Between Dream And Reality, Part 9

Part 9: Accentuation

Setelah Guardian wanita itu menghilang di hadapan Aldo, segeralah Aldo meninggalkan tempat itu. Sepulangnya di rumah, ia terus memikirkan kapan ia bisa bertemu lagi salah satu dari Guardian DREAMSTONE. Karena Aldo perlu kejelasan mengenai kekuatan dari DREAMSTONE untuk apa saja.

Kemudian tanpa disadari Aldo, kakaknya yaitu Melody sudah pulang dan membuyarkan lamunannya dengan menjentikkan jari.

Melody: Hey dek, bengong aja. Belum kesambet kan?

Aldo: Eh Kakak, kapan pulangnya?

Melody: Baru saja, kamu kenapa sih melamun dari tadi? Mikirin siapa, hayo?

Aldo: Aku gak mikirin siapa-siapa kok Kak, cuma pelajaran sekolah.


Melody: Yakin kamu, mikirin pelajaran sekolah? Masa segitunya sampai belum ganti baju.
Barulah Aldo menyadari kalau dari pulang tadi ia belum berganti pakaian. Ia pun cengengesan, dan Melody menggeleng-geleng kepala.

Melody: Kamu ganti baju ya, Kakak mau siap-siap masak dulu.

Aldo hanya mengangguk, Melody pun keluar dari kamarnya Aldo yang tadi pintunya tidak ditutup karena ia langsung melamun lama sekali.

Sehabis makan malam, Aldo tidur pada pukul 9 malam. Melody sendiri masih menonton TV karena film horror yang tayang belum habis.

Aldo’s dream start...

