalanya saat Ayana sedang makan dari bekalnya sehingga ia teriak histeris. Dan yang terakhir, pemimpin sekelompok siswi itu membawa gunting untuk memotong rambut Ayana yang dikepang. Sebelum rambutnya sempat dipotong, Jeje sudah merebut gunting itu dan malah rambut sekelompok siswi itu yang digunting oleh Jeje. Kemudian ada guru melihat saat sekelompok siswi mau membalas perbuatan Jeje. Akhirnya sekelompok siswi itupun dipindahkan ke kelas lain dan diancam sanksi skorsing jika kedapatan berbuat hal seperti itu(mem-bully) pada siswi lain. Ayana pun mengucapkan terima kasih pada Jeje.
Shani: Hmmm, jadi Jeje memangnya suka dengan panggilan ‘Mami’?
Ayana: Mami tuh awalnya protes, tapi aku terus manggil kayak gitu jadi akhirnya dia mau deh, meskipun dengan satu syarat.
Yupi: Apa syaratnya Ay?
Ayana: Jadi, Mami tuh ngebolehin aku manggil begitu kalau aku ngerubah penampilan.
Shani: Maksudnya, jadi kayak sekarang?
Ayana: Iya, Mami sebelum ngerubah penampilan aku dia juga bicarakan ini sama Ibu aku. Terus Ibu aku setuju deh, dan aku dikasih vitamin agar mata aku minusnya berkurang deh.
Yupi: Oh, aku tahu. Jeje ngerubah penampilan kamu biar gak di-bully lagi kan?
Ayana: Begitu deh, tapi cowok-cowok di kelas jadi sering ngegodain aku. Tapi Mami nyindir mereka, jadinya mereka malu sendiri.
Yupi: Nyindirnya kayak ‘Hey, dasar kalian. Kenapa kemarin-kemarin gak godain? Karena dia kemarin culun? Huh, cewek kalau cantik baru dilirik. Dasar cowok mesum kalian.’ gitu?
Ayana: Hahaha, kira-kira gitu deh. Pas awal SMA aku kira Mami akan masuk IPS tapi ternyata malah masuk IPA deh.
Shani: Udah, jangan sedih dong. Kan bisa ketemu di kelasnya.
Ayana pun tersenyum mendengar perkataan Shani barusan. Mereka bertiga pun membicarakan hal lain, termasuk pelajaran di sekolah.
Di tempat lain, Naomi dan Sinka sedang makan siang juga. Selesai makan, Naomi pun bertanya pada Sinka.
Naomi: Jadi gimana, cewek-cewek di kelas kamu udah gak ngomongin tentang Aldo lagi?
Sinka: Iya Kak, aku sendiri juga heran, tiba-tiba mereka jadi baik layaknya cowok-cowok.
Naomi: Ya bagus deh, mereka bisa menerima kehadiran Aldo di kelas.
Sinka: Kakak kok nanyain Aldo terus? Kakak suka ya dengan Aldo?
Naomi nampak gugup mendengar perkataan Sinka barusan.
Naomi: Eh, enggak kok. Cuma pengen tahu aja, kan dia dulu sekelas dengan Kakak.
Sinka: Oh gitu, tapi Kak, aku diam-diam pernah nanya wali kelas loh soal rangking Aldo di semester 1 lalu.
Naomi: Hmm, emangnya untuk apa kamu nanya itu?
Sinka: Aku penasaran, kan Kakak pernah bilang kalau Aldo itu salah satu ‘murid unggulan’ di kelas Kakak dulu, 10 IPA 5.
Naomi: Jadi, wali kelas ngasih tahu kamu?
Sinka: Awalnya sih enggak, tapi aku bujuk terus akhirnya wali kelas ngasih tahu deh kalau Aldo rangkingnya 10. Hebat juga dia, padahal dia sering menguap di kelas dan curi-curi tidur juga.
Naomi: Hahaha Sinka, Aldo waktu kelas 10 IPA 5 dulu jarang curi-curi tidur. Malah dia yang paling serius merhatiin pelajaran guru dibanding cowok-cowok lain di kelas.
Sinka: Kakak kok tahu kalau dia yang paling serius merhatiin pelajaran?
Naomi: Kan Aldo duduknya sama kakak, meskipun sesekali dia pindah tempat duduk dengan Devin, teman akrabnya di kelas.
Sinka: Hmmm, gitu ya. Berarti kalau Aldo serius merhatiin pelajaran dia bisa jadi rangking 1 di kelas aku sekarang dong.
Naomi: Benar Sinka, dulu di kelas 10 IPA 5 aja dia selalu rangking 5 besar.
Sinka: Oke, aku akan pertahanin rangking 1 aku agar gak direbut Aldo.
Naomi: Semangat ya Sinka!
Pada saat yang sama, di rumah Aldo terlihat Melody sedang ngobrol dengan Vania di sofa ruang tamu. Sementara Aldo dan Jeje duduk tak jauh dari situ di sofa yang menghadap TV. Tiba-tiba Aldo dan Jeje bersin sejenak.
Vania: Kalian kenapa?
Melody: Iya, kok bersinnya barengan?
Aldo: Gak tau nih Kak, tiba-tiba aja aku mau bersin.
Jeje: Hidung aku juga tiba-tiba gatal.
------------------------------------------------------------
Sore pun tiba, Vania dan Jeje pamit pulang pada Melody dan Aldo. Saat perjalanan pulang dengan mobil Vania, Vania mengobrol dengan Jeje sambil menyetir.
Vania: Kakaknya Aldo asyik juga ya diajak ngobrol. Tentang fashion tahu, tentang kuliner juga tahu. Apalagi soal musik, tahu banget malah. Selera musik dia sama dengan aku, K-Pop.
Jeje: Makanya, waktu luang jangan untuk shopping melulu. Mampir kek ke rumah teman.
Vania: Hehehe, aku kan sosialita. Wajar dong shopping terus.
Jeje: Kamu mah sosialitanya di instagram doang, yang kenal kamu juga kebanyakan cowok-cowok.
