Between Dream And Reality, Part 9
Part 9: Accentuation
Setelah Guardian wanita itu
menghilang di hadapan Aldo, segeralah Aldo meninggalkan tempat itu. Sepulangnya
di rumah, ia terus memikirkan kapan ia bisa bertemu lagi salah satu dari
Guardian DREAMSTONE. Karena Aldo perlu kejelasan mengenai kekuatan dari
DREAMSTONE untuk apa saja.
Kemudian tanpa disadari Aldo,
kakaknya yaitu Melody sudah pulang dan membuyarkan lamunannya dengan menjentikkan
jari.
Melody: Hey dek, bengong aja.
Belum kesambet kan?
Aldo: Eh Kakak, kapan pulangnya?
Melody: Baru saja, kamu kenapa
sih melamun dari tadi? Mikirin siapa, hayo?
Aldo: Aku gak mikirin siapa-siapa kok
Kak, cuma pelajaran sekolah.
Melody: Yakin kamu, mikirin
pelajaran sekolah? Masa segitunya sampai belum ganti baju.
Barulah Aldo menyadari kalau dari
pulang tadi ia belum berganti pakaian. Ia pun cengengesan, dan Melody menggeleng-geleng kepala.
Melody: Kamu ganti baju ya, Kakak
mau siap-siap masak dulu.
Aldo hanya mengangguk, Melody pun
keluar dari kamarnya Aldo yang tadi pintunya tidak ditutup karena ia langsung
melamun lama sekali.
Sehabis makan malam, Aldo tidur
pada pukul 9 malam. Melody sendiri masih menonton TV karena film horror yang
tayang belum habis.
Aldo’s dream
start...
Di sebuah kafe, tanggal 24 Juni
2016 pukul 08.35
Sekolahnya Aldo sudah memasuki
masa liburan, karena semua murid-murid kelas 10 dan 11 baru sekitar seminggu
menyelesaikan ujian akhir semester yang terakhir. Para murid kelas 12 sudah
banyak yang mulai mendaftar ke perguruan tinggi, hal ini diketahui pihak
sekolah yang memang ingin tetap memantau para murid kelas 12 menentukan pilihan
tempat kuliah mereka setelah selesai Ujian Nasional 2 bulan lalu.
Aldo sedang ‘nongkrong’ di kafe
bersama pacarnya Shania. Mereka sudah berpacaran selama 3 bulan, Aldo
mengungkapkan perasaannya pada Shania dengan puisi berbahasa Inggris yang
dibuatnya sendiri. Ia membacakannya saat mengajak Shania hangout di hari
Selasa, 15 Maret di sebuah kafe, yang saat itu sudah sore sehingga tinggal
sedikit pengunjung. Shania menerimanya dengan senang hati, ciuman pertama
mereka adalah ketika tiba di depan rumah Shania namun ortunya Shania belum
pulang kerja. Sejak saat itu Shania memanggil Aldo dengan sebutan ‘darling’ dan
sekarang semua cowok kelas 10 IPA 3 punya pacar, karena Heru, Bagus, dan Indra
juga menyusul punya pacar. Indra malah dapat pacar sehari sebelum Aldo menembak
Shania. Siapa lagi kalau bukan Cindy Yuvia.
Shania: Darling, kamu tahu gak
kalau nanti tahun ajaran berikutnya akan diadakan lagi upacara bendera di hari
Senin?
Aldo: Kamu tahu dari mana, Nia?
Shania: Aku kan deket sama kak
Ve, jadi OSIS diberitahu kalau kepala sekolah akan mengadakan lagi upacara
bendera.
Aldo: Haduh, baru aja tahun ajaran
ini dilewati tanpa upacara bendera, eh malah nanti ada lagi.
Shania: Gak boleh gitu darling,
kan tahun ajaran ini cuma percobaan biar proses belajar mengajar lebih banyak
waktunya.
Aldo: Iya deh, kamu udah mau
pulang? Sudah sore loh, nanti pembantu di rumah nyariin.
Shania: Oke deh darling, yuk kita
pulang.
Kemudian Aldo mengantar Shania
pulang dengan motornya, sesampainya di depan pintu rumah pipi kanan Aldo
dikecup Shania seperti biasa, sebelum ia memasuki rumahnya.
Dan Aldo juga langsung pulang ke rumahnya,
karena mamanya baru saja SMS menanyakannya kapan pulang, yang dibalas Aldo
‘OTW’.
Keesokan harinya, SMS masuk ke
smartphone Aldo pada pukul 09.00 pagi, dan ternyata itu dari Marko, pacarnya
Ve.
Marko: Aldo, bisa gak gue ngobrol
dengan lu di kafe Moonlight?
Aldo: Ada apa ya kak Marko? Gue
bisa aja sih, tapi agak siangan.
Marko: Gue perlu ngomong sesuatu
dengan lu, berdua aja. Nanti siang jam 1 ya.
