GALLANT IMPACT, Chapter 3
Chapter 3: Duel with a bet
Setelah Randy pergi, Ricky segera
berdiri dan menuju motornya. Ia pun meninggalkan kampus dengan memar di pipi
kirinya. Ia pulang ke tempat kos dan segera membawa messenger bagnya lalu
bergegas ke hotel tempat ia bekerja.
Sementara itu, ketika Randy
keluar dari parkiran motor ia melihat Melody yang berdiri menghadap ke arahnya.
Raut wajah Melody seperti sedang marah.
Randy: Hey sayang, apa kabar?
PLAK!
Sebuah tamparan mendarat di pipi
kiri Randy oleh karena tangan kanan Melody.
Melody: Gak usah panggil aku
sayang. Kita udah putus setahun lalu.
Randy: Kamu kenapa sih? Udah
setahun gak ngabarin aku, sekarang tiba-tiba bilang kita udah putus. Setahun
belakangan aku sibuk bantu Papaku ngurus perusahaan, makanya gak sempat kontak
dengan kamu. Kamu malahan udah pindah tempat kuliah rupanya.
Melody: Kamu jangan pura-pura
deh, aku tahu kalau kamu bukan ngurus perusahaan, tapi ngurus pacar kamu atau
bisa aku bilang selingkuhan kamu.
Randy: Oh, maksud kamu Maya? Aku
pacaran dengan dia karena umur dia gak lama lagi. Ayahnya Maya minta pada aku
untuk buat dia bahagia di sisa hidupnya, aku gak mungkin nolak karena Papaku
juga teman baiknya Ayahnya Maya. Tapi 4 bulan lalu aku gak ketemu Maya lagi dan
Ayahnya Maya ngasih tahu aku kalau Maya udah gak ada.
Melody: Jadi maksud kamu apa sih
pindah ke sini juga?
Randy: Tentu saja aku mau balikan
dengan kamu, Melody.
Melody: Asal kamu tahu ya, aku tetap
gak mau balikan lagi sama kamu, Randy. Meskipun alasan kamu pacaran dengan Maya
adalah untuk beri dia kebahagiaan di sisa hidupnya. Tetap aja, aku sudah
terlanjur sakit hati dikhianati oleh kamu. Bye.
Kemudian Melody berbalik dan berjalan pergi
dari hadapan Randy.
Randy(setengah berteriak):
Terserah kamu, aku tetap nganggap kamu pacar, dan aku gak akan biarkan satu
cowok pun deketin kamu.
Perkataan Randy barusan tidak
dihiraukan oleh Melody yang sudah mulai memasuki Gedung Selatan kampus.
-----------------------------------------------------------
Tibalah Ricky di hotel tempatnya
bekerja dan ia melihat seorang siswi SMA sedang berbincang dengan resepsionis
di depan pintu masuk.
Resepsionis: Des, itu Ricky udah
datang.
Desy: Oh, yaudah Mbak. Aku
samperin bang Ricky dulu ya.
Resepsionis itu hanya mengangguk
pada Desy lalu meneruskan kegiatannya tadi yaitu melihat-lihat buku yang
sepertinya berisi daftar tamu di hotel berbintang empat itu. Sedangkan Desy
berjalan mendekati Ricky yang mulai memasuki pintu depan hotel itu.
Desy: Bang Ricky, aku nanti
mau... Eh bang Ricky kenapa ada memar di pipinya?
Ricky: Hehe Des, ini cuma bekas
dipukul seorang bocah kok tadi, kamu mau bilang apa barusan?
Desy: Tadinya aku mau minta bang
Ricky nemenin jalan ke mall sehabis kerja, tapi enggak jadi deh bang.
Ricky: Enggak apa-apa kok Des,
ini cuma memar biasa... ADUHHH!
Desy: Tuh kan bang, cuma mau
bicara aja susah banget, aku gak jadi jalan ke mall kok nanti. Aku tunggu bang
Ricky selesai kerja baru pulang ya.
Ricky: Kenapa mau nungguin aku,
Des?
Desy: Siapa tahu nanti bang Ricky
gak kuat kerja sampai selesai, jadi aku bisa langsung telpon Ayah buat izinin
bang Ricky pulang lebih cepat.
Ricky: Oh yaudah Des, aku mau
kerja dulu ya.
Desy mengangguk lalu duduk di
sofa dekat meja resepsionis. Hari Sabtu memang biasanya Desy mampir ke hotel milik
Ayahnya dulu sehabis sekolah agar pulangnya bareng Ricky. Maka Ricky segera
bekerja setelah berganti pakaian kampus ke pakaian kerja. Ia juga makan siang
sejam kemudian bersama Desy dan resepsionis tadi. Mereka makan siang di salah
satu meja yang ada di lantai 1 hotel itu. Memang di lantai 1 hotel itu ada
stand penjual makanan setiap hari Sabtu dan Minggu. Penjual makanan itu adalah
seorang bapak-bapak berjenggot tebal dengan badan sedikit gempal, tapi makanannya
terjamin higienis. Di hari biasa yaitu Senin sampai Jumat, bapak penjual
makanan ini berjualan di kedai miliknya di seberang hotel.
Ricky: Pak Jono, nambah 1 piring
lagi dong sate ayamnya.
Pak Jono: Siap nak Ricky!
Resepsionis: Aduh Ricky, kamu makannya
banyak ya hari ini.
Ricky: Hehe mbak Sally, aku hari
ini habis ditonjok bocah tadi, jadi geram dan makan banyak deh.
