GALLANT IMPACT, Chapter 11
Chapter 11: Meant to separate
Waktu istirahat pagi tiba, Ricky
menuju kantin bersama Ega, Jerry tidak pergi ke kantin melainkan ke kelasnya
Mita. Mereka duduk bareng di meja untuk 4 orang, bergabung dengan Akicha dan
Ayana yang sudah lebih dulu datang. Ricky lalu memperkenalkan Akicha dan Ayana
pada Ega, lalu pergi memesan makanan dan minuman mereka berempat dan kembali
duduk di samping Ega.
Ricky: Ga, tumben lu gak duduk
bareng ‘pipi tomat’ alias Veranda hahaha.
Ega: Hehehe, iya Ky. Ve lagi
membahas materi kuliah tadi sama Melody, karena dia tidak terlalu mengerti
hitungannya. Tuh lihat aja meja sana.
Ega kemudian menunjuk sebuah meja
untuk 2 orang yang rapat dinding, dimana ada Melody dan Ve sedang berbicara
sesuatu. Ricky menengok sebentar dan lalu manggut-manggut. Ayana dari tadi
mengatakan apa yang dibicarakan Ricky dan Ega.
Ega: Busett, Ayana. Kamu ngomong
bahasa Jepangnya lancar banget, owe sampai pangling.
Ayana: Hihi, iya Ega-kun. Aku kan
orang Jepang juga, meskipun campuran.
Ega: Hmm, oh iya tadi kamu
ngomong apa sama Akicha?
Ayana: Aku memberitahu Aki-san
apa yang kamu dan Ricky-kun bicarakan tadi, soalnya kan kalian menyebut nama
cewek.
Ega: Oh, pantes. Owe mau nanya
nih, kamu tinggalnya sama Akicha?
Ayana: Benar sekali, Ega-kun. Aku
tinggal sama Aki-san di apartemennya.
Ricky: Oh iya, Ayana. Jadi di
rumah kamu yang tinggal adalah orang tua kamu dan kedua kakak kamu ya?
Ayana: Iya, Ricky-kun. Tapi
kadang-kadang sebulan sekali aku pulang ke rumah sebentar, kumpul bareng
keluarga.
Baik Ega maupun Ricky
memanggut-manggut, Ayana kemudian memberitahu Akicha lagi apa yang tadi ia
bicarakan. Pesanan mereka berempat kemudian datang, segeralah mereka mulai
makan pagi.
Di meja lain, ada Jonathan dan
Jeffrey bersama Agus duduk. Ketiganya mungkin bertanya-tanya siapa Ega.
Jeffrey: Jo, siapa tuh yang duduk
di samping Ricky?
Jonathan: Mana gue tahu, mungkin
teman sekelas Ricky.
Jeffrey: Oh, apa mungkin dia juga
nemenin pacarnya ya.
Jonathan: Siapa maksud lu, Jef?
Jeffrey: Itu loh, cewek yang
duduk di samping pacarnya Ricky.
Jonathan: Oh, Ayana. Kayaknya gak
mungkin deh, setahu gue Ayana belum punya pacar. Dan lu coba lihat deh meja
sana.
Jonathan menunjuk meja tempat
Melody dan Ve sedang makan, Jeffrey pun menoleh sebentar dan kembali menatap
Jonathan penuh tanya.
Jeffrey: Kenapa Jo? Salah satunya
pacar lu?
Jonathan: Bukan, itu cewek yang
pipinya tembem kan sering duduk dengan teman sekelasnya Ricky.
Jeffrey: Nah, berarti cewek itu
yang pacarnya?
Jonathan: Bisa jadi, terus cewek
yang satunya lagi lu tahu kan?
Jeffrey: Iya, gue tahu. Yang
waktu itu dia duduk bareng Ricky juga.
Jonathan: Itu namanya Melody,
Fakultas Ekonomi semester 3. Dan cewek berpipi tembem itu mungkin teman
sekelasnya, soalnya mereka kelihatannya tadi membahas materi kuliah deh.
Jeffrey: Kok lu bisa tahu, Jo?
Jonathan: Tadi gue lewat dekat
meja mereka sehabis pesan makan, Jef. Dan gue dengar dikit kayaknya mereka lagi
bahas semacam soal hitungan gitu deh.
Agus: Den Jo, kayaknya pesanannya
udah jadi.
Kemudian seorang pegawai kantin
mengantarkan makanan untuk mereka bertiga, dan mereka langsung mulai makan
juga.
Tak lama setelah itu, Ega yang
sudah duluan selesai makan lalu menuju meja tempat Melody dan Ve duduk.
Terlihat oleh Ricky kalau mereka bertiga berbincang sebentar, dan lalu
sama-sama pergi meninggalkan kantin itu. Setelah Ricky selesai makan, ia
menunggu ‘kedua pacarnya’ selesai makan juga, dan mengantarkan mereka sampai
depan kelas di Gedung Utara.
Di sekolah yang gerbang depannya terpampang
tulisan ‘SMA Tunas Bangsa’ terlihat para murid-murid berhamburan di luar kelas,
di lapangan, juga ada yang ke kantin. Di dalam kantin sekolah itu terlihat
Michelle sedang memilih makanan bersama Shani dan Yupi. Shania terlihat
menunggu di sebuah meja untuk 6 orang, lalu datang seorang siswi SMP bersama
seorang siswi SMA lain menghampiri meja itu, yaitu Nabilah dan Frieska. Frieska
juga adalah anggota OSIS sama seperti Shania.
Shania: Eh, kak Frieska, ini
siapa? Ayo gabung duduk.
Nabilah dan Frieska ikut duduk
berdampingan dengan Shania.
Frieska: Shania, ini adik aku
namanya Nabilah. Nabilah, ini teman Kakak di OSIS.
Nabilah dan Shania berjabat
tangan, dan kemudian Nabilah bertanya.
Nabilah: Kak Shania, lagi nunggu
siapa?
Shania: Aku lagi nunggu teman-teman
sekelasku mesan makanan. Itu mereka.
Shania lalu menunjuk Michelle,
Shani, dan Yupi di kerumunan kantin. Nabilah melihatnya lalu manggut-manggut.
Shania: Oh iya, kalian udah pesan
makanan?
Frieska: Iya, Shan. Kami udah
pesan, tinggal nunggu aja.
