Between Dream And Reality, Part 14
Part 14: Absurd riddle
Hilman: Jadi gini Do, kami bisa
bujuk guru-guru kelas 11 dan 12.
Jaka: Biar mereka pelit nilai
terhadap Fredi dan Joe.
Feri: Nah, gue setuju tuh,
apalagi ada beberapa guru yang gak suka tingkahnya mereka berdua.
Aldo: Emangnya mereka bertingkah
apa aja selain tadi?
Marvin: Contoh kecilnya gini Do,
si Fredi setiap kali pelajaran Biologi selalu menguap meskipun tidak mengantuk,
dia sengaja melakukan itu untuk mengganggu guru yang mengajar.
Aldo: Loh? Jadi murid-murid lain
gak protes?
Feri: Asal lu tahu Do, keluarga
mereka berdua bisa dibilang yang paling kaya di sekolah ini, kedua ayah mereka
adalah donatur terbesar. Setiap semester sekolah ini mendapat donasi dari kedua
ayahnya Fredi dan Joe.
Aldo: Oh, jadi kemungkinan mereka
juara OSN karena kekuatan uang?
Marvin: Kayaknya enggak, Do.
Soalnya Fredi kelihatannya beneran encer otaknya, selain pintar Biologi dia
juga sangat menguasai Matematika.
Feri: Kalau si Joe dia unggul
pelajaran Kimia dan Fisika, Biologinya juga diatas rata-rata. Gue lihat dia
setiap kali ujian selalu paling cepat selesainya dan langsung tiduran
setelahnya.
Jaka: Jadi gimana, Do? Mau kami
bujuk guru-guru biar pelit nilai pada mereka berdua?
Aldo: Ah, gak usah deh. Gue juga akan
belajar lebih rajin agar bisa menang, dan sebenarnya...
Hilman: Apaan Do?
Aldo: Cara lu gak kreatif banget,
Man.
Hilman: Yeeey, yang penting lu
bisa menang kan?
Aldo: Iya tapi itu sih sama aja
curang.
Feri: Oh iya, Do, gue juga mau
bilang kalau si Joe sering sengaja ngasih contekan pada teman-teman sekelas,
maksudnya tentu aja untuk meremehkan apalagi kalau melihat ada yang wajahnya
frustasi, pasti dikasih duluan.
Aldo: Wow, jadi guru tahu gak?
Feri: Iya tentu aja ketika guru
gak memperhatikan sekeliling kelas.
Aldo: Jadi gimana reaksi orang
yang dikasih contekan?
Feri: Ada yang senang, ada yang
merasa tersinggung tapi juga nerima aja, terus ada juga yang sengaja pindah
duduk dengan dia agar ujian berikutnya dibantu.
Aldo: Hmm, oh iya kalian jangan
beritahu siapa-siapa soal ini ya? Agar tidak terjadi kehebohan nanti.
Feri: Tenang aja Do, gue bisa
jaga rahasia, begitu juga adik gue.
Aldo: Hah? Adik elu siapa?
Marvin: Maksudnya bang Feri itu
gue, Do.
Aldo: Eh? Kalian saudaraan
rupanya?
Jaka: Yaelah Do, dari tadi lu gak
sadar kalau mereka mirip?
Hilman: Ckckck Do, gue dan Jaka
aja udah mengira itu daritadi, lu baru sadar.
Aldo: Oh gitu, hehehehe, gue kan
rabun.
Jaka: Rabun darimana, wong deket
gini kok.
Hilman: Lagian sejak kapan lu rabun,
Do? Emangnya beneran elu rabun sekarang?
Aldo: Gue rabun karena ngelihat
Manda, hehehe. Alias rabun cintaaa.
Frieska lalu mencubit lengan Aldo
bertubi-tubi, mereka semua menertawainya.
Aldo: Aduh, dedek Mpris, kan cuma
bercanda.
Frieska: Dasar, kak Aldo udah
punya pacar masih aja begini. Aku laporin kak Naomi loh.
Aldo: Eh, jangan dong. Please,
jangan ya.
Jaka: Hahah, parah lu Do,
kebiasaan kumat terus.
Hilman: Iya, kalau Naomi tahu
gimana ya?
Aldo: Aduh, please dong Man, tadi
gue cuma bercanda, jangan beritahu Naomi ya.
Jaka: Kami gak akan beritahu
Naomi asalkan...
Hilman: Lu bayarin makanan gue
dan Jaka, oke?
