GALLANT IMPACT, Chapter 11

Chapter 11: Meant to separate

Waktu istirahat pagi tiba, Ricky menuju kantin bersama Ega, Jerry tidak pergi ke kantin melainkan ke kelasnya Mita. Mereka duduk bareng di meja untuk 4 orang, bergabung dengan Akicha dan Ayana yang sudah lebih dulu datang. Ricky lalu memperkenalkan Akicha dan Ayana pada Ega, lalu pergi memesan makanan dan minuman mereka berempat dan kembali duduk di samping Ega.

Ricky: Ga, tumben lu gak duduk bareng ‘pipi tomat’ alias Veranda hahaha.

Ega: Hehehe, iya Ky. Ve lagi membahas materi kuliah tadi sama Melody, karena dia tidak terlalu mengerti hitungannya. Tuh lihat aja meja sana.

Ega kemudian menunjuk sebuah meja untuk 2 orang yang rapat dinding, dimana ada Melody dan Ve sedang berbicara sesuatu. Ricky menengok sebentar dan lalu manggut-manggut. Ayana dari tadi mengatakan apa yang dibicarakan Ricky dan Ega.

Ega: Busett, Ayana. Kamu ngomong bahasa Jepangnya lancar banget, owe sampai pangling.

Ayana: Hihi, iya Ega-kun. Aku kan orang Jepang juga, meskipun campuran.

Ega: Hmm, oh iya tadi kamu ngomong apa sama Akicha?

Ayana: Aku memberitahu Aki-san apa yang kamu dan Ricky-kun bicarakan tadi, soalnya kan kalian menyebut nama cewek.

Ega: Oh, pantes. Owe mau nanya nih, kamu tinggalnya sama Akicha?

Ayana: Benar sekali, Ega-kun. Aku tinggal sama Aki-san di apartemennya.

Ricky: Oh iya, Ayana. Jadi di rumah kamu yang tinggal adalah orang tua kamu dan kedua kakak kamu ya?

Ayana: Iya, Ricky-kun. Tapi kadang-kadang sebulan sekali aku pulang ke rumah sebentar, kumpul bareng keluarga.

Baik Ega maupun Ricky memanggut-manggut, Ayana kemudian memberitahu Akicha lagi apa yang tadi ia bicarakan. Pesanan mereka berempat kemudian datang, segeralah mereka mulai makan pagi.

Di meja lain, ada Jonathan dan Jeffrey bersama Agus duduk. Ketiganya mungkin bertanya-tanya siapa Ega.

Jeffrey: Jo, siapa tuh yang duduk di samping Ricky?

Jonathan: Mana gue tahu, mungkin teman sekelas Ricky.

Jeffrey: Oh, apa mungkin dia juga nemenin pacarnya ya.

Jonathan: Siapa maksud lu, Jef?

Jeffrey: Itu loh, cewek yang duduk di samping pacarnya Ricky.

Jonathan: Oh, Ayana. Kayaknya gak mungkin deh, setahu gue Ayana belum punya pacar. Dan lu coba lihat deh meja sana.

Jonathan menunjuk meja tempat Melody dan Ve sedang makan, Jeffrey pun menoleh sebentar dan kembali menatap Jonathan penuh tanya.

Jeffrey: Kenapa Jo? Salah satunya pacar lu?

Jonathan: Bukan, itu cewek yang pipinya tembem kan sering duduk dengan teman sekelasnya Ricky.

Jeffrey: Nah, berarti cewek itu yang pacarnya?

Jonathan: Bisa jadi, terus cewek yang satunya lagi lu tahu kan?

Jeffrey: Iya, gue tahu. Yang waktu itu dia duduk bareng Ricky juga.

Jonathan: Itu namanya Melody, Fakultas Ekonomi semester 3. Dan cewek berpipi tembem itu mungkin teman sekelasnya, soalnya mereka kelihatannya tadi membahas materi kuliah deh.

Jeffrey: Kok lu bisa tahu, Jo?

Jonathan: Tadi gue lewat dekat meja mereka sehabis pesan makan, Jef. Dan gue dengar dikit kayaknya mereka lagi bahas semacam soal hitungan gitu deh.

Agus: Den Jo, kayaknya pesanannya udah jadi.

Kemudian seorang pegawai kantin mengantarkan makanan untuk mereka bertiga, dan mereka langsung mulai makan juga.

