Between Dream And Reality, Part 14

Part 14: Absurd riddle

Hilman: Jadi gini Do, kami bisa bujuk guru-guru kelas 11 dan 12.

Jaka: Biar mereka pelit nilai terhadap Fredi dan Joe.

Feri: Nah, gue setuju tuh, apalagi ada beberapa guru yang gak suka tingkahnya mereka berdua.

Aldo: Emangnya mereka bertingkah apa aja selain tadi?

Marvin: Contoh kecilnya gini Do, si Fredi setiap kali pelajaran Biologi selalu menguap meskipun tidak mengantuk, dia sengaja melakukan itu untuk mengganggu guru yang mengajar.

Aldo: Loh? Jadi murid-murid lain gak protes?

Feri: Asal lu tahu Do, keluarga mereka berdua bisa dibilang yang paling kaya di sekolah ini, kedua ayah mereka adalah donatur terbesar. Setiap semester sekolah ini mendapat donasi dari kedua ayahnya Fredi dan Joe.

Aldo: Oh, jadi kemungkinan mereka juara OSN karena kekuatan uang?

Marvin: Kayaknya enggak, Do. Soalnya Fredi kelihatannya beneran encer otaknya, selain pintar Biologi dia juga sangat menguasai Matematika.

Feri: Kalau si Joe dia unggul pelajaran Kimia dan Fisika, Biologinya juga diatas rata-rata. Gue lihat dia setiap kali ujian selalu paling cepat selesainya dan langsung tiduran setelahnya.

Jaka: Jadi gimana, Do? Mau kami bujuk guru-guru biar pelit nilai pada mereka berdua?

Aldo: Ah, gak usah deh. Gue juga akan belajar lebih rajin agar bisa menang, dan sebenarnya...

Hilman: Apaan Do?

Aldo: Cara lu gak kreatif banget, Man.

Hilman: Yeeey, yang penting lu bisa menang kan?

Aldo: Iya tapi itu sih sama aja curang.

Feri: Oh iya, Do, gue juga mau bilang kalau si Joe sering sengaja ngasih contekan pada teman-teman sekelas, maksudnya tentu aja untuk meremehkan apalagi kalau melihat ada yang wajahnya frustasi, pasti dikasih duluan.

Aldo: Wow, jadi guru tahu gak?

Feri: Iya tentu aja ketika guru gak memperhatikan sekeliling kelas.

Aldo: Jadi gimana reaksi orang yang dikasih contekan?

Feri: Ada yang senang, ada yang merasa tersinggung tapi juga nerima aja, terus ada juga yang sengaja pindah duduk dengan dia agar ujian berikutnya dibantu.

Aldo: Hmm, oh iya kalian jangan beritahu siapa-siapa soal ini ya? Agar tidak terjadi kehebohan nanti.

Feri: Tenang aja Do, gue bisa jaga rahasia, begitu juga adik gue.

Aldo: Hah? Adik elu siapa?

Marvin: Maksudnya bang Feri itu gue, Do.

Aldo: Eh? Kalian saudaraan rupanya?

Jaka: Yaelah Do, dari tadi lu gak sadar kalau mereka mirip?

Hilman: Ckckck Do, gue dan Jaka aja udah mengira itu daritadi, lu baru sadar.

Aldo: Oh gitu, hehehehe, gue kan rabun.

Jaka: Rabun darimana, wong deket gini kok.

Hilman: Lagian sejak kapan lu rabun, Do? Emangnya beneran elu rabun sekarang?

Aldo: Gue rabun karena ngelihat Manda, hehehe. Alias rabun cintaaa.

Frieska lalu mencubit lengan Aldo bertubi-tubi, mereka semua menertawainya.

Aldo: Aduh, dedek Mpris, kan cuma bercanda.

Frieska: Dasar, kak Aldo udah punya pacar masih aja begini. Aku laporin kak Naomi loh.

Aldo: Eh, jangan dong. Please, jangan ya.

Jaka: Hahah, parah lu Do, kebiasaan kumat terus.

Hilman: Iya, kalau Naomi tahu gimana ya?

Aldo: Aduh, please dong Man, tadi gue cuma bercanda, jangan beritahu Naomi ya.

Jaka: Kami gak akan beritahu Naomi asalkan...

Hilman: Lu bayarin makanan gue dan Jaka, oke?

