Between Dream And Reality, Part 18

Part 18: Young Couple

Lamunan Aldo dihentikan oleh tepukan seorang siswi yang baru datang dan duduk di sampingnya. Ia pun menoleh dan mendapati Sinka duduk sebangku dengannya.

Aldo: Eh, Sinka, kamu sejak kapan disini?

Sinka: Dari semenit yang lalu, Aldo. Kamu kenapa sih tadi melamun? Bukan mikirin cewek lain selain kak Naomi kan?

Aldo: Aku tadi mikirin kak Melody, dia tidak seperti biasanya mau bareng aku ke sekolah, tadi aku diantar pakai mobilnya.

Sinka: Oh gitu, memangnya kamu jarang bareng kakak kamu kalau berangkat ke sekolah?

Aldo: Dulu sih selalu, ketika kak Melody kelas 12 dan aku kelas 10 sekelas dengan Naomi. Kadang dengan motorku, kadang dengan mobilnya kak Melody. Tapi sejak aku masuk kelas 10 IPA 3, kami gak pernah bareng lagi, baru tadi pagi berangkat bareng, kak Melody ke kampus.

Sinka: Emm, jadi itu apakah kakak kamu marah padamu karena kamu tinggal kelas? Terus kenapa kakak kamu ke kampus hari ini? Bukannya belum mulai kuliah ya? Kak Naomi aja baru mau daftar di ORACLE university besok.

Aldo: Kak Melody gak marah padaku kok waktu itu, hanya saja kan aku lebih cepat berangkat ke sekolah, sedangkan dia sekitar jam 8 pagi baru kuliahnya dimulai. Dia ke kampus hari ini karena mau lihat papan pengumuman, untuk mencari kelas Psikologi di ruangan yang mana.

Sinka: Hmm, gitu rupanya. Kamu besok mau temani kak Naomi ke kampus kan?

Aldo: Iya, pasti dong. Aku beritahu dia dulu ya.

Sinka mengangguk, ia mengeluarkan buku kimia dari dalam tasnya dan mulai membaca bab pertama. Sedangkan Aldo mengeluarkan smartphone dari saku celana abu-abu sebelah kanan, ia memulai percakapan LINE dengan tunangannya.

Aldo: Hai sayang, udah bangun?

Naomi: Udah dong, kan aku juru masak di rumah, jadi harus bangun cepat. Awas, jangan ngeledek ya!

Aldo: Hahah, untuk apa aku meledek, kan aku udah tahu soal itu sejak kita kelas 10 bareng. Kamu besok mau ke kampus ya? Aku yang antar ya.

Naomi: Oke, besok siang jam 12.30 sehabis makan siang ya. Oh iya, aku mau nanya, kamu duduk sebangku dengan cowok atau cewek?

Aldo: Aku duduk sebangku dengan Sinka, honey. Lagian kalau aku duduk sebangku dengan cewek lain, kamu gak usah khawatir, hati aku kan sudah kamu curi jadi cewek lain gak akan punya kesempatan hehehe.

Naomi: Hihi, bisa aja deh kamu, pagi-pagi sudah gombal. Aku mau ingatin, kamu kan udah tunangan dengan aku, jadi awas ya kalau kamu gombalin cewek lain!

Aldo: Iya, enggak bakalan, sejak kita pacaran aku sudah gak gombal ke cewek lain.

Naomi: Hmm, yakin nih? Aku pernah diberitahu Frieska dan Rona kalau kamu gombal ke cewek lain, kalau Frieska bilang kamu gombalin teman sekelasnya, cewek bernama Manda, kalau Rona bilang kamu gombalin dia.

Aldo: Eh, itu...

Naomi: AYO ngaku, hemmm ! Kalau enggak ngaku, aku nanti ‘aniaya’ kamu.

Aldo: Aduh, iya Omi sayang, aku ngaku emang pernah gombalin mereka, maafin aku ya, please.

Naomi: Aku maafin kamu, tapi kalau kamu gombal ke cewek lain lagi, aku hukum kamu!

Aldo: Oke, aku janji gak akan gombal ke cewek lain lagi sayang. Sekali lagi maaf ya.

Naomi: Yasudah, kamu simak pelajaran yang benar. Aku tunggu kamu besok ya. I Love You.

