GALLANT IMPACT, Chapter 3

Chapter 3: Duel with a bet

Setelah Randy pergi, Ricky segera berdiri dan menuju motornya. Ia pun meninggalkan kampus dengan memar di pipi kirinya. Ia pulang ke tempat kos dan segera membawa messenger bagnya lalu bergegas ke hotel tempat ia bekerja.

Sementara itu, ketika Randy keluar dari parkiran motor ia melihat Melody yang berdiri menghadap ke arahnya. Raut wajah Melody seperti sedang marah.

Randy: Hey sayang, apa kabar?

PLAK!

Sebuah tamparan mendarat di pipi kiri Randy oleh karena tangan kanan Melody.


Melody: Gak usah panggil aku sayang. Kita udah putus setahun lalu.

Randy: Kamu kenapa sih? Udah setahun gak ngabarin aku, sekarang tiba-tiba bilang kita udah putus. Setahun belakangan aku sibuk bantu Papaku ngurus perusahaan, makanya gak sempat kontak dengan kamu. Kamu malahan udah pindah tempat kuliah rupanya.

Melody: Kamu jangan pura-pura deh, aku tahu kalau kamu bukan ngurus perusahaan, tapi ngurus pacar kamu atau bisa aku bilang selingkuhan kamu.

Randy: Oh, maksud kamu Maya? Aku pacaran dengan dia karena umur dia gak lama lagi. Ayahnya Maya minta pada aku untuk buat dia bahagia di sisa hidupnya, aku gak mungkin nolak karena Papaku juga teman baiknya Ayahnya Maya. Tapi 4 bulan lalu aku gak ketemu Maya lagi dan Ayahnya Maya ngasih tahu aku kalau Maya udah gak ada.

Melody: Jadi maksud kamu apa sih pindah ke sini juga?

Randy: Tentu saja aku mau balikan dengan kamu, Melody.

Melody: Asal kamu tahu ya, aku tetap gak mau balikan lagi sama kamu, Randy. Meskipun alasan kamu pacaran dengan Maya adalah untuk beri dia kebahagiaan di sisa hidupnya. Tetap aja, aku sudah terlanjur sakit hati dikhianati oleh kamu. Bye.

Kemudian Melody berbalik dan berjalan pergi dari hadapan Randy.

Randy(setengah berteriak): Terserah kamu, aku tetap nganggap kamu pacar, dan aku gak akan biarkan satu cowok pun deketin kamu.