Setelah itu datanglah Michelle
bersama Yupi dan Shani. Mereka berkenalan dengan Frieska dan Nabilah, lalu
keenam gadis itu sama-sama menunggu pesanan datang dengan mengobrol tentang
beberapa cowok ganteng di kantin itu. Nabilah seperti biasa selalu berkomentar
beda. Kelima gadis SMA itu tertawa dengan komentar Nabilah, karena setiap kali
mereka menunjuk seorang cowok di sebuah meja, yang menurut mereka tampan
ternyata dikatakan jelek oleh Nabilah entah karena hidungnya terlalu mancung
atau rambutnya yang gondrong, atau juga mukanya yang mesum dan sebagainya.
Perbincangan mereka berhenti
ketika makanan pesanan datang diantarkan seorang pegawai kantin, dan sebelum
makan Frieska lalu bertanya pada Nabilah.
Frieska: Dek Ayu, kamu belum
makan ya di istirahat pertama?
Nabilah: Aku tadi cuma makan
snack, kak Frieska, kenapa?
Frieska: Hihihi, kamu sadar gak
sih makanan kamu porsinya paling gede dibanding kami semua.
Nabilah melihat semua makanan
kakak-kakak kelasnya dan langsung cengengesan, kelima gadis SMA itu lalu
cekikikan melihat seorang siswi SMP yang porsi makannya lebih banyak dari
mereka. Setelah tawa mereka mereda, barulah keenam gadis itu mulai makan.
Michelle yang selesai makan lebih
dulu disusul Yupi dan Shani kemudian angkat bicara lagi.
Michelle: Yupi, kamu nanti jadi
kan mampir ke rumahku?
Yupi: Jadi dong Chel, kan episode
kemarin belum selesai kita tonton. Tapi aku juga nanti ngajak adikku ya, Papa
dan Mamaku lagi keluar kota, kasihan dia sendiri.
Michelle: Oke, boleh, oh iya
Shani mau ikut gak?
Shani: Pasti dong Chel, aku
kemarin kan gak nonton.
Shania: Eh, kalian ngomongin apa
sih?
Michelle: Itu loh kak Shania,
drama korea yang puluhan episode. Kak Shania mau ikut nonton gak?
Shania: Mau sih, tapi nanti ada
rapat OSIS.
Nabilah: Aku mau ikut nonton, kak
Michelle.
Frieska: Hei, dek Ayu, Kakak kan
nanti ada rapat OSIS. Gak bisa antarin kamu.
Nabilah: Yaaahh, kok gitu.
Michelle: Hihi, boleh kok kak
Frieska, nanti Nabilah ikut aku aja.
Nabilah: Tuh dengerin, boleh ya
Kak.
Frieska: Oke, boleh, tapi minta
izin juga sama kak Melody.
Nabilah pun mengangguk pada
Frieska.
Yupi: Kak Frieska, boleh kami
tahu kak Melody itu siapa?
Shani: Ih Yupi, itu sih gak usah
ditanya, kak Melody pasti nama kakaknya Nabilah dan kak Frieska.
Frieska: Hihihi, iya. Kak Melody
adalah kakak tertua aku dan Nabilah.
Shani: Tuh kan, Yupi oon deh.
Yupi yang kesal langsung
menggelitiki Shani, para gadis itu menertawai tingkah mereka berdua. Smartphone
Michelle kemudian bergetar, SMS dari Ricky.
Ricky: Lele sayang, kamu lagi
apa?
Michelle: Lagi di kantin nih sama
teman-temanku, Kak.
Ricky: Oh, makan yang banyak ya
biar gemukan.
Michelle: Hihihi, iya Kak.
Ketika selesai bertukar pesan,
Michelle terkejut melihat Nabilah sudah di sampingnya mengintip SMS tadi.
Nabilah: Hayo, kak Michelle
senyum-senyum sendiri, pasti dari pacar ya?
Frieska: Hey dek Ayu, jangan
gitu, tidak sopan.
Michelle: Hihi, gak apa-apa kok,
Kak Frieska. Nabilah, ini dari Kak Ricky, abang aku.
Nabilah: Tapi kok pakai sayang-sayang
segala, jangan-jangan emang pacar ya?
Yupi: Tuh Shani, bukan cuma aku
yang oon tapi Nabilah juga.
Shani hanya tertawa
menanggapinya, lalu Nabilah yang heran langsung bertanya.
Nabilah: Eh, aku oon gimana, kak
Yupi?
Yupi: Kamu oon-nya karena bilang
kak Ricky pacarnya Michelle. Lagian kan wajar kalau mereka pakai kata ‘sayang’
karena mereka Kakak-adik. Udah biasa itu, masa kamu gak tahu?
Nabilah(sambil menggembungkan
pipi): Aku mana tahu, Huuuuh.
Shania: Tuh kan, kalau oon
sendiri aja Yup, jangan ajak-ajak orang lain. Kan Nabilah juga gak kenal siapa
kak Ricky. Dasar Yupi oon, hihihi.
Yupi yang lagi-lagi kesal kini menggelitiki
Shania, dibantu Nabilah juga. Michelle, Shani, dan Frieska tertawa melihat
tingkah 3 gadis itu.
~------------------------0O0------------------------~
Sepulang sekolah, Michelle sudah
ada di mobilnya menunggu Shani, Yupi, dan Nabilah datang. Setelah mereka
datang, Michelle segera mengemudikan mobilnya menuju rumah Yupi untuk makan
siang bersama. Sehabis itu Yupi mengendarai mobilnya dengan adiknya, bersama
mobil Michelle menuju rumahnya Michelle. Kelima gadis itu tiba, dan melihat
Richard menunggu di depan pintu rumah sambil berdiri. Tatapan Richard pada
Nabilah dan adiknya Yupi seperti mau menggigit mereka, tentu saja kedua gadis
itu takut. Michelle kemudian membisikkan sesuatu pada Richard sehingga anjing
itu duduk dan mengibas-ngibaskan ekor pertanda menyambut ramah Nabilah dan
adiknya Yupi. Michelle kemudian masuk ke dalam rumah diikuti Shani, Yupi dan
adiknya, serta Nabilah.
Setelah kelima gadis itu masuk ke
dalam, Nabilah dan adiknya Yupi yang bernama Windy Yuvia barulah bernafas lega.
Nabilah: Kak Michelle, itu
anjingnya besar banget.
Windy: Iya Kak Michelle, agak
menyeramkan juga anjing itu.