Aldo: Okelah, gue akan datang.
Paginya, Aldo sarapan bersama
kakaknya Melody dan kedua orang tua mereka. Seusai makan, ada pesan LINE
hinggap di smartphone Aldo, ia lalu berjalan ke ruang tamu untuk melihatnya.
Ternyata dari adik sepupunya, Frieska.
Frieska: Kak Aldo, nanti sore ke
Moonlight kafe ya. Kita makan dinnernya nanti bareng teman aku. Dia hari ini
ulang tahun.
Aldo: Boleh, teman kamu atau
pacar kamu hehehe.
Frieska: Teman aku cewek, Kak.
Nanti datang ya.
Aldo: OK.
Siang pun tiba, Aldo pamit mau
pergi keluar pada ortunya. Dan Aldo segera menjalankan motornya menuju
Moonlight kafe. Ia tiba di sana dan mau mencari tempat duduk, tapi dilihatnya
ada Marko di salah satu meja. Aldo pun segera duduk bareng Marko.
Marko: Selamat siang, Aldo.
Akhirnya lu datang juga.
Aldo: Kak Marko, hal apa yang mau
diomongin?
Marko: Sebelum gue mulai ngomong,
gue minta tolong lu jangan potong sampai selesai. Oke?
Aldo: Oke, kak Marko. Tapi kita
makan siang aja dulu.
Marko hanya mengangguk lalu
melambaikan tangan memanggil pelayan. Setelah si pelayan mencatat pesanan
mereka berdua, ia pun pergi. Hening sejenak di meja itu, meskipun di beberapa
meja lain ada suara ketawa dan orang makan. Keheningan pun pecah ketika Marko
angkat bicara.
Marko: Aldo, yang mau gue omongin
nanti juga berkaitan dengan Ve. Nanti selesai kita makan, gue baru mulai
pembicaraan ini lagi.
Dan Aldo agak terheran, tapi ia
mengangguk. Beberapa menit hening kembali, dan pelayan tadi mengantarkan
pesanan mereka. Aldo dan Marko pun melahap dengan cepat hingga tak sampai 10
menit makanan mereka berdua sudah habis. Mereka pun meminum sedikit jus jeruk
masing-masing, dan Marko menghela nafas sekali sebelum mulai bicara.
Marko: Aldo, gue udah putus
dengan Ve.
Nampak sekali Aldo terkejut,
karena ia selama ini merasa Ve perhatian kepadanya di sekolah. Bahkan kadang Ve
main ke rumahnya untuk mengobrol dengan Melody, juga mengobrol dengannya. Aldo
hanya mengangakan mulut sejenak, ia tak bisa berkata apa-apa.
Marko: Aldo, gue putus dengan Ve
karena dia tidak bisa tahan lagi pacaran sama gue. Dia gak pernah ada perasaan
suka sama gue, dia sukanya sama elu.
Sekali lagi Aldo mengangakan
mulut, dan Marko kembali menghela nafas sekali.
Marko: Gue gak pernah nyalahin
elu, tapi gue harap lu bisa nerima perasaan Ve. Dia sebenarnya sudah suka sama
elu sebelum gue nembak dia dulu. Sekarang apa tanggapan elu, Do?
Aldo: Kak Marko, jujur sih gue
emang merasa kak Ve suka pada gue. Tapi, memangnya kak Marko gak patah hati?
Lagipula mukaku kan biasa aja, kak Marko lebih tampan. Kenapa kak Ve malah
sukanya sama aku? Itu yang aku paling herankan.
Marko: Kalau patah hati sih, itu
pasti Do. Tapi mental gue udah kuat kok sejak Ve nerima gue sebagai pacar, gue
selalu olahraga agar kondisi mental gue gak drop ketika patah hati dengan Ve.
Gue trauma untuk menjalin hubungan cinta, karena mantan pacar gue sebelum Ve ninggalin
gue demi cowok lain yang lebih ganteng dan lebih kaya. Gue berhenti jadi ketua
OSIS sejak itu, makanya Jaka yang gantiin gue. Anggota OSIS lain sempat
menghibur gue, dan salah satunya Ve. Ketika itu gue mulai suka pada dia. Gue
bisa merasakan kalau Ve bukan tipe cewek yang memandang wajah cowok untuk
menyukainya. Gue udah tahu waktu itu dari beberapa teman sekelas Ve kalau dia
sepertinya suka pada anak kelas 10. Akhirnya gue coba cari tahu dengan
membuntuti Ve diam-diam, ternyata elu yang dia sukai.
Kembali Aldo terdiam, tak mampu
berkata apapun.