Di sebuah kafe, tanggal 24 Juni 2016 pukul 08.35
Sekolahnya Aldo sudah memasuki masa liburan, karena semua murid-murid kelas 10 dan 11 baru sekitar seminggu menyelesaikan ujian akhir semester yang terakhir. Para murid kelas 12 sudah banyak yang mulai mendaftar ke perguruan tinggi, hal ini diketahui pihak sekolah yang memang ingin tetap memantau para murid kelas 12 menentukan pilihan tempat kuliah mereka setelah selesai Ujian Nasional 2 bulan lalu.
Aldo sedang ‘nongkrong’ di kafe bersama pacarnya Shania. Mereka sudah berpacaran selama 3 bulan, Aldo mengungkapkan perasaannya pada Shania dengan puisi berbahasa Inggris yang dibuatnya sendiri. Ia membacakannya saat mengajak Shania hangout di hari Selasa, 15 Maret di sebuah kafe, yang saat itu sudah sore sehingga tinggal sedikit pengunjung. Shania menerimanya dengan senang hati, ciuman pertama mereka adalah ketika tiba di depan rumah Shania namun ortunya Shania belum pulang kerja. Sejak saat itu Shania memanggil Aldo dengan sebutan ‘darling’ dan sekarang semua cowok kelas 10 IPA 3 punya pacar, karena Heru, Bagus, dan Indra juga menyusul punya pacar. Indra malah dapat pacar sehari sebelum Aldo menembak Shania. Siapa lagi kalau bukan Cindy Yuvia.
Shania: Darling, kamu tahu gak kalau nanti tahun ajaran berikutnya akan diadakan lagi upacara bendera di hari Senin?
Aldo: Kamu tahu dari mana, Nia?
Shania: Aku kan deket sama kak Ve, jadi OSIS diberitahu kalau kepala sekolah akan mengadakan lagi upacara bendera.
Aldo: Haduh, baru aja tahun ajaran ini dilewati tanpa upacara bendera, eh malah nanti ada lagi.
Shania: Gak boleh gitu darling, kan tahun ajaran ini cuma percobaan biar proses belajar mengajar lebih banyak waktunya.
Aldo: Iya deh, kamu udah mau pulang? Sudah sore loh, nanti pembantu di rumah nyariin.
Shania: Oke deh darling, yuk kita pulang.
Kemudian Aldo mengantar Shania pulang dengan motornya, sesampainya di depan pintu rumah pipi kanan Aldo dikecup Shania seperti biasa, sebelum ia memasuki rumahnya.
Dan Aldo juga langsung pulang ke rumahnya, karena mamanya baru saja SMS menanyakannya kapan pulang, yang dibalas Aldo ‘OTW’.
Keesokan harinya, SMS masuk ke smartphone Aldo pada pukul 09.00 pagi, dan ternyata itu dari Marko, pacarnya Ve.
Marko: Aldo, bisa gak gue ngobrol dengan lu di kafe Moonlight?
Aldo: Ada apa ya kak Marko? Gue bisa aja sih, tapi agak siangan.
Marko: Gue perlu ngomong sesuatu dengan lu, berdua aja. Nanti siang jam 1 ya.
Aldo: Okelah, gue akan datang.
Paginya, Aldo sarapan bersama kakaknya Melody dan kedua orang tua mereka. Seusai makan, ada pesan LINE hinggap di smartphone Aldo, ia lalu berjalan ke ruang tamu untuk melihatnya. Ternyata dari adik sepupunya, Frieska.
Frieska: Kak Aldo, nanti sore ke Moonlight kafe ya. Kita makan dinnernya nanti bareng teman aku. Dia hari ini ulang tahun.
Aldo: Boleh, teman kamu atau pacar kamu hehehe.
Frieska: Teman aku cewek, Kak. Nanti datang ya.
Aldo: OK.
Siang pun tiba, Aldo pamit mau pergi keluar pada ortunya. Dan Aldo segera menjalankan motornya menuju Moonlight kafe. Ia tiba di sana dan mau mencari tempat duduk, tapi dilihatnya ada Marko di salah satu meja. Aldo pun segera duduk bareng Marko.
Marko: Selamat siang, Aldo. Akhirnya lu datang juga.
Aldo: Kak Marko, hal apa yang mau diomongin?
Marko: Sebelum gue mulai ngomong, gue minta tolong lu jangan potong sampai selesai. Oke?
Aldo: Oke, kak Marko. Tapi kita makan siang aja dulu.
Marko hanya mengangguk lalu melambaikan tangan memanggil pelayan. Setelah si pelayan mencatat pesanan mereka berdua, ia pun pergi. Hening sejenak di meja itu, meskipun di beberapa meja lain ada suara ketawa dan orang makan. Keheningan pun pecah ketika Marko angkat bicara.
Marko: Aldo, yang mau gue omongin nanti juga berkaitan dengan Ve. Nanti selesai kita makan, gue baru mulai pembicaraan ini lagi.
Dan Aldo agak terheran, tapi ia mengangguk. Beberapa menit hening kembali, dan pelayan tadi mengantarkan pesanan mereka. Aldo dan Marko pun melahap dengan cepat hingga tak sampai 10 menit makanan mereka berdua sudah habis. Mereka pun meminum sedikit jus jeruk masing-masing, dan Marko menghela nafas sekali sebelum mulai bicara.