Sally: Oh, aku baru tahu ada
orang yang sedang geram makannya banyak hihihi.
Desy: Huss, mbak. Jangan
diledekin, entar mbak Sally yang dimakan bukan satenya.
Ricky: Hehehe Des, emang aku
kanibal?
Desy: Habisnya, tadi aku lihat
ekspresinya bang Ricky pas makan sate kayak kanibal sih.
Ricky: Ya begitulah Des, aku
memang kalau lagi kesal sama seseorang jadinya ekspresi mukaku ketika makan
seperti tadi.
Sally: Memangnya kamu kesal sama
siapa, Ricky?
Ricky: Kesal sama bocah yang tadi
nonjok pipi kiriku, mbak.
Desy: Loh, bang. Kenapa kesalnya
sama bocah? Kan cuma anak kecil, jangan dibalas ya.
Ricky: Desy, aku bilang bocah
karena dia mahasiswa tapi baru di kampus itu. Alias semester 1.
Sally: Hihi ada-ada aja kamu
Ricky. Masa mahasiswa dibilang bocah.
Ricky: Ya bocah dong mbak, karena
dia udah mahasiswa masih main tangan kalau nyelesaikan masalah. Meskipun
masalahnya juga belum selesai sih.
Sally: Emangnya masalah apa?
Ricky: Masa dia nuduh aku deketin
ceweknya. Kenal dengan ceweknya aja enggak.
Desy: Bener bang Ricky gak
deketin ceweknya?
Ricky: Beneran Des, ceweknya itu
yang deketin aku.
Sally: Deketin gimana maksudnya?
Ricky: Setiap kali aku makan di
kantin Gedung Utara, pasti ramai dan karena gak ada tempat duduk kosong selain
di mejaku, dia ikut gabung deh. Mungkin tuh bocah ngawasin ceweknya dari salah
satu tempat duduk lain.
Sally: Itu mungkin kebetulan aja
Ricky, lagian kamu gak kenal cewek itu kan? Jangan dipikirkan, kalau aku boleh
kasih saran ya, kamu makannya di kantin lain aja.
Desy: Iya bang, jauh-jauh aja
dari cewek itu. Daripada bermasalah lagi sama pacarnya.
Ricky: Mbak Sally, aku udah
terlanjur senang makan di sana, apalagi aku bisa ketemu teman lama di SMA.
Namanya Jonathan. Des, aku juga udah bertekad untuk jauh-jauh dari cewek itu
kok, kan itu cewek judesnya minta ampun.
Desy: Bang Ricky gimana tahu
kalau dia judes?
Ricky: Karena pas aku ketemu dia
pertama kali, aku tabrakan dengan dia di tangga terus dia marah-marah karena
buku-bukunya jatuh, padahal dia yang nabrak. Lalu aku pernah nolong dia pas terpeleset
mau jatuh, tapi dia malahan bilang aku cari kesempatan buat megang dia.
Sally: Ya ampun Ricky, ada ya
mahasiswi judes kayak gitu. Oh iya Ricky, tadi kamu bilang nama teman kamu
Jonathan ya?
Ricky: Iya mbak, kenapa?
Sally: Hmm, kayaknya aku pernah
dengar deh nama itu tapi entah kapan ya?
Ricky: Mantannya mbak mungkin?
Sally: Mantan? Aku gak punya
mantan kok, ini aja tunanganku dulunya pacar yang pertama.
Ricky: Yaudah mbak, entar juga
ingat lagi. Tapi belum tentu juga Jonathan yang sama dengan teman aku.
Sally: Hmm, yaudahlah. Eh Ricky,
itu satenya sudah mau siap.
Semenit kemudian Pak Jono
menghidangkan pesanan Ricky tadi, lalu karena Desy dan Sally sudah selesai
makan siang segeralah mereka membayar makanan dan minuman yang tadi mereka
pesan kepada Pak Jono. Desy kembali duduk di sofa dekat meja resepsionis, dan Sally
juga meneruskan pekerjaannya sebagai resepsionis. Ricky pun selesai makan siang
dan membayar pesanannya tadi. Ricky meminum sebotol air putih saja lalu kembali
bekerja.
Pukul 5 sore, Ricky selesai kerja
dan pulang ke tempat kosnya setelah mengantarkan Desy ke rumahnya. Ia disambut
oleh Jeje yang terkejut melihat memar di pipi kirinya.
Jeje: Kak Ricky, itu pipi kirinya
kenapa?
Ricky: Ini tadi habis ditonjok.
Jeje: Hah? Ditonjok? Aku lapor
ayahku dulu ya, biar orang itu ditangkap.
Ricky: Eh, gak usah Je. Tadi yang
nonjok bocah kok, masa harus dipenjara.
Ayahnya Jeje adalah seorang
polisi, dan malamnya baru pulang ke tempat kos itu.
Jeje: Hmmm oke deh, tapi kok
bocah bisa nonjok sampai memar ya Kak? Emangnya bocahnya gendut ya Kak?
Ricky: Bocahnya sih gak gendut,
tapi bergerombol. Mereka marah karena gue mutusin tali layangannya.
Jeje: Ih, ada-ada aja bocah zaman
sekarang. Berani mukul yang lebih tua.
Ricky hanya tertawa seadanya
karena dia barusan mencari alasan supaya urusannya dengan Randy yang bisa
dibilang sepele tidak melibatkan polisi.
Jeje: Kak Ricky, aku kompresin
lukanya ya?
Ricky: Boleh deh, gue naruh tas
dulu di kamar.