Vania: Biarin, yang penting terkenal hehehe.
Jeje pun diantar pulang ke rumahnya oleh Vania. Sementara itu di rumah Aldo, ia sedang memainkan game Aveyond: Lord of Twilight, sejam kemudian waktu telah menunjukkan pukul 6 sore. Aldo pun berhenti main dan mematikan laptop, lalu segera mandi karena dirasanya gerah.
Jam 7 lewat 25 menit, Aldo sedang menonton TV bersama Melody. Acara lawak di salah satu stasiun televisi pun menjadi hiburan bagi mereka selama satu jam. Kemudian Melody mengganti channel ke channel yang menayangkan film keluaran beberapa tahun lalu. Melody pun nampak antusias menonton film itu sedangkan Aldo sesekali menguap. Aldo kemudian pamit kepada Melody untuk tidur duluan. Aldo pun langsung tertidur setelah berbaring di kamarnya.
Aldo’s dream start
THU, JAN 14, 2016 | 02:35 PM
Aldo sedang mengendarai motornya menuju rumah Ve, setelah Ve mengabarinya kalau pacarnya sedang mampir di rumah Ve, dan Aldo berniat belajar bahasa Italia dengan diajari oleh pacarnya Ve. Sesampainya di rumah Ve, Aldo pun memencet bel dan tak lama kemudian seorang gadis membukakan pintu. Aldo pun heran, siapa gadis ini.
Gadis: Siapa ya?
Aldo: Oh, aku temannya kak Ve. Aku ke sini mau belajar bareng pacarnya kak Ve.
Gadis: Oh, silahkan masuk. Kak Ve dan kak Marko sudah menunggu di ruang tamu bersama kak Jaka.
Aldo(berpikir): Loh? Kak Marko yang ketua OSIS pacarnya kak Ve? Terus si Jaka ngapain di sini? Bukannya dia pintar bahasa Italia?
Aldo pun masuk dan dituntun gadis itu ke ruang tamu.
Ve: Hei, udah datang. Nih kenalin yang, Aldo yang mau diajarin kamu.
Aldo dan Marko pun berkenalan, walaupun Aldo sebenarnya sudah tahu namanya di dunia nyata. Aldo pun menoleh ke Jaka, teman sekelasnya di kelas 11 IPA 5 sekarang.
Aldo: Woi Jaka, lu ngapain di sini?
Jaka: Gue kan ketua OSIS Do, dan gue mau bicara soal OSIS dengan kak Ve.
Aldo: Oh, emangnya soal apaan?
Ve: Aldo, ini soal pertandingan basket 2 minggu lagi, OSIS kan belum dapat sponsor untuk keperluan para pemainnya.
Aldo: Hmm, gimana kalau perusahaan Ayahku jadi sponsornya aja? Karena akhir-akhir ini sahamnya lagi naik. Jadi banyak investor yang beli saham.
Jaka: Wah, beneran Do? Boleh deh, thanks banget ya Do.
Marko: Oh iya, kata Ve kamu mau belajar bahasa Italia ya? Sini aku ajarin.
Lalu selama sejam Marko mengajarkan bahasa Italia pada Aldo, sementara Jaka asyik ngobrol dengan gadis yang tadi membukakan pintu. Selesai belajar, gadis itu pun menyuguhkan 2 gelas jus lemon pada Aldo dan Marko. Aldo lalu bertanya siapa gadis itu pada Ve.
Aldo: Kak Ve, cewek ini siapa ya? Adiknya kak Ve?
Ve: Iya, ini adik bungsu aku dan kak Rendy. Cantik kan dia?
Gadis itu nampak merah wajahnya karena Aldo pun melihat seksama wajah gadis itu setelah mendengar perkataan Ve barusan.
Aldo: Hai, siapa ya namanya?
Gadis: Nama aku Violeta kak, biasa dipanggil Violet.
Aldo: Oh, salam kenal ya Violet. Udah tau nama aku kan? Bener kok kata kak Ve, kamu cantik.
Violet pun kembali wajahnya memerah, dan kepala Aldo pun seketika ditoyor oleh Jaka. Ve dan Marko pun tertawa melihatnya.
Jaka: Dasar lu, raja gombal. Gebetan gue nih.
Aldo: Hah? Gak salah lu Jak, ini cewek kayaknya di bawah umur. Masa lu mau pacarin? Tak patut, tak patut.
Ve: Iya Jaka, Violet masih kelas 2 SMP. Kalau mau pacaran dengan dia, tunggu sampai dia kelas 1 SMA baru boleh pacaran, kak Rendy yang bilang ke aku.
Violet: Apaan sih kak Ve, malu nih.
Ve: Hihi gak usah malu Violet, tuh udah ada 2 cowok yang naksir kamu. Tinggal pilih deh.
Marko: Hahaha Ve, emangnya si Aldo dan Jaka baju? Tinggal pilih segala.
Aldo, Jaka: Iya nih kak Ve, masa kita disamain dengan baju.
Violet pun sedikit tertawa, lalu lanjut ngobrol dengan Jaka, sementara Aldo menanyakan tentang tim basket pada Marko, karena dia salah satu pemain basket dari ekskul sekolah. Ve pun ikut mendengar penuturan Marko.
Aldo’s dream end
Alarm dari smartphone Aldo membangunkannya di pagi hari. Ia pun sarapan bersama kakaknya seperti biasa. Selesai sarapan, ia pamit pada kakaknya untuk berangkat sekolah. Aldo pun menjalani pelajaran di sekolah seperti biasa.
Sepulang sekolah, Aldo sedang mengendarai motornya mendekati sekolahan yang terletak beberapa ratus meter dari sekolahnya Aldo. Ia melihat keadaan di gerbang sekolah itu, hanya sedikit siswa-siswi yang sedang menunggu jemputan. Dan kebanyakan berseragam SMP.
