Community In Academy, Part 1
Part 1: Game on!
Tanggal 16 April 2018, 09:00 AM
Di sebuah pulau yang terletak di
area Samudra Pasifik, dan dekat dengan Alaska(salah satu negara bagian Amerika
Serikat), terlihat antrian panjang ribuan pemuda dan pemudi, semuanya ada 4
baris. Mereka mengantri berjejer di tangga panjang, 4 petugas pria berpakaian
jas dan berkacamata hitam sedang memeriksa sesuatu yang tiap orang bawa.
Keempat petugas itu lebih tepatnya memeriksa tumpukan kartu yang dibawa dan
kini digenggam tiap pemuda dan pemudi yang mengantri sambil menggendong backpack masing-masing.
Di samping
keempat petugas itu masing-masing ada sebuah balok besar berwarna abu-abu yang
layaknya kulkas karena mempunyai pegangan pada pintunya serta bentuk seperti
kulkas pada umumnya. Jika pintu itu dibuka maka di dalamnya hanya berupa mesin
dan ada tempat khusus untuk men-scan tumpukan kartu, setelahnya akan keluar
beberapa kartu yang sama dengan desain lebih original. Benda elektronik ini bisa disebut lemari karena terdapat
banyak kartu di dalamnya yang tentu saja tidak terlihat dari luar. Tidak semua pemuda
dan pemudi cepat melewati proses pemeriksaan ini untuk masuk ke dalam bangunan
besar, karena banyak kartu-kartu yang diganti.
Setelah sekitar satu jam kemudian
semua ribuan pemuda dan pemudi sampai di dalam sebuah hall dan masing-masing
dari mereka mencari tempat duduk di kursi yang tersedia. Terjadi perbincangan
antar pemuda dan pemudi untuk saling berkenalan dengan bahasa Inggris, karena
mereka semua banyak yang berbeda negara asal. Terlihat di barisan depan ada
pemuda dengan kalung tanda pengenal bernama ‘Juno Sebastian’ sedang berbicara
dengan teman di sampingnya yang bernama ‘Levin Winarto’. Kalung tanda pengenal
mereka berdua sama-sama menyebutkan negara asal Indonesia lengkap dengan
benderanya.
Juno: Lev, thank you ya elu mau
nemenin gue masuk akademi ini.
Levin: Hahaha, ngomong apa sih
elu Jun, gue kan memang sama pemikiran dan hobi kayak elu, apalagi kita sudah
hampir seperti saudara.
Kedua pemuda ini bagaikan saudara
karena mereka memang tinggal pada rumah yang sama di Indonesia, dan kini mereka
sama-sama berusia 18 tahun. Rumah mereka berdua terpisah tapi ada pada satu
komplek yang sama saat Juno berusia 10 tahun. Hal yang menyebabkan Juno tinggal
di rumahnya keluarga Levin adalah sebuah kejadian ketika itu. Kedua orangtua
Juno, yaitu ayahnya yang berkebangsaan Amerika Serikat dan ibunya yang asli
Indonesia sedang berada di negara asal ayahnya, mereka berada pada sebuah
restoran dan sedang membicarakan bisnis dengan seorang klien. Lalu ada orang
yang mencurigakan sengaja meninggalkan sebuah tas miliknya setelah menghabiskan
satu gelas minuman dan membayarnya. Tak lama setelah orang itu meninggalkan
restoran, terjadi insiden bom yang memakan puluhan korban jiwa di restoran
tersebut, termasuk kedua orangtua Juno dan klien itu. Diduga pelaku pengeboman
menjalankan aksinya karena protes terhadap kebijakan yang baru dari pemerintah
ketika itu, yaitu menaikkan pajak pertambahan nilai atas produk-produk
manufaktur sebesar 10%.
Maka dari itu Juno menjadi
seorang pemuda yatim piatu sejak berusia 10 tahun. Levin adalah teman
terdekatnya sejak masa SD dan kedua orangtua mereka menjalin kerjasama bisnis
dari ketika Levin dan Juno sama-sama berusia 8 tahun. Keluarga Levin yaitu
kedua ortu dan kedua kakak perempuannya menerima Juno sebagai anggota keluarga
sejak tragedi itu, apalagi surat wasiat dari kedua ortu Juno mengatakan tentang
penggabungan perusahaan 2 keluarga itu dan permintaan untuk mengasuh Juno yang
sudah tak punya siapa-siapa lagi karena sanak keluarga kedua ortunya sudah
tidak ada juga.
Juno: Heheh, gue gak enak aja
soalnya elu jauh dari keluarga.
Levin: Tenang saja Jun, gue udah
diminta kedua ortu dan kedua kakak gue agar mengabari mereka minimal sekali
setiap hari, elu lihat deh disini kan sinyalnya bagus, jadi komunikasi dengan
mereka tak akan susah.
Kemudian Levin menggunakan
smartphone-nya untuk video call sebentar dengan keluarganya, agar mereka tahu
Levin dan Juno sudah sampai di tempat tujuan. Setelah perbincangan singkat
dengan keluarga, Levin menutup video call itu.
Juno: Kok kayaknya kedua kakak
elu tambah cantik ya, Lev?
Levin yang mendengar perkataan
temannya langsung menyentil pelan telinga Juno, sedangkan Juno terkekeh sehabis
itu.
Levin: Baru saja gak ketemu
beberapa jam, elu udah rindu pada kakak-kakak gue, hehehe.