Aldo: Ckck, oke deh. Oh iya,
dedek Mpris, tolong ya jangan beritahu Naomi.
Frieska: Hihi, iya deh. Makanya
jangan dibiasain, kak Aldo udah punya pacar masih aja menggombal ke cewek lain.
Setelah itu, Feri dan Marvin
duluan ke kelas mereka masing-masing, sedangkan Aldo membayar makanan
pesanannya beserta Jaka dan Hilman. Frieska kemudian minta ditemani Aldo
kembali ke kelasnya, karena takut akan berpapasan dengan Fredi. Begitu juga
Manda dan Andela yang meminta Jaka dan Hilman menemani mereka. Aldo digandeng
Frieska, sedangkan Manda dan Andela tidak bergandengan dengan Jaka dan Hilman.
Sehabis mengantar 3 gadis itu,
Jaka dan Hilman menahan Aldo kembali ke kelas 11 IPA 3.
Aldo: Ada apa Jak, Man?
Hilman: Do, tadi kami gak
digandeng oleh 2 cewek itu.
Jaka: Iya nih Do, lu mah enak
bisa gandengan dengan cewek lain, tapi gue dan Hilman malah gak dikasih
kesempatan gandeng tuh 2 cewek.
Aldo: Hahaha, kalian kan bisa
pura-pura gak sengaja gandeng mereka.
Hilman: Mana bisa, Do, mereka aja
selalu ngalihin perhatian kami dengan mengobrol.
Jaka: Iya Do, kami gak bisa fokus
untuk coba gandeng mereka kalau diajak ngobrol.
Aldo: Hmm, lagian lu kan punya
pacar, Man. Gue aduin ke Yuli loh.
Hilman: Eh, jangan dong Do, gue
kan gak serius mau gandeng cewek lain.
Jaka: Hahahaha, kalau gue jomblo
jadi bebas mau gandeng cewek mana aja yang jomblo.
Aldo: Tapi kayaknya tadi gue
lihat sih tatapan Manda ke elu beda deh Jak.
Jaka: Beda gimana, Do? Dia
terpukau dengan kegantengan gue?
Aldo: Enggak, gue rasa sih
ekspresi dia agak takut juga, kan elu mukanya mesum, heheh.
Jaka menyentil telinga kiri Aldo,
Hilman juga tertawa mendengar omongan Aldo barusan.
Jaka: Sialan lu Do, oh iya gue
boleh gak salaman dengan elu Do?
Aldo: Emang buat apaan Jak?
Jaka: Soalnya kan tadi tangan elu
gandengan dengan Frieska, jadi kalau gue salaman dengan elu otomatis gue
seolah-olah megang tangan Frieska tadi, hehehe.
Aldo: Ih, ogah, mending lu
cepetan cari pacar deh Jak, daripada jomblo terus nanti malah jadi ‘belok’.
Jaka: Hahaha, gue cuma bercanda,
Do. Lagian juga lebih enak salaman langsung dengan orangnya kan, ehehe.
Aldo memasang muka masam pada
Jaka, sedangkan Jaka dan Hilman cengengesan.
Aldo: Enak aja, menurut gue lu
gak cocok dengan Frieska, Jak.
Jaka: Loh, kenapa Do?
Aldo: Soalnya lu lebih cocok
dengan Lidya, Jak.
Jaka: Hmm, kenapa jadi bawa-bawa
Lidya?
Hilman: Nah, mungkin aja bener
Jak, gue lihat-lihat sih Lidya kadang suka curi-curi pandang ke elu Jak.
Jaka: Hah? Yang bener nih, Man?
Hilman: Iya, gue beberapa kali
lihat sih begitu, elu aja yang gak sadar.
Aldo: Kalau lu suka pada Lidya,
kita-kita bisa bantu, Jak.
Jaka: Oh... Nanti gue pikirin
dulu, deh. Kalau gue udah mulai suka pada Lidya, kalian mau bantu kan?
Hilman: Pasti Jak, kita minta
bantuan Devin juga.
Aldo: Nah, gue setuju tuh, tenang
aja Jak. Pasti kami bantu.
Jaka: Oke, thanks ya Do, Man.
Aldo segera kembali ke kelas 11
IPA 3, begitu juga Jaka dan Hilman yang kembali ke kelas 12 IPA 5 di lantai
atasnya.
Sepulang sekolah, Aldo langsung
mulai belajar 1 mata pelajaran di kamarnya sehabis makan siang. Sementara
Melody menonton TV, dan tak lama berselang bel rumah berbunyi. Melody segera
membukakan pintu, ternyata yang datang adalah Ve yang mengajak Violet dan
Rendy. Rendy terpukau saat melihat Melody.