Perkataan Randy barusan tidak dihiraukan oleh Melody yang sudah mulai memasuki Gedung Selatan kampus.
-----------------------------------------------------------
Tibalah Ricky di hotel tempatnya bekerja dan ia melihat seorang siswi SMA sedang berbincang dengan resepsionis di depan pintu masuk.
Resepsionis: Des, itu Ricky udah datang.
Desy: Oh, yaudah Mbak. Aku samperin bang Ricky dulu ya.
Resepsionis itu hanya mengangguk pada Desy lalu meneruskan kegiatannya tadi yaitu melihat-lihat buku yang sepertinya berisi daftar tamu di hotel berbintang empat itu. Sedangkan Desy berjalan mendekati Ricky yang mulai memasuki pintu depan hotel itu.
Desy: Bang Ricky, aku nanti mau... Eh bang Ricky kenapa ada memar di pipinya?
Ricky: Hehe Des, ini cuma bekas dipukul seorang bocah kok tadi, kamu mau bilang apa barusan?
Desy: Tadinya aku mau minta bang Ricky nemenin jalan ke mall sehabis kerja, tapi enggak jadi deh bang.
Ricky: Enggak apa-apa kok Des, ini cuma memar biasa... ADUHHH!
Desy: Tuh kan bang, cuma mau bicara aja susah banget, aku gak jadi jalan ke mall kok nanti. Aku tunggu bang Ricky selesai kerja baru pulang ya.
Ricky: Kenapa mau nungguin aku, Des?
Desy: Siapa tahu nanti bang Ricky gak kuat kerja sampai selesai, jadi aku bisa langsung telpon Ayah buat izinin bang Ricky pulang lebih cepat.
Ricky: Oh yaudah Des, aku mau kerja dulu ya.
Desy mengangguk lalu duduk di sofa dekat meja resepsionis. Hari Sabtu memang biasanya Desy mampir ke hotel milik Ayahnya dulu sehabis sekolah agar pulangnya bareng Ricky. Maka Ricky segera bekerja setelah berganti pakaian kampus ke pakaian kerja. Ia juga makan siang sejam kemudian bersama Desy dan resepsionis tadi. Mereka makan siang di salah satu meja yang ada di lantai 1 hotel itu. Memang di lantai 1 hotel itu ada stand penjual makanan setiap hari Sabtu dan Minggu. Penjual makanan itu adalah seorang bapak-bapak berjenggot tebal dengan badan sedikit gempal, tapi makanannya terjamin higienis. Di hari biasa yaitu Senin sampai Jumat, bapak penjual makanan ini berjualan di kedai miliknya di seberang hotel.
Ricky: Pak Jono, nambah 1 piring lagi dong sate ayamnya.
Pak Jono: Siap nak Ricky!
Resepsionis: Aduh Ricky, kamu makannya banyak ya hari ini.
Ricky: Hehe mbak Sally, aku hari ini habis ditonjok bocah tadi, jadi geram dan makan banyak deh.
Sally: Oh, aku baru tahu ada orang yang sedang geram makannya banyak hihihi.
Desy: Huss, mbak. Jangan diledekin, entar mbak Sally yang dimakan bukan satenya.
Ricky: Hehehe Des, emang aku kanibal?
Desy: Habisnya, tadi aku lihat ekspresinya bang Ricky pas makan sate kayak kanibal sih.
Ricky: Ya begitulah Des, aku memang kalau lagi kesal sama seseorang jadinya ekspresi mukaku ketika makan seperti tadi.
Sally: Memangnya kamu kesal sama siapa, Ricky?
Ricky: Kesal sama bocah yang tadi nonjok pipi kiriku, mbak.
Desy: Loh, bang. Kenapa kesalnya sama bocah? Kan cuma anak kecil, jangan dibalas ya.
Ricky: Desy, aku bilang bocah karena dia mahasiswa tapi baru di kampus itu. Alias semester 1.
Sally: Hihi ada-ada aja kamu Ricky. Masa mahasiswa dibilang bocah.
Ricky: Ya bocah dong mbak, karena dia udah mahasiswa masih main tangan kalau nyelesaikan masalah. Meskipun masalahnya juga belum selesai sih.
Sally: Emangnya masalah apa?
Ricky: Masa dia nuduh aku deketin ceweknya. Kenal dengan ceweknya aja enggak.
Desy: Bener bang Ricky gak deketin ceweknya?
Ricky: Beneran Des, ceweknya itu yang deketin aku.
Sally: Deketin gimana maksudnya?
Ricky: Setiap kali aku makan di kantin Gedung Utara, pasti ramai dan karena gak ada tempat duduk kosong selain di mejaku, dia ikut gabung deh. Mungkin tuh bocah ngawasin ceweknya dari salah satu tempat duduk lain.
Sally: Itu mungkin kebetulan aja Ricky, lagian kamu gak kenal cewek itu kan? Jangan dipikirkan, kalau aku boleh kasih saran ya, kamu makannya di kantin lain aja.
Desy: Iya bang, jauh-jauh aja dari cewek itu. Daripada bermasalah lagi sama pacarnya.
Ricky: Mbak Sally, aku udah terlanjur senang makan di sana, apalagi aku bisa ketemu teman lama di SMA. Namanya Jonathan. Des, aku juga udah bertekad untuk jauh-jauh dari cewek itu kok, kan itu cewek judesnya minta ampun.
Desy: Bang Ricky gimana tahu kalau dia judes?
Ricky: Karena pas aku ketemu dia pertama kali, aku tabrakan dengan dia di tangga terus dia marah-marah karena buku-bukunya jatuh, padahal dia yang nabrak. Lalu aku pernah nolong dia pas terpeleset mau jatuh, tapi dia malahan bilang aku cari kesempatan buat megang dia.
Sally: Ya ampun Ricky, ada ya mahasiswi judes kayak gitu. Oh iya Ricky, tadi kamu bilang nama teman kamu Jonathan ya?
Ricky: Iya mbak, kenapa?
Sally: Hmm, kayaknya aku pernah dengar deh nama itu tapi entah kapan ya?
Ricky: Mantannya mbak mungkin?
Sally: Mantan? Aku gak punya mantan kok, ini aja tunanganku dulunya pacar yang pertama.
Ricky: Yaudah mbak, entar juga ingat lagi. Tapi belum tentu juga Jonathan yang sama dengan teman aku.
