Between Dream And Reality, Part 3

Part 3: When your dream is visited

Indahnya taman bunga di sekitar sekolah memukau penglihatan Sinka. Ia heran kenapa bisa ada taman bunga di dekat kawasan sekolahnya dan posisinya sekarang adalah duduk di bangku panjang yang terletak di dekat gerbang masuk sekolah. Sinka mencubit pipinya sendiri dan tidak terasa apa-apa. Ia pun berpikir ini adalah alam mimpinya. Sedang asyik memandang taman bunga yang indah terlihat dari posisinya duduk, Sinka dikejutkan dengan kedatangan seseorang yang langsung duduk di sampingnya. Orang itu memakai semacam kostum yang menurut Sinka adalah seperti kostum drama sekolah untuk hari Natal yang telah berlalu beberapa minggu.

Naomi: Kenapa, Sinka? Kok ekspresi kamu seperti heran?


Sinka: Eh Kakak, aku cuma heran kok kenapa Kakak pakai kostum drama?

Naomi: Loh Sinka, Kakak kan tadi ikut peran drama untuk Natal jadi tokoh utama antagonisnya. Kakak tadi juga bisa lihat kamu di antara bangku penonton.

Sinka(berpikir): Loh, kenapa mimpi aku ini aneh ya? Ah sudahlah, kan setiap mimpi memang aneh. Aku ikut alur mimpi ini saja, nanti mungkin lebih banyak hal yang akan aku ketahui.

Naomi(melambai-lambaikan tangan kanan di wajah Sinka): Hey, Sinka. Kok malah melamun?

Sinka(tersadar dari lamunannya): Oh, enggak Kak. Aku cuma kagum aja dengan taman bunga di dekat sekolah ini.

Naomi: Hmm, ya sudah, kita pulang yuk. Kakak agak capek sehabis drama tadi.

Sinka: Iya, ayo Kak!

Mereka berdua lalu berjalan menuju parkiran mobil di sekolah itu, Sinka menyadari mimpinya ini agak berbeda dengan kehidupan nyatanya. Sesampainya mereka di dalam mobil, Sinka lalu melihat kakaknya sedang mengirim pesan kepada seseorang melalui smartphonenya.

Sinka: Kak, lagi SMS-an dengan siapa?

Naomi: Ini Kakak lagi tanya Aldo soal hadir atau enggaknya teman-teman sekelas Kakak di drama tadi.

Sinka: Jadi Aldo jawab apa, Kak?

Naomi: Aldo bilang kalau tadi dia lihat hanya sekitar 10 orang dari kelas Kakak yang datang, karena yang lainnya sepertinya sudah punya rencana liburan Natal sendiri.

Sinka(berpikir): Di mimpiku ini mungkin Kakak pacaran sama Aldo. Hmm, apa aku tanya aja ya? Tapi enggak ah, kan belum tentu juga mereka pacaran.

Sinka pun heran mengapa kakaknya tidak mengganti pakaiannya yang masih berupa kostum drama dan langsung mengajak pulang.

Sinka: Kakak kok pakai kostum itu terus? Enggak ganti pakaian dulu sebelum pulang?

Naomi: Nanti aja deh di rumah, Kakak pengen cepat istirahat.

Sinka manggut-manggut lalu Naomi mulai menjalankan mobilnya menuju rumah mereka.

Sementara itu, di tempat lain...

Aldo berdiri mematung dan melihat sekelilingnya. Dia berada di kantin kampus kakaknya. Aldo lalu berjalan menuju salah satu stand makanan di sana dan membeli makanan berupa nasi soto. Ia lalu mengambil tempat duduk di kantin itu dan dilihatnya tiap meja di kantin menyediakan satu tempat tisu berbentuk tabung yang di atasnya ada lubang kecil untuk menarik tisu. Sambil memakan makanannya, Aldo berpikir banyak hal sambil menyantap makanannya.
Aldo(berpikir): Sekarang aku menjalani kehidupan ganda, dan kehidupan mimpi ini nampak lebih baik dari kehidupan nyata. Tapi aku tetap harus mengingat perbedaannya, sehingga aku tetap dapat berinteraksi dengan orang-orang di sekelilingku tanpa kecurigaan dari mereka yang akan menganggapku aneh.
Aldo juga berpikir andai saja kehidupan nyatanya seperti ini, tapi itu tidak mungkin. Baginya bisa menjalani kehidupannya di mimpi seperti sekarang layaknya melengkapi kebahagiaan dalam kehidupan nyatanya. Aldo pun tidak ambil pusing apa penyebab ia bisa memiliki 2 kehidupan, seperti sekarang.
Selagi asyik berpikir hingga setelah habis makanannya ia disapa seorang wanita.
Wanita: Maaf, boleh saya gabung duduk denganmu? Tempat duduk lainnya sudah penuh.
Aldo kemudian melihat sekelilingnya dan ternyata benar, sedari tadi dia berpikir hingga kantin sudah disesaki mahasiswa dan mahasiswi.
Aldo: Iya, silahkan. Kakak mahasiswi di sini ya?
Wanita(sambil duduk): Terima kasih. Iya saya mahasiswi, saya makan dulu ya.
Aldo mengangguk dan wanita itu menyantap nasi goreng yang dibawanya. Aldo melihat sekilas wanita ini yang wajahnya seperti orang Jepang. Aldo berniat menanyakan namanya nanti setelah wanita ini selesai makan. Setelah beberapa menit, wanita ini telah menghabiskan nasi gorengnya.
Aldo(sambil menjulurkan tangan kanan): Kakak, boleh kenalan?
Wanita(menjulurkan tangan kanan dan menjabat tangan kanan Aldo): Oh iya, aku lupa. Namaku Haruka Nakagawa, mahasiswi semester 1 jurusan psikologi. Kalau kamu?
Aldo: Namaku Aldo Vorgian Laksani. Aku masih SMA kelas 1. Kakak orang Jepang asli ya?
Haruka: Iya, aku orang Jepang asli. Memang kenapa?
Aldo: Soalnya aku takjub karena Kakak bisa ngomong lancar bahasa Indonesia.
Haruka: Iya, aku belajar bahasa Indonesia sebelum pindah ke Indonesia ini. Eh, ngomong-ngomong ini kenapa tanganmu?
Aldo tersadar kalau dari tadi ia masih menjabat tangan Haruka. Karena halusnya tangan Haruka hingga Aldo sesekali meraba-raba tangannya dengan tangan Haruka. Aldo lalu melepaskan jabatan tangan dan tersipu malu. Haruka tertawa kecil dengan ekspresi wajah Aldo.
Aldo: Oh maaf, hehehe aku kagum aja soalnya baru ketemu orang Jepang asli.