Melody: Eh, Ve rupanya, kamu
ngajak siapa?
Ve: Kak Melody, aku ngajak adik
aku Violet dan abangku kak Rendy untuk mampir. Kami gak ganggu kan?
Melody: Hihi, enggak dong, aku
malah seneng kalau ada tamu.
Violet: Kak Rendy kenapa?
Rendy tersadar dari lamuannya, Ve
dan Melody juga menatap heran padanya.
Rendy: Eh, enggak apa-apa kok.
Melody: Hmm, ayo silahkan masuk.
Mereka pun masuk ke dalam dan
mengobrol di ruang tamu. Veranda memperkenalkan adik bungsunya pada Melody,
begitu juga abangnya Rendy yang agak gugup sejak tadi melihat Melody. Ve dan
Violet mulai heran dengan sikap Rendy.
Rendy: Oh iya, Mel. Aldo dimana?
Melody: Aldo di kamarnya, lantai
atas. Kamu ke sana aja, Rendy. Sepertinya dia sedang main game.
Rendy segera menuju lantai atas
sementara Ve mengobrol dengan Melody dan Violet.
Pintu kamar Aldo diketuk, lalu
Aldo terkejut saat melihat siapa yang ada di hadapannya sekarang.
Aldo: Eh, kak Rendy, kok bisa ada
disini? Kapan datangnya?
Rendy: Gue belum lama kok Do,
tadi Ve yang ngajak gue dan Violet. Mereka sedang ngobrol dengan kakak elu di
bawah.
Aldo: Oh, silahkan masuk Kak.
Rendy pun mengikuti Aldo masuk ke
dalam, dan ia heran melihat ada buku biologi terbuka di meja belajarnya Aldo.
Rendy: Do, lu besok ujian ya?
Aldo: Enggak kok Kak, cuma lagi
pengen belajar aja, sebagai persiapan. Ngomong-ngomong gimana kak Ve sikapnya
pada Violet?
Rendy: Ve sekarang baik dengan
Violet, ia sudah menyayangi Violet sebagai adik. Gue seneng banget Ve bisa
merubah sikapnya pada adik bungsu gue.
Aldo: Oh, baguslah, berarti kak
Ve menuruti saran dari kakak gue, kak Melody.
Rendy: Hah? Saran apaan, Do?
Aldo: Jadi gini, kak Rendy. Bulan
Januari lalu kak Ve pernah datang kesini, mau curhat pada kak Melody.
Rendy: Hmm, terus-terus?
Aldo: Waktu itu kak Ve cerita
kalau dia bingung kenapa keadaannya jadi begini, yaitu Violet dan Gre rupanya
punya hubungan darah dengannya. Sebelum dia tahu Gre adalah juga adiknya, kak
Ve udah menyayanginya, jadi kak Ve merasa bersalah pada Violet, ia minta saran
dari kak Melody mengenai gimana sikapnya pada Violet.
Rendy: Jadi kakak lu bilang apa?
Aldo: Kakak gue menyarankan kak
Ve agar belajar menyayangi Violet, soalnya kan kasihan dia sudah yatim piatu.
Rendy: Hmm, begitu ya. Gue lihat
Ve sudah mulai menyayangi Violet sejak akhir bulan Januari lalu. Dia sendiri
yang meminta untuk ngantar jemput Vio sejak itu, menggantikan gue yang biasanya
ngantar jemput Vio.
Aldo: Mungkin kak Ve mau lebih
dekat dengan Violet, untuk memberi kasih sayang pada Vio. Jadi Gre juga udah
tahu Violet adalah adiknya?
Rendy: Iya, Do. Waktu itu pada
hari Minggu gue seperti biasa ingin pergi ke rumah Vio, tapi ternyata udah
keduluan oleh Ve. Gue nguping ketika Ve meminta maaf pada Vio, dan berjanji
akan menyayangi Vio. Lalu siang harinya gue dan Ve mengajak Vio ke rumahnya
Gre. Terus Vio juga diperbolehkan ayahnya Gre untuk dianggap ayahnya juga.
Aldo: Hmm, jadi mereka rukun
dong?
Rendy: Haha, bener. Gue bahagia
banget dengan keluarga gue sekarang, 3 adik perempuan yang saling menyayangi.
