Between Dream And Reality, Part 19

Part 19: Brief explanation

Sesampainya di depan rumah Naomi, Aldo menghentikan motornya dan memarkirkan di dekat pilar. Ia menggandeng tunangannya ke depan pintu dan mereka berbincang sejenak.

Naomi: Honey, kamu kenal dimana cowok yang tadi?

Aldo: Maksud kamu bang Kris? Aku kenal dia di perguruan kungfu ketika aku kelas 1 SMP, honey. Dia ketika itu datang dari luar kota dan dititipkan pada guru kungfu kami yang juga pemilik tempat itu.

Naomi: Oh, aku kira dia alumni sekolah kita juga.

Aldo: Enggak, dia bukan alumni Velidan 01, tapi dia alumni Velidan 02 dan umurnya sepantaran dengan kak Melody.

Setelah itu Aldo berpamitan pada Naomi dan tunangannya itu mencium pipi kanannya. Mereka saling tersenyum, dan juga saling melambaikan tangan ketika Aldo sudah menjalankan motornya. Setelah motor Aldo tidak terlihat barulah Naomi masuk ke dalam rumahnya.

Naomi menghampiri Sinka yang sedang membaca majalah fashion di sofa ruang tamu, ia pun terheran karena Sinka biasanya mengisi waktu luang dengan menonton drama korea.

Sinka: Eh, Kakak sudah pulang.

Naomi: Kamu tumben baca majalah, Dut. Biasanya nonton drama korea.

Sinka: Hehe, habisnya gak seru kalau Kakak gak ikut nonton. Kita tonton sekarang ya, Kak.

Naomi: Hihi, pantesan. Yaudah, ayo kita nonton.

Kedua gadis itu mulai menonton drama korea setelah Sinka menyalakan TV dan memasukkan sebuah DVD bercover drama korea ke dalam DVD player.

Sementara itu di rumahnya Violet, ternyata Ve juga sedang menonton drama korea bersama Violet, Gre juga berkunjung ke rumah itu sehabis tadi pulang sekolah. Ve dan Gre sudah menitikkan air mata karena adegan sedih di drama korea, tapi Violet malah senyum-senyum. Kedua kakak perempuan itu menyadari keanehan sikap Violet dan mereka menanyai gadis berusia 16 tahun itu.

Ve: Vio, kok kamu senyum-senyum?

Gre: Iya nih, adegannya lagi sedih, kamu malah sepertinya senang. Ada apa nih?

Violet tersadar dari lamunannya, ia melihat kedua kakak perempuannya kini menatapnya penuh tanda tanya.

Violet: Eh, kak Ve, kak Gre, enggak ada apa-apa kok.

Ve: Hmm, atau jangan-jangan...

Gre: Iya nih, jangan-jangan... Hihihi.

Violet(heran): Hah? Kenapa Kak?

Ve: Jangan-jangan kamu lagi naksir cowok ya? Hayooo.

Gre: Iya nih, Vio pasti naksir cowok di sekolah kan? Hihi.

Mendengar pertanyaan kedua kakaknya, Violet wajahnya memerah, ia mengangguk kecil sebagai jawaban pada Ve dan Gre.

Ve: Wah, kok kamu cepat banget naksir cowok sih? Kan baru 2 hari jadi murid SMA.

Gre: Iya, Vio. Hati-hati loh, jangan terlalu cepat naksir cowok yang baru kamu kenal.

Violet: Kak Ve, kak Gre, sebenarnya aku sudah naksir cowok itu sejak lama kok.

Ve: Oh, pasti yang kamu maksud adalah Aldo kan, Vio? Hihihi.

Violet: Eh, kok kak Ve tahu?

Gre: Wah, rupanya kak Aldo. Cieee....

Ve: Hihi, tahu dong, kalau cowok di sekolah Velidan 02 kan gak mungkin.

Gre: Dan lagi kemarin kamu ketemu kak Aldo di kantin, hihi.

Ve: Jadi kamu suka pada Aldo sejak kapan, Vio?

Violet: Um... itu...

Gre: Cerita saja, Vio, kami sebagai kakak kamu, mau tahu kenapa kamu bisa naksir kak Aldo.

Violet kemudian memberitahu kedua kakak perempuannya kalau dia mulai naksir pada Aldo sejak dia ditolong pemuda itu ketika kena culik oleh 2 preman. Ve dan Gre mengatakan pada Violet bahwa mencintai seorang cowok tidaklah salah meskipun cowok itu sudah punya kekasih, namun Violet tidak boleh mengganggu hubungan cowok tersebut. Adik bungsu Ve mengatakan kalau dia berjanji tidak akan mengganggu hubungan Aldo dengan Naomi. Kedua kakaknya memeluknya lembut, mereka bertiga lanjut menonton drama korea.

Aldo sudah sampai di dalam rumahnya, ia menyapa Melody yang sedang menonton TV dan duduk di samping wanita itu.

Aldo: Hai Kak, kok Kakak tidak telponan dengan kak Kalvin?

Melody me-mute TV dan berbicara pada adiknya.

Melody: Eh, Aldo udah pulang. Kakak sekarang tidak sering telponan dengan Kalvin karena dia sudah dapat pekerjaan. Jadi Kakak gak mau ganggu dia saat jam kerja seperti sekarang.

Aldo: Oh gitu Kak, tapi Kakak selalu telponan dengan kak Kalvin sehabis dia selesai kerja kan? Komunikasi itu penting dalam sebuah hubungan loh Kak.

