GALLANT IMPACT, Chapter 9

Chapter 9: Childhood Friend

Hari minggu pun tiba, tanggal 5 Oktober 2014. Ricky sudah sampai di parkiran taman bermain, ia menunggu Akicha dan Ayana datang. Beberapa menit kemudian, Ricky yang duduk di motornya melihat mobil Akicha sudah sampai di parkiran itu. Akicha dan Ayana lalu keluar, Ricky segera menghampiri kedua gadis itu dan mereka bertiga sama-sama memasuki konter pembelian tiket masuk. Setelah membeli tiket untuk 3 orang, mereka segera mulai mencoba berbagai wahana di taman bermain itu. Salah satunya adalah rumah hantu, dan Ayana terlihat takut sedangkan Akicha dan Ricky biasa saja, mungkin karena hobi mereka menonton film horor. Saat keluar dari rumah hantu, Ayana akhirnya lega dan Akicha menenangkannya, Ricky tidak mengerti apa yang dibicarakan Akicha pada Ayana, tapi ia yakin kalau itu soal hantu-hantu di dalam tadi yang pastinya bohongan.


Di kejauhan tiga orang gadis sedang melihat wahana selanjutnya yang akan mereka coba, mereka bertiga rupanya Melody, Frieska, dan Nabilah. Tanpa disadari kedua adiknya, Melody melihat sedih saat Ricky sedang tertawa di samping Akicha yang berbicara pada Ayana. Ia berusaha tidak memikirkannya dan menemani kedua adiknya itu pergi ke wahana berikutnya.

Siangnya, Ricky beserta Akicha dan Ayana mencari stand makanan di area taman bermain itu, mereka bertiga pun makan nasi soto. Tak jauh dari situ juga di stand makanan lain ada Melody, Frieska, dan Nabilah. Sesekali Melody melirik ke tempat Ricky makan, Frieska heran siapa yang dilihat kakaknya itu tapi ia tidak akan menanyakan itu sekarang. Sedangkan Nabilah asyik dengan makanannya yang porsi paling banyak dibanding kedua kakaknya.

Usai makan siang, Ricky beserta Akicha dan Ayana kembali mencoba beberapa wahana lain hingga sore. Pukul setengah 5 sore mereka sudah berpisah dan pulang masing-masing. Ricky tiba di tempat kosnya pukul 5 sore, saat itu Akicha dan Ayana telah sampai di apartemen. Ricky mengetahuinya lewat pesan LINE dari Ayana.

Malam harinya setelah supper, Ricky sedang berbaring di kamarnya sambil chat LINE dengan Akicha, setelah chat itu selesai waktu menunjukkan pukul setengah 10 malam, Ricky lalu mengirim pesan LINE pada Michelle, untuk memberi kabar pada adiknya itu dan lalu ia tidur.

Senin pagi, Ricky seperti biasa berangkat kuliah, ia tidak langsung pergi ke kelasnya melainkan duduk di kantin Gedung Utara. Di suasana kantin yang sepi, ia mulai chatting LINE dengan Akicha. Saat chat itu berakhir karena Akicha mulai menyetir mobil, seseorang menepuk pundak Ricky dari belakang. Ricky menoleh lalu terkejut sekaligus senang. Karena orang itu adalah teman SMAnya juga, lebih tinggi dari Jonathan dan Ricky.

Ricky: Hei, Jeffrey. Apa kabar lu?

Mereka tos tangan dengan jari jempol, barulah Jeffrey duduk juga di samping Ricky.

Jeffrey: Kabar gue baik, Ricky. Lu gak bilang-bilang ya, kalau mau kuliah disini.

Ricky: Weehh, lu sendiri gak bilang juga kan. Kayaknya lu tambah tinggi, 2 meter ya?

Jeffrey: Hahaha, iya juga sih. Gak sampai 2 meter lah tinggi gue, kira-kira kurang selusin centi.

Ricky: Heheh, emang lu pernah ngukur?

Jeffrey: Ya terakhir gue ngukur sih begitu, sekitar 5 bulan yang lalu.

Ricky: Lu kuliah ngambil Fakultas apa, Jef?

Jeffrey: Gue ngambil Fakultas Seni dan Budaya, kuliahnya di Gedung Utara ini, kalau elu Ky?

Ricky: Gue sih Fakultas Psikologi, di Gedung Timur.

Jeffrey: Wah, sekarang lu semester berapa?

Ricky: Semester 5, lu sendiri?

Jeffrey: Sama, gue juga semester 5 Ky. Oh iya lu tahu gak ada teman-teman sekelas kita yang lain juga kuliah disini?

Ricky: Setahu gue sih ada Jonathan di Fakultas Teknologi, Gedung Barat.

Jeffrey: Waw, si Jo juga kuliah disini? Semester berapa dia?

Ricky: Sama juga, semester 5. Lalu ada Akicha juga semester 3 Fakultas Sastra Inggris.