Kemudian sebuah mobil Kijang berwarna hitam tiba-tiba berhenti di depan seorang siswi SMP yang berdiri sendiri, beberapa meter dari siswa-siswi lainnya. Dan 2 orang bertopeng berpakaian layaknya preman membekap siswi itu dan membawanya masuk ke dalam mobil.
Satpam sekolah itu dan beberapa siswa-siswi lainnya pun panik melihat kejadian itu. Satpam itu lalu nampak sedang menghubungi kepolisian.
Aldo diam-diam membuntuti mobil Kijang yang melaju kencang itu. Mobil itu pun berhenti setelah 1 km menjauhi sekolah tadi. Aldo lalu melihat 2 preman bertopeng itu membawa siswi SMP yang masih meronta-ronta ke dalam sebuah rumah kosong yang kecil. Aldo pun menepikan motornya di pepohonan dekat rumah itu.
Aldo perlahan masuk ke rumah itu melalui pintu depan yang sepertinya lupa ditutup oleh 2 preman bertopeng itu. Sesampainya di dalam, Aldo melihat siswi SMP itu sedang diikat di kursi kayu dan kedua tangannya juga terikat di belakang. Mulutnya disumpal dengan kain hitam, dan salah satu preman mulai menelepon seseorang.
Di tempat lain, sebuah kampus tepatnya, seorang mahasiswa nampaknya sedang duduk di kursi taman kampus sambil membaca buku. Lalu smartphone-nya berdering, dilihatnya nomor tak dikenal yang menelpon, tapi ia segera mengangkatnya.
Mahasiswa: Halo? Siapa ini?
Penelpon: Lu gak perlu tahu siapa gue, yang jelas sekarang adik manis lu sedang gue tawan.
Mahasiswa: Heh, siapa sih ini? Gak usah bercanda deh...
Seketika mahasiswa itu mendengar suara teriakan dari seorang gadis yang dikenalinya.
Mahasiswa: Violet! Hey penjahat, lu apain adik gue?
Penelpon: Lu gak denger tadi? Oke gue ulangi lagi, adik manis lu sedang gue tawan. Kalau lu mau dia bebas, siapkan uang tunai Rp 800 juta dan bawa ke alamat yang akan gue kasih ke elu dalam waktu 1 jam ke depan. Kalau lu telat atau lu lapor polisi, adik lu tinggal nama aja. Mengerti kan lu?
Mahasiswa: Oke, gue akan turuti permintaan lu. Tapi jangan sakiti Violet.
Penelpon: Bagus, ingat waktu lu cuma 1 jam dari sekarang. Bye.
Si penelpon memutuskan sambungan teleponnya, mahasiswa itu lalu nampak menghubungi seseorang. Sementara itu di rumah kosong, Aldo mendengar jelas percakapan salah satu preman dengan seseorang yang dimintai tebusan. Sepertinya siswi itu adalah adik dari orang yang ditelepon oleh preman itu. Aldo pun mendengar kedua preman itu bercakap-cakap.
Preman 1: Hahaha, gimana? Bagus kan jumlah uang tebusan yang gue minta?
Preman 2: Yo’i, hebat lu. Kita dibayar untuk nyulik nih cewek cuma 50 juta, lu malah minta 800 juta sebagai tebusan. Bukannya bos mintanya tebusan cuma 500 juta ya? Plus itu kunyuk harus jual 40% saham perusahaannya juga.
Preman 1: Hey, lu gimana sih. Kita kasih bos tetep dong 500 juta, 300 jutanya kita bagi dua. Anggap aja bonus, soalnya si bos kan nanti cuma tambahin 50 juta bayaran kita kalau dia udah berhasil dapat 500 juta. Biar kita dapat lebih, lu tau kan bos pelit banget.
Preman 2: Iya juga ya, gue gak kepikiran hahaha. Untung lu cerdik, jadi kita bakalan dapat uang ratusan juta.
Aldo merasa sudah cukup mendengar percakapan mereka, ia segera menampakkan diri di hadapan 2 preman itu.
Aldo: Woi, lepasin cewek itu.
Kedua preman dan siswi yang diikat itu pun menoleh menghadap Aldo.
Preman 1: Hey, siapa lu?
Preman 2: Woi bocah, masuk darimana lu?
Preman 1: Lu tadi kunci pintu gak sih.
Preman 2: Oh iya, gue lupa.
Aldo: LEPASIN CEWEK ITU!
Preman 1: Hey bocah, gak usah teriak-teriak. Gue mampusin lu.
Preman 2: Hajar aja men.
Aldo dan preman itu pun mulai berkelahi. Tapi karena gerakan Aldo yang cepat, tak sekalipun pukulan preman itu mengenai Aldo. Aldo juga melakukan beberapa pukulan cepat ke perut si preman. Lalu dengan sebuah tendangan kaki kanan, preman itu pun jatuh pingsan. Melihat temannya kalah, preman yang satunya lagi nampak mengeluarkan pisau lipat dari saku celananya, kemudian menghunus pisau ke arah Aldo. Aldo beberapa kali berhasil menghindari serangan pisau itu, namun saat lengah lengan kirinya terkena sabetan pisau. Aldo pun merintih sambil lengannya mengeluarkan darah. Lalu Aldo mengeluarkan gerakan-gerakan kungfu meniru gaya Bruce Lee, dan dengan kecepatan pukulannya mendarat bertubi-tubi di wajah preman kedua. Aldo juga menendang tangan preman itu yang memegang pisau lipat hingga pisau itu jatuh ke lantai. Aldo melanjutkan serangannya dengan pukulan beruntun ke perut preman kedua dan nampak preman itu sempoyongan kemudian jatuh pingsan juga.
Aldo nampak terengah-engah sambil lengan kirinya mengeluarkan darah. Tapi tak dihiraukannya rasa sakit itu, ia mendekati siswi yang terikat di kursi itu dan melepaskan ikatan di badannya, juga ikatan di tangannya. Siswi itu sedari tadi nampak menangis, Aldo pun melihat wajah siswi itu dan sedikit terkejut karena siswi itu rupanya adalah Violet, adiknya Ve. Aldo terbengong sebentar saat Violet melepas kain hitam yang menyumpal mulutnya.
