Between Dream And Reality, Part 10

Part 10: Girls visiting your house

Belum sempat memberikan hadiah, smartphone Aldo berdering.

Aldo: Eh, kalian lanjut makan aja dulu. Nanti kalau sudah selesai baru kuberikan hadiahnya.
Ketiga gadis itu pun langsung melanjutkan makan, Aldo mengangkat telepon yang ternyata dari Melody.

Aldo: Halo Kak, ada apa?

Melody: Kamu udah makan atau belum?

Aldo: Kebetulan aku baru selesai makan, Kak.

Melody: Yaudah, kamu nanti langsung pulang ya, jangan keluyuran lagi.


Aldo: Baik Kak.

Hubungan telepon pun terputus, Aldo melihat Stella dan Sonia baru saja selesai makan dan sedang meminum jus jeruk mereka masing-masing. Sementara Naomi juga hampir selesai makan, dan beberapa menit kemudian Naomi sudah selesai makan lalu meminum jus apelnya.

Aldo: Nah, kalian sudah selesai makan. Sekarang akan kuberikan hadiahnya. Pertama-tama untuk Stella dan Sonia dulu.

Stella dan Sonia tersenyum-senyum menunggu hadiah yang mau diberikan Aldo. Naomi heran kenapa Aldo mau memberikan hadiah bersamaan pada Stella dan Sonia, meskipun kemungkinan adalah karena mereka kakak dan adik.

Aldo: Stella, Sonia... Ayah kalian pernah buka toko bunga ya, hehehe.

Seketika mereka berdua menutup mulut dengan sebelah tangannya, untuk menahan tawa. Naomi yang mendengar itu langsung gemas mencubit lengan Aldo.

Aldo: Eh, Mi, kenapa sih?
Naomi: Itu sih bukan hadiah, Aldo. Huh, dasar. Masih aja hobi ngegombal.

Aldo: Heheh, entar kamu juga dapat kok. Biarkan aku teruskan dulu, oke?

Naomi berhenti mencubit Aldo dan menggeleng-gelengkan kepala sambil tersenyum.

Stella, Sonia: Kok tahu?

Aldo tersenyum, lalu melanjutkan gombalannya.

Aldo: Karena hatiku berbunga-bunga melihat kalian berdua, wahahahahahaha.

Kedua gadis itu pun cekikikan, Naomi ikut tertawa meskipun tidak sampai seperti Stella dan Sonia. Setelah tawa mereka mereda, barulah Aldo melanjutkannya pada Naomi.

Aldo: Mi, kamu tahu gak bedanya bulan dengan kamu?

Naomi: Emang apa bedanya? Bulan kan benda, aku bukan benda. Itu kan bedanya?

Aldo: Bukan, kalau itu sih sudah pasti. Yang kumaksud ada sedikit persamaan kamu dengan bulan, dan disitu juga baru ada perbedaannya.

Naomi: Maksud kamu?

Aldo: Kalau bulan kan cahayanya menerangi gelapnya malam hari, kalau cahaya dari kamu menerangi gelapnya hatiku hahahaha.

Naomi pun tertawa sambil mencubit pelan Aldo yang terus berusaha menghindar, Stella dan Sonia kembali tertawa terbahak-bahak mendengarnya. Tak lama kemudian mereka sudah berhenti tertawa, Naomi juga sudah berhenti mencubit Aldo.

