Between Dream And Reality, Part 4


Part 4: No more secret?

Veranda’s dream continued

Setelah Ve menyadari dia sedang bermimpi, dia ingin memastikan perasaannya pada Aldo. Di mimpinya ini Ve masih mengingat kejadian di dunia nyata, salah satunya ketika ia berusaha menghibur Melody yang bersedih karena kematian kedua orang tuanya. Namun Ve juga punya ingatan di mimpi ini.

Ve(bergumam sendiri): Rupanya kedua orang tua Aldo masih hidup di dunia mimpi ini. Tapi kenapa aku kenal lebih dekat dengan Aldo ya?


Seketika Ve mendapat flashback lagi di kepalanya tentang awal perkenalannya dengan Aldo di
dunia mimpi. Ketika itu Ve yang terburu-buru hendak ke kantin menyusul teman-temannya akan jatuh dari tangga, ia pun sudah memejamkan matanya pasrah terhadap resiko jatuh nantinya. Tapi dirasakannya tak terlalu sakit badannya saat jatuh. Rupanya Ve menimpa seseorang dan orang itu yang mengaduh kesakitan. Ve pun segera bangkit dan meminta maaf sekaligus berkenalan dengan orang itu yang rupanya adalah Aldo.
Ve pun tersenyum sendiri mendapat memory itu, lalu Ve berniat mengunjungi rumah Aldo. Karena Ve juga jadi tahu dimana rumah Aldo dari flashback perkenalannya dengan Aldo.
Ve pun sampai di rumah Aldo setelah sekitar 10 menit memacu mobilnya. Dia memencet bel rumah itu dan yang membukakan pintu adalah Melody.
Melody: Eh, ada Jessica.
Ve: Kak Melody, aku mampir ke sini mau ketemu Aldo. Aldo-nya ada?
Melody: Iya, Aldonya ada. Ayo masuk!
Ve pun masuk ke dalam rumah itu bersama Melody. Ve pun menyapa kedua orang tua Aldo dan mereka berdua berlalu pergi ke kamar Aldo. Melody masuk ke kamar Aldo diikuti Ve. Terlihat Aldo sedang berbaring di kasurnya sambil memainkan smartphone-nya.
Melody: Aldo, ini ada yang mau ketemu denganmu.
Aldo(menoleh): Eh ada kak Ve.
Ve: Hai Aldo, kamu tadi habis dari kafe ya?
Aldo: Iya, kok kak Ve tahu?
Ve: Kan aku tadi di sana juga. Aku lihat kamu sama 3 temanmu memandang cewek-cewek di kafe.
Aldo: Hehehehe, aku diajak tuh sama mereka.
Melody: Hmm, rupanya adikku ini nakal ya. Kalau Naomi tahu reaksinya apa ya?
Ve: Eh? Siapa itu Kak?
Belum sempat Melody menjawab pertanyaan Ve, Aldo kembali bicara.
Aldo: Kakak ini, gosip aja. Aku sama Naomi kan cuma temen.
Melody: Naomi itu siswi sekelas Aldo dulu, Jessica. Aldo, yakin cuma temen? Nanti lama-lama jadi demen...
Aldo: Itu sih urusan nanti Kak, sekarang ya sekarang aja.
Entah kenapa Ve merasa cemburu hanya dengan mendengar nama itu, tapi ia berusaha agar raut wajahnya tidak terlihat seperti cemburu. Mereka bertiga pun mengobrol ringan, tentang acara Natal kampus yang diceritakan Melody. Dan Ve juga berencana untuk menonton pertunjukan drama di acara itu. Acara Natal kampus itu memang terbuka untuk umum, juga jumlah kursi untuk penonton juga banyak.
Ve pun pamit pulang ketika waktu menunjukkan pukul 06:00 sore, dan sesampainya di rumahnya, ia segera berbaring di kamarnya. Ve memejamkan mata sejenak, memikirkan seperti apa sosok Naomi sehingga Melody meledek Aldo dengannya.
Veranda’s dream end

Ve terbangun di pagi harinya, menyadari dirinya baru saja menjalani kehidupan lain di mimpi. Segera ia mengecek smartphone-nya dan waktunya sudah seperti biasa. Ia pun bersiap diri dan bergegas ke sekolah.
                        --------------------------------------------------------------------------------------
Jam istirahat pertama seperti biasa, Aldo sedang berada di kelasnya 10 IPA 3 mengobrol dengan teman-temannya. Atau lebih tepat mendengarkan Indra yang sedang bercerita pengalaman liburannya 2 minggu lalu. Sesekali gelak tawa terdengar di kerumunan itu karena tingkah konyol Indra ketika liburan, salah satunya adalah menggoda cewek berambut panjang di taman kota yang berdiri membelakanginya dan ternyata cewek itu adalah bencong. Alhasil Indra lari terbirit-birit dikejar bencong. Aldo kemudian merasa getaran smartphone-nya dan mengecek ada pesan LINE dari seseorang. Tertulis nama ‘Stella Cornelia’ sebagai pengirimnya.
Stella: Hey Aldo, lagi ngapain?
Aldo: Lagi ngobrol bareng teman-teman sekelas. Ada apa ya Stel?
Stella: Aku nanti sehabis pulang sekolah mau nonton film dengan adik aku. Temenin kami ya, aku udah pesan tiket untuk bertiga.
Aldo: Aduh Stel, kok mendadak begini? Aku kayaknya gak bisa...