Sally: Hmm, yaudahlah. Eh Ricky, itu satenya sudah mau siap.
Semenit kemudian Pak Jono menghidangkan pesanan Ricky tadi, lalu karena Desy dan Sally sudah selesai makan siang segeralah mereka membayar makanan dan minuman yang tadi mereka pesan kepada Pak Jono. Desy kembali duduk di sofa dekat meja resepsionis, dan Sally juga meneruskan pekerjaannya sebagai resepsionis. Ricky pun selesai makan siang dan membayar pesanannya tadi. Ricky meminum sebotol air putih saja lalu kembali bekerja.
Pukul 5 sore, Ricky selesai kerja dan pulang ke tempat kosnya setelah mengantarkan Desy ke rumahnya. Ia disambut oleh Jeje yang terkejut melihat memar di pipi kirinya.
Jeje: Kak Ricky, itu pipi kirinya kenapa?
Ricky: Ini tadi habis ditonjok.
Jeje: Hah? Ditonjok? Aku lapor ayahku dulu ya, biar orang itu ditangkap.
Ricky: Eh, gak usah Je. Tadi yang nonjok bocah kok, masa harus dipenjara.
Ayahnya Jeje adalah seorang polisi, dan malamnya baru pulang ke tempat kos itu.
Jeje: Hmmm oke deh, tapi kok bocah bisa nonjok sampai memar ya Kak? Emangnya bocahnya gendut ya Kak?
Ricky: Bocahnya sih gak gendut, tapi bergerombol. Mereka marah karena gue mutusin tali layangannya.
Jeje: Ih, ada-ada aja bocah zaman sekarang. Berani mukul yang lebih tua.
Ricky hanya tertawa seadanya karena dia barusan mencari alasan supaya urusannya dengan Randy yang bisa dibilang sepele tidak melibatkan polisi.
Jeje: Kak Ricky, aku kompresin lukanya ya?
Ricky: Boleh deh, gue naruh tas dulu di kamar.
Lalu Ricky berjalan memasuki kamarnya sedangkan Jeje mempersiapkan baskom berisi air dingin dan kain lap biasa untuk mengompres. Jeje pun mengompres memar pada pipi Ricky di sofa ruang tamu. Setelah itu, Ricky istirahat di kamarnya sambil memainkan smartphone-nya, bertukar pesan dengan Michelle. Tapi tentu saja ia tidak memberitahu mengenai pertikaian dengan Randy. Dia tidak ingin adiknya khawatir dan tidak fokus belajar untuk ujian besok.
Malam pun tiba, Ricky makan malam bersama orangtua Jeje, Jeje, beserta seluruh penghuni kos. Saat seorang dari mereka menanyakan mengenai luka memar di pipi kirinya, Ricky juga menjawab seperti yang tadi ia bilang pada Jeje, yaitu ‘Ditonjok bocah’. Para penghuni kos lainnya hanya menggeleng-geleng dan mereka semua memulai makan malam bersama.
Selesai makan malam, seorang penghuni kos pria bernama Andrew mengajak Ricky ngobrol di dalam kamarnya Ricky, ia sepertinya ingin curhat mengenai cewek yang disukainya di tempat kerja. Andrew adalah seorang karyawan jasa delivery yang memiliki darah campuran Indonesia-Amerika, ayahnya bule.
Ricky: Jadi, lu mau ngomong apaan sama gue, Drew?
Andrew: Gini Ky, I baru aja mulai naksir sama rekan kerja yang baru. You kan udah pengalaman deketin cewek, bagi dong tips deketin cewek pada I. (I = dibaca ai)
Ricky: Buset, sotoy banget lu. Kenapa lu bisa bilang kalau gue pengalaman deketin cewek?
Andrew: Soalnya gini Ky, I lihat sepertinya mbak Marina dan Naomi deket dengan you. Dan anaknya ibu kos juga mungkin naksir you.
Ricky: Hahaha, gue gak deketin satu pun dari mereka kok. Biasa aja gue sama mereka. Lagian elu ngapain minta tips ke gue, kan muka lu udah ganteng, lebih dari gue. Kalau gue mau kasih tips ya cuma satu deh.
Andrew: Apa itu Ky? I akan coba.
Ricky: Percaya diri aja dengan penampilan lu, tapi jangan terlalu berlebihan PD-nya. Lu ngerti kan maksud gue?
Andrew: Oh, boleh deh Ky, I akan meningkatkan rasa PD. Yaudah Ky, I mau go to sleep dulu. Bye.
Ricky: Bye, ingat tuh tips dari gue.
Andrew menunjukkan kedua jari jempolnya pada Ricky dan keluar dari kamar Ricky, setelah 2 menit berlalu pintu kamar Ricky kembali diketuk. Ia lalu membuka pintu kamarnya.
Ricky: Kenapa lagi Drew? Eh, Naomi rupanya.
Naomi: Boleh aku tanya sesuatu, Ricky?
Ricky: Hmm, mau tanya apaan Mi?
Kemudian Naomi berjalan menuju sofa ruang tamu dan duduk, Ricky pun mengikuti duduk di sampingnya.
Naomi: Aku gak percaya kalau kamu dipukul oleh bocah atau anak kecil.
Ricky: Terus, kamu mau tanya penyebab sebenarnya memar di pipi kiriku?
Naomi mengangguk lalu Ricky menghela nafas.
Ricky: Oke, aku akan kasih tahu kamu, tapi jangan sampai yang lain tahu ya. Aku gak mau urusan sepele ini diketahui oleh Pak Polisi hehehe.
Naomi pun mengangguk sambil tersenyum kecil.
Ricky: Jadi sebenarnya yang tadi mukul aku di kampus adalah seorang mahasiswa, dia semester satu. Namanya Randy.
Naomi: Hah? Jangan-jangan orangnya sekelas dengan aku.
Ricky: Kamu juga semester satu ya Mi?
Naomi: Huh, gimana sih kamu. Aku kan ngekos di sini karena akan mulai kuliah. Dan ini udah minggu kedua aku kuliah.
Ricky: Oh iya aku lupa hehehe, jadi kamu ngambil Fakultas apa?
Naomi: Fakultas Ekonomi, dan di kelas aku ada yang namanya Randy. Mukanya jutek melulu sama mahasiswa dan mahasiswi lain. Dia juga pernah mukulin seorang mahasiswa yang melotot ke dia karena ekspresi mukanya begitu terus.