Marko: Aldo, gue udah putus dengan Ve.
Nampak sekali Aldo terkejut, karena ia selama ini merasa Ve perhatian kepadanya di sekolah. Bahkan kadang Ve main ke rumahnya untuk mengobrol dengan Melody, juga mengobrol dengannya. Aldo hanya mengangakan mulut sejenak, ia tak bisa berkata apa-apa.
Marko: Aldo, gue putus dengan Ve karena dia tidak bisa tahan lagi pacaran sama gue. Dia gak pernah ada perasaan suka sama gue, dia sukanya sama elu.
Sekali lagi Aldo mengangakan mulut, dan Marko kembali menghela nafas sekali.
Marko: Gue gak pernah nyalahin elu, tapi gue harap lu bisa nerima perasaan Ve. Dia sebenarnya sudah suka sama elu sebelum gue nembak dia dulu. Sekarang apa tanggapan elu, Do?
Aldo: Kak Marko, jujur sih gue emang merasa kak Ve suka pada gue. Tapi, memangnya kak Marko gak patah hati? Lagipula mukaku kan biasa aja, kak Marko lebih tampan. Kenapa kak Ve malah sukanya sama aku? Itu yang aku paling herankan.
Marko: Kalau patah hati sih, itu pasti Do. Tapi mental gue udah kuat kok sejak Ve nerima gue sebagai pacar, gue selalu olahraga agar kondisi mental gue gak drop ketika patah hati dengan Ve. Gue trauma untuk menjalin hubungan cinta, karena mantan pacar gue sebelum Ve ninggalin gue demi cowok lain yang lebih ganteng dan lebih kaya. Gue berhenti jadi ketua OSIS sejak itu, makanya Jaka yang gantiin gue. Anggota OSIS lain sempat menghibur gue, dan salah satunya Ve. Ketika itu gue mulai suka pada dia. Gue bisa merasakan kalau Ve bukan tipe cewek yang memandang wajah cowok untuk menyukainya. Gue udah tahu waktu itu dari beberapa teman sekelas Ve kalau dia sepertinya suka pada anak kelas 10. Akhirnya gue coba cari tahu dengan membuntuti Ve diam-diam, ternyata elu yang dia sukai.
Kembali Aldo terdiam, tak mampu berkata apapun.
Marko: Aldo, gue putus dari Ve sekitar sebulan lalu. Dan beberapa hari lalu gue sempat tanya ke dia, siapa cowok yang dia sukai dan alasan Ve bisa menyukai cowok itu. Gue sebenarnya sudah tahu, tapi gue ingin Ve terus terang pada gue. Jadi Ve bilang, dia suka pada elu Do. Dan dia bisa suka pada lu karena pernah ditolongin. Dia jatuh dari tangga, ternyata badannya tidak langsung terhempas ke lantai. Tapi Ve malah menimpa elu Do. Jadi dia merasa berhutang nyawa pada lu, dan mulai suka. Menurut gue sih agak aneh Do, tapi itu yang dia bilang ke gue beberapa hari lalu.
Aldo: Kak Marko, gue akan coba ngomongin pada kak Ve agar bisa menerima elu. Nanti elu bisa balikan lagi dengan dia.
Marko: Gak usah, Aldo. Gue ikhlas kok kalau elu pacaran dengan Ve. Gue optimis bisa menemukan jodoh di waktu yang akan datang. Mungkin beberapa bulan lagi, atau beberapa tahun mendatang. Kalau begitu, gue pergi dulu. Biar lu pikirin deh mau nerima perasaan Ve atau enggak. Gue harap sih elu bisa balas perasaan dia. Dan, Aldo, gue yang bayar aja pesanan kita tadi. Kan gue yang ngajak elu kesini. Bye Aldo.
Aldo hanya melambaikan tangan pada Marko, yang lalu pergi dari kafe itu setelah membayar pesanan mereka berdua tadi. Tak lama kemudian, seorang pelayan datang membersihkan meja tempat Aldo duduk. Aldo yang masih melamun ditepuk pundaknya oleh pelayan itu.
Pelayan: Dek, jangan melamun terus. Nanti bisa kerasukan setan.
Aldo: Eh, Bang. Saya yakin kok gak akan kerasukan hahaha.
Pelayan itu hanya tersenyum lalu menggeleng-gelengkan kepala, ia pun berlalu setelah itu.
Aldo terus memikirkan kenapa ada kejadian seperti ini di kehidupan mimpinya. Ve yang dia anggap seperti kakak sendiri, malah punya perasaan terpendam pada Aldo. Padahal di sekolah, banyak cowok-cowok yang memperhatikan Ve baik dari jauh maupun dari dekat. Aldo teringat perkataan kakaknya, Melody beberapa hari lalu. Ketika Melody memberitahu pada Aldo kalau Ve ternyata mendaftar kuliah di universitas swasta yang sama dengannya. Aldo mulai bingung, ia sudah pacaran dengan Shania. Tapi ia tidak ingin Ve menangis karena ditolak perasaannya. Aldo memutuskan untuk menemui Ve di rumahnya sehari setelah tanggal 27 dimana Shania berulang tahun.