Melody: Iya, Aldo. Biasanya sih dia nelpon Kakak menjelang makan malam. Kamu ada gerangan apa nanya ini?

Aldo: Hehe, tidak apa-apa kok Kak. Oh iya, aku tadi ketemu bang Kris di ORACLE university.

Melody: Kris siapa, dek?

Aldo: Itu loh Kak, teman aku dulu di tempat latihan kungfu. Dia sekarang mahasiswa dan akan menginjak semester 5 bulan September nanti.

Melody: Oh, Kristanto ya. Bilang yang jelas dong Dek, Kakak hampir lupa. Lalu kenapa kamu memberitahu Kakak?

Aldo: Lah, Kakak kan waktu itu pernah bilang kalau dia tampan.

Melody: Ih, jadi kamu pikir Kakak naksir dia waktu itu?

Aldo: Heheh, gitu deh. Bener gak?

Melody: Ckck, ada-ada aja pemikiran kamu, Dek. Kakak kan gak dekat dengan dia, gimana bisa naksir coba. Lagian dia juga bukan tipe Kakak.

Aldo: Habisnya Kakak jarang muji tampang cowok sih. Wiiih, kenapa bang Kris bukan tipe Kakak?

Melody: Kakak begitu kan karena memang tidak semua cowok harus diakui ketampanannya kan? Maksudnya dia bukan tipe Kakak karena dia tinggi banget, apalagi badannya hampir seperti anak gajah.

Aldo: Oh itu, hahahah. Kalau Kakak jadian dengan bang Kris, nanti dikira orang lain kalau dia jadi bodyguard-nya Kakak.

Melody: Maka dari itu, Kalvin kan tinggi dan postur badannya seperti kamu, jadi pas. Ah, jangan dibicarakan lagi Dek. Kamu ganti baju deh, Kakak mau nonton lagi.

Sehabis itu Aldo beranjak ke kamarnya untuk berganti pakaian, sedangkan Melody kembali menghidupkan suara TV. Setelah berganti pakaian Aldo menyalakan laptopnya untuk memainkan lanjutan game Aveyond: The Lost Orb dari save file sebelumnya, yaitu di tempat bernama ‘Peliad Sewer’.

~---------------------0-O-0---------------------~

Malam harinya Aldo mulai memejamkan matanya pada pukul 09:20 PM.

Aldo’s dream start...

Liburan sekolah telah usai, kini tanggal 10 Juli 2017, awal kelas 3 di kehidupan mimpi. Pagi harinya Aldo bersiap untuk berangkat sekolah dengan motornya sehabis berpamitan pada kedua ortu dan kakaknya. Ia sampai di kelas 12 IPA 3 dan melihat tunangannya menyambut kedatangannya dengan senyum merekah. Aldo memilih bangku barisan tengah kelas, yaitu di samping Shania.

Shania: Hai darling, good morning.

Aldo: Good morning juga, Nia. Kamu gak gabung cewek-cewek yang ngerumpi itu?

Aldo menunjuk beberapa siswi yang sedang mengobrol di barisan tengah dekat meja guru, Shania menoleh sebentar kemudian kembali menatap tunangannya.

Shania: Enggak ah, aku lagi malas ngerumpi.

Sesudah itu Aldo permisi pada tunangannya untuk bergabung dengan Derry cs di barisan belakang pojokan kelas itu, dan ia menanyakan pada Indra tentang sesuatu.

Aldo: Woi, elu gak ngemut cewek lu, Dra?

Indra: Hahah, kampret lu Do, ngeledek aja.

Para siswa terkekeh begitu juga Aldo, Bagus kemudian angkat bicara.

Bagus: Do, lu tahu gak kalau nanti ada murid baru di kelas kita.

Aldo: Loh, kok elu bisa tahu sih, Gus?

Heru: Tadi gue dan Bagus berpapasan dengan Pak Salihin, Do. Dia yang memberitahu kami berdua.

Aldo: Oh, pantesan.

Derry: Eh, tapi kenapa Pak Salihin memberitahu kalian, Her, Gus?

Indra: Itu sih gak usah diherankan, Der. Pasti karena Heru dan Bagus adalah murid kelas ini, yang akan kedatangan murid baru, bener gak?

Heru: Ah, bukan itu kok Dra.

Bagus: Itu salah satu alasannya, Dra, tapi ada satu lagi alasan beliau memberitahu kami.

William: Wah, apa itu?

Bagus: Karena Pak Salihin yang akan jadi wali kelas kita nanti.

Derry: What? Aduh, bahaya deh, nanti dia ngerjain gue terus.

Heru: Yaelah Der, siapa suruh elu suka ketiduran pas pelajaran Sejarah.

Aldo: Iya, makanya elu jangan hobi tidur di pelajarannya, Der.

Derry: Mau gimana lagi, gue ngantuk kalau pelajaran membosankan. Lagian bukan cuma pelajaran Sejarah aja gue curi-curi tidur.

Indra: Elu suka ketiduran pas pelajaran Fisika juga kan, Der. Hahaha.

Derry: Ya gitu deh, habisnya nilai Fisika gue selalu pas-pasan.

Tejo: Ngomong-ngomong murid barunya cewek atau cowok, Gus?

Bagus: Gue denger dari Pak Salihin sih, murid baru yang akan masuk kelas kita adalah cewek.

Heru: Dan bukan cuma satu, tapi ada dua.