Violet: Kak, terima kasih ya sudah nolong aku. Tapi itu tangan kakak berdarah, aku obatin di rumahku ya.
Aldo hanya mengangguk lemas sambil menahan rasa sakit di lengannya, lalu ia menggandeng Violet untuk keluar dari rumah itu. Violet sempat menutup luka di lengan kiri Aldo dengan kain hitam yang tadi menyumpal mulutnya.
Di depan rumah, Aldo dan Violet pun melihat ada 3 orang polisi sudah mengacungkan pistol ke mereka. Violet segera memberitahu 3 polisi itu untuk menangkap 2 preman yang ada di dalam rumah kosong itu. Violet pun tahu kalau 3 polisi ini dihubungi oleh satpam sekolah, dan mereka berhasil mengikuti jejak ban mobil 2 preman itu. Violet juga meminta polisi memberitahu satpam sekolahnya kalau dia akan pulang bareng dengan seorang cowok yang menolongnya, yaitu Aldo. Aldo lalu mengantarkan Violet ke rumahnya.
Selama perjalanan, Violet juga mengirim pesan kepada Rendy kakaknya, orang yang ditelpon oleh preman tadi untuk minta tebusan. Sesampainya di rumah Violet, ia segera mengambil kotak P3K untuk mengobati luka Aldo. Sesekali Aldo meringis saat diobati. Selesai mengobati, Violet pun mulai berbicara dengan Aldo lagi.
Violet: Kak, sekali lagi terima kasih ya. Oh iya, nama kakak siapa?
Aldo: Namaku Aldo Vorgian, aku tadi kebetulan lewat di sekolahmu ketika aku baru pulang dari sekolahku.
Violet: Namaku Violeta Burhan kak, biasa dipanggil Violet.
Aldo: Kamu kelas 2 SMP kan?
Violet: Iya, kok kak Aldo tahu?
Aldo: Emm, cuma nebak aja. Soalnya seragam kamu kan kayak seragam SMP.
Violet: Kak Aldo pernah belajar ilmu bela diri ya?
Aldo: Aku belajar kungfu ketika SMP kelas 1 tapi ketika kelas 1 SMA udah berhenti.
Violet pun manggut-manggut, lalu pintu depan rumah tiba-tiba terbuka dan seorang pria dan seorang wanita pun masuk.
Pria: Violet, kamu gak terluka kan?
Violet: Iya kak Rendy, aku baik-baik saja.
Wanita: Tuh kan kak Rendy, aku bilang juga apa. Satpam sekolahnya pasti udah lapor polisi, jadi kak Rendy gak perlu panik waktu penjahat itu ngancam jangan lapor polisi.
Rendy: Ve, tolong deh. Kamu harusnya khawatir dengan adik kamu dong.
Violet: Udah kak Rendy, tadi bukan polisi yang nolong aku. Tapi kak Aldo ini, sampai lengannya berdarah.
 Rendy dan Ve pun menoleh ke Aldo, dan Ve nampak terkejut melihat lengan kiri Aldo diperban.
Aldo: Hai kak Ve.
Ve: Aldo, kamu baik-baik saja kan? Maaf ya kalau Violet nyusahin kamu.
Rendy: Ve, gak boleh ngomong begitu. Kamu yang nolong Violet ya? Bro, thanks ya udah nolongin adik bungsu gue.
Ve: Yaudah, kak Rendy, Aldo, aku pulang duluan ya.
Rendy tidak menjawab, sedangkan Aldo hanya mengangguk heran dengan sikap Ve. Setelah Ve pergi, Aldo pun bertanya pada Rendy.
Aldo: Kak Rendy, itu kak Ve kenapa? Kok sikapnya begitu ke Violet?
Rendy pun menghela nafas, Violet hanya terdiam menunduk.
Rendy: Violet, kamu istirahat di kamar ya. Pasti kamu shock tadi habis diculik.
Violet pun menuruti Rendy, ia juga membereskan peralatan P3K yang berceceran di meja kaca ruang tamu rumah itu. Tak lama setelah Violet menutup pintu kamarnya, Rendy pun menceritakan pada Aldo soal sikap Ve. Aldo akhirnya mengetahui soal Ve dan Rendy memiliki hubungan darah dengan Violet karena mereka memiliki ayah yang sama dengan Violet. Ve menganggap ibunya Violet yang menyebabkan ayah dan ibunya bercerai 16 tahun lalu, karena ayahnya Ve dan Rendy ketahuan selingkuh oleh ibunya.
Aldo: Oh gitu rupanya, kasihan juga ya Violet. Apalagi ibunya udah gak ada.
Rendy: Begitulah bro, nyokap dan bokap gue juga udah beberapa tahun yang lalu meninggal, jadi gue sebagai penerus perusahaan bokap gue harus menjaga Violet juga. Menjaga Violet adalah salah satu amanat bokap gue di surat wasiatnya, gue bisa nerima Violet sebagai adik, tapi Ve yang adik gue juga sepertinya belum bisa menerima Violet sebagai keluarga.
Aldo: Kak Rendy, gue doain ya semoga kak Ve suatu saat bisa nerima Violet sebagai keluarga.
Rendy: Oke, thanks ya bro udah nolongin Violet juga. Lu sampai rela lengan kiri lu terluka.
Kemudian Aldo dan Rendy pun mengobrol hal lain. Rendy pun mengetahui kalau Aldo satu sekolah dengan Ve, dan Aldo juga tahu Rendy satu kampus dengan kakaknya.
Hari beranjak sore, Aldo pun pamit pulang dari rumah Violet. Sesampainya di rumah, Melody terkejut melihat lengan kiri Aldo diperban.
Melody: Aldo, itu kenapa lengan kiri kamu diperban? Terus kenapa sore gini baru pulang?
Aldo: Ini luka tergores sedikit, Kak. Jadi begini...
Melody pun mendengarkan penjelasan Aldo, lalu akhirnya mengetahui mengapa Aldo baru pulang di sore hari.