Aldo: Ckck, oke deh. Oh iya, dedek Mpris, tolong ya jangan beritahu Naomi.

Frieska: Hihi, iya deh. Makanya jangan dibiasain, kak Aldo udah punya pacar masih aja menggombal ke cewek lain.

Setelah itu, Feri dan Marvin duluan ke kelas mereka masing-masing, sedangkan Aldo membayar makanan pesanannya beserta Jaka dan Hilman. Frieska kemudian minta ditemani Aldo kembali ke kelasnya, karena takut akan berpapasan dengan Fredi. Begitu juga Manda dan Andela yang meminta Jaka dan Hilman menemani mereka. Aldo digandeng Frieska, sedangkan Manda dan Andela tidak bergandengan dengan Jaka dan Hilman.

Sehabis mengantar 3 gadis itu, Jaka dan Hilman menahan Aldo kembali ke kelas 11 IPA 3.

Aldo: Ada apa Jak, Man?

Hilman: Do, tadi kami gak digandeng oleh 2 cewek itu.

Jaka: Iya nih Do, lu mah enak bisa gandengan dengan cewek lain, tapi gue dan Hilman malah gak dikasih kesempatan gandeng tuh 2 cewek.

Aldo: Hahaha, kalian kan bisa pura-pura gak sengaja gandeng mereka.

Hilman: Mana bisa, Do, mereka aja selalu ngalihin perhatian kami dengan mengobrol.

Jaka: Iya Do, kami gak bisa fokus untuk coba gandeng mereka kalau diajak ngobrol.

Aldo: Hmm, lagian lu kan punya pacar, Man. Gue aduin ke Yuli loh.

Hilman: Eh, jangan dong Do, gue kan gak serius mau gandeng cewek lain.

Jaka: Hahahaha, kalau gue jomblo jadi bebas mau gandeng cewek mana aja yang jomblo.

Aldo: Tapi kayaknya tadi gue lihat sih tatapan Manda ke elu beda deh Jak.

Jaka: Beda gimana, Do? Dia terpukau dengan kegantengan gue?

Aldo: Enggak, gue rasa sih ekspresi dia agak takut juga, kan elu mukanya mesum, heheh.

Jaka menyentil telinga kiri Aldo, Hilman juga tertawa mendengar omongan Aldo barusan.

Jaka: Sialan lu Do, oh iya gue boleh gak salaman dengan elu Do?

Aldo: Emang buat apaan Jak?

Jaka: Soalnya kan tadi tangan elu gandengan dengan Frieska, jadi kalau gue salaman dengan elu otomatis gue seolah-olah megang tangan Frieska tadi, hehehe.

Aldo: Ih, ogah, mending lu cepetan cari pacar deh Jak, daripada jomblo terus nanti malah jadi ‘belok’.

Jaka: Hahaha, gue cuma bercanda, Do. Lagian juga lebih enak salaman langsung dengan orangnya kan, ehehe.

Aldo memasang muka masam pada Jaka, sedangkan Jaka dan Hilman cengengesan.

Aldo: Enak aja, menurut gue lu gak cocok dengan Frieska, Jak.

Jaka: Loh, kenapa Do?

Aldo: Soalnya lu lebih cocok dengan Lidya, Jak.

Jaka: Hmm, kenapa jadi bawa-bawa Lidya?

Hilman: Nah, mungkin aja bener Jak, gue lihat-lihat sih Lidya kadang suka curi-curi pandang ke elu Jak.

Jaka: Hah? Yang bener nih, Man?

Hilman: Iya, gue beberapa kali lihat sih begitu, elu aja yang gak sadar.

Aldo: Kalau lu suka pada Lidya, kita-kita bisa bantu, Jak.

Jaka: Oh... Nanti gue pikirin dulu, deh. Kalau gue udah mulai suka pada Lidya, kalian mau bantu kan?

Hilman: Pasti Jak, kita minta bantuan Devin juga.

Aldo: Nah, gue setuju tuh, tenang aja Jak. Pasti kami bantu.

Jaka: Oke, thanks ya Do, Man.

Aldo segera kembali ke kelas 11 IPA 3, begitu juga Jaka dan Hilman yang kembali ke kelas 12 IPA 5 di lantai atasnya.

Sepulang sekolah, Aldo langsung mulai belajar 1 mata pelajaran di kamarnya sehabis makan siang. Sementara Melody menonton TV, dan tak lama berselang bel rumah berbunyi. Melody segera membukakan pintu, ternyata yang datang adalah Ve yang mengajak Violet dan Rendy. Rendy terpukau saat melihat Melody.

