Between Dream And Reality, Part 13
Part 13: New foes
Rombongan kelas 12 IPA 5 telah
sampai di Hailbeam cafe. Aldo dan Naomi tiba duluan, Sinka juga diajak dengan
mengemudikan mobil sendiri karena Naomi dibonceng motornya Aldo. Semenit
setelah itu Devin yang mengajak Desy juga tiba. Barulah teman-teman mereka yang
lain tiba, kecuali Jaka dan Hilman.
Mereka semua pun menunggu Jaka
dan Hilman datang, sembari berpencar duduk di meja-meja yang kosong di kafe
itu. Devin lalu meminta pelayan memanggil manager kafe, untuk membicarakan
sesuatu.
Aldo bersama Naomi dan Sinka
duduk di meja untuk 4 orang, Devin yang sudah selesai bicara dengan manager
kafe hendak menemani Desy yang duduk bersama Andi dan Anna. Tapi Aldo
memanggilnya untuk bicara sebentar.
Devin: Ada apa, Do?
Aldo: Tadi lu ngomongin apa sama
manager kafe itu, Vin?
Devin: Oh, gue cuma bilang kalau
kita mau nongkrong di kafe ini sehabis makan siang. Soalnya kan gak seru dong
kalau langsung pulang.
Aldo: Jadi, gimana? Managernya
membolehkan atau enggak?
Devin: Kata managernya sih gak
masalah, soalnya jarang-jarang kafe ini ramai seperti sekarang, apalagi hari
ini hari raya.
Aldo: Hmm, daripada kafe ini ikut
‘merdeka’ juga kan hahaha.
Naomi, Sinka, dan Devin pun
ikutan tertawa.
Devin: Hahah, betul itu. Yaudah,
ada lagi yang lu mau bicarakan dengan gue?
Aldo: Oh, gak ada lagi. Lu
kembali aja ke cewek elu.
Devin lalu pergi ke meja tempat
Desy berada dan langsung duduk di samping pacarnya yang paling tinggi diantara
semua cewek di kafe itu.
Andi: Oi, Vin, tadi lu bicara apa
sama Aldo?
Devin: Ya itulah, gue beritahu
dia soal pembicaraan gue dengan manager kafe tadi.
Desy: Memangnya kamu tadi bicara
apa dengan manager kafe, sayang?
Devin: Aku minta kalau kafe ini
kita pakai buat nongkrong, sayang. Kamu gak buru-buru pulang kan?
Desy: Iya, enggak kok. Aku kan
mau sama kamu lebih lama, mumpung hari libur.
Anna: Ciee.. kayak pasangan baru
aja.
Devin dan Desy pun tertawa, lalu
Andi bicara.
Andi: Kalau pasangan baru tuh
bukan Devin dan Desy, sayang.
Anna: Eh, emangnya ada lagi?
Andi: Lah, itu raja gombal di
sana.
Andi menunjuk meja tempat Aldo
berada, terlihat oleh 2 pasangan itu kalau Aldo sedang ngobrol dengan Naomi
yang tertawa-tawa. Sinka juga ikut tertawa sesekali.
Anna: Oh iya, tapi kan mereka udah
lama jadi pasangan, lebih lama dari kita semua yang di kelas malah.
Andi: Iya sayang, tapi kan belum
lama resminya, hari ini tepat baru seminggu hahaha.
Anna: Hmm, benar juga ya, hihihi.
Di meja yang dekat dengan mereka,
ada juga Bondan dengan Susi bersama Reno dan Caroline.
Bondan: Ckckck, ini si Jaka dan
Hilman kemana sih?
Susi: Sabar dong sayang, kan
belum jam 12 siang.
Reno: Atau jangan-jangan mereka
berantem?
Caroline: Huss, sayang, jangan
ngomong begitu.
Kemudian mereka semua yang ada di
kafe itu melihat Jaka dan Hilman baru datang memarkirkan motor mereka di
samping motor-motor lainnya. Devin lalu pergi menyambut mereka berdua dengan
pertanyaan.
Devin: Hei, lu berdua kok telat
sih?
Hilman: Hahaha, sorry Vin, tadi
gue mau bareng Jaka jadi gue nungguin dia selesai BAB.
Jaka: Iya Vin, tadi gue agak
mules, makanya daripada nanti makannya terganggu, mending gue langsung BAB dulu
deh.
Devin: Oh, yaudah kalian buruan
gabung ke 2 cewek itu, kasihan mereka sendirian hahahah.
Devin menunjuk sebuah meja dimana
ada Yuli dan Lidya duduk berdampingan, Jaka dan Hilman pun bergabung dengan 2
gadis itu sementara Devin kembali duduk di samping Desy.
Yuli: Hei, kalian kok lama?
Hilman: Aku nungguin Jaka tadi,
sayang, kamu bareng siapa tadi?
Yuli: Aku ikut mobilnya Lidya.
Hilman: Oh, thank you ya Lid udah
ngantarin pacar gue.
Lidya: Hahaha, biasa aja lah. Oh
iya Jaka tadi kenapa?
Hilman: Tanya aja orangnya nih.
Lidya: Lu kenapa tadi, Jak?