Stella: Filmnya adalah ‘Harry Potter and The Deathly Hallows part 1’

Aldo: Oke Stel, aku nanti bakalan temenin kamu dan Sonia nonton!

Stella: Hihihi, udah aku duga.

Aldo: Hehehe, jadi malu nih Stel, aku ditraktir nonton.

Stella: Asal nanti makan siangnya kamu yang traktir hihi.

Aldo: Iya deh...

Setelah itu Aldo kembali mendengar Indra bercerita, dan waktu istirahat pun berakhir disertai bubarnya kerumunan siswa dan siswi di kelas itu. Jam pelajaran pun berlanjut.
                        --------------------------------------------------------------------------------------
Sepulang sekolah, Aldo menuju parkiran mobil terlebih dahulu. Ia menghampiri sebuah mobil Toyota warna hitam dengan seorang siswi berdiri di sampingnya. Tag name siswi itu bertuliskan ‘Sonia Natalia’ yang terlihat oleh Aldo.
Aldo: Hai Sonia, kakak kamu mana?
Sonia: Ci Stella bentar lagi nyampe sini. Kak Aldo, nanti kita makan siang dulu ya sebelum nonton?
Aldo menganggukkan kepalanya dan Stella kemudian datang.
Stella: Aldo, kamu duluan ya. Aku mau istirahat sebentar habis piket, baru nanti nyusul.
Aldo: Oke Stel, aku tunggu di depan food court lantai 6 ya.
Stella pun menganggukkan kepala, Aldo lalu menuju parkiran motor dan menjalankan motornya ke mall dekat sekolah itu. Setelah menaruh motornya di parkiran mall itu, Aldo segera menuju ke lantai 6 dan menunggu di dekat food court sambil browsing dengan smartphone-nya.
Selang 10 menit kemudian Stella bersama Sonia tiba, lalu mereka bertiga memasuki food court dan segera memesan makanan. Selesai mereka makan, Aldo pun membayarnya kemudian mereka bertiga menuju lantai 5 tempat bioskop dalam mall itu berada. Dengan 3 tiket yang digenggam Stella, mereka bertiga pun menonton film itu.
Aldo menonton film dengan tempat duduknya bersebelahan dengan Stella dan Sonia, ia terlihat menikmati film sambil sesekali matanya melirik ke arah Stella. Aldo mengenal Stella ketika ia diajak Naomi ke kantin saat kelas 10 dulu. Ketika itu kantin sangat padat, dan Naomi mengajak Aldo bergabung di sebuah tempat yang sudah diduduki 2 orang siswi, yang tak lain adalah Stella dan adiknya Sonia yang masih kelas 3 SMP. Stella dikenalkan oleh Naomi kepada Aldo sebagai sahabatnya Naomi dari kelas 10 IPA 7. Mereka berempat pun menyantap makanan bersama waktu itu, dan beberapa kali mereka makan bersama lagi selama kelas 10 itu. Stella dan Sonia juga menghadiri pemakaman kedua orang tua Aldo bersama Naomi.
Tiga jam berlalu dan film itu pun selesai, Aldo pun berpisah dengan Stella dan Sonia. Mereka pulang ke rumah masing-masing.
Sesampainya di rumah, Sonia segera berganti pakaian dan berbaring di kasurnya. Smartphone-nya tiba-tiba berbunyi pertanda ada SMS masuk. Tertera nama ‘Sinka’ sebagai pengirim pesan.
Sinka: Sonia, kelas kamu ada PR matematika gak hari ini? PRnya tentang trigonometri.
Sonia: Enggak ada, tapi beberapa hari lalu sih ada. Aku baru aja pulang habis nonton film di mall.
Sinka: Besok bawa ya, pinjamin aku. Eh kamu nonton film sendiri tadi?
Sonia: Oke, aku bawa besok. Enggak dong, nontonnya bareng Ci Stella dan teman Ci Stella.
Sinka: Thanks ya. Eh temannya Ci Stella?
Sonia: Temannya Ci Stella, juga teman sekelas Kakak kamu dulu. Namanya Aldo.
Sinka: Aldo yang di kelas 10 IPA 3?
Sonia: Loh, kamu kenal Kak Aldo?
Sinka: Iya, aku kan kelas 10 IPA 3. Aldo habis menjenguk kak Naomi kemarin.
Sonia: Oh gitu, kak Naomi udah sembuh?
Sinka: Udah kok, kemarin cuma demam biasa. Eh Sonia, aku mau nanya sesuatu dong.
Sonia: Mau nanya apa?
Sinka: Kamu tahu kenapa Aldo bisa tinggal kelas?
Sonia: Emm, gimana ya...
Sinka: Terus terang aja Sonia, aku penasaran nih. Soalnya kak Naomi gak mau cerita ke aku.
Sonia: Oke deh, jadi penyebab kak Aldo tinggal kelas itu... karena kejadian sebelum ujian akhir kelas 10.
Sinka: Kejadian apa?
Sonia: Kedua orang tuanya meninggal, karena kecelakaan pesawat. Kakaknya kak Aldo menangis terus, kak Aldo sendiri saking sedihnya tatapan matanya kosong waktu itu, sehingga kak Aldo tidak mengikuti ujian satu pun karena tidak beranjak dari kamarnya setelah pemakaman itu.
Sinka: Astaga, begitu ya. Aldo punya kakak juga?
Sonia: Iya Sinka, tapi aku gak tahu namanya. Ci Stella juga gak tahu, karena kami berdua waktu itu menghadiri pemakaman karena kak Naomi minta diantarin ke Ci Stella.
Sinka: Oh iya, waktu itu kak Naomi juga terlihat sedih habis bepergian. Waktu aku tanya dia habis dari mana, cuma dijawab habis dari pemakaman tapi gak dibilang pemakaman siapa.
Sonia: Nah, kamu sudah tahu kan? Usahakan jangan banyak orang yang tahu ya, terutama teman-teman sekelasmu?
Sinka: Kenapa gitu? Teman-teman sekelasku memandang rendah Aldo loh karena mereka gak tahu.
Sonia: Itu permintaan kakaknya kak Aldo, karena ia ingin kak Aldo mendapat teman baru bukan karena rasa kasihan mereka. Kak Aldo punya teman di kelas atau enggak?
Sinka: Cowok-cowok di kelas aku semuanya berteman dengan Aldo, tapi cewek-ceweknya kebanyakan menganggap Aldo tinggal kelas karena (maaf) ‘bodoh’.
Sonia: Hahaha Sinka, kata kak Naomi sih kak Aldo itu unggul di Matematika dan Bahasa Inggris. Dan salah satu murid ‘unggulan’ di kelas 10 IPA 5 tahun lalu.
Sinka: Hmmm, gitu ya.
Setelah itu mereka berdua tidak bertukar pesan lagi.  Sinka kini mengetahui fakta dibalik tinggal kelasnya Aldo. Sinka bisa merasakan bagaimana jadinya jika ia ada di posisi Aldo.
Di tempat lain, Aldo sudah sampai di rumahnya. Ia pun sedang menyalakan laptop untuk mengecek game Aveyond: Lord of Twilight  yang ternyata tidak ada software game tersebut. Lalu Aldo segera browsing internet dengan wifi untuk mencari dan mendownload game itu. Setelah sekitar 15 menit download pun selesai dan setelah menginstall game itu Aldo pun mulai memainkannya dari tutorial. Satu jam bermain lalu Aldo mematikan game-nya dan juga men-shutdown laptopnya. Aldo merenggangkan jari-jari tangannya sejenak lalu teringat ada PR Matematika. Ia segera mengerjakannya. Selesai mengerjakan, waktu pun beranjak petang. Aldo makan malam bersama kakaknya lalu sehabis makan ia menonton TV bersama kakaknya.
Sekitar 1 jam menonton TV, Aldo pun pamit kepada kakaknya untuk duluan tidur. Setibanya di kamarnya, Aldo perlahan pun menuju alam mimpi.

