Between Dream And Reality, Part 7
Part 7: Missing heart?
Melody melihat Aldo sedang
memandang ke Jeje dan temannya.
Melody: Aldo, ini
temannya Jessica juga sekelas dengan kamu kan?
Aldo: Iya Kak,
tapi aku lupa namanya. Je, siapa ini?
Jeje sedikit tertawa mendengar
perkataan Aldo barusan, sedangkan Vania sudah cemberut.
Jeje: Hahaha,
‘cewek populer’ di instagram ternyata gak dikenali teman sekelas sendiri.
Vania memanyunkan bibir sambil menghadap Jeje,
setelah itu ia memperkenalkan diri pada Aldo dan kakaknya.
Vania:
Perkenalkan, namaku Vania Putri Lubis.
Aldo: Oh, gue
baru inget, Vania yang pintar pelajaran Fisika kan?
Vania sedikit tersenyum mendengar
pujian Aldo, meskipun hanya spontan Aldo
mengatakannya, karena selama pelajaran
Fisika di kelasnya kebanyakan Pak Nero memanggil Vania untuk mengerjakan soal
hitungan. Kalau bukan Vania pasti Derry yang sering dipanggil untuk mengerjakan
soal hitungan.
Melody: Udah, ayo
makan siang dulu. Ngobrolnya nanti lagi setelah selesai makan.
Mereka berempat pun makan siang
bersama, dan Vania nampaknya suka dengan masakan Melody yang berbentuk seperti nasi
padang.
Pada waktu yang sama, di sebuah
kamar dalam rumah berukuran sedang dekat sekolah, ada 3 orang gadis sedang
mengobrol. Nampaknya mereka bertiga baru selesai makan siang. Karena ada seorang
diantara mereka yang mengelus-elus perutnya.
Gadis 1: Ahhh, kenyang banget,
masakan Mami kamu enak banget Ay.
Gadis 2: Hehehe Yup, kamu
makannya banyak juga. Tuh perut kayaknya jadi cembung.
Gadis 3: Ay, maksud kamu cembung
atau gembung?
Gadis 2: Ituloh Shan, kayak lensa
cembung. Yang dari pelajaran IPA.
Gadis 1: Kita kan kelas IPS Ay,
kok kamu tahu pelajaran IPA itu?
Gadis 3: Yupi, itu kan ada di
pelajaran IPA yang SD. Gimana sih, pasti lupa ya kamu.
Yupi: Hehehe,
iya aku lupa. Lagian aku juga tidak terlalu suka pelajaran IPA makanya aku
masuk kelas IPS.
Gadis 3: Ayana, kamu enak ya
setiap hari bisa makan masakan Mami kamu. Mami aku sibuk kerja sih.
Ayana: Udah,
jangan sedih gitu dong. Kan kamu bilang juga kan masakan pembantu di rumahmu
enak.
Gadis 3: Iya, apalagi kalau Mbok
masakin...
Yupi: Eh Shani,
kok jadi ngomongin masakan di rumahmu? Gak jadi nanya Ayana nih?
Shani: Oh iya
hampir lupa hehehe.
Yupi: Huh, udah
lupa kali itu.
Ayana: Kalian mau
nanya apaan?
Shani: Ish, kan
kamu tadi janji mau ceritain kenapa kamu manggil Jeje sebagai ‘Mami’ kamu.
Ayana: Oh, itu.
Jadi begini...
Dan Ayana pun menceritakan alasan
dia menyebut Jeje sebagai ‘Mami’ yang rupanya diawali saat SMP kelas 2. Waktu
itu Ayana masuk sebagai murid baru pindahan dari kelas lain, dan penampilannya
culun dengan kacamata dan rambut dikepang. Alhasil Ayana pun di-bully oleh
sekelompok siswi di kelas. Jeje yang kasihan pun membelanya karena dilihatnya
Ayana menangis setiap habis di-bully. Bullyan-nya pun awalnya adalah mengambil
bukunya untuk dicoret-coret sekelompok siswi itu, menaruh kecoa mainan di
kepalanya saat Ayana sedang makan dari bekalnya sehingga ia teriak histeris.
Dan yang terakhir, pemimpin sekelompok siswi itu membawa gunting untuk memotong
rambut Ayana yang dikepang. Sebelum rambutnya sempat dipotong, Jeje sudah
merebut gunting itu dan malah rambut sekelompok siswi itu yang digunting oleh
Jeje. Kemudian ada guru melihat saat sekelompok siswi mau membalas perbuatan
Jeje. Akhirnya sekelompok siswi itupun dipindahkan ke kelas lain dan diancam
sanksi skorsing jika kedapatan berbuat hal seperti itu(mem-bully) pada siswi
lain. Ayana pun mengucapkan terima kasih pada Jeje.
Shani: Hmmm, jadi Jeje memangnya
suka dengan panggilan ‘Mami’?
Ayana: Mami tuh awalnya protes,
tapi aku terus manggil kayak gitu jadi akhirnya dia mau deh, meskipun dengan
satu syarat.
Yupi: Apa syaratnya Ay?
Ayana: Jadi, Mami tuh ngebolehin
aku manggil begitu kalau aku ngerubah penampilan.
Shani: Maksudnya, jadi kayak
sekarang?
Ayana: Iya, Mami sebelum ngerubah
penampilan aku dia juga bicarakan ini sama Ibu aku. Terus Ibu aku setuju deh,
dan aku dikasih vitamin agar mata aku minusnya berkurang deh.
Yupi: Oh, aku tahu. Jeje ngerubah
penampilan kamu biar gak di-bully lagi kan?
Ayana: Begitu deh, tapi
cowok-cowok di kelas jadi sering ngegodain aku. Tapi Mami nyindir mereka,
jadinya mereka malu sendiri.
Yupi: Nyindirnya kayak ‘Hey,
dasar kalian. Kenapa kemarin-kemarin gak godain? Karena dia kemarin culun? Huh,
cewek kalau cantik baru dilirik. Dasar cowok mesum kalian.’ gitu?
Ayana: Hahaha, kira-kira gitu
deh. Pas awal SMA aku kira Mami akan masuk IPS tapi ternyata malah masuk IPA
deh.
Shani: Udah, jangan sedih dong.
Kan bisa ketemu di kelasnya.
Ayana pun tersenyum mendengar
perkataan Shani barusan. Mereka bertiga pun membicarakan hal lain, termasuk
pelajaran di sekolah.
Di tempat lain, Naomi dan Sinka
sedang makan siang juga. Selesai makan, Naomi pun bertanya pada Sinka.
Naomi: Jadi gimana, cewek-cewek
di kelas kamu udah gak ngomongin tentang Aldo lagi?