Aldo: Oh iya, Mi, selamat ya.
Naomi: Selamat buat apa? Oh, kamu mau gombal lagi ya?
Aldo: Enggak kok, ini beneran. Selamat karena adik kamu peringkat 1 di kelas pada tahun ajaran lalu.
Naomi: Hah? Sinka maksud kamu?
Aldo: Iya dong, siapa lagi?
Naomi: Wah, hebat deh adikku Dudut.
Aldo(heran): Eh, adik kamu kan Sinka, Dudut itu siapa?
Sonia: Iya kak Naomi, Dudut itu siapa?
Stella: Mi, bukannya kamu cuma punya satu adik ya?
Naomi: Emm, Dudut itu panggilan aku buat Sinka. Soalnya kalau di rumah dia setiap kali belajar pasti sambil ngemil.
Aldo: Oh, emang sih kalau aku perhatiin antara kamu dan Sinka, lebih langsing kamu hehehe.
Naomi: Huss, jangan ngegombal lagi.
Aldo: Hehe, iya deh, emangnya Sinka pas ngemil sambil belajar, bukunya gak kena tuh sisa-sisa makanannya?
Naomi: Enggak dong, kan dia letakkan bukunya agak jauh, dan bisa membacanya pakai kacamata sambil ngemil.
Aldo: Hmm pantes, hebat juga ya adik kamu. Oh iya, kamu peringkat berapa di kelas?
Naomi: Aku juga peringkat satu, Aldo.
Aldo: Wah, selamat juga ya. Eh, Stella, Sonia, kalian gak ngucapin selamat nih?
Stella, Sonia: Udah tadi.
Aldo: Kompakan banget hehehe.
Naomi: Iya, terimakasih ya Aldo.
Aldo: Hahaha, kamu juga kompakan dengan adik kamu, sama-sama peringkat 1.
Stella, Sonia: Kami juga sama kok!
Aldo: Eh, kalian juga sama-sama peringkat 1 di kelas?
Stella, Sonia: Bukan, kami peringkat 2 di kelas.
Aldo: Oh, terus peringkat 1 di kelas kalian cowok atau cewek?
Stella, Sonia: Cowok, dan ngeselin banget!
Aldo: Waduh, hahaha, kok bisa ya samaan. Atau jangan-jangan itu peringkat 1 nya saudara juga kayak kalian?
Stella, Sonia: Pastinya bukan! Ogah banget kalau samaan.
Aldo: Hehehe, kalian dari tadi kompak banget ngomongnya.
Ketiga gadis itu tertawa, dan Aldo cengengesan melihat tingkah kakak beradik itu. Bel pertanda waktu istirahat pertama berakhir telah berbunyi, dan mereka berempat berpisah dan segera menuju kelas masing-masing. Saat sampai di kelasnya, Aldo melihat Bagus menduduki kursinya dan sedang ngobrol dengan Sonya. Aldo berdehem di dekat Bagus.
Bagus: Eh, Aldo. Kok lu udah datang?
Aldo: Parah lu, emang lu gak tahu kalau waktu istirahat udah habis?
Bagus: Hehehe, iya juga ya.
Lalu Bagus beranjak dari bangkunya Aldo, dan berjalan kembali ke bangkunya, Aldo langsung kembali duduk di bangkunya yang tadi diduduki Bagus. Baru saja ia duduk, langsung segera berdiri lagi sambil memanggil Bagus, dan yang dipanggil pun menghampiri Aldo.
Bagus: Kenapa, Do?
Kemudian Aldo berbisik-bisik pada Bagus.
Aldo: Lu punya anak berapa sih?
Bagus: Hah? Gue mana punya anak, ngaco lu Do.
Aldo: Buktinya, ini bangku gue panas habis lu dudukin, berarti kan lu punya banyak anak.
Bagus: Oh itu hehehe, gue tadi langsung duduk di bangku elu pas lu ngacir ke kantin.
Aldo: Parah banget lu, jangan-jangan lu transfer panas dari bangku elu ke bangku gue ya?
Bagus: Hehe, lu tahu kan gue mau deketin Sonya, tapi gue lihat sih dia naksir sama elu.
Aldo: Ah, bukan alasan itu untuk transfer panas ke bangku gue. Entar gue bantuin elu buat deketin Sonya, gue nanti ngomong dengan dia biar dia pindahin aja naksirnya ke elu, Gus.
Bagus: Oh, sip lah kalau gitu. Hahaha, ada-ada aja perkataan lu, Do. Masa naksir bisa dipindahin?
Aldo: Udah, lu jangan banyak alasan, sekarang kipasin bangku gue, habis lu dudukin sampai panas sih.
Bagus terkekeh lalu mengambil bukunya Aldo dan mulai mengipas bangkunya Aldo. Melihat itu Aldo menyentil telinga kanan Bagus.
Bagus: Aduh, Do, kenapa sih?
Aldo: Monyong lu Gus, kipasin bangku gue masa pakai buku gue juga.
Bagus: Kan biar cepat, hehehe.
Tiba-tiba Derry berteriak pada Bagus.
Derry: Woi, Gus, lu mau jualan sate ya di kelas?
Seketika itu juga gelak tawa terdengar, Aldo juga ikut menertawai Bagus. Bagus langsung sewot kepada Derry.
Bagus: Diam lu, kunyuk.
Aldo: Hahaha, udahlah, kayaknya sudah gak panas lagi. Sini buku gue, nanti lu robek pula karena geram pada Derry.
Lalu Bagus berhenti mengipas dan memberikan buku itu pada Aldo, ia menuju bangkunya dan ketika sudah duduk ia memelototi Derry, yang hanya cengengesan.
Pelajaran di kelas itu berlanjut, dan rupanya pelajaran bahasa Italia yang dimulai. Karena Aldo bosan dengan pelajaran ini, ia lalu menuliskan sesuatu di buku tulisnya dengan pensil, ia lalu melirik ke belakang sejenak dan melihat Nabilah sedang asyik menggambar dan Heru melihatnya sambil sesekali menghadap ke depan agar tidak ketahuan Pak Pirlo.
Aldo segera menyenggol pelan lengan Sonya untuk memberikan pesan tertulis itu padanya.
Aldo: Sonya, aku mau ngomong yang penting.
Sonya yang membacanya segera menulis balasannya dengan pensil juga dan memberikan pada Aldo lagi.
Sonya: Kamu mau ngomong? Tapi kok pakai tulis begini?
Aldo yang membacanya segera cepat menulis dan memberikan lagi pada Sonya.
Aldo: Dasar Panda, kan gak mungkin aku pakai suara, gak lihat tuh ada guru, terus juga ini hanya antara kamu dan aku.
Dan Sonya langsung menulis lagi, mengoper kembali pada Aldo.
Sonya: Oh iya, hehehe. Yaudah, mulai saja apa yang mau kamu omongin.
Mereka berdua mulai menulis dan mengoper bergantian.
Aldo: Emm, apa kamu suka sama aku? Soalnya aku perhatikan sih dari semester 2 tahun ajaran lalu sih begitu.
Sonya: Sok tahu kamu, memangnya kenapa kalau benar? Dan kalau gak benar, kenapa?