Aldo: I Love You too, Omi.

Sehabis itu, Aldo juga mengirim SMS pada Frieska membicarakan hal tadi.

Aldo: Dedek Mpris, kamu dimana?

Frieska: Ih, kak Aldo. Ngagetin aja, aku lagi ada di dalam kelas dong, lagi ngobrol sama teman-teman. Kenapa?

Aldo: Kamu beritahu Naomi ya soal Kakak gombalin Manda waktu itu?

Frieska: Hihi, iya kak Aldo, aku keceplosan soalnya waktu itu kak Naomi nanyain. Maaf ya.

Aldo: Hhh, yasudah deh. Ngomong-ngomong kamu dan teman-teman kamu gak digangguin Fredi dan Joe lagi kan?

Frieska: Hmm, enggak tuh, tapi aku gak tahu deh apakah mereka masih ‘hobi’ begitu karena aku jarang ke kantin di akhir semester lalu.

Aldo: Oke, Kakak akan pantau sendiri soal Fredi, kalau Joe kan gak bisa lagi karena dia sudah lulus. Udah ya, kamu lanjut aja ngobrol sama teman-teman kamu.

Tidak ada balasan lagi dari Frieska, Aldo sekarang melihat kalau kelasnya sudah banyak murid berdatangan, dan sebentar lagi jam pelajaran pertama akan dimulai.

Ketika jam pelajaran pertama dimulai, seorang guru datang ke kelas itu dan rupanya adalah Pak Salihin, guru pelajaran Sejarah.

Pak Salihin: Anak-anak, Bapak adalah wali kelas kalian. Sekarang Bapak akan menunjuk beberapa calon ketua kelas, wakil ketua kelas, sekretaris, dan bendahara. Kalian yang voting dan tidak boleh vote 2 kali, juga tidak boleh ‘golput’. Mengerti?

Semua murid: Mengerti, Pak!

Voting itu dilaksanakan dengan unik, yaitu seorang calon tidak boleh memilih dirinya sendiri. Dari hasil voting ketua dan wakil ketua kelas, Aldo menjadi pemenang dengan 18 suara, karena Indra hanya dapat 12 suara dan Derry 10 suara. Dan otomatis wakil ketua kelas adalah Indra. Dari hasil voting sekretaris, Jeje menjadi pemenang karena memperoleh 21 suara, mengalahkan Sinka yang dapat 10 suara, dan mantan sekretaris tahun ajaran lalu Shania dengan 9 suara sisanya. Sedangkan di hasil pemilihan bendahara, Sonya jadi pemenang dengan 16 suara, unggul dari Vania dan mantan bendahara tahun ajaran lalu yaitu Marsya yang sama-sama memperoleh 12 suara.

Pak Salihin: Oke anak-anak, Bapak bacakan sekali lagi hasilnya: ketua kelas untuk tahun ajaran ini adalah Aldo, sedangkan Indra jadi wakilnya, sekretaris kelas adalah Jeje, dan bendahara kelas Sonya. Sekarang mari kita mulai pelajaran pertama hari ini.

Pelajaran pertama di kelas IPA itu dimulai, yaitu pelajaran Sejarah. Di tahun ajaran ini lagi-lagi upacara sekolah ditiadakan, karena itulah murid-murid banyak yang merasa senang, ada beberapa juga yang merasa kecewa karena harus menjalani jam pelajaran lebih cepat.

~---------------------0-O-0---------------------~

Waktu istirahat pertama, Aldo diajak kumpul di barisan belakang, kerumunan murid cowok kelas itu. Indra yang memang duduk di barisan belakang memanggilnya untuk bergabung.

Aldo: Ada apa nih Dra?

Indra: Ini loh Do, si William mau tanya sesuatu pada elu.

Aldo: Mau nanya apa Wil?

William: Ckckck, memang gue yang mau nanya, tapi juga mewakili mereka semua, jadi elu jangan marah ya Do.

Aldo: Ya tergantung apa yang elu mau tanyain lah, lagian elu semua jahil banget deh ‘mengumpani’ William untuk gue marahi, hahaha.

Para murid cowok tertawa, kecuali William yang memiringkan bibir, barulah ia buka suara lagi.

William: Do, gue mau nanya nih, elu tinggal di rumah cuma dengan kakak elu ya?