Sinka: Iya Kak, aku sendiri juga
heran, tiba-tiba mereka jadi baik layaknya cowok-cowok.
Naomi: Ya bagus deh, mereka bisa
menerima kehadiran Aldo di kelas.
Sinka: Kakak kok nanyain Aldo
terus? Kakak suka ya dengan Aldo?
Naomi nampak gugup mendengar
perkataan Sinka barusan.
Naomi: Eh, enggak kok. Cuma
pengen tahu aja, kan dia dulu sekelas dengan Kakak.
Sinka: Oh gitu, tapi Kak, aku
diam-diam pernah nanya wali kelas loh soal rangking Aldo di semester 1 lalu.
Naomi: Hmm, emangnya untuk apa
kamu nanya itu?
Sinka: Aku penasaran, kan Kakak
pernah bilang kalau Aldo itu salah satu ‘murid unggulan’ di kelas Kakak dulu,
10 IPA 5.
Naomi: Jadi, wali kelas ngasih
tahu kamu?
Sinka: Awalnya sih enggak, tapi
aku bujuk terus akhirnya wali kelas ngasih tahu deh kalau Aldo rangkingnya 10.
Hebat juga dia, padahal dia sering menguap di kelas dan curi-curi tidur juga.
Naomi: Hahaha Sinka, Aldo waktu
kelas 10 IPA 5 dulu jarang curi-curi tidur. Malah dia yang paling serius
merhatiin pelajaran guru dibanding cowok-cowok lain di kelas.
Sinka: Kakak kok tahu kalau dia
yang paling serius merhatiin pelajaran?
Naomi: Kan Aldo duduknya sama
kakak, meskipun sesekali dia pindah tempat duduk dengan Devin, teman akrabnya
di kelas.
Sinka: Hmmm, gitu ya. Berarti
kalau Aldo serius merhatiin pelajaran dia bisa jadi rangking 1 di kelas aku
sekarang dong.
Naomi: Benar Sinka, dulu di kelas
10 IPA 5 aja dia selalu rangking 5 besar.
Sinka: Oke, aku akan pertahanin
rangking 1 aku agar gak direbut Aldo.
Naomi: Semangat ya Sinka!
Pada saat yang sama, di rumah
Aldo terlihat Melody sedang ngobrol dengan Vania di sofa ruang tamu. Sementara
Aldo dan Jeje duduk tak jauh dari situ di sofa yang menghadap TV. Tiba-tiba
Aldo dan Jeje bersin sejenak.
Vania: Kalian kenapa?
Melody: Iya, kok bersinnya barengan?
Aldo: Gak tau nih Kak, tiba-tiba
aja aku mau bersin.
Jeje: Hidung aku juga tiba-tiba
gatal.
------------------------------------------------------------
Sore pun tiba, Vania dan Jeje
pamit pulang pada Melody dan Aldo. Saat perjalanan pulang dengan mobil Vania,
Vania mengobrol dengan Jeje sambil menyetir.
Vania: Kakaknya Aldo asyik juga
ya diajak ngobrol. Tentang fashion tahu, tentang kuliner juga tahu. Apalagi
soal musik, tahu banget malah. Selera musik dia sama dengan aku, K-Pop.
Jeje: Makanya, waktu luang jangan
untuk shopping melulu. Mampir kek ke rumah teman.
Vania: Hehehe, aku kan sosialita.
Wajar dong shopping terus.
Jeje: Kamu mah sosialitanya di
instagram doang, yang kenal kamu juga kebanyakan cowok-cowok.
Vania: Biarin, yang penting
terkenal hehehe.
Jeje pun diantar pulang ke
rumahnya oleh Vania. Sementara itu di rumah Aldo, ia sedang memainkan game Aveyond: Lord of Twilight, sejam
kemudian waktu telah menunjukkan pukul 6 sore. Aldo pun berhenti main dan
mematikan laptop, lalu segera mandi karena dirasanya gerah.
Jam 7 lewat 25 menit, Aldo sedang
menonton TV bersama Melody. Acara lawak di salah satu stasiun televisi pun
menjadi hiburan bagi mereka selama satu jam. Kemudian Melody mengganti channel ke
channel yang menayangkan film keluaran beberapa tahun lalu. Melody pun nampak
antusias menonton film itu sedangkan Aldo sesekali menguap. Aldo kemudian pamit
kepada Melody untuk tidur duluan. Aldo pun langsung tertidur setelah berbaring
di kamarnya.
Aldo’s dream start
THU, JAN 14, 2016 | 02:35 PM
Aldo sedang mengendarai motornya
menuju rumah Ve, setelah Ve mengabarinya kalau pacarnya sedang mampir di rumah
Ve, dan Aldo berniat belajar bahasa Italia dengan diajari oleh pacarnya Ve.
Sesampainya di rumah Ve, Aldo pun memencet bel dan tak lama kemudian seorang
gadis membukakan pintu. Aldo pun heran, siapa gadis ini.
Gadis: Siapa ya?
Aldo: Oh, aku temannya kak Ve.
Aku ke sini mau belajar bareng pacarnya kak Ve.
Gadis: Oh, silahkan masuk. Kak Ve
dan kak Marko sudah menunggu di ruang tamu bersama kak Jaka.
Aldo(berpikir): Loh? Kak Marko
yang ketua OSIS pacarnya kak Ve? Terus si Jaka ngapain di sini? Bukannya dia
pintar bahasa Italia?
Aldo pun masuk dan dituntun gadis
itu ke ruang tamu.
Ve: Hei, udah datang. Nih kenalin
yang, Aldo yang mau diajarin kamu.
Aldo dan Marko pun berkenalan,
walaupun Aldo sebenarnya sudah tahu namanya di dunia nyata. Aldo pun menoleh ke
Jaka, teman sekelasnya di kelas 11 IPA 5 sekarang.
Aldo: Woi Jaka, lu ngapain di
sini?
Jaka: Gue kan ketua OSIS Do, dan
gue mau bicara soal OSIS dengan kak Ve.
Aldo: Oh, emangnya soal apaan?
Ve: Aldo, ini soal pertandingan
basket 2 minggu lagi, OSIS kan belum dapat sponsor untuk keperluan para
pemainnya.
Aldo: Hmm, gimana kalau
perusahaan Ayahku jadi sponsornya aja? Karena akhir-akhir ini sahamnya lagi naik.
Jadi banyak investor yang beli saham.
Jaka: Wah, beneran Do? Boleh deh,
thanks banget ya Do.
Marko: Oh iya, kata Ve kamu mau
belajar bahasa Italia ya? Sini aku ajarin.