Lalu Ricky berjalan memasuki
kamarnya sedangkan Jeje mempersiapkan baskom berisi air dingin dan kain lap
biasa untuk mengompres. Jeje pun mengompres memar pada pipi Ricky di sofa ruang
tamu. Setelah itu, Ricky istirahat di kamarnya sambil memainkan smartphone-nya,
bertukar pesan dengan Michelle. Tapi tentu saja ia tidak memberitahu mengenai
pertikaian dengan Randy. Dia tidak ingin adiknya khawatir dan tidak fokus
belajar untuk ujian besok.
Malam pun tiba, Ricky makan malam
bersama orangtua Jeje, Jeje, beserta seluruh penghuni kos. Saat seorang dari
mereka menanyakan mengenai luka memar di pipi kirinya, Ricky juga menjawab
seperti yang tadi ia bilang pada Jeje, yaitu ‘Ditonjok bocah’. Para penghuni
kos lainnya hanya menggeleng-geleng dan mereka semua memulai makan malam
bersama.
Selesai makan malam, seorang
penghuni kos pria bernama Andrew mengajak Ricky ngobrol di dalam kamarnya
Ricky, ia sepertinya ingin curhat mengenai cewek yang disukainya di tempat
kerja. Andrew adalah seorang karyawan jasa delivery yang memiliki darah
campuran Indonesia-Amerika, ayahnya bule.
Ricky: Jadi, lu mau ngomong apaan
sama gue, Drew?
Andrew: Gini Ky, I baru aja mulai
naksir sama rekan kerja yang baru. You kan udah pengalaman deketin cewek, bagi
dong tips deketin cewek pada I. (I = dibaca ai)
Ricky: Buset, sotoy banget lu.
Kenapa lu bisa bilang kalau gue pengalaman deketin cewek?
Andrew: Soalnya gini Ky, I lihat
sepertinya mbak Marina dan Naomi deket dengan you. Dan anaknya ibu kos juga
mungkin naksir you.
Ricky: Hahaha, gue gak deketin
satu pun dari mereka kok. Biasa aja gue sama mereka. Lagian elu ngapain minta
tips ke gue, kan muka lu udah ganteng, lebih dari gue. Kalau gue mau kasih tips
ya cuma satu deh.
Andrew: Apa itu Ky? I akan coba.
Ricky: Percaya diri aja dengan
penampilan lu, tapi jangan terlalu berlebihan PD-nya. Lu ngerti kan maksud gue?
Andrew: Oh, boleh deh Ky, I akan
meningkatkan rasa PD. Yaudah Ky, I mau go to sleep dulu. Bye.
Ricky: Bye, ingat tuh tips dari
gue.
Andrew menunjukkan kedua jari
jempolnya pada Ricky dan keluar dari kamar Ricky, setelah 2 menit berlalu pintu
kamar Ricky kembali diketuk. Ia lalu membuka pintu kamarnya.
Ricky: Kenapa lagi Drew? Eh,
Naomi rupanya.
Naomi: Boleh aku tanya sesuatu,
Ricky?
Ricky: Hmm, mau tanya apaan Mi?
Kemudian Naomi berjalan menuju
sofa ruang tamu dan duduk, Ricky pun mengikuti duduk di sampingnya.
Naomi: Aku gak percaya kalau kamu
dipukul oleh bocah atau anak kecil.
Ricky: Terus, kamu mau tanya
penyebab sebenarnya memar di pipi kiriku?
Naomi mengangguk lalu Ricky
menghela nafas.
Ricky: Oke, aku akan kasih tahu
kamu, tapi jangan sampai yang lain tahu ya. Aku gak mau urusan sepele ini
diketahui oleh Pak Polisi hehehe.
Naomi pun mengangguk sambil
tersenyum kecil.
Ricky: Jadi sebenarnya yang tadi
mukul aku di kampus adalah seorang mahasiswa, dia semester satu. Namanya Randy.
Naomi: Hah? Jangan-jangan
orangnya sekelas dengan aku.
Ricky: Kamu juga semester satu ya
Mi?
Naomi: Huh, gimana sih kamu. Aku
kan ngekos di sini karena akan mulai kuliah. Dan ini udah minggu kedua aku
kuliah.
Ricky: Oh iya aku lupa hehehe,
jadi kamu ngambil Fakultas apa?
Naomi: Fakultas Ekonomi, dan di
kelas aku ada yang namanya Randy. Mukanya jutek melulu sama mahasiswa dan
mahasiswi lain. Dia juga pernah mukulin seorang mahasiswa yang melotot ke dia
karena ekspresi mukanya begitu terus.
Ricky: Hmm, mungkin emang dia.
Kalaupun bukan, berarti ada 2 orang mahasiswa baru yang namanya sama dan
hobinya sama.
Naomi: Hobinya sama? Maksudnya?
Ricky: Ya... itu hobinya, mukulin
orang.
Dan Naomi tertawa menanggapi
omongan Ricky.
Naomi: Kamu aneh deh, masa
mukulin orang dibilang hobi.
Ricky: Udah kan, ada lagi yang
mau kamu tanyakan?
Naomi: Iya, itu aja. Aku kembali
ke kamarku dulu ya.
Ricky hanya mengangguk lalu Naomi
sudah menuju tangga ke lantai 2. Ricky sendiri juga kembali ke kamarnya untuk
istirahat.