Aldo: Kalau benar, maaf deh aku gak bisa balas perasaan kamu karena suatu alasan. Dan kalau gak benar, yaudah lupain aja. Dan alasan itu gak perlu kamu tahu.
Sonya: Beritahu aku alasan itu. Aku emang suka sama kamu sejak semester 2 lalu.
Aldo: Kamu bilang begini cuma mau tahu alasan itu kan?
Sonya: Enggak, beneran aku mulai suka sama kamu sejak kamu nolongin cewek yang kamu gak kenal itu.
Aldo: Oh, maksud kamu Violet?
Sonya: Violet siapa?
Aldo: Ya itu, nama cewek SMP yang aku tolong adalah Violet, dia adiknya kak Ve, alumni sekolah ini yang baru lulus beberapa bulan lalu. Aku juga baru tahu itu setelah ngantar Violet ke rumahnya waktu itu.
Sonya: Hmm, begitu, eh tapi kenapa malah ngomongin Violet? Alasan itu apa, ayo beritahu aku.
Aldo: Oke, jadi sebelum aku beritahu kamu akan aku tunjukkan foto seseorang dulu dari HP-ku.
Saat Sonya membaca tulisan Aldo yang barusan, ia lalu melihat Aldo sedang merogoh saku celananya dan mengeluarkan smartphone-nya lalu membuka kunci dengan nomor PIN-nya dan ia lalu membuka galeri foto dan menampilkan beberapa foto, ia memperbesar salah satu foto seorang gadis di sana. Ia lalu menunjukkan pada Sonya, yang melihat seksama sambil mengernyitkan alis. Setelah itu Aldo kembali menyimpan smartphone-nya di saku celana.
Kembali mereka saling menulis dan mengoper buku tulis itu untuk membicarakan hal ini.
Sonya: Itu foto siapa? Kok agak mirip denganku? Kayaknya diantara foto-fotoku yang aku upload di facebook, aku gak pernah deh foto di background itu.
Aldo: Kamu emang gak pernah foto di background itu, karena emang bukan kamu gadis di foto itu.
Foto yang tadi ditunjukkan Aldo pada Sonya adalah foto Frieska dengan background depan rumahnya Aldo.
Sonya: Jadi kalau bukan aku, itu siapa? Kan bisa aja itu foto hasil photoshop.
Aldo: Aku mana bisa photoshop, dan foto itu asli karena aku sendiri yang mengambilnya.
Sonya: Hmm, siapa dong? Ayooo beritahu.
Aldo: Itu adalah anak dari tanteku, artinya dia adik sepupuku, namanya Frieska Anastasia.
Sonya: Oh iya aku baru ingat, jadi kamu punya sepupu yang mirip denganku?
Aldo: Nah, sekarang kamu tahu kan? Aku gak bisa balas perasaan kamu itu, karena nanti sama saja aku pacarin sepupuku sendiri. Kamu ngerti kan?
Sonya: Hmm, aku ngerti kok. Aku gak nyangka ya ada gadis yang mirip denganku.
Aldo: Iya, kamu bukannya pernah lihat dia di rumahku, waktu jenguk aku bareng yang lain.
Sonya: Hihihi, aku udah mulai lupa dengan wajahnya, aku juga gak perhatikan dengan jelas wajahnya waktu itu.
Aldo: Dia juga lahir di tahun yang sama dengan kamu. Bulan Maret juga, tapi dia duluan daripada kamu.
Sonya: Eh? Kok bisa, aku tanggal 18 Maret, kalau dia?
Aldo: Frieska tanggal 4 Maret ulang tahunnya, hehehe. Aku sendiri juga heran. Sekarang, kamu udah ngerti jadi aku harap kamu bisa naksir cowok lain ya. Bagus misalnya.
Sonya: Iya, aku paham kok. Anyway, thanks ya Aldo.
Aldo: Buat apa?
Sonya: Karena kamu udah beritahu aku kalau ternyata Frieska mirip denganku.
Aldo: Oh, hahahah. Kalau perlu kapan-kapan kamu ngobrol akrab dengan dia ya. Kan dia ‘kembaran’ kamu.
Sonya: Aku senang kok punya ‘kembaran’ hihihi.
Aldo: Yaudah, sekarang kita perhatikan pelajaran Pak Pirlo, daripada nanti ketahuan ini.
Sonya yang membaca tulisan Aldo barusan hanya mengangguk pelan, dan mereka berdua kembali fokus memperhatikan apa yang Pak Pirlo bicarakan. Sementara itu di kelas 11 IPS 5, Frieska tiba-tiba bersin sejenak, ia segera menyeka hidung dengan tisu yang diberikan teman sebangkunya Andela.
------------------------------------------------------------
Waktu istirahat kedua tiba, Aldo segera pergi ke kantin untuk memberi ‘kesempatan’ pada Bagus agar PDKT dengan Sonya.
Di kantin yang tidak begitu ramai, Aldo tak kesulitan mencari tempat duduk, ia pun segera duduk di meja untuk 4 orang seperti waktu istirahat pertama tadi, tapi yang ini rapat ke dinding kantin. Tiba-tiba saat ia sedang browsing dengan wifi, Frieska datang bersama seorang gadis berambut sepunggung.
Frieska: Kak Aldo, sendiri aja nih?
Aldo yang agak menunduk segera mengangkat kepala dan tersenyum pada Frieska. Ia juga melihat seorang gadis yang tag namenya tertutupi rambut lebatnya.
Aldo: Eh, dedek Mpris. Iya, lagi sendiri, kamu bareng siapa?
Frieska: Ini teman sekelasku, namanya Andela.
Andela dan Aldo pun berkenalan dan berjabat tangan sebentar.
Aldo: Eh, itu makanan kalian jangan dianggurin. Buruan disantap.
Andela: Kak Aldo gak makan?
Aldo: Aku udah makan kok tadi, tanya aja dedek Mpris.
Frieska: Iya Del, kak Aldo tadi udah makan pas istirahat pertama. Kak Melody yang ngasih tahu aku. Kami makan dulu ya, kak Aldo.
Aldo hanya mengangguk ramah, lalu kembali browsing dengan wifi. Sekitar 8 menit setelah itu, Frieska dan Andela selesai makan.
Andela: Oh iya Mpris, kak Melody itu siapa?
Frieska: Tanya aja kak Aldo, hihihi.
Aldo: Hah? Ada apa, Andela sang pemanah hati?
Andela tertawa dan Frieska segera memanyunkan bibir.
Frieska: Hm, mulai deh hobinya.
Andela: Eh, hobi apaan Mpris?
Frieska: Kak Aldo tuh hobinya ngegombal, kamu jangan kemakan gombalan dia, Del.
Aldo: Hahaha, sensi banget dedek Mpris.
Frieska: Habisnya, kak Aldo kalau lihat cewek bening dikit pasti pengen ngegombal.
Andela: Hihihi, kalau gak salah kamu juga pernah digombalin ya Mpris?
Frieska: Iya tuh, lihat deh kak Aldo cengengesan terus.