Jeffrey: Hah, yang bener Ky?

Ricky: Iya, ngapain gue bohong. Dan Akicha jadi pacar gue sekarang.

Jeffrey: Haha, selamat ya Ky. Akhirnya lu punya pacar juga.

Ricky: Hehehe, thanks Jef. Pacar lu kuliah disini juga kan Jef?

Jeffrey: Iya dong, awalnya sih gue tahu dia mau kuliah di universitas Pamarang. Tapi gue terus bujuk dia dan akhirnya dia ikut gue juga kuliah disini, karena Fakultas yang mau dia ambil juga ada di universitas ini.

Ricky: Emang cewek elu ngambil Fakultas apa?

Jeffrey: Dia ngambil Fakultas Hukum, di Gedung Selatan.

Ricky: Oh, cocok deh, dia kelas IPS kan dulu?

Jeffrey: Iya, masih ingat aja lu. Jangan-jangan lu selingkuh dengan dia?

Ricky: Hahaha, ngaco lu Jef. Gue kan naksir Akicha dari SMA, mana mungkin gue selingkuh dengan pacar elu.

Jeffrey: Wah, lu ternyata diam-diam suka pada Akicha, tapi kok gak pacaran di SMA?

Ricky: Hmm, bisa gue bilang kalau gue belum siap pacaran waktu itu, hahaha.

Jeffrey: Hehehe, ada-ada aja lu Ky. Emangnya nikah, belum siap segala.

Ricky cengengesan, lalu melihat waktu di smartphone-nya menunjukkan 07:50 AM. Ia segera pamit pada Jeffrey untuk duluan ke kelasnya, Jeffrey tetap duduk di kantin karena kelasnya dimulai pukul 08:15.

Waktu istirahat pagi tiba, Ricky menuju kantin dan ia melihat Jeffrey bertemu Jonathan dan Agus. Ia membiarkan mereka berbincang-bincang karena dulu di masa SMA Jeffrey lebih akrab dengan Jonathan daripada dengannya.

Ricky pun mencari tempat duduk setelah makanan pesanannya selesai, dan ia menemukan satu tempat duduk kosong tepat di meja 2 orang, salah satunya sudah diduduki Melody. Karena semua meja sudah penuh, Ricky langsung saja menuju meja tempat Melody sedang makan.

Ricky: Hai, Mel. Boleh aku duduk?

Melody hanya mengangguk lalu melanjutkan makan, Ricky pun langsung duduk berhadapan dengan Melody, ia segera memberitahu Ayana soal ini agar Akicha tahu. Hari ini Akicha dan Ayana sudah duluan makan di apartemen. Lalu Ricky mulai makan juga.

Di meja tempat Jonathan dan Jeffrey berada, Jeffrey menatap heran ke Ricky yang duduk dengan seorang mahasiswi, yang bukanlah Akicha.

Jonathan: Kenapa, Jef? Lu lihatin apa?

Jeffrey: Itu loh Jo, si Ricky kok duduk bareng cewek yang bukan pacarnya?

Jonathan: Udah, biarin aja. Lagian cewek itu cuma temannya Ricky, gak lebih.

Jeffrey: Tapi gue lihat sih dari sorot mata cewek itu pasti dia suka pada Ricky.

Jonathan: Haha, gue juga pernah bilang pada Ricky soal itu.

Jeffrey: Lah, terus Ricky pacarin juga cewek itu?

Jonathan: Ya enggaklah, Jef. Ricky malah bilang gue sok tahu, jadi gue bikin taruhan pada dia.

Jeffrey: Taruhan apa Jo?

Agus: Den Jef, waktu itu den Jo bilang pada den Ricky kalau misalkan non cantik itu beneran terbukti suka pada den Ricky, den Jo akan minta den Ricky push up 80 kali dengan diduduki den Jo.

Jeffrey: Haha, buset, bener gak Jo?

Jonathan: Hehehe, iya. Tinggal nunggu waktu aja, lu juga udah sependapat dengan gue kalau cewek itu suka pada Ricky kan?

Jeffrey: Iya, emang dari penglihatan gue sih begitu. Nanti waktu Ricky push up, lu beritahu gue ya, soalnya gue mau nonton juga. Hahaha.

Jonathan: Beres itu, nanti lu bawa kamera dan rekam ya, kita sebarin di facebook hahaha.

Jeffrey mengangkat jari jempolnya, Agus hanya terkekeh melihat tingkah kedua mahasiswa itu yang sangat yakin bisa mengerjai temannya. Sementara itu Ricky tiba-tiba bersin sejenak, dan ia segera mengambil selembar tisu dari kotak tisu di meja itu. Melody belum sempat mengambilkan untuknya.

Melody: Ricky, kamu lagi flu?

Ricky: Enggak kok Mel, barusan tiba-tiba aja hidungku gatal.