Kakak lu hebat, ya Do. Memangnya Ve kenal dekat dengan Melody?
Aldo: Ya gitu deh, kakak gue
emang selalu bijak makanya kak Ve menyetujui saran itu, tapi mungkin ayahnya
Gre juga berjasa dalam merubah sikap kak Ve pada Violet. Kak Ve dulu sering
makan bareng dengan kak Melody di kantin SMA Velidan 01, dari situ mungkin
mereka jadi akrab.
Rendy: Oh pantesan, btw gue mau
minta tolong dong.
Aldo: Minta tolong apa, kak
Rendy?
Rendy: Gini, nanti ketika Violet
kelas 1 SMA dia akan pindah ke SMA Velidan 01, sekarang sih dia kelas 3 SMP di
sekolah Velidan 02, jadi gue minta lu jagain dia dari godaan cowok-cowok di
sekolah. Lu tahu kan adik bungsu gue itu cantik, jadi gue takut dia digodain
terus.
Aldo: Oh, oke-oke, beres itu.
Mereka berdua lalu mengobrol hal
lain, dan Aldo mengajak Rendy main PS, game yang mereka mainkan semacam
perang-perangan.
~------------------------0O0------------------------~
Di malam itu, ketika sedang
menonton TV bersama kakaknya, tiba-tiba Aldo ditanyai saat jeda iklan.
Melody: Dek, kamu katanya mau
Kakak pacaran dulu, kok kamu malah pacaran dengan Naomi lebih dulu?
Aldo: Eh... Itu... Emm....
Melody: Hihihi, Kakak bercanda
dek. Kamu gak usah bingung gitu.
Aldo cengengesan, dan ia berpikir
untuk sebisa mungkin secepatnya membujuk Kalvin agar mengungkapkan perasaannya
pada Melody. Mereka kembali menonton film karena jeda iklan sudah habis.
Sebelum tidur, Aldo menyempatkan
mengucapkan ‘Good Night’ seperti biasa pada Naomi lewat pesan LINE.
Aldo’s dream
start...
Sesampainya di kelas, Shania
kembali bersandar pada Aldo yang baru datang.
Shania: Darling, kamu tadi
kemana?
Aldo: Ke kantin, Nia. Aku ketemu
Frieska dan 2 temannya untuk nanyain sesuatu.
Shania: Memangnya kamu nanya apa?
Aldo: Aku cuma mau nanya sih soal
Fredi dan Joe.
Shania: Dua cowok yang tadi duduk
semeja dengan kita?
Aldo: Nah, kamu bener. Tadi kamu
gak denger ya waktu Fredi bilang padaku ‘Bro, cewek lu cantik juga nih, boleh
dong buat gue’
Shania: Enggak darling, aku tadi
habis kenalan dengan mereka kan ngantuk banget jadi langsung ketiduran. Jadi
kamu gimana tadi?
Aldo: Ya aku marahlah, aku
pelototin dia terus dia bilang cuma bercanda. Enak aja dia mau rebut cewek
orang.
Shania: Terus yang satu lagi
ngomong apa?
Aldo: Maksud kamu Joe?
Shania: Iya, dia ngomong apa
tadi?
Aldo: Dia gak ngomong apa-apa,
cuma bilang agar aku maafin ‘adik dia’ Fredi. Mereka rupanya tetanggaan, jadi
akrabnya kayak saudara.
Kemudian Aldo menanyakan kabar
anjing coklat ‘Aldo junior’ pada pacarnya, Shania dengan senang hati
menceritakan mengenai anjing itu yang mulai tumbuh dewasa.
Sepulang sekolah, Aldo mengantar
Shania pulang seperti biasa, di depan pintu rumah itu mereka berciuman.
Aldo’s dream end.
Aldo terbangun oleh suara alarm
smartphone-nya.
Aldo: Ah, ganggu aja, baru aja
ciuman juga.
Setelah bergumam, Aldo mulai
bersiap untuk pergi ke sekolah.
Hari Rabu pagi, waktu istirahat
pertama kantin sangat padat. Aldo yang datang ke sana hanya untuk mengawasi
keberadaan Fredi dan Joe kemudian mendatangi sebuah meja dimana Dhike dan
Ghaida sedang makan.
Aldo: Dhike, Ghaida, aku boleh
gabung kan?
Kedua gadis itu mengangguk, Aldo
duduk berhadapan dengan mereka yang melanjutkan makan. Aldo celingak-celingukan
mencari sosok Fredi dan Joe, tapi susah menemukannya karena padatnya kantin.