Melody: Eh, Ve rupanya, kamu ngajak siapa?

Ve: Kak Melody, aku ngajak adik aku Violet dan abangku kak Rendy untuk mampir. Kami gak ganggu kan?

Melody: Hihi, enggak dong, aku malah seneng kalau ada tamu.

Violet: Kak Rendy kenapa?

Rendy tersadar dari lamuannya, Ve dan Melody juga menatap heran padanya.

Rendy: Eh, enggak apa-apa kok.

Melody: Hmm, ayo silahkan masuk.

Mereka pun masuk ke dalam dan mengobrol di ruang tamu. Veranda memperkenalkan adik bungsunya pada Melody, begitu juga abangnya Rendy yang agak gugup sejak tadi melihat Melody. Ve dan Violet mulai heran dengan sikap Rendy.

Rendy: Oh iya, Mel. Aldo dimana?

Melody: Aldo di kamarnya, lantai atas. Kamu ke sana aja, Rendy. Sepertinya dia sedang main game.

Rendy segera menuju lantai atas sementara Ve mengobrol dengan Melody dan Violet.

Pintu kamar Aldo diketuk, lalu Aldo terkejut saat melihat siapa yang ada di hadapannya sekarang.

Aldo: Eh, kak Rendy, kok bisa ada disini? Kapan datangnya?

Rendy: Gue belum lama kok Do, tadi Ve yang ngajak gue dan Violet. Mereka sedang ngobrol dengan kakak elu di bawah.

Aldo: Oh, silahkan masuk Kak.

Rendy pun mengikuti Aldo masuk ke dalam, dan ia heran melihat ada buku biologi terbuka di meja belajarnya Aldo.

Rendy: Do, lu besok ujian ya?

Aldo: Enggak kok Kak, cuma lagi pengen belajar aja, sebagai persiapan. Ngomong-ngomong gimana kak Ve sikapnya pada Violet?

Rendy: Ve sekarang baik dengan Violet, ia sudah menyayangi Violet sebagai adik. Gue seneng banget Ve bisa merubah sikapnya pada adik bungsu gue.

Aldo: Oh, baguslah, berarti kak Ve menuruti saran dari kakak gue, kak Melody.

Rendy: Hah? Saran apaan, Do?

Aldo: Jadi gini, kak Rendy. Bulan Januari lalu kak Ve pernah datang kesini, mau curhat pada kak Melody.

Rendy: Hmm, terus-terus?

Aldo: Waktu itu kak Ve cerita kalau dia bingung kenapa keadaannya jadi begini, yaitu Violet dan Gre rupanya punya hubungan darah dengannya. Sebelum dia tahu Gre adalah juga adiknya, kak Ve udah menyayanginya, jadi kak Ve merasa bersalah pada Violet, ia minta saran dari kak Melody mengenai gimana sikapnya pada Violet.

Rendy: Jadi kakak lu bilang apa?

Aldo: Kakak gue menyarankan kak Ve agar belajar menyayangi Violet, soalnya kan kasihan dia sudah yatim piatu.

Rendy: Hmm, begitu ya. Gue lihat Ve sudah mulai menyayangi Violet sejak akhir bulan Januari lalu. Dia sendiri yang meminta untuk ngantar jemput Vio sejak itu, menggantikan gue yang biasanya ngantar jemput Vio.

Aldo: Mungkin kak Ve mau lebih dekat dengan Violet, untuk memberi kasih sayang pada Vio. Jadi Gre juga udah tahu Violet adalah adiknya?

Rendy: Iya, Do. Waktu itu pada hari Minggu gue seperti biasa ingin pergi ke rumah Vio, tapi ternyata udah keduluan oleh Ve. Gue nguping ketika Ve meminta maaf pada Vio, dan berjanji akan menyayangi Vio. Lalu siang harinya gue dan Ve mengajak Vio ke rumahnya Gre. Terus Vio juga diperbolehkan ayahnya Gre untuk dianggap ayahnya juga.

Aldo: Hmm, jadi mereka rukun dong?

Rendy: Haha, bener. Gue bahagia banget dengan keluarga gue sekarang, 3 adik perempuan yang saling menyayangi. Kakak lu hebat, ya Do. Memangnya Ve kenal dekat dengan Melody?