Tanpa disadari Aldo, ia telah memikirkan masalah tadi selama beberapa jam sehingga langit mulai menguning, dan di luar kafe tampak ada sebuah mobil yang baru berhenti. Aldo melihat 2 orang gadis keluar dari mobil itu, salah satunya Frieska. Dan dua gadis itu berjalan menuju meja tempat Aldo duduk. Mereka berdua duduk di hadapan Aldo.
Frieska: Kak Aldo, udah sampai duluan ternyata. Kenalkan ini teman aku, Manda. Manda, ini abang sepupu aku.
Aldo dan Manda pun berjabat tangan sebentar dan saling tersenyum.
Manda: Kak Aldo, aku teman sekelasnya Frieska. Dan yang paling cantik di kelas, hihihi.
Aldo hanya tertawa mendengarnya, lalu Frieska menimpali.
Frieska: Manda, jangan mulai deh narsisnya.
Manda(sambil menjulurkan lidah): Emang iya kan, weeeeekk!
Aldo: Oh iya, selamat ulang tahun ya Manda.
Manda(mengernyitkan alis): Hah? Ulang tahunku udah lewat, Kak.
Aldo: Loh, tapi Frieska tadi bilang kalau kamu ulang tahun hari ini makanya ngajak dinner.
Manda: Ampun deh Mpris, kamu pikun atau gimana sih?
Frieska: Hihihi, kalau aku gak ngomong gitu pasti kak Aldo gak mau diajak dinner. Kak Aldo selalu alasan mau belajar, padahal main game tuh di rumah.
Aldo: Hehehe, kamu kok tahu Mpris.
Frieska: Ya tahulah, kan aku tinggal tanya kak Melody aja.
Aldo: Hmm, jadi dalam rangka apa nih dinner disini kalau bukan Manda ulang tahun.
Manda: Frieska bilang mau nyomblangin aku dengan kak Aldo.
Aldo: Dedek Mpris, beneran?
Frieska(cengengesan):  Iya, kak Aldo. Soalnya Manda udah kelamaan menjomblo, trauma punya pacar yang ganteng.
Aldo: Hehehe, sampai segitunya. Benar gak, Manda?
Manda: Iya kak Aldo, cowok aku yang terakhir hampir aja grepe-grepe aku. Untungnya dihalangi ketua kelas dengan ancaman dilaporkan ke guru agar diskorsing.
Aldo: Waduh, bahaya juga. Tapi, dedek Mpris. Aku udah punya pacar.
Frieska: Hah? Masa? Aku gak percaya, kak Aldo pasti pakai jurus gombalan maut.
Manda: Hihi Mpris, kok dibilang jurus gombalan maut?
Frieska: Habisnya, kak Aldo hobinya ngegombal sih. Tapi gak pernah nembak cewek. Makanya aku bilang kalau dia nembak cewek istilahnya begitu. Aku aja pernah digombalin.
Aldo: Hehehe, dedek Mpris kan senang juga digombalin.
Manda tertawa cekikikan sedangkan Frieska pura-pura cemberut. Setelah menyelesaikan tawanya, Manda kembali bicara.
Manda: Oh iya, kak Aldo bener punya pacar? Ada fotonya gak, sebagai bukti.
Aldo: Ada dong, nih lihat.
Aldo menunjukkan fotonya Shania di smartphone-nya(Anggap saja fotonya adalah foto profilnya twitter Shania hehehehe) pada Manda. Manda lalu menunjukkan pada Frieska juga.
Aldo: Itu siswi sekelasku, namanya Shania Junianatha. Dia juga salah satu murid termuda di kelas.
Frieska: Termuda? Maksudnya apa, kak Aldo?
Aldo: Dia akan ulang tahun ke-15 dua hari lagi.
Frieska: Iss, kak Aldo doyan daun muda.
Manda kembali cekikikan mendengar omongan Frieska, sedangkan Aldo hanya cengengesan.
Aldo: Kamu lihat deh Mpris, dia kan kelihatan seperti gadis dewasa. Lagipula kedua orang tuanya gak melarang kok.
Frieska: Hmm, jadi gimana Manda? Jomblo lagi deh kamu hihihi.
Manda(memanyunkan bibir): Ih, Mpris. Kalau kak Aldo udah punya pacar kenapa kamu mau comblangin ke aku?
Frieska: Aku gak tahu sih, kak Aldo juga gak pernah bilang. Huh, dasar.
Aldo: Dedek Mpris, kamu kan gak pernah nanya.
Mereka lalu mengobrol ringan seputar film-film terbaru di bioskop. Dan langit yang sudah gelap menjadi tanda dimulainya dinner mereka. Setelah selesai makan, mereka berpisah jalan. Manda mengantarkan Frieska pulang, Aldo sendiri langsung pulang dengan motornya.
Keesokan harinya, Aldo keluar rumah lagi untuk mencari hadiah yang cocok buat Shania. Ia pun membeli seekor anak anjing yang berwarna coklat di toko hewan peliharaan. Ia memastikan anak anjing itu jinak, dan ia ngobrol sendiri dengan anak anjing itu, mengatakan agar nanti pemilik barunya adalah pacar dari ‘pemilik sementara’ yaitu orang yang membeli anak anjing itu. Petugas toko pun ikut membisikkan hal tersebut pada anak anjing itu. Anak anjing itu nampaknya tidak mengerti dan hanya menggonggong kecil. Aldo dan petugas itu tertawa seadanya mendengar suara anak anjing itu.