Michelle: Hihihi Nabilah,
anjingnya kan jenis husky, pasti
besar dong. Richard emang begitu, Windy, Kakak kamu juga sempat takut waktu
pertama kali berkunjung ke sini.
Windy, Nabilah: Richard? Siapa
itu?
Yupi: Hihi, Richard adalah nama
anjing husky itu, yang tadi.
Shani: Dan nama itu diberikan
oleh abangnya Michelle, kak Ricky.
Nabilah dan Windy lalu
manggut-manggut, mereka berdua kemudian terkejut karena Richard sudah ada di
dekat kelima gadis itu. Anjing itu memang sudah biasa membuka dan menutup pintu
depan sendiri, jadi ia bisa masuk dan keluar rumah kapan saja. Shani, Michelle,
dan Yupi tertawa melihat ekspresi Nabilah dan Windy yang sepertinya masih takut.
Sore harinya, mobil Yupi sudah
melaju meninggalkan rumah Michelle. Di dalamnya ada juga Shani dan Nabilah,
karena dia yang menawarkan pada Michelle untuk mengantar kedua gadis itu
pulang. Tibalah mereka di depan rumah Nabilah, dimana sudah ada Melody yang
menunggu. Mereka berkenalan singkat dengan Melody, yang lalu berterimakasih
pada Yupi yang sudah mengantarkan Nabilah.
Keesokan harinya, pukul 07:45
pagi Ricky sedang menggunakan wifi dari smartphonenya di kantin Gedung Utara.
Lalu datang seorang mahasiswi yang duduk di hadapannya. Ricky lalu terkejut
sekaligus senang, karena mahasiswi ini adalah teman sekelasnya juga ketika SMA.
Ricky: Kamu Amelia kan?
Amelia: Hihi, ternyata kamu masih
ingat aku, Ricky.
Ricky: Hehehe, kamu kan susah
dilupain, Mel.
Amelia: Huuu, mulai ngegombal, dasar
jomblo.
Ricky: Eits, aku bukan jomblo
lagi, aku sudah punya pacar.
Amelia: Hah? Yang benar, Ricky?
Siapa?
Ricky: Teman sekelas kita juga
dulu.
Amelia: Iya, siapa dong?
Ricky: Tebak aja sendiri, hahaha.
Amelia: Hmm, cepat atau lambat
juga ketahuan kok kalau kamu bohong.
Ricky: No, no, no. Aku gak bohong soal ini, tapi kamu akan tahu nanti
kalau waktu istirahat kamu kesini lagi.
Amelia: Oh, oke deh. Nanti
kenalin aku dengan pacar kamu ya, Ricky.
Ricky: Hehe, gak perlu
diperkenalkan juga sih. Oh iya, kamu ngambil Fakultas apa, Mel?
Amelia: Aku milih Fakultas Sains,
sekarang semester 5. Kalau kamu, Ky?
Ricky: Aku masuk Fakultas
Psikologi, semester 5 juga.
Amelia: Wow, calon psikiater masa
depan nih, hihihi.
Ricky: Hahaha, lebay deh kamu
Mel. Emm, kalau aku lihat-lihat wajah kamu mirip seseorang deh kayaknya.
Amelia: Hei, kalau mau gombal
jangan kayak gitu. Aku gak mau disamain dengan orang lain.
Ricky: Enggak, ini serius.
Kayaknya muka kamu mirip seorang murid SMA kelas 2 deh.
Amelia: Oh, pasti maksud kamu
Andela kan?
Ricky: Eh, Mel, kok kamu tahu?
Amelia: Hehe, kan Andela adik
aku, Ky. Dia sekarang kelas 2 SMA.
Ricky: Oh, aku ingat kamu pernah
bilang punya adik perempuan, rupanya Andela namanya.
Amelia: Ricky, kamu kok bisa
kenal adik aku?
Ricky: Ya iya dong, kan Andela
waktu itu nginap di rumah temannya, aku juga tinggal ngekos di sana.
Amelia: Berarti rumah Jeje yang
Andela maksud waktu itu. Eh, kamu sekarang tinggal ngekos, Ky? Kenapa?
Ricky: Enggak apa-apa sih, cuma
mau mandiri aja.
Amelia: Terus adik kamu, Michelle
gimana?
Ricky: Michelle baik-baik aja di
rumah. Aku setiap hari ngabarin dia kok. Eh, aku masuk kelas dulu ya Mel. Udah
mau mulai nih.
Amelia hanya tersenyum lalu mengangguk
sambil melihat Ricky yang sudah mulai meninggalkan area kantin Gedung Utara.
Tak lama setelah itu, ia pun beranjak pergi ke kelasnya.
Waktu istirahat tiba, Ricky
mengajak Akicha dan Ayana ke kantin, untuk mempertemukan mereka pada Amelia.
Dan ternyata Amelia sudah duduk di sebuah meja untuk 4 orang, ia sepertinya
penasaran siapa pacar Ricky.
Amelia: Hey, Akicha, apa kabar?
Akicha: Amelia, long time no see.
I’m fine.
Amelia: Ricky, jadi pacar kamu...
Akicha: Yes, Amelia. Ricky-kun is
my boy now.
Kemudian Ayana juga berkenalan
dengan Amelia, mereka berempat makan bersama di kantin Gedung Utara. Dan
lagi-lagi Melody heran melihat Amelia yang duduk di samping Ricky. Tak jauh
dari mejanya Melody, ada Fita juga yang bingung karena teman SD-nya itu
sekarang bak playboy. Fita tak ambil pusing, ia hanya menggeleng-geleng
melihatnya sambil makan. Ega dan Veranda juga melihatnya, tapi mereka tidak
menghiraukannya karena ‘sudah biasa’. Jerry tidak pergi ke kantin, melainkan ke
kelas pacarnya. Jonathan dan Jeffrey fokus makan sehingga tidak memperhatikan,
Agus terkekeh melihat Ricky yang selalu dikelilingi 3 wanita.
Sehabis waktu istirahat Ricky
kembali ke kelasnya, ia pun tahu ternyata Amelia juga kuliah di Gedung Timur
dan jarang sekali keluar kelas di saat istirahat karena pagi sebelum berangkat
kuliah sudah lebih dulu makan di rumah, kalaupun mau makan pasti di kantin
Gedung Timur.
Malamnya pukul 10:05 di toilet
lantai 1 SKYPILLAR HOTEL, Ricky sedang berganti baju di sebuah bilik toilet,
setelah ia keluar maka rekan kerjanya baru masuk ke dalam toilet itu untuk mengganti
baju.