Aldo: Ya gitu deh, kakak gue emang selalu bijak makanya kak Ve menyetujui saran itu, tapi mungkin ayahnya Gre juga berjasa dalam merubah sikap kak Ve pada Violet. Kak Ve dulu sering makan bareng dengan kak Melody di kantin SMA Velidan 01, dari situ mungkin mereka jadi akrab.

Rendy: Oh pantesan, btw gue mau minta tolong dong.

Aldo: Minta tolong apa, kak Rendy?

Rendy: Gini, nanti ketika Violet kelas 1 SMA dia akan pindah ke SMA Velidan 01, sekarang sih dia kelas 3 SMP di sekolah Velidan 02, jadi gue minta lu jagain dia dari godaan cowok-cowok di sekolah. Lu tahu kan adik bungsu gue itu cantik, jadi gue takut dia digodain terus.

Aldo: Oh, oke-oke, beres itu.

Mereka berdua lalu mengobrol hal lain, dan Aldo mengajak Rendy main PS, game yang mereka mainkan semacam perang-perangan.

~------------------------0O0------------------------~

Di malam itu, ketika sedang menonton TV bersama kakaknya, tiba-tiba Aldo ditanyai saat jeda iklan.

Melody: Dek, kamu katanya mau Kakak pacaran dulu, kok kamu malah pacaran dengan Naomi lebih dulu?

Aldo: Eh... Itu... Emm....

Melody: Hihihi, Kakak bercanda dek. Kamu gak usah bingung gitu.

Aldo cengengesan, dan ia berpikir untuk sebisa mungkin secepatnya membujuk Kalvin agar mengungkapkan perasaannya pada Melody. Mereka kembali menonton film karena jeda iklan sudah habis.

Sebelum tidur, Aldo menyempatkan mengucapkan ‘Good Night’ seperti biasa pada Naomi lewat pesan LINE.

Aldo’s dream start...

Sesampainya di kelas, Shania kembali bersandar pada Aldo yang baru datang.

Shania: Darling, kamu tadi kemana?

Aldo: Ke kantin, Nia. Aku ketemu Frieska dan 2 temannya untuk nanyain sesuatu.

Shania: Memangnya kamu nanya apa?

Aldo: Aku cuma mau nanya sih soal Fredi dan Joe.

Shania: Dua cowok yang tadi duduk semeja dengan kita?

Aldo: Nah, kamu bener. Tadi kamu gak denger ya waktu Fredi bilang padaku ‘Bro, cewek lu cantik juga nih, boleh dong buat gue’

Shania: Enggak darling, aku tadi habis kenalan dengan mereka kan ngantuk banget jadi langsung ketiduran. Jadi kamu gimana tadi?

Aldo: Ya aku marahlah, aku pelototin dia terus dia bilang cuma bercanda. Enak aja dia mau rebut cewek orang.

Shania: Terus yang satu lagi ngomong apa?

Aldo: Maksud kamu Joe?

Shania: Iya, dia ngomong apa tadi?

Aldo: Dia gak ngomong apa-apa, cuma bilang agar aku maafin ‘adik dia’ Fredi. Mereka rupanya tetanggaan, jadi akrabnya kayak saudara.

Kemudian Aldo menanyakan kabar anjing coklat ‘Aldo junior’ pada pacarnya, Shania dengan senang hati menceritakan mengenai anjing itu yang mulai tumbuh dewasa.

Sepulang sekolah, Aldo mengantar Shania pulang seperti biasa, di depan pintu rumah itu mereka berciuman.

Aldo’s dream end.

Aldo terbangun oleh suara alarm smartphone-nya.

Aldo: Ah, ganggu aja, baru aja ciuman juga.

Setelah bergumam, Aldo mulai bersiap untuk pergi ke sekolah.

Hari Rabu pagi, waktu istirahat pertama kantin sangat padat. Aldo yang datang ke sana hanya untuk mengawasi keberadaan Fredi dan Joe kemudian mendatangi sebuah meja dimana Dhike dan Ghaida sedang makan.

Aldo: Dhike, Ghaida, aku boleh gabung kan?

Kedua gadis itu mengangguk, Aldo duduk berhadapan dengan mereka yang melanjutkan makan. Aldo celingak-celingukan mencari sosok Fredi dan Joe, tapi susah menemukannya karena padatnya kantin. Dhike dan Ghaida yang selesai makan pun heran melihat sikap Aldo.