Marko: Aldo, gue putus dari Ve
sekitar sebulan lalu. Dan beberapa hari lalu gue sempat tanya ke dia, siapa
cowok yang dia sukai dan alasan Ve bisa menyukai cowok itu. Gue sebenarnya
sudah tahu, tapi gue ingin Ve terus terang pada gue. Jadi Ve bilang, dia suka
pada elu Do. Dan dia bisa suka pada lu karena pernah ditolongin. Dia jatuh dari
tangga, ternyata badannya tidak langsung terhempas ke lantai. Tapi Ve malah
menimpa elu Do. Jadi dia merasa berhutang nyawa pada lu, dan mulai suka.
Menurut gue sih agak aneh Do, tapi itu yang dia bilang ke gue beberapa hari
lalu.
Aldo: Kak Marko, gue akan coba
ngomongin pada kak Ve agar bisa menerima elu. Nanti elu bisa balikan lagi
dengan dia.
Marko: Gak usah, Aldo. Gue ikhlas
kok kalau elu pacaran dengan Ve. Gue optimis bisa menemukan jodoh di waktu yang
akan datang. Mungkin beberapa bulan lagi, atau beberapa tahun mendatang. Kalau
begitu, gue pergi dulu. Biar lu pikirin deh mau nerima perasaan Ve atau enggak.
Gue harap sih elu bisa balas perasaan dia. Dan, Aldo, gue yang bayar aja
pesanan kita tadi. Kan gue yang ngajak elu kesini. Bye Aldo.
Aldo hanya melambaikan tangan
pada Marko, yang lalu pergi dari kafe itu setelah membayar pesanan mereka
berdua tadi. Tak lama kemudian, seorang pelayan datang membersihkan meja tempat
Aldo duduk. Aldo yang masih melamun ditepuk pundaknya oleh pelayan itu.
Pelayan: Dek, jangan melamun
terus. Nanti bisa kerasukan setan.
Aldo: Eh, Bang. Saya yakin kok
gak akan kerasukan hahaha.
Pelayan itu hanya tersenyum lalu
menggeleng-gelengkan kepala, ia pun berlalu setelah itu.
Aldo terus memikirkan kenapa ada
kejadian seperti ini di kehidupan mimpinya. Ve yang dia anggap seperti kakak
sendiri, malah punya perasaan terpendam pada Aldo. Padahal di sekolah, banyak
cowok-cowok yang memperhatikan Ve baik dari jauh maupun dari dekat. Aldo
teringat perkataan kakaknya, Melody beberapa hari lalu. Ketika Melody
memberitahu pada Aldo kalau Ve ternyata mendaftar kuliah di universitas swasta
yang sama dengannya. Aldo mulai bingung, ia sudah pacaran dengan Shania. Tapi
ia tidak ingin Ve menangis karena ditolak perasaannya. Aldo memutuskan untuk
menemui Ve di rumahnya sehari setelah tanggal 27 dimana Shania berulang tahun.
Tanpa disadari Aldo, ia telah
memikirkan masalah tadi selama beberapa jam sehingga langit mulai menguning,
dan di luar kafe tampak ada sebuah mobil yang baru berhenti. Aldo melihat 2
orang gadis keluar dari mobil itu, salah satunya Frieska. Dan dua gadis itu
berjalan menuju meja tempat Aldo duduk. Mereka berdua duduk di hadapan Aldo.
Frieska: Kak Aldo, udah sampai
duluan ternyata. Kenalkan ini teman aku, Manda. Manda, ini abang sepupu aku.
Aldo dan Manda pun berjabat
tangan sebentar dan saling tersenyum.
Manda: Kak Aldo, aku teman
sekelasnya Frieska. Dan yang paling cantik di kelas, hihihi.
Aldo hanya tertawa mendengarnya,
lalu Frieska menimpali.
Frieska: Manda, jangan mulai deh
narsisnya.
Manda(sambil menjulurkan lidah):
Emang iya kan, weeeeekk!
Aldo: Oh iya, selamat ulang tahun
ya Manda.
Manda(mengernyitkan alis): Hah?
Ulang tahunku udah lewat, Kak.
Aldo: Loh, tapi Frieska tadi
bilang kalau kamu ulang tahun hari ini makanya ngajak dinner.
Manda: Ampun deh Mpris, kamu
pikun atau gimana sih?
Frieska: Hihihi, kalau aku gak
ngomong gitu pasti kak Aldo gak mau diajak dinner. Kak Aldo selalu alasan mau
belajar, padahal main game tuh di rumah.
Aldo: Hehehe, kamu kok tahu
Mpris.
Frieska: Ya tahulah, kan aku
tinggal tanya kak Melody aja.
Aldo: Hmm, jadi dalam rangka apa
nih dinner disini kalau bukan Manda ulang tahun.
Manda: Frieska bilang mau
nyomblangin aku dengan kak Aldo.
Aldo: Dedek Mpris, beneran?
Frieska(cengengesan): Iya, kak Aldo. Soalnya Manda udah kelamaan
menjomblo, trauma punya pacar yang ganteng.
Aldo: Hehehe, sampai segitunya.
Benar gak, Manda?