Aldo’s dream start
Memori Aldo bertambah sedikit, yaitu ketika Ve berkunjung ke rumahnya, mengobrol di kamar Aldo bersama Melody juga, hingga Ve yang hendak ikut menonton pertunjukan drama di kampus Melody.
Aldo mengecek smartphone-nya yang menunjukkan waktu: MON, 2015/12/21 | 07:15 AM
Aldo(berpikir): Hari ini aku akan nonton pertunjukan drama di kampus kak Melody, tapi kenapa kak Ve tiba-tiba mau ikut ya? Ah sudahlah, satu jam lagi pertunjukannya akan dimulai, aku harus bergegas ke sana.
Aldo pun segera berangkat dari rumahnya ke kampus, setelah berpamitan pada kedua orang tuanya. Di ingatan Aldo sekarang, Melody yang merupakan salah satu panitia acara Natal sudah duluan pergi ke kampus.
Aldo pun mencari tempat duduk kosong dan segera duduk di sebelah seseorang yang dikenalnya. Orang itu rupanya Kalvin.
Kalvin: Eh Aldo, long time no see. Apa kabar?
Aldo: Baik, kak Kalvin. Dramanya belum dimulai kan?
Kalvin: Belum, ini juga banyak tempat duduk yang belum terisi.
Kalvin dan Aldo pun berbincang-bincang hingga semua tempat duduk dipadati. Tanpa Aldo sadari, di samping kirinya sudah duduk seorang wanita yang dikenalnya. Wanita itu terlihat segan menegur Aldo yang sedang ngobrol dengan Kalvin di samping kanannya.
Drama pun dimulai dan seluruh penonton hening untuk menyaksikannya. Setelah drama berakhir, Aldo pun menyadari di samping kirinya ada seseorang yang dikenalnya.