Dhike dan Ghaida yang selesai makan pun heran melihat sikap Aldo.
Dhike: Aldo, kamu cari siapa?
Ghaida: Kamu cari seseorang ya,
Aldo?
Aldo segera menghentikan
aktivitas celingak-celingukan.
Aldo: Eh, bukan kok, cuma heran
aja ini kantin atau pasar, soalnya berisik hehehe.
Ghaida: Hmm, yakin nih kamu gak
cari siapa-siapa?
Dhike: Mungkin kamu cari Naomi
ya?
Aldo: Loh, kok jadi Naomi?
Ghaida: Haha, kamu gak perlu
menutupi lagi, Aldo. Kami tahu kok kalau kamu udah jadian dengan Naomi.
Dhike: Iya, Aldo. Kami ucapkan
selamat ya, semoga awet hubunganmu dengan Naomi.
Aldo: Hehe, thanks ya Dhike,
Ghaida. Kalian tahu darimana? Naomi memberitahu kalian?
Dhike: Bukan kok Aldo.
Ghaida: Kami tahu dari postingan
terbaru grup facebook kelas 12 IPA 5.
Aldo: Memangnya postingannya apa?
Dhike: Deskripsi postingan itu
ada hashtag #Akhirnya_jadian_juga_DO-MI, hihi.
Ghaida: Dan ada foto kamu lagi menyuapi
bakso pada Naomi, hihihi.
Aldo: Oh, pantes hahaha. Pasti
ini kerjaannya Devin.
Aldo lalu menanyakan keadaan
kelas Dhike dan Ghaida, mereka menjawab ‘masih sering paduan suara’. Tak lama
berselang, Dhike dan Ghaida duluan ke kelas mereka sementara Aldo kembali
celingak-celingukan saat kantin mulai berkurang kepadatannya. Tetap saja ia
tidak bisa menemukan sosok Fredi dan Joe, sepertinya mereka berdua tidak ke
kantin.
~------------------------0O0------------------------~
Dua jam pelajaran terakhir di
kelas 11 IPA 3, adalah pelajaran olahraga. Guru olahraga datang ke kelas 11 IPA
3 dan melihat para murid yang sudah berpakaian olahraga, ia pun memberitahu
olahraga apa yang akan dilakukan hari ini.
Guru olahraga sudah mengajak para
murid kelas 11 IPA 3 ke lapangan yang terik mataharinya mulai terasa. Kini para
siswa kelas itu baru saja selesai melakukan dribbling bola basket yang diminta
guru tersebut. Mereka beristirahat sambil duduk di lapangan itu dan mulai
mengobrol. Guru itu tengah memanggil satu persatu siswi untuk melakukan
dribbling bola basket. Para siswa melihat siswi-siswi itu yang tidak mahir
melakukan dribbling, mereka pun mulai membicarakannya.
William: Guys, kalian tahu gak
kenapa para cewek kesulitan dribbling?
Derry: William, sudah pasti dong
cewek kebanyakan tidak mahir.
Yudha: Betul tuh, apalagi
penyebabnya coba?
William: Bukan begitu, kalian
salah.
Tejo: Emang lu tahu, Wil?
William: Jelas tahu dong gue,
kalau gue gak tahu gak akan gue bicarakan soal ini.
Heru: Palingan lu tahu karena lu
punya cewek.
Bagus: Emang apa hubungannya,
Her?
Derry: Gak usah ditanya deh Gus,
sudah pasti gak ada hubungannya, Heru mengada-ada.
Indra(berbisik pada Aldo): Do, lu
tahu gak apa maksudnya William?
Aldo(suara pelan): Gue tahu sih,
tapi males bilangnya, nanti lu denger aja deh bentar lagi si William ngomong
apa selanjutnya.
William: Aldo, lu tahu gak yang
gue maksud? Lu kan punya cewek.
Aldo hanya menggeleng, Indra
makin penasaran begitu juga Derry dan Bagus. Para siswa itu masih melihat siswi
kelas itu bergantian dribbling keliling lapangan.
William: Jadi guys... ada alasan
kuat kenapa para cewek gak jago dribbling.
Tejo: Udah, jangan berbelit-belit
Wil, gue bisa mati penasaran nih.
Derry: Kayak teka-teki aja
omongan lu Wil.
William: Hehehe, harus dong.
Gimana, Dra? Lu sebagai ketua kelas silahkan beritahu yang gue maksud.
