Between Dream And Reality, Part 16

Part 16: Engagement of double life

Melody sedikit terkejut mendengar perkataan Aldo, lalu Aldo lanjut bicara.

Aldo: Kakak ingat gak nama lengkapnya kak Kalvin?

Melody: Ingat, Kalvin Widjaja kan? Jadi mereka beneran sahabatan, Dek?

Aldo: Nah itu, kalau Jeje kan nama lengkapnya Jessica Vania Widjaja. Emang gitu Kak, aku pernah dengar cerita kak Rendy yang bilang kalau dia punya sahabat unik bernama Kalvin Widjaja. Uniknya karena itu, adik mereka sama-sama bernama Jessica. Aku gak tanyain sih kak Kalvin, karena sudah pasti benar setelah aku pernah ngantar Jeje ke rumahnya.

Melody manggut-manggut, kemudian kembali bicara.

Melody: Jadi kamu gimana caranya dek, bisa sampai dapat banyak nilai 100? Gak nyontek kan?

Aldo: No, no. Aku gak nyontek Kak, tenang saja. Itu karena aku menyimak jelas beberapa pelajaran makanya bisa memahaminya lebih dalam.

Tak lama kemudian Melody keluar dari kamar Aldo untuk pergi ke dapur memasak makan malam. Sementara di kediaman Veranda, terlihat Violet sedang mengamati kakak perempuannya itu memasak makan malam. Rendy sedang berada di kamarnya.

Violet: Kak Ve, Vio boleh nanya gak?

Ve: Boleh dong sayang, Vio mau nanya apa?

Violet: Gini loh, di SMA Velidan 01 kenapa jurusan IPA ada pelajaran Sejarah?

Ve: Oh itu, emang kurikulumnya seperti itu kok Vio. Memangnya di SMA Velidan 02 tidak begitu?

Violet: Kata kak Yuri, gak ada pelajaran Sejarah di jurusan IPA. Kak Yuri kan jurusan IPA.

Ve: Hmm, pelajaran Sejarah di IPA juga gak terlalu rumit, Vio. Bukunya cuma satu, gak seperti di IPS yang bukunya dua. Gre yang jurusan IPS pernah stress belajar Sejarah, hihi.

Violet juga ikut tertawa ringan, setelah itu dia membantu Ve seadanya dalam memasak. Saat masakan sudah selesai, Violet diminta memanggil Rendy untuk makan malam.

Sehabis makan malam, Rendy mengantarkan Violet pulang karena sudah malam. Ve chatting dengan Gre sembari menonton TV.

Di tempat lain tepatnya di rumahnya Indra, ketua kelas 11 IPA 3 itu sedang berbaring di kamarnya sambil chatting LINE dengan Aldo.

Indra: Do, besok gue mau nembak Yupi nih.

Aldo: Wiih, lu udah persiapkan mental Dra?

Indra: Mental apaan Do?

Aldo: Mental buat gak bunuh diri kalau ditolak, hahaha.

Indra: Kunyuk lu, malah ngarap gue ditolak. Lagian kalau ditolak gue juga gak segitunya kali.

Aldo: Mana tahu lu begitu, haha. Jadi lu mau nembaknya dimana?

Indra: Di luar kelasnya aja deh, sebelum dia mau ke kantin.

Aldo: Oh, terus lu udah merangkai kata-kata buat nembak dia kan?

Indra: Udah dong, pokoknya gue yakin kalau akan diterima.

Aldo: Gue agak gak yakin Dra, soalnya gini loh, lu kan terkesan stalker pada dia, hampir tiap hari dia waktu ke kantin dibuntutin terus.

Indra: Gue buntutin dia juga karena ada alasannya, Do.

Aldo: Emang apa alasannya?

Indra: Ya karena gue suka sama dia, tipe cewek idaman gue banget, yaitu periang.

Aldo: Hmm, kalau gitu gue doakan semoga lancar ya Dra.

Indra: Hehe, thanks Do, gue yakin kok akan lancar alias diterima jadi pacarnya.

Aldo: Maksud gue barusan biar lu lancar BAB, gak sembelit hahaha.

Indra: Sialan, gue sekarang gak sembelit lagi keles.

Aldo: Hehehe, bercanda. Gue harap lu diterima jadi pacarnya ya Dra, biar gak kalah sama William dan Yudha yang sudah lebih dulu punya pacar.

Indra: Lu kan juga, Do. Eh, Yudha sudah punya pacar? Kok gue baru tahu?

Aldo: Iya, gue kan aslinya bukan setingkat dengan elu, Dra (jangan dibahas lagi). Yudha sudah jadian dengan Marsya sekitar sebulan, gue tahu karena ketika gue lihat dia bicara pada Marsya di kelas dengan kode-kodean. Jadi gue tanya dia dan langsung deh dia ‘ngaku’ hahaha.

Indra: Oh, gitu. Wah wah, Yudha diam-diaman pacarannya, berarti takut ditagih PJ haha.