Ricky: Hmm, mungkin emang dia. Kalaupun bukan, berarti ada 2 orang mahasiswa baru yang namanya sama dan hobinya sama.
Naomi: Hobinya sama? Maksudnya?
Ricky: Ya... itu hobinya, mukulin orang.
Dan Naomi tertawa menanggapi omongan Ricky.
Naomi: Kamu aneh deh, masa mukulin orang dibilang hobi.
Ricky: Udah kan, ada lagi yang mau kamu tanyakan?
Naomi: Iya, itu aja. Aku kembali ke kamarku dulu ya.
Ricky hanya mengangguk lalu Naomi sudah menuju tangga ke lantai 2. Ricky sendiri juga kembali ke kamarnya untuk istirahat.
Hari Minggu pagi, Ricky terbangun dan mulai bersiap untuk berangkat kerja. Tibalah ia di hotel dan melakukan pekerjaannya sebagai bellboy mulai jam setengah 10 pagi. Menjelang jam 3 sore Ricky sudah bersiap untuk pulang. Namun Desy ternyata mengajaknya jalan ke mall, Ricky bersedia menemaninya karena ia merasa perlu refreshing akibat kejadian kemarin, juga kejadian dalam seminggu itu yang bisa dibilang lebih banyak menguras emosi. Desy ternyata tidak shopping, hanya sekedar melihat-lihat di dalam mall, dan Ricky tidak keberatan menemaninya melihat-lihat setiap toko dalam mall itu entah itu toko aksesoris, tempat obral pakaian, dan toko elektronik. Sekitar jam setengah 6 sore, Desy mengajak makan Ricky di food court dalam mall bertingkat 8 itu. Mereka sedang menunggu pesanan datang.
Desy: Bang Ricky, SMS-an dengan siapa?
Ricky: Oh, ini Des, aku ngabarin Ibu Kos kalau aku hari ini tidak ikut makan malam di tempat kos.
Desy: Memangnya bang Ricky biasanya makan bareng penghuni kos lainnya?
Ricky: Iya Des, semua penghuni kos dan keluarganya Ibu Kos.
Desy: Wah, hebat ya tempat kosnya abang. Kayak keluarga aja, makan bareng semuanya.
Ricky: Hehehe, begitulah Des, makanya aku betah ngekos di situ. Aku juga adalah penghuni kos pertama di situ 2 tahun lalu.
Desy: Jadi, bang Ricky paling senior dong di tempat kos?
Ricky: Hahah Des, apaan sih. Emang kamu pikir itu kampus, pakai istilah senior segala.
Desy pun tertawa kecil, lalu pesanan mereka pun datang. Sesekali mereka mengobrol hal lain sambil makan, karena Desy juga menceritakan tentang hari-harinya di sekolah dan Ricky menjadi pendengar yang baik. Tanpa mereka sadari, di meja lain ada Melody dan Ve yang sedang makan bersama juga. Melody melamun melihat keakraban Ricky dengan Desy.
Ve: Kak Melody, kenapa bengong? Nanti makanannya keburu dingin loh.
Melody: Eh, iya Ve.
Melody mulai menyantap makanannya sedangkan Ve melihat ke arah pengamatan Melody tadi dan ia baru menyadari kalau Ricky bersama seorang gadis mengobrol sambil makan dan kadang tertawa. Ve pun tersenyum sambil melirik Melody yang sedang makan karena ia menganggap Melody ‘cemburu’ dengan gadis itu yaitu Desy.
-----------------------------------------------------------
Hari Senin tiba, dan Melody seperti biasa makan di kantin saat istirahat, dan juga pastinya kantin sudah penuh tempat duduknya. Melody kemudian menuju salah satu meja dimana Ricky dan Jonathan sedang ngobrol sambil ketawa-ketawa. Agus, bodyguardnya Jonathan mengawasi seluruh kantin dari jauh sambil duduk di salah satu meja ikut bergabung dengan 2 mahasiswa yang asyik dengan smartphone mereka masing-masing. Saat Melody sudah mendekat, tiba-tiba Jonathan beranjak mau pergi.
Ricky: Eh Jo, mau kemana lu?
Jonathan: Kelas gue udah mau dimulai Ky, gue duluan ya.
Ricky lalu menyadari ‘penyebab’ Jonathan bergegas pergi yang diikuti Agus sang bodyguard, dan ia lalu menggeser piring makanannya yang sudah tak bersisa ke samping menimpa piring makanan milik Jonathan tadi, dan menjatuhkan wajahnya ke meja. 2 detik kemudian ia kembali mengangkat kepalanya menatap Melody penuh kesal.
Melody: Kamu kenapa sih? Gak boleh ya aku duduk bareng kamu?
Ricky: Lu tuh yang kenapa, kayak gak ada tempat lain aja. Lu perhatikan baik-baik deh, banyak yang duduk sendiri, bukan cuma gue.
Ricky lalu menunjuk beberapa meja di sekeliling kantin yang hanya seorang mahasiswa atau mahasiswi mendudukinya, dan Melody juga melihat arah yang ditunjuk Ricky lalu berbalik menatap Ricky.
Melody: Udah terlanjur disini, boleh gak aku duduk bareng kamu sekarang? Aku gak kenal mereka yang duduk sendiri juga.
Ricky: Yaelah nih cewek, emang lu kenal gue? Oke boleh-boleh, gue aja yang pergi.
Melody: Setidaknya kan kita pernah beberapa kali bertemu. Jangan pergi, gak sopan banget kamu kalau langsung pergi. Jadi cowok gentle dikit dong.
Ricky tidak jadi beranjak pergi, dan Melody mulai duduk dan melahap makanannya. Selagi Melody makan, Ricky mengalihkan perhatian pada smartphone-nya. Ia sedang bertukar SMS dengan temannya Andrew, yang merupakan salah satu penghuni kos juga.
Melody: Kamu kenapa senyam-senyum sendiri? Kesambet ya?
Dan Ricky segera menyembunyikan smartphone-nya di saku celana jeansnya. Ia juga memasang wajah jutek pada Melody.
Ricky: Bukan urusan lu, cewek reseh.
Melody: Kamu kok sikapnya jutek banget sih kepadaku?