Dhike: Aldo, kamu cari siapa?

Ghaida: Kamu cari seseorang ya, Aldo?

Aldo segera menghentikan aktivitas celingak-celingukan.

Aldo: Eh, bukan kok, cuma heran aja ini kantin atau pasar, soalnya berisik hehehe.

Ghaida: Hmm, yakin nih kamu gak cari siapa-siapa?

Dhike: Mungkin kamu cari Naomi ya?

Aldo: Loh, kok jadi Naomi?

Ghaida: Haha, kamu gak perlu menutupi lagi, Aldo. Kami tahu kok kalau kamu udah jadian dengan Naomi.

Dhike: Iya, Aldo. Kami ucapkan selamat ya, semoga awet hubunganmu dengan Naomi.

Aldo: Hehe, thanks ya Dhike, Ghaida. Kalian tahu darimana? Naomi memberitahu kalian?

Dhike: Bukan kok Aldo.

Ghaida: Kami tahu dari postingan terbaru grup facebook kelas 12 IPA 5.

Aldo: Memangnya postingannya apa?

Dhike: Deskripsi postingan itu ada hashtag #Akhirnya_jadian_juga_DO-MI, hihi.

Ghaida: Dan ada foto kamu lagi menyuapi bakso pada Naomi, hihihi.

Aldo: Oh, pantes hahaha. Pasti ini kerjaannya Devin.

Aldo lalu menanyakan keadaan kelas Dhike dan Ghaida, mereka menjawab ‘masih sering paduan suara’. Tak lama berselang, Dhike dan Ghaida duluan ke kelas mereka sementara Aldo kembali celingak-celingukan saat kantin mulai berkurang kepadatannya. Tetap saja ia tidak bisa menemukan sosok Fredi dan Joe, sepertinya mereka berdua tidak ke kantin.

~------------------------0O0------------------------~

Dua jam pelajaran terakhir di kelas 11 IPA 3, adalah pelajaran olahraga. Guru olahraga datang ke kelas 11 IPA 3 dan melihat para murid yang sudah berpakaian olahraga, ia pun memberitahu olahraga apa yang akan dilakukan hari ini.

Guru olahraga sudah mengajak para murid kelas 11 IPA 3 ke lapangan yang terik mataharinya mulai terasa. Kini para siswa kelas itu baru saja selesai melakukan dribbling bola basket yang diminta guru tersebut. Mereka beristirahat sambil duduk di lapangan itu dan mulai mengobrol. Guru itu tengah memanggil satu persatu siswi untuk melakukan dribbling bola basket. Para siswa melihat siswi-siswi itu yang tidak mahir melakukan dribbling, mereka pun mulai membicarakannya.

William: Guys, kalian tahu gak kenapa para cewek kesulitan dribbling?

Derry: William, sudah pasti dong cewek kebanyakan tidak mahir.

Yudha: Betul tuh, apalagi penyebabnya coba?

William: Bukan begitu, kalian salah.

Tejo: Emang lu tahu, Wil?

William: Jelas tahu dong gue, kalau gue gak tahu gak akan gue bicarakan soal ini.

Heru: Palingan lu tahu karena lu punya cewek.

Bagus: Emang apa hubungannya, Her?

Derry: Gak usah ditanya deh Gus, sudah pasti gak ada hubungannya, Heru mengada-ada.

Indra(berbisik pada Aldo): Do, lu tahu gak apa maksudnya William?

Aldo(suara pelan): Gue tahu sih, tapi males bilangnya, nanti lu denger aja deh bentar lagi si William ngomong apa selanjutnya.

William: Aldo, lu tahu gak yang gue maksud? Lu kan punya cewek.

Aldo hanya menggeleng, Indra makin penasaran begitu juga Derry dan Bagus. Para siswa itu masih melihat siswi kelas itu bergantian dribbling keliling lapangan.

William: Jadi guys... ada alasan kuat kenapa para cewek gak jago dribbling.

Tejo: Udah, jangan berbelit-belit Wil, gue bisa mati penasaran nih.

Derry: Kayak teka-teki aja omongan lu Wil.

William: Hehehe, harus dong. Gimana, Dra? Lu sebagai ketua kelas silahkan beritahu yang gue maksud.

Indra: Kampret, gue aja gak ngerti yang lu omongin. Buruan lu bilang aja deh, gue gak suka teka-teki.