Hari Minggu pagi, Ricky terbangun
dan mulai bersiap untuk berangkat kerja. Tibalah ia di hotel dan melakukan
pekerjaannya sebagai bellboy mulai jam setengah 10 pagi. Menjelang jam 3 sore
Ricky sudah bersiap untuk pulang. Namun Desy ternyata mengajaknya jalan ke
mall, Ricky bersedia menemaninya karena ia merasa perlu refreshing akibat kejadian kemarin, juga kejadian dalam seminggu
itu yang bisa dibilang lebih banyak menguras emosi. Desy ternyata tidak
shopping, hanya sekedar melihat-lihat di dalam mall, dan Ricky tidak keberatan
menemaninya melihat-lihat setiap toko dalam mall itu entah itu toko aksesoris,
tempat obral pakaian, dan toko elektronik. Sekitar jam setengah 6 sore, Desy
mengajak makan Ricky di food court dalam mall bertingkat 8 itu. Mereka sedang
menunggu pesanan datang.
Desy: Bang Ricky, SMS-an dengan
siapa?
Ricky: Oh, ini Des, aku ngabarin
Ibu Kos kalau aku hari ini tidak ikut makan malam di tempat kos.
Desy: Memangnya bang Ricky
biasanya makan bareng penghuni kos lainnya?
Ricky: Iya Des, semua penghuni
kos dan keluarganya Ibu Kos.
Desy: Wah, hebat ya tempat kosnya
abang. Kayak keluarga aja, makan bareng semuanya.
Ricky: Hehehe, begitulah Des,
makanya aku betah ngekos di situ. Aku juga adalah penghuni kos pertama di situ
2 tahun lalu.
Desy: Jadi, bang Ricky paling
senior dong di tempat kos?
Ricky: Hahah Des, apaan sih.
Emang kamu pikir itu kampus, pakai istilah senior segala.
Desy pun tertawa kecil, lalu
pesanan mereka pun datang. Sesekali mereka mengobrol hal lain sambil makan,
karena Desy juga menceritakan tentang hari-harinya di sekolah dan Ricky menjadi
pendengar yang baik. Tanpa mereka sadari, di meja lain ada Melody dan Ve yang
sedang makan bersama juga. Melody melamun melihat keakraban Ricky dengan Desy.
Ve: Kak Melody, kenapa bengong?
Nanti makanannya keburu dingin loh.
Melody: Eh, iya Ve.
Melody mulai menyantap makanannya
sedangkan Ve melihat ke arah pengamatan Melody tadi dan ia baru menyadari kalau
Ricky bersama seorang gadis mengobrol sambil makan dan kadang tertawa. Ve pun
tersenyum sambil melirik Melody yang sedang makan karena ia menganggap Melody ‘cemburu’
dengan gadis itu yaitu Desy.
-----------------------------------------------------------
Hari Senin tiba, dan Melody
seperti biasa makan di kantin saat istirahat, dan juga pastinya kantin sudah
penuh tempat duduknya. Melody kemudian menuju salah satu meja dimana Ricky dan
Jonathan sedang ngobrol sambil ketawa-ketawa. Agus, bodyguardnya Jonathan
mengawasi seluruh kantin dari jauh sambil duduk di salah satu meja ikut
bergabung dengan 2 mahasiswa yang asyik dengan smartphone mereka masing-masing.
Saat Melody sudah mendekat, tiba-tiba Jonathan beranjak mau pergi.
Ricky: Eh Jo, mau kemana lu?
Jonathan: Kelas gue udah mau
dimulai Ky, gue duluan ya.
Ricky lalu menyadari ‘penyebab’
Jonathan bergegas pergi yang diikuti Agus sang bodyguard, dan ia lalu menggeser
piring makanannya yang sudah tak bersisa ke samping menimpa piring makanan
milik Jonathan tadi, dan menjatuhkan wajahnya ke meja. 2 detik kemudian ia
kembali mengangkat kepalanya menatap Melody penuh kesal.
Melody: Kamu kenapa sih? Gak
boleh ya aku duduk bareng kamu?
Ricky: Lu tuh yang kenapa, kayak
gak ada tempat lain aja. Lu perhatikan baik-baik deh, banyak yang duduk
sendiri, bukan cuma gue.
Ricky lalu menunjuk beberapa meja
di sekeliling kantin yang hanya seorang mahasiswa atau mahasiswi mendudukinya,
dan Melody juga melihat arah yang ditunjuk Ricky lalu berbalik menatap Ricky.
Melody: Udah terlanjur disini,
boleh gak aku duduk bareng kamu sekarang? Aku gak kenal mereka yang duduk
sendiri juga.
Ricky: Yaelah nih cewek, emang lu
kenal gue? Oke boleh-boleh, gue aja yang pergi.
Melody: Setidaknya kan kita
pernah beberapa kali bertemu. Jangan pergi, gak sopan banget kamu kalau
langsung pergi. Jadi cowok gentle dikit dong.
Ricky tidak jadi beranjak pergi,
dan Melody mulai duduk dan melahap makanannya. Selagi Melody makan, Ricky mengalihkan
perhatian pada smartphone-nya. Ia sedang bertukar SMS dengan temannya Andrew,
yang merupakan salah satu penghuni kos juga.
Melody: Kamu kenapa senyam-senyum
sendiri? Kesambet ya?
Dan Ricky segera menyembunyikan
smartphone-nya di saku celana jeansnya. Ia juga memasang wajah jutek pada
Melody.
Ricky: Bukan urusan lu, cewek
reseh.
Melody: Kamu kok sikapnya jutek
banget sih kepadaku?
Ricky: Gue kan ketularan elu,
cewek judes. Lagian elu sebaiknya jauh-jauh dari gue deh. Ingat kalau lu punya
cowok.