Haruka: Gitu ya, jadi kamu kenapa ada di sini? Dan sepertinya kamu memakai seragam sekolah. Kamu enggak bolos sekolah kan?

Aldo: Haha enggak, sekolahku udah libur dari beberapa hari kemarin. Tapi hari ini ada perayaan Natal di sekolah jadi aku habis mengikuti acaranya dan setelahnya mengantar kakakku ke kampus ini karena kakakku mengikuti persiapan acara Natal kampus ini.

Haruka: Hm gitu ya, berarti kakakmu salah satu panitia persiapan acara Natal kampus ini. Aku juga panitia loh, kamu mau tahu acara Natal kampus nanti seperti apa?

Aldo: Boleh, kasih tahu aku dong Kak.

Baru saja Haruka mau memberitahu Aldo acara apa saja di perayaan Natal kampus, seseorang memanggil Haruka. Haruka pun menoleh dan melambaikan tangan. Orang itu lalu mendatangi 
meja tempat Haruka dan Aldo duduk.

Melody: Haruka, kamu disini rupanya. Eh Aldo, Kakak kira kamu udah pulang.

Aldo: Aku makan siang disini Kak, Kak Haruka ini teman Kakak ya?

Melody: Iya, Kakak dan Haruka sekelas, Do. Kalian sudah kenalan ya?

Haruka: Iya Melody, tadi tempat duduk lain sudah penuh jadi aku gabung dengan adikmu. Ada apa ya kamu nyariin aku?

Melody: Aku tadi mau nebeng kamu pulang, tapi Aldo rupanya belum pulang, jadi aku bareng Aldo aja deh.

Haruka: Hm, gimana kalau aku mampir ke rumahmu dulu? Boleh kan?

Melody: Boleh dong, kamu nanti ikutin arah jalan motornya Aldo ya.

Haruka pun mengangguk senang lalu mereka bertiga berjalan meninggalkan kantin itu.

Aldo: Kakak sama Kak Haruka nunggu di depan parkiran mobil dulu. Aku mau ngambil motor dulu.

Melody dan Haruka lalu menuju parkiran mobil sedangkan Aldo menuju tempat ia memarkirkan motornya, yaitu di sebuah pohon di dekat gerbang masuk kampus. Aldo tidak khawatir motornya akan dicuri saat tadi ia memarkirkannya. Sebab dilihatnya di ranting pohon itu tersembunyi 1 kamera CCTV dan Aldo saat memarkirkan motornya sempat iseng berbicara ke arah kamera CCTV itu. Aldo mengatakan, “Tolong ya, pemantau kamera awasi motor saya ini. Saya nitip parkir di sini.”