Manda: Iya kak Aldo, cowok aku
yang terakhir hampir aja grepe-grepe aku. Untungnya dihalangi ketua kelas
dengan ancaman dilaporkan ke guru agar diskorsing.
Aldo: Waduh, bahaya juga. Tapi,
dedek Mpris. Aku udah punya pacar.
Frieska: Hah? Masa? Aku gak
percaya, kak Aldo pasti pakai jurus gombalan maut.
Manda: Hihi Mpris, kok dibilang
jurus gombalan maut?
Frieska: Habisnya, kak Aldo
hobinya ngegombal sih. Tapi gak pernah nembak cewek. Makanya aku bilang kalau
dia nembak cewek istilahnya begitu. Aku aja pernah digombalin.
Aldo: Hehehe, dedek Mpris kan
senang juga digombalin.
Manda tertawa cekikikan sedangkan
Frieska pura-pura cemberut. Setelah menyelesaikan tawanya, Manda kembali
bicara.
Manda: Oh iya, kak Aldo bener
punya pacar? Ada fotonya gak, sebagai bukti.
Aldo: Ada dong, nih lihat.
Aldo menunjukkan fotonya Shania
di smartphone-nya(Anggap saja fotonya adalah foto profilnya twitter Shania
hehehehe) pada Manda. Manda lalu menunjukkan pada Frieska juga.
Aldo: Itu siswi sekelasku,
namanya Shania Junianatha. Dia juga salah satu murid termuda di kelas.
Frieska: Termuda? Maksudnya apa,
kak Aldo?
Aldo: Dia akan ulang tahun ke-15
dua hari lagi.
Frieska: Iss, kak Aldo doyan daun
muda.
Manda kembali cekikikan mendengar
omongan Frieska, sedangkan Aldo hanya cengengesan.
Aldo: Kamu lihat deh Mpris, dia
kan kelihatan seperti gadis dewasa. Lagipula kedua orang tuanya gak melarang
kok.
Frieska: Hmm, jadi gimana Manda?
Jomblo lagi deh kamu hihihi.
Manda(memanyunkan bibir): Ih,
Mpris. Kalau kak Aldo udah punya pacar kenapa kamu mau comblangin ke aku?
Frieska: Aku gak tahu sih, kak
Aldo juga gak pernah bilang. Huh, dasar.
Aldo: Dedek Mpris, kamu kan gak
pernah nanya.
Mereka lalu mengobrol ringan
seputar film-film terbaru di bioskop. Dan langit yang sudah gelap menjadi tanda
dimulainya dinner mereka. Setelah selesai makan, mereka berpisah jalan. Manda
mengantarkan Frieska pulang, Aldo sendiri langsung pulang dengan motornya.
Keesokan harinya, Aldo keluar
rumah lagi untuk mencari hadiah yang cocok buat Shania. Ia pun membeli seekor anak
anjing yang berwarna coklat di toko hewan peliharaan. Ia memastikan anak anjing
itu jinak, dan ia ngobrol sendiri dengan anak anjing itu, mengatakan agar nanti
pemilik barunya adalah pacar dari ‘pemilik sementara’ yaitu orang yang membeli
anak anjing itu. Petugas toko pun ikut membisikkan hal tersebut pada anak
anjing itu. Anak anjing itu nampaknya tidak mengerti dan hanya menggonggong
kecil. Aldo dan petugas itu tertawa seadanya mendengar suara anak anjing itu.
-----------------------------------------------------
Tanggal 27 Juni dini hari atau
tepat jam 12 malam, Aldo mengirim pesan LINE pada Shania mengucapkan selamat
ulang tahun, meskipun ia tahu kalau Shania sudah tidur. Aldo sendiri pun tidur
karena pagi-pagi ia akan pergi ke rumah Shania. Setibanya di rumah Shania pada
pukul 07.20 pagi, ia segera memencet bel rumahnya Shania. Pembantunya Shania
yang berusia sekitar 40-an membukakan pintu.
Mbok: Eh, den Aldo. Pagi-pagi
begini sudah datang.
Aldo: Hehe, Mbok. Shania belum
bangun kan?
Mbok: Iya, den, non Shania masih
tidur. Tapi biasanya sih 10 menit lagi bangun. Den Aldo tunggu di ruang tamu
aja, ya. Mari masuk.
Aldo: Oke, terima kasih Mbok.
Kemudian Aldo membungkuk ke
samping, meraih sesuatu yang tergeletak di samping kakinya tadi. Aldo lalu
mengangkat kandang kecil yang berisi anak anjing, karena heran pembantunya
Shania pun bertanya.
Mbok: Den Aldo, itu apa ya?
Aldo: Oh, ini hadiah ulang tahun
buat Shania. Seekor anjing kecil yang lucu, hehehe.
Mbok: Wah, non Shania pasti
senang deh. Akhirnya bisa punya anjing lagi.
Aldo: Eh Mbok, memangnya Shania
pernah punya anjing?