Aldo: Loh kak Ve, kapan datangnya?

Ve: Udah dari tadi Do, waktu kamu ngobrol berdua dengan cowok di samping kamu.

Kalvin: Siapa ini Aldo? Pacar kamu?

Aldo: Oh enggak, bukan pacar. Kak Kalvin, kenalin ini kak Ve, kakak kelas aku.

Ve: Jessica Veranda, panggil saja Ve.

Kalvin: Namaku Kalvin. Aldo, kamu yang ngajak dia untuk nonton drama ya?

Aldo: Enggak, kak Melody yang ngajak dia kok.

Kalvin: Oh, temannya Melody juga.

Ve: Iya. Ngomong-ngomong, kak Melody enggak ikut drama ya?

Kalvin: Enggak, Melody cuma jadi panitia persiapannya.

Ve pun pamit pulang duluan, sementara Kalvin dan Aldo kembali mengobrol. Sekitar 2 jam kemudian acara Natal pun selesai digelar, Melody dan Aldo pun pulang ke rumah mereka.
Aldo’s dream end

Aldo terbangun di pagi hari, ia bersiap-siap lalu sarapan pagi bersama kakaknya dan kembali berangkat ke sekolah. Ia pun menjalani jam pelajaran sekolah seperti biasa.
                        --------------------------------------------------------------------------------------
Jam istirahat pertama pun tiba, Aldo diajak William dan Heru untuk pergi ke kantin. Ia pun menuruti saja, meskipun ia hanya sekedar menemani Heru dan William makan. Mereka duduk di satu meja yang rapat ke dinding di kantin.
Heru: Do, lu gak makan?
Aldo: Enggak, gue udah makan di rumah. Lu berdua aja yang makan.
William: Okelah Do, lihat ya makanan gue dan Heru sama. Lu jadi saksi siapa yang duluan makan selesai akan dibayarin oleh yang kalah.

Heru: Kunyuk, gue kan gak mau lomba.

William: Hahaha, lu takut kalah ya?

Heru: Enak aja, nih lihat gue bakal menang.

Sehabis berkata itu Heru langsung menyantap makanannya dengan cepat. William yang terkejut pun segera menyantap makanannya juga. Aldo hanya geleng-geleng melihat tingkah keduanya.
Aldo lalu memperhatikan seisi kantin. Sudah beberapa bulan ia tidak menginjakkan kaki ke dalam kantin. Ia merasa suasana kantin yang ramai meskipun tidak padat. Teringat pada kebersamaannya dulu dengan siswa kelas 10 IPA 5. Aldo melihat di salah satu meja di tengah kantin itu ada teman sekelasnya dulu yang sekarang kelas 11 IPA 5. Ia pun segera meraih smartphone dari saku celananya dan mengirim pesan ke temannya itu.
Aldo: Woi Devin, lu makan kok sendiri.
Devin: Loh Aldo, apa kabar lu? Kok lu tahu gue lagi makan?
Aldo: Kabar gue baik, tahu dong gue. Kan gue lagi di kantin.
Terlihat Devin sedang celingak-celinguk dan lalu tersenyum ke arah Aldo. Kemudian Devin kembali mengirim SMS ke Aldo.
Devin: Do, itu 2 orang yang lagi makan semeja dengan lu siapa?
Aldo: Oh, mereka ini adik kelas. Sekelas dengan gue di kelas 10 IPA 3.
Devin: Hmm, gitu ya, mentang-mentang punya teman baru teman lama jadi dilupain. Tega lu Do, tega...
Aldo: Hahaha, enggak gitu kok. Lu lebay amat sih, jangan bikin gue merinding deh.
Devin: Hahahaha, tenang Do. Gue masih normal, buktinya gue udah punya pacar loh.
Aldo: Oh ya, siapa?
Devin: Rahasia. Kalau lu tahu nanti lu rebut lagi.
Aldo: Haha enggaklah, gue mau tahu dong namanya.
Devin: Namanya Desy. Kelas 10 IPS 4 sekarang, orangnya tinggi setara elu Do. Namanya juga panjang banget.
Aldo: Oh ya? Sepanjang apa?
Devin: Di tag namenya tertulis: M. G. N. Desy P. G.
Aldo: Gak terlalu panjang kok.
Devin: Itu M, G, N, P, dan G lagi cuma inisial doang. Gue juga diberitahu kepanjangannya oleh doi. Jangan ditanya deh.
Aldo: Hmm begitu rupanya, cakep gak?
Devin: Pastinya dong, tapi gue cari cewek kan maunya yang tinggi. Cantik itu relatif lah.
Aldo: Iya deh, mentang-mentang lu paling tinggi di kelas.
Devin: Hahaha, gak usah gitu kali Do. Iri ya sama gue?
Aldo: Kagak, karena gue tahu resiko orang tinggi kayak lu.
Devin: Apaan tuh Do?
Aldo: Gampang kepentok dahan pohon kalau jalan-jalan di hutan. Hahahaha
Devin: Sialan lu hahaha. Gue lanjut makan dulu ya.
Aldo: OK.
Devin pun melanjutkan makannya yang terhenti tadi. Aldo pun melihat William dan Heru sudah selesai menyantap makanannya, dan secara bersamaan.
William: Gimana Do? Gue yang menang kan?
Heru: Enak aja, gue yang menang, bener kan Do?
Aldo: Lu berdua seri, udah bayar sendiri-sendiri aja.
William dan Heru pun membayar sendiri makanannya. Mereka bertiga lalu menuju kelasnya, Devin yang sudah selesai makannya juga berjalan di belakang mereka dengan jarak beberapa meter. William dan Heru masih berdebat soal siapa yang menang, sehingga mereka berjalan tidak melihat ke depan. Aldo yang juga berjalan sambil melihat ke arah samping yaitu William dan Heru yang berdebat pun menabrak seseorang. Ternyata yang ditabraknya adalah seorang siswi yang tingginya setara dengan Aldo.
Siswi(mengusap jidatnya): Aduh, jidat aku.
Aldo(berpikir sambil mengusap jidat): Busett, nih cewek tinggi bener.
Seseorang dari belakang menolong siswi tersebut untuk berdiri. Aldo pun berdiri juga.
Devin: Sayang, kamu kenapa terburu-buru begitu?
Siswi: Eh sayang, aku mau beli minuman di kantin.
Aldo: Ini cewek lu Vin?
Devin: Iya Do, ini yang namanya Desy.
Desy: Sayang, kamu kenal cowok yang kutabrak ini?
Devin: Ini teman aku, Aldo namanya.
Aldo: Maaf ya Desy, aku jalannya gak ngelihat depan.
Desy: Gak apa-apa kok.
Aldo: Yaudah, aku balik kelas duluan ya. Hey lu berdua, ngapain bengong?