Juno: Hahahahah, bercanda. Lagian
gue belum tertarik soal cinta-cintaan, karena gue mau jadi top duelist disini.
Levin: Memangnya lu pikir gue
enggak mau jadi top duelist? Tentu
gue mau juga, tapi gue sekalian mencari jodoh disini hahah.
Mereka berdua kembali tertawa,
dan saling menunjukkan kartu masing-masing yang tadi tidak diganti sama sekali,
karena kartu-kartu kepunyaan mereka semuanya sudah original.
Levin: Bener kan kata gue, Jun.
Kartu-kartu kita pasti sudah original
semua, jadi gak akan diganti lagi.
Juno: Gue malah berharap tadi ada
diganti, soalnya beberapa dari kartu gue sudah kusam.
Levin: Ah, alasan aja lu, mana
mungkin kartu elu kusam, bilang aja lu mau kartu baru karena enak digenggam,
ada kilatnya.
Juno: Tahu aja lu Lev, hehehe.
Eh, itu dia headmaster-nya.
Seorang pria bule dengan rambut
berwarna coklat yang mengenakan trenchcoat warna ungu masuk ke ruangan hall
itu, ia maju ke tengah dan mulai berbicara dengan microphone yang terpasang di
sana. Tertulis di tanda pengenalnya bahwa dia adalah headmaster akademi ini,
namanya sulit terbaca karena hurufnya berukuran kecil.
Headmaster: Hello, youngsters!
Semua pemuda & pemudi: Hello,
headmaster!
Headmaster: Great, I am glad that
so many youngsters decide to enroll here, and because of that we will all be a
family, or community of duelists!
Suara tepuk tangan para pemuda
dan pemudi menggema di ruangan itu, setelah berhenti barulah headmaster
melanjutkan perkataannya.
Headmaster: First of all, let me
introduce myself. My name is Jack Percival Archer, and as you all know, I am
the headmaster at this academy. I was an entrepreneur, but now in my age I have
my family manage my business so that I can dedicate myself to my hobby several
years ago, which is this trading card game!
Kembali tepuk tangan bergemuruh,
dan setelah mereda kembali headmaster bicara.
Headmaster: Now let me tell all
of you, in this island there are four dormitories. Each of them have colour,
which is red, blue, green, and yellow. Every dormitory have the same capacity,
so all of you will be living together with people from different countries. We
will let you all choose your own dorm, but I suggest that the green dorm is for
girls only, because girls are much fewer than boys. Do all of you agree?
Semua pemuda & pemudi: Yes,
we agree!
Headmaster: Thank you, and now
let me tell a few important rules in this academy, or this island. First, do
not littering or smoking. Second, no fighting because all of you must settle
things with duel. Third, do not insult others or being racist, do not bully
others, and hopefully all of you be nice to everybody. Fourth, this is for
boys, which is: do not go into girls’ dorm after sunset. I am telling this
because of one thing: maybe some of you come to this island with girlfriend or
boyfriend for becoming a great duelist together. So it is necessary that you
youngsters have less dating to reach that goal. Fifth, also the same as the
fourth, girls are not allowed to go into boys’ dorm after sunset, whichever
dorm it is. Okay, for now that’s all the rules that you youngsters need to
know. Is there any complaint?
Tidak ada satupun suara dari para
pemuda dan pemudi. Headmaster kembali bertanya.
Headmaster: Okay, because of this
silence, that means one thing: All of you agree with the five rules, am I
right?
Semua pemuda & pemudi: Yes,
headmaster!
Headmaster: Okay, then I let you
youngsters go to the dorm you wish to live in. There will be three guards in
front of each dorm, if the dorm is already full, you will have to go to the
other dorm. For example, there are many of you, I mean boys, who want to live
in red dorm, but after the dorm is full then you have to go into blue or yellow
dorm. How will you all know that the dorm is full? It is when there are no more
duel disks held by the guards in front of dorm. Yes, all of you must be already
know that everyone will get a free duel
disk with the same colour as the dorm colour. Any questions?
Tidak ada satupun pemuda dan
pemudi yang bersuara, kemudian headmaster mempersilahkan mereka semua keluar dari
hall untuk menuju dormitory yang mereka inginkan. Para gadis remaja semuanya
pergi ke dormitory warna hijau, yang memiliki 6 lantai, tidak seperti dormitory merah, biru, dan kuning yang
memiliki 8 lantai.
Sedangkan para pemuda yang
berkisar usia 14 hingga 19 tahun mulai berhamburan menuju dormitory yang mereka
inginkan. Dormitory biru paling banyak ‘diincar’ para pemuda ini, ada lebih
dari 600 orang yang menginginkannya tapi hanya 400 orang yang mendapat duel
disk biru yaitu diperbolehkan tinggal menetap di sana. Levin dan Juno kalah
cepat dengan 400 pemuda itu, mereka beralih menuju dormitory merah dengan
langkah sigap.
Sesampainya di depan dormitory
merah, Levin dan Juno melihat ternyata masih ada sekitar 70 tumpukan kotak
plastik transparan berisi duel disk yang ada di samping ketiga penjaga. Mereka
berdua langsung ingin masuk ke dormitory itu karena mendengar langkah kaki
puluhan orang di belakang mereka(takut keduluan puluhan pemuda lain).