Aldo: Nah itu, lu tahu sendiri kan Yudha orangnya gimana, pelit.

Indra: Benar juga, hehe. Yaudah Do, gue mau istirahat dulu ya, sekarang jam 9 nih.

Aldo: Ok, sukses buat besok ya.

~------------------------0O0------------------------~

Keesokan harinya, Indra menunggu Yupi yang hendak keluar dari kelas ketika waktu istirahat pertama. Aldo melihat dari jauh ketika Indra mulai berbicara pada Yupi yang juga didengarkan oleh Ayana dan Shani. Meskipun ada siswa-siswi lain di kelas 11 IPS 6 itu, sepertinya mereka tidak ikut mendengar karena berpikir itu hanya obrolan biasa. Tak lama kemudian Aldo melihat Indra yang menggenggam kedua tangan Yupi lalu ia juga berlutut sambil menatap Yupi, kemudian mengucapkan beberapa kalimat. Setelah itu Yupi menengok pada Ayana dan Shani, yang mengangguk pelan. Aldo akhirnya melihat Indra mencium kedua tangan Yupi dan tersenyum melihat temannya itu diterima jadi pacar. Indra menggandeng Yupi diikuti Shani dan Ayana ke kantin, Aldo juga menyusul setelah mengajak Naomi.

Sesampainya di kantin, mereka memilih duduk di meja untuk 6 orang. Aldo duduk berhadapan dengan Indra, selagi menunggu Ayana, Shani, Yupi memesankan makanan mereka mengobrol.

Aldo: Jadi gimana, Dra? Tadi diterima ya?

Indra: Kalau gak diterima, gak mungkin gue gandeng dia kesini, kampret!

Aldo: Haha, siapa tahu lu mau dijadiin bodyguard, bukan pacar.

Indra: Mana ada bodyguard boleh gandeng, kunyuk.

Aldo: Heheh, terus lu tadi kok nekat banget? Bukannya lu belum kenalan dengan dia?

Indra: Iya sih, nekat emang. Gue nekat begini karena takut dia duluan nerima cowok lain jadi pacar, soalnya gue pernah lihat ada beberapa cowok nembak dia ketika sedang makan di kantin begini.

Aldo: Oh, tapi lu tadi diterima mungkin karena Ayana dan Shani mengangguk-angguk.

Indra: Siapa tuh Ayana dan Shani?

Aldo: Itu, dua temannya Yupi, emangnya lu gak kenalan juga dengan mereka.

Indra: Gak sempat, karena gue langsung ngajak dua temannya itu juga bareng ke kantin, biar bisa dapat tempat duduk. Ngomong-ngomong kok lu bisa kenal mereka?

Aldo: Oh, itu karena Yupi dan Shani pernah ke rumah gue, bareng Ayana juga. Mereka waktu itu datang ke rumah gue mengikuti Jeje, soalnya kan Ayana teman SMP Jeje.

Indra memanggut-manggut, kemudian kedua mata Aldo ditutup dengan tangan seseorang dari belakang, ia terkejut dan mendengar Indra terkekeh.

Aldo: Eh, siapa ini? Lu ngerjain gue, Dra?

Indra: Haha, ngapain gue ngerjain elu, Do.

Aldo lalu memegang tangan yang menutupi matanya, dan meraba-raba hingga mengetahui pemilik tangan itu yang tak lain dan tak bukan adalah Naomi.

Aldo: Eh, Omi kan? Hahah, aku kira orang jahat.

Terdengar suara tawa ringan dari Naomi yang melepaskan tangannya dari mata Aldo, ia juga disapa oleh oleh Indra. Kemudian ia duduk di samping Aldo.

Naomi: Hihi, kamu kok bisa ngira kalau yang nutup mata kamu adalah orang jahat?

Aldo: Ya... spontan aja sih aku berpikiran gitu, kali aja komplotan penjahat.

Naomi: Kenapa kamu bisa mikir begitu?

Aldo: Soalnya salah satu penjahatnya disini, sayang.

Aldo menunjuk Indra, yang langsung memasang muka masam dan menggerutu. Naomi tertawa ringan kemudian bertanya.

Naomi: Hihi, kok teman sekelas kamu dikatain penjahat sih?

Aldo: Iya, soalnya kan bisa aja tadi yang nutup mataku bukan kamu, melainkan Derry. Karena Derry dan Indra penjahat di kelas 11 IPA 3.

Naomi kembali tertawa bersama Aldo, Indra bersungut-sungut mendengarnya, ia memalingkan wajah melihat Yupi yang sedang mengantri untuk memesan makan bersama Ayana dan Shani.

Aldo: Omi, kamu tahu kenapa aku bilang Indra dan Derry penjahat? Karena mereka nagih PJ rame-rame sehingga aku harus traktir kelas 11 IPA 3.

Naomi: Hihihi, jadi kamu gak ikhlas?