Devin dan Desy menganggukkan kepala. Sementara itu Heru dan William ternyata bengong melihat pembicaraan mereka. Atau mungkin bengong melihat tinggi badan Desy.
                        --------------------------------------------------------------------------------------
Di kelas 10 IPA 3, Heru dan William sedang membicarakan Desy.
Heru: Tuh cewek makan apa ya? Kok tinggi banget.
William: Gue rasa dia rajin lompat tali tuh.
Yudha: Hey, lu berdua kenapa ngomongin apa sih dari tadi?
Heru: Yud, lu pernah lihat cewek yang setara tingginya dengan kami?
Yudha: Enggak pernah, emang kenapa?
William: Kami tadi lihat ada cewek setinggi kami.
Yudha: Terus kenapa?
Heru: Ya mau digebet dong Yud, kayak gak tau aja tipe cewek favorit gue sama William.
William: Iya nih Yud, cewek-cewek di kelas ini yang paling tinggi Shania, dan dia juga lebih pendek dari kita berdua.
Yudha: Hahaha, kok jadi bawa-bawa nama dia. Nanti ketahuan dia lu berdua diomelin loh.
Heru: Itu kan cuma ngebandingin aja Yud, tapi ternyata cewek tadi udah punya pacar.
Yudha: Haha emang nasib lu berdua jones.
William: Monyong lu, mentang-mentang lu lagi deketin Marsya. Kita berdua jones-nya karena pilihan sendiri, bukan nasib.
Heru: Betul tuh Yud.
Yudha: Hoh, gitu. Terus siapa tuh pacar dari cewek yang kalian maksud?
William: Kami dengar sih dia akrab gitu sama Aldo. Mungkin dari kelas 11 IPA 5.
Yudha: Jadi, kalian sempat kenalan sama tuh cewek?
Heru: Boro-boro, tadi si Aldo langsung narik tangan kami berdua. Tapi sempet curi dengar sih namanya.
William: Kalau gak salah Desy namanya. Tapi gue lihat tag namenya M.G.N. Desy P.G. begitu.
Yudha: Lu lihat tag namenya atau ‘itu’nya hahaha
William: Hehehe sekalian lah.
Heru(menoyor kepala William): Mesum banget lu.
William: Lu juga sama tadi, tatapan lu mesum ke dia.
Yudha: Udah, sama-sama mesum lu berdua. Hahahaha
Sementara itu, Shania dan Desy di tempat yang berbeda merasa telinga mereka agak gatal.
                        --------------------------------------------------------------------------------------
Jam pelajaran pun berjalan kembali hingga jam istirahat kedua tiba dan Aldo langsung mendapat SMS dari salah satu temannya di kelas 11 IPA 5 yang bernama Harris.
Harris: Hoi Aldo, kumpul bareng yuk di kantin. Kan udah lama kita gak kumpul bareng elu Do.
Aldo: Boleh, tapi jangan seisi kelas ya, siapa aja?
Harris: Gue, Hilman, Andi, Bondan, Reno, dan Devin. Kita tunggu lu di satu meja ya.
Aldo: Ok deh.
Sehabis itu Aldo segera beranjak dari tempat duduknya menuju kantin, saat Indra menanyakan dia mau kemana Aldo hanya menjawab ‘ada urusan pribadi’. Aldo pun mencari tempat duduk teman-temannya. Tanpa Aldo sadari, seorang siswi kelas 10 IPA 3 mengikutinya ke kantin.
Aldo pun bergabung dengan Harris, Andi, Hilman, Bondan, Reno, dan Devin. Tak jauh dari situ, seorang siswi duduk menunduk sambil pura-pura memainkan smartphone-nya.
Aldo: Hey apa kabar lu semua?
Harris: Baik dong Aldo, malah kita-kita ini udah punya pacar kecuali Devin.
Aldo: Oh ya? Tadi gue baru lihat Devin pacaran dengan seorang cewek.
Hilman: Hah? Devin, bener gak yang dibilang Aldo?
Devin: Hehehe, iya. Kenapa?
Reno: Pajak jadiannya dong bro.
Bondan: Betul tuh, apalagi lu pacaran gak bilang-bilang.
Andi: Iya nih, gak asik lu.
Devin: Gue pas jadian lagi bokek, makanya gue gak bilang ke kalian.
Harris: Alasan aja lu Vin, bilang aja takut direbut sama cowok sekelas.
Devin: Hahaha, tau aja lu. Apalagi cewek gue special gitu loh.
Andi: Apanya special Vin? Body-nya?
Devin langsung menjitak kepala Andi. Aldo dan lainnya pun menertawainya.
Andi: Aduh, sakit Vin.
Devin: Pikiran lu body terus, mentang-mentang cewek lu punya body bagus.
Hilman: Makanya Di, dengerin dulu apa maksud Devin ‘special’.
Reno: Jadi apa nih specialnya, Vin?
Devin: Pertama-tama karena tipe cewek gue banget.
Bondan: Berarti tinggi dong?
Devin: Yo’i. Aldo nih saksinya.
Harris: Namanya?