Aldo: Iya, kenapa emangnya?

William: Jadi berarti yang bersih-bersih rumah kakak elu ya?

Aldo: Enggak juga, gue setiap hari Sabtu dan Minggu juga bantu kakak gue bersih-bersih, misalkan kakak gue nyapu jadi gue yang ngepel.

William: Oh gitu, terus kakak elu yang masak makanan?

Aldo: Ya iyalah, gue kan gak bisa masak kecuali mie instan.

William: Berarti...

Aldo: Berarti apaan Wil?

William: Kalau memang begitu, berarti elu seperti punya istri dong, yaitu kakak elu.

Aldo terlihat melamun, mereka semua menunggu reaksinya terutama William yang was-was karena melontarkan pertanyaan yang selama ini ingin dihindari Aldo, mengenai dirinya yang hanya tinggal berdua dengan kakaknya yaitu Melody. Tak lama kemudian Aldo tertawa ringan, William dan yang lain terheran.

Aldo: Ahahah, bener juga sih, tapi gue dan kakak gue gak bersikap aneh-aneh kok, meskipun kami cuma tinggal berdua. Kecuali...

Derry: Kecuali apa, Do?

Aldo: Kecuali kalau ada iblis penghasut, kayak si William hahaha.

Mereka semua menertawai William, dan William menoyor pelan kepala Aldo sambil bersungut-sungut.

William: Kampret, kok malah gue dijadikan iblis.

Aldo: Ahahaha, habisnya elu Wil yang tanya soal itu.

William: Ckckck, nyesel gue nanya itu tadi, kalian semua sih desak gue untuk nanyain.

Yudha: Hahaha, Wil, kan elu cocok jadi umpannya, elu berpredikat ‘master kemesuman’. Toh daritadi gue yakin kalau Aldo gak akan marah.

Aldo: Iya Yud, tapi gue bisa pinjam tangan Indra buat geplak elu kan?

Indra: Dengan senang hati, Do, jadi mau digeplak di mana nih Yud? Jidat atau pipi?

Yudha: Yaelah, gitu amat Do, nanti gue masuk UKS kalau digeplak Indra.

Mereka kini menertawai Yudha yang mengeluh, kemudian Tejo buka suara.

Tejo: Do, gue pernah mimpi kalau elu sudah tunangan dengan Shania.

Mereka semua terkejut, terutama Aldo, dan Derry juga ikut bicara.

Derry: Wah, gue juga Do, beberapa kali gue mimpi elu pacaran dengan Shania terus tunangan sebelum kelas 12.

Kini satu persatu dari murid cowok di kelas itu mengatakan ‘Gue juga pernah mimpi begitu, Do’ sehingga Aldo makin terheran, ia segera bertanya.

Aldo: Kalian mimpinya kapan?

Heru: Kalau gue sih terakhir mimpi tentang elu dengan Shania 2 hari lalu.

Bagus: Gue sih terakhir kali mimpi begitu kalau gak salah 5 hari yang lalu.

Aldo mendapat informasi mengenai teman-temannya yang masuk ke kehidupan mimpinya, selama liburan atau bahkan setelah malam pertunangannya dengan Naomi. Ia berpikir mungkin saja itu penyebab ia tidak melanjutkan kehidupan mimpi itu karena ada teman-temannya yang bermimpi atau bisa dikatakan ‘mengunjungi’ kehidupan mimpinya Aldo.

Mereka mengakhiri pembicaraan itu ketika Bagus mulai mengalihkan topik obrolan ke pelajaran Sejarah tadi, karena mereka banyak yang diam-diam menguap di pelajaran wali kelas mereka. Aldo permisi pada teman-temannya untuk ke kantin, sekedar jalan-jalan. Ia juga sebenarnya ingin memantau kantin untuk memastikan Fredi tidak ‘mencari korban’.

Sesampainya di kantin, Aldo duduk di meja untuk 4 orang yang rapat dengan dinding, dilihatnya sekeliling dan belum menemukan sosok Fredi, tiba-tiba ada 2 siswi SMA yang duduk di hadapannya, yaitu Gre dan Violet.

Gre: Kak Aldo, boleh kan kami duduk disini?

Aldo: Silahkan aja, toh kalian udah terlanjur duduk, hahaha.