Setelah itu tidak ada pembicaraan lagi antara mereka berdua karena waktu istirahat sudah habis dan mereka berpisah ke kelas masing-masing.

Siang selepas kuliah, Ricky mengabari Michelle kalau ia sedang menuju tempat kos untuk makan siang, Michelle ternyata juga sedang makan siang bersama adik kelasnya yang SMP kelas 3 bernama Stefi. Mereka makan di warung dekat sekolah.

Michelle: Stefi, kamu mau pesan apa?

Stefi: Aku mau nasi uduk, kak Michelle.

Michelle: Hmm, aku pesenin dulu ya.

Stefi mengangguk, lalu Michelle pergi memesan makanan untuk mereka berdua. Michelle sendiri memesan nasi padang, dan setelah beberapa menit makanan mereka berdua dihidangkan ibu pemilik warung. Baru saja mau makan, smartphone di saku rok Stefi bergetar. Ia segera melihatnya dan ada SMS yang masuk dari abangnya, Jeffrey.

Jeffrey: Dek, kamu nanti pulang bareng teman ya, Kakak masih ada kuliah hari ini.

Stefi: Iya Kak, aku juga lagi makan siang nih dengan kakak kelas, nanti aku minta tolong diantarin aja.

Jeffrey: Ok, selamat makan ya Dek.

Stefi tidak membalasnya lagi, ia segera makan juga menyusul Michelle yang sudah duluan makan. Selesai makan, mereka membayar masing-masing lalu Stefi meminta diantarkan pulang pada Michelle. Michelle tidak keberatan untuk mengantar Stefi pulang, ia lalu mengajak adik kelasnya itu kembali ke kawasan sekolah. Mereka lalu menuju parkiran mobil di sekolah, dan Michelle langsung mengantarkan Stefi ke rumahnya. Stefi berterima kasih pada kakak kelasnya itu, Michelle lalu melajukan mobilnya pulang.

Malam tiba, Ricky sedang melamun di toilet pria lantai 1 SKYPILLAR HOTEL.

Ricky(berpikir): Sekarang kehidupanku seakan tak ada kurangnya, aku sepertinya perlu bersyukur pada Tuhan karena sudah memberikan semua ini. Sudah lama juga aku tidak pergi ke gereja, hari minggu nanti aku ambil cuti dan ke sana saja.

Setelah itu, Ricky pulang ke tempat kos dan langsung beristirahat.

Hari-hari di pekan itu dijalani Ricky dengan tidak lupa memberi kabar pada Michelle, ia juga tidak putus komunikasi dengan Akicha.

------------------------------------------------

Beberapa hari setelahnya, tepat di hari Minggu lagi tanggal 12 Oktober 2014. Paginya Ricky sudah bersiap pergi ke gereja, ia pun sampai di gereja yang dulu sering ia datangi. Terakhir kali ia datang ke gereja adalah sekitar 2 tahun lalu, saat awal dia mulai bekerja sebagai bellboy. Setelah masuk ke dalam, Ricky mengikuti kebaktian pagi di barisan belakang, ia melihat Michelle di barisan tengah. Kebaktian pun selesai, Michelle menyadari kalau kakaknya juga datang. Ia lalu menemui Ricky.

Michelle: Kak Ricky datang juga?

Ricky: Hmm, iya Michelle. Kakak udah lama gak kesini soalnya.

Mereka berbincang mengenai beberapa perubahan dekorasi di gereja, Michelle memberitahu Ricky kalau selama 2 tahun belakangan dekorasi interior gereja agak berubah, sehingga Ricky merasa heran ketika tadi masuk ke dalam gereja itu.

Siang tiba, Ricky bersama Michelle pergi ke mall untuk berjalan-jalan dan sekedar melihat-lihat. Di kejauhan Melody juga sedang celingak-celinguk mencari Nabilah yang entah pergi kemana, tiba-tiba pandangan Melody tertuju pada Ricky, ia melihat Ricky merangkul Michelle di depan toko aksesoris. Ricky juga menunjuk-nunjuk aksesoris yang Michelle sedang lihat dan Melody agak cemburu dengan kedekatan mereka. Kemudian Nabilah tiba-tiba muncul di hadapannya sehingga mengejutkan Melody.

Melody: Hei, dek Ayu, kamu kemana tadi?

Nabilah: Aku tadi abis lihat-lihat baju, Kak. Kakak kenapa gak ikut?

Melody: Kamu jalannya cepat banget, makanya Kakak ketinggalan. Huh...

Nabilah hanya cengengesan, lalu menggandeng Melody pergi ke dalam toko baju yang tadi ia masuki, Melody pun tidak ambil pusing melihat Ricky yang ‘selingkuh’ karena itu juga bukan urusannya.

Keesokan harinya, Ricky makan bareng Jeffrey, Jonathan, dan Agus karena Akicha dan Ayana sudah makan duluan saat tiba di kampus. Mereka juga membicarakan kemungkinan adanya teman-teman semasa SMA yang lain kuliah di universitas Patmangin juga tapi beda Fakultas dan tidak pernah ke kantin Gedung Utara.