Tejo: Wow, rupanya dua, gue kira cuma satu.

Para siswa lain juga terpukau kecuali Aldo. William lagi-lagi bicara.

William: Jadi gimana, Her? Murid barunya cantik-cantik atau enggak?

Heru: Ckckck, mana gue tahu. Gue dan Bagus belum ketemu orangnya, tapi Pak Salihin bilang sih cantik dua-duanya.

Tejo: Wow, boleh gue gebet nih.

Para siswa lain menoyor kepala Tejo, kecuali Aldo dan Indra yang hanya menertawainya.

William: Kampret lu, gak ingat Sisca?

Heru: Iya nih, mentang-mentang Sisca satu tingkatan di bawah, gue laporin pada dia baru tahu rasa lu.

Tejo: Hehehe, maklum guys, gue kadang pikun.

Mereka lanjut mengobrol hal lain, hingga jam pelajaran pertama akan dimulai. Pak Salihin memasuki kelas diikuti 2 gadis berseragam yang menggendong ransel mereka.

Pak Salihin: Selamat pagi, anak-anak!

Semua murid: Pagiii, Pak!

Pak Salihin: Saya adalah wali kelas kalian di tahun ajaran ini, dan sebelum kita memulai pelajaran ada 2 murid baru yang akan bergabung di kelas ini. Yak, silahkan kalian berdua memperkenalkan diri.

Gadis 1: Hai semuanya, namaku Kamelia Rica Haddy, biasa dipanggil Kamel atau Melia.

Gadis 2: Kalau namaku Nadhifa Salsabila, sering dipanggil Nadse. Mohon bantuan ya semuanya.

Pak Salihin: Oke, sebelum kalian berdua duduk, saya mau bertanya dulu. Nadhifa, kenapa kamu sering dipanggil Nadse?

Nadse: Saya gak tahu, Pak. Di sekolah lama saya mulai dipanggil begitu sejak kelas 1 SMA.

Pak Salihin menanyakan pertanyaan yang sepertinya juga ingin ditanyakan semua murid di kelas itu, setelah mendengar ucapan Nadse ia kembali bicara.

Pak Salihin: Baiklah, Kamelia, Nadhifa, kalian boleh duduk di meja depan itu.

Nadse dan Kamel mengangguk, mereka melangkah menuju meja terdepan yang tepat berjarak beberapa meja dari tempat Aldo dan Shania. Setelah 2 siswi baru itu duduk, barulah Pak Salihin kembali bicara.

Pak Salihin: Oke anak-anak, sekarang Bapak akan memilih ketua kelas, wakil ketua kelas, sekretaris, dan bendahara untuk tahun ajaran ini.

Dan seperti di kehidupan nyatanya, Aldo juga menjadi kandidat ketua kelas namun selain dia, bukan Indra dan Derry melainkan Bagus dan William yang jadi kandidat lain. Hasil voting menunjuk Bagus sebagai ketua kelas dan Aldo jadi wakilnya. Sekretaris kelas itu adalah Nabilah yang unggul suara dari Vina dan Sinka. Bendahara kelas yang terpilih juga dari voting adalah Vania, unggul dari kandidat lain yaitu Shania dan Jeje.

Setelah pelajaran Sejarah, ada pelajaran Fisika sebelum waktu istirahat. Sehingga ketika waktu istirahat Derry sudah mengomel tak jelas saat berkumpul dengan para siswa kelas itu.

Indra: Haha, Der. Nasib elu deh, hari pertama sekolah sudah begini.

Derry: Iya nih, Dra. Kalau saja gue adalah mesin, pasti sudah keluar asap dari kepala gue.

Para siswa lain menertawainya, perhatian mereka berdua kemudian teralih pada suara Nadse dan Kamel.

Kamel: Emm, permisi, kami boleh minta tolong?

Tejo: Dengan senang hati, cantik.

Para siswa kecuali Aldo dan Indra menoyor kepala Tejo, Nadse dan Kamel tertawa melihatnya.

William: Udah punya cewek, masih aja lu ngegombal.

Tejo cengengesan, kemudian Nadse bicara pada para siswa.

Nadse: Boleh gak salah satu dari kalian antarkan kami ke kantin? Soalnya kami kan murid baru, belum tahu seluk-beluk sekolah ini, takutnya nanti kesasar.

Baru saja Nadse berkata begitu, suara smartphone Aldo menarik perhatian mereka, dan ada SMS masuk. Aldo bertukar SMS dengan orang itu.

Harris: Do, jagain cewek baru gue ya, namanya Nadhifa Salsabila.

Aldo: Hah? Elu udah putus dari Fanny ya, Ris?

Harris: Iya Do, tapi putusnya baik-baik kok, dan dia yang minta putus sekitar sebulan lalu.

Aldo: Kira-kira kenapa tuh Ris?

Harris: Simple sih Do, karena kami beda kampus. Fanny kan daftar kuliah bukan di ORACLE university.

Aldo: Oh, gitu, jadi kenapa elu minta pada gue untuk jagain cewek elu?

Harris: Yaelah Do, gue tahu kalau cewek gue jadi murid baru di kelas elu, 12 IPA 3. Tadi dia baru saja memberitahu gue ketika pelajaran Fisika katanya. Gue minta elu jagain dia karena kan elu pernah bilang kalau banyak cowok mesum di kelas elu.

Aldo: Hmm, gitu rupanya, haha. Ada-ada aja elu Ris. Okelah.

Harris: Okay, thanks ya Do.