Tak lama setelah itu, Ega yang sudah duluan selesai makan lalu menuju meja tempat Melody dan Ve duduk. Terlihat oleh Ricky kalau mereka bertiga berbincang sebentar, dan lalu sama-sama pergi meninggalkan kantin itu. Setelah Ricky selesai makan, ia menunggu ‘kedua pacarnya’ selesai makan juga, dan mengantarkan mereka sampai depan kelas di Gedung Utara.
Di sekolah yang gerbang depannya terpampang tulisan ‘SMA Tunas Bangsa’ terlihat para murid-murid berhamburan di luar kelas, di lapangan, juga ada yang ke kantin. Di dalam kantin sekolah itu terlihat Michelle sedang memilih makanan bersama Shani dan Yupi. Shania terlihat menunggu di sebuah meja untuk 6 orang, lalu datang seorang siswi SMP bersama seorang siswi SMA lain menghampiri meja itu, yaitu Nabilah dan Frieska. Frieska juga adalah anggota OSIS sama seperti Shania.

Shania: Eh, kak Frieska, ini siapa? Ayo gabung duduk.

Nabilah dan Frieska ikut duduk berdampingan dengan Shania.

Frieska: Shania, ini adik aku namanya Nabilah. Nabilah, ini teman Kakak di OSIS.

Nabilah dan Shania berjabat tangan, dan kemudian Nabilah bertanya.

Nabilah: Kak Shania, lagi nunggu siapa?

Shania: Aku lagi nunggu teman-teman sekelasku mesan makanan. Itu mereka.

Shania lalu menunjuk Michelle, Shani, dan Yupi di kerumunan kantin. Nabilah melihatnya lalu manggut-manggut.

Shania: Oh iya, kalian udah pesan makanan?

Frieska: Iya, Shan. Kami udah pesan, tinggal nunggu aja.

Setelah itu datanglah Michelle bersama Yupi dan Shani. Mereka berkenalan dengan Frieska dan Nabilah, lalu keenam gadis itu sama-sama menunggu pesanan datang dengan mengobrol tentang beberapa cowok ganteng di kantin itu. Nabilah seperti biasa selalu berkomentar beda. Kelima gadis SMA itu tertawa dengan komentar Nabilah, karena setiap kali mereka menunjuk seorang cowok di sebuah meja, yang menurut mereka tampan ternyata dikatakan jelek oleh Nabilah entah karena hidungnya terlalu mancung atau rambutnya yang gondrong, atau juga mukanya yang mesum dan sebagainya.

Perbincangan mereka berhenti ketika makanan pesanan datang diantarkan seorang pegawai kantin, dan sebelum makan Frieska lalu bertanya pada Nabilah.

Frieska: Dek Ayu, kamu belum makan ya di istirahat pertama?

Nabilah: Aku tadi cuma makan snack, kak Frieska, kenapa?

Frieska: Hihihi, kamu sadar gak sih makanan kamu porsinya paling gede dibanding kami semua.

Nabilah melihat semua makanan kakak-kakak kelasnya dan langsung cengengesan, kelima gadis SMA itu lalu cekikikan melihat seorang siswi SMP yang porsi makannya lebih banyak dari mereka. Setelah tawa mereka mereda, barulah keenam gadis itu mulai makan.

Michelle yang selesai makan lebih dulu disusul Yupi dan Shani kemudian angkat bicara lagi.

Michelle: Yupi, kamu nanti jadi kan mampir ke rumahku?

Yupi: Jadi dong Chel, kan episode kemarin belum selesai kita tonton. Tapi aku juga nanti ngajak adikku ya, Papa dan Mamaku lagi keluar kota, kasihan dia sendiri.

Michelle: Oke, boleh, oh iya Shani mau ikut gak?

Shani: Pasti dong Chel, aku kemarin kan gak nonton.

Shania: Eh, kalian ngomongin apa sih?

Michelle: Itu loh kak Shania, drama korea yang puluhan episode. Kak Shania mau ikut nonton gak?

Shania: Mau sih, tapi nanti ada rapat OSIS.

Nabilah: Aku mau ikut nonton, kak Michelle.

Frieska: Hei, dek Ayu, Kakak kan nanti ada rapat OSIS. Gak bisa antarin kamu.

Nabilah: Yaaahh, kok gitu.

Michelle: Hihi, boleh kok kak Frieska, nanti Nabilah ikut aku aja.

Nabilah: Tuh dengerin, boleh ya Kak.

Frieska: Oke, boleh, tapi minta izin juga sama kak Melody.

Nabilah pun mengangguk pada Frieska.