Ricky: Gue kan ketularan elu, cewek judes. Lagian elu sebaiknya jauh-jauh dari gue deh. Ingat kalau lu punya cowok.
Melody: Maksud kamu Randy? Aku udah putus kok dengan dia setahun lalu.
Ricky: Itu kan kata elu, kalau katanya dia enggak.
Melody: Aku gak peduli, pokoknya dia bukan pacar aku sekarang.
Ricky: Terserah lu mau peduli atau enggak, masalahnya dia nanti nyangka gue deketin elu, cewek reseh plus judes!
Melody: Jadi kamu takut dengan dia?
Ricky: Bukannya gue takut, tapi gue tidak mau ada perkelahian di sejarah hidup gue.
Melody: Dih, sok dramatis. Tapi kemarin dia udah mukul kamu kan, buktinya memar di pipi kiri kamu itu. Berarti sudah ada perkelahian di sejarah hidup kamu.
Ricky: Itu barusan gue bukannya dramatis, tapi emang tekad gue sedari kecil dan janji sama nyokap gue. Tapi gara-gara cowok elu kemarin janji itu rusak. Kalau gue ketemu dia nanti bakal gue bikin perhitungan sama dia karena reseh, sama kayak elu.
Melody: Silahkan aja, aku gak peduli. Tapi aku peringatkan, dia jago silat.
Ricky: Bodo amat, gue mau cabut dulu. Cewek reseh, lu lanjutin makannya.
Perlahan Ricky sudah menjauh dan Melody melanjutkan makannya. Randy yang sedari tadi melihat Melody berbicara pada Ricky pun terlihat marah dan berniat memberi ‘peringatan tambahan’ pada Ricky.
Di koridor Gedung Timur lantai 2 yang sepi, Ricky sedang berjalan santai ketika dari belakang sebuah tinju bersarang di pipi kanannya. Ricky yang hampir terjatuh bersandar pada dinding dan melihat siapa yang meninjunya barusan.
Randy: Kan gue udah bilang, lu jangan deketin Melody.
Ricky: Hey bro, lu buta ya? Tadi lu lihat sendiri kan cewek itu yang datang ke tempat gue duduk bareng teman gue.
Randy: Banyak alasan! Gue bikin lu babak belur!
Kemudian Randy melancarkan pukulan bertubi-tubi dan Ricky berhasil menghindari semuanya karena tiba-tiba Ricky seperti mampu melihat gerakan Randy yang seolah melambat. Dan Ricky juga kemudian melihat Randy dengan pelan mengangkat kaki kanannya bersiap menendang Ricky, tapi berhasil dihindari. Setelah 5 menit terus menyerang Ricky tapi tak satupun serangannya mengenai Ricky, Randy ngos-ngosan dan ia pun hendak pergi.
Randy: Kali ini lu akan gue biarkan, tapi lain kali gue pasti membuat kondisi lu babak belur. Awas lu nanti!
Lalu Randy pun pergi sambil menunjuk Ricky dengan tangan kanannya.
Ricky(bergumam): Halah, jago silat apanya. Gerakannya lambat gitu, huh. Tapi kayaknya tadi mata gue yang terlalu tajam fokusnya deh. Hmm, mungkin lain kali gue gak perlu cuma menghindar, tapi menangkis juga.
Kembali ke kelasnya, Ricky hanya menjawab ‘terbentur wastafel’ ketika ditanyai Jerry dan Ega soal memar di pipi kanannya.
Jerry: Ada-ada aja lu Ky, masa terbentur wastafel lagi.
Ega: Iya Ky, owe heran deh. Ada ya orang yang bisa terbentur wastafel 2 kali dalam kurun waktu 24 jam.
Ricky hanya terkekeh pelan menanggapinya, lalu perkuliahan kembali berlanjut.
-----------------------------------------------------------
Ricky sudah menyelesaikan pekerjaannya dan segera pulang. Ia segera beristirahat di kamarnya sesampainya di tempat kos, dan juga tidak ada penghuni kos yang sempat bertemu dengannya saat ia baru pulang sehingga tidak satupun penghuni kosnya yang mengetahui luka memar di pipi kanannya.
Waktu istirahat di hari Selasa pun tiba, dan Ricky sudah selesai makan bersama Jonathan dan Agus.
Jonathan: Ky, gimana? Udah mau kasih tahu ciri-ciri cewek itu hari ini?
Agus: Iya den Ricky, ayo bilang bagaimana ciri-ciri cewek yang aden taksir. Satu aja.
Ricky: Oke, ciri-ciri pertama: Berkulit putih serta berambut panjang
Jonathan: Panjangnya sampai mana? He he heh.
Ricky: Wah Jo, gue tahu nih maksud lu. Panjangnya sampai ketiaknya, lu jangan pikir yang berlebihan.
Agus: Oh saya tahu, pasti den Jo mikir mesum ya?
Ricky: Bukan bang Agus, pasti si Jo mikirnya cewek yang saya taksir kuntilanak karena rambutnya panjang dan kulitnya putih.
Jonathan: Tahu aja lu Ky, emang hebat anak Psikologi. Bisa baca pikiran.
Agus: Iya den Ricky, hebat banget bisa tahu maksudnya den Jo tadi hehe.
Ricky: Bang Agus, itu sih gampang. Soalnya si Jo kan suka nonton film horror, tapi tidak satupun jenis setan dia takut. Kecuali kuntilanak hahahaha.
Agus: Oh begitu rupanya den Jo, hahaha. Kalau saya lebih takut pocong.
Jonathan: Monyong lu Ky, buka rahasia aja.
Ricky: Eh Jo, itu gue muji lu juga keles.
Jonathan: Yaudah deh, emang gue pemberani kan hahahahahaha.
Agus: Waduh den Jo, ketawanya jangan seperti genderuwo dong.
Jonathan: Biarin! WAHAHAHAHA.
Ricky: Hei Jo, jangan keras-keras. Entar seisi kantin ini nyeret lu ke Rumah Sakit Jiwa.
Lalu Jonathan pun berhenti tertawa karena mulai ada beberapa pasang mata dari meja-meja di sekitar memperhatikannya, dan setelah itu tiba-tiba Melody ikut duduk dengan mereka di samping Ricky, tentu saja membawa makanannya.
Melody: Hei, kalian ngomongin apa sih? Kayaknya seru, aku gabung ya.