Lalu selama sejam Marko
mengajarkan bahasa Italia pada Aldo, sementara Jaka asyik ngobrol dengan gadis
yang tadi membukakan pintu. Selesai belajar, gadis itu pun menyuguhkan 2 gelas
jus lemon pada Aldo dan Marko. Aldo lalu bertanya siapa gadis itu pada Ve.
Aldo: Kak Ve, cewek ini siapa ya?
Adiknya kak Ve?
Ve: Iya, ini adik bungsu aku dan
kak Rendy. Cantik kan dia?
Gadis itu nampak merah wajahnya
karena Aldo pun melihat seksama wajah gadis itu setelah mendengar perkataan Ve
barusan.
Aldo: Hai, siapa ya namanya?
Gadis: Nama aku Violeta kak,
biasa dipanggil Violet.
Aldo: Oh, salam kenal ya Violet.
Udah tau nama aku kan? Bener kok kata kak Ve, kamu cantik.
Violet pun kembali wajahnya
memerah, dan kepala Aldo pun seketika ditoyor oleh Jaka. Ve dan Marko pun
tertawa melihatnya.
Jaka: Dasar lu, raja gombal.
Gebetan gue nih.
Aldo: Hah? Gak salah lu Jak, ini
cewek kayaknya di bawah umur. Masa lu mau pacarin? Tak patut, tak patut.
Ve: Iya Jaka, Violet masih kelas
2 SMP. Kalau mau pacaran dengan dia, tunggu sampai dia kelas 1 SMA baru boleh
pacaran, kak Rendy yang bilang ke aku.
Violet: Apaan sih kak Ve, malu
nih.
Ve: Hihi gak usah malu Violet,
tuh udah ada 2 cowok yang naksir kamu. Tinggal pilih deh.
Marko: Hahaha Ve, emangnya si
Aldo dan Jaka baju? Tinggal pilih segala.
Aldo, Jaka: Iya nih kak Ve, masa
kita disamain dengan baju.
Violet pun sedikit tertawa, lalu
lanjut ngobrol dengan Jaka, sementara Aldo menanyakan tentang tim basket pada
Marko, karena dia salah satu pemain basket dari ekskul sekolah. Ve pun ikut
mendengar penuturan Marko.
Aldo’s dream end
Alarm dari smartphone Aldo
membangunkannya di pagi hari. Ia pun sarapan bersama kakaknya seperti biasa.
Selesai sarapan, ia pamit pada kakaknya untuk berangkat sekolah. Aldo pun
menjalani pelajaran di sekolah seperti biasa.
Sepulang sekolah, Aldo sedang
mengendarai motornya mendekati sekolahan yang terletak beberapa ratus meter
dari sekolahnya Aldo. Ia melihat keadaan di gerbang sekolah itu, hanya sedikit
siswa-siswi yang sedang menunggu jemputan. Dan kebanyakan berseragam SMP.
Kemudian sebuah mobil Kijang
berwarna hitam tiba-tiba berhenti di depan seorang siswi SMP yang berdiri
sendiri, beberapa meter dari siswa-siswi lainnya. Dan 2 orang bertopeng
berpakaian layaknya preman membekap siswi itu dan membawanya masuk ke dalam
mobil.
Satpam sekolah itu dan beberapa
siswa-siswi lainnya pun panik melihat kejadian itu. Satpam itu lalu nampak
sedang menghubungi kepolisian.
Aldo diam-diam membuntuti mobil
Kijang yang melaju kencang itu. Mobil itu pun berhenti setelah 1 km menjauhi
sekolah tadi. Aldo lalu melihat 2 preman bertopeng itu membawa siswi SMP yang masih
meronta-ronta ke dalam sebuah rumah kosong yang kecil. Aldo pun menepikan
motornya di pepohonan dekat rumah itu.
Aldo perlahan masuk ke rumah itu
melalui pintu depan yang sepertinya lupa ditutup oleh 2 preman bertopeng itu.
Sesampainya di dalam, Aldo melihat siswi SMP itu sedang diikat di kursi kayu
dan kedua tangannya juga terikat di belakang. Mulutnya disumpal dengan kain
hitam, dan salah satu preman mulai menelepon seseorang.
Di tempat lain, sebuah kampus
tepatnya, seorang mahasiswa nampaknya sedang duduk di kursi taman kampus sambil
membaca buku. Lalu smartphone-nya berdering, dilihatnya nomor tak dikenal yang
menelpon, tapi ia segera mengangkatnya.
Mahasiswa: Halo? Siapa ini?
Penelpon: Lu gak perlu tahu siapa
gue, yang jelas sekarang adik manis lu sedang gue tawan.
Mahasiswa: Heh, siapa sih ini?
Gak usah bercanda deh...
Seketika mahasiswa itu mendengar
suara teriakan dari seorang gadis yang dikenalinya.
Mahasiswa: Violet! Hey penjahat,
lu apain adik gue?
Penelpon: Lu gak denger tadi? Oke
gue ulangi lagi, adik manis lu sedang gue tawan. Kalau lu mau dia bebas,
siapkan uang tunai Rp 800 juta dan bawa ke alamat yang akan gue kasih ke elu
dalam waktu 1 jam ke depan. Kalau lu telat atau lu lapor polisi, adik lu
tinggal nama aja. Mengerti kan lu?
Mahasiswa: Oke, gue akan turuti
permintaan lu. Tapi jangan sakiti Violet.
Penelpon: Bagus, ingat waktu lu
cuma 1 jam dari sekarang. Bye.
Si penelpon memutuskan sambungan
teleponnya, mahasiswa itu lalu nampak menghubungi seseorang. Sementara itu di
rumah kosong, Aldo mendengar jelas percakapan salah satu preman dengan
seseorang yang dimintai tebusan. Sepertinya siswi itu adalah adik dari orang
yang ditelepon oleh preman itu. Aldo pun mendengar kedua preman itu
bercakap-cakap.
Preman 1: Hahaha, gimana? Bagus
kan jumlah uang tebusan yang gue minta?
Preman 2: Yo’i, hebat lu. Kita
dibayar untuk nyulik nih cewek cuma 50 juta, lu malah minta 800 juta sebagai
tebusan. Bukannya bos mintanya tebusan cuma 500 juta ya? Plus itu kunyuk harus
jual 40% saham perusahaannya juga.
Preman 1: Hey, lu gimana sih.
Kita kasih bos tetep dong 500 juta, 300 jutanya kita bagi dua. Anggap aja
bonus, soalnya si bos kan nanti cuma tambahin 50 juta bayaran kita kalau dia
udah berhasil dapat 500 juta. Biar kita dapat lebih, lu tau kan bos pelit banget.