Akhirnya Levin dan Juno sudah
memilih sebuah kamar di lantai 3 dormitory itu. Mereka dapat merasakan angin
sepoi-sepoi berhembus dari arah jendela yang mereka buka. Levin dan Juno
melihat pemandangan di luar jendela, yaitu hutan yang terhampar luas sehingga
bahkan pantai hampir tidak terlihat. Sembari meresapi hembusan angin sejuk, mereka pun berbincang ringan.
Juno: Jadi gimana, Lev? Elu udah punya 1 kartu monster favorit?
Levin: Semua monster tipe Sea-Serpent gue favoritkan, makanya gue belum nentuin yang paling bagus desainnya. Kalau tipe Fish gak semuanya desain bagus, sedangkan tipe Aqua cuma sedikit yang gue tahu. Kalau elu Jun, masih sama atau udah ganti monster favorit?
Juno: Masih dong Jun, Blue-Eyes White Dragon selalu akan gue favoritkan, apalagi udah ada Spell Card khususnya.
Levin: Haha, beruntung banget elu Jun, dapat combo-nya, meskipun belum lengkap.
Mereka berdua melanjutkan perbincangan mengenai duelist-duelist lain yang tadi bersama mereka di hall. Sepertinya semua duelist itu berasal dari sekitar 30 negara berbeda atau lebih.
Sementara itu di dalam sebuah
kamar lantai 3 pada dormitory hijau, ada 2 orang gadis berusia 19 dan 20 tahun
sedang berbicara. Gadis yang berusia 19 tahun memakai kalung tanda pengenal
dengan nama ‘Della Delila’ sedangkan gadis berusia 20 tahun memakai kalung
tanda pengenal dengan nama ‘Gabriela Margareth’. Mereka berdua sama seperti
Juno dan Levin, berasal dari negara Indonesia.
Della: Kak Gaby, tadi headmaster
ngomong apa sih? Aku gak mengerti setengahnya.
Gaby: Oh, dia cuma bilang kok
tentang beberapa aturan penting di akademi atau pulau ini. Pertama, tidak boleh
buang sampah sembarangan dan juga tidak boleh merokok.
Della: Hmm, kalau itu aku tahu,
tapi yang kedua? Kayaknya ada disebutkan soal perkelahian deh, aku gak ngerti
sisanya.
Gaby: Nah itu, kamu benar, memang
tidak boleh berkelahi, karena kalau kita mau menyelesaikan sebuah masalah atau
pertikaian harus dengan duel.
Della: Oh gitu, lalu yang ketiga?
Aku kayak dengar kata bully deh, Kak.
Gaby: Memang itu Del, yang ketiga
adalah tidak boleh menghina yang lain, juga tak boleh mem-bully serta ramah
pada semuanya. Kalau yang keempat dan kelima sih, para cowok tidak boleh pergi
ke asrama cewek setelah matahari terbenam dan sebaliknya.
Della: Ih, berarti aku susah
ketemu cowok untuk jadi pacar dong?
Gaby: Hihi, kamu memangnya ngebet
banget pengen punya pacar?
Della: Enggak sih, aku kan mau
menambah skill bahasa Inggris meskipun aku gak terlalu hobi TCG ini.
Gaby: Oh, tapi kamu sedikit
tertarik dengan TCG ini kan? Buktinya semua kartu kamu original.
Della: Emm, iya sih. Aku gak tahu
deh cara membedakannya, yang penting aku beli kartu-kartuku tidak di sembarang
tempat, meskipun asal susun deck sih,
hehe.
Gaby: Hihi, yang penting ada 40
kartu kan?
Della: Nah gitu deh, hihi. Aku
kebanyakan makai kartu tipe Fairy, karena tidak ada yang seram. Tapi bukan cuma
tipe Fairy kok, aku juga pakai tipe Plant. Kak Gaby sendiri gimana, tipe
monsternya apa?
Gaby: Kalau aku sih lebih banyak
monster yang tipe Fish, tapi ada juga monster tipe Sea-Serpent dan monster tipe
Aqua. Aku punya Spell Card sedikit aja, kalau Trap Card lebih banyak.
Pintu kemudian dibuka oleh
seorang gadis yang dikenali oleh Gaby dan Della, mereka kompak berseru karena
tanda pengenal gadis itu berbunyi ‘Jessica Vania’ dan berasal dari Indonesia
juga.
Della & Gaby: Kak JEJE!
Jeje: Aduh, pakai teriak segala.
Kalian tadi kok ngilang cepat banget, untung aku bisa nemuin kalian dengan
kalian barusan ngobrol.
Della: Hehe, habisnya aku capek
Kak jadi mau cepat-cepat milih kamar aja.
Gaby: Hihi, maaf kak Jeje. Kami
mau di lantai 3 agar lebih sejuk, soalnya lantai 4 lebih dingin.
Jeje menutup kembali pintu kamar
itu, ia berjalan ke salah satu ranjang bertingkat dan meletakkan backpack
miliknya ke ranjang bagian bawah di samping ranjang Della dan Gaby. Setiap
kamar memang dihuni 4 orang, dan ada 2 ranjang bertingkat sehingga 2 orang
tidur dengan menaiki tangga untuk mencapai ranjang bagian atas. Terlihat oleh
Jeje kalau backpack Della ada di ranjang bagian atas dan backpack Gaby ada di
ranjang bagian bawah.
Jeje: Eh Gab, kamu kok tidur di
bawah?
Gaby: Biar gak terlalu dingin,
Kak, hehe.
Jeje: Hmm, iya-iya. Eh kalian
lihat Gracia gak?