Violet: Kak Aldo, kami makan dulu ya.

Aldo mengangguk, dan kedua gadis itu mulai menyantap makanannya. Aldo celingak-celinguk di sekeliling kantin itu tapi tetap tidak menemukan sosok Fredi. Ia lalu mengirim SMS pada tunangannya.

Aldo: Omi sayang, aku lagi di kantin nih, ditemani adik-adiknya kak Ve.

Naomi: Hah? Maksud kamu honey, Gre dan Violet?

Aldo: Iya, mereka berdua, siapa lagi. Aku sekarang memberitahu kamu biar kamu gak cemburu, daripada kamu tahu dari orang lain setelah ini, kalau aku duduk bersama mereka, nanti kamu salah paham dan cemburu, terus gak mau ketemu aku, jadinya hari-hariku nanti bisa terasa hampa.

Naomi: Oh... so sweet deh, iya aku gak cemburu kok, hihi. Memangnya Violet sekolah disana, honey?

Aldo: Aku dengar dari kak Rendy sih, Violet memang berencana pindah kesini setelah lulus SMP, kak Ve yang minta sendiri pada Vio agar dia ada yang jagain, yaitu Gre. Tapi kak Rendy juga minta aku jagain Vio dari cowok-cowok di sekolah ini.

Naomi: Oh, gitu. Lalu kamu dapat gaji berapa sebagai bodyguard-nya Vio, hihi.

Aldo: Ckckck Omi, ya enggak sepeserpun lah, aku kan ‘bodyguard tak resmi’.

Naomi: Hahaha, iya juga sih.

Aldo: Yasudah, itu aja yang aku mau beritahu pada kamu. Oh iya, satu lagi, I Love You.

Naomi: I Love You too. Oke, silahkan lanjutkan ‘selingkuh’nya hihi.

Pesan balasan Naomi yang terakhir itu disertai emoticon memberi ciuman, Aldo tidak membalas lagi, ia tertawa ringan terhadap candaan yang sering dilakukan tunangannya itu ketika ia bersama cewek lain selain Sinka dan Melody.

Gre: Kak Aldo kenapa tertawa? SMS-an dengan siapa?

Aldo: Aku habis SMS-an dengan tunanganku, Gre.

Gre: Oh, kak Naomi rupanya, cieee senang banget kayaknya.

Aldo: Hahaha, bukan kayaknya kok, emang senang banget. Oh iya, Vio, aku mau nanya nih, kamu kelas IPA atau IPS?

Violet: Aku awalnya sih mau masuk IPS, tapi kak Ve menyarankan aku masuk jurusan IPA, ehe.

Aldo: Oh, jadi kamu sudah punya teman di kelasmu?

Violet: Ya... aku sudah punya beberapa teman, Kak. Tapi tadi yang ngajak aku kenalan lebih banyak cowok daripada cewek.

Aldo: Hmm, wajar sih, kata kak Rendy kamu cantik jadi pasti akan diajak kenalan oleh cowok-cowok, eh ternyata benar, ahaha.

Violet sedikit tersipu, sedangkan Gre cemberut.

Gre: Ih, kak Aldo udah tunangan masih aja gombal.

Aldo: Tadi kan aku bilang kata kak Rendy, Gre. Berarti bukan aku yang gombal.

Gre: Hihi, ngeles aja.

Setelah mengobrol sebentar, waktu istirahat ternyata habis, Gre dan Violet duluan ke kelas masing-masing sementara Aldo berjalan dengan pelan ke kelasnya karena ia masih memikirkan sikap aneh yang tadi pagi ditunjukkan kakaknya.

~---------------------0-O-0---------------------~

Sepulang sekolah, Aldo menerima SMS dari kakaknya yang ternyata menunggu di parkiran mobil sekolah itu sejak pukul 9 pagi. Aldo heran kenapa kakaknya mau menunggu berjam-jam di parkiran, tidak langsung pulang. Ketika sudah sampai di samping mobil Melody, Aldo melihat kakaknya duduk di samping kursi pengemudi sambil memainkan smartphone, yang artinya Aldo diminta untuk menyetir. Ia mulai berbicara pada Melody sehabis duduk di kursi pengemudi dan menutup pintu mobil.

Aldo: Kakak gak bosan nunggu berjam-jam disini?