Aldo: Nama panggilan Desy, nama lengkap jangan ditanya.
Hilman: Setahu gue gak ada yang namanya Desy deh di kelas.
Devin: Emang gue kayak kalian, pergaulan sempit. Nyari cewek yang sekelas. CUPU.
Harris, Hilman, Andi, Bondan, dan Reno langsung menjitak kepala Devin. Aldo tertawa melihatnya.
Devin: Anjrit, sakit nih. Gila lu pada.
Andi: Biarpun pergaulan sempit, yang penting gue dapetin Anna.
Harris: Gue udah naksir Fanny dari awal kelas 10 dulu, pdkt-nya udah berbuah hasil.
Bondan: Susi tuh kalem banget, makanya gue merasa senang jadian sama dia.
Hilman: Terserah lu Vin, yang penting Yuli gak manja ke gue. Hahahaha
Reno: Caroline tuh anggun banget, susah payah gue buat dapetin dia, saingan banyak.
Devin: Desy itu adik kelas, dari kelas 10 IPS 4. Dia enggak manja, keringat gue terkuras buat dapetin dia. Terus kalem lagi, dan yang paling penting senyumannya manis. Huahahahaha.
Harris: Terus yang dibilang Aldo soal nama lengkapnya?
Devin: Seperti yang Aldo bilang, jangan ditanya hehehe.
Reno: Ah udahlah, kok lari dari topik utama. Nih kita kumpul kan untuk sesuatu. Tunjukin Man.
Hilman lalu menaruh sebuah buku tulis di meja kantin itu. Berikut sebuah pensil.
Sementara itu, siswi yang tadi mengikuti Aldo melihat Aldo mengobrol akrab dengan teman-temannya lalu dikejutkan tepukan di pundaknya oleh seseorang dari belakang.
Ve: Hey Shania, kenapa kamu? Lagi ngeliatin apa?
Shania: Eh kak Ve, bikin kaget aja. Enggak ngeliatin apa-apa kok.
Ve lalu menoleh ke arah yang tadi dilihat Shania. Ia pun tersenyum ketika melihat Aldo sedang berkumpul dengan teman-temannya.
Shania: Kak Ve kenapa? Kok senyum-senyum gitu?
Ve: Itu loh, Aldo ternyata sudah seperti dulu lagi, akrab dengan teman-temannya yang sekarang kelas 11.
Shania: Memangnya kak Ve kenal Aldo dekat? Terus apa maksudnya ‘seperti dulu lagi’?
Ve: Aku kenal dekat dengan kakaknya Aldo, yang sekarang sudah kuliah. Aldo beberapa bulan lalu jadi orang yang menutup diri, menurut kakaknya.
Shania: Menutup diri? Maksudnya karena dia enggak naik kelas gitu?
Ve: Tepatnya karena penyebab dia enggak naik kelas itu.
Shania: Emang apa penyebabnya, kak Ve?
Ve: Kamu mau tahu? Ini sebenarnya rahasia loh.
Shania: Ceritain dong kak Ve, pliss.
Ve pun mulai menceritakannya kepada Shania. Sementara itu Bondan menyadari kalau sejak Aldo datang, ada siswi yang memperhatikan tempat mereka duduk. Dan ditambah lagi sekarang siswi lain yang pernah dilihatnya sedang berbicara dengan ‘pengintai’ Aldo.
Bondan: Aldo, kayaknya dari tadi lu diikutin deh. Sama cewek lagi.
Harris: Wiiihh, Aldo rupanya udah punya pacar juga.
Hilman: Iya, pacarnya ngikutin dia. So sweet deh.
Andi: Emang cewek lu suka ngikutin elu Do?
Aldo: Nih si Harris asal jeplak aja. Gue belum punya pacar, titik.
Reno: Udahlah Do, jangan malu-malu. Jangan gak asik kayak si Devin.
Devin: Kok jadi gue? Lagian belum tentu itu pacarnya Aldo, bisa jadi musuhnya.
Aldo: Bondan, emangnya siapa yang ngikutin gue dari tadi?
Bondan pun menadahkan kepalanya ke arah tempat duduk Shania dan Ve. Aldo dan yang lain pun menoleh ke arah meja itu. Kemudian mereka kembali duduk seperti biasa.
Harris: Bondan, lu yakin si Aldo diikutin 2 cewek itu?
Bondan: Cuman 1 sih, yang pipinya lebih tembem itu baru duduk bareng dia.
Aldo: Kalau yang pipinya tembem itu kak Ve, anggota OSIS.
Hilman: Cakep banget 2 cewek itu, pengen gue pacarin deh.
Andi: Ingat Yuli woy!
Reno: Bener, gue laporin loh ke dia.
Hilman: Gue cuma bercanda keles. Sirik aja lu berdua. 
Bondan: Kayaknya gue pernah liat kak Ve deh.
Harris: Ya iyalah pernah lihat, kan dia anggota OSIS. Pernah ke kelas kita untuk manggil ketua kelas.
Bondan: Maksud gue pernah lihat dia duduk di kantin seperti sekarang.
Andi: Wah Dan, lu rupanya diam-diam jadi penunggu kantin ya hahaha.
Bondan: Gebleg, bukan begitu. Gue pernah lihat dia waktu kita kelas 10 sedang nulis kanji.