Aldo lalu menjalankan motornya ke parkiran mobil dan disana Haruka sudah masuk ke dalam mobilnya. Melody lalu menaiki motor Aldo. Mereka menuju rumah Aldo. Sesampainya di rumah Aldo, Haruka diperkenalkan oleh Melody kepada orang tuanya. Kedua orang tua Melody dan Aldo menyambut Haruka dengan senang hati. Melody dan Haruka kemudian mengobrol di ruang tamu sedangkan Aldo langsung menuju kamarnya karena merasa sedikit lelah.
                        --------------------------------------------------------------------------------------
Di rumah Sinka dan Naomi, mereka baru saja menyelesaikan makan siangnya. Mereka berdua menuju kamar masing-masing. Sinka di kamarnya mulai memikirkan kenapa ia bisa mimpi seperti ini, ia merasa ada yang berbeda di kehidupan mimpi ini, selain adanya taman bunga di dekat sekolah yang mana di kehidupan nyata tidak ada. Sinka pun terlelap setelah beberapa lama berpikir.
Sementara itu di kamarnya Aldo sedang mengecek isi laptopnya di kamarnya. Memang sejak Aldo bermimpi menjalani kembali semester 1 kelas 10 IPA 3, ia sangat menikmati pergaulannya sehingga sering hangout dengan teman-temannya, berbeda dengan di kehidupan nyata dimana ia lebih senang menyendiri meskipun banyak mendapat ajakan hangout dari teman-temannya di kelas 11 IPA 5. Aldo merasa minder untuk hangout, karena itulah ia menjadi sosok penyendiri. Dalam kesendiriannya ia sering melamun, ataupun tidur. Mungkin efek dari beberapa minggu depresinya Aldo karena kedua orang tuanya meninggal. Di masa itu Aldo hampir tidak pernah tidur, saat tidur pun tidak sampai 4 jam terbangun kembali dengan sendirinya dan dengan tatapan mata kosong.
Tidak terlalu banyak perbedaan isi laptop Aldo di mimpi dan di dunia nyata. Di dunia mimpi ini laptop Aldo ada beberapa software tambahan yang semuanya adalah game. Salah satunya adalah Aveyond: Lord of Twilight, Aldo pun mencoba memainkan game itu. Ia memainkan tutorial game itu untuk mengetahui tombol-tombol pada laptop yang bisa digunakan untuk memainkan game itu, meskipun menggunakan mouse pun bisa. Aldo lebih menyukai menggunakan tombol keyboard karena dia hanya perlu menggerakkan jari-jarinya tanpa menggerakkan lengan.
Ternyata di game itu saat save pun ada ditunjukkan tanggal dan waktu save-nya. Hal ini Aldo ketahui karena slot save game itu ada beberapa dan yang paling atas Autosave sudah menunjukkan tanggal dan waktunya serta nama tempat di game itu ketika di-save. Sekitar 32 menit lamanya Aldo bermain game itu ia berhenti dan mematikan laptopnya. Aldo lalu berganti pakaian karena dari pulang tadi ia belum sempat melakukannya, ketika sampai di kamar langsung mengecek laptop yang jarang disentuh atau diperhatikannya di kehidupan mimpi ini.
Selesai berganti pakaian Aldo menggunakan smartphone-nya untuk internet browsing dan beberapa menit kemudian ada bunyi ringtone dari smartphone-nya tanda ada orang menelpon.
Percakapan telepon pun terjadi antara Aldo dengan orang itu.
Aldo: Halo, ada apa nih Dra?
Indra: Gue mau ngajak lu hangout nih, bareng Yudha dan Derry. Mau gak?
Aldo: Oke, di mana nih?
Indra: Gue udah sampai disini, belum terlalu ramai. Namanya Moonlight cafe.
Aldo: Waduh, berarti remang-remang dong?
Indra: Haha pe’a lu, itu cuma namanya doang. Yudha sama Derry lagi otw, lu di rumah kan?
Aldo: Iye, yaudah gue sekarang otw juga ya.
Percakapan telepon lalu terputus. Aldo lalu berpamitan kepada kedua orang tuanya dan bergegas menuju kafe yang dimaksud Indra. 21 menit perjalanan motor Aldo tiba di dekat kafe itu, Aldo memarkirkan motornya tersembunyi di pepohonan di dekat kafe dan mencari tempat duduk teman-temannya diantara pengunjung kafe yang sudah lumayan banyak. Lambaian tangan Derry yang membuat Aldo segera menghampiri tempat mereka duduk.
Aldo: Indra, lu bilang gak ramai kafenya. Gue celingak-celinguk dari tadi, untung Derry ngasih tahu tempat kalian.
Indra: Iya kan tadi belum ramai, lagian coba lu liat deh seisi kafe ini.
Aldo lalu memperhatikan seluruh pengunjung kafe yang banyak, kebanyakan remaja. Hanya ada beberapa orang yang nampak seperti pebisnis sedang berkutat dengan laptopnya, serta duduk sendiri-sendiri.
Aldo: Kebanyakan anak muda yang memadati kafe ini.
Indra: Ah payah lu Do, yang gue maksud banyak cewek cakep.
Aldo, Derry, dan Yudha pun melihat sekeliling kafe dan memang benar, pengunjung kafe itu banyak remaja putri yang memadati kafe, kalaupun ada remaja putra pasti semeja dengan seorang remaja putri yang mungkin pacarnya, dan banyak meja dipenuhi cewek semua yang asyik bercakap-cakap ataupun mungkin bergosip dengan riangnya.
Yudha: Bener juga ya, bisa mimisan nih gue lama-lama.
Derry: Lah, lu kan udah punya Marsya. Ngapain lagi lu cuci mata.
Yudha: Lu juga sama kali, cuci mata juga lu. Entar kalau Vina tiba-tiba muncul lu mampus deh.
Derry: Gue kan perlu ganti suasana mata sekali-kali, Vina memang cakep tapi kan boleh dong lihat cewek cakep sekolah lain.
Yudha: Marsya juga ca’em, tapi gue merasa eye scenery gue perlu diperluas.
Indra: Lu berdua bisa disebut mata keranjang, bener gak Do?
Aldo: Iya Dra, udah pada punya cewek masih aja mata jelalatan. Hahaha