Melody: Enggak dek, Kakak dari tadi beberapa kali disapa murid-murid di sekolah ini, dan Kakak juga mencari lagu-lagu favorit di internet. Kalau Kakak pulang, kamu nanti gak ada yang jemput.

Aldo: Aku kan bisa nebeng teman, Kak.

Melody: Aldo, Kakak juga malas bolak-balik karena Kakak mau belanja kebutuhan kita nanti di minimarket langganan. Jadi Kakak nungguin kamu aja deh tadi. Pasang sabuk pengamanmu, dek. Lalu kita jalan ke sana sebelum pulang.

Aldo menuruti perkataan Melody, ia memasang sabuk pengaman sebelum mulai menjalankan mobil keluar parkiran dan melaju menuju minimarket yang biasa mereka datangi, sesampainya disana ia memarkirkan mobil di parkiran dekat minimarket tersebut, lalu Melody mengajaknya ke dalam minimarket.

Aldo agak canggung karena Melody menggandengnya erat dengan tangan kanan, sementara tangan kiri memegang keranjang belanjaan dan pandangannya mengitari rak-rak setinggi 2 meter di dalam minimarket itu. Beberapa pengunjung melihat mereka berdua dan mengira mereka adalah pasangan kekasih, karena terlihat seperti seorang mahasiswi yang pacaran dengan seorang siswa SMA.

Seperti biasa, Melody yang memilih barang-barang kebutuhan mereka sehari-hari. Aldo bisa mencium aroma parfum kakaknya, karena itulah dia sedikit grogi menyadari pandangan para pengunjung lain mengarah pada mereka.

Di tempat lain, Harris sedang melajukan motornya untuk pulang sehabis mendaftar di ORACLE university, ia memasuki sebuah komplek perumahan dengan lebar jalan hanya 5 meter, dan melihat jelas ada sebuah mobil terparkir di tengah jalan, dengan 2 orang gadis berseragam SMA terlihat kebingungan. Harris memberhentikan motornya di dekat mereka.

Harris: Emm, permisi, kalian kenapa gak pulang ke rumah?

Gadis 1: Eh, mas. Boleh kami minta tolong?

Harris: Minta tolong apa?

Gadis 2: Ini loh mas, mobil teman saya mogok tiba-tiba, kami jadinya gak bisa pulang deh. Tolong periksa dong, baru kali ini mobilnya mogok.

Harris: Oh, sebentar ya, coba aku periksa.

Harris turun dari motornya, ia berjalan menuju depan mobil itu dan membuka kap mobilnya. Setelah melihat beberapa bagian mesin, ia lalu mengutak-atik sedikit dan menutup kembali kap mobil itu.

Harris: Coba distart mobilnya, untuk lihat bisa nyala atau enggak.

Gadis pemilik mobil itu lalu mencoba menyalakan mobil dan ternyata bisa, kedua gadis itu tentu senang.

Gadis 2: Wah, makasih ya mas. Oh iya, perkenalkan namaku Nadhifa Salsabila, sering dipanggil Nadse.

Harris menyambut uluran tangan Nadse, kemudian gadis pemilik mobil juga ikut mengulurkan tangannya untuk berkenalan.

Gadis 1: Mas, kalau namaku Kamelia Rica Haddy, biasa dipanggil Kamel atau Melia. Nama mas siapa ya?

Harris: Namaku Harris, aku alumni sekolah Velidan 01. Kalian sekolah dimana?

Nadse: Kami sekolah di SMA Velidan 02, Kak Harris.

Kamel: Iya Kak, kami sekarang kelas 3 SMA. Kak Harris sudah semester berapa kuliahnya?

Harris: Oh, aku baru tadi daftar kok, jadi nanti bulan September baru mulai kuliah semester 1.

Nadse dan Kamel memanggut-manggut, mereka mengucapkan terima kasih sekali lagi pada Harris, kemudian permisi untuk pulang terlebih dahulu. Setelah mobil Kamel menjauh, Harris kembali duduk di motornya dan melanjutkan perjalanannya pulang ke rumah.

Di sebuah jalan raya ketika lampu merah, Melody sedang menguap, lalu Aldo menanyainya.

Aldo: Kakak ngantuk ya?