Sehabis itu, Kamel mendadak menunjuk Aldo sambil bicara.

Kamel: Kamu namanya Aldo kan?

Aldo: Eh, kok kamu tahu?

Kamel: Hehe, pacarnya Nadse kan teman kamu, yaitu kak Harris. Dia bilang kalau di kelas ini ada yang sudah tunangan, bernama Aldo dan pasti kamu orangnya soalnya cuma kamu yang aku lihat memakai cincin di jari manis tangan kanan.

Aldo: Oh, benar juga, hahaha.

Tiba-tiba William menoyor kepala Aldo. Aldo pun menoleh padanya dan melihat muka masam yang ditunjukkan William.

Aldo: Eh, kenapa sih Wil?

William: Elu pernah bilang pada teman-teman elu yang lain kalau kami sekelas cowok mesum kan, monyong.

Aldo: Kok lu bisa tahu, Wil?

Derry: Tadi si William ngintip isi SMS elu Do, hahaha.

Bagus: Sensi banget sih elu Wil, hahaha. Kan Aldo cuma bilang ‘banyak yang mesum’ bukan berarti semuanya dong.

Indra: Iya, gue gak merasa sebagai cowok mesum tuh.

Aldo: Hehehe, habisnya muka elu meyakinkan sebagai cowok mesum sih, Wil.

William memiringkan bibir dan ditertawai para siswa begitu juga Kamel dan Nadse. Setelah itu Bagus sebagai ketua kelas menemani sekaligus mengantar Nadse dan Kamel ke kantin, ia terlebih dahulu meminta izin pada Sonya sebagai pacarnya.

Terlihat oleh Aldo kalau tunangannya yaitu Shania sudah bergabung dengan kerumunan siswi untuk ngerumpi. Ia kemudian lanjut mengobrol dengan para siswa, mereka membahas video game maupun game online yang populer.

~---------------------0-O-0---------------------~

Sepulang sekolah, Aldo berniat menemui Guardian meskipun belum tentu bisa bertemu. Aldo memberhentikan motornya di dalam taman kota yang tidak terlalu sepi, ia memarkirkan motor di samping bangku taman yang tidak diduduki orang. Perlahan ia berjalan menuju pohon tempat DREAMSTONE berada, dan sepertinya beberapa orang lain yang berada di taman itu tidak memperhatikannya.

Aldo mengamati seksama DREAMSTONE yang berwujud kelereng, ia menyentuhnya dan sinar yang tak terlalu terang terpancar dari batu itu. Sosok Guardian pria yang seperti bayang-bayang muncul di samping Aldo.

Guardian: Hai, orang terpilih, aku yakin ada hal yang ingin kau tanyakan.

Aldo: Tentu saja, Guardian. Pertama-tama, apakah kau benar-benar bukan manusia?

Guardian: Aku memang bukan manusia, orang terpilih. Dan partnerku juga bukan manusia. Seperti yang pernah kukatakan padamu di kehidupan nyatamu, aku mengambil wujud manusia untuk bisa bicara bahasa kalian.

Aldo: Hmm, begitu rupanya. Kalau kalian bukan manusia, makhluk apakah kalian?

Guardian: Kau bisa memanggil kami dengan sebutanalien’, orang terpilih.

Aldo: Hah? Alien? Apakah kalian berasal dari luar planet Bumi ini?

Guardian: Benar sekali, orang terpilih. Aku dan partnerku adalah makhluk yang berasal dari dunia yang terletak di gugusan bintang yang mengitari planet Saturnus.

Aldo terkejut, namun segera kembali bertanya.

Aldo: Eh, memangnya ada dunia di bintang-bintang itu? Kamu dan partnermu berasal dari sana, apakah cuma kalian yang tinggal di sana?

Guardian: Haha, tentu saja bukan cuma kami, orang terpilih. Makhluk-makhluk lain yang berbeda wujud dengan kami juga tinggal di sana. Di lain kesempatan aku akan memperlihatkan wujud asliku serta partnerku padamu, orang terpilih. Silahkan bertanya lagi hal lain selain wujud asli kami.

Aldo: Hmm, baiklah. Tadi kamu mengatakan, kalau ada makhluk-makhluk lain juga, apakah kalian semua punya pemimpin? Soalnya bisa saja terjadi pertikaian antar makhluk yang berbeda wujud, bukankah begitu?

Guardian: Pertanyaan bagus, orang terpilih. Ya, kamu benar, kami semua punya pemimpin yang berupa jenis makhluk yang lebih kuat dan berwibawa daripada lainnya. Mereka yang membuatdeklarasi perdamaiansehingga tidak ada lagi pertikaian antara semua makhluk berlainan wujud.

Aldo: Wow, kalau begitu apakah dia yang menugaskan kamu dan partnermu sebagai Guardian dari DREAMSTONE?

Guardian: Ya, kamu benar lagi, orang terpilih. Suatu kehormatan bagi aku dan partnerku untuk bisa menjadi Guardian dari jewel stone, makhluk lain yang sejenis dengan kami juga ingin menjadi Guardian tapi hanya 2 yang terpilih yaitu aku dan partnerku.

Aldo: Oke, jadi apakah pemimpin kalian yang menunjukku sebagai ‘orang terpilih’?

Guardian: Tentu saja, orang terpilih. Kamu dan 7 orang lainnya adalahorang terpilih’. Yaitu terpilih untuk menggunakan kekuatan satu jewel stone.