-----------------------------------------------------
Tanggal 27 Juni dini hari atau tepat jam 12 malam, Aldo mengirim pesan LINE pada Shania mengucapkan selamat ulang tahun, meskipun ia tahu kalau Shania sudah tidur. Aldo sendiri pun tidur karena pagi-pagi ia akan pergi ke rumah Shania. Setibanya di rumah Shania pada pukul 07.20 pagi, ia segera memencet bel rumahnya Shania. Pembantunya Shania yang berusia sekitar 40-an membukakan pintu.
Mbok: Eh, den Aldo. Pagi-pagi begini sudah datang.
Aldo: Hehe, Mbok. Shania belum bangun kan?
Mbok: Iya, den, non Shania masih tidur. Tapi biasanya sih 10 menit lagi bangun. Den Aldo tunggu di ruang tamu aja, ya. Mari masuk.
Aldo: Oke, terima kasih Mbok.
Kemudian Aldo membungkuk ke samping, meraih sesuatu yang tergeletak di samping kakinya tadi. Aldo lalu mengangkat kandang kecil yang berisi anak anjing, karena heran pembantunya Shania pun bertanya.
Mbok: Den Aldo, itu apa ya?
Aldo: Oh, ini hadiah ulang tahun buat Shania. Seekor anjing kecil yang lucu, hehehe.
Mbok: Wah, non Shania pasti senang deh. Akhirnya bisa punya anjing lagi.
Aldo: Eh Mbok, memangnya Shania pernah punya anjing?
Mbok: Iya, den Aldo. Non Shania pernah melihara anjing, tapi meninggal kena virus, entah virus apa. Itu udah 3 tahun yang lalu.
Aldo hanya memanggut-manggut, ia pun segera masuk ke rumah Shania dan pembantunya Shania lalu menutup pintu depan. Aldo duduk di sofa ruang tamu menunggu Shania bangun, dan setelah 15 menit, terlihat Shania yang wajahnya masih basah sehabis cuci muka, dan berjalan menghampiri Aldo yang lalu berdiri.
Shania: Eh darling, kapan datangnya?
Aldo: Belum lama kok Nia, aku bawa hadiah buat kamu.
Aldo lalu menggeser posisi berdirinya yang membelakangi kandang kecil berisi anak anjing itu. Shania matanya berbinar saat melihat isi kandang itu. Aldo langsung saja membuka tutup kandang itu dan mengangkat keluar anak anjing berwarna coklat itu. Anak anjing itu terlihat senang ketika di depan matanya ada Shania. Aldo segera memberikan kepada Shania hadiah ulang tahunnya. Anak anjing itu sepertinya juga senang bertemu pemilik barunya.
Aldo: Happy birthday sayang, ini hadiah buat kamu.
Shania(sambil meraih anak anjing dari tangan Aldo): Wah, darling. Thanks ya, aku senang banget.
Aldo: Aku juga senang kalau kamu senang. Nia, jaga baik-baik ya anjing ini.
Shania: Iya, pasti aku akan besarkan Aldo junior ini. Hihihi.
Aldo(mengernyitkan alis): Kok Aldo junior?
Shania: Hmm darling, kan anak anjing ini jantan. Jadi aku kasih nama pakai nama kamu juga deh.
Aldo: Nia, kok kamu bisa tahu kalau anjing ini jantan?
Shania: Ya bisa dong, aku kan pernah punya anjing. Jadi aku punya feeling aja kalau anjing ini jantan, benar kan darling?
Aldo: Iya, kamu benar kok. Memang anak anjing ini jantan.
Shania tiba-tiba matanya berkaca-kaca, dan mengejutkan Aldo.
Aldo: Hey Nia, kamu kenapa nangis?
Shania: Aku keingat sama anjing aku yang meninggal 3 tahun lalu. Hiks... hiks...
Aldo: Hmm, udah ya jangan nangis terus. Kamu lihat deh, anjingnya juga sedih tuh.
Shania lalu menatap anak anjing coklat itu, dan sorot mata anak anjing itu seperti sedih juga, dan Aldo segera menyeka air mata Shania, yang membuat Shania kembali tersenyum.
Aldo: Kamu jangan sedih lagi ya, aku yakin Aldo junior bisa menghibur kamu seterusnya.
Shania: Oke darling. Aku janji akan sayang pada Aldo junior seperi aku sayang pada anjing aku dulu.
Aldo: Nah, gitu dong. Ngomong-ngomong orang tua kamu belum bangun?
Shania: Belum, tapi biasanya sih sebentar lagi bangun.
Sekitar setengah jam kemudian, Aldo disambut kedua orang tua Shania, yang kemudian juga mengucapkan selamat ulang tahun pada anak semata wayang mereka. Mereka pun sarapan pagi bersama, dan anak anjing itu juga ikut makan di sebelah kaki Shania.