Aldo: Enggak kok, aku kan cuma bilang aja tadi biar ada bahan ejekan buat Indra hahaha.

Indra: Monyong lu Do, malah ngeledekin gue terus.

Aldo: Biarin, lagian lu kok bisa tahu sih waktu itu kalau gue sudah pacaran dengan Naomi.

Indra: Hahaha, itu sih gampang Do. Gue kan sering ngelihat grup facebook kelas 12, untuk mengetahui apakah ada banyak siswi kelas 12 yang cantik. Eh, waktu gue ngelihat grup kelas 12 IPA 5 ada postingan terbaru yang public dan itu rupanya foto elu dengan kak Naomi. Jadi ada juga deskripsinya dengan hashtag, dan tertulis ‘posted by admin’. Terus gue lihat nama admin-nya rupanya bang Devin, hahah.

Aldo: Oh pantesan, emang si Devin tuh biang iseng, pasti dia waktu itu ngebuntutin gue ke kantin ini.

Naomi tertawa lagi mendengar perkataan pacarnya itu, tak lama kemudian Indra beranjak untuk membawakan nampan makanan yang tadi Yupi pesan. Dengan hati-hati Indra membawa sebuah nampan yang ada makanan pesanan Indra dan Yupi, sedangkan Ayana dan Shani masing-masing membawa nampan berisi makanan pesanan Aldo-Naomi dan mereka sendiri. Aldo memang tadi minta untuk memesankan makanan Naomi. Saat sudah sampai di meja, Aldo yang mengambil alih nampan dari tangan Ayana, karena makanannya Ayana dan Shani ada di nampan yang dibawa Shani.

Indra: Ckckck Do, lu masa minta cewek ngantarin makanan.

Aldo: Lah, mereka gak keberatan kok. Lu sendiri tadi bukannya langsung nyusul Yupi, dan sempat Yupi yang bawain nampan makanan elu dan dia.

Indra hanya cengengesan, sedangkan Yupi beserta Shani dan Ayana tertawa ringan mendengar obrolan dua siswa kelas 11 IPA 3 itu. Mereka juga menyapa Naomi yang diketahui adalah kakak kelas. Kini posisi duduk adalah Naomi diantara Aldo dan Ayana, sedangkan Yupi diantara Indra dan Shani. Mereka memulai menyantap makanan.

Sambil makan, Aldo juga celingak-celinguk agar memastikan keadaan ‘aman’.

Indra: Do, gak capek lu celingak-celinguk dari tadi? Cari siapa sih?

Aldo: Oh, enggak kok Dra. Cuma lihat aja tumben hari ini kantin gak terlalu rame.

Indra tidak bertanya lagi, Naomi dan juga tiga siswi kelas 11 IPS 6 sudah tahu siapa yang dicari Aldo, tak lain dan tak bukan adalah Fredi dan Joe. Keempat siswi itu memilih bungkam, karena merasa tidak penting membicarakannya.

Selesai makan, mereka semua ditraktir Indra. Kemudian Aldo mengantar Naomi ke kelas 12 IPA 5 sedangkan Indra menemani Yupi kembali ke kelas 11 IPS 6 juga Ayana dan Shani. Aldo dan Indra pun kembali ke kelas 11 IPA 3 setelah ‘menuntaskan tugas’. Mereka tidak langsung masuk ke kelas melainkan mengobrol dengan duduk di bangku panjang di luar kelas.

Aldo: Jadi Dra, lu tadi terkejut ya waktu Yupi ternyata udah tahu nama lu duluan meskipun kalian belum kenalan.

Indra: Ya gitu deh Do, gue tadi mikir mungkin aja dia membaca nama di name tag gue tapi ternyata dia tahunya dari elu.

Aldo: Iya, waktu Yupi dan teman-temannya datang ke rumah gue, dia sempat nanya pada gue mengenai nama elu, Dra.

Indra: Wow, berarti dia tertarik dengan gue dong?

Aldo: Ckckck, kepedean banget lu, mentang-mentang wajah ganteng. Dia nanya pada gue apakah elu cowok mesum, karena lu kan jadi stalker hahaha.

Indra memasang muka masam pada Aldo, lalu bicara.

Indra: Jadi lu jawab apa, Do? Tidak menjatuhkan nama gue kan?

Aldo: Gue cuma jawab ‘Di kelas 11 IPA 3 ada cowok paling mesum, yang pasti bukan aku ataupun Indra’ dan Yupi cuma mengangguk paham. Habis itu dia gak ada nanya lagi, mungkin elu termasuk ‘tidak mesum’ di pikiran dia.

Indra: Oh, jelaslah, kan si William yang paling mesum, otaknya mungkin setengahnya diisi dengan pikiran-pikiran mesum.

Aldo: Hahah, lu bener Dra. Sampe dia bikin teka-teki basi segala waktu itu. Gara-gara dia juga kan si Yudha malah dengan polos bertanya soal ‘itu’.