Melody: Lain kali hati-hati loh Dek, meskipun kamu jago kungfu tapi kalau lengah bisa celaka.
Aldo: Iya Kak lain kali aku akan hati-hati. Oh iya, kok Kakak bilang lain kali? Jadi kakak berharap aku bakalan melawan penjahat lagi?
Melody: Ya enggaklah, kakak kan cuma kasih warning aja. Ya sudah, besok kalau kamu gak bisa sekolah biar kakak buat surat ijin.
Aldo: Gak usah Kak, besok aku bisa sekolah kok. Luka aku udah agak mendingan, besok pagi mungkin sudah gak sakit lagi.
Melody: Hmm, oke, tapi jangan maksain diri kamu ya. Daripada tumbang di sekolah nanti.
Aldo pun mengangguk, kemudian Melody memeriksa luka di lengan kiri Aldo, dan dilihatnya sudah terbalut perban dengan rapat. Mereka berdua pun makan malam sejam kemudian, dan Aldo tidur lebih cepat malam itu.
------------------------------------------------------------
Saat Aldo tiba di kelasnya 10 IPA 3, ia baru saja duduk di bangkunya tiba-tiba teman sebangkunya Indra berteriak.
Indra: ALDO! LENGAN KIRI LU KENAPA?
Teriakan Indra sontak membuat perhatian siswa-siswi di kelas tertuju pada Aldo, dan mereka serempak melihat lengan kiri Aldo yang diperban.
Aldo: Busset Dra, volume suara lu dikecilin deh.
Indra: Sorry, gue reflek. Anyway, kenapa lengan kiri lu? Kok bisa terluka?
William: Sok tahu lu Dra, diperban belum tentu terluka kan. Iya gak Do?
Kepala William pun ditoyor oleh Heru.
Heru: Heh monyet, lengannya Aldo gak mungkin diperban kalau gak ada luka.
Derry: Iya, Aldo gak mungkin iseng perbani lengannya. Emangnya kayak Yudha.
Kepala Derry pun ditoyor oleh Yudha.
Yudha: Kampret, gue iseng juga gak berhubungan dengan luka keles.
Jeje: Udah-udah, ini kalian malah ngobrol sendiri. Aldo, itu lengan kamu kenapa?
Vania: Iya Do, kenapa bisa terluka?
Aldo: Oke gue ceritakan. Jadi ini lengan gue luka karena kemarin nolongin bencong yang kecopetan. Pas gue ngejar tuh copet, si bencong lemparin pisau lipat ke arah si pencopet, tapi karena gue ada di belakangnya pencopet, malah pisau lipat itu menggores lengan kiri gue. Tuh pencopet berhasil kabur, terus si bencong merasa bersalah terus merban lengan gue.
Para siswa dan siswi yang masih berkerumun di tempat duduk Aldo dan Indra nampak terheran. Sepertinya mereka tidak percaya omongan Aldo.
Aldo: Udah, bubar deh kalian, ini cuma kegores sedikit kok.
Tiba-tiba Indra menepuk luka Aldo, seketika Aldo pun meringis kesakitan.
Indra: Katanya cuma kegores sedikit, kok lu kayak kesakitan gitu? Kalau kegoresnya sedikit mestinya lu gak kesakitan dong.
Aldo: KAMPRET, lu nepuknya kencang amat. Jelaslah sakit.
Kepala Indra pun ditoyor oleh para siswa dan siswi sekelas bergantian.
Bagus: Lu tenaga layaknya kuda, jelaslah luka sekecil apapun jadi sakit.
Aldo: Udeh, beneran kok luka gue gak parah. Lagian udah diperban, 2 hari lagi juga perbannya bisa dilepas.
Nabilah: Tapi tuh bencong udah tahu lu di depan malah tetap lempar-lempar pisau. Mending kalau kena si pencopet, ini malah kena elu Do.
Sonya: Tapi untungnya kena lengan kiri Aldo, coba kalau kena lengan kanan Aldo, berarti Aldo nanti gak bisa nulis catatan pelajaran dong.
Shania: Ish Sonya, kok malah untung sih? Ini Aldo luka, jadi yang ada mah rugi.
Aldo: Udah, bubar sana kalian. Guru Matematika sebentar lagi masuk.
Para siswa dan siswi pun kembali ke tempat duduknya masing-masing, semenit setelah itu guru matematika pun masuk. Jam pelajaran pertama dimulai, dengan guru matematika menanyakan lengan Aldo, yang dijawab Aldo dengan ‘kecelakaan kecil’.
Jam istirahat pertama tiba, Indra langsung menanyakan sesuatu pada Aldo dengan suara pelan.
Indra: Do, bener lu terkena pisau dari bencong yang kecopetan? Gue gak percaya.
Aldo: Hehehe, gue ngibul doang soalnya tadi kan gue dikerumuni. Entar kelamaan sesak nafas pula jadinya.
Indra: Hahaha, udah gue duga. Jadi yang bener gimana nih ceritanya?
Aldo: Gue bisikin aja ya, tapi lu jangan kaget terus teriak. Deal?
Indra: Deal, cepetan. Penasaran gue.
Dan Aldo pun membisikkan pada Indra bagaimana ia bisa mendapat luka di lengan kiri. Selesai dia membisikkannya, dilihatnya Nabilah dan Sonya memasang muka heran.
Indra: Kenapa lu berdua?
Sonya: Kalian ngomongin apa sih? Kok pake bisik-bisik segala.
Nabilah: Iya nih 2 curut, jangan-jangan ngomongin gue ya?
Aldo: PD banget lu, ngerasa diomongin. Gue kalau ngomongin cewek, mending yang di kelas 11 IPA 5.
Indra: Atau yang di kelas 10 IPS 6, hehehe.
Nabilah: Oh, jadi kalau bukan ngomongin cewek, lu berdua ngomongin apaan?
Aldo: Anak kecil gak usah tahu.
Kepala Aldo pun ditoyor oleh Nabilah, Sonya dan Indra pun tertawa terbahak-bahak.