William: Gini ya guys... alasan kuat itu adalah...
Para siswa kelas 11 IPA 3 menunggu perkataan William yang selanjutnya, kecuali Aldo dan Heru.

William: Simple sih, para cewek gak mahir dribbling bola basket karena mereka terbebani.

Derry: Terbebani apaan sih, Wil? Bola basket kan emang besar tapi gak berat-berat amat deh.

William: Maksud gue bukan terbebani bola basketnya saja.

Bagus: Cepetan bilang Wil, gue pengen tahu jawaban dari teka-teki ini!

William tertawa puas mendengar perkataan Bagus barusan, dan kembali bicara.

William: Jadi guys, para cewek terbebani 3 bola, salah satunya bola basket. Makanya dribbling mereka kacau.

Para siswa kelas 11 IPA 3 yang dari tadi mengamati siswi-siswi men-dribbling bola basket bergantian pun tahu memang tidak ada satupun dribbling yang bagus dan lancar. Mereka semua kecuali Aldo, Heru, dan William nampak berpikir mengenai maksud William barusan. Setelah itu mereka tahu dan serempak berkata “OHHH...” lalu satu persatu menoyor kepala William yang cengengesan. Aldo dan Heru tidak ikut menoyor, mereka hanya menggeleng-geleng karena sudah tahu maksud William sejak tadi ia mulai ‘berteka-teki’.

Bagus: Sueeehhh.... Gue kira apaan, rupanya ‘itu’.

Derry: Iya nih monyong yang satu ini, udah punya cewek masih aja berpikiran ngeres.

William: Emangnya kalau punya cewek gak boleh seperti itu? Suka-suka gue dong.

Tejo: Sialan, gue kira teka-teki beneran.

Indra: Hahahaha kampret, ‘itu’ sih gak usah dibilang keles.

Yudha: Emangnya kalau ukuran ‘itu’ kecil masih terbebani ya para cewek?

Para siswa kelas 11 IPA 3 menoyor pelan kepala Yudha, kecuali Aldo, Heru, dan William.

Yudha: Eh, kenapa sih ini, kok gue juga kena?

Derry: Lu gak usah nanya itu, jelas-jelas ‘itu’ gak ada hubungannya dengan dribbling para cewek yang kacau.

Bagus: Lu jangan ikutan omongan nyeleneh-nya William, Yud. Bahaya lu nanti ketularan sifat dia.
William: Hehehe, payah kalian semua, Aldo dan Heru aja bisa tahu, masa kalian gak tahu.

Heru: Gue dan Aldo tahu karena sifat elu udah biasa, gak heran lagi deh.

Aldo: Iya, William kan udah biasa gini, ahahaha.

Derry: Apalagi koleksi bokepnya banyak, hahaha.

Para siswa itu menertawai William yang bersungut-sungut mendengar perkataan Derry. Mereka kembali melihat para siswi yang dribbling bola basket, terlihat oleh mereka kalau guru olahraga menggeleng-geleng karena kacaunya dribbling dari para siswi, padahal tadi guru itu sengaja menyuruh para siswa semuanya dribbling duluan agar para siswi bisa meniru mahirnya dribbling para siswa, terutama Derry, Aldo, dan Indra.

Jam pelajaran olahraga berakhir, para siswa-siswi kelas 11 IPA 3 segera berganti ke seragam sekolah dan masuk ke kelas lagi dimana guru olahraga sudah menunggu. Ia memberitahu nilai dribbling para siswa-siswi kelas itu, yang tertinggi adalah Derry disusul Aldo dan Indra. Sedangkan yang siswi dribbling-nya lumayan adalah Jeje, Sinka, dan Nabilah.

Jam pulang sekolah pun tiba setelahnya, Aldo mengantar Frieska pulang karena Ibunya tidak bisa menjemput.

~------------------------0O0------------------------~

Sore hari di kediaman Ayana, terlihat gadis itu sedang menonton drama korea bersama Shani dan Yupi. Setelah selesai menonton beberapa episode, mereka pun mengobrol.

Shani: Ayana, kamu kepikiran untuk cari pacar gak?

Ayana: Hmm.. aku sih belum tertarik dengan cinta-cintaan, tapi kayaknya Yupi udah deh.

Yupi: Ih, kok aku sih, enggak kok.