Aldo: Hehehehe.
Andela: Kak Aldo, siapa itu yang dibilang Frieska tadi?
Aldo: Oh, maksud kamu kak Melody? Dia kakak aku satu-satunya...
Andela: Jangan-jangan pernah digombalin juga ya?
Aldo: Enggak kok, lagian mana mempan, kak Melody udah punya calon.
Andela: Hah? Calon suami?
Aldo: Bukanlah, masih kuliah, maksud aku calon pacar. Aku yang comblangin.
Frieska: Hahaha, kak Aldo comblangin kak Melody, tapi sendirinya jomblo.
Aldo: Makanya, aku nunggu dedek Mpris yang comblangin. Misalnya sama Andela.
Frieska: Tuh kan Del, kamu jangan kena umpan.
Andela: Hihihi, enggak kok Mpris. Oh iya aku mau dong coba sekali digombalin.
Frieska: Ya ampun Del, nanti kak Aldo jadi PD, jangan deh.
Aldo: Hehehe, boleh deh. Mpris, tenang aja, ini cuma candaan. Enggak serius kok.
Andela: Hmm, mulai dong kak Aldo.
Aldo: Andela, kamu punya kakak?
Andela: Hah? Apa hubungannya?
Aldo: Jawab aja dulu, Del.
Andela: Iya, aku punya satu kakak perempuan. Kenapa emangnya, kak Aldo?
Aldo: Kamu mau tahu gak bedanya kamu dengan kakak kamu, Del?
Andela: Emang kak Aldo kenal dengan kakak aku?
Aldo: Gak kenal sih, kamu coba bilang ‘Emang apa bedanya?’
Andela: Emang apa bedanya?
Aldo: Kalau kakak kamu senyumannya seperti gula sesendok makan, tapi kalau kamu senyumannya seperti gula 2 sendok makan hahahahaha.
Andela dan Frieska pun tertawa cekikikan, lalu kembali Andela berbicara.
Andela: Kak Aldo emang pernah lihat kakak aku?
Frieska: Iya nih, kak Aldo sok tahu deh.
Aldo: Ya enggaklah, mana pernah aku kenal kakak kamu, Del. Namanya juga ngegombal, jangan dianggap serius. Hahaha.
Mereka mengobrol hal lain, diantaranya Frieska dan Andela menceritakan siapa peringkat 1 di kelas, yaitu teman mereka Manda. Aldo hanya mendengarkan, meskipun ia berpikir apakah mungkin Manda yang sama di mimpinya, yang diperkenalkan oleh Frieska kepadanya.
Ketika waktu istirahat kedua habis, mereka berpisah kembali ke kelasnya masing-masing, dan Aldo melihat Bagus sedang mengipasi bangkunya saat ia tiba di kelas 11 IPA 3. Pelajaran sekolah pun kembali berlanjut, Aldo berniat mengajak Naomi mampir ke rumahnya untuk menemani kakaknya, karena Melody saat ini sedang libur kuliah, jadi ia sendiri di rumah.
Sepulang sekolah, Aldo segera mengirim pesan LINE pada Naomi untuk mengajaknya mampir ke rumah, dan kebetulan Naomi juga mau ke sana bertemu kakaknya Aldo, karena terakhir mereka bertemu adalah di saat pemakaman kedua orang tuanya Aldo.
Di parkiran mobil, nampaknya Sinka sedang berbicara dengan Naomi di mobil.
Naomi: Sinka, kita hari ini mampir ke rumahnya Aldo ya.
Sinka: Yaudah deh Kak, tapi makan siang dulu ya, terus ganti baju di rumah dulu.
Naomi: Oke Dut!
Saat Naomi dan Sinka sudah bersiap-siap untuk pergi ke rumahnya Aldo, Stella dan Sonia ternyata berkunjung ke rumahnya, ingin mengajak jalan-jalan karena bosan di rumah. Mereka berempat pun memutuskan pergi bersama ke rumahnya Aldo, dan menggunakan mobil Naomi. Mobilnya Stella ditinggal di rumahnya Naomi dan satpam rumahnya Naomi yang menjaganya. Di mobilnya Naomi, Naomi yang menyetir dan Stella duduk di sampingnya, sedangkan adik mereka duduk di belakang.
Sementara itu, di rumahnya Melody, Aldo sedang berbincang dengan kakaknya di sofa ruang tamu, mereka sudah selesai makan siang sekitar 20 menit yang lalu.
Aldo: Kak, nanti ada teman ngobrol untuk Kakak. Aku yang undang, dia teman aku di sekolah.
Melody: Siapa?
Aldo: Nanti juga Kakak tahu sendiri.
Bel rumah mereka berbunyi, dan Aldo beranjak untuk membukakan pintu.
Aldo: Eh, Naomi, udah datang. Wah, rame juga. Ayo masuk semuanya.
Keempat gadis itu pun masuk, dan segera dituntun Aldo menuju ruang tamu, Melody yang melihat siapa yang datang segera menyambut dan ia berpelukan dengan Naomi sejenak.
Melody: Wah, Naomi, apa kabar? Udah lama kamu gak mampir ke sini.
Naomi: Kabarku baik kak Melody, aku datang ke sini bareng teman juga.
Melody(sambil menunjuk Sinka): Eh, ini siapa? Teman kamu, Mi? Kok agak mirip denganmu?
Sinka: Kak, aku adiknya kak Naomi.
Melody pun manggut-manggut, dan ia lalu memandang Stella dan Sonia.
Melody: Hai, kalian berdua juga datang kan waktu itu di pemakaman? Tapi kalian siapa ya?
Stella: Kak, namaku Stella, temannya Naomi. Dan ini adikku Sonia.
Para gadis itu berkenalan singkat dengan Melody, dan mereka lalu duduk di sofa ruang tamu. Melody kembali membuka pembicaraan pada Aldo.
Melody: Aldo, masa pacar datang didiamin aja.
Aldo: Hah? Pacar? Aku mana punya pacar, Kak.
Melody: Kan Naomi pacar kamu.
Aldo: Bukan, Kak. Tanya aja sendiri pada Naomi.
Melody: Benar, Mi? Kamu gak pacaran sama Aldo?
Naomi: Kak Melody, aku dan Aldo cuma temenan kok. Tapi mungkin aja Aldo pacaran dengan Sinka, hihihi.
Sinka: Loh, kok jadi aku sih, kak Omi?
Naomi: Kamu kan sekelas dengan Aldo, kali aja kalian pacaran.
Melody: Bener apa yang dibilang Naomi, dek?
Aldo: Ya ampun Kak, jangan percaya, Sinka aja gak ngerasa pacaran denganku, aku tentu aja gak merasa gitu juga.
Sinka: Tapi mungkin aja pacarnya Aldo adalah kak Stella.
Stella: Hah? Sinka, kok aku juga kena?
Sinka: Hihihi, habisnya kak Stella dari tadi ngelirik Aldo diam-diam. Aku perhatikan loh.
Para gadis lain tertawa, Aldo ikut tertawa tapi sambil canggung karena ia memang merasa tadi Stella sesekali meliriknya. Stella agak tersipu malu.