Jonathan maupun Ricky hanya diam, sedangkan Agus malah menjawab.
Agus: Silahkan non, anda pasti temannya den Ricky dan den Jo kan?
Ricky&Jonathan: Bukan teman saya, bang Agus!
Agus: Kompak banget hehehe.
Melody: Eh, kenapa manggil aku non?
Agus: Saya bodyguardnya den Jo.
Agus pun merangkul Jonathan di sampingnya, sehingga Melody tahu siapa yang jadi majikannya dan manggut-manggut.
Ricky: Lu kesambet apaan sih? Hari Selasa lalu masih judes, sekarang hari Selasa lagi malah sok akrab ikut duduk bareng gue dan temen gue.
Melody: Emang kenapa, gak boleh ya?
Ricky: Gak boleh!
Melody lalu menundukkan kepalanya, melihat itu Jonathan segera memberi kode pada Ricky yang artinya ‘lihat tuh dia udah mau nangis, cegah!’. Agus hanya kebingungan melihat kode Jonathan pada Ricky yang berupa 2 jari telunjuk Jonathan disilangkan lalu 2 telunjuknya dinaik-turunkan di sebelah kedua matanya. Dan Ricky yang nampak mengerti hanya memberikan tanda jempol kirinya kepada Jonathan.
Ricky: Hei cewek, gue bolehin deh lu ikut duduk di sini. Tapi jangan banyak tanya hal apapun, oke?
Melody mengangkat kepalanya memandang Ricky dan mengangguk.
Ricky: Yaudah, lu mulai makan deh. Gue mau lanjut ngobrol dengan Jonathan, lu cukup jadi pendengar aja.
Melody menurut dan memulai makan, sedangkan Ricky kembali membicarakan hal lain dengan Jonathan. Tentang perkiraan teman-teman SMA mereka kuliah di mana. Tiba-tiba Agus yang dari tadi wajahnya menunjukkan ekspresi bingung bertanya.
Agus: Den Jo, itu tadi kode apaan sih?
Jonathan: Hah? Kode? Kode apa maksudnya, bang Agus?
Agus: Itu tadi waktu non ini...
Ricky: Oh, bang Agus. Sorry ya, ini kode rahasia. Lain kali aja kami beritahu.
Jonathan: Iya, bang Agus. Itu classified code.
Melody: Kode apaan?
Ricky dan Jonathan pun melihat ternyata Melody sudah selesai makan.
Ricky: Kan udah gue bilang jangan banyak tanya, cewek reseh.
Melody: Kan aku baru nanya sekali, belum banyak.
Ricky lalu menepuk keningnya sendiri dengan tangan kiri, terlihat Melody cemberut, dan mengundang tawa Jonathan dan Agus.
Agus: Oh iya, nama non siapa ya?
Jonathan: Buset bang Agus, lu cari kesempatan aja.
Melody: Oh maaf, perkenalkan nama aku Melody. Kalau kalian?
Agus: Saya Agus, bodyguardnya den Jonathan. Ini temannya den Jonathan, namanya den Ricky.
Ricky dan Jonathan saling berpandangan lalu mendelik ke Agus.
Ricky: Jo, sekarang gue baru tahu lu dapat bodyguard yang kepo banget.
Jonathan: Sama Ky, gue juga baru tahu bokap gue bisa milihin bodyguard yang seperti ini.
Agus: Hehehe den Jo, gak boleh gitu muji saya. Lagian den Jo sama den Ricky sensitif banget, PMS ya?
Jonathan pun memasang muka masam pada Agus, Agus hanya cengengesan sedangkan Ricky terdiam dan Melody tertawa kecil. Lalu tiba-tiba Melody mengulurkan tangan kanannya kepada Ricky.
Ricky: Apaan nih?
Agus: Yaelah den Ricky, pura-pura gak tahu. Itu non cantik ini ngajak salaman, biar bagus cara perkenalannya.
Ricky: Iya deh bang, gue nurut sama yang lebih tua.
Mendengar itu Jonathan pun tertawa sedangkan Agus langsung bersungut-sungut. Ricky segera menyalami tangan kanan Melody dan mereka menyebutkan nama masing-masing.
Ricky: Nih, lu salaman juga sama bang Agus dan Jonathan.
Lalu Melody pun bersalaman dengan Agus setelah itu Jonathan.
Jonathan: By the way, lu masuk Fakultas apaan Mel?
Melody: Aku semester 3 Fakultas Ekonomi, kalau kamu Jo?
Jonathan: Gue semester 5 Fakultas Teknologi.
Kemudian Melody memandang Ricky. Merasa akan ditanyai, Ricky pun segera bicara.
Ricky: Gue semester 5 Fakultas Psikologi. Dan karena kami senior, lu jangan banyak tingkah. Bisa kan?
Melody pun manggut-manggut, Agus pun tertawa terbahak-bahak karena Ricky sangat cepat mengetahui maksud dari tatapan Melody. Jonathan lalu menjentikkan jari di hadapan Agus agar tertawanya tidak berlebihan.
Agus: Hahah den Ricky, belum ditanya udah dijawab. Emang den Ricky seperti cenayang deh.
Ricky: Yaelah bang Agus, itu sangat mudah. Orang lain pun tahu akan ditanyai hal tadi.
Melody: Tapi, kamu memang mirip cenayang Ky.
Ricky: Terserah apa yang lu mau bilang. Coba lu lihat deh, itu si Ve udah mau balik ke kelas, lu sendiri gak balik?
Dan Melody pun melihat arah tunjukan jari Ricky, dimana Ega sedang bersiap pergi dari kantin barengan dengan Ve.
Melody: Hmm, kamu kok kenal Ve?
Ricky: Karena cowok yang duduk bareng Ve tadi itu adalah Ega, teman sekelas gue.
Melody: Oke, aku balik ke kelas dulu. Bye semuanya.
Baik Ricky, Jonathan, dan Agus hanya mengangguk lalu Melody berjalan menyusul Ve yang sudah jauh dari area kantin.
Agus: Den Jo, Den Ricky, kenapa sih dari tadi awal perkenalan dengan non cantik sikap kalian gak ada ramahnya?
Ricky: Bang Agus, itu cewek yang dimaksud Jo kemarin.
Agus: Emang bener den Jo?
Jonathan: Benar, bang Agus. Kalau bukan dia cewek yang ikut duduk bareng saya dan Ricky, kami berdua gak mungkin ketus sikapnya.