Jaka: Hehe, gue tadi BAB dulu
Lid, daripada nanti kebelet pas makan.
Lidya manggut-manggut, sementara
di meja lain Harris duduk bareng Fanny dan Rona.
Harris: Ini kok lama banget ya
makanannya?
Fanny: Hey sayang, sabar dong.
Kita kan bergerombol datangnya, jadi para juru masak pasti sibuk. Memangnya
tadi pagi kamu gak sempat makan?
Harris: Ndak sempat, sayang.
Soalnya pas aku bangun udah hampir telat ke upacara tadi, hehehe.
Fanny dan Rona tertawa mendengar
perkataan Harris, lalu Rona bicara.
Rona: Ris, emangnya lu gak sempat
makan tadi sehabis upacara?
Harris: Nggak kepikiran, soalnya
kan gue kepikiran Fanny, heheh.
Rona dan Fanny kembali tertawa,
Fanny juga mencubit pelan lengan Harris.
Rona: Hihi, belajar gombal
darimana tuh?
Fanny: Itu gak usah ditanya,
Rona, pasti pacarku ini belajar gombalnya dari raja gombal dong, hihihi.
Mereka bertiga cengengesan sambil
melihat Aldo di meja lain, sedangkan kuping Aldo terasa sedikit gatal tapi ia
tidak menghiraukannya karena asyik mengobrol dengan Naomi dan Sinka.
Sinka: Aldo, memangnya siapa saja
murid unggulan di kelas 12 IPA 5?
Naomi: Sinka, kamu harusnya
manggil ‘kak Aldo’ karena dia kan seumuran dengan Kakak.
Sinka: Eh, maaf, aku baru sadar
selama ini. Maaf ya, kak Aldo.
Aldo: Haha, Sinka, udah deh. Aku
lebih suka kamu manggilnya seperti biasa, meskipun aku jadi pacar Kakak kamu.
Lagian kita kan satu kelas, jadi gak salah dong kamu manggil aku dengan nama.
Sinka: Denger tuh kak Omi, huh.
Naomi tertawa ringan mendengar
protes adiknya, kemudian Aldo kembali bicara.
Aldo: Gini ya Sinka, kalau
dibilang ‘unggulan’ sih banyak, tapi yang paling menonjol di satu mata
pelajaran masing-masing ada satu sih, contohnya Kakak kamu ini.
Sinka: Jadi siapa-siapa aja,
Aldo?
Aldo: Loh, kamu gak pernah
diberitahu Kakak kamu? Omi, kamu gak beritahu Sinka?
Naomi: Sinka gak pernah nanya,
sayang.
Sinka: Iya, aku gak kepikiran
untuk nanya siapa aja sih, soalnya kata kak Omi kebanyakan cewek yang jadi
murid unggulan.
Aldo: Emangnya kenapa, Sinka?
Naomi: Sayang, maksudnya Dudut
adalah ingin pacaran dengan kakak kelas yang jadi murid unggulan di kelasku,
hihihi.
Sinka: Ih, kak Omi, gak gitu
juga. Aku mau punya pacar yang lebih pintar tapi gak harus kakak kelas kok.
Aldo: Hehe, di kelas kita kan
ada, Sinka. Juara 1 loh.
Sinka: Hah? Siapa, Aldo? Juara
1-nya kan aku.
Naomi: Yang duduk bareng kamu,
Dut, hihihi.
Aldo hanya terkekeh membenarkannya,
dan Naomi tertawa lepas, sementara Sinka menggembungkan pipi setelah mengetahui
orang yang dimaksud pasangan kekasih itu.
Sinka: Ih, kak Omi, itu si Tejo
kan juara 1 dari bawah.
Aldo: Hahaha, sudah dulu ya. Kita
omongin aja nanti setelah makan. Itu kayaknya pesanan kita sudah datang.
Beberapa orang pelayan lalu
mengantarkan pesanan ke beberapa meja, salah satunya meja tempat Aldo bersama
kakak beradik itu. Para pelayan itu lalu berlalu dan segera mengantarkan
pesanan-pesanan lain ke meja-meja yang lain. Para murid SMA yang memadati kafe
itu mulai menyantap makanan mereka.
~------------------------0O0------------------------~
Waktu menunjukkan pukul 2 siang,
Aldo sedang memberitahu Sinka mengenai beberapa murid unggulan di kelas 12 IPA
5.
Aldo: Jadi gini, Sinka. Yang
unggul di Fisika namanya Anna, kalau pelajaran Kimia itu dikuasai oleh
Caroline. Sedangkan master biologi namanya Susi.
Sinka: Oh, jadi murid unggulan
yang cowok siapa aja, Aldo?
Aldo: Hehe, salah satunya aku.
Kamu pasti tahu kan pelajaran yang aku unggul.
Sinka: Iya, aku tahu. Terus
selain kamu siapa lagi?
Aldo: Kalau gak salah sih itu si
Jaka yang unggul di PPKn. Satu lagi, Devin yang unggul di bidang olahraga,
hampir semua olahraga dia bisa mahir, karena didukung badannya yang paling
tinggi di kelas.
Sinka: Hah? Hampir? Maksudnya ada
olahraga yang dia gak bisa mahir?