Melody: Hihi, jadi bener gak dek, apa yang dibilang Sinka?
Aldo: Ckckck, Kak. Kalau aku punya pacar, gak bakalan diumpetin. Pasti aku beritahu Kakak sebelum beritahu teman-temanku.
Stella: Iya kak Melody, kalau Aldo punya pacar pasti maunya yang seperti adikku.
Sonia: Tuh kan, ujung-ujungnya aku juga dibawa. Ci Stella gitu banget deh.
Sonia segera menggembungkan pipi, dan ditertawai oleh semuanya.
Aldo: Hahaha, Stel. Emangnya kamu tahu karakteristik pacar yang aku mau?
Stella: Gak tahu sih, tapi pastinya yang seperti Sonia kan?
Seketika itu juga Stella digelitiki pinggangnya oleh Sonia, dan mengundang tawa dari yang lain.
Aldo: Stel, aku belum niat untuk pacaran kok. Kan kak Melody belum pacaran, jadi aku gak mungkin pacaran juga.
Melody: Huss, dek. Malah bawa-bawa Kakak lagi, kamu kalau mau pacaran gak akan Kakak larang kok.
Aldo: Enggak ah Kak, nunggu Kakak pacaran dulu baru aku akan cari pacar.
Kemudian Melody tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepala, mereka kemudian mengobrol mengenai hal lain, Aldo hanya menjadi pendengar obrolan para gadis itu.
------------------------------------------------------------
Sore tiba, keempat gadis itu pamit pulang pada Melody. Aldo merasakan kalau Melody sangat senang sehabis mengobrol dengan para gadis itu, jadi ia tidak suntuk di rumah selama liburan kuliah. Aldo pun berniat untuk mengajak teman-temannya yang lain untuk mampir ke rumah keesokan harinya, dan mungkin setiap hari seterusnya.
Hari Selasa pagi, Aldo baru saja tiba di kelasnya ketika smartphone-nya bergetar pertanda ada SMS masuk. Ia langsung bertukar pesan dengan si pengirim pesan yaitu Devin.
Devin: Aldo, nanti kita tanding kartu yuk.
Aldo: Kartu apaan? Kartu remi?
Devin: Bukan, kartu TCG yang biasa sering kita tanding waktu kita sekelas dulu. Kalau kartu remi, gue udah bosan menang.
Aldo: Hahah, monyong. Gue kira kartu remi, tapi gue gak bawa punya gue. Lu ngajak tanding dadakan sih.
Devin: Tenang aja, gue ngajak tanding dadakan, gue sendiri gak bawa juga. Tapi karena si Hilman bawa 2 tumpukan, jadi kita masing-masing pakai 1 karena Hilman juga bilang mau menguji mana yang lebih hebat di antara 2 tumpukan kartu punya dia itu.
Aldo: Oh, begitu. Yaudah, tapi si Hilman gak mihak kan? Maksudnya ngasih elu yang bagus-bagus untuk tanding lawan gue.
Devin: Enggak, tenang aja. Gue gak dikasih lihat apa yang akan gue gunain, kalau elu gak percaya nanti tanya aja Reno, Harris, Bondan, Andi.
Aldo: Arena tandingnya elu bawa? Atau Hilman yang bawa?
Devin: Tentu si Hilman dong, kan dia tadinya mau tanding kendalikan sendiri. Gue lihat itu terus usulin deh mending kedua tumpukan kartu itu kita berdua yang kendalikan, Hilman nonton aja.
Aldo: Hmm, okelah. Mentang-mentang elu jago hahaha.
Devin: Hahaha, elu kan juga jago. Malahan elu lebih sering menang daripada gue.
Aldo: Itu sih karena elu nyusun strategi sambil kelamaan mikir dampaknya.
Devin: Hehehe, gue udah gak kayak gitu lagi. Kita lihat nanti siapa pemenangnya, mereka berlima jadi saksi.
Aldo: Yaudah, nanti istirahat kedua aja ya. Gue makan di istirahat pertama soalnya.
Devin: Hmm, oke deh. Tenang aja, gue gak akan cari kesempatan untuk ngintip 2 tumpukan kartu itu.
Aldo tidak membalas SMS lagi, ia segera memasukkan smartphonenya kembali ke saku celana. Pelajaran pertama dimulai, Sonya bertanya siapa yang SMS-an dengan Aldo tadi, dan Aldo hanya menjawab ‘teman lama’.
Istirahat pertama tiba, Aldo pergi makan ke kantin dan saat ia sudah duduk sendiri di meja untuk 2 orang, ia tidak langsung makan, melainkan mengirim SMS pada Melody untuk memberitahu kalau ia hendak makan. Tiba-tiba ada seorang gadis mendekati mejanya.
Gadis: Emm, maaf, boleh aku duduk di sini? Tempat duduk lainnya sudah penuh.
Aldo melihat sekeliling kantin dan ternyata benar, hanya di tempat duduk yang berhadapan dengan tempat duduk Aldo masih kosong.
Aldo: Hmm, nama kamu siapa ya?
Gadis: Namaku Sisca.
Aldo: Oke, Sisca, duduk aja. Kebetulan aku sendiri dari tadi.
Sisca tersenyum, lalu duduk di kursi berhadapan dengan Aldo. Sekilas Aldo melihat wajah Sisca mirip seseorang, tapi ia lupa siapa.
Sisca: Emm, kalau nama kamu siapa?
Aldo: Namaku Aldo, kelas 11 IPA 3.
Sisca: Oh, kakak kelas. Maaf, aku gak tahu.
Aldo: Hahah, enggak apa-apa. Kamu masih kelas 10, Sisca?
Sisca: Iya, Kak. Kelasku 10 IPS 3.
Mereka berdua lalu makan bersama, dan Aldo tentu saja sudah selesai duluan meskipun makanan mereka sama jenis dan porsinya. Aldo langsung heran saat melihat tag name Sisca sambil meminum jus jeruknya, ia menunggu Sisca selesai makan untuk menanyakannya. Saat Sisca baru selesai makan dan mengelap bibirnya dengan tisu, Aldo mulai bertanya.
Aldo: Emm, Sisca, kamu orangnya PD ya?
Sisca(heran): Hah? Maksud Kakak?
Aldo: Itu tag name kamu tertulis ‘Fransisca Saraswati P.D.’
Sisca: Oh, nama panjangku Fransisca Saraswati Puspa Dewi, Kak.
Aldo: Hmm, jadi PD itu Puspa Dewi, aku kira kamu orangnya PD hehehe.
Sisca: Ada-ada aja kak Aldo, mana mungkin di tag name boleh ditunjukkan orangnya PD.
Aldo: Hahahah, kali aja.
Mereka saling bercerita suasana kelasnya, Aldo juga merasa Sisca imut karena ketika dia tertawa, giginya nampak seperti tonggos, walaupun tidak membuat ilfeel bagi Aldo. Tak lama kemudian mereka berpisah kembali ke kelasnya masing-masing.