Della: Wah, aku gak lihat tuh,
kak Gaby gimana?
Gaby: Aku juga gak lihat, aduh
semoga dia gak gabung dengan penghuni kamar lain deh, kan gak enak kalau kita
terpisah.
Jeje: Iya nih, gimana kalau kita
cari sama-sama?
Della: Aku setuju!
Baru saja mereka hendak menuju
pintu kamar, ternyata pintu itu sudah terbuka lagi dan sosok yang mereka ingin
cari masuk. Seorang gadis yang berambut panjang dan memakai kalung tanda
pengenal berbunyi ‘Shania Gracia’.
Gracia: Yey, akhirnya ketemu
kalian juga!
Gracia menutup kembali pintu
kamar itu, dia menghampiri 3 gadis yang sedang berdiri di dekat ranjang
bertingkat.
Gaby: Wah, panjang umur kamu,
Gre.
Gracia: Eh? Panjang umur kenapa,
kak Gaby?
Jeje: Barusan kami membahas kamu
yang gak datang-datang.
Della: Iya Gre, ini kami baru aja
mau cari kamu, takutnya kamu udah pergi gabung dengan penghuni kamar lain.
Gracia: Hihi, enggak dong, aku
kan lebih enak gabung kakak-kakak sekalian. Oh iya, kayaknya tadi aku lihat
seseorang yang kita kenal deh.
Gaby: Eh, siapa? Mantan member
JKT48 ya?
Gracia: Bukan, Kak. Dia cowok,
kayaknya sih adiknya kak Ve deh. Tadi samar-samar aku lihat di barisan tengah.
Jeje: Oh, adiknya kak Ve. Emang
sih, kak Ve juga bilang pada aku dan kalian juga untuk ‘titip adiknya’.
Gaby: Hmm, kira-kira dia masuk
dormitory mana ya?
Gracia: Kak Ve juga ada bilang
padaku, kayaknya sih adiknya mau masuk dormitory biru.
Della: Oh iya, kok kak Ve minta
pada kita untuk jaga adiknya ya? Memangnya teman-teman adiknya gak ikut disini?
Jeje: Kayaknya sih gak ada, tapi
semoga aja dia cepet dapat teman dari negara lain.
Gracia: Ya, semoga deh.
Keempat gadis itu kembali
berbincang sambil bernostalgia, karena kembali berkumpul di sebuah tempat
setelah tahun lalu graduate dari
sebuah idol group di Indonesia yaitu JKT48.
Saat sedang asyik mengobrol,
mereka mendengar suara headmaster dari speaker di pojok langit-langit ruangan
itu. Memang setiap kamar di semua dormitory memiliki satu speaker untuk
mendapat informasi tambahan atau pengumuman dari headmaster.
Headmaster: Attention, duelists!
From now on I will call you youngsters as duelists, haha. Because each of you
have got one duel disk. I just want to remind, that starting tomorrow, all of
you will have to attend classes which start at 9:00 am. The classes you are
gonna attend is also flexible, which means you can choose which classroom you
want because the lessons will be same, be it for boys or for girls. One class
have capacity of 30 students, and you can change classrooms everyday. There are
eight buildings, in eight wind directions. Yes, there is North building,
Northeast building, East building, Southeast building, South building,
Southwest building, West building, and Northwest building. For example, if
today you attend a class at North building, then tomorrow you can go into
another building or remain at North building. Today all of you can duel
everyone outside the dorm, maybe forests, because it will be too cramped if you
duel inside your dorm, or even inside your room. And please do have the same
number of cards in your Main Deck as your opponent, just in case when your
opponent lose then they will not complain about not having the same number of
cards. For example, a duelist with 40 cards in Main Deck complains when he or
she lose to a duelist with 60 cards in Main Deck. Every duelist starts with
just 100 duel points, and can increase their duel points by dueling a lot.
Also, all of you can buy cards at card shop near green dorm with your duel
points, a pack of cards worth at least 150 duel points. For the information
about how many duel points gain in each duel, all of you can see the website of
this academy. Okay, that’s all, duelists.
Setelah pengumuman itu, maka Jeje
kembali bicara dengan 3 gadis itu.
Jeje: Wah, rupanya kita start
dengan 100 Duel Points.
Gaby: Iya, aku mau coba lihat deh
berapa DP yang didapat kalau menang.
Gaby mengeluarkan smartphone dari
saku kemejanya, ia menekan nomor PIN dan mulai membuka website akademi dari
aplikasi internet browsernya. Della yang berada di samping kanannya juga ikut
melihat.
Della: Wow, kalau kalah juga
tetap dapat DP.
Gracia: Mana, mana? Aku mau
lihat.
Gracia melihat tampilan artikel
di website akademi dari samping kiri Gaby, ia pun heran dengan salah satu
penjelasan di artikel itu.
Gracia: Eh, ini apa ya maksudnya,
kalau draw atau seri juga dapat DP sebesar 200.
Jeje: Gre, itu maksudnya kamu dan
lawan kamu di waktu bersamaan Life Points jadi 0. Misalnya memakai kartu
‘Self-Destruct Button’.
Gracia: Memangnya ada kartu
seperti itu ya, kak Jeje?
Jeje: Ada, aku punya. Tunggu ya
aku cari dulu.
Jeje mengeluarkan deck dari deck
holder di duel disk yang terpasang pada lengan kirinya, ia mencari sebuah Trap
Card, kartu berwarna merah yang bernama ‘Self-Destruct Button’ kemudian
memberikan pada Gracia. Gracia menerima kartu itu dan membaca deskripsi
effect-nya.