Indra: Kampret, gue aja gak
ngerti yang lu omongin. Buruan lu bilang aja deh, gue gak suka teka-teki.
William: Gini ya guys... alasan
kuat itu adalah...
Para siswa kelas 11 IPA 3
menunggu perkataan William yang selanjutnya, kecuali Aldo dan Heru.
William: Simple sih, para cewek
gak mahir dribbling bola basket karena mereka terbebani.
Derry: Terbebani apaan sih, Wil?
Bola basket kan emang besar tapi gak berat-berat amat deh.
William: Maksud gue bukan
terbebani bola basketnya saja.
Bagus: Cepetan bilang Wil, gue
pengen tahu jawaban dari teka-teki ini!
William tertawa puas mendengar
perkataan Bagus barusan, dan kembali bicara.
William: Jadi guys, para cewek
terbebani 3 bola, salah satunya bola basket. Makanya dribbling mereka kacau.
Para siswa kelas 11 IPA 3 yang
dari tadi mengamati siswi-siswi men-dribbling bola basket bergantian pun tahu
memang tidak ada satupun dribbling yang bagus dan lancar. Mereka semua kecuali
Aldo, Heru, dan William nampak berpikir mengenai maksud William barusan.
Setelah itu mereka tahu dan serempak berkata “OHHH...” lalu satu persatu
menoyor kepala William yang cengengesan. Aldo dan Heru tidak ikut menoyor,
mereka hanya menggeleng-geleng karena sudah tahu maksud William sejak tadi ia
mulai ‘berteka-teki’.
Bagus: Sueeehhh.... Gue kira
apaan, rupanya ‘itu’.
Derry: Iya nih monyong yang satu
ini, udah punya cewek masih aja berpikiran ngeres.
William: Emangnya kalau punya
cewek gak boleh seperti itu? Suka-suka gue dong.
Tejo: Sialan, gue kira teka-teki
beneran.
Indra: Hahahaha kampret, ‘itu’
sih gak usah dibilang keles.
Yudha: Emangnya kalau ukuran
‘itu’ kecil masih terbebani ya para cewek?
Para siswa kelas 11 IPA 3 menoyor
pelan kepala Yudha, kecuali Aldo, Heru, dan William.
Yudha: Eh, kenapa sih ini, kok
gue juga kena?
Derry: Lu gak usah nanya itu,
jelas-jelas ‘itu’ gak ada hubungannya dengan dribbling para cewek yang kacau.
Bagus: Lu jangan ikutan omongan
nyeleneh-nya William, Yud. Bahaya lu nanti ketularan sifat dia.
William: Hehehe, payah kalian
semua, Aldo dan Heru aja bisa tahu, masa kalian gak tahu.
Heru: Gue dan Aldo tahu karena
sifat elu udah biasa, gak heran lagi deh.
Aldo: Iya, William kan udah biasa
gini, ahahaha.
Derry: Apalagi koleksi bokepnya
banyak, hahaha.
Para siswa itu menertawai William
yang bersungut-sungut mendengar perkataan Derry. Mereka kembali melihat para
siswi yang dribbling bola basket, terlihat oleh mereka kalau guru olahraga menggeleng-geleng
karena kacaunya dribbling dari para siswi, padahal tadi guru itu sengaja
menyuruh para siswa semuanya dribbling duluan agar para siswi bisa meniru
mahirnya dribbling para siswa, terutama Derry, Aldo, dan Indra.
Jam pelajaran olahraga berakhir,
para siswa-siswi kelas 11 IPA 3 segera berganti ke seragam sekolah dan masuk ke
kelas lagi dimana guru olahraga sudah menunggu. Ia memberitahu nilai dribbling
para siswa-siswi kelas itu, yang tertinggi adalah Derry disusul Aldo dan Indra.
Sedangkan yang siswi dribbling-nya lumayan adalah Jeje, Sinka, dan Nabilah.
Jam pulang sekolah pun tiba
setelahnya, Aldo mengantar Frieska pulang karena Ibunya tidak bisa menjemput.
~------------------------0O0------------------------~
Sore hari di kediaman Ayana,
terlihat gadis itu sedang menonton drama korea bersama Shani dan Yupi. Setelah
selesai menonton beberapa episode, mereka pun mengobrol.
Shani: Ayana, kamu kepikiran
untuk cari pacar gak?
Ayana: Hmm.. aku sih belum
tertarik dengan cinta-cintaan, tapi kayaknya Yupi udah deh.
Yupi: Ih, kok aku sih, enggak
kok.