Preman 2: Iya juga ya, gue gak
kepikiran hahaha. Untung lu cerdik, jadi kita bakalan dapat uang ratusan juta.
Aldo merasa sudah cukup mendengar
percakapan mereka, ia segera menampakkan diri di hadapan 2 preman itu.
Aldo: Woi, lepasin cewek itu.
Kedua preman dan siswi yang
diikat itu pun menoleh menghadap Aldo.
Preman 1: Hey, siapa lu?
Preman 2: Woi bocah, masuk
darimana lu?
Preman 1: Lu tadi kunci pintu gak
sih.
Preman 2: Oh iya, gue lupa.
Aldo: LEPASIN CEWEK ITU!
Preman 1: Hey bocah, gak usah
teriak-teriak. Gue mampusin lu.
Preman 2: Hajar aja men.
Aldo dan preman itu pun mulai
berkelahi. Tapi karena gerakan Aldo yang cepat, tak sekalipun pukulan preman
itu mengenai Aldo. Aldo juga melakukan beberapa pukulan cepat ke perut si
preman. Lalu dengan sebuah tendangan kaki kanan, preman itu pun jatuh pingsan.
Melihat temannya kalah, preman yang satunya lagi nampak mengeluarkan pisau
lipat dari saku celananya, kemudian menghunus pisau ke arah Aldo. Aldo beberapa
kali berhasil menghindari serangan pisau itu, namun saat lengah lengan kirinya
terkena sabetan pisau. Aldo pun merintih sambil lengannya mengeluarkan darah.
Lalu Aldo mengeluarkan gerakan-gerakan kungfu meniru gaya Bruce Lee, dan dengan
kecepatan pukulannya mendarat bertubi-tubi di wajah preman kedua. Aldo juga
menendang tangan preman itu yang memegang pisau lipat hingga pisau itu jatuh ke
lantai. Aldo melanjutkan serangannya dengan pukulan beruntun ke perut preman
kedua dan nampak preman itu sempoyongan kemudian jatuh pingsan juga.
Aldo nampak terengah-engah sambil
lengan kirinya mengeluarkan darah. Tapi tak dihiraukannya rasa sakit itu, ia
mendekati siswi yang terikat di kursi itu dan melepaskan ikatan di badannya,
juga ikatan di tangannya. Siswi itu sedari tadi nampak menangis, Aldo pun
melihat wajah siswi itu dan sedikit terkejut karena siswi itu rupanya adalah
Violet, adiknya Ve. Aldo terbengong sebentar saat Violet melepas kain hitam
yang menyumpal mulutnya.
Violet: Kak,
terima kasih ya sudah nolong aku. Tapi itu tangan kakak berdarah, aku obatin di
rumahku ya.
Aldo hanya mengangguk lemas
sambil menahan rasa sakit di lengannya, lalu ia menggandeng Violet untuk keluar
dari rumah itu. Violet sempat menutup luka di lengan kiri Aldo dengan kain
hitam yang tadi menyumpal mulutnya.
Di depan rumah, Aldo dan Violet
pun melihat ada 3 orang polisi sudah mengacungkan pistol ke mereka. Violet
segera memberitahu 3 polisi itu untuk menangkap 2 preman yang ada di dalam
rumah kosong itu. Violet pun tahu kalau 3 polisi ini dihubungi oleh satpam
sekolah, dan mereka berhasil mengikuti jejak ban mobil 2 preman itu. Violet
juga meminta polisi memberitahu satpam sekolahnya kalau dia akan pulang bareng
dengan seorang cowok yang menolongnya, yaitu Aldo. Aldo lalu mengantarkan
Violet ke rumahnya.
Selama perjalanan, Violet juga mengirim
pesan kepada Rendy kakaknya, orang yang ditelpon oleh preman tadi untuk minta
tebusan. Sesampainya di rumah Violet, ia segera mengambil kotak P3K untuk
mengobati luka Aldo. Sesekali Aldo meringis saat diobati. Selesai mengobati,
Violet pun mulai berbicara dengan Aldo lagi.
Violet: Kak, sekali lagi terima
kasih ya. Oh iya, nama kakak siapa?
Aldo: Namaku Aldo Vorgian, aku
tadi kebetulan lewat di sekolahmu ketika aku baru pulang dari sekolahku.
Violet: Namaku Violeta Burhan
kak, biasa dipanggil Violet.
Aldo: Kamu kelas 2 SMP kan?
Violet: Iya, kok kak Aldo tahu?
Aldo: Emm, cuma nebak aja.
Soalnya seragam kamu kan kayak seragam SMP.
Violet: Kak Aldo pernah belajar
ilmu bela diri ya?
Aldo: Aku belajar kungfu ketika
SMP kelas 1 tapi ketika kelas 1 SMA udah berhenti.
Violet pun manggut-manggut, lalu
pintu depan rumah tiba-tiba terbuka dan seorang pria dan seorang wanita pun
masuk.
Pria: Violet, kamu gak terluka
kan?
Violet: Iya kak Rendy, aku
baik-baik saja.
Wanita: Tuh kan kak Rendy, aku
bilang juga apa. Satpam sekolahnya pasti udah lapor polisi, jadi kak Rendy gak
perlu panik waktu penjahat itu ngancam jangan lapor polisi.
Rendy: Ve, tolong deh. Kamu
harusnya khawatir dengan adik kamu dong.
Violet: Udah kak Rendy, tadi
bukan polisi yang nolong aku. Tapi kak Aldo ini, sampai lengannya berdarah.
Rendy dan Ve pun menoleh ke Aldo, dan Ve
nampak terkejut melihat lengan kiri Aldo diperban.
Aldo: Hai kak Ve.
Ve: Aldo, kamu baik-baik saja
kan? Maaf ya kalau Violet nyusahin kamu.
Rendy: Ve, gak boleh ngomong
begitu. Kamu yang nolong Violet ya? Bro, thanks ya udah nolongin adik bungsu
gue.
Ve: Yaudah, kak Rendy, Aldo, aku
pulang duluan ya.
Rendy tidak menjawab, sedangkan
Aldo hanya mengangguk heran dengan sikap Ve. Setelah Ve pergi, Aldo pun
bertanya pada Rendy.
Aldo: Kak Rendy,
itu kak Ve kenapa? Kok sikapnya begitu ke Violet?
Rendy pun menghela nafas, Violet
hanya terdiam menunduk.
Rendy: Violet,
kamu istirahat di kamar ya. Pasti kamu shock tadi habis diculik.