Mbok: Iya, den Aldo. Non Shania
pernah melihara anjing, tapi meninggal kena virus, entah virus apa. Itu udah 3
tahun yang lalu.
Aldo hanya memanggut-manggut, ia
pun segera masuk ke rumah Shania dan pembantunya Shania lalu menutup pintu
depan. Aldo duduk di sofa ruang tamu menunggu Shania bangun, dan setelah 15
menit, terlihat Shania yang wajahnya masih basah sehabis cuci muka, dan berjalan
menghampiri Aldo yang lalu berdiri.
Shania: Eh darling, kapan
datangnya?
Aldo: Belum lama kok Nia, aku
bawa hadiah buat kamu.
Aldo lalu menggeser posisi
berdirinya yang membelakangi kandang kecil berisi anak anjing itu. Shania
matanya berbinar saat melihat isi kandang itu. Aldo langsung saja membuka tutup
kandang itu dan mengangkat keluar anak anjing berwarna coklat itu. Anak anjing
itu terlihat senang ketika di depan matanya ada Shania. Aldo segera memberikan
kepada Shania hadiah ulang tahunnya. Anak anjing itu sepertinya juga senang
bertemu pemilik barunya.
Aldo: Happy birthday sayang, ini
hadiah buat kamu.
Shania(sambil meraih anak anjing
dari tangan Aldo): Wah, darling. Thanks ya, aku senang banget.
Aldo: Aku juga senang kalau kamu
senang. Nia, jaga baik-baik ya anjing ini.
Shania: Iya, pasti aku akan
besarkan Aldo junior ini. Hihihi.
Aldo(mengernyitkan alis): Kok
Aldo junior?
Shania: Hmm darling, kan anak
anjing ini jantan. Jadi aku kasih nama pakai nama kamu juga deh.
Aldo: Nia, kok kamu bisa tahu
kalau anjing ini jantan?
Shania: Ya bisa dong, aku kan
pernah punya anjing. Jadi aku punya feeling aja kalau anjing ini jantan, benar
kan darling?
Aldo: Iya, kamu benar kok. Memang
anak anjing ini jantan.
Shania tiba-tiba matanya
berkaca-kaca, dan mengejutkan Aldo.
Aldo: Hey Nia, kamu kenapa
nangis?
Shania: Aku keingat sama anjing
aku yang meninggal 3 tahun lalu. Hiks... hiks...
Aldo: Hmm, udah ya jangan nangis
terus. Kamu lihat deh, anjingnya juga sedih tuh.
Shania lalu menatap anak anjing
coklat itu, dan sorot mata anak anjing itu seperti sedih juga, dan Aldo segera
menyeka air mata Shania, yang membuat Shania kembali tersenyum.
Aldo: Kamu jangan sedih lagi ya,
aku yakin Aldo junior bisa menghibur kamu seterusnya.
Shania: Oke darling. Aku janji akan
sayang pada Aldo junior seperi aku sayang pada anjing aku dulu.
Aldo: Nah, gitu dong.
Ngomong-ngomong orang tua kamu belum bangun?
Shania: Belum, tapi biasanya sih
sebentar lagi bangun.
Sekitar setengah jam kemudian,
Aldo disambut kedua orang tua Shania, yang kemudian juga mengucapkan selamat
ulang tahun pada anak semata wayang mereka. Mereka pun sarapan pagi bersama,
dan anak anjing itu juga ikut makan di sebelah kaki Shania.
Suasana pagi hari yang ceria di
rumah keluarga Shania. Aldo lalu mengajak Shania jalan-jalan ke taman kota, dan
setibanya di sana ternyata ada cukup banyak pengunjung selain mereka berdua.
Mereka memutuskan duduk di salah satu bangku taman. Karena ada beberapa stand
penjual makanan dan es krim, Aldo berniat membelikan Shania es krim. Ia pergi
membeli es krim, sedangkan Shania menunggu di bangku taman.
Tiba-tiba Aldo melihat sosok
Guardian pria di samping pohon tempat DREAMSTONE berada. Banyak orang-orang
berlalu lalang tapi sepertinya tidak menyadari keberadaan Guardian pria itu.
Aldo berniat menanyakan kepadanya perihal DREAMSTONE.
Saat ia sudah mendekati orang
itu, tiba-tiba orang itu bergerak sembunyi di balik pepohonan. Aldo
mengikutinya sampai posisi mereka berada di balik pepohonan dan orang lain tak
bisa melihat mereka berdua.
Aldo: Hey, lu Guardian kan?
Guardian: Benar sekali, orang terpilih.
Aldo: Tunggu, lu kok bisa bicara
bahasa Indonesia?
Guardian: Karena ini dunia mimpi, orang
terpilih.
Aldo: Oke, sekarang gue mau tanya
beberapa hal soal DREAMSTONE, dan lu harus beritahu.
Guardian: Silahkan, orang terpilih.