Mereka lalu berbincang-bincang hal lain dan tanpa Aldo sadari di 3 meja berbeda kafe itu ada yang memperhatikannya. Di salah satu meja,
Cewek: Udah deh Ve, kok kamu cemberut begitu sih?
Ve: Itu Yona, mata Aldo jelalatan dari tadi terus dia senyumnya mesum gitu. Mentang-mentang banyak cewek di sini.
Yona: Lah, mereka semua kan matanya jelalatan, bukan cuma Aldo. Lagian mungkin jomblo semua.
Ve: Tapi aku dengar 2 diantara mereka kayak nyebut nama 2 cewek yang sepertinya pacar mereka berdua deh. Berarti kan duanya lagi termasuk Aldo aja yang jomblo.
Yona: Nah, terus kenapa Ve? Itu kan hak mereka, mata juga matanya mereka. Gak usah dipikirin deh.
Ve: Aku kan suka sama Aldo, jadi risih dong ngeliat Aldo kayak begitu.
Yona: Ve, bukannya kamu punya cowok ya? Yaitu si Marko anak kelas 12 IPS 7.
Ve: Iya tapi kan aku nerima dia jadi pacar karena terpaksa, takutnya dia patah hati lagi dan mau bunuh diri. Mentalnya kan labil banget.
Yona: Hmm, terserah kamu deh Ve, tapi Marko baik kan sama kamu?
Ve: Iya baik sih, tapi kan aku gak suka sama dia.
Yona: Menurut aku sih kamu coba deh buka hati untuk Marko, kan kasihan kalau dia tahu kamu sukanya sama orang lain.
Ve: Aku pikirin deh, Yona.
Sementara itu di meja lainnya, seorang cewek sedang mengaduk-aduk jus apelnya sambil menatap cemberut ke tempat duduk Aldo dan teman-temannya. Teman dari cewek ini lalu heran dengan sikap cewek ini.
Cewek: Hey Shan, kenapa sih ngaduk-aduk jusnya, bukannya diminum?
Shania: Itu Bil, si Aldo sikapnya kayak cowok mesum. Pandangannya mengitari kafe ini.
Nabilah: Udahlah Shan, kok kamu yang sewot? Aldo kan free, jadi bebas dong dia mau mandangin cewek mana aja, itu Derry dan Yudha tuh yang seharusnya kamu sewotin.
Shania: Derry sama Yudha kan gampang, tinggal lapor Vina dan Marsya. Tapi kalau Aldo, aku gak suka kalau dia mandang-mandang cewek lain terus ekspresinya senang begitu.
Nabilah: Kamu suka sama Aldo? Bukannya banyak cowok yang lebih ganteng dari Aldo ngejar-ngejar kamu? Tinggal terima aja salah satunya.
Shania: Iya emang banyak, tapi tampangnya bloon semua terus ada juga yang mesum tatapannya pas nembak aku. Makanya aku tolak halus semua dengan alasan mau belajar dulu, belum kepikiran pacaran.
Nabilah: Tapi Shan, Aldo kayaknya enggak ada perasaan suka ke kamu deh.
Shania: Iya aku tahu, tapi aku nganggapnya bukan enggak ada, hanya belum saja. Aku optimis tak lama lagi dia bisa punya perasaan suka ke aku.
Nabilah: Aku dukung kamu deh Shan, tapi kalau nanti ternyata Aldo suka sama cewek lain kamu enggak berniat bunuh diri kan?
Shania: Ih Nabilah, aku enggak mungkin sampai bunuh diri deh. Nangis juga mungkin enggak, paling cuma kecewa aja nanti.
Nabilah: Hihihi, kalau begitu semangat ya untuk menggaet Aldo.
Dan di meja yang lain juga, nampak seorang cewek sedang membicarakan Aldo dan teman-temannya.
Cewek: Vania, itu 4 cowok di kelas kamu kan?
Vania: Iya Manda, kenapa? Kamu naksir salah satu dari mereka?
Manda: Enggaklah, aku lihat gerak-gerik mata mereka ke seluruh penjuru kafe ini. Emang mereka semua jones ya?
Vania: Enggak, 2 diantara mereka udah punya pacar. Biarin ajalah toh mereka cuma cuci mata, mungkin yang 2 itu aku mau laporin kelakuannya ke pacar mereka.
Manda: Kamu sih udah biasa, aku kan risih dipandang seperti itu. Mungkin karena aku cantik pake banget ya?
Vania: Huuu, kepedean lu, mata mereka kan mengitari kafe ini, tidak berlama-lama mandangin kamu juga. Di kafe ini kan banyak juga cewek cantik lainnya berkumpul.
Manda: Siapa tahu aja begitu, jadi aku bisa kerjain mereka deh. Mungkin kugoda sedikit?
Vania: Ah, enggak usah urusin tuh cowok-cowok mesum. Entar mereka kebablasan lagi.
Sore pun tiba, Aldo dan teman-temannya melihat kafe sudah mulai sepi. Mereka pun menghabiskan minuman masing-masing yang dipesan tadi untuk menemani obrolan mereka. Indra yang membayar minuman mereka karena dia yang mengajak ngumpul kepada Aldo, Derry, dan Yudha. Setelah meninggalkan kafe, Aldo berpisah dengan 3 temannya dan menuju tempat dia memarkirkan motornya. Saat Aldo tiba di rumah, ia langsung menuju kamarnya untuk istirahat. Malamnya Aldo makan bersama kedua orang tuanya dan kakaknya. Selesai makan Aldo segera menuju kamarnya untuk berpikir. Aldo memikirkan entah berapa lama dia bisa berada di dunia mimpi setiap kali dia tidur. Tidak tentu lamanya ia bermimpi untuk menjalani kehidupan di mimpi, sehingga Aldo mulai bingung. Apakah ini akan berlangsung terus selama hidupnya atau akan berjalan beberapa tahun saja. Selagi terus memikirkan kemungkinan lamanya kehidupan mimpi ini akan berjalan, Aldo mendengar suara alarm yang seperti berasal dari smartphone-nya tapi saat dia melihat ke arah smartphone-nya di kasur, layarnya tidak menyala.
Aldo terbangun dari tidurnya tepat di jam 6 pagi ketika alarm dari smartphone-nya berbunyi, dan dia segera mengumpulkan kesadaran sepenuhnya. Dia bergegas mandi dan mengenakan seragam sekolahnya kemudian sarapan pagi bersama kakaknya di meja makan. Sesudah sarapan beberapa potong roti yang disiapkan kakaknya, Aldo berpamitan pada kakaknya dan menuju sekolah.
                        --------------------------------------------------------------------------------------