Melody: Hmm, sedikit sih. Kakak mau tidur dulu ya, nanti kalau sudah sampai rumah kamu bangunin.

Aldo mengangguk, beberapa detik kemudian ia melihat Melody sudah memejamkan mata dan sepertinya mulai tertidur. Ia menjalankan mobilnya perlahan setelah lampu hijau jalan raya menyala, dan dengan laju pelan mereka pun sampai di depan rumah sekitar 10 menit kemudian. Aldo melihat waktu di smartphone-nya, dan ternyata sudah jam 3:19 sore. Ia berniat membangunkan Melody, tapi tidak sanggup karena mendengar dengkuran kecil dari kakaknya.

Pria remaja itu membawa 2 kantong plastik belanjaan di kursi belakang mobil ke dalam rumah, dan meletakkannya di sofa ruang tamu. Setelah itu ia kembali ke luar rumah dan membuka pintu mobil di samping Melody yang tertidur pulas. Aldo dengan perlahan menggendong kakaknya dari mobil menuju kamar kakaknya di lantai 1. Di kehidupan nyata memang kamar kakaknya ada di lantai 1, hanya di kehidupan mimpi kamar Melody ada di lantai 2.

Aldo mengingat kejadian ini, yaitu ketika ia menggendong Melody di dalam mimpi, hanya saja waktu dan keadaannya berbeda. Ia menyelimuti kakaknya sehabis membaringkan wanita yang pernah dicintainya di kehidupan mimpi ke kasur springbed di kamar lantai 1 itu. Terlihat jelas oleh Aldo kalau Melody lelah, mungkin karena tadi berkeliling di dalam minimarket yang beraneka ragam produknya.

Setelah memandangi wajah kakaknya sebentar, Aldo keluar dari kamar Melody dan menutup pelan pintunya, ia pergi ke kamarnya di lantai 2 untuk berganti baju, hidungnya menangkap sedikit aroma parfum kakaknya yang menempel ketika tadi menggendong Melody.

Aldo menelpon Naomi sehabis berganti pakaian, ia memberitahu tentang aktivitasnya sepulang sekolah, termasuk juga menggendong Melody ke kamar.

Naomi: Hmm, kalau kamu tadi gendong kak Melody, kamu kapan mau gendong aku?

Aldo: Hahaha, kapanpun kamu mau, aku bisa kok, Omi sayang. Tapi situasi dan kondisi harus tepat, daripada kita jadi pusat perhatian banyak orang, iya gak?

Naomi: Iya, hihihi, kapan-kapan ya honey.

Perbincangan di telepon itu pun berakhir beberapa menit kemudian, Aldo pergi ke bawah dan menonton TV dengan duduk di samping kantong plastik belanjaan tadi.

Tak lama kemudian, Melody keluar dari kamarnya dan mengucek-ucek mata sebentar, kemudian menghampiri Aldo di ruang tamu.

Melody: Dek, kamu tadi kok gak bangunin Kakak?

Aldo: Habisnya aku lihat Kakak sepertinya capek sekali, jadi aku gak tega deh.

Melody tersenyum pada pria remaja itu, ia mencium pipi kanan Aldo kemudian menenteng 2 kantong plastik belanjaan ke dapur. Aldo melongo karena terkejut akan perlakuan Melody, pertama kalinya ia dicium di pipi oleh kakaknya.

~---------------------0-O-0---------------------~

Keesokan harinya sepulang sekolah, selagi menunggu Naomi di parkiran motor, Aldo memberitahu Melody tentang rencananya mengantar Naomi untuk pendaftaran kampus dan juga ajakan Naomi untuk makan siang bersama Naomi dan Sinka. Setelah selesai memberitahu kakaknya, Aldo disapa tunangannya.

Naomi: Hai honey, Sinka sudah di mobil. Kamu langsung ke rumahku ya.

Aldo hanya mengangguk sambil tersenyum. Naomi kemudian pergi ke parkiran mobil sedangkan Aldo memakai helm-nya, dan menyalakan motor. Ia melajukan motornya mengikuti mobil Naomi menuju rumah tunangannya itu.

Mereka makan siang dengan masakan Naomi, Aldo memuji masakan tunangannya yang membuat Naomi tersenyum penuh sukacita, Sinka juga senang karena Aldo tidak menggombal untuk memuji masakan kakaknya.