Gracia: Oh, tapi ini juga susah
digunakan ya, kak Jeje.
Gracia mengembalikan kartu
‘Self-Destruct Button’ pada Jeje. Setelah itu Jeje menaruh kembali di deck-nya
dan memasang deck-nya pada deck holder di duel disk.
Jeje: Ya begitulah, Gre. LP lawan
harus berjarak banyak dari kita, istilahnya ‘desperate move’ untuk menghindari
kalah dari duelist lain.
Gracia: Hmm gitu ya, tapi
kayaknya situasi draw akan jarang terjadi dalam sebuah duel kan, kak Jeje?
Jeje: Iya, dan bukan hanya kartu
‘Self-Destruct Button’ yang bisa membuat hal ini.
Gaby: Situasi draw juga terjadi kalau LP kita dengan
LP lawan sama dan kena damage yang membuat LP jadi 0 di waktu bersamaan kan,
kak Jeje?
Jeje: Nah, betul tuh.
Della kembali bicara saat membaca
sebuah kalimat di artikel yang kini ditampilkan pada smartphone Gaby.
Della: Eh, ini apa maksudnya ya,
kak Jeje? Kalau surrender tidak akan
dapat DP? Bagaimana cara surrender?
Jeje: Oh, itu loh Del, maksudnya
adalah kamu menyerah sebelum LP kamu kena damage hingga jadi 0. Caranya
meletakkan telapak tangan di atas deck.
Della memanggut-manggut, Jeje
kemudian ikut membaca artikel di smartphone Gaby, mereka terus membaca
kalimat-kalimat bahasa Inggris yang menerangkan cara mendapat DP(Duel Points)
yang diantaranya juga ada melibatkan LP(Life Points).
~---------------------0-O-0---------------------~
Kini di tengah hutan, suara
serangga musim panas menemani Juno dan Levin yang bersiap untuk duel. Tanpa
mereka berdua sadari ternyata di setiap penjuru pulau itu ada kamera pengintai
yang bisa merekam, kamera yang cukup kecil sehingga sulit ditemukan oleh mata
para pemuda dan pemudi yang hari ini mulai tinggal di pulau itu. Levin dan Juno
sehabis men-shuffle deck, mereka menaruhnya di deck holder dan angka 5000
tertera di LP(Life Points) bar.
Levin: Oke, gue udah siap Jun.
Juno: Game on! Tapi kok ini
LP-nya 5000? Bukannya harusnya 8000?
Levin: Gue tadi sempat baca website akademi ini Jun, kalau ternyata
LP yang berlaku di pulau ini cuma 5000. Biarin aja Jun, kan di anime cuma 4000.
Juno: Oh gitu, benar juga haha.
Yasudah, kita duel aja kan? Bukan match?
Levin: Iyalah, kan udah
berkali-kali kita match di rumah, gue bosan dengan LP 8000 terus, lama banget
baru bisa menang.
Juno: Haha, monyong lu,
mentang-mentang lebih banyak menang daripada gue. Gue udah rombak sedikit deck
gue, jadi elu jangan sewot ya nanti kalau kalah.
Levin: Iya, gue gak akan begitu,
elu juga sama, jangan nangis kalau kalah.
Juno hanya tertawa menanggapi
candaan Levin, mereka di rumah sering melakukan match atau duel 3 kali untuk
mencoba strategi-strategi baru dari deck masing-masing.
Sekarang mereka sama-sama menarik
5 kartu dengan tangan kanan kemudian menggenggam 5 kartu itu dengan tangan kiri
yang terpasang duel disk. Kini mereka
merasa seperti duelist yang nyata,
bukan hanya tokoh di anime favorit
mereka.
Levin: Jun, elu mau duluan atau
gue?
Juno: Hmm, kita suit aja deh.
Levin dan Juno melakukan suit
gunting-batu-kertas, dan hasilnya Levin yang duluan karena menang suit.
Levin: Ore no turn. Dorow!
(Giliranku. Draw/tarik kartu dari deck)
Juno: Please deh, Levin. Jangan meniru ucapan bahasa Jepang di anime. Bahasa Inggris atau Indonesia
aja.
Levin: Hehe, gue pengen menjiwai
tokohnya aja sekali-kali.
Sekarang di tangan kiri Levin
terdapat kartu ‘Graceful Charity’; ‘Dragon Capture Jar’;
‘Levia-Dragon-Daedalus’; ‘Flying Fish’; ‘A Legendary Ocean’. Dia baru saja
menarik kartu ‘Ocean Dragon Lord-Neo Daidaros’.
Levin: Aktifkan Spell Card
‘Graceful Charity’.
Levin memasukkan kartu itu pada
salah satu dari 5 spell or trap card zone
pada duel disk.
Juno: Wow!
Juno terpukau bukan karena kartu
yang dimainkan Levin, melainkan melihat secara langsung sosok malaikat di
desain gambar pada kartu itu, kini ‘solid vision’ itu mengepakkan sayap sebagai
pertanda efek kartu ‘Graceful Charity’. (Solid vision adalah istilah dari anime yang berarti wujud nyata yang
muncul berkat teknologi duel disk)
Efek dari kartu itu membuat Levin
boleh draw(menarik) 3 kartu dari deck-nya dan harus discard(membuang) 2 kartu ke graveyard(kuburan)
zone pada duel disk. Ia menarik kartu
‘Watapon’; ‘Spiral Serpent’; ‘Amphibian Beast’ dan membuang kartu ‘Spiral
Serpent’ dan ‘Dragon Capture Jar’.