Ayana: Hehe, kamu gak usah malu-malu Yup, kan tiap istirahat ada cowok kelas lain yang diam-diam merhatiin kamu.

Shani: Emang siapa, Ay?

Ayana: Itu loh Shani, cowok dari kelas sepupunya Frieska.

Shani: Sepupunya Frieska? Siapa?

Yupi: Ih, Shani pikun deh, kan kita pernah ke rumahnya Aldo, sepupunya Frieska.

Shani: Oh iya, hihi, jadi cowok yang merhatiin kamu itu Aldo ya Yup?

Yupi: Bukan, tapi temannya Aldo yang waktu itu pernah tabrakan dengan aku.

Shani: Oh yang itu, siapa namanya?

Ayana: Kalau gak salah ya, Frieska pernah bilang namanya Indra, dia ketua kelas 11 IPA 3.

Yupi: Jadi gimana, Shani? Kamu mau gak dengan Indra?

Shani: Iss, kok jadi aku, kan kamu yang diperhatiin dia.

Yupi: Hihihi, aku sih mau-mau aja asalkan orangnya gak mesum.

Ayana: Makanya kenal lebih dekat dong dengan dia, biar tahu Indra orangnya mesum atau enggak.

Yupi: Gimana mau kenal lebih dekat, dia aja kayak stalker sikapnya ke aku, membuntuti diam-diam meskipun aku sebenarnya tahu.

Shani: Yaudah, kamu ajak kenalan aja dengan dia.

Yupi: Ih, kok aku sih yang ngajak kenalan? Harusnya dia dong yang begitu.

Ayana: Cieee... Yupi ngarap kenalan nih?

Yupi: Apaan sih, enggak. Biasa aja.

Ayana dan Shani terus menggodai Yupi yang mulai malu-malu. Sementara di rumahnya Aldo, Indra tiba-tiba bersin dan mengagetkan semua yang ada di sana, terutama Derry yang duduk paling dekat dengannya. Saat itu Yudha, Bagus, Derry, dan Indra sedang mampir ke rumah Aldo.

Derry: Busset, bikin gue jantungan aja lu Dra.

Yudha: Iya nih, bersin kok kenceng banget suaranya.

Bagus: Lu lagi flu ya Dra? Makanya jangan tidur larut, apalagi sok-sokan mau pakai ‘AC alam’ dengan tidak menutup jendela di malam hari.

Indra: Enggak, gue gak lagi flu kok, tadi tiba-tiba aja mau bersin. Maaf ya guys.

Aldo lalu memberikan kotak tisu untuk Indra, setelah mengambil beberapa lembar tisu Indra mulai mengelap bersinnya yang cukup banyak, untungnya tidak berceceran ke mana-mana, cuma di sekitar pipi sampai dagunya.

Malam itu Aldo mengajak keempat temannya itu untuk makan malam bersama, lalu setelah makan malam selesai maka Yudha, Indra, Derry, dan Bagus pulang. Aldo seperti biasa menemani Melody menonton TV di malam hari, sambil chatting dengan Naomi juga.

Hari Kamis tiba, Aldo hampir telat ke sekolah. Ia ngos-ngosan saat sampai di bangkunya, guru yang mengajar jam pelajaran pertama belum datang.

Nabilah: Tumben lu telat, curut.

Aldo: Enak aja, gue sampai di dalam kelas satu detik sebelum bel bunyi, jadi gak telat dong.

Heru: Sayang, Aldo kan gak telat.

Aldo: Hah? Lu udah jadian dengan Nabilah, Her?

Sonya: Beneran itu Bil?

Nabilah langsung mencubiti lengan Heru bertubi-tubi, Aldo dan Sonya menertawainya.

Aldo: Hehehe, kok pacar sendiri dicubitin sih Bil?

Nabilah: Enak aja, dia bukan pacar gue kok, kapan jadiannya coba.

Heru: Ampun Bil, gue cuma bercanda.

Sonya: Hihi, jadi kalian gak pacaran ya?

Nabilah: Ya enggaklah, Panda, ini tikus got asal jeplak aja.

Kemudian Nabilah berhenti mencubiti Heru saat Heru membuat tanda ‘V’ dengan kedua tangannya.

Nabilah: Awas ya lu, tikus got! Jangan ngaku-ngaku jadi pacar gue lagi!

Aldo: Haha, parah lu Her, nembak dulu dong baru bisa pacaran.