Aldo: Hah? Maksud kamu? Tujuh orang lain dan aku? Berarti 7 orang itu menggunakan jewel stone selain DREAMSTONE?

Guardian: Betul, tapi kamu tidak bisa menemui mereka di duniamu ini.

Aldo: Apa? Memangnya mereka ada dimana? Kenapa kamu bilang kalau aku tak bisa menemui mereka di ‘duniaku’ ini?

Guardian: Tujuh orang itu ada di dimensi lain dari planet Bumi ini, orang terpilih. Tapi mereka masih ada di negara ini seperti kamu.

Aldo: Hmm, jadi bolehkah aku tahu nama-nama mereka?

Guardian: Maaf, orang terpilih. Aku tidak boleh memberitahumu satupun nama dari orang-orang terpilih lainnya. Lagipula aku hanya tahu 3 diantara 7 lainnya. Dua diantara 3 orang itu adalah wanita yang jadi orang terpilih.

Aldo: Wow, aku kira orang-orang terpilih lainnya semuanya pria juga.

Guardian: Haha, tentu tidak. Bukankah kalian kaum manusia kadang memberlakukan aturan anti-diskriminasi? Begitu juga yang dilakukan pemimpin kami.

Aldo: Kalau begitu, boleh aku tahu fungsi jewel stone lainnya selain DREAMSTONE?

Guardian: Haha, sekali lagi maaf, orang terpilih. Aku tidak bisa memberitahumu, yang pasti 7 jewel stone lainnya berbeda warna dan kegunaan atau bisa disebut kekuatan. Dan karena semua orang terpilih lainnya berbeda dimensi denganmu, tentu saja waktu di dunia mereka berbeda juga.

Aldo: Eh, maksudmu di dunia mereka belum tentu bulan Juli tahun 2016 atau 2017?

Guardian: Nah, memang begitulah, hahaha. Adakah lagi hal yang ingin kau tanyakan?

Aldo: Emm, aku mau tanya, kenapa setelah pertunanganku di kehidupan nyata, aku jadi tidak bisa melanjutkan kehidupan mimpiku? Apakah itu karena di kehidupan mimpi juga terjadi pertunangan?

Guardian: Hmm, itu tidak ada hubungannya, orang terpilih. Kamu tidak bisa melanjutkan kehidupan mimpimu karena ada 3 orang atau lebih yang kamu kenal memasukinya di malam yang sama.

Aldo: Eh, maksudmu teman-teman sekelasku? Mereka kemarin memberitahuku tentang mimpi mereka yaitu melihat acara pertunanganku di kehidupan mimpi ini.

Guardian: Ya, begitulah. Jadi kamu setiap malam akan melanjutkan kehidupan mimpimu jika tidak ada lebih dari 2 orang yang mengunjunginya, orang terpilih. Atau kalau kau tak melanjutkan kehidupan mimpi, berarti efek DREAMSTONE pada dirimu habis sehingga kamu perlu menyentuhnya lagi.

Aldo: Hmm, oke. Aku tidak ada pertanyaan lagi untuk saat ini.

Guardian: Tunggu dulu, orang terpilih. Aku mau memberitahumu satu lagi kekuatan DREAMSTONE, selain kamu bisa melanjutkan mimpi.

Aldo: Oh ya, apa itu?

Guardian: Kamu bisa mengendalikan mimpi orang lain yang kamu kenal, kamu bisa membuat mereka bermimpi apapun, asalkan bukan mimpi buruk bagi mereka. Dan kamu bisa mencegah mereka mimpi buruk juga. Untuk lebih jelasnya, kapan-kapan bisa kamu coba kekuatan itu dengan berpikir tentang mimpi siapa yang mau kamu kendalikan.

Aldo: Baiklah, aku akan mencobanya di lain waktu. Aku mau pulang dulu.

Guardian pria itu mengangguk, dan perlahan menghilang dari pandangan Aldo. DREAMSTONE tidak bersinar lagi setelah hilangnya sosok Guardian itu.

Sebuah SMS hinggap di smartphone Aldo begitu ia naik motor dan men-start mesinnya. Ia tidak mengenali nomor itu, dan saat membaca SMS ternyata adalah adiknya Ve.

Gracia: Kak Aldo, ini aku Gracia, adiknya kak Ve.

Aldo: Oh, kenapa kamu bisa tahu nomorku, Gracia? Dan ada apa ya?

Gracia: Aku tahu karena melihat daftar kontak di handphone-nya kak Ve. Boleh gak aku minta tolong, kak Aldo sekarang ke rumahnya kak Ve dong. Soalnya kak Ve sedang sakit demam plus flu dan aku mau kak Aldo datang jenguk.

Aldo: Oh, yaudah, aku kesana sekarang.

Gracia: Oke, aku tunggu ya Kak. Eh salah, maksudnya kak Ve tunggu loh.

Aldo sedikit tertawa membaca SMS terakhir itu, ia sekarang menelpon Shania, tunangannya.

Shania: Halo darling, kenapa?

Aldo: Nia sayang, aku sekarang mau ke rumahnya kak Ve, dia lagi sakit demam. Boleh kan aku jenguk dia? Tadi adiknya yaitu Gracia minta aku jenguk.

Shania: Oh, boleh kok darling, asal kamu jangan genit sama Gracia, hihi.

Aldo: Haha, enggak akan kok. Yasudah, aku mau kesana sekarang ya. I Love You, bye.

Shania: I Love You too, bye.