Juno(berpikir): Hmm, kayaknya
Levin baru saja discard sebuah monster card deh.
Levin: Siap-siap, Jun. Ini dia,
gue special summon ‘Watapon’ attack
mode. (Monster card mempunyai 2 mode, attack mode dan defense mode. Pemasangan
kartu monster pada duel disk pun caranya berbeda, kalau attack mode posisinya
vertikal sedangkan kalau defense mode posisinya horizontal)
Levin memasang kartu itu pada monster card zone pada duel disk di
lengan kirinya.
Juno: Wow, jangan bilang itu
Lev...
Levin: Iya, elu bener Jun,
bersiaplah! Aktifkan Field Spell ‘A Legendary Ocean’.
Levin memasukkan kartu itu pada
field spell card zone yang ada pada duel disk-nya.(Field Spell card zone adalah
khusus untuk mengaktifkan kartu Field Spell, Spell card atau Trap card lain tak
bisa diaktifkan, apalagi monster card).
Sekeliling mereka berubah menjadi
bayang-bayang pemandangan di kartu ‘A Legendary Ocean’ yaitu kedalaman laut
dengan ada beberapa ikan berenang mengitari arena duel.
Levin mengaktifkan kartu yang
membuat level monster card attribute WATER di tangan dan arenanya berkurang 1,
kini Amphibian Beast berlevel 5(sebelumnya 6), Levia-Dragon-Daedalus berlevel 6(sebelumnya
7), dan Ocean Dragon Lord-Neo Daidaros berlevel 7(sebelumnya 8). Flying Fish
bukan berattribute WATER tapi WIND sehingga levelnya tetap 4.
Levin: Mimpi buruk elu, Jun,
hehehe.
Juno: What? Elu berhasil combo itu lagi?
(Combo=kombinasi kartu yang
dimainkan berurutan atau bersamaan)
Levin: Haha, iya benar. Karena di
giliran gue ini tadi belum Normal Summon, maka sekarang gue lakukan. Tribute
‘Watapon’!
(Tribute adalah ‘pengorbanan’
untuk memanggil monster berlevel lebih tinggi, karena monster yang bisa
di-Normal Summon langsung adalah berlevel 1,2,3,4. Kalau monster berlevel 5 dan
6 membutuhkan satu tribute atau ‘korban’ dan monster berlevel 7 atau lebih
memerlukan dua tribute. Cara melihat level adalah menghitung jumlah bintang
yang ada pada kartu monster)
Levin: Tribute Summon
‘Levia-Dragon-Daedalus’ attack mode! ATK dan DEF-nya juga meningkat 200!
(Tribute Summon adalah istilah
summon/pemanggilan monster dari kartu yang dianggap seperti Normal Summon,
hanya bisa dilakukan sekali tiap giliran kecuali ada efek kartu yang
membolehkan lebih dari 1 kali Normal Summon atau Tribute Summon)
Juno: Waduh!
Juno melihat dengan mata
kepalanya sendiri sosok ‘solid vision’ dari kartu favorit temannya alias
‘Levia-Dragon-Daedalus’.
Levin: Tribute ‘Levia-Dragon-Daedalus’!
Special Summon ‘Ocean Dragon Lord-Neo Daidaros’ attack mode juga.
Kini ‘solid vision’ berganti
menjadi yang lain yaitu sosok di kartu yang baru saja Levin mainkan, wujudnya
hampir mirip.
Juno: Ckckck, baru giliran
pertama aja elu udah bisa manggil monster dengan ATK diatas 3000, Lev.
Levin: Haha, siap-siap elu meras
otak buat strategi, Jun. Turn end!
(Ocean Dragon Lord-Neo Daidaros
memiliki ATK 3100 dan dipasang pada attack mode, DEF-nya 1800. ATK dan DEF
aslinya yaitu angka yang tertera pada kartu adalah 2900 dan 1600, efek kartu ‘A
Legendary Ocean’ yang meningkatkan ATK dan DEF-nya sebesar 200.)
Juno: My turn! Draw!
Sekarang giliran Juno, di deretan
kartu yang digenggamnya di tangan kiri ada ‘Spirit Ryu’; ‘United We Stand’; ‘Divine
Dragon Ragnarok’; ‘Draining Shield’; ‘Blue-Eyes-White Dragon’ sedangkan ia baru
saja menarik kartu ‘Monster Reborn’.
Juno: Aha! Kena lu Lev!
Levin(mengernyitkan alis): Apaan
sih Jun, elu punya strategi untuk melawan monster gue?
Juno: Elu lihat aja nanti. Bentar
gue mau cek graveyard elu dulu.
Levin: What? Oh, I have got a bad
feeling.
Fitur yang tersedia pada duel
disk juga salah satunya untuk mengecek kartu apa saja yang ada di graveyard zone lawan, karena memang
aturan permainan TCG ini memperbolehkan pemain melihat graveyard zone lawan. Kini Juno tahu kalau ada ‘Dragon Capture Jar’
yang dapat menyusahkan deck-nya, dan ternyata ada ‘Spiral Serpent’ dengan ATK
2900. Juno sudah tahu kartu lain sebelum menggunakan fitur duel disk, yaitu
‘Graceful Charity’; ‘Watapon’; ‘Levia-Dragon-Daedalus’. (Setiap kartu Spell dan
Trap yang telah dimainkan dan habis efeknya akan masuk ‘graveyard zone’ pada
duel disk atau lebih tepatnya harus ditaruh di sana, sedangkan monster card
yang telah kena discard atau tribute atau di-destroy/dihancurkan dari arena
duel juga harus dimasukkan ke graveyard
zone)
Juno: You’re right, activate
‘Monster Reborn’!