Violet pun menuruti Rendy, ia
juga membereskan peralatan P3K yang berceceran di meja kaca ruang tamu rumah
itu. Tak lama setelah Violet menutup pintu kamarnya, Rendy pun menceritakan
pada Aldo soal sikap Ve. Aldo akhirnya mengetahui soal Ve dan Rendy memiliki
hubungan darah dengan Violet karena mereka memiliki ayah yang sama dengan
Violet. Ve menganggap ibunya Violet yang menyebabkan ayah dan ibunya bercerai
16 tahun lalu, karena ayahnya Ve dan Rendy ketahuan selingkuh oleh ibunya.
Aldo: Oh gitu rupanya, kasihan
juga ya Violet. Apalagi ibunya udah gak ada.
Rendy: Begitulah bro, nyokap dan
bokap gue juga udah beberapa tahun yang lalu meninggal, jadi gue sebagai
penerus perusahaan bokap gue harus menjaga Violet juga. Menjaga Violet adalah
salah satu amanat bokap gue di surat wasiatnya, gue bisa nerima Violet sebagai
adik, tapi Ve yang adik gue juga sepertinya belum bisa menerima Violet sebagai
keluarga.
Aldo: Kak Rendy, gue doain ya
semoga kak Ve suatu saat bisa nerima Violet sebagai keluarga.
Rendy: Oke, thanks ya bro udah
nolongin Violet juga. Lu sampai rela lengan kiri lu terluka.
Kemudian Aldo dan Rendy pun
mengobrol hal lain. Rendy pun mengetahui kalau Aldo satu sekolah dengan Ve, dan
Aldo juga tahu Rendy satu kampus dengan kakaknya.
Hari beranjak sore, Aldo pun
pamit pulang dari rumah Violet. Sesampainya di rumah, Melody terkejut melihat
lengan kiri Aldo diperban.
Melody: Aldo, itu kenapa lengan
kiri kamu diperban? Terus kenapa sore gini baru pulang?
Aldo: Ini luka tergores sedikit,
Kak. Jadi begini...
Melody pun mendengarkan penjelasan
Aldo, lalu akhirnya mengetahui mengapa Aldo baru pulang di sore hari.
Melody: Lain kali hati-hati loh
Dek, meskipun kamu jago kungfu tapi kalau lengah bisa celaka.
Aldo: Iya Kak lain kali aku akan
hati-hati. Oh iya, kok Kakak bilang lain kali? Jadi kakak berharap aku bakalan
melawan penjahat lagi?
Melody: Ya enggaklah, kakak kan
cuma kasih warning aja. Ya sudah,
besok kalau kamu gak bisa sekolah biar kakak buat surat ijin.
Aldo: Gak usah Kak, besok aku
bisa sekolah kok. Luka aku udah agak mendingan, besok pagi mungkin sudah gak
sakit lagi.
Melody: Hmm, oke, tapi jangan
maksain diri kamu ya. Daripada tumbang di sekolah nanti.
Aldo pun mengangguk, kemudian
Melody memeriksa luka di lengan kiri Aldo, dan dilihatnya sudah terbalut perban
dengan rapat. Mereka berdua pun makan malam sejam kemudian, dan Aldo tidur
lebih cepat malam itu.
------------------------------------------------------------
Saat Aldo tiba di kelasnya 10 IPA
3, ia baru saja duduk di bangkunya tiba-tiba teman sebangkunya Indra berteriak.
Indra: ALDO! LENGAN KIRI LU
KENAPA?
Teriakan Indra sontak membuat
perhatian siswa-siswi di kelas tertuju pada Aldo, dan mereka serempak melihat
lengan kiri Aldo yang diperban.
Aldo: Busset Dra, volume suara lu
dikecilin deh.
Indra: Sorry, gue reflek. Anyway,
kenapa lengan kiri lu? Kok bisa terluka?
William: Sok tahu lu Dra,
diperban belum tentu terluka kan. Iya gak Do?
Kepala William pun ditoyor oleh
Heru.
Heru: Heh monyet, lengannya Aldo
gak mungkin diperban kalau gak ada luka.
Derry: Iya, Aldo gak mungkin iseng
perbani lengannya. Emangnya kayak Yudha.
Kepala Derry pun ditoyor oleh
Yudha.
Yudha: Kampret, gue iseng juga
gak berhubungan dengan luka keles.
Jeje: Udah-udah, ini kalian malah
ngobrol sendiri. Aldo, itu lengan kamu kenapa?
Vania: Iya Do, kenapa bisa terluka?
Aldo: Oke gue ceritakan. Jadi ini
lengan gue luka karena kemarin nolongin bencong yang kecopetan. Pas gue ngejar
tuh copet, si bencong lemparin pisau lipat ke arah si pencopet, tapi karena gue
ada di belakangnya pencopet, malah pisau lipat itu menggores lengan kiri gue.
Tuh pencopet berhasil kabur, terus si bencong merasa bersalah terus merban
lengan gue.
Para siswa dan siswi yang masih
berkerumun di tempat duduk Aldo dan Indra nampak terheran. Sepertinya mereka
tidak percaya omongan Aldo.
Aldo: Udah, bubar deh kalian, ini
cuma kegores sedikit kok.
Tiba-tiba Indra menepuk luka
Aldo, seketika Aldo pun meringis kesakitan.
Indra: Katanya cuma kegores
sedikit, kok lu kayak kesakitan gitu? Kalau kegoresnya sedikit mestinya lu gak
kesakitan dong.
Aldo: KAMPRET, lu nepuknya
kencang amat. Jelaslah sakit.
Kepala Indra pun ditoyor oleh
para siswa dan siswi sekelas bergantian.
Bagus: Lu tenaga layaknya kuda,
jelaslah luka sekecil apapun jadi sakit.
Aldo: Udeh, beneran kok luka gue
gak parah. Lagian udah diperban, 2 hari lagi juga perbannya bisa dilepas.
Nabilah: Tapi tuh bencong udah
tahu lu di depan malah tetap lempar-lempar pisau. Mending kalau kena si
pencopet, ini malah kena elu Do.
Sonya: Tapi untungnya kena lengan
kiri Aldo, coba kalau kena lengan kanan Aldo, berarti Aldo nanti gak bisa nulis
catatan pelajaran dong.
Shania: Ish Sonya, kok malah
untung sih? Ini Aldo luka, jadi yang ada mah rugi.
Aldo: Udah, bubar sana kalian.
Guru Matematika sebentar lagi masuk.
Para siswa dan siswi pun kembali
ke tempat duduknya masing-masing, semenit setelah itu guru matematika pun
masuk. Jam pelajaran pertama dimulai, dengan guru matematika menanyakan lengan
Aldo, yang dijawab Aldo dengan ‘kecelakaan kecil’.