Yupi: Kak Frieska, boleh kami tahu kak Melody itu siapa?

Shani: Ih Yupi, itu sih gak usah ditanya, kak Melody pasti nama kakaknya Nabilah dan kak Frieska.

Frieska: Hihihi, iya. Kak Melody adalah kakak tertua aku dan Nabilah.

Shani: Tuh kan, Yupi oon deh.

Yupi yang kesal langsung menggelitiki Shani, para gadis itu menertawai tingkah mereka berdua. Smartphone Michelle kemudian bergetar, SMS dari Ricky.

Ricky: Lele sayang, kamu lagi apa?

Michelle: Lagi di kantin nih sama teman-temanku, Kak.

Ricky: Oh, makan yang banyak ya biar gemukan.

Michelle: Hihihi, iya Kak.

Ketika selesai bertukar pesan, Michelle terkejut melihat Nabilah sudah di sampingnya mengintip SMS tadi.

Nabilah: Hayo, kak Michelle senyum-senyum sendiri, pasti dari pacar ya?

Frieska: Hey dek Ayu, jangan gitu, tidak sopan.

Michelle: Hihi, gak apa-apa kok, Kak Frieska. Nabilah, ini dari Kak Ricky, abang aku.

Nabilah: Tapi kok pakai sayang-sayang segala, jangan-jangan emang pacar ya?

Yupi: Tuh Shani, bukan cuma aku yang oon tapi Nabilah juga.

Shani hanya tertawa menanggapinya, lalu Nabilah yang heran langsung bertanya.

Nabilah: Eh, aku oon gimana, kak Yupi?

Yupi: Kamu oon-nya karena bilang kak Ricky pacarnya Michelle. Lagian kan wajar kalau mereka pakai kata ‘sayang’ karena mereka Kakak-adik. Udah biasa itu, masa kamu gak tahu?

Nabilah(sambil menggembungkan pipi): Aku mana tahu, Huuuuh.

Shania: Tuh kan, kalau oon sendiri aja Yup, jangan ajak-ajak orang lain. Kan Nabilah juga gak kenal siapa kak Ricky. Dasar Yupi oon, hihihi.

Yupi yang lagi-lagi kesal kini menggelitiki Shania, dibantu Nabilah juga. Michelle, Shani, dan Frieska tertawa melihat tingkah 3 gadis itu.

~------------------------0O0------------------------~

Sepulang sekolah, Michelle sudah ada di mobilnya menunggu Shani, Yupi, dan Nabilah datang. Setelah mereka datang, Michelle segera mengemudikan mobilnya menuju rumah Yupi untuk makan siang bersama. Sehabis itu Yupi mengendarai mobilnya dengan adiknya, bersama mobil Michelle menuju rumahnya Michelle. Kelima gadis itu tiba, dan melihat Richard menunggu di depan pintu rumah sambil berdiri. Tatapan Richard pada Nabilah dan adiknya Yupi seperti mau menggigit mereka, tentu saja kedua gadis itu takut. Michelle kemudian membisikkan sesuatu pada Richard sehingga anjing itu duduk dan mengibas-ngibaskan ekor pertanda menyambut ramah Nabilah dan adiknya Yupi. Michelle kemudian masuk ke dalam rumah diikuti Shani, Yupi dan adiknya, serta Nabilah.

Setelah kelima gadis itu masuk ke dalam, Nabilah dan adiknya Yupi yang bernama Windy Yuvia barulah bernafas lega.

Nabilah: Kak Michelle, itu anjingnya besar banget.

Windy: Iya Kak Michelle, agak menyeramkan juga anjing itu.

Michelle: Hihihi Nabilah, anjingnya kan jenis husky, pasti besar dong. Richard emang begitu, Windy, Kakak kamu juga sempat takut waktu pertama kali berkunjung ke sini.

Windy, Nabilah: Richard? Siapa itu?

Yupi: Hihi, Richard adalah nama anjing husky itu, yang tadi.

Shani: Dan nama itu diberikan oleh abangnya Michelle, kak Ricky.

Nabilah dan Windy lalu manggut-manggut, mereka berdua kemudian terkejut karena Richard sudah ada di dekat kelima gadis itu. Anjing itu memang sudah biasa membuka dan menutup pintu depan sendiri, jadi ia bisa masuk dan keluar rumah kapan saja. Shani, Michelle, dan Yupi tertawa melihat ekspresi Nabilah dan Windy yang sepertinya masih takut.