Devin: Maksud lu waktu terakhir kita iseng nulis kanji nama idola kita di AKB48?
Reno: Yang terakhir kali kita kumpul bareng Aldo di kelas 10 itu kan?
Bondan: Iya, waktu itu kan kak Ve duduk bareng kakaknya Aldo.
Harris: Oh, gue ingat. Yang waktu itu sehabis kita bubar si Hilman mimisan kan?
Hilman: Kampret lu Ris, jangan diingetin lagi.
Mereka pun menertawai Hilman sebentar. Lalu Bondan kembali berbicara.
Bondan: Do, gimana kak Melody?
Aldo: Baik dong, jangan bilang lu masih naksir kakak gue. Kakak gue udah punya calon pacar.
Bondan: Hahahaha gue kan udah sama Susi. Jadi kok lu tahu kak Melody ada calon pacar.
Aldo: Kan gue mau jodohin, dan kak Melody sepertinya juga suka dengan dia.
Reno: Busett, Do. Lu mau comblangin gitu?
Aldo: Iya dong, mereka juga udah saling suka. Cuma masih malu-malu aja.
Andi: Kok ini jadi ngebahas kakaknya Aldo sih? Jadi yang ngikutin Aldo siapa, Dan?
Bondan: Kayaknya anggota OSIS juga deh, lu tahu gak Do itu siapa?
Aldo: Namanya Shania, sekelas sama gue di kelas 10 IPA 3.
Hilman: Wah, jangan-jangan emang bener pacar elu ya Do. Siapin pajak jadiannya ya.
Aldo: Kan gue udah bilang monyong, gue belum punya pacar. Lagian tuh cewek kayaknya benci sama gue.
Harris: BENCI alias BENeran CInta kali hahahaha
Aldo: Gigi lu, dia aja pernah gebrak meja gue cuma gara-gara dia mimpi hampir ciuman sama gue.
Reno: Wiih, kok gak dijadiin beneran aja Do? Sikat tuh cewek!
Aldo: Enak lu ngomong, coba lu hadapin dia, belum sempat lu ngomong bakalan ditendang selangkangan lu.
Harris: Emang dia pernah nendang selangkangan elu Do?
Aldo: Kagak, gue cuma memberitahu Reno nih apa yang terjadi pada cowok bermuka mesum jika berhadapan dengan Shania.
Reno: Sialan, maksud lu gue bermuka mesum?
Mereka pun menertawakan Reno, setelah itu Hilman bicara.
Hilman: Jadi kenapa dia benci pada elu Do?
Andi: Biar gue tebak, pasti karena lu gak naik kelas ya Do?
Aldo: Tumben otak lu encer Di.
Andi ditertawai yang lainnya, lalu Harris bicara.
Harris: Wah, itu sih kayaknya udah biasa deh. Kalau ada murid yang tinggal kelas pasti diledek. Begitulah kehidupan sebagai penuntut ilmu.
Reno: Lebay banget omongan lu Ris.
Aldo: Udah, biarin aja Shania ngintai gue. Ayo kita nulis kanji lagi. Gue udah bisa nulis dengan bener namanya Haruna Kojima.
Andi: Gue juga udah bertapa untuk bisa menulis kanji namanya Yui Yokoyama.
Devin: Berarti lu tambah tua dong Di, sampai bertapa segala.
Bondan: Gak mungkin dia beneran bertapa, diganggu nyamuk atau lalat seekor aja dia udah pasti berusaha mukul.
Devin: Hahaha, bener juga. Nih gue yang mulai. Huruf kanji Minami Minegishi.
Devin pun menuliskan huruf kanji dari nama idolanya di AKB48, Minami Minegishi. Buku tulis itupun bergantian ditulisi huruf kanji oleh Aldo, Bondan, Harris, Andi, Reno, dan Hilman. Setelah mereka selesai menulisnya, mereka segera mau membandingkan dengan huruf di halaman internet profil masing-masing idola mereka di AKB48. Tetapi baru saja Harris mau browsing, tiba-tiba suara seseorang dari belakang mengejutkan mereka bertujuh.
Cewek: Woy bubar kalian, pada dicariin pacar-pacar kalian. Dikira mereka kalian selingkuh.
Harris: Eh elu Lid, ngagetin aja.
Bondan: Lidya, bisa gak sih suara elu dikecilin volumenya?
Lidya: Lu kira mulut gue benda elektronik, pake istilah volume suara.
Reno: Lid, kita kan lagi kangen-kangenan sama Aldo.
Aldo: Vin, lihat nih bulu kuduk gue berdiri semua.
Devin: Hahahaha saraf lu udah korslet ya, No?
Reno: Itu umpamanya aja, gue masih normal keles.
Lidya: Eh Aldo apa kabar?
Aldo: Baik dong Lid, jadi lu mata-mata dari 5 cewek sekaligus nih?
Lidya: Hehehe bisa dibilang begitu Do. Untung mereka berlima gak mencar jadi gampang deh ngawasinnya.
Harris: Udah yuk kita bubar, kapan-kapan ngumpul lagi ya Do.
Aldo: Oke, enyahlah kalian hahahaha
Hilman: Buset, kita diusir. Sakitnya tuh di...
Andi: Gak usah baper deh Man, udah mau habis nih waktu istirahat. Mending kita bubar dulu.