Nabilah: Ngatain gue anak kecil lagi, mentang-mentang gue paling muda di kelas ini. Lu tuh kakek-kakek, paling tua di kelas ini.
Aldo: Eits, lu lupa ya. Si Yudha lahirnya sebulan sebelum gue lahir. Hahahaha. YUD, Nabilah bilang lu kakek-kakek.
Yudha yang duduk di belakang pun menghampiri tempat duduk Aldo.
Yudha: Apa tadi Do? Gue gak denger jelas, soalnya tadi gue masang earphone.
Nabilah: Bohong tadi Yud, jangan dengerin perkataan Aldo.
Yudha: Apanya yang bohong Bil?
Aldo: Nih si Nabilah bilang lu ganteng.
Indra: Tapi dia barusan bilang itu bohong berarti dia bilang lu jelek Yud.
Kepala Indra pun ditoyor oleh Nabilah.
Nabilah: Eh, enggak kok. Mereka berdua tuh bohong.
Yudha: Jadi yang bener apa sih Nabilah? Gue ganteng atau jelek?
Aldo: Udah Yud, jangan ditanya lagi. Apapun jawabannya Nabilah yang penting maksud dia adalah dia suka elu Yud.
Nabilah hendak membantah omongan Aldo, tapi keburu dipotong oleh Yudha.
Yudha: Hehehe, maaf Bil. Gue gak bisa suka sama elu, gue udah suka Marsya.
Lalu Yudha pun kembali ke bangku belakang. Nabilah sudah memasang muka marah pada Aldo. Indra, Aldo, dan Sonya nampak tertawa melihat ekspresi Nabilah ‘ditolak’ Yudha karena muka Nabilah memerah sedikit.
Nabilah: Bercandanya gak lucu. Huh!
Aldo: Makanya jangan kepo, kan udah gue bilang ini bukan urusan anak kecil.
Indra: Hahaha betul tuh. Udah, gak usah kepo deh lu berdua.
Nabilah dan Sonya pun cemberut, kemudian mereka kembali memakan bekal mereka.
Aldo: Eh Dra, lu jangan kasih tahu yang lain ya. Ini classified information.
Indra: Hahaha, tenang aja, gue kan gak ember kayak si William.
William yang sedang duduk di bangku belakang bersama Yudha tiba-tiba bersin.
------------------------------------------------------------
Istirahat kedua tiba, Aldo pun keluar kelas untuk jalan-jalan mengitari sekolahnya. Ia pun menuju kantin untuk sekedar duduk. Dilihatnya di sebuah meja ada Ve duduk bersama seorang siswi berambut panjang dengan pipi sedikit tembem. Nampak oleh Aldo kalau siswi itu akrab dengan Ve. Aldo lalu duduk di sebuah meja yang agak jauh untuk memperhatikan mereka. Tiba-tiba ada seorang siswi duduk di samping Aldo. Aldo pun menoleh, dan tersenyum melihat siapa yang duduk bersamanya.
Aldo: Hai Naomi, kok gak mesen makanan?
Naomi: Aku udah makan di istirahat pertama tadi.
Aldo: Jadi kenapa ke kantin?
Naomi: Untuk ketemu kamu.
Aldo: Kok kamu tahu kalau aku di kantin?
Naomi: Sinka yang ngasih tahu aku, soal luka di lengan kamu dan kamu ke kantin. Jadi aku mau nanya sesuatu ke kamu.
Aldo: So, what is it?
Naomi: Aku mau tanya, apa benar kamu lukanya karena tidak sengaja tergores pisau lipat yang dilempar seorang bencong yang kecopetan kemarin.
Aldo: Jadi kamu percaya itu?
Naomi: Justru karena aku tidak percaya, kamu pernah bilang sendiri kan kalau kamu geli dengan bencong.
Aldo: Hahaha, kamu ingat ya soal itu.
Naomi: Aldo, jawab dong. Yang sebenarnya kenapa kamu bisa luka.
Aldo: Oke, aku jawab. Tapi jangan kasih tahu Devin dan yang lain ya?
Naomi pun mengangguk, dan Aldo pun menceritakan padanya. Sementara itu Ve dari tadi sedang membicarakan sesuatu dengan seorang siswi. Siswi yang berasal dari kelas 10 IPS 1. Sepertinya Ve baru saja menceritakan soal Violet kemarin.
Ve: Aku sedikit kesel deh, kenapa adik aku harus dia. Kenapa aku gak punya adik yang lain.
Siswi: Jangan begitu dong kak Ve, biar gimanapun dia punya sedikit darah yang sama dengan kak Ve.
Ve: Aku lebih suka kalau kamu yang jadi adik aku, Gre.
Gre: Aku juga sudah nganggap kak Ve seperti kakak kandung aku. Karena aku anak tunggal Ayahku, jadi aku sering merasa kesepian di rumah lantaran Ayah jarang ada di rumah.
Ve: Sabar ya, Ayah kamu mau kebutuhan kamu tercukupi makanya dia melakukan itu.
Gre: Terima kasih kak Ve, sudah mau menjadi teman aku di sekolah.
Ve: Iya, kakak tahu kok kenapa siswi di kelas kamu gak ada yang mau berteman dengan kamu.
Gre: Memangnya kenapa, kak Ve?
Ve: Karena kamu cantik, dan mereka iri dengan wajah kamu. Hihihi.
Gre: Kak Ve, bisa aja deh mujinya. Kak Ve juga cantik kok, pasti udah punya pacar ya?
Ve: Enggak, Kakak belum mau pacaran.
Gre: Belum mau pacaran atau belum nemu cowok yang disukai?
Ve: Hihihi, dua-duanya.
Kemudian Gre melihat di suatu tempat duduk ada Aldo dan Naomi. Ia dapat melihat perban di lengan kiri Aldo, lalu ia bertanya pada Ve.
Gre: Kak Ve, itu cowok yang nolongin Violet ya?