Sore harinya, mobil Yupi sudah melaju meninggalkan rumah Michelle. Di dalamnya ada juga Shani dan Nabilah, karena dia yang menawarkan pada Michelle untuk mengantar kedua gadis itu pulang. Tibalah mereka di depan rumah Nabilah, dimana sudah ada Melody yang menunggu. Mereka berkenalan singkat dengan Melody, yang lalu berterimakasih pada Yupi yang sudah mengantarkan Nabilah.

Keesokan harinya, pukul 07:45 pagi Ricky sedang menggunakan wifi dari smartphonenya di kantin Gedung Utara. Lalu datang seorang mahasiswi yang duduk di hadapannya. Ricky lalu terkejut sekaligus senang, karena mahasiswi ini adalah teman sekelasnya juga ketika SMA.

Ricky: Kamu Amelia kan?

Amelia: Hihi, ternyata kamu masih ingat aku, Ricky.

Ricky: Hehehe, kamu kan susah dilupain, Mel.

Amelia: Huuu, mulai ngegombal, dasar jomblo.

Ricky: Eits, aku bukan jomblo lagi, aku sudah punya pacar.

Amelia: Hah? Yang benar, Ricky? Siapa?

Ricky: Teman sekelas kita juga dulu.

Amelia: Iya, siapa dong?

Ricky: Tebak aja sendiri, hahaha.

Amelia: Hmm, cepat atau lambat juga ketahuan kok kalau kamu bohong.

Ricky: No, no, no. Aku gak bohong soal ini, tapi kamu akan tahu nanti kalau waktu istirahat kamu kesini lagi.

Amelia: Oh, oke deh. Nanti kenalin aku dengan pacar kamu ya, Ricky.

Ricky: Hehe, gak perlu diperkenalkan juga sih. Oh iya, kamu ngambil Fakultas apa, Mel?

Amelia: Aku milih Fakultas Sains, sekarang semester 5. Kalau kamu, Ky?

Ricky: Aku masuk Fakultas Psikologi, semester 5 juga.

Amelia: Wow, calon psikiater masa depan nih, hihihi.

Ricky: Hahaha, lebay deh kamu Mel. Emm, kalau aku lihat-lihat wajah kamu mirip seseorang deh kayaknya.

Amelia: Hei, kalau mau gombal jangan kayak gitu. Aku gak mau disamain dengan orang lain.

Ricky: Enggak, ini serius. Kayaknya muka kamu mirip seorang murid SMA kelas 2 deh.

Amelia: Oh, pasti maksud kamu Andela kan?

Ricky: Eh, Mel, kok kamu tahu?

Amelia: Hehe, kan Andela adik aku, Ky. Dia sekarang kelas 2 SMA.

Ricky: Oh, aku ingat kamu pernah bilang punya adik perempuan, rupanya Andela namanya.

Amelia: Ricky, kamu kok bisa kenal adik aku?

Ricky: Ya iya dong, kan Andela waktu itu nginap di rumah temannya, aku juga tinggal ngekos di sana.

Amelia: Berarti rumah Jeje yang Andela maksud waktu itu. Eh, kamu sekarang tinggal ngekos, Ky? Kenapa?

Ricky: Enggak apa-apa sih, cuma mau mandiri aja.

Amelia: Terus adik kamu, Michelle gimana?

Ricky: Michelle baik-baik aja di rumah. Aku setiap hari ngabarin dia kok. Eh, aku masuk kelas dulu ya Mel. Udah mau mulai nih.

Amelia hanya tersenyum lalu mengangguk sambil melihat Ricky yang sudah mulai meninggalkan area kantin Gedung Utara. Tak lama setelah itu, ia pun beranjak pergi ke kelasnya.

Waktu istirahat tiba, Ricky mengajak Akicha dan Ayana ke kantin, untuk mempertemukan mereka pada Amelia. Dan ternyata Amelia sudah duduk di sebuah meja untuk 4 orang, ia sepertinya penasaran siapa pacar Ricky.

Amelia: Hey, Akicha, apa kabar?

Akicha: Amelia, long time no see. I’m fine.

Amelia: Ricky, jadi pacar kamu...

Akicha: Yes, Amelia. Ricky-kun is my boy now.