Aldo pun memulai pelajaran di kelasnya. Saat Pak Boby sedang menerangkan pelajaran Kimia, pintu kelas itu diketuk dan seorang siswi dipersilahkan masuk oleh Pak Boby.
Siswi: Permisi Pak Boby, saya mau memanggil 2 siswa di kelas ini untuk ikut saya ke ruang OSIS.
Pak Boby: Ya, boleh. Siapa saja?
Siswi: Namanya Aldo dan Yudha.
Pak Boby: Aldo, Yudha, segera ikut kakak kelas kalian ini ke ruang OSIS.
Aldo dan Yudha pun menuruti permintaan Pak Boby dan siswi itu lalu berpamitan ke Pak Boby dan dia menuntun Aldo serta Yudha keluar kelas, di luar kelas pun Yudha angkat bicara.
Yudha: Kak, boleh kenalan? Biar tahu mau manggil apa ke Kakak.
Aldo: Nama kakak ini Jessica Veranda, dipanggil kak Ve, lu jangan modus deh. Ingat cewek lu, Marsya.
Siswi: Kok kamu tahu nama aku?
Aldo pun mencari alibi bagaimana ia mengetahui nama Ve, karena dia tak mungkin bilang kalau nama itu diketahuinya dari mimpi.
Aldo: Emm, tadi aku sempat lihat tag name Kakak.
Ve: Oh gitu, terus kamu kok tahu aku biasa dipanggil begitu?
Aldo: Feeling aja sih hehe.
Yudha: Wah, lu udah kayak paranormal aja.
Ve pun tertawa menanggapi omongan Yudha barusan. Mereka lalu tiba di ruang OSIS. Aldo dan Yudha disuruh berjejer bersama 8 orang siswa lainnya yang nampaknya berasal dari kelas lain.
Ve bersama beberapa anggota OSIS lainnya ada berhadapan dengan para siswa yang dipanggil itu. Seorang siswa lalu mulai bicara.
Siswa: Perkenalkan nama saya Marko dari kelas 12 IPS 7. Saya adalah ketua OSIS dan maksud saya menyuruh para anggota OSIS lain memanggil kalian dari 5 kelas sepuluh adalah untuk merekrut kalian menjadi anggota OSIS yang baru, karena anggota OSIS sekarang kebanyakan kelas 12 dan seperti kalian tahu beberapa bulan lagi akan lulus, jadi kami merasa perlu melibatkan anak-anak kelas 10 untuk kegiatan OSIS dari sekarang.
Seorang siswa diantara 10 orang itu mengangkat tangan kanannya dan menarik perhatian semua anggota OSIS.
Marko: Iya, kenapa? Ada yang mau ditanyakan, Marvin dari kelas 10 IPA 7?
Marvin: Kak, kenapa anggota baru OSIS semua cowok?
Marko: Karena anggota OSIS sekarang dari kelas 10 semuanya cewek dan itu pun hanya 4 orang. Dan keseluruhan anggota OSIS didominasi cewek, dari kelas 11 dan 12.
Marvin pun mengangguk mengerti, dan Marko kembali berbicara.
Marko: Bagaimana? Ada yang keberatan ikut menjadi bagian dari OSIS?
Aldo(sambil mengangkat tangan kanan): Kak Marko, saya keberatan.
Semua mata tertuju pada Aldo. Aldo entah mengapa mempunyai feeling kalau ia tidak boleh menjadi anggota OSIS. Aldo pun bersiap dengan alasannya, yang tentu saja bohong.
Marko: Aldo kelas 10 IPA 3, kenapa kamu keberatan?
Aldo: Saya takut nanti kegiatan OSIS menyita waktu belajar saya, jadi nanti saya malah tinggal kelas lagi. Saya sekarang harusnya kelas 11, kak Marko.
Marko: Hmm, begitu ya. Oke, kamu tidak perlu ikut jadi anggota OSIS. Ada lagi yang keberatan?
Tidak ada lagi yang merasa keberatan sehingga Marko meresmikan 9 siswa kelas 10 itu sebagai anggota OSIS yang baru. Setelah itu mereka membubarkan diri ke kelas masing-masing.
Di saat berjalan menuju kelasnya, Aldo dan Yudha berbincang-bincang.
Yudha: Do, lu kenapa gak mau ikut OSIS? Lagian kadang-kadang lu nyontek waktu ujian dan belum pernah ketahuan.
Aldo: Tadi feeling gue mengatakan jangan jadi anggota OSIS, jadi begitu deh.
Yudha: Oh gitu, sebenarnya sih gue gak keberatan karena sekalian bisa cuci mata hahaha.
Aldo: Ah elu Yud, tidak cukup apa melihat cewek-cewek di kelas terutama Marsya?
Yudha: Enggak lah, tidak ada kata ‘cukup’ di kamus gue kalau soal itu. Lagian Marsya belum jadian sama gue, meskipun udah dekat.
Mereka berdua kembali ke kelas 10 IPA 3 dan duduk di bangku masing-masing. Di bangku bagian belakang tempat Yudha serta di bangku bagian depan tempat Aldo duduk, teman sebangku mereka menanyakan apa alasan mereka dipanggil anggota OSIS yang cantik tadi. William teman sebangku Yudha dan Indra teman sebangku Aldo mulai bertanya kepada mereka berdua. Bedanya adalah Indra bertanya dengan suara lebih pelan dari William karena di depan bangku Indra dan Aldo adalah tempat duduk Nabilah dan Sonya.
Indra/William: Lu berdua gak jadi dieksekusi?
Aldo/Yudha(heran): Hah? Dieksekusi? Maksudnya?
Indra/William: Dieksekusi oleh bidadari yang tadi.
Aldo/Yudha: Kami kan enggak berbuat salah, kenapa harus mati?
Indra/William(sambil memainkan alis mata): Bukan dimatiin, tapi itu loh.
Aldo dan Yudha pun mengerti maksud dari Indra dan William. Kepala Indra dan William kemudian ditoyor pelan oleh Aldo dan Yudha.
Aldo/Yudha: Ngeres banget pikiran kampret yang satu ini.
Indra/William: Hehehe, kali aja gitu.
Siswa yang mendengar pembicaraan mereka hanya bisa menahan tawa karena pelajaran Pak Boby masih berlangsung.
                        --------------------------------------------------------------------------------------
Istirahat tiba, kerumunan cowok kelas 10 IPA 3 sedang membicarakan game kesukaan masing-masing. Mereka sebagai gamers tidak malu mengakui game yang menjadi favoritnya. Ada yang suka main Resident Evil karena tokoh yang dimainkan cewek, ada yang suka main Pokemon Sapphire Version meski diledek ‘ketinggalan’ jaman karena sudah ada versi barunya. Ada pula yang bilang suka main Brave Dragon yang kurang populer dan terkesan gampang-gampang susah.