Ve pun menoleh ke arah yang ditunjuk oleh Gre. Dilihatnya Aldo sedang berbicara sesuatu pada Naomi, dan Naomi nampak manggut-manggut.
Ve: Iya bener, itu Aldo. Tapi cewek itu siapa ya?
Gre: Samperin yuk, kak Ve!
Ve: Eh, jangan...
Tapi Gre sudah bergegas menuju tempat duduk Aldo dengan menarik tangan Ve. Ve pun terpaksa mengikuti langkah Gre.
Gre: Hai, kak Aldo ya?
Aldo dan Naomi pun menoleh pada Gre dan Ve.
Aldo: Iya, lu siapa ya? Kak Ve, ini siapa?
Ve: Oh, ini Gre. Teman aku dari kelas 10 IPS 1. Cewek ini siapa, Aldo?
Naomi: Namaku Shinta Naomi, kelas 11 IPA 5. Salam kenal.
Gre: Shania Gracia, kelas 10 IPS 1. Salam kenal juga.
Ve(berpikir): Oh, jadi ini Naomi yang disebut kak Melody di mimpi. Cantik juga dia, pantas Aldo digodain kak Melody sebagai pacarnya.
Aldo: Kak Ve, kok bengong? Naomi ngajak kenalan nih.
Ve pun tersadar dari lamunannya, dan menyalami Naomi.
Ve: Jessica Veranda, kelas 12 IPA 5.
Kemudian Ve pamit ke kelasnya duluan.
Gre: Kak Ve tadi sebenarnya mau ngucapin terima kasih sekali ke kak Aldo.
Aldo: Oh, gitu. Tapi gak diucapin juga gak masalah kok, aku nolong Violet karena kebetulan ngelihat dia diculik.
Kemudian Gre juga pamit ke kelasnya, tinggal Naomi dan Aldo.
Naomi: Jadi, itu kak Ve yang kamu bilang sepertinya benci pada Violet?
Aldo: Iya gitu deh, tapi kamu jangan bilang ke orang-orang ya?
Naomi pun mengangguk, kemudian ia kembali ke kelasnya. Aldo menyusul kembali ke kelas saat bel tanda waktu istirahat kedua berakhir telah berbunyi.
------------------------------------------------------------
Sepulang sekolah, Gre bersama Ve menuju rumah Gre dengan mobilnya Ve. Mereka berbincang di dalam mobil.
Ve: Memangnya Ayah kamu kenal dengan kakak?
Gre: Aku gak tahu pasti kak Ve, Ayahku cuma minta kak Ve untuk mampir ke rumahku hari ini. Katanya sih ada yang mau dibicarakan, dan ini juga mengenai aku. Ayahku tampaknya terkejut melihat foto kak Ve yang selfie denganku.
Ve pun hanya manggut-manggut dan tak lama kemudian mereka sampai di rumah Gre. Sebuah rumah berukuran sedikit besar, yang nampaknya Ve kenal siapa pemilik rumahnya.
Gre dan Ve pun tiba di pintu depan, lalu bel dipencet oleh Gre. Seorang pria yang dikenali Ve membukakan pintu.
Gre: Ayah, ini kak Ve sudah datang.
Ve: Om Suryo?
Pak Suryo: Kamu Ve kan? Hmm, sudah lama Om tidak melihatmu. Gre, kamu masuk dulu ya. Ganti baju sekalian, Ayah mau bicara empat mata dengan Ve.
Gre pun menurut dan segera masuk, Pak Suryo pun mengajak Ve duduk di teras depan rumahnya. Sebuah meja dengan dua kursi di sisi kanan dan kiri menjadi tempat mereka mengobrol.
Ve: Ada apa ya, Om Suryo meminta saya ke sini? Dan apa hubungannya Gre terhadap hal yang ingin Om bicarakan dengan saya.
Pak Suryo: Pertama-tama, Om ingin bertanya. Apa kamu menyayangi Gre layaknya adik?
Ve: Iya Om, lalu kenapa?
Pak Suryo:  Saya ingin memberitahumu sebuah rahasia besar. Rahasia yang sudah kakakmu Rendy ketahui, namun hanya kamu, Gre, dan Violet yang belum tahu.
Ve: Loh, kenapa Violet juga dikaitkan?
Pak Suryo: Saya akan memberitahu, tapi saya mohon kamu jangan menyela nanti. Bisa kan Ve?
Ve pun mengangguk karena penasaran dengan apa yang ingin disampaikan Pak Suryo. Kemudian Pak Suryo menghela nafas sejenak, dan mulai bercerita. Pak Suryo menceritakan masa lalunya bersama ibunya Veranda, ketika ibunya Veranda sudah bercerai dengan ayahnya. Ve pun kini tahu kebenaran kalau ibunya menikah dengan Pak Suryo setelah bercerai dengan ayahnya Ve dan Rendy. Ve menutup mulutnya dengan sebelah tangannya, dia nampak shock dengan kenyataan ini, kenyataan kalau Gre juga merupakan anak kandung dari ibunya bersama Pak Suryo. Ve yang mengira ibunya tidak pernah menikah lagi setelah bercerai, nampak sangat terkejut. Yang dia tahu beberapa tahun lalu saat ayahnya meninggal adalah fakta bahwa ayahnya mempunyai anak perempuan satu lagi yaitu Violet.
Pak Suryo: Om juga tahu soal Violet, karena Rendy sudah cerita pada Om waktu dia Om beritahu soal masa lalu ibu kalian. Dia nampak marah juga pada Om, tapi pada akhirnya ia bisa menerima Gre yang akan jadi adiknya juga.
Ve: Kenapa Om bilang ‘akan’? Bukankah memang Gre juga merupakan adik kami berdua? Kenapa gak langsung saja kak Rendy beritahu aku?
Pak Suryo: Mungkin Rendy ingin berbuat adil pada adik-adiknya. Dia ingin kamu terlebih dulu bisa menyayangi Violet sebagai keluarga, lalu dia akan memberitahumu juga soal Gre.