Setelah pembicaraan singkat itu selesai, Aldo langsung menjalankan motor menuju rumah Ve. Dan ia sampai 8 menit kemudian, setelah memarkirkan motor di samping mobilnya Ve barulah Aldo memencet bel di samping pintu rumah itu. Violet membukakan pintu untuknya, dan menuntun Aldo ke kamarnya Ve. Aldo juga diberitahu oleh Violet kalau Rendy sedang ada di kantor pada waktu seperti sekarang, dan baru akan pulang sore hari menjelang matahari terbenam nanti. Sesampainya di dalam kamar Ve, Aldo melihat Ve yang terbaring dengan wajah sedikit pucat, dengan Gracia duduk pada kursi kecil di sampingnya. Aldo berjalan mendekatinya dan berlutut di samping ranjang Ve.

Ve: Hai Aldo.

Aldo: Hai kak Ve, kok kak Ve tidak istirahat?

Ve: Enggak, Kakak kan nungguin kamu datang, karena Gre bilang kalau kamu mau jenguk Kakak.

Gracia: Hihi, Kak Ve gak mau tidur kalau kak Aldo belum datang.

Aldo: Oh, hahaha. Yaudah, kak Ve tidur ya, kan aku sudah disini.

Ve: Enggak ah, kamu nyanyikan satu lagu dulu, baru Kakak mau tidur. Asal jangan lagu Nina Bobo ya.

Aldo: Hhh, oke deh Kak. Lagian aku juga gak mau nyanyiin itu, Kak Ve namanya kan gak ada kata Nina-nya, jadi mungkin aku ganti aja jadi ‘Kak Ve Bobo’.

Ve: Iiih, enggak. Pokoknya jangan lagu itu meskipun diubah liriknya.

Violet, Gre, dan Aldo tertawa melihat Ve yang cemberut dengan wajah pucat.

Aldo: Haha, bercanda Kak. Aku mau nyanyi lagu anak-anak aja deh.

Violet: Ayo kak Aldo, mulai nyanyi dong.

Ve tersenyum menunggu lagu apa yang akan dinyanyikan Aldo, begitu juga Gre yang penasaran. Aldo tersenyum pada Ve dan mulai bernyanyi.

Aldo: A-ku pu-nya ham-ster be-sar...

Violet dan Gre mulai mengernyitkan alis mendengar lirik awal lagu itu, dan Aldo kembali lanjut bernyanyi.

Aldo: Ku-beri na-ma Ve-ra....

Ve mulai kehilangan senyum, ia juga mengernyitkan alis mendengar lirik lagu barusan. Aldo melanjutkan lagu itu.

Aldo: Di-a se-dang sa-kit de-mam...

Ve yang mendengar itu langsung bangun dari pembaringannya dan mencubit Aldo bertubi-tubi sambil cemberut. Aldo sudah mengaduh kesakitan sedangkan Violet dan Gre tertawa karena perkiraan mereka tentang lagu itu rupanya benar, yaitu lagu yang mendeskripsikan keadaan Ve yang berpipi tembem sedang sakit.

Aldo: Aduh, ampun kak Ve, kenapa sih?

Ve: Huh, kamu jangan ngeles deh, kamu nyindir Kakak kan?

Aldo sudah berhenti dicubit oleh Ve yang menggembungkan pipi menatapnya, ia cengengesan sambil bicara.

Aldo: Heheheh, bercanda Kak. Soalnya lagu anak-anak yang aku tahu cuma itu, dan Kakak juga sih yang minta aku nyanyi, suaraku kan gak begitu bagus.

Ve: Ih, jahat deh kamu, Kakak kok disamain dengan hamster.

Aldo: Iya, maaf deh Kak. Kak Ve cepat sembuh ya, intinya kan lagu tadi biar penyemangat untuk Kakak.

Ve tersenyum, dan ia kembali berbaring. Tak lama berselang wanita yang dianggap kakak oleh Aldo mulai memejamkan matanya untuk istirahat. Aldo pamit pulang pada Gre dan Violet saat mendengar dengkuran kecil dari Ve.

Setelah berlalu dari menjenguk Ve, Aldo melajukan motor pulang ke rumahnya. Ia terkejut karena begitu membuka pintu dan masuk, ada Melody yang melipat tangan sambil memasang raut wajah cemberut menatapnya.

Aldo: Eh, Kak Mel, kenapa?

Melody: Ih, pakai nanya lagi, kamu kok keluyuran gak bilang-bilang sih, telpon gak diangkat dari tadi.

Aldo: Hah? Masa sih?

Aldo mengeluarkan smartphone dari saku celananya, ia melihat ada 9 kali miscall yang tak diangkat olehnya karena tadi dia membuat HP-nya silent saat tiba di depan rumah Ve agar tidak mengganggu istirahat Ve, yang ternyata tidaklah tidur.

Aldo: Heheh, maaf Kak. Aku tadi men-silent HP soalnya lagi jenguk kak Ve yang sakit.

Melody: Eh, Ve sakit? Dia sakit apa?

Aldo: Kak Ve sakit demam dan flu, tapi dia tadi udah istirahat kok waktu aku mau pulang.

Melody memanggut-manggut, kemudian Aldo pergi ke kamarnya tanpa menyadari kalau kakaknya mengikutinya. Baru sampai di depan pintu kamarnya, Aldo mendengar suara alarm smartphone-nya namun bukan berasal dari saku celananya.

Aldo’s dream end.