Agus: Nah, terus tadi den Jo kenapa nanya non itu masuk Fakultas apa?
Jonathan: Biar tahu aja, apakah dia sekelas dengan cowoknya si Randy keparat. Eh ternyata Randy setingkat di bawah dia.
Ricky: Jo, kayaknya sih Randy sengaja pindah tempat kuliah disini karena Melody pindah juga setahun lalu.
Jonathan: Hah? Emang iya, Ky?
Ricky: Gue denger dari Ega sih begitu, Melody setahun lalu baru pindah ke sini. Jadi kemungkinan dia di tempat kuliah yang lama udah hampir lulus. Ega juga tahunya dari Ve, teman sekelasnya Melody.
Jonathan: Hmmm, oke deh. Ricky, gue mungkin akan ngebobol website universitas ini untuk melihat profil mahasiswinya Melody.
Agus: Waduh den Jo, ngapain? Itu kan tindak kriminal.
Ricky: Bang Agus, tenang aja. Jo cuma mau cari informasi aja, gak akan dirusak websitenya. Kan pihak kampus ini bisa tahu kalau ada perubahan di website.
Jonathan: Benar bang Agus, saya cuma mau tahu pindahan dari mana Melody. Bang Agus, ini rahasia kita bertiga, oke?
Agus: Okelah kalau begitu, den Jo. Saya kira den Jo mau merombak struktur websitenya.
Ricky: Waw, bang Agus. Keren banget gaya bicaranya.
Agus: Hehe, saya kan jago bahasa Indonesia waktu sekolah dulu.
Jonathan: Kalau bahasa Inggris?
Agus: Dikit-dikit lah den Jo, oh iya sekarang kan udah aman. Non cantik itu udah pergi, beritahu saya dong kode apaan tadi.
Ricky: Gini ya bang Agus, tadi si Jo ngasih kode ke saya biar saya bolehin Melody duduk bareng kita, soalnya dia udah persiapan mau nangis.
Jonathan: Betul tuh bang Agus, kodenya keren kan? Kalau disingkat, artinya ‘jangan sampai cewek ini nangis’.
Agus: Hoh, mantap deh. Kalau non cantik itu sempat nangis tadi gimana?
Ricky: Makanya itu, bang Agus. Saya dan Jo udah punya tekad dari SMA kalau kami sebisa mungkin jangan membuat cewek menangis dengan perkataan yang ketus.
Jonathan: Benar bang Agus, kalau cewek udah menangis kami akan kerepotan untuk menghentikannya. Untung aja tadi Melody gak sempat nangis. Bang Agus perlu tahu, kalau cewek menangis itu akan sulit berhentinya.
Agus: Hehehehe, hebat. Pria sejati deh kalian berdua.
Agus juga menunjukkan kedua jari jempolnya. Lalu Ricky dan Jonathan sama-sama melipat tangan di dada sambil tersenyum bangga.
-----------------------------------------------------------
Saat sedang berjalan menuju kelasnya, Ricky merasa diikuti seseorang di koridor lantai 3 Gedung Timur yang sepi. Ia pun menoleh ke belakang dan Randy sudah bersiap menendangnya dengan kaki kanan tapi segera kaki kanan Randy ditahan kedua tangannya, lalu Ricky mendorong balik kaki kanan Randy. Alhasil Randy yang kehilangan keseimbangan pun jatuh ke lantai. Namun ia segera berdiri dan mengepalkan kedua tangan lalu meninju Ricky bergantian dengan kedua tangannya, namun dapat ditangkis semua oleh kedua tangan Ricky, dan segera Ricky bergerak cepat untuk memelintir kedua tangan Randy ke belakang, lalu Ricky mengunci kedua tangan Randy dan mulai bicara dari belakang Randy.
Ricky: Hey Randy, lu bisa gak sih jangan main pukul orang? Udah berkali-kali gue bilang sama lu, kalau gue gak deketin cewek lu. Atau bisa gue bilang, mantan pacar lu.
Randy: Lepasin gue, lu akan gue bikin babak belur karena udah dekat dengan dia tadi. Melody masih cewek gue, dan cuma gue yang berhak mutusin hubungan kami, bukan dia.
Ricky: Lu benar-benar keras kepala ya, atau mungkin lu budek? Hahaha, songong banget lu merasa harus lu yang mutusin Melody.
Randy: Banyak omong lu, lepasin gue. Hadapin gue secara langsung, jangan dengan mengunci tangan gue.
Ricky: Oke kalau itu maunya lu, tapi jangan sekarang. Nanti siang aja sehabis gue selesai kuliah, lu aja yang nentuin tempat. Tapi harus di sekitar area universitas ini.
Lalu Ricky pun melepaskan kuncian tangannya pada kedua tangan Randy, dan Randy kembali berhadapan dengan Ricky.
Randy: Oke, gue tunggu lu di parkiran motor Gedung Barat. Disana lebih luas, jarang ada motor yang terparkir saat siang nanti. Dan kalau lu tidak datang, teman lu Jonathan yang gue incar.
Ricky: Lu gak usah ngancam gue, lagipula teman gue punya bodyguard. Lu gak akan bisa ngincar teman gue itu.
Randy: Gue gak takut sama bodyguardnya teman lu, jadi pastikan lu datang kalau masih mau lihat teman lu selamat sampai rumahnya.
Ricky: Huh, gue bukan orang yang mengingkari janji, lu tunggu aja gue di sana.
Lalu Randy dengan muka kesal perlahan pergi ke tangga menuju lantai 2. Tanpa mereka berdua sadari, Melody dari tadi mendengar pembicaraan mereka karena rupanya tadi Melody belum kembali ke kelasnya di Gedung Selatan. Ia menunggu Ricky balik ke kelas dan ingin mengetahui dimana kelasnya Ricky, tapi saat melihat Randy membuntuti Ricky, ia pun membuntuti Randy agar tahu apa yang mau dilakukan mantan pacarnya itu. Melody buru-buru sembunyi di toilet wanita lantai 3 itu saat melihat Randy berbalik mau pergi setelah pembicaraan dengan Ricky, yang artinya bisa saja Randy memergoki Melody.