Melody: Maksud kamu Randy? Aku
udah putus kok dengan dia setahun lalu.
Ricky: Itu kan kata elu, kalau
katanya dia enggak.
Melody: Aku gak peduli, pokoknya dia
bukan pacar aku sekarang.
Ricky: Terserah lu mau peduli
atau enggak, masalahnya dia nanti nyangka gue deketin elu, cewek reseh plus
judes!
Melody: Jadi kamu takut dengan
dia?
Ricky: Bukannya gue takut, tapi
gue tidak mau ada perkelahian di sejarah hidup gue.
Melody: Dih, sok dramatis. Tapi
kemarin dia udah mukul kamu kan, buktinya memar di pipi kiri kamu itu. Berarti
sudah ada perkelahian di sejarah hidup kamu.
Ricky: Itu barusan gue bukannya
dramatis, tapi emang tekad gue sedari kecil dan janji sama nyokap gue. Tapi
gara-gara cowok elu kemarin janji itu rusak. Kalau gue ketemu dia nanti bakal
gue bikin perhitungan sama dia karena reseh, sama kayak elu.
Melody: Silahkan aja, aku gak
peduli. Tapi aku peringatkan, dia jago silat.
Ricky: Bodo amat, gue mau cabut
dulu. Cewek reseh, lu lanjutin makannya.
Perlahan Ricky sudah menjauh dan
Melody melanjutkan makannya. Randy yang sedari tadi melihat Melody berbicara
pada Ricky pun terlihat marah dan berniat memberi ‘peringatan tambahan’ pada
Ricky.
Di koridor Gedung Timur lantai 2
yang sepi, Ricky sedang berjalan santai ketika dari belakang sebuah tinju
bersarang di pipi kanannya. Ricky yang hampir terjatuh bersandar pada dinding
dan melihat siapa yang meninjunya barusan.
Randy: Kan gue udah bilang, lu
jangan deketin Melody.
Ricky: Hey bro, lu buta ya? Tadi
lu lihat sendiri kan cewek itu yang datang ke tempat gue duduk bareng teman
gue.
Randy: Banyak alasan! Gue bikin
lu babak belur!
Kemudian Randy melancarkan
pukulan bertubi-tubi dan Ricky berhasil menghindari semuanya karena tiba-tiba
Ricky seperti mampu melihat gerakan Randy yang seolah melambat. Dan Ricky juga
kemudian melihat Randy dengan pelan mengangkat kaki kanannya bersiap menendang
Ricky, tapi berhasil dihindari. Setelah 5 menit terus menyerang Ricky tapi tak
satupun serangannya mengenai Ricky, Randy ngos-ngosan dan ia pun hendak pergi.
Randy: Kali ini lu akan gue
biarkan, tapi lain kali gue pasti membuat kondisi lu babak belur. Awas lu
nanti!
Lalu Randy pun pergi sambil
menunjuk Ricky dengan tangan kanannya.
Ricky(bergumam): Halah, jago
silat apanya. Gerakannya lambat gitu, huh. Tapi kayaknya tadi mata gue yang
terlalu tajam fokusnya deh. Hmm, mungkin lain kali gue gak perlu cuma
menghindar, tapi menangkis juga.
Kembali ke kelasnya, Ricky hanya
menjawab ‘terbentur wastafel’ ketika ditanyai Jerry dan Ega soal memar di pipi
kanannya.
Jerry: Ada-ada aja lu Ky, masa
terbentur wastafel lagi.
Ega: Iya Ky, owe heran deh. Ada
ya orang yang bisa terbentur wastafel 2 kali dalam kurun waktu 24 jam.
Ricky hanya terkekeh pelan menanggapinya,
lalu perkuliahan kembali berlanjut.
-----------------------------------------------------------
Ricky sudah menyelesaikan
pekerjaannya dan segera pulang. Ia segera beristirahat di kamarnya sesampainya
di tempat kos, dan juga tidak ada penghuni kos yang sempat bertemu dengannya
saat ia baru pulang sehingga tidak satupun penghuni kosnya yang mengetahui luka
memar di pipi kanannya.
Waktu istirahat di hari Selasa
pun tiba, dan Ricky sudah selesai makan bersama Jonathan dan Agus.
Jonathan: Ky, gimana? Udah mau
kasih tahu ciri-ciri cewek itu hari ini?
Agus: Iya den Ricky, ayo bilang
bagaimana ciri-ciri cewek yang aden taksir. Satu aja.
Ricky: Oke, ciri-ciri pertama:
Berkulit putih serta berambut panjang
Jonathan: Panjangnya sampai mana?
He he heh.
Ricky: Wah Jo, gue tahu nih
maksud lu. Panjangnya sampai ketiaknya, lu jangan pikir yang berlebihan.
Agus: Oh saya tahu, pasti den Jo
mikir mesum ya?
Ricky: Bukan bang Agus, pasti si
Jo mikirnya cewek yang saya taksir kuntilanak karena rambutnya panjang dan
kulitnya putih.
Jonathan: Tahu aja lu Ky, emang
hebat anak Psikologi. Bisa baca pikiran.
Agus: Iya den Ricky, hebat banget
bisa tahu maksudnya den Jo tadi hehe.
Ricky: Bang Agus, itu sih
gampang. Soalnya si Jo kan suka nonton film horror, tapi tidak satupun jenis
setan dia takut. Kecuali kuntilanak hahahaha.
Agus: Oh begitu rupanya den Jo,
hahaha. Kalau saya lebih takut pocong.
Jonathan: Monyong lu Ky, buka
rahasia aja.