Di kerumunan cewek seperti biasa gosip gak jelas, hal-hal kecil pun diperbincangkan. Mulai dari berita seputar selebritis tanah air hingga mancanegara. Mereka juga membicarakan kenapa Aldo dan Yudha dipanggil ke ruang OSIS.
Vania: Shania, kamu tahu kenapa kak Ve manggil mereka berdua ke ruang OSIS tadi?
Shania: Aku sih sempat diberitahu kak Ve kalau anggota OSIS akan ditambah 10 orang lagi, dan semuanya harus cowok.
Jeje: Kenapa harus cowok semua, Shan?
Shania: Kata kak Ve sih itu keputusan bersama para anggota OSIS kelas 12 dan akan dipilih secara acak anak kelas 10 mana saja yang akan direkrut sebagai anggota.
Marsya: Berarti tadi Aldo sama Yudha diangkat jadi anggota OSIS dong?
Shania: Mungkin aja, aku bisa sering ngelihat muka Aldo yang ngeselin. Cape deh...
Vina: Yaelah Shan, sekarang lu bilang ngeselin, tapi nanti-nanti jadi bilang ngangenin setelah sering bertemu di ruang OSIS.
Shania: Iss Vina ngaco deh, ngapain aku kangen toh udah lihat muka dia di kelas setiap hari.
Jeje: Setiap hari? Emang lu kalau hari Minggu ketemu dia Shan?
Shania: Ampun deh, Jeje. Setiap hari yang aku maksud setiap Senin sampai Sabtu di kelas ini. Kok kamu jadi oon sih?
Jeje: Hehe, makanya diperjelas dong.
Vina: Emang udah jelas kan setiap hari sekolah, kecuali hari Minggu. Emang lu oon Je.
Vania: Lu habis obat ya Je?
Marsya: Eh? Memangnya Jeje minum obat apa biasanya?
Vania: Obat anti oon hahahaha
Jeje pun menoyor kepala Vania sambil cemberut karena perkataan Vania mengundang gelak tawa kerumunan siswi.
                        --------------------------------------------------------------------------------------
Sepulang sekolah, di ruang OSIS akan diadakan rapat. Para anggota OSIS diminta berkumpul dan di depan kelas 10 IPA 3 terlihat Marsya bersama Shania sedang ngobrol.
Marsya: Eh Shan, jangan deket-deket sama Yudha ya.
Shania: Kenapa? Kamu cemburu, bukannya Yudha belum jadi pacarmu?
Marsya: Pokoknya enggak boleh kamu dekat-dekat Yudha, nanti dia ke-GRan dikiranya kamu suka sama dia.
Shania: Iya, aku tahulah. Kamu pasti cemburu kan, gak usah alasan dia bisa ke-GRan sama aku. Tenang aja, Yudha bukan tipe cowok idamanku. Mukanya juga agak mesum gitu.
Marsya: Biarpun dia mukanya mesum kan yang penting ganteng. Kamu juga awasin dia jangan sampai ngegodain cewek anggota OSIS yang lain.
Shania: Siap bos!
Marsya: Hahaha lebay kamu, yaudah aku pulang duluan.
Marsya dan Shania pun berpisah. Shania berjalan menuju ke ruang OSIS. Sesampainya di ruang OSIS, anggota-anggota lainnya sudah berkumpul. Shania lalu duduk di salah satu kursi diantara kursi-kursi yang mengelilingi meja panjang di sana. Ketua OSIS pun angkat bicara.
Marko: Baiklah, anggota OSIS sudah lengkap. Mari kita mulai rapat.
Shania pun mendengarkan apa yang dibicarakan ketua OSIS sambil melihat sekeliling dan banyak wajah-wajah baru tapi jumlahnya hanya 9 orang cowok termasuk Yudha. Shania pun heran kenapa Aldo tidak hadir dalam rapat.
                        --------------------------------------------------------------------------------------
Sekitar 20 menit rapat OSIS pun dibubarkan, semua anggota OSIS sudah duluan keluar dan tinggal Yudha bersama Shania. Shania langsung menanyakan soal Aldo kepada Yudha.
Shania: Yud, kok tadi Aldo gak ikut rapat tadi?
Yudha: Oh, Aldo bilang ke ketua OSIS kalau dia keberatan jadi anggota OSIS.
Shania: Kenapa?
Yudha: Shan, kamu mau tahu aja atau mau tahu banget?
Shania: Iss, yaudah gak penting juga.
Shania lalu melangkah meninggalkan ruang OSIS. Baru 3 langkah Yudha bicara lagi.
Yudha: Katanya sih dia punya feeling untuk tidak mengikuti OSIS.
Shania pun menghentikan langkahnya sejenak kemudian melanjutkan langkah kakinya meninggalkan ruang OSIS. Yudha hanya menggelengkan kepala melihat sikap Shania.
Di saat yang sama di sebuah halte bus, Sinka sedang menunggu bus untuk pulang ke rumahnya. Kemudian Aldo lewat di halte bus itu dan dipanggil oleh Sinka. Aldo lalu berhenti tepat di depan Sinka.
Aldo(heran): Kok kamu tahu namaku?
Sinka: Aku kan sekelas denganmu, Aldo.
Aldo: Kamu siswi kelas 10 IPA 3?
Sinka: Iya, kamu bisa enggak ngantarin aku pulang? Aku biasanya pulang bareng kakakku, tapi tadi kakakku udah pulang duluan karena demam dan dijemput Ayah kami tadi.
Aldo: Bisa, ayo naik.
Sinka pun naik ke motor Aldo, berpegangan pada kedua pundak Aldo dan Sinka lalu menunjukkan jalan ke rumahnya kepada Aldo. Aldo merasa mengetahui tempat tujuan. Sesampainya di rumah Sinka, Aldo pun terbengong.
Aldo(berpikir): Loh, ini kan rumah Naomi. Berarti...
Lamunan Aldo terhenti oleh lambaian tangan Sinka di hadapannya.
Sinka: Hey, kenapa kok melamun?
Aldo: Eh enggak, kamu adiknya Naomi ya?
Sinka: Iya, kamu mau jenguk kak Naomi?
Aldo: Boleh, aku mau lihat keadaannya.
Aldo lalu memarkirkan motornya di pepohonan dekat gerbang rumah Naomi. Sinka lalu mengajak Aldo masuk ke rumahnya untuk menjenguk Naomi. Sesampainya di kamar Naomi...
Aldo: Hai Naomi, gimana keadaan kamu?
Naomi: Udah agak mendingan kok, kamu habis ngantarin Sinka ya?
Sinka: Iya Kak, aku diantarin Aldo tadi.
Naomi: Makasih ya Aldo...