Waktu istirahat di hari Selasa tiba, dan Ricky sedang duduk sendiri di meja kantin untuk 2 orang. Ricky yang baru selesai makan lalu chatting LINE dengan Akicha, tiba-tiba ada seorang mahasiswi berparas cantik duduk dengannya. Mahasiswi ini tidak membawa makanan, sehingga membuat Ricky bertanya-tanya dalam pikiran apa tujuan mahasiswi ini duduk dengannya kalau bukan numpang duduk untuk makan.

Ricky: Emm maaf, kamu siapa ya?

Mahasiswi: Kamu gak ingat aku, Ricky?

Ricky: Eh, kok kamu tahu namaku?

Mahasiswi: Aku ini Fita, tetangga sekaligus teman SD kamu dulu.

Lalu Ricky berpikir sejenak, ia baru mengingat kalau dulu ketika SD ia punya seorang teman cewek yang berwajah imut dan agak cantik yang dekat dengannya bernama Fita, tanpa disangkanya mahasiswi cantik ini ternyata adalah teman SD-nya dulu yang juga tetangganya. Ricky tidak satu sekolah dengan Fita sejak SMP, karena keluarganya sudah pindah rumah ke luar kota.

Ricky: Ah, aku baru ingat, kamu Fita rupanya, hmm makin cantik aja hehehe.

Fita: Hihihi, makasih pujiannya. Kamu kuliah ngambil Fakultas apa, Ricky?

Ricky: Aku kuliah di Gedung Timur, Fakultas Psikologi semester 5. Kalau kamu, Fita?

Fita: Aku di Gedung Selatan, Fakultas Hukum semester 5.

Ricky mengobrol dengan teman masa kecilnya itu, Fita menceritakan masa SMP dan SMA-nya pada Ricky yang membuat Ricky sesekali tertawa karena ada beberapa hal konyol yang diperbuat teman sekelas Fita di SMP dan SMA.

Tak jauh dari situ, Melody juga melihat keakraban Ricky dengan mahasiswi yang tiba-tiba mendatanginya. Ia mulai bertanya-tanya apakah Ricky selingkuh karena yakin Akicha tidak akan mencurigainya. Ega dan Veranda juga melihatnya, tapi mereka tidak berniat ikut campur urusan Ricky, mereka berpikir mungkin mahasiswi itu adalah teman SMA Ricky juga. Sedangkan Jerry berpikir kalau Ricky seakan magnet bagi mahasiswi-mahasiswi cantik, ia dengan usil memiliki sedikit rasa iri, berandai-andai dirinya seperti Ricky. Jonathan dan Jeffrey tidak terlihat makan di kantin, mereka mengapeli pacar masing-masing.

Ketika waktu istirahat hampir habis, Ricky pamit pada Fita untuk duluan ke kelas. Setelah Ricky pergi, smartphone Fita bergetar dan ia segera mengeceknya, ada SMS masuk dan nama pengirimnya ‘My Lil’sis Aurel’

Aurel: Kak Fita, lagi kuliah ya?

Fita: Ini lagi istirahat, Aurel. Tapi waktunya juga sebentar lagi habis. Kamu gak bolos sekolah kan, kok bisa kirim pesan pada Kakak?

Aurel: Enggak dong Kak, ini juga sedang waktu istirahat, baru mulai malah. Aku kan kangen pada Kak Fita, Papa dan Mama sibuk terus.

Fita: Hmm, maaf ya Kakak kuliahnya di luar kota, kamu jadi kesepian di rumah.

Aurel: Gak apa-apa Kak, tapi sering-sering ngabarin aku ya Kak Fita.

Fita: Oke, Kakak janji akan sering ngabarin kamu, sekarang Kakak mau balik ke kelas dulu.

Aurel: Oke kak Fita, bye.

Tidak ada balasan lagi dari Fita yang mulai berjalan meninggalkan kantin. Sementara itu di sekolahnya Michelle, waktu istirahat kedua baru saja dimulai. Michelle baru saja keluar dari kelasnya 10 A bersama seorang temannya untuk ke kantin. Tag name siswi itu bertuliskan ‘Thalia Ivanka E.’ yang tidak terhalangi rambut sebahunya.

Mereka bergabung duduk dengan Jeje, karena meja lainnya sudah penuh. Shani, Shania, dan Yupi tidak ikut Michelle ke kantin karena mereka sudah makan di rumah.

Jeje: Hai, Michelle. Ini teman sekelas kamu?

Michelle: Iya, kak Jeje. Panggil saja dia Vanka.

Vanka dan Jeje berjabat tangan memperkenalkan diri, lalu mereka bertiga mulai makan. Sehabis makan, Michelle bertanya pada Jeje.