Seusai makan siang, Aldo dan Naomi berangkat ke ORACLE university dengan motornya Aldo, dan mereka tiba sekitar 18 menit kemudian. Naomi masuk ke dalam kawasan kampus itu sedangkan Aldo menunggu di dekat gerbang yang terbuka. Ia memang diperbolehkan masuk, tapi ia memilih menunggu untuk melihat-lihat suasana kampus.

Sekitar 10 menit kemudian, Aldo melihat di dekat tangga kampus ada 2 orang yang berpakaian layaknya mahasiswa sedang berbicara dengan Naomi yang memasang wajah judes.

Mahasiswa 1: Hai cantik, kamu baru daftar ya tadi?

Mahasiswa 2: Senyum dong cantik, jangan judes begitu.

Naomi: Maaf, aku mau pulang, pacarku udah nunggu.

Mahasiswa 1: Kenalan dulu dong sayang, namaku Umar, aku mahasiswa semester 3 jurusan kedokteran bulan September nanti.

Mahasiswa 2: Kalau namaku Rahman, cantik. Aku juga semester 3, sama jurusan dengan Umar. Kalau kamu memang punya pacar, dimana dia? Kok gak menemani kamu untuk daftar?

Naomi: Itu bukan urusan kalian, tolong minggir.

Akan tetapi Umar dan Rahman tetap tidak membiarkan Naomi lewat, Naomi mulai merasa risih tapi ia melihat sosok Aldo di belakang 2 seniornya ini.

Aldo: Woi, biarkan cewek gue lewat.

Rahman dan Umar menoleh, mereka berdua memandang heran pada seorang siswa SMA yang matanya melotot pada mereka. Naomi berjalan sampai di samping kanan Aldo.

Naomi: Ini pacarku, jadi kalian jangan ganggu aku.

Rahman: Kamu gak salah, pacaran dengan anak SMA?

Naomi: Dia seumuran dengan aku, sudahlah ini bukan urusan kalian. Yuk sayang, kita pergi aja.

Aldo hanya mengikuti langkah Naomi yang menggandengnya untuk pergi. Rahman dan Umar kembali bicara.

Rahman: Kalau dia seumuran denganmu, berarti dia tinggal kelas kan makanya masih SMA.

Umar: Atau kamu bohong, cantik. Jangan-jangan kamu suka pacaran dengan berondong, hahaha.

Aldo menghentikan langkahnya sehingga langkah Naomi ikut berhenti. Mereka kini berjarak beberapa anak tangga dari kedua mahasiswa itu.

Naomi: Kenapa, honey?

Aldo: Kamu tunggu bentar ya.

Aldo melepaskan gandengan tangan Naomi, ia berbalik naik tangga dan langsung mencengkeram kerah baju Umar.

Aldo: Maksud lu apa tadi, hmm?

Umar: Lu budek ya, gue barusan bilang elu adalah berondong, gue gak nyangka cewek secantik pacar elu rupanya lebih memilih pacaran dengan berondong seperti elu.

Aldo langsung meninju pipi kiri Umar, yang membuat mahasiswa itu tumbang, Rahman membantunya berdiri dan Umar hendak membalas pukulan Aldo tetapi tidak jadi karena mendengar suara seseorang dari belakangnya, seorang mahasiswa lain.

Mahasiswa 3: Ada apa ini?

Rahman: Eh, bang Kris, ini loh ada murid SMA yang mukul Umar.

Umar: Iya nih bang Kris, dia mukul gue barusan.

Kris: Eh, Aldo, elu rupanya. Apa kabar?

Aldo: Hmm, kabarku baik, bang Kris. Aku mukul dia tadi karena dia bilang cewekku doyan pacaran dengan berondong, padahal jelas-jelas kami seumuran.

Kris: Oh, masalahnya itu rupanya.

Naomi sudah menghampiri Aldo dan berada di sampingnya.

Aldo: Bang Kris, kenalin ini tunanganku, Naomi.

Kris: Wah, ini rupanya tunangan elu Do. Maaf ya, gue gak datang waktu acara itu.

Kris dan Naomi berjabat tangan sejenak sambil menyebut nama masing-masing.

Rahman: Bang Kris, elu kenal dengan siswa SMA yang gak naik kelas ini?