Aldo yang baru saja terbangun di pagi hari kemudian bergumam.

Aldo: Hmm, rupanya sosok Guardian memang bukanlah manusia, tapi aku penasaran makhluk apa mereka.

Pemuda itu bergegas mandi untuk berangkat ke sekolah karena ia bisa telat kalau tidak segera bersiap diri. Kakaknya masih terlelap jadi ia memutuskan untuk sarapan di sekolah.

Sesampainya di kelas 12 IPA 3, Aldo bergabung dengan Indra dan yang lainnya di bangku barisan belakang.

Indra: Do, gimana? Elu udah namatin Aveyond: Gates of Night atau belum?

Aldo: Udah, gue kemarin main sampai di kota kedua pada Aveyond: The Lost Orb.

Derry: Wiih, hebat elu Do. Gue aja baru di Ruins nya.

William: Gue udah sampai Ashera’s Tomb.

Bagus: Ah, elu kan pakai goodie, Wil.

Para siswa menertawai William yang cengengesan karena keluhan Bagus padanya.

Tejo: Kalau gue udah sampai Shaenlir Castle. Gimana, guys, hebat kan gue?

Tejo disoraki para siswa, ia cengengesan kemudian Heru bicara untuk meledeknya.

Heru: Tejo, Tejo. Elu sih masih kalah sama Aldo, Derry, William. Itu kan tempat di Aveyond II, jalan waktunya sebelum Aveyond: Lord of Twilight malahan, kampret.

Indra: Kalau gue tidak pakai goodie dan sudah sampai Acropolis.

Para siswa berlagak takjub dan bertepuk tangan, dan Indra menyadari kalau ia sedang disindir.

Indra: Kenapa elu semua? Sirik aja.

Indra memiringkan bibir, dan para siswa kelas itu terkekeh. Lalu Heru kembali bicara setelahnya.

Heru: Oh iya, nanti sepulang sekolah main basket yuk.

Derry: Wah, ide bagus tuh. Do, elu mau ikut gak?

Aldo: Ah, malas deh gue. Kakak gue nanti sendirian dong kalau gue ikut.

William: Iya deh, orang yang sayang pada kekasihnya.

Aldo memasang muka masam, dan ia menjitak kepala William di kening. William kembali bicara sambil mengusap-usap keningnya.

William: Yaelah Do, bercanda keles.

Aldo: Bercanda, bercanda, enak aja. Kampret lu, mana ada bercanda sampai segitunya.

Para siswa terkekeh, kemudian mereka lanjut mengobrol tentang guru-guru di sekolah.

Sementara itu di kerumunan siswi, Nabilah mulai membuka suara karena heran melihat tingkah Jeje yang dari tadi curi-curi pandang ke Aldo.

Nabilah: Kok gue lihat dari tadi elu mandang Aldo terus, Je?

Jeje: Hah? Enggak kok, aku gak memandang dia.

Vania: Kamu salah, Bil. Jeje bukannya memandang Aldo, tapi sekedar melirik, hihihi.

Marsya: Wah, gantian dong dengan Shania. Tahun ajaran lalu kan Shania yang sering lirik-lirik Aldo. ADUHH!

Marsya mengaduh kesakitan karena pinggangnya dicubit oleh Shania, ia menoleh pada temannya yang memanyunkan bibir.

Shania: Ih, gak bisa jaga rahasia nih.

Shania kemudian disoraki para siswi, ia sedikit malu namun hanya sebentar karena Jeje juga disoraki untuk menggodanya yang tadi melirik Aldo. Jeje menanggapi dengan cengengesan, mereka kembali larut dalam obrolan seputar gosip selebritis.

~---------------------0-O-0---------------------~

Waktu istirahat pertama tiba, Aldo bergegas pergi ke kantin karena sudah sangat lapar. Saat tiba di kantin ia melihat mulai banyak siswa dan siswi yang menempati meja-meja di sana satu per satu. Aldo bergegas memesan makanan, dan mencari tempat duduk. Ia terpaksa duduk di meja rapat dinding yang ada di pojokan kantin.

Selagi Aldo melahap makanannya, ia juga celingak-celinguk untuk mengawasi agar Fredi tidak mengganggu siswi di kantin. Tak lama kemudian Aldo selesai makan, ia memegangi perutnya karena kekenyangan. Memang makanan yang dia pesan bukanlah porsi besar, namun karena pedas ia harus meminum 2 botol Fruit tea berbeda rasa.

Aldo mengeluarkan smartphone dari saku celana SMA-nya, ia mulai mengirim SMS pada tunangannya di tengah keramaian kantin yang cukup bising.

Aldo: Hai honey, udah bangun?

Naomi: Hmm, belum nih.

Aldo: Eh, kalau belum kok bisa balas SMS?

Naomi: Ckck, kamu nanya pertanyaan yang gak bermutu deh. Biasanya kan jam segini aku memang sudah bangun.

Aldo: Ya... siapa tahu kamu sehabis masak buat Sinka langsung lanjut tidur lagi.

Naomi: Ih, mana mungkin aku begitu, kecuali kalau aku masih ngantuk. Kamu pasti dalam hati ngatain aku ‘kebo’ kan kalau aku lanjut tidur lagi, dasar. Kamu sendiri sering jadi ‘kebo’, sampai-sampai harus digelitikin kak Melody untuk bangunin kamu.

Aldo: Hahaha, tahu aja kamu kalau aku mikir gitu, eh bercanda. Lagipula kebo atau enggak aku tetap cinta pada kamu kok.