Ricky: Buset, Anthony. Lu baru
kelar kerjaannya?
Anthony: Ya gitulah Ky, itupun
udah dengan kecepatan tinggi gue kerjanya.
Ricky: Hehe, lebay amat lu.
Anthony ikut terkekeh lalu masuk
ke dalam sebuah bilik toilet sebelah bilik toilet yang tadi Ricky gunakan.
Setengah menit setelahnya ia pun selesai berganti baju. Ia pun bergabung dengan
Ricky mencuci tangan di wastafel.
Anthony: Oh iya Ky, gue mau tanya
nih, enak gak kuliah di universitas Patmangin?
Ricky: Hahah, ngapain lu nanya
Ton? Mau pindah?
Anthony: Mungkin sih, soalnya
mumet pikiran gue selama berkuliah di universitas Pamarang.
Ricky: Emm, gini ya Ton. Kalau
menurut gue sih, universitas Patmangin nyaman, apalagi kantin Gedung Utaranya,
makanannya sangat bervariasi.
Anthony: Ckck Ky, gue nanya bukan
kantinnya, tapi suasana ruang kuliahnya.
Ricky: Hahaha, kalau itu sih gue
nyaman-nyaman aja, tapi gue gak tahu Fakultas lain gimana. Kan gue masuknya
Fakultas Psikologi.
Anthony: Gue masuk di Fakultas
Hukum, semester 5 sekarang. Sumpah, stress banget.
Ricky: Hehehe, emang lu mau
pindah kuliah beneran Ton?
Anthony: Iya, gue mulai gak tahan
nih. Mending gue pindah, daripada jadi gila.
Ricky: Terserah elu deh, tapi lu
kalau mau pindah, harus izin sama bokap lu.
Anthony: Pastilah itu Ky, dan
mungkin tahun depan baru pindah, karena gue mesti bujuk bokap gue dulu nanti di
semester 6 kalau keadaan perkuliahannya makin parah.
Ricky: Hahah, bahasa lu mulai
mendramatisir, yaudah yuk pulang.
Anthony dan Ricky kemudian
sama-sama keluar dari toilet itu, dan menuju parkiran. Mereka berpisah jalan di
persimpangan, dan Ricky menuju tempat kosnya untuk segera beristirahat.
Pagi hari tiba lagi, Ricky sedang
internet surfing dengan wifi di kantin Gedung Utara, lalu datang 2 orang
mahasiswa dengan wajah yang mirip menduduki kursi di hadapannya. Tentu saja
Ricky terkejut dan melihat siapa mereka, ia langsung mengenali teman SMA-nya
lagi.
Ricky: Hahaha, Daniel, Gabriel
apa kabar?
Kedua mahasiswa itu adalah Daniel
dan Gabriel, teman SMA Ricky yang tidak sekelas dengannya tapi mereka pernah
sekelas dengan Ricky ketika SMP. Mereka kembar, dan Gabriel lebih tua beberapa
menit dari Daniel.
Daniel, Gabriel: Kabar kami baik,
Ricky. Hahaha.
Ricky: Kalian kuliahnya sama
Fakultas kan?
Daniel, Gabriel: Enggak, kami
beda tapi sama-sama di Gedung Barat.
Ricky: Oh, jadi kalian sama-sama
semester 5 kan?
Daniel: Betul, Ricky, gue di
Fakultas Kedokteran.
Gabriel: Kalau gue di Fakultas
Arsitektur, Ricky.
Ricky: Wow, calon dokter dan
arsitek masa depan!
Daniel, Gabriel: Amiiin, kalau lu
di Fakultas apa Ky?
Ricky: Heheh, gue di Fakultas
Psikologi, semester 5 di Gedung Timur. Oh iya kalian ada apa ya ke kantin ini?
Daniel, Gabriel: Kami tadi
berpikiran ingin makan sesekali di kantin ini, Ky.
Ricky: Oh, tapi biasanya sih
waktu istirahat nanti baru ada makanan yang dimasak. Kalau sekarang sih, paling
cuma snack yang bisa kalian makan.
Daniel, Gabriel: Oh, begitu ya
Ky. Kami masuk kelas dulu ya.
Ricky terkekeh dan mengangguk,
Daniel dan Gabriel lalu pergi meninggalkan kantin itu. Lalu Ricky juga beranjak
untuk ke kelasnya, ia senang bisa bertemu temannya yang unik lagi.
Istirahat pukul 10 pagi tiba,
Ricky sedang menunggu makanan pesanannya datang, ia chatting dengan Akicha
ketika Melody datang dan duduk di sampingnya.
Melody: Ricky, aku duduk disini
ya.
Ricky hanya mengangguk kepadanya,
kemudian kembali chatting dengan Akicha dan tentu saja langsung memberitahu
pacar tersayangnya itu. Melody yang baru beberapa menit makan dikejutkan dengan
kedatangan Daniel dan Gabriel yang duduk di hadapannya dan Ricky. Alhasil ia
pun tersedak. Ricky lalu menyodorkan minumannya Melody yang berupa segelas jus
jeruk.
Ricky: Eh Mel, minum dulu.
Kemudian perlahan Melody meminum
jus jeruk itu, dan mulai agak baikan.
Ricky: Lu berdua, jangan kayak
jin nongolnya.
Baik Daniel maupun Gabriel hanya
terkekeh, kemudian kompak berbicara.
Daniel, Gabriel: Sorry Ky, kami
gak nemuin tempat duduk yang lain lagi, makanya buru-buru ke meja ini. Oh iya,
cewek ini pacar elu ya Ky?
Melody terheran karena dua
mahasiswa yang mirip mukanya bisa bicara bersamaan, sedangkan Ricky sudah
tertawa mendengar perkataan si kembar.
Ricky: Kalian berdua, udah
ngagetin orang, sotoy lagi, cewek ini bukan pacar gue, cuma teman biasa.
Melody lalu dikenalkan Ricky pada
si kembar, ia pun paham kenapa kedua mahasiswa itu bisa bicara bersamaan.
Daniel, Gabriel: Oh iya Ky, kalau
Melody bukan pacar elu, berarti lu jomblo dong.
Ricky: Ckckck, masih aja kalian
sotoy. Gue punya pacar, yaitu teman sekelas gue di SMA. Terserah kalian mau
percaya atau enggak.
Daniel, Gabriel: Siapa, Ky?