Suasana pagi hari yang ceria di rumah keluarga Shania. Aldo lalu mengajak Shania jalan-jalan ke taman kota, dan setibanya di sana ternyata ada cukup banyak pengunjung selain mereka berdua. Mereka memutuskan duduk di salah satu bangku taman. Karena ada beberapa stand penjual makanan dan es krim, Aldo berniat membelikan Shania es krim. Ia pergi membeli es krim, sedangkan Shania menunggu di bangku taman.
Tiba-tiba Aldo melihat sosok Guardian pria di samping pohon tempat DREAMSTONE berada. Banyak orang-orang berlalu lalang tapi sepertinya tidak menyadari keberadaan Guardian pria itu. Aldo berniat menanyakan kepadanya perihal DREAMSTONE.
Saat ia sudah mendekati orang itu, tiba-tiba orang itu bergerak sembunyi di balik pepohonan. Aldo mengikutinya sampai posisi mereka berada di balik pepohonan dan orang lain tak bisa melihat mereka berdua.
Aldo: Hey, lu Guardian kan?
Guardian: Benar sekali, orang terpilih.
Aldo: Tunggu, lu kok bisa bicara bahasa Indonesia?
Guardian: Karena ini dunia mimpi, orang terpilih.
Aldo: Oke, sekarang gue mau tanya beberapa hal soal DREAMSTONE, dan lu harus beritahu.
Guardian: Silahkan, orang terpilih.
Aldo: Pertama, kenapa gue disebut ‘orang terpilih’?
Guardian: Karena kau memang orang terpilih. Terpilih untuk menggunakan kekuatan satu dari delapan jewel stone.
Aldo: Hmm. Kedua, memangnya asal jewel stone itu darimana?
Guardian: Maaf orang terpilih, kalau itu sebaiknya partnerku yang memberitahumu.
Aldo: Okelah. Ketiga, apa benar kekuatan DREAMSTONE membuat gue bisa melanjutkan mimpi?
Guardian: Betul, tapi hanya mimpi bersifat positif saja. Misalnya seperti dirimu, mimpi punya kehidupan yang sedikit berbeda.
Aldo: Hmmm. Keempat, kapan kita bisa bertemu lagi? Sekarang aku harus segera menemui pacarku.
Guardian: Kau bisa bertemu denganku sesuai kehendakmu kapan saja di kehidupan mimpi ini. Tapi di kehidupan nyata tidak bisa begitu.
Aldo: Baiklah, apakah aku bisa bertemu partnermu nanti?
Guardian: Benar, kau akan bisa bertemu dia juga kapanpun kau mau, orang terpilih. Tapi tentu saja di tempat ini.
Aldo: Aku sudah cukup paham, terima kasih atas penjelasannya. Aku harus menemui pacarku dulu. Bye.
Si guardian hanya mengangguk lalu setelah Aldo menjauh, ia perlahan menghilang dari situ. Aldo kembali menemui Shania di bangku taman, dan beralasan antrian es krim panjang. Ketika tiba gilirannya, rupanya es krimnya sudah habis. Shania memakluminya, lalu mereka berdua pergi dari taman kota menuju taman bermain. Mereka naik beberapa wahana di sana, salah satunya roller coaster.
-----------------------------------------------------
Esoknya, Aldo pergi ke rumahnya Ve pada siang harinya, dan ketika pintu depan terbuka Aldo heran melihat seorang gadis berpipi sedikit tembem.
Aldo: Maaf, ini benar kan rumahnya kak Ve?
Gadis: Siapa ya? Iya benar, aku adiknya kak Ve. Namaku Gre.
Aldo: Hmm, kak Ve ada di rumah? Aku perlu bicara dengannya.
Gre: Ada, mari masuk.
Mereka berdua pun masuk, Aldo menunggu di ruang tamu sedangkan Gre memanggil Ve di dalam, dan Ve tersenyum melihat siapa yang datang mencarinya.
Ve: Aldo, ada apa ya? Mau bicara apa?
Aldo: Sebelum itu, aku mau tanya Kak. Gre siapa ya?
Ve: Oh, Gre adik aku juga. Dia juga jadi kakaknya Violet.
Aldo: Hmm, kak Rendy dimana?
Ve: Kak Rendy sedang kuliah, emang kamu ada hal yang mau dibicarakan dengan dia?
Aldo: Enggak sih Kak, aku cuma perlu ngomong sama kak Ve.
Ve: Yaudah, kamu ngomong deh.
Aldo: Kak Ve, apa benar sudah putus dengan kak Marko?
Ve nampak terkejut, namun segera menjawabnya.
Ve: I-iya benar, kamu tahu dari mana?
Aldo: Kak Marko yang cerita padaku, dan.. apa benar kak Ve suka sama aku?
Ve lalu menundukkan kepala sejenak, dan segera menjawab pertanyaan itu.
Ve: Iya benar, aku punya perasaan terpendam padamu Aldo.
Aldo: Benar enggak kak Ve suka padaku sejak aku menolong kak Ve?
Ve hanya mengangguk, Aldo menunduk sebentar sebelum melanjutkan omongannya.
Aldo: Kak Ve, dengar baik-baik. Aku bukannya tidak menghargai perasaan kak Ve, tapi aku tidak bisa membalasnya. Kak Ve udah aku anggap seperti kak Melody, dan sebenarnya waktu itu aku cuma kebetulan lewat jadi bisa nolong kak Ve. Kalau kak Ve bisa suka padaku karena itu, aku rasa agak janggal. Kak Ve, aku juga sudah punya pacar, yaitu Shania. Aku yakin kok kak Ve bisa mendapat jodoh di lain waktu, tapi yang pasti bukan aku. Aku harap kak Ve bisa mengerti ya.