Aldo dan Indra kembali tertawa mengingat ‘teka-teki’ yang pernah dilontarkan William. Bel berbunyi beberapa menit kemudian, mereka masuk ke dalam kelasnya.

Sepulang sekolah, Aldo diajak Naomi ke mall dekat sekolah untuk sekedar jalan-jalan dan melihat-lihat, maka Aldo pun menyetujuinya. Mereka sepakat untuk pulang makan siang dulu dan berganti pakaian, barulah Aldo menjemput Naomi di rumahnya.

Mereka tiba di mall pada sekitar pukul 2:18 siang, dan dengan bergandengan mulai mengelilingi mall itu.

Tiba-tiba ada suara seorang gadis memanggil Aldo dari belakang ketika mereka sedang berada di depan TIMEZONE, belum memasukinya. Aldo dan Naomi pun melihat ada 2 orang gadis. Aldo mengenali salah satunya, yaitu Vania sedangkan yang satu lagi sedikit lebih tinggi dari Vania.

Aldo: Hai, Vania. Kamu bareng siapa?

Vania: Hihi, ini teman SMP aku, dia datang dari Jepang karena masih liburan. Aku ajak jalan-jalan aja deh.

Aldo: Oh, emm... excuse me... Onamae wa(Siapa namamu)?

Naomi mengerti maksud Aldo menggunakan bahasa Inggris dan bahasa Jepang seadanya yang ia kuasai, tentu untuk berkenalan dengan gadis yang lebih tinggi dari Vania ini.

Rena: Namaku Rena Nozawa, salam kenal Aldo-kun.

Aldo melongo sejenak, Naomi juga terkejut. Vania dan Rena sudah tertawa ringan melihat respon pasangan itu.

Vania: Hahaha, Aldo. Temanku Rena ini dulu kan sekelas denganku waktu SMP, jadi dia sudah menguasai bahasa Indonesia.

Rena: Iya, Aldo-kun, Vania mengajariku bahasa Indonesia sampai lancar dengan media bahasa Inggris, karena sebelum mulai sekolah kelas 1 SMP aku sudah menguasai bahasa Inggris.

Aldo dan Naomi pun memanggut-manggut, kemudian Vania kembali bicara.

Vania: Aldo, ini pacar kamu ya?

Aldo: Betul, sosialita instagram. Kenalin pacarku dari kelas 12 IPA 5, kakaknya Sinka.

Vania: Hai Kak, perkenalkan namaku Vania Putri Lubis.

Naomi: Namaku Shinta Naomi, salam kenal.

Vania dan Naomi berjabat tangan sejenak, lalu Naomi juga berjabat tangan dengan Rena. Vania dan Rena kemudian pamit pada pasangan itu untuk ke food court di lantai atas.

Aldo dan Naomi kemudian memasuki TIMEZONE dan mereka memutuskan untuk bermain basket, setelah terlebih dulu membeli Powercard. Pasangan itu mulai berolahraga dengan 6 bola basket yang tersedia di mesin itu. Dengan kombinasi mereka berdua bisa menciptakan skor 254 sebelum timer habis. Mereka sama-sama berkeringat setelah sekali main, tapi Naomi lebih banyak keringatnya. Aldo pun membantu Naomi yang mengeluarkan tisu untuk mengelap keringat, mereka saling mengelap keringat. Sambil melakukan itu mereka juga berbicara.

Naomi: Aldo, kok kamu tadi manggil Vania dengan sebutan ‘sosialita instagram’ sih?

Aldo: Karena emang dia sosialita di instagram, Omi sayang. Aku pernah dengar kata William, teman sekelasku juga kalau likes di setiap fotonya Vania selalu tembus angka 10 ribu. Dia setiap hari minimal posting satu foto selfie. Lalu followers-nya mencapai 4 juta lebih.

Naomi: Oh, pantes hihi. Kamu gak tertarik dengan dia? Kan Vania cantik.

Aldo: Hmm, iya juga ya, hehehe.

Naomi langsung cemberut dan mencubit perut Aldo dengan sebelah tangannya.

Aldo: Aduh, kenapa sih Omi?

Naomi: Malah nanya kenapa lagi, huh. Kenapa kamu gak pacarin aja dia.

Aldo: Hehe, aku kan cuma bercanda sayang. Lagian kamu tadi mancing-mancing begitu sih. Aku kan kenal kamu lebih lama daripada dia, jadi aku lebih memilih kamu jadi kekasih. Dan aku gak ada perasaan apa-apa pada dia.

Naomi kembali tersenyum, ia menghentikan mengelap keringat pacarnya karena sudah tidak ada keringat lagi di wajah dan leher pacarnya itu. Beberapa detik kemudian Aldo juga selesai mengelap keringat di sekujur wajah dan leher Naomi.

Naomi: Sayang, mau main sekali lagi?

Aldo: Enggak deh, nanti kamu keringatan lagi. Kan sudah cukup olahraga tadi.