Ricky: Mau tahu aja, tuh lihat
pesanan kalian datang.
Seorang pegawai kantin wanita
datang dan mengantarkan pesanan untuk si kembar, dan juga pesanan Ricky.
Setelah dia pergi, Daniel dan Gabriel masih melihatnya dan seperti terpana. Melody
tertawa melihat tingkah mahasiswa kembar ini, Ricky segera menyadarkan Daniel
dan Gabriel dengan menjentikkan jari pada mereka.
Daniel, Gabriel: Kenapa sih,
Ricky?
Ricky: Kalian tuh yang kenapa,
bikin malu aja. Ngelihatin cewek sampai segitunya.
Daniel, Gabriel: Habisnya,
lumayan cakep sih.
Kemudian Ricky terkekeh, dan
melanjutkan omongannya.
Ricky: Udahlah, cepat kalian
makan, daripada nanti dingin gak enak lagi.
Si kembar menuruti perkataan
Ricky dan mulai makan, Ricky sendiri juga mulai makan. Beberapa menit
setelahnya, Melody sudah duluan ke kelasnya sementara ketiga mahasiswa itu
masih makan. Selesai mereka makan, datanglah Jeffrey yang langsung tos tangan
dengan si kembar. Ricky segera pergi dari kantin itu untuk ke tempat kerja,
tinggallah Jeffrey serta Daniel dan Gabriel yang mengobrol.
Sorenya pukul 5:20 Ricky sudah
berniat pulang ke tempat kos, tapi ia mengurungkan niat itu dan ingin menemui
Richard. Maka Ricky segera menghubungi nomor detektif itu untuk membujuknya
agar diizinkan menemui Richard, ia juga mengatakan tidak akan menginap di
rumahnya. Detektif itu lalu mengizinkan, dan setelah itu Ricky juga memberitahu
Akicha kalau ia akan ke rumahnya. Akicha sepertinya juga berniat ke sana
bersama Ayana. Setelah selesai berkomunikasi dengan pacarnya itu, Ricky segera
melajukan motor menuju rumahnya.
Tak lama kemudian motor Ricky
sudah sampai di depan pagar rumahnya, ia berhenti sebentar untuk membuka pagar
lalu masuk ke dalam area rumahnya. Setelah memberhentikan motor, Ricky melihat
di pekarangan rumahnya agak berbeda, sudah lebih banyak rumput liar. Ia juga
melihat ada mobil Michelle dan satu mobil lain terparkir di dekat pilar luar
rumah itu.
Kemudian Ricky melihat Richard
yang tadi bermain-main dengan rumput liar datang dengan senang menemuinya, ia
pun mengelus kepala anjing husky yang
sudah lama tidak ditemuinya. Ricky lalu mengatakan pada Richard kalau ia kangen
sekali pada anjing itu, yang tentu saja membuat anjing itu makin senang.
Pintu depan rumah terbuka, Michelle
heran kenapa suara Richard seperti senang, ia lalu terkejut melihat seseorang
yang bersama Richard, ia segera berlari menuju Ricky dan memeluk abang
satu-satunya itu.
Ricky: Hei, Lele sayang, kamu apa
kabar?
Michelle melepaskan pelukan dan
memberikan senyuman manis pada abangnya.
Michelle: Kak Ricky, kebetulan
malam minggu ke sini. Aki-san mana?
Baru saja Michelle berkata
begitu, klakson mobil terdengar sekali dan Ricky segera membukakan pagar rumah
lebar-lebar. Setelah mobil Akicha masuk, barulah pagar itu ditutup Ricky. Ayana
dan Akicha keluar dari mobil setelah memarkirkannya dekat 2 mobil lain, dan
berjalan mendekati Richard dan Michelle. Richard seperti biasa langsung
‘memasang muka galak’ pada orang yang baru ditemuinya, yaitu Ayana. Ricky
langsung bergegas memberitahu Richard siapa Ayana. Anjing itu langsung mengerti
dan ‘memasang muka ramah’ pada Ayana.
Michelle: Jangan takut ya,
Ayana-san. Richard sudah tahu kok kalau Ayana-san adalah temannya Aki-san.
Ayana tersenyum, lalu ia dan
Akicha mengelus kepala Richard.
Michelle: Oh iya, teman-teman aku
ada di dalam nih. Ayo kita masuk.
Ricky dan Akicha bergandengan,
Ayana ada di samping pasangan itu dan Michelle terlebih dulu jalan ke pintu
rumah itu diikuti Richard. Sesampainya di dalam rumah, mereka disambut mbok
Ijah, pembantu di rumah Ricky yang berusia sekitar 40-an.
Malam minggu itu terasa spesial
bagi Ricky, dapat bertemu kembali dengan Richard dan dinner dengan pacarnya di
rumahnya, meskipun juga bersama Ayana dan Michelle serta teman-temannya yaitu
Shani, Yupi, dan Shania. Ricky sempat bertanya pada mereka mengenai mobil tak
dikenal di luar rumah, ternyata adalah mobilnya Yupi.
~------------------------0O0------------------------~
Enam hari setelahnya, yaitu
tanggal 24 Oktober 2014, Ricky sudah mempersiapkan rencana untuk pergi ke mall
besok bareng Akicha dan Ayana, ia ingin membeli sesuatu sebagai hadiah ulang
tahun Michelle 4 hari kemudian. Pukul 11 malam Ricky mulai terlelap. Esoknya
tanggal 25 yang merupakan hari raya, Ricky sudah bersiap-siap di pagi harinya
bukan untuk berangkat kuliah tapi untuk ke mall dengan pacarnya. Para penghuni
kos belum ada yang terlihat keluar kamar ketika Ricky sudah berangkat pukul 7.
Ia sampai di mall dan bertemu Akicha serta Ayana di dekat pintu masuk, mereka
mencari selama beberapa jam dan memutuskan untuk memberikan hadiah berupa
kalung ikan lele dari Ricky serta boneka beruang warna hijau terang dari
Akicha.
Michelle sangat senang menerima
kedua hadiah itu pada tanggal 28, ia sudah dapat banyak ucapan selamat dari
teman-teman sekelasnya dan juga kue ulang tahun. Richard juga sepertinya
mengucapkan selamat ulang tahun pada Michelle dengan bahasanya sendiri.
Hubungan Ricky dan Akicha
baik-baik saja selama sebulan setelahnya, Melody juga sudah jarang bertemu
Ricky di kantin Gedung Utara, ia sepertinya ingin move on.