Aldo: Mi, beritahu adik kamu,
heheh. Soalnya gak enak kalau aku yang ngomong.
Naomi: Oke deh. Dut, olahraga yang
Devin gak mahir itu lompat tali dan kayang, hihihi.
Sinka langsung tertawa ringan,
lalu kembali bertanya.
Sinka: Emangnya kenapa, Kak Omi.
Kok kak Devin lompat tali gak bisa mahir?
Aldo: Sinka, kamu pasti tahu
jawabannya, clue-nya adalah badannya
yang tinggi.
Sinka nampak memikirkan sebentar,
Aldo dan Naomi tersenyum menunggu reaksi Sinka, yang tak lama kemudian tertawa.
Pasangan itu pun ikut tertawa.
Sinka: Oh, aku tahu, pasti karena
kak Devin udah tinggi kan, makanya kalau lompat tali akan susah karena selalu
tersandung, hihi.
Mereka bertiga kembali tertawa
sambil melihat Devin, sepertinya mereka membayangkan Devin yang main lompat
tali dan tersandung. Sementara orang yang ditertawakan tidak mengetahui kalau
ia sedang ditertawai, meskipun telinganya mulai sedikit gatal.
Sementara di meja tempat Lidya
dan Jaka beserta Hilman-Yuli duduk, juga terjadi pembicaraan mengenai olahraga.
Yuli: Jadi nanti sore ada siaran
langsung OON di televisi, kita nonton bareng yuk Lid. (OON=Olimpiade Olahraga
Nasional)
Lidya: Oke, tapi ada olahraga
renang juga kan Yul?
Yuli: Iya, ada, tapi perenang
prianya lebih sedikit yang berkompetisi.
Lidya: Gak apa-apa deh, yang
penting ada, hehe.
Yuli: Hmm, mentang-mentang
jomblo, kamu pasti mau lihat atlet renang yang bentuk badannya bagus kan?
Lidya cengengesan, lalu dua gadis
yang duduk berhadapan itu mendengar suara tawa aneh dari samping mereka,
ternyata Jaka dan Hilman terkekeh sambil memandang langit, sepertinya mereka
sedang menghayal. Tiba-tiba Hilman meringis sambil mengaduh pelan, karena
telinganya dijewer oleh Yuli.
Hilman: Aduh, sayang, kenapa sih?
Yuli: Kamu tertawa kenapa tadi?
Kayak orang gila aja.
Hilman: Oh, aku tadi lagi
membayangkan bentuk tubuh perenang wanita, nanti di rumah aku mau nonton... EH!
Sadar telah keceplosan, Hilman
buru-buru menutup mulutnya tapi jeweran di telinganya semakin kuat, ia
ditertawai oleh Jaka yang kemudian juga dijewer oleh Lidya.
Jaka: Aduh, Lid, kok gue dijewer?
Lidya: Ya biar adil aja, soalnya
lu kan tadi juga ekspresinya sama seperti Hilman, pasti mikir mesum juga.
Jaka: Wah, hebat lu Lid bisa
tahu... EH!
Sekarang jeweran di telinga Jaka makin
kuat, ia pun ditertawai Hilman yang juga meringis. Kedua cowok itu
bersungut-sungut sambil dijewer dan diomeli cewek di samping mereka.
Di meja lain, Aldo sedang
dibicarakan oleh Bondan dan Susi, Reno dan Caroline mendengarkan.
Susi: Jadi, bener nih Naomi gak
pernah digombali Aldo dengan membawa nama Ibunya? Emangnya kenapa, sayang?
Bondan: Kata Aldo sih, dia pernah
sekali menggombal begini, ‘Naomi, Ibu kamu ...’ tapi belum sempat dilanjutkan
si Naomi langsung cemberut. Terus Aldo diberitahu alasannya secara tertulis
oleh Naomi.
Reno: Hah? Gue baru tahu Dan,
kalau Aldo setiap kali gombal ke Naomi gak pernah membawa nama Ibunya.
Bondan: Ya gitulah Ren, alasannya
adalah karena Ibunya Naomi sudah bercerai dengan Ayahnya sejak dia dan Sinka
masih kecil, apalagi kakaknya Naomi diasuh oleh Ibunya.
Caroline: Eh, jadi Naomi dan
Sinka punya kakak ya, Bondan?
Susi: Iya nih, aku baru tahu loh
sayang. Aku kira Naomi anak sulung.
Bondan: Iya, Aldo pernah beritahu
gue kalau nama kakaknya Naomi dan Sinka adalah S-A-U-M-I.
Reno: Terus Ibu dan kakaknya
Naomi sekarang dimana?
Bondan: Kata Aldo sih sekarang
mereka tinggal di luar negeri, gak tahu deh dimana. Ayahnya Naomi juga tidak
tahu dimana mereka sekarang.
Susi: Hmm, jadi sejak kelas 10
Aldo sudah tahu hal ini sewaktu duduk bareng Naomi?
Bondan: Betul, sayang. Cuma Aldo
yang diberitahu oleh Naomi, aku aja baru tahu ketika kelas 11 saat Aldo datang
ke rumahku.