Ayana: Hehe, kamu gak usah
malu-malu Yup, kan tiap istirahat ada cowok kelas lain yang diam-diam merhatiin
kamu.
Shani: Emang siapa, Ay?
Ayana: Itu loh Shani, cowok dari
kelas sepupunya Frieska.
Shani: Sepupunya Frieska? Siapa?
Yupi: Ih, Shani pikun deh, kan
kita pernah ke rumahnya Aldo, sepupunya Frieska.
Shani: Oh iya, hihi, jadi cowok
yang merhatiin kamu itu Aldo ya Yup?
Yupi: Bukan, tapi temannya Aldo
yang waktu itu pernah tabrakan dengan aku.
Shani: Oh yang itu, siapa
namanya?
Ayana: Kalau gak salah ya,
Frieska pernah bilang namanya Indra, dia ketua kelas 11 IPA 3.
Yupi: Jadi gimana, Shani? Kamu
mau gak dengan Indra?
Shani: Iss, kok jadi aku, kan
kamu yang diperhatiin dia.
Yupi: Hihihi, aku sih mau-mau aja
asalkan orangnya gak mesum.
Ayana: Makanya kenal lebih dekat
dong dengan dia, biar tahu Indra orangnya mesum atau enggak.
Yupi: Gimana mau kenal lebih
dekat, dia aja kayak stalker sikapnya
ke aku, membuntuti diam-diam meskipun aku sebenarnya tahu.
Shani: Yaudah, kamu ajak kenalan
aja dengan dia.
Yupi: Ih, kok aku sih yang ngajak
kenalan? Harusnya dia dong yang begitu.
Ayana: Cieee... Yupi ngarap
kenalan nih?
Yupi: Apaan sih, enggak. Biasa
aja.
Ayana dan Shani terus menggodai
Yupi yang mulai malu-malu. Sementara di rumahnya Aldo, Indra tiba-tiba bersin
dan mengagetkan semua yang ada di sana, terutama Derry yang duduk paling dekat
dengannya. Saat itu Yudha, Bagus, Derry, dan Indra sedang mampir ke rumah Aldo.
Derry: Busset, bikin gue
jantungan aja lu Dra.
Yudha: Iya nih, bersin kok
kenceng banget suaranya.
Bagus: Lu lagi flu ya Dra?
Makanya jangan tidur larut, apalagi sok-sokan mau pakai ‘AC alam’ dengan tidak
menutup jendela di malam hari.
Indra: Enggak, gue gak lagi flu
kok, tadi tiba-tiba aja mau bersin. Maaf ya guys.
Aldo lalu memberikan kotak tisu
untuk Indra, setelah mengambil beberapa lembar tisu Indra mulai mengelap
bersinnya yang cukup banyak, untungnya tidak berceceran ke mana-mana, cuma di
sekitar pipi sampai dagunya.
Malam itu Aldo mengajak keempat
temannya itu untuk makan malam bersama, lalu setelah makan malam selesai maka
Yudha, Indra, Derry, dan Bagus pulang. Aldo seperti biasa menemani Melody
menonton TV di malam hari, sambil chatting dengan Naomi juga.
Hari Kamis tiba, Aldo hampir
telat ke sekolah. Ia ngos-ngosan saat sampai di bangkunya, guru yang mengajar
jam pelajaran pertama belum datang.
Nabilah: Tumben lu telat, curut.
Aldo: Enak aja, gue sampai di
dalam kelas satu detik sebelum bel bunyi, jadi gak telat dong.
Heru: Sayang, Aldo kan gak telat.
Aldo: Hah? Lu udah jadian dengan
Nabilah, Her?
Sonya: Beneran itu Bil?
Nabilah langsung mencubiti lengan
Heru bertubi-tubi, Aldo dan Sonya menertawainya.
Aldo: Hehehe, kok pacar sendiri
dicubitin sih Bil?
Nabilah: Enak aja, dia bukan
pacar gue kok, kapan jadiannya coba.
Heru: Ampun Bil, gue cuma
bercanda.
Sonya: Hihi, jadi kalian gak
pacaran ya?
Nabilah: Ya enggaklah, Panda, ini
tikus got asal jeplak aja.
Kemudian Nabilah berhenti
mencubiti Heru saat Heru membuat tanda ‘V’ dengan kedua tangannya.
Nabilah: Awas ya lu, tikus got!
Jangan ngaku-ngaku jadi pacar gue lagi!