Kemudian pasangan itu melanjutkan main beberapa mesin permainan yang lain, diantaranya ‘lubang tikus’, ‘champion roulette’, ‘egg placement’ , dan yang terakhir bowling.

Di permainan bowling Naomi bisa melakukan 3 strike dari 10 ronde. Sedangkan Aldo mendapatkan 5 strike, 3 diantaranya berturut-turut. Naomi juga minta diajari bagaimana bisa strike berturut-turut. Aldo yang kebingungan mulai mengajari pacarnya itu dengan teknik yang biasa ia gunakan, Naomi mencoba teknik itu dan bisa 2 strike berturut-turut.

Setelah puas bermain bowling, pasangan itu berniat pulang, Aldo terlebih dulu mengantarkan Naomi pulang ketika jam sudah menunjukkan pukul 4:25 sore. Ia sendiri sampai di rumahnya pukul 5 sore.

Baru saja meregangkan badan di sofa ruang tamu, Aldo mendengar pintu depan terbuka yang berarti Melody pulang. Ia duduk di samping Aldo.

Melody: Eh Aldo, kamu tadi kemana? Kok kelihatannya capek gitu?

Aldo: Aku habis jalan bareng Naomi, Kak. Tadi kami juga main basket di TIMEZONE.

Melody: Cieee... yang mulai mesra dengan pacar lagi setelah sekian lama tidak bisa karena berkutat dengan ‘kompetisi’. Hobinya sama pula, basket hihi.

Aldo tertawa menanggapinya, ia lalu bertanya pada kakaknya.

Aldo: Jadi gimana, kak Mel? Lebih dekat dengan kak Kalvin atau kak Rendy?

Melody: Ih, apaan sih kamu. Kakak kan cuma temenan dengan 2 cowok itu, gak lebih.

Aldo: Mau dilebihkan gak?

Melody: Hahaha, kamu bisa aja ngomongnya. Kalaupun mau dilebihkan, Kakak bingung.

Aldo: Bingung kenapa Kak?

Melody: Kakak bingung, mereka berdua sama-sama baik. Kakak juga bisa lihat beberapa sifat mereka yang mirip, jangan-jangan mereka ‘saudara terselubung’ lagi, hihi.

Aldo: Hahaha, apaan tuh Kak ‘saudara terselubung’?

Melody: Maksud Kakak gini, karena sifat mereka yang ada kesamaan jangan-jangan Ayah atau Ibu mereka juga sama. Atau paling tidak sepupuan.

Aldo: Aku rasa gak mungkin deh, Kak. Soal sifat mereka yang ada kesamaan mungkin saling tertular karena mereka sudah lama berteman.

Melody memanggut-manggut, sementara itu di teras rumahnya Kalvin, 2 pria yang dibicarakan itu sama-sama bersin sejenak. Mereka menyeka seadanya ingus yang sedikit.

Kalvin: Oi Ren, lu lagi flu ya?

Rendy: Enggak kok, lu kali yang flu.

Kalvin: Gue enggak juga, hahah. Jangan-jangan kita lagi ‘ditubirin’ lagi.

Rendy: Hah? Apa itu ‘ditubirin’ Vin?

Kalvin: Ditubirin itu plesetan dari ‘diributin’ kata dasar kan ‘tubir’ yang dibalik dari kata ‘ribut’. Artinya kita lagi diomongin oleh orang lain.

Rendy: Oh, gitu ya hehe. Maklum gue agak kurang gaul sih.

Kalvin: Hmm, kalau kita bisa bersin bersamaan, berarti kita ditubirin bersamaan dong.

Rendy: Mungkin saja, ahaha. Karena kita keren ya, makanya ditubirin. Tapi kira-kira siapa ya?

Kalvin: Hahah Ren, itu sih kita gak mungkin tahu.

Rendy: Soalnya gak mungkin kita tanya satu persatu orang-orang yang kita kenal kan Vin, hahaha.

Kalvin: Haha, lu bener. Oh iya, jadi kan lu mau beritahu nama cewek yang elu taksir?

Rendy: Iya Vin, gue naksir cewek itu pada pandangan pertama, apalagi setelah tahu sifat dia mulia. Sering ketemu di kampus sih, tapi sayang lu gak ada bareng gue tiap kali ketemu cewek itu. Kalau elu gimana, Vin?

Kalvin: Hehe, kalau gue sih naksir cewek ini sudah lama, sejak SMA kelas 3. Dari kelas 1 gue sekelas dengan dia, tapi karena gue pemalu tiap kali ngomong dengan cewek di kelas makanya gue baru bisa deket dengan dia pas kelas 3. Itupun karena adiknya mendekatkan, hahah makanya setelah deket baru naksir. Lu juga kayaknya gak pernah lihat gue bareng dia di kampus.

Rendy: Wow, terus lu ada rencana nembak dia gak? Buruan sebelum keduluan cowok lain.