Michelle: Kak Jeje, gimana keadaan kak Ricky, dia tidak telat bayar kos kan?

Jeje: Hihihi, tenang saja, Chel. Kak Ricky malahan sudah bayar uang kos sampai bulan Desember.

Michelle: Hmm, kak Jeje tahu gak kuliahnya kak Ricky gimana? Apakah telat bayar?

Jeje: Aku pernah lihat kwitansi pembayaran uang kuliah di kamarnya kak Ricky. Di situ tertulis sudah lunas sampai semester 6 nanti, artinya kak Ricky bayarnya setahun langsung.

Michelle: Benarkah itu, Kak?

Jeje: Kalau kamu kurang percaya, aku bisa bawa kok kwitansi itu besok.

Michelle pun manggut-manggut, lalu Vanka yang bingung mengenai percakapan mereka langsung bertanya.

Vanka: Kak Jeje, Michelle, kalian lagi ngomongin siapa?

Jeje: Vanka, kami barusan membicarakan kak Ricky, abangnya Michelle. Dia tinggal di rumah aku yang juga merangkap tempat kos.

Vanka: Hah? Abang kamu tinggal di tempat kos, Chel? Kenapa bukan tinggal di rumah kamu?

Michelle: Vanka, kak Ricky diusir Papa kami 2 tahun lalu. Itu karena kak Ricky tidak menuruti keinginan Papa untuk kuliah di Fakultas Ekonomi.

Vanka: Memangnya abang kamu kuliah di Fakultas apa, Chel?

Jeje: Vanka, kak Ricky kuliahnya di Fakultas Psikologi, sekarang semester 5. Dia adalah penghuni tempat kos yang pertama, dan sudah aku anggap abangku juga.

Vanka: Emm, menurut aku Chel, apa gak keterlaluan Papa kamu mengusir abang kamu dari rumah?

Michelle: Ya, jujur sih aku merasa begitu, tapi mau bagaimana lagi, kak Ricky waktu itu gak mau debat terlalu lama dengan Papa jadi ia memilih keluar dari rumah, hanya beberapa baju yang ia bawa dalam satu tas, tas sekolahnya. Bukan hanya aku dan Mama, Richard juga sedih melihat kak Ricky meninggalkan rumah.

Vanka: Oh, yasudah kamu yang sabar ya Chel.

Michelle: Iya, thanks Vanka.

Jeje: Bentar-bentar, Chel kamu tadi bilang siapa yang sedih?

Michelle: Richard?

Jeje: Iya, Richard itu siapa? Adik kamu dan kak Ricky?

Michelle lalu tertawa dan membuat Vanka serta Jeje heran.

Vanka: Kok kamu ketawa, Chel? Ada yang lucu?

Michelle: Habisnya, kak Jeje kan tahu aku anak bungsu, mana mungkin punya adik.

Jeje: Jadi, Richard itu sepupu kamu?

Michelle: Bukan, kak Jeje. Richard itu nama anjing husky peliharaan kak Ricky.

Vanka: Hahaha, kok abang kamu ngasih nama seperti itu, Chel?

Jeje: Iya, Chel, aku baru tahu kalau kak Ricky punya anjing peliharaan bernama seperti itu, hihi.

Michelle: Hihi, kak Ricky sengaja memberi nama yang keren pada anjing peliharaannya, karena jenis anjingnya kan bisa dibilang ‘berkelas’ dan Richard dirawat oleh kak Ricky dari waktu masih bayi.

Vanka: Jadi kamu sering main dengan Richard, Chel?

Michelle: Iya, Richard juga gampang akrab dengan siapa aja kalau orang itu dekat dengan kak Ricky, contohnya pacarnya kak Ricky.

Jeje: Jadi, Aki-san pernah ketemu dengan Richard?

Michelle: Benar, kak Jeje. Aki-san pernah beberapa kali bertamu ke rumah kami ketika kak Ricky kelas 3 SMA. Pertama kalinya Aki-san datang, Richard memasang muka seram, dan Aki-san agak takut akan digigit Richard, tapi kak Ricky langsung membisikkan sesuatu pada Richard sehingga Richard memasang ‘muka ramah’. Ia mungkin diberitahu kalau Aki-san dekat dengan kak Ricky.

Jeje: Hmm, kak Ricky gak pernah cerita pada para penghuni kos kalau dia punya anjing peliharaan.

Michelle: Aku rasa kak Ricky juga sudah mulai melupakan Richard, soalnya sejak keluar dari rumah kak Ricky gak pernah mampir lagi. Apalagi Papa nyewa detektif buat ngawasin dan ngejaga aku.

Vanka: Ngawasin kamu gimana, Chel?

Michelle: Detektif itu bertugas ngawasin aku agar tidak mengajak kak Ricky tinggal di rumah meskipun sehari aja. Papa dan Mama aku kan jarang ada di rumah.