Sehabis itu mereka pun berpisah ke kelas masing-masing, Shania pun mengetahui penyebab Aldo tidak naik kelas. Ve telah menceritakan keadaan Aldo ketika itu, dan Shania merasa dia terlalu gampang menilai Aldo yang buruk. Shania yang merasa bersalah berniat untuk minta maaf kepada Aldo. Tapi pertama-tama ia ingin ‘membersihkan’ nama baik Aldo dulu karena lebih dari setengah jumlah cewek di kelas 10 IPA 3 itu menganggap penyebab Aldo tidak naik kelas adalah karena dia murid yang bodoh.

Shania juga membayangkan seandainya dia di posisi Aldo, dia bahkan akan lebih terpuruk karena Aldo masih punya kakak, sedangkan Shania akan jadi sebatang kara. Bahkan saudara sepupu pun ia tidak punya, karena kedua orang tua Shania adalah anak tunggal dan tidak punya sanak saudara lainnya lagi.

Aldo pun kembali ke kelas 10 IPA 3 dan dilihatnya tempat duduk Shania kosong. Semenit menjelang waktu istirahat berakhir, Shania baru kembali ke tempat duduknya. Dan Shania terlihat melamun sampai ketika guru masuk. Pelajaran pun kembali berlanjut.
Sepulang sekolah, Shania memikirkan cara ‘membersihkan nama baik’ Aldo ketika ia sudah tiba di rumahnya. Shania lalu terlihat di kamarnya sedang menelpon seseorang.

TO BE CONTINUED...

By: E.D. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Between Dream And Reality, Part 12

GALLANT IMPACT, Chapter 25

GALLANT IMPACT, Chapter 29