Tanggal 19 Desember 2014 di malam
hari, Ricky mulai heran kenapa Akicha tidak membalas SMS-nya ataupun chat LINE.
Ia juga coba SMS dan chat LINE pada Ayana, yang juga tidak dibalas. Ia tidak
bertemu Akicha di kantin Gedung Utara.
Tanggal 21 Desember, Ricky mulai
gelisah di sore harinya setelah jam kerja selesai, karena masih tidak ada kabar
dari Akicha dan Ayana. Ia mencoba pergi ke apartemen mereka tapi dihalangi satpam
disana dengan alasan Akicha dan Ayana sibuk mengurus online shop.
Menjelang malam, Ricky yang
sedang termenung di kamarnya mendapat panggilan telepon dari nomor tak dikenal,
karena penasaran ia langsung mengangkatnya.
Ricky: Halo, siapa ini?
Edo: Ricky-kun, apakah ini kamu?
Ricky: Hai, Edo-san ya? Hahaha,
bagaimana kabarmu?
Edo: Hmm, kabarku baik,
Ricky-kun. Apakah kamu ada waktu luang? Aku ingin kita bertemu.
Ricky: Iya, kebetulan aku sudah
selesai kerja beberapa jam lalu. Kenapa, Edo-san?
Edo: Aku mau membicarakan sesuatu
denganmu, Ricky-kun.
Ricky: Oke, dimana kita bertemu?
Edo: Di Penguinville cafe saja,
jam 8 malam nanti.
Pembicaraan di telepon pun
berakhir, Ricky merasa ada yang janggal dari cara bicara Edo yang merupakan
mantan bodyguard Akicha kepadanya, yang terdengar segan. Ricky segera menuju
Penguinville cafe untuk mengetahuinya. Ia menunggu sampai jam 8 malam ketika
Edo mulai memasuki kafe itu. Ia lalu duduk berhadapan dengan Ricky.
Edo: Selamat malam, Ricky-kun.
Bagaimana kalau kita makan dulu baru bicara? Aku yang akan mentraktir.
Ricky: Malam, Edo-san. Oke, aku
setuju bicaranya setelah makan malam.
Mereka lalu memesan makanan dan
minuman, dan setelah selesai makan mereka sama-sama menghabiskan teh cappuccino
pesanan tadi.
Ricky: Edo-san, apa yang mau kamu
bicarakan?
Edo: Begini, Ricky-kun. Ini
mengenai Akicha.
Ricky(mengernyitkan alis):
Kenapa, Edo-san? Apa hubungannya?
Edo: Ricky-kun, apakah sikap
Akicha pada kamu berbeda beberapa hari ini?
Ricky: Iya, Edo-san. Tapi kenapa
kamu bisa tahu?
Edo: Aku tahu karena hal ini akan
sangat berat kamu terima, Ricky-kun.
Ricky: Maksud Edo-san apa sih?
Tolong jangan bertele-tele, katakan saja langsung.
Edo: Oke, hal yang berat itu
adalah... kamu harus putus dengan Akicha, Ricky-kun.
Ricky langsung tertawa, sedangkan
Edo hanya terdiam.
Ricky: Hahaha, Edo-san
bercandanya kok begitu. Lagipula Edo-san kenapa bisa tahu kalau aku pacaran
dengan Akicha?
Edo: Aku bisa tahu karena Ayana
yang memberitahuku, Ricky-kun.
Ricky: Hmm, terus kenapa?
Edo: Seperti yang kubilang tadi,
Ricky-kun. Kamu harus putus dengan Akicha, dan aku tidak sedang bercanda.
Ricky(setengah berteriak):
Maksudmu apa, Edo-san? Kamu mau merebut Akicha dariku?
Edo: Tenang dulu, Ricky-kun. Aku
mau memberitahumu sebuah kenyataan pahit yang aku sendiri baru tahu seminggu
lalu.
Ricky: Baiklah, aku akan
dengarkan.
Kemudian Edo memberitahu Ricky
tentang perjodohannya dengan Akicha yang diinginkan oleh Ayahnya Akicha. Ricky
sangat terkejut mendengarnya.
Ricky: Tunggu dulu, kalau itu
benar kenapa tidak dari dulu kalian dijodohkan? Apakah Akicha sudah tahu ini
sebelum pacaran denganku?
Edo: Begini, Ricky-kun. Ayahnya
Akicha mengatakan padaku seminggu lalu bahwa memang ia sudah merencanakan
perjodohan ini beberapa tahun lalu saat aku masih menjadi bodyguardnya Akicha.
Ia memilihku jadi pendamping hidup putri bungsunya itu karena aku dipercaya
dapat menjaganya dari bahaya apapun. Beliau bahkan tahu kalau aku punya rasa
cinta terpendam pada Akicha sejak tahun kedua aku menjadi pengawalnya.
Ricky: Oh, jadi maksud kamu
adalah aku tidak bisa melindungi Akicha? Dan aku tidaklah mencintai Akicha?
Kalau begitu ayo kita berkelahi, Edo-san. Pemenangnya akan jadi pendamping
hidup Akicha.
Edo: Hmm, aku sudah menduga kalau
reaksimu akan begini, Ricky-kun. Sekarang tolong kamu dengarkan aku baik-baik.
Perkelahian antara aku dan kamu tidak akan ada gunanya, karena Ayahnya Akicha
tidak akan merubah keputusannya meskipun kamu menang melawanku. Dan lagipula,
ada satu hal yang membuat beliau tidak akan mau kamu menjadi pendamping Akicha,
sebaik apapun dirimu.
Ricky: Oke Edo-san, tolong kamu
katakan apa yang salah dari diriku. Mungkin aku bisa memperbaikinya, sehingga
hubunganku dengan Akicha tidak perlu berakhir.
Edo: Maaf, Ricky-kun. Aku sebenarnya
ingin mendukung hubunganmu dengan Akicha, meskipun aku harus merelakannya. Tapi
kenyataannya adalah ada sebuah hal yang membuat kau dan aku berbeda. Sehingga
aku terlihat lebih ‘unggul’ istilahnya di mata Ayahnya Akicha.
Ricky: Edo-san, katakanlah hal
apa itu.
Edo: Aku akan katakan jika kamu
tidak akan menyalahkan siapapun atas gagalnya hubungan kamu dengan Akicha.
Ricky hanya mengangguk, kemudian
Edo menghela nafas sekali dan melanjutkan omongannya.