Aldo: Pertama, kenapa gue disebut
‘orang terpilih’?
Guardian: Karena kau memang orang terpilih. Terpilih
untuk menggunakan kekuatan satu dari delapan jewel stone.
Aldo: Hmm. Kedua, memangnya asal
jewel stone itu darimana?
Guardian: Maaf orang terpilih, kalau itu
sebaiknya partnerku yang memberitahumu.
Aldo: Okelah. Ketiga, apa benar
kekuatan DREAMSTONE membuat gue bisa melanjutkan mimpi?
Guardian: Betul, tapi hanya mimpi bersifat
positif saja. Misalnya seperti dirimu,
mimpi punya kehidupan yang sedikit berbeda.
Aldo: Hmmm. Keempat, kapan kita
bisa bertemu lagi? Sekarang aku harus segera menemui pacarku.
Guardian: Kau bisa bertemu denganku sesuai kehendakmu kapan saja di kehidupan
mimpi ini. Tapi di kehidupan nyata tidak bisa
begitu.
Aldo: Baiklah, apakah aku bisa
bertemu partnermu nanti?
Guardian: Benar, kau akan bisa bertemu dia
juga kapanpun kau mau, orang terpilih.
Tapi tentu saja di tempat ini.
Aldo: Aku sudah cukup paham,
terima kasih atas penjelasannya. Aku harus menemui pacarku dulu. Bye.
Si guardian hanya mengangguk lalu
setelah Aldo menjauh, ia perlahan menghilang dari situ. Aldo kembali menemui
Shania di bangku taman, dan beralasan antrian es krim panjang. Ketika tiba
gilirannya, rupanya es krimnya sudah habis. Shania memakluminya, lalu mereka
berdua pergi dari taman kota menuju taman bermain. Mereka naik beberapa wahana
di sana, salah satunya roller coaster.
-----------------------------------------------------
Esoknya, Aldo pergi ke rumahnya
Ve pada siang harinya, dan ketika pintu depan terbuka Aldo heran melihat
seorang gadis berpipi sedikit tembem.
Aldo: Maaf, ini benar kan
rumahnya kak Ve?
Gadis: Siapa ya? Iya benar, aku
adiknya kak Ve. Namaku Gre.
Aldo: Hmm, kak Ve ada di rumah?
Aku perlu bicara dengannya.
Gre: Ada, mari masuk.
Mereka berdua pun masuk, Aldo
menunggu di ruang tamu sedangkan Gre memanggil Ve di dalam, dan Ve tersenyum
melihat siapa yang datang mencarinya.
Ve: Aldo, ada apa ya? Mau bicara
apa?
Aldo: Sebelum itu, aku mau tanya
Kak. Gre siapa ya?
Ve: Oh, Gre adik aku juga. Dia
juga jadi kakaknya Violet.
Aldo: Hmm, kak Rendy dimana?
Ve: Kak Rendy sedang kuliah,
emang kamu ada hal yang mau dibicarakan dengan dia?
Aldo: Enggak sih Kak, aku cuma
perlu ngomong sama kak Ve.
Ve: Yaudah, kamu ngomong deh.
Aldo: Kak Ve, apa benar sudah
putus dengan kak Marko?
Ve nampak terkejut, namun segera
menjawabnya.
Ve: I-iya benar, kamu tahu dari
mana?
Aldo: Kak Marko yang cerita
padaku, dan.. apa benar kak Ve suka sama aku?
Ve lalu menundukkan kepala
sejenak, dan segera menjawab pertanyaan itu.
Ve: Iya benar, aku punya perasaan
terpendam padamu Aldo.
Aldo: Benar enggak kak Ve suka
padaku sejak aku menolong kak Ve?
Ve hanya mengangguk, Aldo
menunduk sebentar sebelum melanjutkan omongannya.
Aldo: Kak Ve, dengar baik-baik.
Aku bukannya tidak menghargai perasaan kak Ve, tapi aku tidak bisa membalasnya.
Kak Ve udah aku anggap seperti kak Melody, dan sebenarnya waktu itu aku cuma
kebetulan lewat jadi bisa nolong kak Ve. Kalau kak Ve bisa suka padaku karena
itu, aku rasa agak janggal. Kak Ve, aku juga sudah punya pacar, yaitu Shania.
Aku yakin kok kak Ve bisa mendapat jodoh di lain waktu, tapi yang pasti bukan
aku. Aku harap kak Ve bisa mengerti ya.
Ve menundukkan kepala sebentar,
kemudian tersenyum pada Aldo.
Ve: Aku ngerti kok Aldo. Aku juga
sepertinya cuma nganggap kamu sebagai adik. Ya meskipun aku kadang cemburu
melihat kamu dekat dengan cewek lain. Oke, aku janji akan menghapus rasa suka
yang janggal itu.
Aldo: Baiklah kak Ve, kalau
begitu aku mau pamit dulu.