Jam istirahat pertama tiba, Indra
langsung menanyakan sesuatu pada Aldo dengan suara pelan.
Indra: Do, bener lu terkena pisau
dari bencong yang kecopetan? Gue gak percaya.
Aldo: Hehehe, gue ngibul doang
soalnya tadi kan gue dikerumuni. Entar kelamaan sesak nafas pula jadinya.
Indra: Hahaha, udah gue duga.
Jadi yang bener gimana nih ceritanya?
Aldo: Gue bisikin aja ya, tapi lu
jangan kaget terus teriak. Deal?
Indra: Deal, cepetan. Penasaran
gue.
Dan Aldo pun membisikkan pada
Indra bagaimana ia bisa mendapat luka di lengan kiri. Selesai dia
membisikkannya, dilihatnya Nabilah dan Sonya memasang muka heran.
Indra: Kenapa lu berdua?
Sonya: Kalian ngomongin apa sih?
Kok pake bisik-bisik segala.
Nabilah: Iya nih 2 curut,
jangan-jangan ngomongin gue ya?
Aldo: PD banget lu, ngerasa
diomongin. Gue kalau ngomongin cewek, mending yang di kelas 11 IPA 5.
Indra: Atau yang di kelas 10 IPS
6, hehehe.
Nabilah: Oh, jadi kalau bukan
ngomongin cewek, lu berdua ngomongin apaan?
Aldo: Anak kecil gak usah tahu.
Kepala Aldo pun ditoyor oleh
Nabilah, Sonya dan Indra pun tertawa terbahak-bahak.
Nabilah: Ngatain gue anak kecil
lagi, mentang-mentang gue paling muda di kelas ini. Lu tuh kakek-kakek, paling
tua di kelas ini.
Aldo: Eits, lu lupa ya. Si Yudha
lahirnya sebulan sebelum gue lahir. Hahahaha. YUD, Nabilah bilang lu
kakek-kakek.
Yudha yang duduk di belakang pun menghampiri
tempat duduk Aldo.
Yudha: Apa tadi Do? Gue gak
denger jelas, soalnya tadi gue masang earphone.
Nabilah: Bohong tadi Yud, jangan
dengerin perkataan Aldo.
Yudha: Apanya yang bohong Bil?
Aldo: Nih si Nabilah bilang lu
ganteng.
Indra: Tapi dia barusan bilang
itu bohong berarti dia bilang lu jelek Yud.
Kepala Indra pun ditoyor oleh
Nabilah.
Nabilah: Eh, enggak kok. Mereka
berdua tuh bohong.
Yudha: Jadi yang bener apa sih
Nabilah? Gue ganteng atau jelek?
Aldo: Udah Yud, jangan ditanya
lagi. Apapun jawabannya Nabilah yang penting maksud dia adalah dia suka elu
Yud.
Nabilah hendak membantah omongan
Aldo, tapi keburu dipotong oleh Yudha.
Yudha: Hehehe, maaf Bil. Gue gak bisa
suka sama elu, gue udah suka Marsya.
Lalu Yudha pun kembali ke bangku
belakang. Nabilah sudah memasang muka marah pada Aldo. Indra, Aldo, dan Sonya
nampak tertawa melihat ekspresi Nabilah ‘ditolak’ Yudha karena muka Nabilah
memerah sedikit.
Nabilah: Bercandanya gak lucu.
Huh!
Aldo: Makanya jangan kepo, kan
udah gue bilang ini bukan urusan anak kecil.
Indra: Hahaha betul tuh. Udah,
gak usah kepo deh lu berdua.
Nabilah dan Sonya pun cemberut,
kemudian mereka kembali memakan bekal mereka.
Aldo: Eh Dra, lu jangan kasih
tahu yang lain ya. Ini classified
information.
Indra: Hahaha, tenang aja, gue
kan gak ember kayak si William.
William yang sedang duduk di
bangku belakang bersama Yudha tiba-tiba bersin.
------------------------------------------------------------
Istirahat kedua tiba, Aldo pun
keluar kelas untuk jalan-jalan mengitari sekolahnya. Ia pun menuju kantin untuk
sekedar duduk. Dilihatnya di sebuah meja ada Ve duduk bersama seorang siswi
berambut panjang dengan pipi sedikit tembem. Nampak oleh Aldo kalau siswi itu
akrab dengan Ve. Aldo lalu duduk di sebuah meja yang agak jauh untuk
memperhatikan mereka. Tiba-tiba ada seorang siswi duduk di samping Aldo. Aldo
pun menoleh, dan tersenyum melihat siapa yang duduk bersamanya.
Aldo: Hai Naomi, kok gak mesen
makanan?
Naomi: Aku udah makan di
istirahat pertama tadi.
Aldo: Jadi kenapa ke kantin?
Naomi: Untuk ketemu kamu.
Aldo: Kok kamu tahu kalau aku di
kantin?
Naomi: Sinka yang ngasih tahu
aku, soal luka di lengan kamu dan kamu ke kantin. Jadi aku mau nanya sesuatu ke
kamu.
Aldo: So, what is it?
Naomi: Aku mau tanya, apa benar
kamu lukanya karena tidak sengaja tergores pisau lipat yang dilempar seorang
bencong yang kecopetan kemarin.
Aldo: Jadi kamu percaya itu?
Naomi: Justru karena aku tidak
percaya, kamu pernah bilang sendiri kan kalau kamu geli dengan bencong.
Aldo: Hahaha, kamu ingat ya soal
itu.
Naomi: Aldo, jawab dong. Yang
sebenarnya kenapa kamu bisa luka.
Aldo: Oke, aku jawab. Tapi jangan
kasih tahu Devin dan yang lain ya?
Naomi pun mengangguk, dan Aldo
pun menceritakan padanya. Sementara itu Ve dari tadi sedang membicarakan
sesuatu dengan seorang siswi. Siswi yang berasal dari kelas 10 IPS 1.
Sepertinya Ve baru saja menceritakan soal Violet kemarin.
Ve: Aku sedikit kesel deh, kenapa
adik aku harus dia. Kenapa aku gak punya adik yang lain.
Siswi: Jangan begitu dong kak Ve,
biar gimanapun dia punya sedikit darah yang sama dengan kak Ve.
Ve: Aku lebih suka kalau kamu
yang jadi adik aku, Gre.
Gre: Aku juga sudah nganggap kak
Ve seperti kakak kandung aku. Karena aku anak tunggal Ayahku, jadi aku sering
merasa kesepian di rumah lantaran Ayah jarang ada di rumah.