Nabilah: Diem lu curut, gue ogah jadi pacarnya tikus got ini.

Aldo: Sensian amat Bil, PMS ya?

Nabilah: Bodo amat!

Sonya: Udah-udah, tuh lihat guru di ambang pintu.

Kemudian guru masuk ke dalam kelas itu, dan mereka memulai jam pelajaran pertama.

Waktu istirahat pertama digunakan Aldo untuk memantau keberadaan Fredi dan Joe, agar mereka tidak berbuat semau mereka. Tapi saat sampai di keramaian kantin, Aldo melihat ada seorang siswi yang diganggui ketika makan. Siswi itu duduk diapit Fredi dan Joe yang bicara kepadanya, mungkin untuk menggodanya. Aldo segera menghampiri meja itu sebelum Fredi dan Joe berniat mencolek siswi itu.

Aldo: Woi, lu berdua berhenti deh.

Fredi: Apa urusannya dengan elu, kampret!

Joe: Iya, lu gak usah jadi pahlawan kesiangan deh.

Aldo: Ini urusan gue karena cewek ini adik gue, 2 babi!

Fredi: Adik darimana? Gak ada kemiripannya lu dengan cewek ini.

Joe: Lu jangan ngaku-ngaku deh, bangsat!

Aldo: Terserah lu berdua mau percaya atau enggak, tapi yang jelas cewek yang gue kenal gak boleh diganggu juga. Kecuali kalian mau pulang dengan tangan patah.

Fredi: Ck, yuk cabut bang Joe.

Joe dan Fredi lalu pergi dari kantin itu, siswi itu yang sudah menyelesaikan makannya lalu bicara.

Sisca: Kak Aldo, makasih ya udah ngusir mereka, aku takut banget tadi makanya diam aja.

Aldo: Hmm, kamu kok makan sendiri, Sisca? Gak bareng teman?

Sisca: Teman-teman aku malas keluar kelas, kak Aldo.

Aldo: Oh, gimana kalau lain kali kamu jangan duduk sendiri aja, soalnya ada 2 cowok mesum tadi, kamu gabung aja di meja lain.

Sisca: Tapi, kak Aldo, aku kan gak kenal siapapun yang di kantin ini.

Aldo: Tidak apa-apa, kamu gabung aja daripada diganggu 2 cowok tadi. Contohnya di meja itu.

Aldo menunjuk sebuah meja di kejauhan yang ada Shani, Yupi, dan Ayana. Sisca menoleh sebentar, lalu kembali menatap Aldo.

Aldo: Lain kali kamu kalau mau makan di kantin ajak teman sekelas aja, atau gabung mereka. Bilang aja kalau aku yang minta. Oke?

Sisca mengangguk, lalu ia pergi duluan ke kelasnya, Aldo menghampiri meja Ayana, Yupi, dan Shani.

Aldo: Emm, Ayana, boleh minta tolong?

Ayana: Minta tolong apa, Aldo?

Aldo: Begini, besok-besok kalau ada siswi yang bernama Sisca gabung duduk bareng kalian, kalian bertiga gak keberatan kan?

Shani: Emangnya kenapa, Aldo?

Aldo: Gini loh, kalian tahu yang namanya Fredi dan Joe?

Yupi: Dua cowok yang sombong dan mesum kan? Kami denger kabar angin sih begitu.

Aldo: Nah, bener Yup, jadi aku takut Sisca digangguin mereka, tadi aku ngaku Sisca sebagai adikku jadi kalau mereka tanya kalian, jawab aja benar ya.

Ayana: Kami gak keberatan kok Aldo, oke deh. Kami juga agak risih melihat 2 cowok itu suka gangguin cewek-cewek di kantin ini.

Aldo: Kalian pernah digangguin gak?

Shani: Sejauh ini sih enggak, soalnya kami sering milih duduk di pojokan. Ini juga tadi kami mau duduk di pojokan, tapi keduluan.

Aldo: Oke, itu aja, thanks ya, kalau mereka ganggu kalian bilang aja kalian sepupu aku, hehehe.

Ketiga gadis itu tertawa ringan, kemudian pergi ke kelas duluan. Aldo duduk di salah satu kursi yang ada di meja itu. Ia nampak memikirkan sesuatu.
  
TO BE CONTINUED...


By: E.D.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Between Dream And Reality, Part 12

GALLANT IMPACT, Chapter 25

GALLANT IMPACT, Chapter 29