Aldo hanya tersenyum dan setelah beberapa menit Aldo berpamitan pada Naomi lalu Sinka menemani Aldo ke depan pintu rumahnya.
Aldo: Aku pulang dulu ya Sinka, semoga Kakak kamu cepat sembuh.
Sinka: Iya, terima kasih ya Aldo. Udah mau ngantarin aku dan jenguk kak Naomi.
Aldo pun mengangguk dan kemudian berlalu dari rumah Sinka. Aldo pulang ke rumahnya.
Sinka kembali ke kamar Naomi menemaninya selama Naomi tidur. Sinka melihat raut wajah kakaknya terpancar rasa bahagia tadi ketika Aldo menjenguk dan Sinka pun tersenyum.
Di tempat lain, sebuah rumah yang berukuran sedang. Seorang gadis sedang memikirkan Aldo. Gadis itu pun bergumam sendiri di kamarnya.
Gadis: Kenapa ya tadi Aldo bisa tahu nama aku, juga nama panggilanku. Dia bilang tahunya dari tag name aku tapi kayaknya rambut aku cukup panjang deh untuk menutupi tag name, dan tadi juga tag name aku terhalangi rambut. Aku sempat menduga dia dan temannya yang bernama Yudha akan memanggil aku ‘kak Jessica’ atau ‘kak Veranda’ kalau aku tadi memberitahu namaku. Tapi ternyata Aldo udah tahu.
Ve: Apa mungkin Kak Melody pernah menceritakan tentang aku ke Aldo ya?
Melody memang mengenal Ve meskipun beda tingkatan kelas, karena mereka berkenalan di kantin sekolah saat Aldo semester 1 kelas 10 IPA 5. Ketika itu Melody sedang duduk sendiri di kantin dan tempat duduk lainnya sudah penuh dengan siswa-siswi meskipun tidak semuanya memesan makanan, ada yang sekedar nongkrong saja untuk ngobrol bersama. Ve tidak menemukan tempat duduk lain selain di hadapan Melody. Ve pun memutuskan bergabung dengan Melody yang sedang makan.
Ve: Maaf, boleh saya duduk di sini?
Melody(menghentikan makan sejenak): Boleh, silahkan duduk.
Ve pun tersenyum dan duduk berhadapan dengan Melody. Melody melanjutkan menyantap makanannya dan Ve mulai menyantap makanannya dengan cepat. Melody yang sudah selesai makan pun agak heran dengan kecepatan makan Ve.
Selesai makan, Ve pun segera mengajak Melody berkenalan, karena merasa segan tadi dia langsung makan saja lantaran sudah sangat lapar.
Ve(mengulurkan tangan kanan): Perkenalkan nama saya Jessica Veranda, kelas 11 IPA 5.
Melody(menjabat tangan kanan Ve): Kalau aku Melody Nurramdhani Laksani, kelas 12 IPA 5.
Mereka lalu melepas jabat tangannya.
Ve: Kak Melody, terima kasih ya atas tempat duduknya. Aku lihat tadi tempat duduk lainnya sudah penuh.
Melody: Iya, sama-sama Jessica. Adik aku tadinya mau duduk bareng aku tapi rupanya teman-temannya mengajaknya duduk bareng di tempat lain. Teman-teman sekelasku juga jarang ke kantin.
Ve: Adiknya kak Melody kelas berapa?
Melody: Adik aku kelas 10 IPA 5, namanya Aldo. Dia duduk di sana.
Melody menunjuk satu kerumunan cowok dan Ve pun menoleh ke sana. Terlihat Aldo sedang menggenggam pensil dengan tangan kanannya dilihat oleh teman-temannya sambil menulis sesuatu.
Ve: Yang mana ya Kak? Rame banget soalnya mereka.
Melody: Itu loh yang sedang memberikan pensil kepada temannya.
Terlihat Aldo sedang mengoper pensil kepada temannya yang lain. Temannya itu kemudian juga menulis sesuatu. Ve pun tahu yang mana Aldo.
Ve: Oh, yang itu. Mereka lagi ngapain ya Kak?
Melody: Aku gak tahu mereka ngapain, tapi sepertinya mereka menulis sesuatu deh. Biasanya sih hal-hal konyol yang mereka tulis kalau sudah berkumpul seperti itu.
Ve: Hihihi, ada-ada saja ya Kak.
Sejak perkenalan itu Melody dan Ve akrab karena sering makan semeja di kantin.
                        --------------------------------------------------------------------------------------
Aldo di kamarnya sedang SMS-an dengan Yudha.
Aldo: Gimana tadi Yud, enak jadi anggota OSIS?
Yudha: Gue agak ngantuk dengar hal yang dibicarakan kak Marko, sehingga kurang fokus deh dengan rapat tadi.
Aldo: Ah, kebiasaan lu.
Yudha: Tadi Shania nanyain elu Do.
Aldo: Hah? Nanya apa? Emang Shania anggota OSIS?
Yudha: Iya, dia anggota OSIS sebelum gue gabung. Dia nanya kenapa lu enggak ikut rapat OSIS. Ya gue jawab aja kalau lu enggak mau jadi anggota OSIS.
Aldo: Oh gitu, terus dia nanya alasan gue gak mau jadi anggota OSIS?
Yudha: Iya, tadi gue bilang aja feeling elu adalah alasannya. Udah dulu ya Do, efek pidatonya kak Marko buat gue ngantuk nih.
Aldo pun tak membalas SMS-nya lagi. Kemudian Aldo memikirkan kalau feeling nya mungkin adalah untuk menghindari Shania. Karena Shania di dunia nyata beda dengan Shania di dunia mimpi. Beberapa menit memikirkan perbedaan sifat Shania lalu Aldo mendengar bunyi dari smartphone-nya yang menandakan seseorang mengirim pesan LINE ke Aldo.
Naomi: Thanks ya Aldo tadi udah jenguk aku, besok aku sudah bisa masuk sekolah lagi.
Aldo: Iya sama-sama Mi, kamu kenapa bisa demam ya?
Naomi: Mungkin angin malam kemarin banyak yang masuk kamar aku. Soalnya jendela kamarku semalam lupa ditutup.
Aldo: Hmm begitu, lain kali jangan lupa tutup jendela ya. Aku khawatir loh kalau kamu sakit lagi.
Naomi: Oke, thanks ya atas perhatiannya.
Aldo lalu menanyakan kabar siswa-siswi kelas 11 IPA 5 kepada Naomi dan Naomi menceritakan kepada Aldo kalau ada beberapa yang sudah berpacaran. Sudah ada 5 pasangan di kelas dan Naomi masih single.
                        --------------------------------------------------------------------------------------