Waktu istirahat kedua pun tiba, dan Aldo segera menuju kantin lagi untuk mencari Devin dan yang lainnya. Ia berjalan pelan mengitari kantin dan akhirnya menghampiri sebuah meja dimana sudah ada Devin, Bondan, Andi, Harris, Hilman, dan Reno.
Aldo: Hai kawan-kawan, gimana? Biar adil, jumlah kartunya sama kan?
Hilman: Iya dong Do, kalian sama-sama pakai 50 kartu. Gue juga bawa arena tandingnya
Reno: Nanti gue dan Andi akan jadi penasehatnya Devin.
Andi: Yo’i, terus Bondan dan Harris jadi penasehat elu, Do.
Aldo: Gue gak perlu penasehat kok.
Harris: Ckckck, Do. Devin yang sekarang pemikiran strateginya dahsyat loh.
Bondan: Bener Do, kami beberapa kali tanding dengan dia, cuma bisa sekali menang.
Hilman: Gue malahan gak pernah bisa menang lagi lawan dia. Makanya gue agak ragu mana diantara 2 tumpukan kartu gue yang lebih hebat, karena tak sekalipun bisa menang lawan punya Devin.
Devin: Hahaha, lu denger sendiri kan Do? Nanti elu siap-siap kalah ya?
Aldo: Yaudah, mending kita mulai aja deh. Shuffle dulu.
Pertandingan kartu TCG pun dimulai antara Devin melawan Aldo setelah Hilman menggelar arena tandingnya. Hilman berdiri menyaksikan, sementara Aldo duduk diapit Bondan dan Harris, Devin duduknya diapit Andi dan Reno. Sebagaimana penasehat, Reno dan Andi sesekali menyarankan Devin untuk menggunakan kartu di tangannya, Harris dan Bondan juga menyarankan Aldo menggunakan kartu yang berfungsi sebagai ‘umpan’. Aldo mengikuti strategi yang disarankan Harris dan Bondan, sehingga pertandingan itu berakhir dengan kemenangan Aldo.
Devin: Haaah, gue kalah.
Aldo: Hahaha, Vin. Padahal kalau gue salah strategi tadi, lu bisa menang loh.
Devin: Hmm, gimana kalau kita tanding sekali lagi, tapi sekarang tukaran.
Aldo: Okelah, ayo!
Mereka kemudian bertukar tumpukan 50 kartu itu dan mengocoknya kembali, seperti tadi kembali para ‘penasehat’ memberi saran, yang diikuti oleh kedua peserta tanding itu, hasilnya adalah Devin yang menang.
Devin: Yeah, kali ini gue menang!
Aldo: Hahaha, padahal gue salah timing tuh.
Devin: Hmm, benar juga ya. Nah, Man, lu udah tahu kan kalau yang terakhir gue gunakan ini yang lebih hebat susunan kartunya.
Hilman: Oke, thank you Devin, Aldo.
Devin: Tapi kayaknya kurang seru deh kalau pakai punya elu, Man.
Aldo: Wah, Vin. Gue tahu kok maksud elu, pasti mau tanding dengan punya gue lagi kan?
Devin: Heheh, tahu aja lu. Besok kita tanding pakai punya kita ya, Do. Gue udah rombak banyak susunan kartu gue sehingga yang sekarang susah dikalahin Reno, Andi, Harris, dan Bondan.
Aldo: Yaudah, gue sih oke-oke aja. Gue nanti rombak sedikit ajalah, jumlahnya jadi 50, kan terakhir gue pakai jumlahnya masih 60.
Devin: Nah, kebetulan Do. Susunan kartu gue sekarang 50, gak kayak sebelumnya cuma 45.
Aldo: Hmm, nanti pulang gue akan segera lihat lagi dan akan gue lap. Soalnya udah lama gak dipakai, mungkin udah berdebu.
Devin: Jadi besok kita tandingnya seperti waktu sekarang, kan Do?
Aldo: Benar, nanti gimana? Pakai penasehat juga?
Harris: Hahah, gue gak perlu deh. Kan itu susunan kartu punya lu, jadi gue rasa strategi elu nanti lebih bagus, Do.
Bondan: Sama Do, gue gak ikut campur deh nanti.
Reno: Gue kayaknya nonton aja deh, Vin.
Andi: Iya, Vin, gue gak mau bantu elu, biar elu kalah nanti hahaha.
Devin: Hahah, kunyuk lu Di, tenang aja gue juga gak mau ada penasehat kalau tanding dengan susunan kartu gue sendiri. Bukannya sombong tapi biar strategi gue murni, jadi nanti kalau menang lawan Aldo bisa lebih bangga gue.
Mereka kembali tertawa bersama-sama, dan kemudian waktu istirahat kedua sudah berakhir, Aldo pun berpisah dengan teman-temannya.
Sepulang sekolah, Aldo mengajak Jeje mampir ke rumahnya, lalu ia segera membonceng Jeje dan menuju rumahnya. Selama perjalanan, Jeje mengirim SMS pada Kalvin untuk menjemputnya agak sore di rumah Aldo, karena ia akan mampir dulu, setelah itu ternyata Ayana mengirim pesan LINE pada Jeje, memberitahu kalau ia mau mampir ke rumah Jeje, yang segera dibalas Jeje kalau ia tidak ada di rumah nanti, ia akan mampir ke rumah Aldo. Dan Jeje juga mengirimkan alamatnya kepada Ayana.
Di luar kelas 11 IPS 6, Ayana baru saja menerima pesan LINE dari Jeje yang berisi alamat rumahnya Aldo.
Yupi: Ayana, jadi gimana? Kita gak jadi ke rumah ‘Mami’ kamu?
Ayana: Iya, Yupi. Nanti kita ke rumahnya Aldo, ini aku baru dikirimin alamatnya oleh Mami.
Shani: Hmm, Ay, Aldo siapa?
Yupi: Huh, gimana sih kamu Shan, kan tadi udah dibilang.
Shani: Heheh, aku gak menyimak.
Ayana: Kata Mami sih itu teman sekelas dia, Mami pernah neduh di rumahnya waktu hujan.
Yupi: Jadi gak kita ke sana, Ay?
Ayana: Jadi dong, tapi kamu yang nyetir, Shani.
Shani: Kok aku sih?
Ayana: Please Shani, ya, aku agak ngantuk nih. Daripada nanti...
Shani: Iya, iya, aku ngerti kok maksud kamu.
Yupi: Jadi kita makan siang dulu atau langsung ke sana?
Ayana: Makan aja dulu, di warung dekat sekolah.
Lalu ketiga gadis itu segera pergi ke warung makan di dekat sekolah. Selesai mereka makan siang, berangkatlah mereka ke rumahnya Aldo dengan mobil Ayana, disupiri Shani.
Pada saat yang bersamaan, Aldo telah sampai di rumah, dan mengajak Jeje masuk. Melody menyambutnya dengan senang, mereka bertiga lalu makan siang bersama. Kemudian Melody mengobrol dengan Jeje di ruang tamu, baru beberapa menit kemudian bel rumah berbunyi, Aldo segera membukakan pintu.