Ketiga gadis itu lalu berbicara hal lain, Jeje berniat untuk ‘mengingatkan’ Ricky tentang Richard nanti.

Di kelasnya, Ricky merasa kedua telinganya agak gatal, ia lalu mengusap-usap bagian yang gatal sambil berbicara dengan Ega dan Jerry.

Ega: Ky, lu kenapa?

Ricky: Ini Ga, telinga gue agak gatal.

Ega: Oh, jadi gimana Ky, tadi cewek itu siapa?

Ricky: Namanya Fita, dia tetanggaku dulu, teman semasa SD.

Jerry: Ky, lu kelihatannya senang banget ketemu cewek itu. Lu gak niat pacaran dengannya kan?

Ricky: Ya enggaklah Jer, emang kenapa? Lu perlu tahu, gue satu-satunya teman Fita ketika SD dulu soalnya murid-murid sekelas gue yang lain tidak mau berteman dengan dia.

Jerry: Wow, kok bisa begitu Ky?

Ricky: Seingat gue, dulu keluarga Fita terbilang sederhana, dan murid-murid di kelas gue kebanyakan berasal dari keluarga yang berkecukupan gitu, jadi Fita kayaknya dikucilkan.

Ega: Jadi Ky, lu jadi temannya Fita berarti lu juga dikucilkan?

Ricky: Enggak juga, mereka cuma lebih jarang aja ngobrol dengan gue. Mereka juga gak pernah mem-bully Fita, hanya enggan mengajak bicara saja.

Ega: Wah, kalau owe lihat penampilan Fita tadi, gak kayak cewek sederhana deh.

Ricky: Itu mungkin aja Ga, soalnya gue udah gak ketemu Fita dan keluarganya lagi sejak lulus SD. Mungkin sekarang keluarganya sudah berkecukupan.

Jerry: Emang keluarganya pindah setelah Fita lulus SD, Ky?

Ricky: Betul Jer, keluarganya Fita pindah rumah ke luar kota, tentu aja gue dan keluarga juga sedih. Apalagi adik gue seumuran dengan adiknya Fita, mereka sering main bersama.

Ega: Jadi Fita juga punya adik perempuan, Ky?

Ricky: Iya Ga, kalau gak salah namanya Aurel.

Jerry: Cantik juga gak seperti Fita?

Ricky: Ckckck Jer, lu masih aja ya. Status bukan jomblo, tapi tingkah kayak jomblo yang nyari pacar.

Ega: Hahaha, bener itu Jer. Lu kebiasaan deh, kalau Mita tahu gimana ya?

Jerry hanya cengengesan, kemudian smartphone di meja Ega bergetar, Ricky melihat sepertinya itu SMS. Ricky heran karena nama pengirim SMS itu agak janggal.

Ricky: Ga, itu handphone lu ada SMS tuh. ‘Pipi tomat sayangku’ siapa sih?

Ega: Oh, entar dulu ya. Owe balas dulu SMS-nya.

Setelah setengah menit, Ega lalu bicara kembali.

Ega: Lu gak tahu Ky siapa yang SMS owe barusan?

Ricky: Mana gue tahu, monyong. Jangan-jangan lu selingkuh?

Jerry: Hahah, Ga. Lu bilang gue doyan selingkuh, padahal lu sendiri yang ngelakuinnya.

Ega: Ckck, ini pacar owe yang SMS. Kalian malah ngira owe selingkuh.

Ricky: Oh, Ve rupanya. Tapi kenapa dibikin julukannya begitu?

Ega: Lu gak nyadar Ky, pipinya Ve kan tembem hahaha.

Jerry: Bener juga ya, ahahahahahaha.

Ricky: Hehehe, ade-ade aje lu. Nanti si ‘pipi tomat’ ngambek loh kalau tahu lu bikin julukan seperti itu.

Ega: Makanya owe gak pernah memperlihatkan HP owe kepada Ve. Dia juga gak pernah minta owe untuk nunjukin isi HP owe, dia gak curiga kalau owe akan selingkuh, gak kayak Jerry hehehehe.

Jerry: Gue kan selalu memperlihatkan HP pada Mita lantaran dia cemburuan, Ga. Kalau cewek gue itu gak curigaan pun gue gak mau ngasih lihat isi HP gue ke dia.

Ricky: Haha, makanya Jer punya mata jangan diajak jalan-jalan terus.

Jerry: Habis mau gimana, Ky, cewek jaman sekarang kan banyak yang bening heheheh.

Ricky: Benang bening, emang lu pikir kaca? Hahaha.

Setelah itu dosen masuk di kelas itu, mereka bertiga lalu memperhatikan dengan serius penjelasan materi dari dosen.

------------------------------------------------

Ricky sedang berjalan menuju parkiran motor di Gedung Timur. Tanpa ia sadari, Fita mengikutinya dari ketika ia keluar kelas sehabis jam kuliah. Kebetulan Fita kelasnya lebih cepat selesai hari ini, jadi ia berniat membicarakan suatu hal pada Ricky.