Ve: Sabar ya, Ayah kamu mau
kebutuhan kamu tercukupi makanya dia melakukan itu.
Gre: Terima kasih kak Ve, sudah
mau menjadi teman aku di sekolah.
Ve: Iya, kakak tahu kok kenapa
siswi di kelas kamu gak ada yang mau berteman dengan kamu.
Gre: Memangnya kenapa, kak Ve?
Ve: Karena kamu cantik, dan
mereka iri dengan wajah kamu. Hihihi.
Gre: Kak Ve, bisa aja deh
mujinya. Kak Ve juga cantik kok, pasti udah punya pacar ya?
Ve: Enggak, Kakak belum mau
pacaran.
Gre: Belum mau pacaran atau belum
nemu cowok yang disukai?
Ve: Hihihi, dua-duanya.
Kemudian Gre melihat di suatu
tempat duduk ada Aldo dan Naomi. Ia dapat melihat perban di lengan kiri Aldo,
lalu ia bertanya pada Ve.
Gre: Kak Ve, itu cowok yang
nolongin Violet ya?
Ve pun menoleh ke arah yang
ditunjuk oleh Gre. Dilihatnya Aldo sedang berbicara sesuatu pada Naomi, dan
Naomi nampak manggut-manggut.
Ve: Iya bener, itu Aldo. Tapi
cewek itu siapa ya?
Gre: Samperin yuk, kak Ve!
Ve: Eh, jangan...
Tapi Gre sudah bergegas menuju
tempat duduk Aldo dengan menarik tangan Ve. Ve pun terpaksa mengikuti langkah
Gre.
Gre: Hai, kak Aldo ya?
Aldo dan Naomi pun menoleh pada
Gre dan Ve.
Aldo: Iya, lu siapa ya? Kak Ve,
ini siapa?
Ve: Oh, ini Gre. Teman aku dari
kelas 10 IPS 1. Cewek ini siapa, Aldo?
Naomi: Namaku Shinta Naomi, kelas
11 IPA 5. Salam kenal.
Gre: Shania Gracia, kelas 10 IPS
1. Salam kenal juga.
Ve(berpikir): Oh, jadi ini Naomi
yang disebut kak Melody di mimpi. Cantik juga dia, pantas Aldo digodain kak
Melody sebagai pacarnya.
Aldo: Kak Ve, kok bengong? Naomi
ngajak kenalan nih.
Ve pun tersadar dari lamunannya,
dan menyalami Naomi.
Ve: Jessica Veranda, kelas 12 IPA
5.
Kemudian Ve pamit ke kelasnya
duluan.
Gre: Kak Ve tadi sebenarnya mau
ngucapin terima kasih sekali ke kak Aldo.
Aldo: Oh, gitu. Tapi gak diucapin
juga gak masalah kok, aku nolong Violet karena kebetulan ngelihat dia diculik.
Kemudian Gre juga pamit ke
kelasnya, tinggal Naomi dan Aldo.
Naomi: Jadi, itu kak Ve yang kamu
bilang sepertinya benci pada Violet?
Aldo: Iya gitu deh, tapi kamu
jangan bilang ke orang-orang ya?
Naomi pun mengangguk, kemudian ia
kembali ke kelasnya. Aldo menyusul kembali ke kelas saat bel tanda waktu
istirahat kedua berakhir telah berbunyi.
------------------------------------------------------------
Sepulang sekolah, Gre bersama Ve
menuju rumah Gre dengan mobilnya Ve. Mereka berbincang di dalam mobil.
Ve: Memangnya Ayah kamu kenal
dengan kakak?
Gre: Aku gak tahu pasti kak Ve,
Ayahku cuma minta kak Ve untuk mampir ke rumahku hari ini. Katanya sih ada yang
mau dibicarakan, dan ini juga mengenai aku. Ayahku tampaknya terkejut melihat
foto kak Ve yang selfie denganku.
Ve pun hanya manggut-manggut dan
tak lama kemudian mereka sampai di rumah Gre. Sebuah rumah berukuran sedikit
besar, yang nampaknya Ve kenal siapa pemilik rumahnya.
Gre dan Ve pun tiba di pintu
depan, lalu bel dipencet oleh Gre. Seorang pria yang dikenali Ve membukakan
pintu.
Gre: Ayah, ini kak Ve sudah
datang.
Ve: Om Suryo?
Pak Suryo: Kamu Ve kan? Hmm,
sudah lama Om tidak melihatmu. Gre, kamu masuk dulu ya. Ganti baju sekalian,
Ayah mau bicara empat mata dengan Ve.
Gre pun menurut dan segera masuk,
Pak Suryo pun mengajak Ve duduk di teras depan rumahnya. Sebuah meja dengan dua
kursi di sisi kanan dan kiri menjadi tempat mereka mengobrol.
Ve: Ada apa ya, Om Suryo meminta
saya ke sini? Dan apa hubungannya Gre terhadap hal yang ingin Om bicarakan
dengan saya.
Pak Suryo: Pertama-tama, Om ingin
bertanya. Apa kamu menyayangi Gre layaknya adik?
Ve: Iya Om, lalu kenapa?
Pak Suryo: Saya ingin memberitahumu sebuah rahasia
besar. Rahasia yang sudah kakakmu Rendy ketahui, namun hanya kamu, Gre, dan
Violet yang belum tahu.
Ve: Loh, kenapa Violet juga
dikaitkan?
Pak Suryo: Saya akan memberitahu,
tapi saya mohon kamu jangan menyela nanti. Bisa kan Ve?
Ve pun mengangguk karena
penasaran dengan apa yang ingin disampaikan Pak Suryo. Kemudian Pak Suryo
menghela nafas sejenak, dan mulai bercerita. Pak Suryo menceritakan masa
lalunya bersama ibunya Veranda, ketika ibunya Veranda sudah bercerai dengan
ayahnya. Ve pun kini tahu kebenaran kalau ibunya menikah dengan Pak Suryo
setelah bercerai dengan ayahnya Ve dan Rendy. Ve menutup mulutnya dengan
sebelah tangannya, dia nampak shock dengan kenyataan ini, kenyataan kalau Gre
juga merupakan anak kandung dari ibunya bersama Pak Suryo. Ve yang mengira
ibunya tidak pernah menikah lagi setelah bercerai, nampak sangat terkejut. Yang
dia tahu beberapa tahun lalu saat ayahnya meninggal adalah fakta bahwa ayahnya
mempunyai anak perempuan satu lagi yaitu Violet.
Pak Suryo: Om juga tahu soal
Violet, karena Rendy sudah cerita pada Om waktu dia Om beritahu soal masa lalu
ibu kalian. Dia nampak marah juga pada Om, tapi pada akhirnya ia bisa menerima
Gre yang akan jadi adiknya juga.