Ve menundukkan kepala sebentar, kemudian tersenyum pada Aldo.
Ve: Aku ngerti kok Aldo. Aku juga sepertinya cuma nganggap kamu sebagai adik. Ya meskipun aku kadang cemburu melihat kamu dekat dengan cewek lain. Oke, aku janji akan menghapus rasa suka yang janggal itu.
Aldo: Baiklah kak Ve, kalau begitu aku mau pamit dulu.
Ve: Tunggu, kamu sudah makan siang belum?
Aldo hanya menggelengkan kepala, lalu Ve mengajaknya makan siang bersama. Aldo pun makan siang dirumahnya Ve, ia juga memberitahu Shania. Dan Shania nampaknya tidak cemburu, karena Ve sudah dianggap kakak oleh Shania. Aldo melihat kedekatan tiga gadis di rumah ini. Ve sepertinya sangat menyayangi Gre dan Violet.
-----------------------------------------------------
Sebulan berlalu, dan Aldo sudah masuk kelas 11. Teman-temannya di kelas 11 IPA 5 juga naik tingkat menjadi 12 IPA 5. Ia duduk sebangku dengan Shania, dan wali kelas mereka tetap Pak Boby. Sesekali suara sorakan terdengar di kelas ketika Aldo terlihat mesra dengan Shania. Lalu di hari pertama masuk sekolah, Indra ditagih PJ ketika waktu istirahat pertama.
Bagus: Woi Dra, udah kelas 11 nih. Mana janji lu waktu itu?
Indra: Janji apaan Gus?
Aldo: Jangan pura-pura deh Dra, lu kan waktu itu jadian sama Yupi anak IPS 6, dan belum bayar PJ.
Indra: Oh, soal itu. Gue kira apaan.
Derry: Jadi gimana, Dra? Ayo dong, gue lapar nih habis upacara tadi.
Indra: Yaudah, ayo kita berangkat guys.
Para murid cowok pun berbondong-bondong ke kantin, dengan Indra memimpin jalan di depan. Sampai di kantin, ternyata ramai dan hampir tidak ada tempat untuk para murid cowok kelas 11 IPA 3 itu. Mereka terpaksa berpencar-pencar, dan Aldo menuju satu tempat yang sudah diduduki Devin dan Desy. Indra ikut duduk bersama Yupi dan 2 temannya, siapa lagi kalau bukan Shani dan Ayana. Sedangkan yang lainnya juga duduk ke tempat pacar-pacar mereka.
Aldo’s dream end.
Paginya, Aldo terbangun dengan suara alarm smartphonenya. Ia pun segera mandi dan ikut sarapan bersama Melody, setelah itu berangkat ke sekolah seperti biasa.
Tak terasa waktu berjalan, dan Aldo bersama murid-murid kelas 11 lainnya naik kelas. Kini tibalah hari pertama masuk sekolah, tanggal 27 Juli 2015.
Selesai upacara sekolah, para murid kelas 11 pun memasuki kelasnya masing-masing di lantai 2 dari beberapa gedung sekolah. Dan di kelas 11 IPA 3, murid-muridnya duduk dengan posisi seperti sebelumnya, Aldo dengan Indra dan sebagainya.
Pak Boby: Anak-anak, Bapak kembali menjadi wali kelas kalian, dan seperti yang pernah Bapak janjikan. Hari ini akan diketahui siapa peringkat 10 besar, juga yang lainnya.
Hening sejenak kelas itu, dan Pak Boby berdehem sebentar lalu membuka sebuah buku yang sepertinya ada daftar peringkat kelas di tahun ajaran lalu. Ia mulai membacakannya.
Pak Boby: Peringkat pertama Sinka Juliani!
Seketika tepuk tangan menggelegar di kelas itu, beberapa siswi di dekat tempat duduk Sinka mengucapkan selamat kepadanya. Ada juga yang memujinya, Sinka hanya tersenyum dan berterima kasih pada mereka.
Pak Boby: Tenang-tenang! Masih banyak yang harus Bapak bacakan.
Seketika hening kembali di kelas itu, mereka menunggu pembacaan berikutnya.
Pak Boby: Peringkat kedua Shania Junianatha!
Tepuk tangan kembali bergemuruh di kelas itu, dan banyak ucapan selamat pada Shania. Yang pertama mengucapkannya adalah Marsya, teman terdekat Shania.
Pak Boby: Peringkat ketiga Nabilah Ratna Ayu!
Lagi-lagi tepuk tangan yang ramai, Aldo dan Indra serta Sonya mengucapkan selamat pada Nabilah.
Pak Boby: Peringkat keempat Aldo Vorgian!
Dan kali ini tepuk tangan paling nyaring, karena semua murid cowok kecuali Aldo bertepuk tangan hingga telapak tangan mereka memerah. Mereka juga berteriak ‘HIDUP ALDO!’ sedangkan yang dimaksud hanya menggeleng-geleng kepala.
Pak Boby: Peringkat kelima Jessica Vania!