Edo: Hal itu adalah... Karena
kamu pernah melanggar perintah orang tuamu.
Ricky: Eh, apa maksudmu?
Seingatku aku tidak pernah melakukan hal itu.
Edo: Ayahnya Akicha adalah rekan
bisnis Ayahmu beberapa tahun terakhir ini. Mereka juga berteman dekat lebih
dari sekedar rekan bisnis sejak itu. Mereka saling bercerita mengenai anak-anak
mereka, dan Ayahmu... memberitahu Ayahnya Akicha kalau kamu melanggar satu
perintahnya, Ricky-kun. Kamu pasti ingat terakhir kali kamu tinggal di rumahmu
kapan.
Ricky: Oh, berarti perintah
Ayahku yang aku langgar adalah untuk kuliah di Fakultas Ekonomi.
Edo: Tepat sekali, Ricky-kun.
Maaf, aku tidak berkata bohong soal ini dan aku harap kamu tidak menyalahkan
Ayahmu atas gagalnya hubunganmu dengan Akicha.
Ricky: Huh, aku mengerti. Aku
sangat mengerti sekarang, hahahaha.
Edo: Ricky-kun, apa kamu
baik-baik saja?
Ricky menghela nafas sekali,
barulah ia berbicara lagi.
Ricky: Aku baik-baik saja,
Edo-san. Aku bisa menerima kalau aku harus mengakhiri hubunganku dengan Akicha,
tapi aku akan susah menghapus rasa cinta kepada Akicha.
Edo: Hmm, aku tahu itu,
Ricky-kun. Aku sama sepertimu, mencintai Akicha. Sepertinya kita berdua jatuh
cinta pada Akicha di waktu yang sama juga, ketika Akicha kelas 2 SMA.
Ricky: Benar sekali, Edo-san.
Edo: Ricky-kun, aku sudah
menganggapmu layaknya saudara sejak kamu kelas 3 SMA. Itulah kenapa aku
percayakan Akicha padamu setiap kali dia berkunjung ke rumahmu, sedangkan jika
Akicha pergi kemanapun akan selalu aku kawal.
Ricky: Edo-san, sama denganku.
Aku juga menganggapmu seperti saudara, temanku Jonathan juga sepertinya begitu.
Aku senang kalau Akicha mendapat pendamping yang tepat jika bukan aku, yaitu
kamu.
Edo: Terima kasih, Ricky-kun.
Jika kamu memang merelakan Akicha untukku, aku tidak akan pernah melarangmu
berkomunikasi dengannya, saudaraku. Aku juga menganggap Jonathan seperti
saudara juga.
Ricky: Hmm, apakah ada hal lain
yang perlu kuketahui, saudaraku?
Edo: Tidak ada lagi, Ricky-kun.
Ricky: Baiklah, Edo-san, aku
pergi dulu.
Mereka berdua lalu berjabat
tangan sebagai tanda persaudaraan, lalu Ricky beranjak pergi dari kafe itu, ia
melajukan motor menuju taman kota yang sepi. Setelah memarkirkan motornya dekat
pepohonan, Ricky lalu duduk di bangku taman beberapa meter dari situ. Ia
berteriak kencang ke langit, meratapi hubungan cintanya yang harus kandas.
Ricky pulang ke tempat kos pukul
10:30 dan sepertinya para penghuni kos yang lain sudah tidur, karena lampu
ruang tamu tidak menyala. Dalam kegelapan Ricky berjalan perlahan menuju
kamarnya dan langsung tidur.
Keesokan harinya, Ricky terlihat
murung di kelasnya. Jerry dan Ega menanyakan penyebab ia murung, dan langsung
ia menjawab jujur. Kedua sahabatnya itu berusaha menghiburnya dengan
mengajaknya untuk ikut perayaan Natal universitas Patmangin esoknya. Ricky
menolak, ia memilih menyendiri di tempat kos.
Esok harinya lagi tanggal 23,
Ricky masih murung di dalam kamar kosnya, bahkan ia tidak menghiraukan para
penghuni kos yang berusaha menghiburnya dengan beberapa candaan. Tanggal 24 Desember
di pagi hari sekitar pukul 8, Jonathan menelpon Ricky, dan memberi nasehat
padanya. Jonathan dan Jeffrey tahu dari Jerry dan Ega kemarin saat perayaan
Natal soal putusnya Akicha dan Ricky. Motivasi dari nasehat Jonathan perlahan
tapi pasti membuat Ricky tidak murung lagi, buktinya adalah ia ikut merayakan
Natal di gereja yang biasa didatanginya bersama Michelle. Michelle yang bertemu
Ricky di tanggal 25 itu ikut memberi motivasi pada abangnya, ia tahu putusnya
hubungan Ricky dan Akicha dari Ayana. Ricky mulai berhenti sedih karena tidak
mau Michelle jadi khawatir dengannya.
Kemudian tiga hari setelahnya,
yaitu tanggal 28 Desember, hari Minggu pagi Ricky sedang menonton TV ketika
pukul setengah 7 pagi. Sepertinya ia sudah menonton TV selama setengah jam,
Jeje lalu mengajak Ricky ke gereja yang biasa ia datangi, daripada Ricky tidak
ada kegiatan.
Ricky: Ngapain sih Je, aku kan
juga punya gereja yang biasa kudatangi bersama Michelle.
Jeje: Aduh, kak Ricky. Sekali aja
deh ikut aku, nanti aku kenalin dengan 2 cewek cantik yang seumuran dengan kak
Ricky, mungkin bisa jadi pacar baru setelah PDKT.
Ricky: Hahahah, kamu kok kayaknya
mau comblangin aku? Hmm, yaudah deh, aku siap-siap dulu.
Jeje: Wuuu, kak Ricky mendengar
kata ‘cewek cantik’ langsung semangat, dasar jomblo.
Ricky: Berisik kamu, aku mau ikut
juga karena bosan gak keluar selama beberapa hari ini.
Lalu Ricky mengacak-acak rambut
Jeje, dan langsung masuk kamarnya untuk mengambil handuk. Jeje merapikan
rambutnya sambil mengomel-omel tak jelas. Setelah 10 menit, Ricky juga sudah
siap untuk pergi ke gereja. Mereka berangkat dengan motornya Ricky, dan sampai
sekitar 15 menit kemudian.