Seperti halnya Levin, Juno juga
memasukkan kartu itu ke spell dan trap card zone pada duel disk-nya.
Efek kartu itu membuat Juno bisa
men-special summon monster di
graveyard zone lawan ataupun graveyard zone sendiri. Karena graveyard zone pada
duel disk Juno tidak ada kartu monster(juga belum ada kartu yang masuk
graveyard zone-nya) maka Juno hanya bisa memilih satu monster untuk di-special summon pada arenanya(dipasang di
monster card zone pada duel disk-nya).
Juno: Special Summon
‘Levia-Dragon-Daedalus’ attack mode.
Levin: Hah? Gak salah lu Jun, elu
kan bisa milih ‘Spiral Serpent’ yang seimbang ATK-nya dengan monster gue kalau
elu summon.
Juno: Iya, gue tahu kok Lev.
Sengaja, biar monster ini bisa ngalahin monster elu yang merupakan evolusi dia.
Levin: Gimana caranya coba?
ATK-nya masih kalah 300.
Juno: Hehe, tentu dengan bantuan
equipment dong Lev.
Levin: What? I have got another
bad feeling.
Juno: Yeah, you are right again.
Activate Equip Spell ‘United We Stand’!
Levin: Ckck, sesuai dugaan gue.
Levin kini bisa melihat ATK dan
DEF-nya monster kepunyaan dia yang kini dikendalikan Juno bertambah, dari 2800
dan 1700(efek ‘A Legendary Ocean’)menjadi 3600 dan 2500.
Juno: Eits, gue belum Normal
Summon, Lev.
Levin: Waduh, elu Set aja deh ya.
(Set adalah istilah atau lebih
tepatnya cara Normal Summon yang lain, memasang kartu monster pada defense mode
dan tertutup sehingga lawan tidak akan tahu wujud serta ATK dan DEF-nya sebelum
menggunakan kartu monster-nya untuk menyerang atau menggunakan efek kartu yang
bisa membalikkan/flip. Istilah untuk posisi monster seperti ini adalah
face-down defense position monster atau biasa hanya dibilang face-down monster
karena monster dengan attack mode tidak boleh face-down, harus face-up.
Sedangkan monster yang defense mode bisa face-up hanya kalau di-special summon
dan tidak bisa di-flip menjadi face-down kecuali oleh efeknya sendiri atau efek
kartu lain)
Juno: Enak aja, Normal Summon
‘Spirit Ryu’ attack mode!
Levin: GAWAT!
Bukan ATK ‘Spirit Ryu’ yang
ditakutkan Levin karena hanya 1000, melainkan efek kartu ‘United We Stand’
yaitu menambah lagi ATK dan DEF-nya monster yang di-equip yaitu
‘Levia-Dragon-Daedalus’. Terlihat jelas oleh Levin saat ATK dan DEF dari
monster yang kini sedang dikendalikan temannya meningkat lagi dari 3600 dan
2500 menjadi 4400 dan 3300.
Juno: Haha, sekarang gue yang
balik bilang ‘siap-siap meras otak elu untuk strategi’, Lev.
Levin: Tidak! Hahaha.
Levin bertingkah seperti
frustasi, ia senang karena combo andalan dia bisa dipatahkan temannya pertama
kalinya. Juno ikut tertawa dan kembali bicara setelah menyelesaikan tawa.
Sekarang ada 2 sosok monster pada
arena Juno, artinya ia kini punya 2 monster yang bisa menyerang/melakukan
attack masing-masing sekali di battle phase.
Juno: Battle phase!
Levia-Dragon-Daedalus attack!
Sosok monster yang dikendalikan
oleh Levin tidak bergerak karena ATK-nya lebih rendah, setelah serangan dari
monster dengan ATK 4400 maka ia pun hancur dan masuk graveyard zone pada duel
disk Levin. Life Points(LP) Levin berkurang dari 5000 menjadi 3700 karena ia
barusan kena damage(pengurangan LP) sebesar 4400(ATK Levia-Dragon-Daedalus) dikurangi
3100(ATK Ocean Dragon Lord-Neo Daidaros)
Juno: Spirit Ryu direct attack!
(Direct attack adalah istilah
yang artinya satu monster menyerang pemain secara langsung karena tidak ada
monster yang ada di arena pemain yang diserang itu, atau bisa juga efek kartu
yang membolehkan satu monster melakukannya)
Lagi-lagi LP Levin berkurang dari
3700 menjadi 2700, berkurang sesuai ATK dari ‘Spirit Ryu’.
Juno: Battle phase end! Set satu
face-down card. Turn end!
Kartu yang di-set adalah
dimasukkan di spell and trap card zone yaitu Draining Shield. Levin tentu saja
tidak akan tahu kalau kartu tertutup itu adalah Draining Shield, kecuali ia
bisa menebak-nebak.
Levin(berpikir): Hmm, itu Spell
atau Trap ya?
Levin: My turn! Draw!