Lagi-lagi tepuk tangan, tetapi volumenya lebih kecil dari yang sebelumnya. Pujian juga diberikan pada Jeje.
Dan Pak Boby terus membacakan semua peringkat, tepuk tangan terakhir adalah ketika peringkat 10 dibacakan. Dari peringkat 11 sampai 40 tidak ada lagi tepuk tangan.
Pak Boby: Selamat buat 10 besar di kelas ini, dan sepertinya posisi duduk kalian akan Bapak rombak.
Semua murid kelihatannya menduga-duga siapa yang akan duduk dengan mereka. Beberapa nampaknya santai, salah satunya Aldo. Pak Boby lalu menyuruh semua murid maju ke depan kelas, tas mereka tetap di bangku.
Pak Boby: Bapak mengatur posisinya acak, tapi yang duduk sebangku sederhana saja. Peringkat pertama duduk dengan peringkat terakhir, dan yang lain juga begitu. Asal kalian tahu, perbedaan nilai rata-rata peringkat pertama dan terakhir hanya sekitar 20 poin. Bapak tidak bermaksud apa-apa, hanya ingin melihat posisi duduk yang berbeda dari tahun ajaran lalu.
Para murid nampak bergosip, sebelum Pak Boby kembali bicara.
Pak Boby: Kalian akan Bapak tentukan posisinya sekarang. Contohnya dulu. Dimulai dari Aldo, kamu duduk di barisan tengah!
Kemudian Aldo pun mengambil tasnya di tempat duduknya, dan duduk di sebuah meja pada tengah-tengah kelas itu. Ia menempati bangku seorang siswi yang lalu menenteng tasnya pergi ke depan kelas lagi diantara para murid.
Pak Boby: Nah, karena Aldo peringkat 4 maka dia duduk sebangku dengan peringkat 4 dari bawah, yaitu peringkat 37. Siapa itu, ayo tunjukkan dirimu hehehe.
Para murid pun cekikikan mendengar perkataan wali kelas mereka yang sedikit melucu.
Mendadak Sonya berjalan menuju bangkunya dan mengambil tasnya lalu duduk di samping Aldo. Hal itu diperhatikan seluruh murid yang kemudian bersorak ‘Cieeee’. Aldo menanggapinya santai, sedangkan Sonya wajahnya mulai merah padam.
Dan para murid pun sudah duduk dengan ‘pasangan’ masing-masing. Nabilah duduk di bangku tepat di belakang Aldo, dan di sampingnya Heru, peringkat 3 terakhir. Indra yang peringkat 11 duduk dengan peringkat 30 yaitu Yudha. Shania duduk dengan William, Jeje duduk dengan Marsya tepat di bangku depannya Shania. Entah kebetulan atau tidak, Derry kembali duduk sebangku dengan Vina. Vania duduk dengan Bagus, Sinka duduk dengan seorang siswa bernama Tejo.
Waktu istirahat pertama tiba, Aldo menuju kantin sendirian. Teman-teman sekelasnya hanya beberapa yang pergi ke kantin juga, dan tidak terlalu dekat dengan Aldo. Sesampainya di kantin, ia memesan makanan lalu saat pesanannya selesai dibuat, tidak ada lagi meja yang belum ditempati. Aldo kebingungan mencari tempat duduk, lalu melihat ada 2 orang gadis yang dikenalinya duduk bersama. Ia pun berjalan mendekati meja itu, dan rupanya 2 gadis itu adalah Stella dan Sonia yang duduk berdampingan dan 2 tempat duduk yang berhadapan dengan mereka kosong.
Aldo: Hay Stella, Sonia, boleh aku ikut duduk?
Stella: Hm, Aldo, boleh kok. Tapi kamu sendiri kan? Enggak ada teman kamu yang lain?
Sonia: Iya kak Aldo, soalnya satu tempat duduk lagi udah ada yang pesan hihihi.
Aldo(sambil duduk): Oh, aku sendiri kok. Emangnya satu lagi tempatnya siapa?
Stella: Ada deh, hihihi.
Aldo(tertawa ringan): Yaudah deh, aku makan dulu ya.
Kedua gadis itu hanya mengangguk, lalu mereka melanjutkan makan juga. Tak lama kemudian seorang gadis duduk di samping Aldo, yang rupanya Naomi.
Naomi: Eh, Aldo. Tumben datang sendiri, gak bareng teman-teman kamu?
Aldo: Hai Naomi, iya nih. Teman-teman sekelasku lagi malas ke kantin.

Naomi hanya manggut-manggut, lalu mulai makan juga. Aldo melanjutkan makannya dan dengan cepat sudah selesai, bahkan sebelum makanannya Stella dan Sonia habis.

Aldo: Nah, karena aku diberikan tempat duduk, aku akan berikan kalian bertiga sebuah hadiah.

Ketiga gadis itu hanya mengernyitkan alis sambil menghentikan makannya, menunggu apa yang ingin diberikan Aldo.

TO BE CONTINUED...

By: E.D.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Between Dream And Reality, Part 12

GALLANT IMPACT, Chapter 25

GALLANT IMPACT, Chapter 29