Kemudian Ayana juga berkenalan dengan Amelia, mereka berempat makan bersama di kantin Gedung Utara. Dan lagi-lagi Melody heran melihat Amelia yang duduk di samping Ricky. Tak jauh dari mejanya Melody, ada Fita juga yang bingung karena teman SD-nya itu sekarang bak playboy. Fita tak ambil pusing, ia hanya menggeleng-geleng melihatnya sambil makan. Ega dan Veranda juga melihatnya, tapi mereka tidak menghiraukannya karena ‘sudah biasa’. Jerry tidak pergi ke kantin, melainkan ke kelas pacarnya. Jonathan dan Jeffrey fokus makan sehingga tidak memperhatikan, Agus terkekeh melihat Ricky yang selalu dikelilingi 3 wanita.

Sehabis waktu istirahat Ricky kembali ke kelasnya, ia pun tahu ternyata Amelia juga kuliah di Gedung Timur dan jarang sekali keluar kelas di saat istirahat karena pagi sebelum berangkat kuliah sudah lebih dulu makan di rumah, kalaupun mau makan pasti di kantin Gedung Timur.

Malamnya pukul 10:05 di toilet lantai 1 SKYPILLAR HOTEL, Ricky sedang berganti baju di sebuah bilik toilet, setelah ia keluar maka rekan kerjanya baru masuk ke dalam toilet itu untuk mengganti baju.

Ricky: Buset, Anthony. Lu baru kelar kerjaannya?

Anthony: Ya gitulah Ky, itupun udah dengan kecepatan tinggi gue kerjanya.

Ricky: Hehe, lebay amat lu.

Anthony ikut terkekeh lalu masuk ke dalam sebuah bilik toilet sebelah bilik toilet yang tadi Ricky gunakan. Setengah menit setelahnya ia pun selesai berganti baju. Ia pun bergabung dengan Ricky mencuci tangan di wastafel.

Anthony: Oh iya Ky, gue mau tanya nih, enak gak kuliah di universitas Patmangin?

Ricky: Hahah, ngapain lu nanya Ton? Mau pindah?

Anthony: Mungkin sih, soalnya mumet pikiran gue selama berkuliah di universitas Pamarang.

Ricky: Emm, gini ya Ton. Kalau menurut gue sih, universitas Patmangin nyaman, apalagi kantin Gedung Utaranya, makanannya sangat bervariasi.

Anthony: Ckck Ky, gue nanya bukan kantinnya, tapi suasana ruang kuliahnya.

Ricky: Hahaha, kalau itu sih gue nyaman-nyaman aja, tapi gue gak tahu Fakultas lain gimana. Kan gue masuknya Fakultas Psikologi.

Anthony: Gue masuk di Fakultas Hukum, semester 5 sekarang. Sumpah, stress banget.

Ricky: Hehehe, emang lu mau pindah kuliah beneran Ton?

Anthony: Iya, gue mulai gak tahan nih. Mending gue pindah, daripada jadi gila.

Ricky: Terserah elu deh, tapi lu kalau mau pindah, harus izin sama bokap lu.

Anthony: Pastilah itu Ky, dan mungkin tahun depan baru pindah, karena gue mesti bujuk bokap gue dulu nanti di semester 6 kalau keadaan perkuliahannya makin parah.

Ricky: Hahah, bahasa lu mulai mendramatisir, yaudah yuk pulang.

Anthony dan Ricky kemudian sama-sama keluar dari toilet itu, dan menuju parkiran. Mereka berpisah jalan di persimpangan, dan Ricky menuju tempat kosnya untuk segera beristirahat.

Pagi hari tiba lagi, Ricky sedang internet surfing dengan wifi di kantin Gedung Utara, lalu datang 2 orang mahasiswa dengan wajah yang mirip menduduki kursi di hadapannya. Tentu saja Ricky terkejut dan melihat siapa mereka, ia langsung mengenali teman SMA-nya lagi.

Ricky: Hahaha, Daniel, Gabriel apa kabar?

Kedua mahasiswa itu adalah Daniel dan Gabriel, teman SMA Ricky yang tidak sekelas dengannya tapi mereka pernah sekelas dengan Ricky ketika SMP. Mereka kembar, dan Gabriel lebih tua beberapa menit dari Daniel.

Daniel, Gabriel: Kabar kami baik, Ricky. Hahaha.

Ricky: Kalian kuliahnya sama Fakultas kan?

Daniel, Gabriel: Enggak, kami beda tapi sama-sama di Gedung Barat.

Ricky: Oh, jadi kalian sama-sama semester 5 kan?

Daniel: Betul, Ricky, gue di Fakultas Kedokteran.

Gabriel: Kalau gue di Fakultas Arsitektur, Ricky.