Ve: Tunggu, kamu sudah makan
siang belum?
Aldo hanya menggelengkan kepala,
lalu Ve mengajaknya makan siang bersama. Aldo pun makan siang dirumahnya Ve, ia
juga memberitahu Shania. Dan Shania nampaknya tidak cemburu, karena Ve sudah
dianggap kakak oleh Shania. Aldo melihat kedekatan tiga gadis di rumah ini. Ve
sepertinya sangat menyayangi Gre dan Violet.
-----------------------------------------------------
Sebulan berlalu, dan Aldo sudah
masuk kelas 11. Teman-temannya di kelas 11 IPA 5 juga naik tingkat menjadi 12
IPA 5. Ia duduk sebangku dengan Shania, dan wali kelas mereka tetap Pak Boby.
Sesekali suara sorakan terdengar di kelas ketika Aldo terlihat mesra dengan
Shania. Lalu di hari pertama masuk sekolah, Indra ditagih PJ ketika waktu
istirahat pertama.
Bagus: Woi Dra, udah kelas 11
nih. Mana janji lu waktu itu?
Indra: Janji apaan Gus?
Aldo: Jangan pura-pura deh Dra,
lu kan waktu itu jadian sama Yupi anak IPS 6, dan belum bayar PJ.
Indra: Oh, soal itu. Gue kira
apaan.
Derry: Jadi gimana, Dra? Ayo
dong, gue lapar nih habis upacara tadi.
Indra: Yaudah, ayo kita berangkat
guys.
Para murid cowok pun
berbondong-bondong ke kantin, dengan Indra memimpin jalan di depan. Sampai di
kantin, ternyata ramai dan hampir tidak ada tempat untuk para murid cowok kelas
11 IPA 3 itu. Mereka terpaksa berpencar-pencar, dan Aldo menuju satu tempat
yang sudah diduduki Devin dan Desy. Indra ikut duduk bersama Yupi dan 2
temannya, siapa lagi kalau bukan Shani dan Ayana. Sedangkan yang lainnya juga
duduk ke tempat pacar-pacar mereka.
Aldo’s dream end.
Paginya, Aldo terbangun dengan
suara alarm smartphonenya. Ia pun segera mandi dan ikut sarapan bersama Melody,
setelah itu berangkat ke sekolah seperti biasa.
Tak terasa waktu berjalan, dan
Aldo bersama murid-murid kelas 11 lainnya naik kelas. Kini tibalah hari pertama
masuk sekolah, tanggal 27 Juli 2015.
Selesai upacara sekolah, para
murid kelas 11 pun memasuki kelasnya masing-masing di lantai 2 dari beberapa
gedung sekolah. Dan di kelas 11 IPA 3, murid-muridnya duduk dengan posisi
seperti sebelumnya, Aldo dengan Indra dan sebagainya.
Pak Boby: Anak-anak, Bapak
kembali menjadi wali kelas kalian, dan seperti yang pernah Bapak janjikan. Hari
ini akan diketahui siapa peringkat 10 besar, juga yang lainnya.
Hening sejenak kelas itu, dan Pak
Boby berdehem sebentar lalu membuka sebuah buku yang sepertinya ada daftar
peringkat kelas di tahun ajaran lalu. Ia mulai membacakannya.
Pak Boby: Peringkat pertama Sinka
Juliani!
Seketika tepuk tangan menggelegar
di kelas itu, beberapa siswi di dekat tempat duduk Sinka mengucapkan selamat
kepadanya. Ada juga yang memujinya, Sinka hanya tersenyum dan berterima kasih
pada mereka.
Pak Boby: Tenang-tenang! Masih
banyak yang harus Bapak bacakan.
Seketika hening kembali di kelas
itu, mereka menunggu pembacaan berikutnya.
Pak Boby: Peringkat kedua Shania
Junianatha!
Tepuk tangan kembali bergemuruh
di kelas itu, dan banyak ucapan selamat pada Shania. Yang pertama
mengucapkannya adalah Marsya, teman terdekat Shania.
Pak Boby: Peringkat ketiga
Nabilah Ratna Ayu!
Lagi-lagi tepuk tangan yang
ramai, Aldo dan Indra serta Sonya mengucapkan selamat pada Nabilah.
Pak Boby: Peringkat keempat Aldo
Vorgian!
Dan kali ini tepuk tangan paling
nyaring, karena semua murid cowok kecuali Aldo bertepuk tangan hingga telapak
tangan mereka memerah. Mereka juga berteriak ‘HIDUP ALDO!’ sedangkan yang
dimaksud hanya menggeleng-geleng kepala.
Pak Boby: Peringkat kelima
Jessica Vania!
Lagi-lagi tepuk tangan, tetapi
volumenya lebih kecil dari yang sebelumnya. Pujian juga diberikan pada Jeje.
Dan Pak Boby terus membacakan
semua peringkat, tepuk tangan terakhir adalah ketika peringkat 10 dibacakan.