Reno: Hah? Aldo datang ke rumah
elu buat apa, Dan?
Bondan: Ya sekedar mampir aja
sih, apalagi gue waktu itu lagi bosan jadi gue mau ngajak dia main basket di belakang
rumah gue.
Caroline: Eh, emangnya Aldo bisa
main basket?
Reno: Sayang, kamu gak tahu ya
kalau Aldo jago basket?
Caroline: Bukannya waktu kelas 10
Aldo gak gitu pandai dribble, sayang? Guru olahraga waktu itu juga lihat.
Reno: Hahaha, itu dia cuma
pura-pura aja, padahal dia jago dribble, cuma shooting aja yang gak terlalu
pandai.
Susi: Loh, kalau gitu kok dia gak
nunjukin skill dribblenya sih?
Bondan: Gini ya, sayang. Aldo
waktu itu tahu kalau guru olahraga hendak merekrut siswa yang jago dribble ke
dalam ekskul basket, jadi kamu pasti tahu kan...
Susi: Oh, jadi Aldo gak mau ikut
ekskul basket?
Reno: Betul tuh Sus, Aldo malahan
berlagak seperti orang yang gak pernah megang bola basket, hahaha.
Bondan: Iya, aku dan siswa
lainnya waktu itu nahan tawa karena Aldo bertingkah seperti itu, hehehe.
Caroline: Hihihi, ada-ada aja,
Aldo emang gak tertarik masuk ekskul apapun, Naomi pernah beritahu aku.
Susi: Jadi waktu itu siapa dari
kelas kita yang masuk ekskul basket?
Bondan: Gak ada, sayang. Soalnya
semuanya malas masuk ekskul basket, hehehe.
Susi: Kamu bukannya jago basket
juga, sayang?
Bondan: Iya sih, tapi Aldo yang
lebih jago, jadi aku juga malas ikut ekskul itu dan juga pura-pura seperti
Aldo, heheheh.
Keempat orang itu lalu
membicarakan hal lain, tapi Aldo dari tadi mengusap-usap kedua telinganya yang
gatal sambil berbicara dengan Naomi dan Sinka.
Sore tiba, rombongan siswa-siswi
SMA itu sekali lagi mengucapkan selamat ulang tahun pada Lidya, termasuk Desy
dan Sinka. Kemudian mereka mulai pulang berbarengan, Devin beserta Jaka dan
Hilman sudah membayar semua pesanan, dan juga berterima kasih pada manager kafe
itu. Aldo mengantar Naomi pulang dan bersamaan dengan Sinka yang mengemudikan
mobil ke rumah itu. Saat sampai di depan rumah, Aldo diajak masuk untuk menemui
Ayahnya kakak beradik itu, tapi ia bilang ‘lain kali saja’ karena sudah
beranjak malam dan Melody pasti menunggunya.
Sesampainya di rumah, Melody
menyambut Aldo dengan pertanyaan-pertanyaan. Aldo kemudian akan menjawab
setelah selesai makan malam, kini mereka sedang menonton TV.
Melody: Dek, jadi gimana, tadi
kalian kok lama banget di kafe?
Aldo: Tadi aku dan teman-teman
‘menguasai’ kafe, Kak. Soalnya kan gak seru kalau langsung pulang, jadi kami
semua ngobrol-ngobrol dulu, aku duduknya semeja dengan Naomi dan Sinka.
Melody: Oh, emangnya manager kafe
membolehkan kalian ‘menguasai’ kafe itu?
Aldo: Ya gitulah Kak, hehehe.
Apalagi kan kafe itu jarang ramai di hari libur, lebih sering ramainya di hari
biasa.
Melody: Terus gimana, kamu
ngobrol apa aja dengan adiknya Naomi?
Aldo: Aku tadi memberitahu dia
soal beberapa murid unggulan di kelas 12 IPA 5, karena Sinka berniat cari pacar
yang lebih pintar dari dia.
Melody: Hmm, berarti dia mau jadi
pacar kamu dong?
Aldo: Yaelah Kak, kalau Sinka
jadi pacarku, Naomi gimana?
Melody: Hihihi, bercanda Dek.
Kakak juga ngerasa janggal kalau kamu pacaran dengan Sinka, yang notabene
adiknya Naomi, apalagi kamu seumuran dengan Naomi.
Aldo: Tapi kalau Sinka mau
kupacari sekaligus dengan kakaknya, boleh deh heheh.
Melody tertawa lalu mencubit pipi
Aldo, mereka lalu membicarakan mengenai film yang sedang tayang di TV. Pukul 10
malam, film itu habis dan kakak beradik itu segera ke kamarnya masing-masing.
Aldo’s dream
start...
10 Oktober, waktu istirahat di
SMA Velidan 01 digunakan Aldo untuk makan bareng pacarnya, Shania. Saat
menunggu Shania selesai makan, meja mereka didatangi 2 orang siswa yang
sepertinya bingung.
Siswa 1: Bro, gue boleh ikut
duduk di sini?
Siswa 2: Heh, monyong. Jadi gue
gak disertai?
Siswa 1: Oh iya, maaf bang. Bro,
kami berdua boleh ikut duduk di sini?
Aldo: Silahkan aja.