Baru saja Ricky duduk di motornya, Fita menepuk pundaknya dari belakang dan menghentikan Ricky yang hendak menghidupkan mesin motornya. Ricky heran melihat Fita yang mungkin mengikutinya dan raut wajah Fita sangat serius.

Fita: Ricky, aku mau bicara sesuatu dengan kamu.

Ricky: Ada apa ya, Fita? Aku sudah mau berangkat kerja, nih. Jangan lama-lama bicaranya.

Fita: Begini, Ricky. Apa kamu ingat sesuatu ketika kita SD?

Ricky: Ingat apa, maksud kamu?

Fita: Kamu ingat gak janji kamu dengan aku ketika SD?

Ricky: Emm, sorry. Janji apa ya, Fita?

Fita: Ricky, kamu janji dengan aku kalau kita akan menikah ketika sudah dewasa.

Mendengar itu, Ricky kembali berusaha mengingat perkataannya ketika SD. Ia lalu ingat kalau memang benar, ia pernah mengajak Fita menikah saat dewasa nanti, itu terjadi saat kelas 6 SD di kantin. Mereka berdua sedang menonton sebuah drama di TV, yang ada adegan pernikahan di gereja. Terpengaruh dengan drama itu, Ricky mengucapkan janji pada Fita kalau ia akan menikahi Fita ketika mereka beranjak dewasa. Ricky yang kelas 6 SD tidak punya teman perempuan yang dekat selain Fita, sehingga mungkin itulah alasan dia bisa mengucap janji pada Fita. Sedangkan Fita kelihatan senang dan menganggap itu serius.

Ricky: Ah, aku ingat sekarang.

Fita: Jadi, kamu mau kan menikahi aku, Ricky?

Ricky: Tapi... bukannya terlalu cepat? Kita kan masih kuliah, Fita.

Fita: Iya, maksud aku nanti setelah kita lulus, Ricky.

Ricky: Ehh... Tapi, Fita, aku sudah punya pacar sekarang. Aku mencintai pacarku.

Fita: Bukankah kamu mencintai aku, Ricky? Sehingga kamu bisa mengucap janji untuk menikahi aku ketika kita beranjak  dewasa.

Ricky: Begini, Fita. Aku sebenarnya tidak mencintai kamu, aku menganggap kamu tak lebih dari teman.

Fita: KAMU JAHAT, RICKY. KAMU MAU MENGINGKARI JANJI!!

Ricky: Tenang-tenang, Fita. Aku bukannya mau mengingkari janji, tapi kamu harus tahu kalau waktu itu aku terpengaruh drama di TV. Dan aku sekarang sudah punya pacar.

Fita: OH, jadi karena kamu punya pacar makanya kamu begitu saja ingin melupakan janji itu? Kamu sendiri yang bilang padaku ketika SD, kamu tidak mau pacaran dan ingin langsung menikah.

Ricky: Fita, waktu itu aku masih kecil, kamu juga sama kan. Pikiranku terpengaruh drama di TV kantin, jadi aku bisa mengucapkan janji itu dan juga bilang tidak mau pacaran. Tolong kamu mengerti kalau janji itu tidak serius aku ucapkan.

Fita: Hmmm.... Baiklah, Ricky. Aku mengerti... maaf kalau aku mengganggu waktumu. Selamat tinggal...

Kemudian Fita berbalik pergi dan langkahnya agak cepat, Ricky merasa ada makna tersembunyi dari kata ‘Selamat tinggal’ dan ia langsung menyusul Fita meskipun sudah kehilangan jejak.

Di perpustakaan Gedung Timur yang sepi, penjaga perpustakaannya sedang ke toilet dan tidak mengunci pintu karena biasanya tidak ada mahasiswa-mahasiswi maupun dosen yang mengunjungi perpustakaan saat siang. Fita sudah masuk ke dalam, ia mengeluarkan beberapa benda dari dalam tasnya. Ada sebuah kait yang bisa ditempel di dinding, dan seutas tali yang sudah membentuk lingkaran. Fita lalu mengambil sebuah kursi di salah satu meja perpustakaan dan menaikinya untuk memasang kait di langit-langit perpustakaan yang sepi itu. Lalu ia juga mengikatkan tali di kait itu, setelah erat maka terbentuklah noose. Fita yang berdiri di kursi kemudian menaruh lingkaran itu di lehernya, ia berniat bunuh diri. Ia sengaja mencari tempat yang sepi, dan ketika ia sudah bersiap mengakhiri hidupnya, Ricky tiba di perpustakaan itu dan sangat terkejut karena perkiraannya benar, Fita akan bunuh diri.

Ricky(setengah berteriak): FITAA!