Naomi: Oh, so sweet deh. Kalau misalkan aku jadi gemuk, kamu masih cinta pada aku atau enggak? Coba deh kamu bayangkan kalau aku gemuk.

Aldo: Iya, aku tetap akan cinta pada kamu meskipun kamu gemuk, memangnya kamu juga begitu kalau aku jadi gemuk?

Naomi: Tentu dong honey, lagian kamu sih gak akan gemuk, porsi makan kamu tidak pernah banyak. Oh iya, aku mimpi buruk loh semalam, dan masih terbayang.

Aldo: Kamu mimpi apa, honey?

Naomi: Aku mimpi kalau kamu tunangan dengan Shania, dan aku sakit hati banget melihat kamu mesra dengan dia. Dan waktunya itu tahun depan, 2017.

Aldo terkejut membaca SMS barusan dari tunangannya, ia segera kembali membalas SMS pada pujaan hatinya itu.

Aldo: Jangan dipikirkan, Omi. Aku gak akan pernah mau pisah dari kamu, anggap saja mimpi semalam itu hanya ‘bunga tidur’ ya.

Naomi: Hmm, iya deh. Eh sekarang waktu istirahat udah mau habis kan, kamu buruan ke kelas deh. I Love You.

Aldo: I Love You too, Omi.

Aldo memasukkan kembali smartphone-nya ke saku celana, dan terkejut mendapati ada 2 gadis yang duduk di hadapannya.

Aldo: Eh, Frieska, Anin, kok kalian ada disini? Sejak kapan?

Frieska: Hihi, dari tadi saat kak Aldo mulai berkutat dengan handphone.

Anin: Iya, kak Aldo kan tadi menunduk, jadi gak sadar kan kalau kami datang, hihihi.

Aldo: Oh iya, hehehe. Kalian udah makan?

Frieska: Nih lihat deh.

Frieska menunjuk piring makanannya dan piring makanannya Anin, Aldo melihat ternyata mereka berdua tadi makan makanan yang sama dengan dia, tapi porsinya besar. Ia tahu porsi besar karena piringnya sedikit lebih besar dan banyak sisa sambal.

Aldo: Buset, kalian tadi makan yang sama dengan aku tapi porsi besar?

Anin: Hehehe, iya kak Aldo, kenapa?

Aldo: Ckckck, nanti gendut loh. Terutama kamu, dedek Mpris.

Frieska: Ih, kak Aldo jahat, kok terutama aku, harusnya kan Anin.

Anin dan Aldo menertawai Frieska yang memanyunkan bibir, Aldo kembali bicara.

Aldo: Soalnya kalau aku lihat sih badannya Anin kan kecil, hehe. Pipinya aja yang lebih besar dari pipi kamu, dedek Mpris.

Mendengar itu Frieska tersenyum, ia menoleh ke Anin dan langsung menggunakan kedua tangannya untuk mencubit kedua pipi Anin. Aldo tertawa mendengar Anin mengaduh kesakitan. Setelah beberapa detik barulah Frieska berhenti mencubit pipi Anin.

Anin: Ih, Mpris, pipi aku nanti melar nih.

Frieska: Hihi, biarin, bleeeek!

Frieska memeletkan lidah pada Anin yang masih mengusap-usap pipinya, setelah itu Aldo menemani mereka ke kelas. Saat hampir sampai di depan kelas 12 IPS 5, Frieska terpeleset genangan air yang ada di lantai 3 itu, Aldo yang ada di belakangnya reflek menahan tubuhnya. Anin melihat ternyata seorang siswa kelas itu tak sengaja menumpahkan sedikit botol minumannya ke lantai, ia meminta maaf pada Frieska. Sepupu Aldo kembali berdiri tegak dan bicara padanya sehabis berlalunya siswa itu ke toilet.

Frieska: Terimakasih ya, kak Aldo.

Aldo mengangguk sambil tersenyum pada sepupunya, lalu Frieska dengan cepat mencium pipi kirinya dan menarik Anin untuk sama-sama masuk ke dalam kelas mereka. Aldo melongo sebentar, kemudian ia berjalan ke kelasnya di lantai 3 itu. Saat sampai di bangkunya, Sinka menanyainya.

Sinka: Kamu ketemu cewek kan tadi, ayo ngaku...

Aldo: Yaelah, tadi aku cuma sama sepupu aku, Frieska. Juga temannya yang adiknya Devin, yaitu Anin.

Sinka: Oh, aku kira kamu punya pacar di sekolah, untuk ‘mengisi kekosongan’ karena kak Naomi kan di rumah.

Aldo: Ckck, kalau aku mau ‘mengisi kekosongan’ pastinya aku jadikan kamu cadangan.

Sinka: Hmm, gitu ya, aku laporin kak Naomi ah...

Aldo: Eh, jangan dong, cuma bercanda barusan. Lagian kamu sih, curigaan sama aku.

Sinka: Hihi, habisnya kamu sering jalan dengan cewek lain sih di sekolah ini. Apalagi aku takut mimpi aku jadi nyata.

Aldo terkejut, sekaligus penasaran dengan maksud perkataan Sinka barusan.

Aldo: Hah? Memangnya kamu mimpi apa, Sin?

TO BE CONTINUED...

By: E.D.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Between Dream And Reality, Part 12

GALLANT IMPACT, Chapter 25

GALLANT IMPACT, Chapter 29