Kris: Elu diam aja, gak usah ngejek dia karena gak naik kelas.

Rahman dan Umar merasakan ada nada marah dari ucapan Kris, mahasiswa senior mereka sehingga mereka tidak bicara lagi.

Aldo: Bang Kris sekarang semester berapa? Kuliah di jurusan apa?

Kris: Gue kuliah ngambil jurusan Arsitektur, Do. Bulan September nanti semester 5. Gue minta maaf ya kalau pacar elu, eh tunangan elu tadi digangguin mereka berdua.

Kris menadahkan kepala pada Rahman dan Umar yang masih bungkam, Aldo melihat mereka kemudian kembali memandang Kris.

Aldo: Oh, aku udah gak marah kok bang, karena tadi aku sudah mukul salah satu dari mereka.

Kris: Hmm, maaf ya Do, mereka emang suka godain calon mahasiswi, kemarin juga ada beberapa calon mahasiswi yang mereka godain.

Aldo: Oke gak apa-apa kok bang, aku pamit mau pulang dulu ya, tunanganku udah merengek minta pulang karena cuaca panas, heheh.

Naomi yang dari tadi diam kemudian mencubit pinggang Aldo, Kris tertawa melihat Aldo mengaduh.

Aldo: Aduh Omi, kenapa sih?

Naomi: Kamu barusan bilang aku merengek, enak aja, siapa yang merengek.

Aldo: Hehe, bercanda sayang.

Pasangan itu berpamitan untuk pulang, Aldo menggandeng Naomi menuruni tangga kampus dan mereka melangkah keluar gerbang kampus, Kris melambaikan tangan pada Aldo yang sudah mengenakan helm dan dipeluk Naomi di motornya. Setelah motor Aldo tidak terlihat, barulah Kris bicara pada Rahman dan Umar.

Kris: Hei, kalian berdua, sebaiknya jangan usik cewek yang tadi.

Rahman: Bang Kris kok kenal cowok tadi?

Kris: Gue kenal Aldo ketika dia SMP kelas 1, kami belajar kungfu di tempat yang sama, dan pelatih kami selalu dibuat takjub oleh dia.

Umar: Takjub bagaimana, bang?

Kris: Karena dia bisa meniru cara berantem Bruce Lee, kalian pasti tahu kan maksud gue. Dan gerakannya lincah sehingga para murid di tempat latihan juga terkagum-kagum dengan dia. Tapi dia sudah tidak latihan kungfu lagi sejak masuk kelas 1 SMA, dan dia tinggal kelas di akhir kelas 1 ketika itu.

Rahman: Hah, yang benar nih bang Kris? Jadi kok dia bisa tinggal kelas?

Kris: Penyebabnya adalah karena dia gak mengikuti ujian akhir semester ketika itu.

Umar: Kenapa dia gak ikut ujian, bang?

Kris: Karena ada tragedi beberapa minggu sebelum ujian waktu itu. Kedua orang tuanya meninggal dalam kecelakaan pesawat, sehingga ia sangat sedih dan tidak keluar rumah dalam kurun waktu itu.

Rahman dan Umar memikirkannya, mereka merasa iba, dan merenungkan andai mereka ada di posisi Aldo.

Di sebuah jalan raya tak jauh dari rumah Naomi, Aldo sedang menunggu lampu hijau menyala, Naomi menatap wajahnya dari balik pantulan kaca spion dan mulai bicara.

Naomi: Honey, kamu tadi gak usah menghiraukan perkataan mereka, aku gak peduli kok dengan tuduhan salah satu diantara mereka, karena itu kan tidak benar.

Aldo: Iya Omi sayang, tapi perkataan orang yang kupukul tadi gak enak didengar di telingaku, meskipun itu tidak benar tapi kan kesannya mengejek kamu.

Naomi tersenyum, ia menyandarkan kepala di punggung Aldo dan mempererat pelukan pada tunangannya. Tak lama berselang, lampu lalu lintas kembali hijau, dan Aldo melajukan motornya menuju rumah Naomi untuk mengantar tunangan tercintanya pulang.


TO BE CONTINUED...

By: E.D.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Between Dream And Reality, Part 12

GALLANT IMPACT, Chapter 25

GALLANT IMPACT, Chapter 29