Kedua siswa itu duduk di hadapan
Aldo dan Shania.
Aldo: Boleh gue tahu, nama kalian
siapa?
Siswa 1: Nama gue Fredi, kelas 11
IPA 7.
Siswa 2: Kalau gue Joe, kelas 12
IPA 7.
Aldo: Oh, salam kenal, Fredi,
Joe. Nama gue Aldo, gue sekarang kelas 11 IPA 3, sebenarnya sih seharusnya gue
kelas 12, tapi karena tinggal kelas jadinya tetap kelas 11 deh.
Joe: Haha, kami makan dulu ya
Aldo, soalnya lu denger kan bunyi perutnya Fredi.
Bunyi perut Fredi samar-samar
terdengar oleh Aldo, Shania, dan Joe. Fredi hanya cengengesan untuk menutupi
rasa malu.
Aldo: Silahkan deh, kasihan yang
lagi lapar hehehe.
Fredi dan Joe tertawa sebentar,
lalu mulai makan, setelah beberapa menit Shania selesai makan dan ia pun
bersandar pada Aldo karena kekenyangan. Saat Fredi dan Joe telah selesai makan,
mereka pun berkenalan dengan Shania.
Fredi: Bro, cewek lu cantik juga nih,
boleh dong buat gue.
Mendengar itu, Aldo langsung
menatap tajam pada Fredi, Joe cengengesan sedangkan Fredi agak takut dan
buru-buru bicara lagi.
Fredi: Eh, selow bro, gue cuma
bercanda, hehehe.
Joe: Hahaha, Aldo, jangan
dengerin nih adik gue yang bandel. Dia emang suka gitu kalau ngelihat cewek
yang bening.
Aldo: Oh, kalian kakak beradik
ya?
Fredi: Enggak kok Aldo, bang Joe
ini tetangga gue, kami akrab layaknya saudara.
Aldo: Hmm, emang sih gak ada
kemiripan diantara kalian berdua.
Joe: Gue ogah banget mirip dengan
Fredi, Do. Jelas-jelas gue lebih ganteng, iya gak?
Fredi menoyor kepala Joe, lalu
kembali bicara.
Fredi: Jangan dengerin Do, bang
Joe ini emang suka kepedean, padahal cermin aja bilang gue lebih ganteng dari
dia.
Aldo: Hahaha, coba kalian ikut
kontes coverboy, liat siapa yang lolos.
Fredi, Joe: Males banget ikut
kontes gituan.
Aldo: Hehe, kompak banget kalian
ngomongnya. Oh iya Joe, tadi maksud lu apa ya?
Joe: Tadi? Emang gue ngomong apa?
Fredi: Yaelah, bang Joe,
maksudnya Aldo adalah bang Joe kan tadi bilang kalau gue ‘emang suka gitu kalau
ngelihat cewek yang bening’. Bener kan Do?
Aldo: Nah, bener tuh kata Fredi,
jadi maksudnya apa sih?
Joe: Oh, itu hahaha. Fredi ini
jomblo, dan dia terakhir putus dengan pacarnya juga terpaksa.
Aldo: Terpaksa gimana?
Fredi: Jangan diungkit lagi, bang
Joe.
Joe: Heheh, terpaksa putus karena
Fredi hampir aja grepe-grepe pacarnya, eh maksud gue mantannya.
Aldo tertawa ringan, sementara
Fredi bersungut-sungut memandang Joe yang terkekeh.
Aldo: Emangnya mantan pacar elu
siapa, Fred?
Fredi lalu celingak-celinguk, dan
menunjuk sebuah meja di kejauhan dimana ada 3 orang siswi duduk. Dua
diantaranya adalah Manda yang bermain catur dengan Andela, dan satu lagi
Frieska yang asyik dengan smartphone-nya. Aldo dan Joe melihat meja itu.
Aldo: Mantan elu mereka bertiga,
Fred?
Joe: Fred, jangan ngaku-ngaku
deh, lu kan bilang sama gue kalau mantan elu cuma 1.
Fredi: Yeee, maksud gue salah
satunya, bang Joe. Lu main potong omongan gue aja.
Aldo dan Joe terkekeh, kemudian
Aldo bertanya.
Aldo: Emang yang mana mantan elu
Fred?
Fredi: Itu Do, yang memakai pion
putih, namanya Manda, dia kelas 11 IPS 5.
Joe: Wow, boleh nih gue gebet,
Fred.
Fredi memasang muka masam pada
Joe yang cengengesan, Aldo berpikir ternyata mantan pacar Manda adalah Fredi.
Joe: Bercanda gue Fred, lagian lu
tahu kan prinsip gue dalam mencari pacar.
Aldo: Emangnya prinsip elu apaan,
Joe?
Fredi: Gini loh Do, bang Joe ini
jomblo terus sejak SMA, dia terakhir pacaran ketika kelas 3 SMP. Prinsip dia
dalam mencari pacar adalah cewek itu gak boleh punya mantan.
Aldo: Wiiih, yang bener Joe?
Emangnya kenapa?
Joe: Bener Do, soalnya mantan
pacar gue yang terakhir minta putus ke gue karena dia mau balikan dengan
mantannya, kan kampret CLBK.