Kalvin: Ada sih, dan gue kemungkinan akan nembak dia beberapa hari lagi.

Rendy: Hmm, mantap-mantap. Boleh gue tahu nama cewek itu?

Kalvin: Nama cewek itu... Melody Nurramdhani Laksani, jurusan Psikologi semester 3.

Rendy terkejut mendengar perkataan sahabatnya ini, fakta bahwa mereka mencintai wanita yang sama tanpa saling mengetahuinya.

Kalvin: Kalau elu gimana, Ren? Siapa cewek yang lu taksir di kampus?

Rendy lalu melihat waktu di smartphone-nya dan juga langit senja, ia berniat menyudahi pembicaraan ini karena tidak ingin sahabatnya tahu fakta mengejutkan yang baru ia ketahui juga.

Rendy: Eh Vin, gue pulang ya. Soalnya Ve udah nanya tadi. Bye.

Kalvin: Loh, Rendy, kenapa lu? Kok...

Kalvin tentu merasa heran karena Rendy yang seperti buru-buru. Setelah motor Rendy melaju jauh, Kalvin memikirkan sejenak sikap Rendy tadi, kemudian ia masuk ke dalam rumah itu.

~------------------------0O0------------------------~

Beberapa hari berlalu, dan di kampus Rendy sengaja tidak bertemu Melody lagi, ia lebih memilih tetap berada di kelas dan sudah makan siang lebih awal di tempat lain ataupun mencari tempat pojok tiap ke kantin agar tidak bertemu Kalvin juga, ia sengaja menghindar.

Baik Melody maupun Kalvin sama-sama heran dengan sikap Rendy yang terkesan menghindari mereka berdua. Hari Minggu tanggal 17 Januari tiba, Kalvin mendatangi rumah Rendy di pagi hari sekitar pukul 8:40. Ve membukakan pintu mendengar suara bel rumah itu berbunyi.

Ve: Eh, kak Kalvin, ada apa kesini?

Kalvin: Ve, Rendy ada gak?

Ve: Ada kok, yuk masuk.

Mereka berdua masuk ke dalam, Ve lalu memberitahu dimana Rendy yaitu di ruang kerja almarhum ayah mereka. Kalvin berdiri di depan pintu itu, sementara Ve membaca majalah di ruang tamu. Setelah beberapa detik barulah pintu itu diketuk. Terdengar suara Rendy dari dalam.

Rendy: Kamu ngapain ketuk pintu, Ve? Langsung masuk aja.

Kalvin lalu membuka pintu itu dan Rendy terkejut melihat ternyata Kalvin yang ada di balik pintu.

Rendy: Eh, Vin? Ada apa lu kesini? Gue lagi sibuk nih.

Terlihat oleh Kalvin kalau laptop Rendy kini menampilkan data-data perusahaan. Ia lalu menatap sahabatnya itu.

Kalvin: Ren, gue perlu ngomong sama elu sebelum gue akan nembak Melody besok.

Rendy: Hah? Ngapain lu ngomong dengan gue? Itu kan urusan elu, atau jangan-jangan lu minta bantuan?

Kalvin: Bukan itu Ren, ini soal perubahan sikap elu.

Rendy: Sikap gue berubah? Hahaha, lu mengada-ada Vin.

Kalvin: Lu gak bisa bohong Ren, kita temenan udah lama. Jadi gue tahu kalau lu barusan bohong, dan gue gak akan tenang untuk rencana besok sebelum sikap elu jadi seperti biasa.

Rendy: Hmm, jadi apa yang mau lu omongin Vin?

Kalvin: Tentang cewek yang elu taksir, pasti dia Melody kan?

Rendy: Hmm, lu bisa nebak juga. Iya, gue emang naksir Melody, mahasiswi jurusan Psikologi yang juga kakaknya Aldo, murid SMA Velidan 01 yang pernah nolong Violet.

Kalvin: Jadi lu kenapa menyembunyikan hal ini dari gue, Ren? Kalau kita sama-sama naksir dengan seorang cewek kan tidak salah.

Rendy: Emang gak salah Vin, yang salah itu adalah kalau kita bersaing untuk dapatkan Melody. Gue gak mau persahabatan kita retak atau bahkan hancur karena persaingan itu.

Kalvin meresapi kata-kata sahabatnya itu, tanpa mereka sadari suara mereka dari tadi sudah mulai membesar sehingga Ve perlahan nguping.

Kalvin: Jadi elu gak mau bersaing dengan gue, dan memilih mengalah? Itu kan maksud elu, Ren?

Rendy: Lu bener Vin, lagian elu sudah lebih lama mengenal Melody, dan sebenarnya... bukan bermaksud menyinggung nih, gue yakin bisa menemukan sosok cewek seperti Melody diantara ribuan cewek lain di luar sana.

Kalvin: Hahaha, benar kata lu Ren, gue doakan biar lu bisa mendapatkan jodoh.