Ricky(berpikir): Itu orang bener-bener deh, antara keras kepala, gak punya mata, atau gak punya telinga. Udah berkali-kali gue bilang kalau gue gak deketin Melody, eh masih saja dia nyangkanya gitu. Haaaah, sudahlah nanti gue harus hati-hati saat bertarung dengannya.

Kemudian Ricky melanjutkan jalan ke lantai 5, sedangkan Melody segera balik ke bawah lalu menuju kelasnya di Gedung Selatan.

Siang hari sekitar pukul 12 lewat 6 menit, Ricky perlahan menuju parkiran motor Gedung Barat, ia terpaksa harus menunda jam makan siangnya untuk memenuhi janji bertarung dengan Randy. Sesampainya di sana, ia meletakkan tasnya di jok salah satu motor yang terparkir di sana. Dan sekitar 10 meter dari sana, terlihat Randy sedang duduk di sebuah motor lainnya.

Randy: Datang juga lu akhirnya.

Ricky: Karena seharusnya gue sekarang makan siang, gue mau pertarungan ini singkat aja. Kecuali lu suka membuang-buang waktu dan tenaga lu untuk urusan beginian. Asal lu tahu, gue bukan orang seperti lu, gue masih ada kegiatan setelah makan siang.

Randy: Oke, kita duel singkat aja. Peraturannya adalah, siapa yang terlebih dulu jatuh ke lantai parkiran ini sebanyak 5 kali maka ia yang kalah. Kalau gue menang, lu dan teman lu yang manapun, entah Jonathan atau yang lainnya gak boleh dekat-dekat dengan Melody. Termasuk bodyguardnya Jonathan. Kalau lu yang menang terserah lu mau apa. Katakan langsung sekarang.

Ricky: Kalau gue menang, lu jangan bikin keributan atau masalah lagi sama gue, teman gue, ataupun mahasiswa lain di sini meskipun mereka bukan teman gue, gue tahu kalau lu sebenarnya pindah kuliah ke sini biar bisa balikan sama Melody lagi. Dan lu harus terima kenyataan kalau Melody berhak mutusin lu. Tenang aja, gue gak akan larang kalau lu mau deketin dia lagi meskipun sudah putus. Gimana, deal?

Randy: Oke, deal. Gue harap elu pegang omongan elu untuk gak deketin Melody lagi.

Dan mereka berdua saling berjalan mendekati lawannya menyisakan jarak sekitar 3,5 meter. Randy memasang kuda-kuda dengan mengepalkan kedua tangannya dan kaki kirinya selangkah lebih depan dari kaki kanannya. Sedangkan Ricky juga memasang pose siap bertarung, tapi kakinya sejajar dan kedua tangannya tidak mengepal sepenuhnya karena dia sebenarnya tidak menginginkan pertarungan ini terjadi.

TO BE CONTINUED....

By: E.D.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Between Dream And Reality, Part 12

GALLANT IMPACT, Chapter 25

GALLANT IMPACT, Chapter 29