Aldo: Haha, parah lu Her, nembak
dulu dong baru bisa pacaran.
Nabilah: Diem lu curut, gue ogah
jadi pacarnya tikus got ini.
Aldo: Sensian amat Bil, PMS ya?
Nabilah: Bodo amat!
Sonya: Udah-udah, tuh lihat guru
di ambang pintu.
Kemudian guru masuk ke dalam
kelas itu, dan mereka memulai jam pelajaran pertama.
Waktu istirahat pertama digunakan
Aldo untuk memantau keberadaan Fredi dan Joe, agar mereka tidak berbuat semau
mereka. Tapi saat sampai di keramaian kantin, Aldo melihat ada seorang siswi
yang diganggui ketika makan. Siswi itu duduk diapit Fredi dan Joe yang bicara
kepadanya, mungkin untuk menggodanya. Aldo segera menghampiri meja itu sebelum
Fredi dan Joe berniat mencolek siswi itu.
Aldo: Woi, lu berdua berhenti
deh.
Fredi: Apa urusannya dengan elu,
kampret!
Joe: Iya, lu gak usah jadi
pahlawan kesiangan deh.
Aldo: Ini urusan gue karena cewek
ini adik gue, 2 babi!
Fredi: Adik darimana? Gak ada
kemiripannya lu dengan cewek ini.
Joe: Lu jangan ngaku-ngaku deh,
bangsat!
Aldo: Terserah lu berdua mau
percaya atau enggak, tapi yang jelas cewek yang gue kenal gak boleh diganggu
juga. Kecuali kalian mau pulang dengan tangan patah.
Fredi: Ck, yuk cabut bang Joe.
Joe dan Fredi lalu pergi dari
kantin itu, siswi itu yang sudah menyelesaikan makannya lalu bicara.
Sisca: Kak Aldo, makasih ya udah
ngusir mereka, aku takut banget tadi makanya diam aja.
Aldo: Hmm, kamu kok makan sendiri,
Sisca? Gak bareng teman?
Sisca: Teman-teman aku malas
keluar kelas, kak Aldo.
Aldo: Oh, gimana kalau lain kali
kamu jangan duduk sendiri aja, soalnya ada 2 cowok mesum tadi, kamu gabung aja
di meja lain.
Sisca: Tapi, kak Aldo, aku kan
gak kenal siapapun yang di kantin ini.
Aldo: Tidak apa-apa, kamu gabung
aja daripada diganggu 2 cowok tadi. Contohnya di meja itu.
Aldo menunjuk sebuah meja di
kejauhan yang ada Shani, Yupi, dan Ayana. Sisca menoleh sebentar, lalu kembali
menatap Aldo.
Aldo: Lain kali kamu kalau mau
makan di kantin ajak teman sekelas aja, atau gabung mereka. Bilang aja kalau
aku yang minta. Oke?
Sisca mengangguk, lalu ia pergi
duluan ke kelasnya, Aldo menghampiri meja Ayana, Yupi, dan Shani.
Aldo: Emm, Ayana, boleh minta
tolong?
Ayana: Minta tolong apa, Aldo?
Aldo: Begini, besok-besok kalau
ada siswi yang bernama Sisca gabung duduk bareng kalian, kalian bertiga gak
keberatan kan?
Shani: Emangnya kenapa, Aldo?
Aldo: Gini loh, kalian tahu yang
namanya Fredi dan Joe?
Yupi: Dua cowok yang sombong dan
mesum kan? Kami denger kabar angin sih begitu.
Aldo: Nah, bener Yup, jadi aku
takut Sisca digangguin mereka, tadi aku ngaku Sisca sebagai adikku jadi kalau
mereka tanya kalian, jawab aja benar ya.
Ayana: Kami gak keberatan kok
Aldo, oke deh. Kami juga agak risih melihat 2 cowok itu suka gangguin
cewek-cewek di kantin ini.
Aldo: Kalian pernah digangguin
gak?
Shani: Sejauh ini sih enggak,
soalnya kami sering milih duduk di pojokan. Ini juga tadi kami mau duduk di
pojokan, tapi keduluan.
Aldo: Oke, itu aja, thanks ya,
kalau mereka ganggu kalian bilang aja kalian sepupu aku, hehehe.
Ketiga gadis itu tertawa ringan,
kemudian pergi ke kelas duluan. Aldo duduk di salah satu kursi yang ada di meja
itu. Ia nampak memikirkan sesuatu.
TO BE CONTINUED...
By: E.D.
Komentar
Posting Komentar