Rendy: Thanks ya bro.

Kalvin: Sama-sama bro.

Mereka reflek berpelukan sekitar 4 detik sebelum mendengar suara Ve yang sudah berdiri di dekat pintu melihatnya.

Ve: Kak Rendy? ASTAGA!

Setelah melepas pelukan, mereka sama-sama menatap Ve yang memasang wajah kebingungan sambil menutup mulut.

Rendy: Kenapa Ve? Gak usah begitu kaget keles, Kakak masih normal kok.

Kalvin: Hahah, Ve, kamu tenang aja, kami masih pria normal kok, tadi barusan reflek aja.

Ve: OH, aku kira.... hihihi.

Ve pun mengetahui kalau abangnya Rendy merelakan Melody karena tidak ingin bersaing dengan sahabatnya sendiri. Beberapa menit kemudian Kalvin pamit pulang.

Dan benar saja, keesokan harinya Kalvin mengungkapkan perasaannya pada Melody lewat rangkaian kalimat yang membentuk semacam puisi. Melody menerima pria itu sebagai kekasihnya.

Sore itu, ketika Melody pulang dari kampus ia langsung memberitahu Aldo yang sedang menonton TV. Aldo memberi ucapan selamat pada kakaknya, dan ia juga memberitahu Frieska lewat SMS. Kemudian mengirim SMS pada seseorang juga ketika Melody berlalu ke kamarnya mengistirahatkan badan.

Aldo: Bondan, kakak gue udah punya pacar nih.

Bondan: Oh, selamat ya Do, kakak elu akhirnya punya pacar juga. Eh tunggu-tunggu, ngapain lu memberitahu gue?

Aldo: Biar lu kecewa terus berniat bunuh diri, kan elu pernah naksir kakak gue hahaha.

Bondan: Ahahahaha, monyong! Udah gue bilang kalau gue move on-nya sudah lama, jangan bahas lagi deh. Sekarang gue lagi sama Susi, jangan ganggu.

Aldo tidak membalas SMS itu lagi, ia kemudian memberitahu Naomi juga lewat LINE.

~------------------------0O0------------------------~

Beberapa minggu berlalu, di kelasnya Aldo kini juga ada Bagus yang sudah jadian dengan Sonya, kemudian kadang-kadang Aldo bertemu Gre di kantin, yang juga mengenalkan teman-teman barunya yaitu Hanna dan Viny. Kadang-kadang Aldo juga makan bareng Feri dan Marvin, Riskha juga dikenalkan pada Aldo ketika ikut duduk dengan pacarnya itu. Di awal bulan Februari, Jaka jadian dengan Lidya berkat bantuan Devin dan yang lain.

Sejak bulan Februari, setiap hari Aldo menyemangati Naomi dengan telepon singkat agar pacarnya itu bisa mempersiapkan diri dengan mantap untuk menghadapi UN yang akan berlangsung 2 bulan lagi. Ia juga menyempatkan mengucapkan ‘Happy Valentine’s Day’ pada kekasihnya itu.

Saat UN berlangsung di pertengahan bulan April, Aldo yang libur beberapa hari mengunjungi rumah Indra, Yudha, Bagus, dan Heru. Ia juga berkunjung ke rumah Naomi setelah masa UN selesai dan mereka menonton beberapa DVD film koleksi Naomi yang kebanyakan bergenre fantasy. Ketika pertengahan bulan Mei, hasil UN telah diumumkan dan Naomi lulus begitu juga murid-murid kelas 12 lainnya. Pak Andreas meminta Naomi mengenalkan Aldo padanya, dan Sinka juga menyetujuinya.

Di kehidupan mimpi, Aldo sudah bertunangan dengan Shania karena jalan waktunya menjadi cepat. Mereka bertunangan di bulan Juni 2017, tepatnya tanggal 28, sehari setelah Shania berulang tahun. Acara dihadiri kedua orang tuanya dan Melody, juga Frieska beserta Ibunya. Teman-teman Aldo di kelas 11 IPA 3 juga ikut meramaikan suasana dengan beberapa diantara mereka membawa pasangan. Aldo kini mengenakan cincin tunangan di jari manisnya, begitu juga Shania.

Alangkah terkejutnya Aldo pada tanggal 19 Mei 2016, karena ia dikenalkan pada Ayahnya Naomi yang ternyata juga seseorang yang ia kenal. Pak Andreas menanyakan kabar Aldo, dan itu mengejutkan kedua putrinya. Kemudian pria paruh baya tersebut menjelaskan pada ketiga remaja itu. Naomi dan Sinka pun tahu kalau ternyata perusahaan yang dikelola Ayah mereka adalah milik almarhum Ayahnya Aldo. Aldo sendiri kini baru tahu kalau putri Pak Andreas yang seumuran dengannya tak lain dan tak bukan adalah Naomi, pacarnya di kehidupan nyata. Dulu disaat Aldo dan Naomi berusia 3 tahun, kedua Ayah mereka sering membicarakan mengenai sebuah ‘angan-angan’ di kantor perusahaan Ayahnya Aldo. Kebetulan Pak Andreas adalah salah satu manager di perusahaan itu, dan sahabat semasa kuliahnya. Angan-angan mereka adalah agar anak mereka yang seumuran dan berbeda jenis kelamin itu bisa satu sekolah nantinya, juga menjadi sepasang kekasih. Kemudian yang paling mereka inginkan untuk terwujud adalah pertunangan antara Aldo dan Naomi di saat mereka lulus kelas 3 SMA.