Ve: Kenapa Om bilang ‘akan’?
Bukankah memang Gre juga merupakan adik kami berdua? Kenapa gak langsung saja
kak Rendy beritahu aku?
Pak Suryo: Mungkin Rendy ingin
berbuat adil pada adik-adiknya. Dia ingin kamu terlebih dulu bisa menyayangi
Violet sebagai keluarga, lalu dia akan memberitahumu juga soal Gre.
Ve: Kenapa sih jadi seperti ini?
Bukan hanya Ayahku yang menikah lagi, tapi Ibuku juga.
Pak Suryo: Maafkan Om, kalau baru
memberitahu ini padamu sekarang. Ibumu meminta Om untuk merahasiakan
pernikahannya dari siapapun, meskipun Ayahmu akhirnya tahu ketika Ibumu sudah
hamil lagi setelah menikah dengan Om. Dan Ayahmu menikahi Ibunya Violet
setengah tahun sebelum Om menikah dengan Ibumu. Tapi Ibunya Violet sempat
divonis oleh dokter sebagai wanita mandul, sehingga pada saat Gre umur 2 tahun
ternyata Ibunya Violet hamil, tetapi naasnya saat melahirkan Violet, dia
meregang nyawa.
Ve: Terus? Ada lagi rahasia yang
belum aku ketahui? Dan apa Gre tahu soal ini?
Pak Suryo: Gre belum tahu soal
ini. Dan itu semua kebenaran yang ingin Om sampaikan. Kamu bisa tanya Rendy
kalau kurang percaya omongan Om, karena Rendy pernah Om tunjukkan foto
pernikahan dan buku nikah Om bersama Ibu kalian. Tujuan Om memberitahu ini
padamu, adalah agar kamu bisa menerima takdir kalau Violet dan Gre adalah
adikmu dan Rendy. Om harap kalian berempat bisa rukun sebagai saudara. Seperti
yang kamu dan Rendy ketahui, Om adalah sahabat terdekat Ayah kalian. Om sempat
cekcok dengan Ayah kalian dulu saat awal kehamilan Ibu kalian setelah menikah
dengan Om. Tapi Ayah kalian pada akhirnya bisa menerimanya dan tetap menjadi
sahabat Om sampai akhir hayatnya.
Ve: Baiklah Om Suryo, saya akan
memikirkan itu. Saya permisi dulu.
Pak Suryo pun mengangguk dan Ve
segera pergi dari rumah Pak Suryo, tapi ia tidak langsung kembali ke rumahnya.
Ia memacu mobilnya menuju rumah Aldo. Jam telah menunjukkan pukul 3 sore saat
Ve tiba di rumah Aldo. Ve turun dari mobilnya, lalu melihat ada seorang gadis
berdiri di depan rumah Aldo yang menoleh ke arahnya.
Ve: Kamu siapa ya? Kenapa ke
rumah Aldo?
Gadis: Kak Ve, kenapa ke sini?
Ve: Tunggu, kamu kok kenal aku?
Gadis: Kak Ve kan anggota OSIS,
pasti aku tahu dong. Kak Ve juga pernah masuk kelasku untuk memanggil Aldo dan
Yudha.
Ve: Jadi kamu teman sekelas Aldo
di 10 IPA 3?
Gadis itupun mengangguk, lalu
pintu depan terbuka dan nampak Melody dan Aldo melihat Ve berhadapan dengan
gadis itu.
Melody: Loh, Jessica?
Ve dan gadis itupun menoleh ke
Melody dan Aldo. Melody tertawa kecil karena dua orang Jessica datang ke
rumahnya.
Aldo: Aduh Kak, makanya jangan
panggil Jessica. Ini yang satu kak Ve, satu lagi Jeje.
Melody: Hehehe, iya deh. Ve,
Jeje, ayo masuk!
Ve dan Jeje pun masuk mengikuti
Melody ke ruang tamu sementara Aldo menutup pintu depan. Aldo lalu juga
bergabung dengan mereka untuk duduk di ruang tamu.
Melody: Jadi, ada apa ya kalian
kemari? Pasti keperluannya berbeda kan?
Jeje: Aku mau menanyakan soal
Aldo yang luka kemarin, Kak.
Ve: Aku lagi ada masalah, dan
ingin curhat ke Kak Melody.
Melody: Oke, Ve. Kalau kamu mau
curhat, didengar oleh Aldo dan Jeje juga ya. Biar mereka gak penasaran apa yang
ingin kamu ceritakan.
Ve: Oke Kak, jadi begini...
Dan Ve pun menceritakan persoalan
keluarganya yang rumit, mengenai dirinya dan Rendy kakaknya, yang ternyata
punya 2 adik perempuan dari pernikahan kedua kalinya Ayah dan Ibu mereka.
Melody, Jeje, dan Aldo nampak mendengarkan dengan serius. Terlihat Ve tak
sanggup membendung air matanya lagi setelah selesai bercerita.
Melody: Hmm, gawat juga.
Aldo: Yaelah Kak Melody, kasih
solusi dong ke kak Ve atau kasih pendapat. Jangan komentari gawat, nanti kak Ve
tambah sedih.
Jeje: Aku pusing juga dengar
persoalan begini.
Melody: Oke, Ve. Dengar ya,
menurut aku, kamu terima saja keluarga barumu, karena mereka berdua tidak
bersalah. Kedua orang tua mereka juga tidak ada yang salah, ini semua murni
takdir. Buktinya Ibunya Violet yang divonis mandul ternyata bisa hamil juga
kan? Berarti kamu dan kakakmu mau tak mau punya 2 adik perempuan. Lebih baik
kalian belajar menyayangi keduanya, karena mereka butuh kasih sayang. Terutama
Violet. Kamu mengerti kan, Ve?
Ve sudah berhenti menangis, dan
ia nampak tersenyum dengan pendapat Melody. Ve meminta pendapat Melody karena
ia tahu sifat Melody sangat bijak. Tiba-tiba Aldo buka suara.
Aldo: Oi Je, cengeng banget lu.
Gitu aja udah nangis.
Jeje: Aku nangis karena terharu,
kamu sendiri apa tuh di pipi kamu ada air.
Melody dan Ve melihat ke Aldo dan
benar saja, di pipi Aldo juga nampak berair. Mereka berdua tertawa melihat Aldo bertingkah pura-pura tidak menangis, sedangkan yang ditertawai hanya bisa cengengesan.
TO BE CONTINUED...
By: E.D.
Komentar
Posting Komentar