Ricky: Eh Jo, itu gue muji lu
juga keles.
Jonathan: Yaudah deh, emang gue
pemberani kan hahahahahaha.
Agus: Waduh den Jo, ketawanya
jangan seperti genderuwo dong.
Jonathan: Biarin! WAHAHAHAHA.
Ricky: Hei Jo, jangan
keras-keras. Entar seisi kantin ini nyeret lu ke Rumah Sakit Jiwa.
Lalu Jonathan pun berhenti
tertawa karena mulai ada beberapa pasang mata dari meja-meja di sekitar
memperhatikannya, dan setelah itu tiba-tiba Melody ikut duduk dengan mereka di
samping Ricky, tentu saja membawa makanannya.
Melody: Hei, kalian ngomongin apa
sih? Kayaknya seru, aku gabung ya.
Jonathan maupun Ricky hanya diam,
sedangkan Agus malah menjawab.
Agus: Silahkan non, anda pasti
temannya den Ricky dan den Jo kan?
Ricky&Jonathan: Bukan teman
saya, bang Agus!
Agus: Kompak banget hehehe.
Melody: Eh, kenapa manggil aku
non?
Agus: Saya bodyguardnya den Jo.
Agus pun merangkul Jonathan di
sampingnya, sehingga Melody tahu siapa yang jadi majikannya dan
manggut-manggut.
Ricky: Lu kesambet apaan sih?
Hari Selasa lalu masih judes, sekarang hari Selasa lagi malah sok akrab ikut
duduk bareng gue dan temen gue.
Melody: Emang kenapa, gak boleh
ya?
Ricky: Gak boleh!
Melody lalu menundukkan
kepalanya, melihat itu Jonathan segera memberi kode pada Ricky yang artinya ‘lihat
tuh dia udah mau nangis, cegah!’. Agus hanya kebingungan melihat kode Jonathan
pada Ricky yang berupa 2 jari telunjuk Jonathan disilangkan lalu 2 telunjuknya
dinaik-turunkan di sebelah kedua matanya. Dan Ricky yang nampak mengerti hanya
memberikan tanda jempol kirinya kepada Jonathan.
Ricky: Hei cewek, gue bolehin deh
lu ikut duduk di sini. Tapi jangan banyak tanya hal apapun, oke?
Melody mengangkat kepalanya memandang
Ricky dan mengangguk.
Ricky: Yaudah, lu mulai makan
deh. Gue mau lanjut ngobrol dengan Jonathan, lu cukup jadi pendengar aja.
Melody menurut dan memulai makan,
sedangkan Ricky kembali membicarakan hal lain dengan Jonathan. Tentang
perkiraan teman-teman SMA mereka kuliah di mana. Tiba-tiba Agus yang dari tadi
wajahnya menunjukkan ekspresi bingung bertanya.
Agus: Den Jo, itu tadi kode apaan
sih?
Jonathan: Hah? Kode? Kode apa
maksudnya, bang Agus?
Agus: Itu tadi waktu non ini...
Ricky: Oh, bang Agus. Sorry ya,
ini kode rahasia. Lain kali aja kami beritahu.
Jonathan: Iya, bang Agus. Itu classified code.
Melody: Kode apaan?
Ricky dan Jonathan pun melihat
ternyata Melody sudah selesai makan.
Ricky: Kan udah gue bilang jangan
banyak tanya, cewek reseh.
Melody: Kan aku baru nanya
sekali, belum banyak.
Ricky lalu menepuk keningnya sendiri
dengan tangan kiri, terlihat Melody cemberut, dan mengundang tawa Jonathan dan
Agus.
Agus: Oh iya, nama non siapa ya?
Jonathan: Buset bang Agus, lu
cari kesempatan aja.
Melody: Oh maaf, perkenalkan nama
aku Melody. Kalau kalian?
Agus: Saya Agus, bodyguardnya den
Jonathan. Ini temannya den Jonathan, namanya den Ricky.
Ricky dan Jonathan saling
berpandangan lalu mendelik ke Agus.
Ricky: Jo, sekarang gue baru tahu
lu dapat bodyguard yang kepo banget.
Jonathan: Sama Ky, gue juga baru
tahu bokap gue bisa milihin bodyguard yang seperti ini.
Agus: Hehehe den Jo, gak boleh
gitu muji saya. Lagian den Jo sama den Ricky sensitif banget, PMS ya?
Jonathan pun memasang muka masam
pada Agus, Agus hanya cengengesan sedangkan Ricky terdiam dan Melody tertawa
kecil. Lalu tiba-tiba Melody mengulurkan tangan kanannya kepada Ricky.
Ricky: Apaan nih?
Agus: Yaelah den Ricky, pura-pura
gak tahu. Itu non cantik ini ngajak salaman, biar bagus cara perkenalannya.
Ricky: Iya deh bang, gue nurut
sama yang lebih tua.
Mendengar itu Jonathan pun
tertawa sedangkan Agus langsung bersungut-sungut. Ricky segera menyalami tangan
kanan Melody dan mereka menyebutkan nama masing-masing.
Ricky: Nih, lu salaman juga sama
bang Agus dan Jonathan.
Lalu Melody pun bersalaman dengan
Agus setelah itu Jonathan.
Jonathan: By the way, lu masuk
Fakultas apaan Mel?
Melody: Aku semester 3 Fakultas
Ekonomi, kalau kamu Jo?
Jonathan: Gue semester 5 Fakultas
Teknologi.
Kemudian Melody memandang Ricky. Merasa
akan ditanyai, Ricky pun segera bicara.