Malamnya, Ve mulai memejamkan matanya dan terbawa ke alam mimpi. Ve kemudian mendengar bunyi ringtone dari smartphone-nya yang menandakan ada yang meneleponnya. Ve heran dengan nama yang tertulis yaitu “Pacarku Marko”. Ve tiba-tiba mendapat kilas balik (flashback) kenapa dia bisa berpacaran dengan Marko. Ve juga menyadari dia bukan memakai baju tidur melainkan baju santai di rumah. Ve segera mengangkat telepon untuk mengetahui lebih banyak apa yang sedang terjadi.

Ve: Halo, ada apa Marko?

Marko: Hey sayang, aku mau ngajak kamu dinner nanti di Moonlight cafe.

Ve(secara spontan): Aku habis pulang dari sana, Marko.

Ve sendiri terkejut kenapa dia bisa spontan mengatakan itu.

Marko: Oh begitu, yaudah enggak apa-apa. Kamu pasti capek kan? Aku dinner bareng teman-teman aja ya.

Ve: Iya, thanks ya atas pengertiannya.

Marko pun menutup sambungan telepon dan Ve kembali mendapat beberapa flashback atau lebih tepatnya ingatan yang menunjukkan kalau Marko bukan ketua OSIS melainkan siswa kelas 11 IPA 5 bernama Jaka. Shania juga bukan anggota OSIS. Ve juga melihat ketika tadi dia di kafe bersama Yona, teman sekelasnya melihat kehadiran Aldo di kafe. Ve pun bergumam sendiri lagi.

Ve: Kenapa ya aku kayak punya rasa suka pada Aldo?

Ve kemudian mengecek smartphone-nya dan matanya terbelalak melihat layarnya. FRIDAY, 2015/12/18 | 04:55 PM adalah tanggal dan waktu yang ditunjukkan oleh smartphone-nya.

Ve: Berarti aku lagi mimpi dong?

TO BE CONTINUED...

By: E.D.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Between Dream And Reality, Part 12

GALLANT IMPACT, Chapter 25

GALLANT IMPACT, Chapter 29