Mendengar suara Ricky di belakangnya, Fita langsung menggerakkan kakinya agar kursi yang menjadi tumpuannya jatuh. Ricky segera menghampiri Fita ketika dilihatnya teman SDnya itu sudah tercekik. Ia langsung menurunkan badan Fita dari noose dan memeluknya dari belakang, Fita terbatuk-batuk sehabis gantung diri.

Fita: Kamu, uhuk... kenapa gak biarin aku mati saja, uhk...

Ricky: Kamu bodoh, Fita. Bunuh diri itu dosa, dan aku tak mau kehilangan kamu.

Fita: Untuk apa kamu menahanku, kamu tidak mencintai aku kan? Biarkan saja aku mati, agar kamu tidak perlu berpikir kalau ada pengganjal hubungan kamu dengan pacarmu.

Ricky: Kenapa kamu bisa memiliki pemikiran seperti itu, Fita? Aku memang tidak mencintai kamu, tapi kamu adalah teman terdekatku dulu. Aku tidak ingin kehilangan teman, dan kamu seharusnya bisa tahu kalau ucapan anak SD bisa dibilang hanya omong kosong. Kamu jangan menganggap janji itu serius sehingga kalau aku mengingkarinya kamu langsung mau mengakhiri hidup. Kasihan adik kamu dan kedua orang tuamu nanti, apa kamu mau mereka sedih?

Perlahan Fita berpikir matang-matang, ia ketika masa SD sangat senang punya teman dekat yaitu Ricky. Dari pengamatannya, Ricky tidak pernah memandang status ekonomi dalam mencari teman, bahkan Ricky paling dekat dengan Fita daripada murid-murid lain di kelas. Rasa sukanya pada Ricky dianggapnya terbalas karena janji itu. Padahal janji itu muncul gara-gara drama di TV.

Fita: Iya juga ya, aku bertindak bodoh, maaf ya Ricky.

Ricky: Kamu sudah bisa kan nganggap aku hanya sekedar teman?

Fita: Hmm, aku akan berusaha nganggap kamu teman saja, Ricky. Karena aku tidak mau kehilangan teman seperti kamu.

Ricky yang sedang memeluk Fita dari belakang dikejutkan dengan suara Akicha yang memanggilnya dari dekat pintu perpustakaan. Sontak mereka berdua menoleh dan melihat Akicha serta Ayana, Ricky segera melepaskan pelukan pada Fita. Belum sempat Ricky bicara, Akicha sudah berbalik pergi dengan mata berkaca-kaca dan Ayana mengejarnya.

Fita: Ricky, itu tadi pacar kamu ya?

Ricky: Iya, Fita. Dia pacarku, namanya Akicha.

Fita: Aduh, maaf ya Ricky. Pasti pacar kamu salah paham.

Ricky: Gak apa-apa kok, Fita. Ini salahku juga, aku belum memberitahu tentang kamu pada dia. Karena setiap kali aku bertemu cewek lain, aku selalu memberitahu dia agar tidak curiga.

Fita: Jadi pacar kamu biasanya tidak cemburuan?

Ricky: Bisa dibilang begitu, tapi gara-gara aku memeluk kamu mungkin sekarang Akicha mengira kamu adalah selingkuhanku.

Fita: Emm, Ricky sekali lagi aku minta maaf. Aku akan bantu kamu untuk menjelaskan pada pacar kamu nanti.

Ricky mengangguk, lalu Fita segera menyimpan ‘peralatan gantung diri’nya itu ke dalam tasnya.

Ricky: Kamu janji ya jangan berniat bunuh diri lagi, Fita.

Fita: Iya, Ricky. Aku janji tidak akan lagi berniat bunuh diri. Aku juga tidak ingin Aurel serta Papa dan Mamaku sedih.

Ricky kemudian mengaitkan jari kelingking tangan kanannya dengan jari kelingking tangan kanan Fita, pertanda janji itu tidak boleh diingkari. Dulu ketika SD mereka sering berjanji seperti ini, misalkan setiap hari Sabtu janjinya adalah main bersama kedua adik mereka. Tapi Ricky tidak melakukan seperti ini saat bilang akan menikahi Fita sehingga janji itu bisa diingkarinya.

Mereka berdua kemudian meninggalkan perpustakaan, Fita sudah meletakkan kursi yang jatuh tadi ke tempat semula. Mereka berniat mengejar Akicha dan Ayana.

Ricky dan Fita menuju parkiran mobil Gedung Barat, karena biasanya disitulah Akicha memarkirkan mobilnya. Tetapi mobil Akicha tidak terlihat di sana, kemudian mereka berdua juga pergi ke parkiran mobil Gedung Utara, karena beberapa kali Akicha pernah memarkirkan mobil disana. Dan ternyata tidak ada juga, Ricky sedari tadi mengirim SMS pada Ayana tapi tidak sekalipun dibalasnya.

TO BE CONTINUED...

By: E.D.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Between Dream And Reality, Part 12

GALLANT IMPACT, Chapter 25

GALLANT IMPACT, Chapter 29