Aldo: Emm, kalian siapa ya?
Ayana: Aku temannya Mami Jeje.
Aldo(setengah berteriak): Hah? Mami?
Mendengar suara Aldo, Melody dan Jeje bergegas ke depan rumah.
Ayana: Hai Mami!
Jeje: Duh, jangan bikin kaget orang lain dong.
Aldo: Hehehe, masa elu dipanggil Mami, Je. Mereka siapa ya?
Jeje: Ini Ayana, temanku, dan juga Yupi, Shani teman sekelasnya Ayana.
Melody: Eh, masuk aja, masa ngobrol di luar.
Dan mereka semua pun masuk, mengobrol di ruang tamu dengan diawali perkenalan. Jeje beserta Ayana, Yupi, Shani kemudian mulai bisa akrab dengan Melody, Aldo tidak ikut mengobrol, ia pamit ke kamarnya di atas. Tak terasa waktu beranjak sore, dan Aldo dari kamarnya mendengar suara mobil melaju meninggalkan area rumah itu. Malam pun tiba, sehabis makan malam Melody dan Aldo menonton TV. Saat jeda iklan, Melody angkat bicara.
Melody: Dek, kamu punya berapa pacar sih?
Aldo: Hah? Kapan aku punya pacar, Kak?
Melody: Itu kemarin 4 cewek mampir kemari, hari ini juga 4 cewek yang mampir, jadi pacar kamu ada delapan ya, hihihi.
Aldo: Mulai deh Kakak ngaconya, aku mana sanggup pacarin 8 cewek sekaligus, 1 aja pasti susah. Kalau aku beneran pacarin 8 cewek itu sekaligus, bagi waktunya gimana?
Melody: Ya kali aja kamu mau, kan mereka cantik-cantik, terutama Naomi.
Aldo: Ckckck, Kakak teruskan nonton deh, aku udah ngantuk nih.
Melody yang tahu Aldo hanya beralasan agar tidak membahas Naomi lagi hanya tersenyum, dan Aldo memang tidak langsung tidur setibanya di kamar. Ia memikirkan siapa yang akan diajaknya besok untuk mampir ke rumah, dan memutuskan akan mengajak Nabilah, karena sepertinya Nabilah mengenal Melody, tapi Aldo tidak tahu kapan dan dimana. Ia juga sekalian akan menanyakan itu besoknya.
Aldo’s dream start...
Jalannya waktu di kehidupan Aldo sama dengan di kehidupan nyatanya sejak beberapa bulan lalu, sehingga sekarang adalah sudah lebih dari 3 bulan berlalu sejak Aldo memberikan hadiah ulang tahun pada Shania, yang berupa anjing berwarna coklat jenis husky. Di ulang tahun Ve sekitar sebulan lalu, Aldo menyempatkan untuk memberikan hadiah pada ‘kakak’nya itu, yang berupa sketsa wajahnya Ve yang sedang tersenyum merangkul Gre dan Violet. Ve nampak sangat senang ketika diberi hadiah itu, Aldo memang berbakat gambar di kehidupan mimpinya.
Tanggal 29 September 2016, di kelasnya Aldo, ia sedang menggenggam tangan Shania dengan Shania bersandaran padanya, melihat itu Indra menegurnya.
Indra: Woi, Do, masih pagi nih, lu udah mesra aja dengan dia.
Aldo: Cerewet lu Dra, kan lu juga bisa sama cewek lu tuh siapa namanya?
Indra: Yupi, masa gitu aja lupa.
Aldo: Ngapain gue ingat nama pacar orang lain? Kurang kerjaan banget, lagian lu kan bisa samperin ke kelasnya.
Indra: Iya sih, tapi gak mungkin tuh Yupi mau nyandar kayak cewek lu Do.
Aldo: Itu mah DL, Derita Lu hahahaha.
Indra: Di kelas ini cuma lu yang pagi-pagi udah mesra dengan cewek, Do.
Aldo: Biarin, toh guru belum datang. Sirik aja lu, gak lihat apa bukan cuma gue yang mesra dengan pacar, lihat tuh si Bagus juga sama.
Dan Indra melihat memang benar yang dikatakan Aldo, di bangku belakang Sonya sedang tertawa, mungkin sehabis digombali Bagus.
Aldo: Makanya, lu buruan samperin tuh pacar lu si permen, daripada entar diemut cowok lain.
Indra: Hahaha, monyong. Yaudah, gue samperin dia dulu. Bye.
Seketika itu Indra segera pergi keluar kelas, Shania lalu bertanya pada Aldo.
Shania: Darling, emang benar ya nama pacarnya Indra adalah Yupi?
Aldo: Nia, itu cuma nama panggilannya kok. Kalau nama aslinya Cindy Yuvia. Aku kadang lupa nama panggilannya.
Shania: Emang dia kelas berapa, darling?
Aldo: Sama kayak kita, kelas 11. Dia di IPS 6, karena setiap orang lihat wajahnya imut banget, jadi mirip permen mungkin makanya dipanggil Yupi.
Shania: Hihihi, ada-ada aja.
Aldo’s dream end.
Paginya alarm smartphone-nya membangunkan Aldo dari mimpi, ia menggerutu sendiri karena sedang asyik mesra dengan pacarnya malah dibangunkan oleh alarm yang nyaring. Tapi tetap saja ketika ia bangun, perasaannya pada Shania menjadi biasa saja, tidak seperti di kehidupan mimpi dimana ia kepincut dan akhirnya pacaran dengan Shania, itupun ketika kakaknya Melody sudah pacaran sekitar 2 bulan dengan Kalvin.
Aldo segera bersiap pergi ke sekolah, dan ia pun berangkat setelah pamit pada Melody. Saat sampai di kelas, ia melihat Bagus duduk di bangkunya.
Aldo: Buset, Gus, pagi-pagi udah panas aja bangku gue.
Bagus: Eh, elu Do. Tenang aja, gue baru duduk sekitar 2 menit kok.
Lalu Bagus beranjak dari bangku Aldo, gentian Aldo yang duduk.
Aldo: Buset, lu baru duduk bentar aja udah hangat nih bangku. Emang kayaknya elu punya banyak anak deh.
Sonya pun tertawa mendengar perkataan Aldo, Bagus hanya cengengesan lalu kembali duduk di bangkunya dan Vania belum datang, para murid kelas itu jumlahnya bisa dihitung dengan jari karena masih terlalu pagi.
------------------------------------------------------------
Waktu istirahat pertama tiba, Aldo seperti biasa pergi makan ke kantin, sejak tahun ajaran baru ini ia makan pagi di kantin, agar lebih cepat tiba di sekolah ketika berangkat lebih awal.
Ketika sedang melahap makanan di meja yang bisa diduduki 6 orang, Aldo kedatangan 3 orang gadis yang tidak dikenalinya.