Kartu yang baru saja ditarik Levin
adalah ‘Messenger of Peace’. Ia senang karena ada kartu yang bisa ‘mengulur
waktu’ agar ia bisa menunda kekalahannya dari Juno, karena hampir tidak ada
cara dari kartu-kartu di deck Levin untuk mengalahkan monster miliknya yang
kini sedang dikendalikan temannya yaitu Levia-Dragon-Daedalus dengan ATK
sebesar 4400. Memang ada beberapa kartu untuk itu tapi belum ada di tangan
Levin. Kini tangan Levin hanya tersisa 3 kartu dan ia berniat ‘menunda
kekalahan’.
Levin: Activate Continuous Spell
‘Messenger of Peace’.
Juno: Oh, I kinda dislike that.
Levin: Hehehe, gue gak mau
buru-buru kalah Jun, kali aja nanti malah elu yang kalah dengan efek kartu ini.
Set satu monster. Turn end!
Monster yang di-Set Levin tentu
saja adalah Flying Fish, dan Juno tidak akan tahu itu tanpa menebaknya.
Juno: My turn! Draw!
~---------------------0-O-0---------------------~
Di sekeliling pulau itu banyak
duel juga sedang terjadi, bukan hanya duel antara Levin dan Juno. Misalnya kini
di sisi lain hutan ada Jeje yang baru saja mengalahkan Della dalam duel. Gracia
dan Gaby hanya menonton duel yang terbilang singkat itu karena Jeje dan Della
ingin menonton duel antara Gracia vs Gaby nanti.
Jeje: Hahah, Del, maaf ya kamu
kalah.
Della: Iya, gak apa-apa kok Kak.
Aku memang jarang duel, apalagi aku kurang bisa bahasa Inggris. Aku gak nyangka
loh ada kartu seperti ‘Destruction Ring’.
Jeje: Hehe, pengorbanan itu
perlu, jadi aku korbankan monsterku ‘Dream Clown’ karena toh nanti pasti hancur
kena serangan ‘Injection Fairy Lily’ punyamu. Kalau aku gak cepat aktifkan itu
pasti aku yang kalah. Karena LP-ku tadi sisa 2100, LP kamu pas cuma sisa 1000.
Artinya kamu tadi hampir menang juga, Del.
Della tersenyum, ia senang
di-support oleh temannya, setelah itu ia dan Jeje menonton duel yang dimulai
antara Gracia melawan Gaby.
Sementara itu di tempat Juno dan
Levin, mereka berdua sedang duduk bersandar di bawah sebuah pohon yang cukup
lebat daunnya sehingga bayangannya menutupi hingga kedua ujung kaki mereka yang
dibaringkan di tanah juga.
Levin: Haha, Jun, gue gak nyangka
elu udah mempersiapkan penangkal ‘Messenger of Peace’ sehingga gue kalah
setelah kartu itu hancur.
Juno: Hehe, pasti dong Lev. Gue
kan tadi bilang kalau gue udah merombak sedikit deck gue, ya salah satunya
kartu ‘Mystical Space Typhoon’ yang gue tambahkan di deretan Spell Card lain.
Mereka berdua membahas sebentar
duel tadi yang dimenangkan oleh Juno, dan tak lama setelah itu smartphone Juno
berbunyi pertanda ada yang mau video call dengannya. Saat diangkat ternyata
adalah kedua kakak Levin. Kedua pemuda berusia 18 tahun itu mulai mengobrol
dengan orang dibalik layar telpon.
Sementara itu, di tempat lain
tepatnya tak jauh dari card shop yang terletak didekat dormitory hijau, ada 2
orang pemuda yang baru menyelesaikan duel. Pemuda berusia 15 tahun
berkebangsaan Indonesia dengan nama Aaron Joshua menang melawan pemuda lain
berusia 18 tahun berkebangsaan Australia dengan nama Edward Smith.
Edward: Haha, Aaron, you are so
intense, using that Sacred Beast
card, which have colour similar to our dorm colour. Congratulations, because
you are the first duelist who beat me, I am so glad meeting a duelist like you.
Aaron: Thanks, Edward, you are
great duelist too, I almost lost after you manage to beat it.
Edward: Okay, I am dueling others
now, do you wanna come with me?
Aaron: Hmm, maybe not. I am
staying here until there is a duelist challenge me.
Edward: Haha, as you wish. I am
leaving.
Setelah Edward pergi, tiba-tiba
Aaron mendengar suara tepuk tangan seseorang. Di tengah padang rumput yang sepi
itu ia mencari sumber suara dan menemukan siapa yang bertepuk tangan, yaitu
seorang wanita berpakaian seragam kerja biasa. Aaron menghampiri orang yang
berdiri di luar card shop itu.
Aaron: Kak Ve, kok ada disini?
Mau surprise-in aku ya, tapi kan aku 4 minggu lagi baru ulang tahun.
Ve: Ih, GR kamu. Kakak kesini
karena diterima kerja jadi penjaga toko kartu, dan juga merangkap desainer
dekorasi bangunan-bangunan akademi di pulau ini.
Aaron: Oh, hehehe. Tadi kenapa
Kakak tepuk tangan?
Ve: Ya tentu aja Kakak tadi kagum
dengan duel kamu, melawan teman barumu itu. Selamat ya dek.
Aaron: Hehehe, thank you Kak.
Ngomong-ngomong aku mau tanya sesuatu nih, Kak.
TO BE CONTINUED...
By: E.D.
By: E.D.
Komentar
Posting Komentar