Ricky: Gue semester 5 Fakultas
Psikologi. Dan karena kami senior, lu jangan banyak tingkah. Bisa kan?
Melody pun manggut-manggut, Agus
pun tertawa terbahak-bahak karena Ricky sangat cepat mengetahui maksud dari
tatapan Melody. Jonathan lalu menjentikkan jari di hadapan Agus agar tertawanya
tidak berlebihan.
Agus: Hahah den Ricky, belum
ditanya udah dijawab. Emang den Ricky seperti cenayang deh.
Ricky: Yaelah bang Agus, itu
sangat mudah. Orang lain pun tahu akan ditanyai hal tadi.
Melody: Tapi, kamu memang mirip
cenayang Ky.
Ricky: Terserah apa yang lu mau
bilang. Coba lu lihat deh, itu si Ve udah mau balik ke kelas, lu sendiri gak
balik?
Dan Melody pun melihat arah
tunjukan jari Ricky, dimana Ega sedang bersiap pergi dari kantin barengan
dengan Ve.
Melody: Hmm, kamu kok kenal Ve?
Ricky: Karena cowok yang duduk
bareng Ve tadi itu adalah Ega, teman sekelas gue.
Melody: Oke, aku balik ke kelas
dulu. Bye semuanya.
Baik Ricky, Jonathan, dan Agus
hanya mengangguk lalu Melody berjalan menyusul Ve yang sudah jauh dari area
kantin.
Agus: Den Jo, Den Ricky, kenapa
sih dari tadi awal perkenalan dengan non cantik sikap kalian gak ada ramahnya?
Ricky: Bang Agus, itu cewek yang
dimaksud Jo kemarin.
Agus: Emang bener den Jo?
Jonathan: Benar, bang Agus. Kalau
bukan dia cewek yang ikut duduk bareng saya dan Ricky, kami berdua gak mungkin
ketus sikapnya.
Agus: Nah, terus tadi den Jo
kenapa nanya non itu masuk Fakultas apa?
Jonathan: Biar tahu aja, apakah
dia sekelas dengan cowoknya si Randy keparat. Eh ternyata Randy setingkat di
bawah dia.
Ricky: Jo, kayaknya sih Randy
sengaja pindah tempat kuliah disini karena Melody pindah juga setahun lalu.
Jonathan: Hah? Emang iya, Ky?
Ricky: Gue denger dari Ega sih
begitu, Melody setahun lalu baru pindah ke sini. Jadi kemungkinan dia di tempat
kuliah yang lama udah hampir lulus. Ega juga tahunya dari Ve, teman sekelasnya
Melody.
Jonathan: Hmmm, oke deh. Ricky,
gue mungkin akan ngebobol website universitas ini untuk melihat profil
mahasiswinya Melody.
Agus: Waduh den Jo, ngapain? Itu
kan tindak kriminal.
Ricky: Bang Agus, tenang aja. Jo
cuma mau cari informasi aja, gak akan dirusak websitenya. Kan pihak kampus ini
bisa tahu kalau ada perubahan di website.
Jonathan: Benar bang Agus, saya
cuma mau tahu pindahan dari mana Melody. Bang Agus, ini rahasia kita bertiga,
oke?
Agus: Okelah kalau begitu, den
Jo. Saya kira den Jo mau merombak struktur websitenya.
Ricky: Waw, bang Agus. Keren
banget gaya bicaranya.
Agus: Hehe, saya kan jago bahasa
Indonesia waktu sekolah dulu.
Jonathan: Kalau bahasa Inggris?
Agus: Dikit-dikit lah den Jo, oh
iya sekarang kan udah aman. Non cantik itu udah pergi, beritahu saya dong kode
apaan tadi.
Ricky: Gini ya bang Agus, tadi si
Jo ngasih kode ke saya biar saya bolehin Melody duduk bareng kita, soalnya dia
udah persiapan mau nangis.
Jonathan: Betul tuh bang Agus,
kodenya keren kan? Kalau disingkat, artinya ‘jangan sampai cewek ini nangis’.
Agus: Hoh, mantap deh. Kalau non
cantik itu sempat nangis tadi gimana?
Ricky: Makanya itu, bang Agus.
Saya dan Jo udah punya tekad dari SMA kalau kami sebisa mungkin jangan membuat
cewek menangis dengan perkataan yang ketus.
Jonathan: Benar bang Agus, kalau
cewek udah menangis kami akan kerepotan untuk menghentikannya. Untung aja tadi
Melody gak sempat nangis. Bang Agus perlu tahu, kalau cewek menangis itu akan
sulit berhentinya.
Agus: Hehehehe, hebat. Pria
sejati deh kalian berdua.
Agus juga menunjukkan kedua jari
jempolnya. Lalu Ricky dan Jonathan sama-sama melipat tangan di dada sambil
tersenyum bangga.
-----------------------------------------------------------
Saat sedang berjalan menuju
kelasnya, Ricky merasa diikuti seseorang di koridor lantai 3 Gedung Timur yang
sepi. Ia pun menoleh ke belakang dan Randy sudah bersiap menendangnya dengan
kaki kanan tapi segera kaki kanan Randy ditahan kedua tangannya, lalu Ricky
mendorong balik kaki kanan Randy. Alhasil Randy yang kehilangan keseimbangan
pun jatuh ke lantai. Namun ia segera berdiri dan mengepalkan kedua tangan lalu
meninju Ricky bergantian dengan kedua tangannya, namun dapat ditangkis semua
oleh kedua tangan Ricky, dan segera Ricky bergerak cepat untuk memelintir kedua
tangan Randy ke belakang, lalu Ricky mengunci kedua tangan Randy dan mulai bicara
dari belakang Randy.