Gadis 1: Emm, permisi, boleh kami duduk di sini? Tempat duduk lain penuh soalnya.
Aldo: Oh, silahkan aja. Kebetulan aku sendiri kok.
Gadis 2: Terimakasih.
Ketiga gadis itu pun duduk berdampingan di hadapan Aldo, sebelum mulai makan mereka memperkenalkan diri.
Gadis 1: Perkenalkan, namaku Jennifer Rachel Natasya, biasa dipanggil Rachel.
Gadis 2: Kalau aku Nadila Cindi Wantari, biasa dipanggil Nadila.
Gadis 3: Emm, namaku Alicia Chanzia, sering dipanggil Acha.
Aldo pun berjabat tangan bergantian dengan tiga gadis itu.
Aldo: Namaku Aldo Vorgian, kelas 11 IPA 3. Kalian kelas berapa?
Rachel: Sama, kami juga kelas 11.
Nadila: Iya, kami kelasnya di 11 IPS 2.
Aldo: Oh, yaudah kalian segera makan, deh, soalnya aku samar-samar dengar bunyi perut kalian, hehehe.
Ketiga gadis itu tertawa ringan, lalu mengangguk, mereka mulai makan, Aldo melanjutkan makannya yang hampir selesai, ia pun meminum habis jus jeruknya dalam waktu 10 detik. Ketiga gadis itu melongo, namun segera disadarkan Aldo dengan ia mulai beranjak.
Aldo: Emm, aku balik ke kelas dulu ya, kalian lanjut aja makannya.
Mereka bertiga hanya mengangguk, melihat Aldo sudah jauh barulah mereka membuka pembicaraan.
Acha: Eh, kalian lihat gak tadi?
Rachel: Iya, cepat banget ya dia minumnya.
Nadila: Itu cara dia minum jusnya kayak black hole.
Acha: Benar juga Nad, hihihi.
Ketiga gadis itu tertawa kecil dan segera lanjut makan, sementara itu Aldo sudah tiba di kelasnya dan seperti biasa melihat Bagus duduk di tempatnya dan ngobrol dengan Sonya. Tak ambil pusing, Aldo segera duduk di bangkunya Bagus, di samping Vania. Tak ada pembicaraan antara Aldo dan Vania, ketika bel pertanda waktu istirahat pertama berakhir bunyi, Aldo dan Bagus bertukar tempat duduk kembali.
Istirahat kedua, Aldo menemui teman-temannya di kantin dengan saku celananya yang berisi 50 set kartu TCG untuk bertanding melawan Devin. Dan Hilman juga yang menggelar arena tandingnya lagi, karena Aldo dan Devin hanya membawa susunan 50 kartu mereka. Seperti kemarin, Reno dan Andi duduk mengapit Devin tapi hanya menonton, tidak memberi saran begitupun juga Harris dan Bondan, melihat strategi Aldo yang kemudian mengalahkan Devin, karena mereka sepakat untuk 3 kali layaknya pertandingan resmi, jadi kedua kalinya Devin menang, dan ketiga kalinya Aldo kembali menang. Gelak tawa terdengar dari Hilman yang menonton sambil berdiri.
Hilman: Hahaha, Vin, udah gue bilang lu tuh harus hati-hati dengan Gravity Bind.
Devin: Mana gue ingat kalau Aldo punya itu, lagian setiap gue duel dengan Aldo, dia cuma makai itu 2 kali ke gue, termasuk yang barusan.
Reno: Haha, kalau lawan gue sih, gak pernah makai, karena dia gak beruntung untuk makainya, kartu itu selalu terselip di tumpukan kartunya.
Harris: Iya, tapi lu kan tetap kalah Ren, hahaha.
Kali ini Reno yang ditertawai, ia hanya bersungut-sungut, lalu kembali bicara.
Reno: Itu kan gue salah langkah, makanya kebanyakan kalah lawan Aldo.
Andi: Alasan aja lu Ren, lawan Devin juga lu baru imbang.
Devin: Haha, benar Ren, emang Aldo kan paling jago.
Aldo: Hehe, lu gak dendam kan Vin kalah lagi?
Devin: Enggaklah Do, ini kan cuma permainan, kalau si Hilman yang lawan lu tadi mungkin sih dia dendam.
Kali ini Hilman yang ditertawai, ia memasang muka masam pada Devin lalu bicara.
Hilman: Gue kalau duel lawan kalian semua gak mungkin dendam pas kalah, cuma lawan Jaka baru gue bisa dendam habis kalah.
Bondan: Hahah, lu ada masalah apa sih sama Jaka?
Hilman: Oh, bukan masalah besar kok. Tenang aja, nanti lain kali gue cerita ke kalian.
Bondan: Kalau duel lawan gue, Aldo banyak makai Gravity Bind tapi efeknya gak ngaruh banyak ke gue hahaha.
Aldo: Hahaha, benar tuh. Kalian harus coba strategi Bondan kalau takut Gravity Bind gue.
Andi: Ogah, Do, itu sih bukan strategi murni kami kalau kami ikut punya Bondan.
Devin, Reno, Harris, dan Hilman pun memanggut-manggut.
Reno: Benar kata Andi, Do. Kita-kita kan punya strategi yang berbeda-beda, strategi Jaka juga sehebat elu dan Devin. Tapi dia kurang beruntung aja, makanya kalah melulu lawan kalian berdua.
Harris: Bener tuh, hahaha. Gue sering kalah juga lawan Jaka. Tapi tentu aja ada menangnya juga.
Mereka semua lalu membicarakan hal lain, yaitu pacar-pacarnya. Aldo hanya menjadi pendengar, saat waktu istirahat kedua berakhir mereka segera kembali ke kelas.
Sepulang sekolah, para murid sudah banyak yang berhamburan keluar kelas, tinggal beberapa saja yang masih beres-beres buku. Baru saja Nabilah beranjak dari bangkunya, Aldo memanggilnya.
Nabilah: Ada apa curut?
Aldo: Lu mau gak mampir ke rumah gue?
Nabilah: Gue ada urusan, gak bisa.
Aldo: Oh, yaudah, gue gak maksa kok. Gue ajak yang lain aja buat mampir ke rumah ngobrol dengan kak Melody.
Nabilah: Eh, bentar-bentar. Gue bisa kok, urusan gue maksudnya makan siang dulu.
Aldo: Yakin nih? Bukan karena kak Melody?
Nabilah: Ih, udah deh curut, beneran kok.
Aldo: Hmm, gue tunggu ya nanti, kalau perlu ajak Sonya, kalian kan kembar dempet hahah.

Nabilah: Heh curut, asal jeplak aja lu kalau ngomong.

Aldo sudah duluan keluar kelas, baru saja ia keluar kelas seseorang menahan pundaknya.

TO BE CONTINUED...

By: E.D.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Between Dream And Reality, Part 12

GALLANT IMPACT, Chapter 25

GALLANT IMPACT, Chapter 29