Kebaktian pagi itu pun diikuti
Ricky dan Jeje dari barisan belakang, setelah selesai barulah Jeje menyuruh
Ricky menunggu di situ. Ia menghampiri 2 gadis yang ada di barisan tengah,
Ricky mengernyitkan alis karena merasa pernah melihat 2 gadis yang sedang
berbicara dengan Jeje. Saat mereka berbalik, barulah Ricky tahu kalau 2 gadis
itu adalah Melody dan Veranda. Jeje menuntun mereka berdua untuk ‘berkenalan’ dengan
Ricky.
Jeje: Kak Melody, kak Ve, ini
namanya kak Ricky, abang aku.
Ricky: Hai Mel, Ve, kalian disini
juga rupanya.
Melody: Emm, iya Ricky. Aku
bareng Ve kesini.
Ve: Hihi, iya bang Ricky. Aku dan
kak Melody setiap hari Minggu kesini.
Jeje: Loh? Kalian sudah saling
kenal?
Ricky: Hei, Jessica Vania....
Jeje: Iya, kak Ricky, kenapa?
Ricky tersenyum lalu sedikit
mengacak-acak rambut Jeje, alhasil Melody dan Ve tertawa dan Jeje langsung
cemberut sambil memukul-mukul lengan Ricky setelah merapikan rambutnya.
Jeje: Kak Ricky kenapa sih? Aku
salah apa?
Ricky: Kamu ngapain kenalin aku
sama Melody dan Veranda, hemm? Aku udah kenal mereka di kampus!
Jeje: Iiih, aku kan gak tahu, kak
Ricky. Tapi benar kan kataku, mereka berdua cantik, siapa tahu bisa jadi pacar
baru kak Ricky.
Melody dan Veranda lalu
menertawai ‘kepolosan’ Jeje, Ricky geram lalu mencubit pelan kedua pipi ‘adik
angkat’nya itu. Barulah Ricky lanjut bicara.
Ricky: Dek Jeje yang manis,
mereka berdua temanku. Jadi gak mungkin jadi P-A-C-A-R. Lagian Ve sudah punya
pacar, yaitu temanku yang bernama Ega.
Jeje: Yaudah, kak Ricky. Pacaran
sama kak Melody aja.
Melody mulai salah tingkah, Ricky
tidak memperhatikan karena ia masih bertatapan dengan adik angkatnya. Ricky
tersenyum lebar lalu juga disambut senyum lebar Jeje, barulah ia bicara.
Ricky: Kenapa gak kamu aja yang
jadi pacarku, dek Jeje yang manis?
Jeje lalu memanyunkan bibir
karena candaan itu, Ve dan Ricky menertawainya. Lalu Ricky memandang Melody
tanpa menyadari sikap Melody yang agak canggung dan malu-malu.
Ricky: Mel, jangan dengerin ya
omongan Ibu Kos cilik ini, dia masih polos hehehe.
Melody: Emm, iya Ricky. Aku paham
kok hihihi.
Setelah itu Veranda mengajak
Melody untuk pulang, agar sikap canggungnya tidak ketahuan pada Ricky. Kedua
gadis itu pamit pada Ricky dan Jeje. Setelah kepergian kedua mahasiswi itu,
Ricky kembali bicara pada Jeje.
Ricky: Huuh, kamu sih bicara
gitu, mereka jadi cepat-cepat pergi.
Jeje: Ih, kok nyalahin aku.
Mereka pergi karena takut rambutnya diacak-acak juga oleh kak Ricky. Atau
mungkin wajah kak Ricky seram.
Ricky: Woooo, malah ngeledekin.
Ayo, pulang.
Mereka berdua kemudian pulang,
dan makan siangnya di tempat kos bersama para penghuni kos yang lain. Setelah
makan siang, Ricky seperti biasa pergi ke tempat kerjanya, karena liburnya cuma
tanggal 24, 25, dan 31 Desember serta 1 Januari. Tahun baru 2015, Ricky yang
merayakannya bersama para penghuni kos menyambutnya dengan harapan akan
mendapat jodoh barunya. Michelle di rumahnya juga merayakan bersama kedua orang
tua mereka, dan ia juga berharap abangnya bisa move on dan menemukan cinta yang baru. Di kediaman Melody, tentu
saja Melody yang merayakan bersama kedua orang tua dan kedua adiknya juga
mengharapkan sesuatu di tahun baru, apalagi kalau bukan cintanya yang berbalas
dari Ricky.
Hari Sabtu tanggal 3 Januari
2015, Ricky sedang bersantai di kantin Gedung Utara pada waktu istirahat, ia
baru saja selesai makan. Lalu datanglah Melody duduk di sampingnya dan mulai
makan, Ricky berpikir apakah Melody tidak punya pacar setelah putus dari Randy,
tapi ia tidak berniat menanyakan itu langsung pada wanita di sampingnya ini.
Ricky merenung, ia tahu kalau
sejak putus dari Akicha sepertinya tidak ada kabar dari mereka berdua(Akicha
dan Ayana), Ricky juga tidak mendapat kabar dari Edo, ‘saudara’nya. Ricky mulai
berspekulasi, mungkin Akicha dan Ayana sudah pindah ke Jepang bersama Edo.
Lamunan Ricky terhenti ketika Melody melambaikan tangan di hadapannya.
Melody: Ricky, kamu mikirin apa?
Ricky: Emm, Mel, aku cuma mikir
aja, sepertinya Akicha dan Ayana sudah tidak kuliah di kampus ini lagi.
Melody manggut-manggut, lalu
Ricky lanjut bicara.
Ricky: Oh iya Mel, Jeje
sebenarnya bukan adik kandung aku, tapi memang sih aku nganggap dia seperti
adik aku sendiri, dia juga menganggap aku abang karena dia anak tunggal dari
kedua orang tuanya.
Melody: Hmm, pantes kamu dan dia
gak ada kemiripan, hihi.
Ricky lalu meraih smartphone di
saku celana jeansnya, dan menekan nomor pin, kemudian membuka galeri foto dan
menunjukkan sebuah foto Michelle pada Melody.
Ricky: Nah, kalau ini baru adik
kandung aku, Mel.
Melody: Oh, jadi yang ini adik
kamu, emang agak mirip sih, hihihi.
Melody tersenyum, ia sangat
senang mengetahui cewek yang bersama Ricky di mall waktu itu adalah adiknya,
bukan selingkuhannya. Melody kembali yakin kalau Ricky adalah pria yang setia.
TO BE CONTINUED...
By: E.D.
Komentar
Posting Komentar