Aldo: Haha, yang sabar Joe, gue
yakin banyak cewek yang bisa elu dapetin, soalnya menurut gue sih elu lebih
ganteng daripada Fredi.
Joe: Tuh kan Fred, lu denger
sendiri kan, gue emang lebih ganteng daripada elu.
Fredi: Halaah, Aldo bilang elu
lebih ganteng kan cuma buat ngehibur elu yang jomblo, bang.
Joe: Terserah elu, yang penting
gue sudah mendengar sendiri kalau orang lain bilang gue lebih ganteng dari elu
Fred.
Setelah berdebat beberapa menit,
Fredi dan Joe pun duluan ke kelas mereka masing-masing, Aldo kemudian merasa
janggal karena sedari tadi Shania tidak bersuara, ia melihat pacarnya itu
sedang tidur, barulah ia tahu kenapa Shania tidak merespon candaan Fredi tadi.
Aldo lalu membangunkan pacarnya
itu, mereka sama-sama kembali ke kelasnya. Saat istirahat kedua tiba, Aldo
meminta Frieska ke kantin dan mengajak Andela dan Manda, dia ingin memastikan
kalau Fredi adalah mantan pacarnya Manda. Kini mereka duduk di meja untuk 4
orang, dan Aldo mentraktir ketiga gadis itu minuman berupa jus jeruk.
Frieska: Kak Aldo mau nanya apa?
Kok minta aku ngajak Andela dan Manda segala.
Andela: Iya nih, kak Aldo mau
nanya aku atau Frieska?
Aldo: Aku mau nanya kalian nih,
apakah kalian tahu yang namanya Fredi di kelas 11 IPA 7?
Manda: Itu mantan pacarku, kak
Aldo, kenapa?
Aldo: Oh, enggak apa-apa kok,
kalian bertiga gak tahu kalau dia tadi waktu istirahat pertama duduk semeja
denganku.
Frieska: Hah? Yang bener, kak
Aldo, jangan bergaul dengan dia.
Aldo: Emangnya kenapa, dedek
Mpris?
Andela: Dia itu cowok yang
matanya suka jelalatan, mesum lagi.
Manda: Kak Aldo ingat kan kalau
aku pernah cerita tentang mantan pacarku yang hampir grepe-grepe aku?
Aldo: Iya, aku ingat kok Manda,
jadi itu Fredi ya? Atau mungkin mantan kamu yang lain?
Andela: Kak Aldo, Manda gak punya
mantan pacar selain Fredi.
Aldo: Yang bener nih, Manda?
Manda: Bener, kak Aldo, pokoknya
jangan bergaul dengan Fredi dan kak Joe deh.
Aldo: Emangnya Joe kenapa?
Frieska: Joe itu hampir mirip
sifatnya seperti Fredi, kak Aldo. Dia juga mesum, kadang-kadang nyolek cewek
yang lewat di dekatnya.
Aldo: Oh, jadi kalian bertiga
pernah dicolek oleh Fredi atau Joe?
Frieska: Untungnya kami bertiga
gak kena, kak Aldo.
Andela: Karena kami selalu
menghindar kalau lihat mereka berdua, kami udah tahu sifat mereka dari teman
kami di kelas yang lain.
Manda: Pokoknya kak Aldo jangan
bergaul dengan mereka berdua deh, nanti kak Aldo malah ketularan mereka.
Aldo: Haha, tenang aja, aku juga
baru kenal mereka berdua tadi, lagipula aku mau tahu tentang mereka karena tadi
si Fredi sempat bercanda mau rebut Shania dariku.
Frieska: Tuh kan, kak Aldo juga
jagain Shania biar mereka berdua gak godain.
Aldo memanggut-manggut, waktu
istirahat pun habis dan keempat murid SMA itu kembali ke kelasnya
masing-masing.
Aldo’s dream end.
Selasa pagi di kantin SMA Velidan
01 ketika waktu istirahat pertama, Aldo sudah selesai makan di meja untuk 6
orang, di samping kanan dan kirinya ada Jaka dan Hilman yang pergi ke kantin
bareng dan bertemu Aldo sehingga mereka mengajak duduk bareng.
Aldo: Gue mau nanya nih, kalian
gak musuhan kan di luar sekolah? Soalnya kan bisa aja kalian pura-pura berdamai
di depan gue dan teman-teman sekelas yang lain, tapi bermusuhan di belakang
kami semua.
Jaka: Ya enggaklah Do, ngapain
juga kami pura-pura, akting gue jelek jadi pasti akan ketahuan.
Hilman: Betul tuh kata Jaka,
kalau elu gak percaya, Do, gue kasih sebuah jaminan deh.
Aldo: Jaminan apaan, Man?
Hilman: Kalau gue dan Jaka
ternyata pura-pura berbaikan, ban mobilnya Devin kempes hari ini, hahaha.
Jaka: Bener tuh Do, gimana
jaminan yang diberikan Hilman? Mantap kan, ahahaha.
Aldo: Hehehe, monyong. Yaudah,
gue pegang omongan kalian.
Lalu datanglah Marvin dan Feri
ikut duduk bareng mereka bertiga.