Aldo memikirkan dalam-dalam, dan langsung menyetujui usul Pak Andreas agar dirinya dan Naomi terikat dalam tali pertunangan, apalagi mereka beda tingkatan kelas dan Aldo tidak ingin Naomi digodain ketika menjadi mahasiswi. Naomi dan Sinka juga menyetujui usul Ayah mereka itu, dan berharap Ibu dan kakak mereka bisa hadir.

Tanggal 24 Mei 2016, acara pertunangan Naomi dan Aldo dilaksanakan di halaman rumahnya Naomi yang seluas setengah lapangan sepakbola. Puluhan saksi datang, diantaranya semua teman sekelas Aldo dan Naomi ketika 10 IPA 5, Anin dan Desy yang diajak Devin, Melody mengundang Ve beserta Rendy, Gre, Violet. Kalvin juga datang bersama Jeje, beberapa teman Aldo di kelas 11 IPA 3 juga datang. Nabilah datang bersama kakaknya Yona, William mengajak pacarnya Noella. Ayana, Shani, dan Yupi juga terlihat datang, begitu juga beberapa murid kelas 11 lainnya, misalnya Andela dan Manda. (Tentu saja Fredi dan Joe tidak diundang)

Aldo berkenalan dengan Ibu dan kakaknya Naomi dan Sinka. Wanita bernama Cynthia Saumi yang merupakan putri sulung Pak Andreas ternyata rindu pada kedua adiknya itu, dan mengucapkan selamat pada pasangan Aldo dan Naomi. Pak Andreas sempat berbicara sebentar dengan mantan istrinya itu, tentu saja untuk berterimakasih karena menghadiri acara itu.

Seperti acara pertunangan pada umumnya, Pak Andreas memberikan pidato singkat lalu Aldo dan Naomi saling memasangkan cincin tunangan di jari manis tangan kanan. Mereka berpelukan sejenak dan disambut tepuk tangan yang meriah dari para hadirin acara itu. Satu persatu mereka mengucapkan selamat pada pasangan itu.

Di bulan Juni, Aldo menghadapi ujian kenaikan kelas tapi tak lupa mengucapkan selamat ulang tahun pada tunangannya itu pada tanggal 4. Selesai masa ujian, seperti biasa adalah masa libur sekolah. Aldo mengisi masa liburnya dengan menelpon tunangannya itu setiap hari, mereka berbicara banyak hal termasuk pelajaran dan olahraga. Kadang-kadang soal musik, atau juga acara-acara televisi.

Melody juga menjalani hubungan yang baik dengan kekasihnya Kalvin, Rendy tidak merasa cemburu sedikitpun karena baru menyadari kalau cintanya hanya ‘sesaat’ pada Melody dalam artian bisa cepat pudar karena sekedar kagum akan kebijakan wanita itu.

Sedangkan Ve kini sering digodain beberapa cowok di kampus, tentu saja tidak ditanggapinya melainkan ‘bodyguard’nya alias Yona yang selalu jalan bersamanya. Ve membantu cara belajar Violet agar bisa dapat hasil yang gemilang di UN.

Indra yang sudah beberapa bulan berpacaran dengan Yupi makin merasa sayang pada gadis berponi itu. Yupi sendiri merasa nyaman dengan ketua kelas 11 IPA 3 itu karena tidak pernah keberatan jika mereka tidak selalu berduaan, tetapi ditemani Ayana, Shani, dan Jeje. Yudha yang berpacaran dengan Marsya juga kadang posisinya seperti itu, ditemani oleh Shania.

Haruka sering main ke rumah Aldo, sepulang kuliah bersama Melody. Ia bercerita banyak hal tentang negara asalnya yaitu Jepang kepada kakak beradik itu.

Murid-murid kelas 10 dan 11 di SMA Velidan 01 dinyatakan semuanya naik tingkatan kelas, meskipun ada puluhan murid diantaranya yang memiliki beberapa nilai merah, contohnya Tejo dan William dari kelas 11 IPA 3. Murid-murid di kelasnya Aldo juga kemudian mengetahui Derry dan Vina yang sudah mulai berpacaran selesai masa ujian.

TO BE CONTINUED...

By: E.D.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Between Dream And Reality, Part 12

GALLANT IMPACT, Chapter 25

GALLANT IMPACT, Chapter 29