Ve: Kenapa sih jadi seperti ini? Bukan hanya Ayahku yang menikah lagi, tapi Ibuku juga.
Pak Suryo: Maafkan Om, kalau baru memberitahu ini padamu sekarang. Ibumu meminta Om untuk merahasiakan pernikahannya dari siapapun, meskipun Ayahmu akhirnya tahu ketika Ibumu sudah hamil lagi setelah menikah dengan Om. Dan Ayahmu menikahi Ibunya Violet setengah tahun sebelum Om menikah dengan Ibumu. Tapi Ibunya Violet sempat divonis oleh dokter sebagai wanita mandul, sehingga pada saat Gre umur 2 tahun ternyata Ibunya Violet hamil, tetapi naasnya saat melahirkan Violet, dia meregang nyawa.
Ve: Terus? Ada lagi rahasia yang belum aku ketahui? Dan apa Gre tahu soal ini?
Pak Suryo: Gre belum tahu soal ini. Dan itu semua kebenaran yang ingin Om sampaikan. Kamu bisa tanya Rendy kalau kurang percaya omongan Om, karena Rendy pernah Om tunjukkan foto pernikahan dan buku nikah Om bersama Ibu kalian. Tujuan Om memberitahu ini padamu, adalah agar kamu bisa menerima takdir kalau Violet dan Gre adalah adikmu dan Rendy. Om harap kalian berempat bisa rukun sebagai saudara. Seperti yang kamu dan Rendy ketahui, Om adalah sahabat terdekat Ayah kalian. Om sempat cekcok dengan Ayah kalian dulu saat awal kehamilan Ibu kalian setelah menikah dengan Om. Tapi Ayah kalian pada akhirnya bisa menerimanya dan tetap menjadi sahabat Om sampai akhir hayatnya.
Ve: Baiklah Om Suryo, saya akan memikirkan itu. Saya permisi dulu.
Pak Suryo pun mengangguk dan Ve segera pergi dari rumah Pak Suryo, tapi ia tidak langsung kembali ke rumahnya. Ia memacu mobilnya menuju rumah Aldo. Jam telah menunjukkan pukul 3 sore saat Ve tiba di rumah Aldo. Ve turun dari mobilnya, lalu melihat ada seorang gadis berdiri di depan rumah Aldo yang menoleh ke arahnya.
Ve: Kamu siapa ya? Kenapa ke rumah Aldo?
Gadis: Kak Ve, kenapa ke sini?
Ve: Tunggu, kamu kok kenal aku?
Gadis: Kak Ve kan anggota OSIS, pasti aku tahu dong. Kak Ve juga pernah masuk kelasku untuk memanggil Aldo dan Yudha.
Ve: Jadi kamu teman sekelas Aldo di 10 IPA 3?
Gadis itupun mengangguk, lalu pintu depan terbuka dan nampak Melody dan Aldo melihat Ve berhadapan dengan gadis itu.
Melody: Loh, Jessica?
Ve dan gadis itupun menoleh ke Melody dan Aldo. Melody tertawa kecil karena dua orang Jessica datang ke rumahnya.
Aldo: Aduh Kak, makanya jangan panggil Jessica. Ini yang satu kak Ve, satu lagi Jeje.
Melody: Hehehe, iya deh. Ve, Jeje, ayo masuk!
Ve dan Jeje pun masuk mengikuti Melody ke ruang tamu sementara Aldo menutup pintu depan. Aldo lalu juga bergabung dengan mereka untuk duduk di ruang tamu.
Melody: Jadi, ada apa ya kalian kemari? Pasti keperluannya berbeda kan?
Jeje: Aku mau menanyakan soal Aldo yang luka kemarin, Kak.
Ve: Aku lagi ada masalah, dan ingin curhat ke Kak Melody.
Melody: Oke, Ve. Kalau kamu mau curhat, didengar oleh Aldo dan Jeje juga ya. Biar mereka gak penasaran apa yang ingin kamu ceritakan.
Ve: Oke Kak, jadi begini...
Dan Ve pun menceritakan persoalan keluarganya yang rumit, mengenai dirinya dan Rendy kakaknya, yang ternyata punya 2 adik perempuan dari pernikahan kedua kalinya Ayah dan Ibu mereka. Melody, Jeje, dan Aldo nampak mendengarkan dengan serius. Terlihat Ve tak sanggup membendung air matanya lagi setelah selesai bercerita.
Melody: Hmm, gawat juga.
Aldo: Yaelah Kak Melody, kasih solusi dong ke kak Ve atau kasih pendapat. Jangan komentari gawat, nanti kak Ve tambah sedih.
Jeje: Aku pusing juga dengar persoalan begini.
Melody: Oke, Ve. Dengar ya, menurut aku, kamu terima saja keluarga barumu, karena mereka berdua tidak bersalah. Kedua orang tua mereka juga tidak ada yang salah, ini semua murni takdir. Buktinya Ibunya Violet yang divonis mandul ternyata bisa hamil juga kan? Berarti kamu dan kakakmu mau tak mau punya 2 adik perempuan. Lebih baik kalian belajar menyayangi keduanya, karena mereka butuh kasih sayang. Terutama Violet. Kamu mengerti kan, Ve?
Ve sudah berhenti menangis, dan ia nampak tersenyum dengan pendapat Melody. Ve meminta pendapat Melody karena ia tahu sifat Melody sangat bijak. Tiba-tiba Aldo buka suara.
Aldo: Oi Je, cengeng banget lu. Gitu aja udah nangis.
Jeje: Aku nangis karena terharu, kamu sendiri apa tuh di pipi kamu ada air.

Melody dan Ve melihat ke Aldo dan benar saja, di pipi Aldo juga nampak berair. Mereka berdua tertawa melihat Aldo bertingkah pura-pura tidak menangis, sedangkan yang ditertawai hanya bisa cengengesan.

TO BE CONTINUED...

By: E.D.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Between Dream And Reality, Part 12

GALLANT IMPACT, Chapter 25

GALLANT IMPACT, Chapter 29