Dari peringkat 11 sampai 40 tidak ada lagi tepuk tangan.
Pak Boby: Selamat buat 10 besar
di kelas ini, dan sepertinya posisi duduk kalian akan Bapak rombak.
Semua murid kelihatannya
menduga-duga siapa yang akan duduk dengan mereka. Beberapa nampaknya santai,
salah satunya Aldo. Pak Boby lalu menyuruh semua murid maju ke depan kelas, tas
mereka tetap di bangku.
Pak Boby: Bapak mengatur
posisinya acak, tapi yang duduk sebangku sederhana saja. Peringkat pertama
duduk dengan peringkat terakhir, dan yang lain juga begitu. Asal kalian tahu,
perbedaan nilai rata-rata peringkat pertama dan terakhir hanya sekitar 20 poin.
Bapak tidak bermaksud apa-apa, hanya ingin melihat posisi duduk yang berbeda
dari tahun ajaran lalu.
Para murid nampak bergosip,
sebelum Pak Boby kembali bicara.
Pak Boby: Kalian akan Bapak
tentukan posisinya sekarang. Contohnya dulu. Dimulai dari Aldo, kamu duduk di
barisan tengah!
Kemudian Aldo pun mengambil
tasnya di tempat duduknya, dan duduk di sebuah meja pada tengah-tengah kelas
itu. Ia menempati bangku seorang siswi yang lalu menenteng tasnya pergi ke
depan kelas lagi diantara para murid.
Pak Boby: Nah, karena Aldo
peringkat 4 maka dia duduk sebangku dengan peringkat 4 dari bawah, yaitu
peringkat 37. Siapa itu, ayo tunjukkan dirimu hehehe.
Para murid pun cekikikan
mendengar perkataan wali kelas mereka yang sedikit melucu.
Mendadak Sonya berjalan menuju
bangkunya dan mengambil tasnya lalu duduk di samping Aldo. Hal itu diperhatikan
seluruh murid yang kemudian bersorak ‘Cieeee’. Aldo menanggapinya santai,
sedangkan Sonya wajahnya mulai merah padam.
Dan para murid pun sudah duduk
dengan ‘pasangan’ masing-masing. Nabilah duduk di bangku tepat di belakang
Aldo, dan di sampingnya Heru, peringkat 3 terakhir. Indra yang peringkat 11
duduk dengan peringkat 30 yaitu Yudha. Shania duduk dengan William, Jeje duduk
dengan Marsya tepat di bangku depannya Shania. Entah kebetulan atau tidak,
Derry kembali duduk sebangku dengan Vina. Vania duduk dengan Bagus, Sinka duduk
dengan seorang siswa bernama Tejo.
Waktu istirahat pertama tiba,
Aldo menuju kantin sendirian. Teman-teman sekelasnya hanya beberapa yang pergi
ke kantin juga, dan tidak terlalu dekat dengan Aldo. Sesampainya di kantin, ia
memesan makanan lalu saat pesanannya selesai dibuat, tidak ada lagi meja yang
belum ditempati. Aldo kebingungan mencari tempat duduk, lalu melihat ada 2
orang gadis yang dikenalinya duduk bersama. Ia pun berjalan mendekati meja itu,
dan rupanya 2 gadis itu adalah Stella dan Sonia yang duduk berdampingan dan 2
tempat duduk yang berhadapan dengan mereka kosong.
Aldo: Hay Stella, Sonia, boleh
aku ikut duduk?
Stella: Hm, Aldo, boleh kok. Tapi
kamu sendiri kan? Enggak ada teman kamu yang lain?
Sonia: Iya kak Aldo, soalnya satu
tempat duduk lagi udah ada yang pesan hihihi.
Aldo(sambil duduk): Oh, aku
sendiri kok. Emangnya satu lagi tempatnya siapa?
Stella: Ada deh, hihihi.
Aldo(tertawa ringan): Yaudah deh,
aku makan dulu ya.
Kedua gadis itu hanya mengangguk,
lalu mereka melanjutkan makan juga. Tak lama kemudian seorang gadis duduk di
samping Aldo, yang rupanya Naomi.
Naomi: Eh, Aldo. Tumben datang
sendiri, gak bareng teman-teman kamu?
Aldo: Hai Naomi, iya nih.
Teman-teman sekelasku lagi malas ke kantin.
Naomi hanya manggut-manggut, lalu
mulai makan juga. Aldo melanjutkan makannya dan dengan cepat sudah selesai,
bahkan sebelum makanannya Stella dan Sonia habis.
Aldo: Nah, karena aku diberikan
tempat duduk, aku akan berikan kalian bertiga sebuah hadiah.
Ketiga gadis itu hanya
mengernyitkan alis sambil menghentikan makannya, menunggu apa yang ingin
diberikan Aldo.
TO BE CONTINUED...
By: E.D.
Komentar
Posting Komentar