Marvin: Hai, abang-abang kelas,
boleh kami ikut duduk?
Feri: Kalian teman-teman
sekelasnya Reno kan? Kami numpang tempat duduk ya, soalnya tempat duduk lain
sudah penuh.
Jaka: Silahkan aja, toh gak ada nama
di kursi itu, hehehe.
Hilman: Iya, silahkan aja, buruan
makan sebelum dingin tuh makanan kalian.
Marvin dan Feri tersenyum lalu
mereka duduk di hadapan Aldo, Jaka, dan Hilman. Ketiga siswa itu melongo karena
melihat cara makan Marvin dan Feri seperti orang yang tidak makan selama
seminggu. Setelah mereka selesai makan, barulah mereka memperkenalkan diri pada
Aldo, Jaka, dan Hilman.
Marvin: Aldo, lu waktu itu kenapa
gak ikut OSIS?
Aldo: Oh, sejujurnya sih waktu
itu ada masalah sedikit dengan anggota OSIS yang cewek, sekelas dengan gue
orangnya. Tapi sekarang udah beres kok masalahnya, toh itu cuma masalah sepele.
Lagian gue juga gak suka ikut kegiatan OSIS.
Jaka: Bukannya kakak elu pernah
jadi anggota OSIS, Do?
Hilman: Iya Do, kenapa elu gak
jadi anggota OSIS aja? Kan sekarang juga masih bisa masuk.
Aldo: Ah, enggak deh, kalau gue
ikut kegiatan OSIS kan pasti pulangnya bisa sore terus, jadi kakak gue kesepian
di rumah nanti.
Feri: Do, gue denger-denger dari
Reno kalau elu....
Aldo: Iya, gue gak naik kelas,
bego kan gue, hahaha.
Feri: Gue gak bermaksud ngejek
elu Do, gue cuma mau menyampaikan rasa simpati juga.
Aldo: Oh, thanks ya bro.
Marvin: Gue juga, Do.
Aldo: Oke, thanks juga.
Kemudian Aldo melihat sesuatu
yang janggal, di sebuah meja rapat dinding yang diduduki Frieska, Manda, dan
Andela. Itu karena tiba-tiba Joe dan Fredi yang duduk tak jauh dari para gadis
itu berpindah duduk bareng mereka.
Marvin: Do, lu ngelihatin apa?
Aldo: Itu siapa sih, 2 cowok yang
tiba-tiba pindah duduk dengan 3 cewek itu?
Perhatian Jaka, Hilman, Feri, dan
Marvin teralih ke meja itu.
Feri: Waduh, mulai beraksi lagi
nih si Joe.
Aldo: Feri, aksi apa yang lu
maksud?
Marvin: Aldo, itu Fredi dan Joe,
mereka juara 1 di kelas kami, 11 IPA 7 dan 12 IPA 7. Mereka suka menggodai
cewek-cewek yang cantik, apalagi kadang mereka colek-colek juga.
Feri: Mereka berdua juara 1 di
kompetisi OSN untuk tingkatan kelas 11 dan 12 periode lalu. (OSN=Olimpiade
Sains Nasional)
Aldo hanya terdiam sambil terus
memperhatikan Fredi dan Joe, terlihat olehnya kalau Fredi mulai mencolek dagu
Frieska yang duduk di sampingnya, Joe terkekeh sambil mencolek juga dagu Andela
yang duduk di sampingnya, ketiga gadis itu merasa risih tapi mereka hanya
menepis tangan nakal Fredi dan Joe yang menggodai mereka, tidak ada murid-murid
lain yang berani mengganggu kedua siswa mesum itu.
Beberapa kali 2 gadis itu
dicolek, Aldo mulai marah dan ia langsung beranjak untuk menghampiri meja itu.
Jaka dan Hilman terkejut, begitu juga Feri dan Marvin. Mereka mengikuti langkah
Aldo yang cepat.
Aldo langsung menangkap
tangan-tangan nakal Fredi dan Joe, ia lalu memelintirnya bersamaan yang membuat
kedua siswa itu meringis.
Fredi: Heh, lu siapa sih?
Joe: Apa urusannya dengan lu,
bangsat!
Fredi: Lu gak usah ikut campur
urusan kami, bro.
Aldo melepas tangan Fredi dan Joe
yang mulai mengurut pelan tangan mereka dengan sebelah tangan lain.
Aldo: Gue gak suka kalau elu berdua
main colek aja pada cewek. Gue harus ikut campur urusan lu berdua ini, babi!
Joe: Siapa sih elu, ngatur-ngatur
kami berdua, kenal juga kagak.
Fredi: Oh, nama lu Aldo, kalau
gak salah elu kan siswa yang gak naik kelas waktu itu kan?
Joe: Emang bener Fred?
Fredi: Yo’i bang. Lihat aja deh
tag-namenya, jelas-jelas nama siswa yang gak naik kelas waktu itu, hahaha.
Joe juga ikut tertawa, Aldo hanya
diam sementara Jaka, Hilman sudah mulai marah juga tapi mereka membiarkan ini
jadi urusan Aldo. Marvin dan Feri merasa bersalah karena teman sekelas mereka
membuat ulah lagi.