Ricky: Hey Randy, lu bisa gak sih
jangan main pukul orang? Udah berkali-kali gue bilang sama lu, kalau gue gak
deketin cewek lu. Atau bisa gue bilang, mantan pacar lu.
Randy: Lepasin gue, lu akan gue
bikin babak belur karena udah dekat dengan dia tadi. Melody masih cewek gue,
dan cuma gue yang berhak mutusin hubungan kami, bukan dia.
Ricky: Lu benar-benar keras
kepala ya, atau mungkin lu budek? Hahaha, songong banget lu merasa harus lu
yang mutusin Melody.
Randy: Banyak omong lu, lepasin
gue. Hadapin gue secara langsung, jangan dengan mengunci tangan gue.
Ricky: Oke kalau itu maunya lu,
tapi jangan sekarang. Nanti siang aja sehabis gue selesai kuliah, lu aja yang
nentuin tempat. Tapi harus di sekitar area universitas ini.
Lalu Ricky pun melepaskan kuncian
tangannya pada kedua tangan Randy, dan Randy kembali berhadapan dengan Ricky.
Randy: Oke, gue tunggu lu di
parkiran motor Gedung Barat. Disana lebih luas, jarang ada motor yang terparkir
saat siang nanti. Dan kalau lu tidak datang, teman lu Jonathan yang gue incar.
Ricky: Lu gak usah ngancam gue,
lagipula teman gue punya bodyguard. Lu gak akan bisa ngincar teman gue itu.
Randy: Gue gak takut sama
bodyguardnya teman lu, jadi pastikan lu datang kalau masih mau lihat teman lu
selamat sampai rumahnya.
Ricky: Huh, gue bukan orang yang
mengingkari janji, lu tunggu aja gue di sana.
Lalu Randy dengan muka kesal
perlahan pergi ke tangga menuju lantai 2. Tanpa mereka berdua sadari, Melody
dari tadi mendengar pembicaraan mereka karena rupanya tadi Melody belum kembali
ke kelasnya di Gedung Selatan. Ia menunggu Ricky balik ke kelas dan ingin
mengetahui dimana kelasnya Ricky, tapi saat melihat Randy membuntuti Ricky, ia
pun membuntuti Randy agar tahu apa yang mau dilakukan mantan pacarnya itu.
Melody buru-buru sembunyi di toilet wanita lantai 3 itu saat melihat Randy
berbalik mau pergi setelah pembicaraan dengan Ricky, yang artinya bisa saja
Randy memergoki Melody.
Ricky(berpikir): Itu orang bener-bener deh, antara keras kepala, gak punya mata, atau gak punya telinga. Udah berkali-kali gue bilang kalau gue gak deketin Melody, eh masih saja dia nyangkanya gitu. Haaaah, sudahlah nanti gue harus hati-hati saat bertarung dengannya.
Kemudian Ricky melanjutkan jalan ke lantai 5, sedangkan Melody segera balik ke bawah lalu menuju kelasnya di Gedung Selatan.
Siang hari sekitar pukul 12 lewat 6 menit, Ricky perlahan menuju parkiran motor Gedung Barat, ia terpaksa harus menunda jam makan siangnya untuk memenuhi janji bertarung dengan Randy. Sesampainya di sana, ia meletakkan tasnya di jok salah satu motor yang terparkir di sana. Dan sekitar 10 meter dari sana, terlihat Randy sedang duduk di sebuah motor lainnya.
Randy: Datang juga lu akhirnya.
Ricky: Karena seharusnya gue sekarang makan siang, gue mau pertarungan ini singkat aja. Kecuali lu suka membuang-buang waktu dan tenaga lu untuk urusan beginian. Asal lu tahu, gue bukan orang seperti lu, gue masih ada kegiatan setelah makan siang.
Randy: Oke, kita duel singkat aja. Peraturannya adalah, siapa yang terlebih dulu jatuh ke lantai parkiran ini sebanyak 5 kali maka ia yang kalah. Kalau gue menang, lu dan teman lu yang manapun, entah Jonathan atau yang lainnya gak boleh dekat-dekat dengan Melody. Termasuk bodyguardnya Jonathan. Kalau lu yang menang terserah lu mau apa. Katakan langsung sekarang.
Ricky: Kalau gue menang, lu
jangan bikin keributan atau masalah lagi sama gue, teman gue, ataupun mahasiswa
lain di sini meskipun mereka bukan teman gue, gue tahu kalau lu sebenarnya
pindah kuliah ke sini biar bisa balikan sama Melody lagi. Dan lu harus terima
kenyataan kalau Melody berhak mutusin lu. Tenang aja, gue gak akan larang kalau
lu mau deketin dia lagi meskipun sudah putus. Gimana, deal?
Randy: Oke, deal. Gue harap elu
pegang omongan elu untuk gak deketin Melody lagi.
Dan mereka berdua saling berjalan mendekati
lawannya menyisakan jarak sekitar 3,5 meter. Randy memasang kuda-kuda dengan
mengepalkan kedua tangannya dan kaki kirinya selangkah lebih depan dari kaki
kanannya. Sedangkan Ricky juga memasang pose siap bertarung, tapi kakinya
sejajar dan kedua tangannya tidak mengepal sepenuhnya karena dia sebenarnya
tidak menginginkan pertarungan ini terjadi.
TO BE CONTINUED....
By: E.D.
Komentar
Posting Komentar