Aldo: Masih mending gue gak naik
kelas tapi punya moral, daripada lu berdua, gak punya moral.
Joe dan Fredi berhenti tertawa
dan memelototi Aldo.
Aldo: Gue minta lu berdua
hentikan tingkah amoral seperti tadi, atau bakalan gue patahin tangan lu
berdua.
Joe: Ow, main ngancam nih. Lu gak
bisa ngatur kami, karena lu bukan siapa-siapa kami.
Fredi: Hmm.. jangan-jangan
teman-teman elu mau bantu matahin tangan kami? Huh, pengecut.
Aldo: Gue bisa sendiri matahin
tangan kalian, kalau kalian gak berhenti berbuat seperti tadi.
Joe: Heh, lu denger ya, kami
berdua gak takut dengan ancaman lu ini. Tapi mungkin sebaiknya kami nantang elu
sesuatu, yang tidak melibatkan kontak fisik. Karena zaman sekarang sudah basi
kalau menyelesaikan masalah dengan kekerasan.
Fredi: Dan kalau elu setuju, kami
akan berhenti berbuat seperti tadi jika lu menang tantangannya.
Aldo: Oke, apa tantangan kalian?
Joe: Kami nantang lu untuk adu
kepintaran.
Fredi: Artinya, kalau nilai
rata-rata elu di kelas lebih tinggi dari kami berdua, lu menang.
Joe: Awal semester 2 nanti kita
tunjukkan hasilnya di rapor kita, kalau lu kalah sedikit poin saja dari gue
atau Fredi, lu dinyatakan kalah.
Fredi: Misalkan lu menang dari
bang Joe tapi kalah nilai dari gue, berarti lu tetap kalah. Atau lu menang dari
gue tapi kalah nilai dari bang Joe, jadi lu dinyatakan kalah.
Joe: Jadi gimana, apa lu setuju?
Aldo: Oke, gue setuju, asalkan
kalian gak ganggu 3 siswi ini selama masa kompetisi.
Fredi: It’s fine buat kami, kalau
lu berbuat curang berarti lu kalah, begitu juga dengan kami.
Joe: Dan kalau lu kalah, lu akan
jadi pesuruh gue dan Fredi selama 3 bulan. Gimana, elu keberatan?
Aldo: Gue gak masalah dengan itu,
tantangan ini gue terima. Gue juga gak akan curang.
Joe: Yaudah, kita cabut Fred.
Fredi dan Joe melangkah pergi dari
kantin, kemudian Frieska buka suara.
Frieska: Kak Aldo, makasih ya.
Tapi kak Aldo kenapa mau terima tantangan itu?
Andela: Iya, kak Aldo, mereka
berdua itu juara OSN periode lalu.
Aldo: Udah, kalian gak usah
khawatir, aku yakin bisa menang.
Manda: Kak Aldo sepupunya Frieska
kan? Perkenalkan, namaku Manda.
Aldo: Manda, aku mau nanya nih,
Fredi itu mantan pacarmu ya?
Feri, Marvin, Jaka, Hilman, dan 3
gadis itu heran.
Manda: Bukan, kenapa kak Aldo
bisa berpikiran begitu?
Aldo: Soalnya kan cuma kamu yang
gak diganggu mereka berdua.
Jaka: Yaelah Do, jadi lu harap
Manda juga diganggu tadi?
Manda: Ih, amit-amit deh aku jadi
pacar cowok mesum seperti mereka. Tadi mungkin aku gak diganggu karena tadi aku
duduknya rapat dinding, jadi Andela yang kena ganggu.
Hilman: Atau kamu kurang cantik,
hahaha.
Manda: Ih, enak aja. Aku siswi
paling cantik di kelas.
Andela: Hihihi, mulai deh.
Aldo: Mulai apaan, Del?
Andela: Manda ini suka kepedean,
jadi mungkin 2 cowok mesum sudah tahu itu makanya males ganggu dia.
Mereka semua tertawa ringan pada
Manda yang cemberut, Aldo nampak memikirkan sesuatu.
Aldo(berpikir): Hmm.. sifat Joe
dan Fredi ternyata seperti ini, apa mungkin di mimpi mereka berpura-pura? Dan
kenyataannya Manda gak pernah pacaran dengan Fredi, untung aku tadi bisa mengelak
jadi mereka gak nanya-nanya lagi darimana aku bisa mengetahui itu.
Jaka: Woi, Do, melamun aja lu,
jadi gimana?
Aldo: Gimana apanya?
Jaka: Perlu bantuan gak?
Aldo: Bantuan apa Jak?
Hilman: Kami bisa bantu elu biar
menang, kan lu tahu kalau lawan lu ini gak bisa diremehkan.
Feri: Iya Do, gue sebagai teman
sekelasnya Joe tahu betul berapa nilai rata-ratanya di kelas, tidak pernah
lebih rendah dari 88.
Marvin: Kalau gue teman
sekelasnya Fredi, gue pernah tahu kalau nilai rata-rata dia pernah menembus
angka 90.
Aldo: Memangnya kalian bisa bantu
bagaimana?
TO BE CONTINUED...
By: E.D.
Komentar
Posting Komentar