Ricky: Wow, calon dokter dan arsitek masa depan!

Daniel, Gabriel: Amiiin, kalau lu di Fakultas apa Ky?

Ricky: Heheh, gue di Fakultas Psikologi, semester 5 di Gedung Timur. Oh iya kalian ada apa ya ke kantin ini?

Daniel, Gabriel: Kami tadi berpikiran ingin makan sesekali di kantin ini, Ky.

Ricky: Oh, tapi biasanya sih waktu istirahat nanti baru ada makanan yang dimasak. Kalau sekarang sih, paling cuma snack yang bisa kalian makan.

Daniel, Gabriel: Oh, begitu ya Ky. Kami masuk kelas dulu ya.

Ricky terkekeh dan mengangguk, Daniel dan Gabriel lalu pergi meninggalkan kantin itu. Lalu Ricky juga beranjak untuk ke kelasnya, ia senang bisa bertemu temannya yang unik lagi.

Istirahat pukul 10 pagi tiba, Ricky sedang menunggu makanan pesanannya datang, ia chatting dengan Akicha ketika Melody datang dan duduk di sampingnya.

Melody: Ricky, aku duduk disini ya.

Ricky hanya mengangguk kepadanya, kemudian kembali chatting dengan Akicha dan tentu saja langsung memberitahu pacar tersayangnya itu. Melody yang baru beberapa menit makan dikejutkan dengan kedatangan Daniel dan Gabriel yang duduk di hadapannya dan Ricky. Alhasil ia pun tersedak. Ricky lalu menyodorkan minumannya Melody yang berupa segelas jus jeruk.

Ricky: Eh Mel, minum dulu.

Kemudian perlahan Melody meminum jus jeruk itu, dan mulai agak baikan.

Ricky: Lu berdua, jangan kayak jin nongolnya.

Baik Daniel maupun Gabriel hanya terkekeh, kemudian kompak berbicara.

Daniel, Gabriel: Sorry Ky, kami gak nemuin tempat duduk yang lain lagi, makanya buru-buru ke meja ini. Oh iya, cewek ini pacar elu ya Ky?

Melody terheran karena dua mahasiswa yang mirip mukanya bisa bicara bersamaan, sedangkan Ricky sudah tertawa mendengar perkataan si kembar.

Ricky: Kalian berdua, udah ngagetin orang, sotoy lagi, cewek ini bukan pacar gue, cuma teman biasa.

Melody lalu dikenalkan Ricky pada si kembar, ia pun paham kenapa kedua mahasiswa itu bisa bicara bersamaan.

Daniel, Gabriel: Oh iya Ky, kalau Melody bukan pacar elu, berarti lu jomblo dong.

Ricky: Ckckck, masih aja kalian sotoy. Gue punya pacar, yaitu teman sekelas gue di SMA. Terserah kalian mau percaya atau enggak.

Daniel, Gabriel: Siapa, Ky?

Ricky: Mau tahu aja, tuh lihat pesanan kalian datang.

Seorang pegawai kantin wanita datang dan mengantarkan pesanan untuk si kembar, dan juga pesanan Ricky. Setelah dia pergi, Daniel dan Gabriel masih melihatnya dan seperti terpana. Melody tertawa melihat tingkah mahasiswa kembar ini, Ricky segera menyadarkan Daniel dan Gabriel dengan menjentikkan jari pada mereka.

Daniel, Gabriel: Kenapa sih, Ricky?

Ricky: Kalian tuh yang kenapa, bikin malu aja. Ngelihatin cewek sampai segitunya.

Daniel, Gabriel: Habisnya, lumayan cakep sih.

Kemudian Ricky terkekeh, dan melanjutkan omongannya.

Ricky: Udahlah, cepat kalian makan, daripada nanti dingin gak enak lagi.

Si kembar menuruti perkataan Ricky dan mulai makan, Ricky sendiri juga mulai makan. Beberapa menit setelahnya, Melody sudah duluan ke kelasnya sementara ketiga mahasiswa itu masih makan. Selesai mereka makan, datanglah Jeffrey yang langsung tos tangan dengan si kembar. Ricky segera pergi dari kantin itu untuk ke tempat kerja, tinggallah Jeffrey serta Daniel dan Gabriel yang mengobrol.

Sorenya pukul 5:20 Ricky sudah berniat pulang ke tempat kos, tapi ia mengurungkan niat itu dan ingin menemui Richard. Maka Ricky segera menghubungi nomor detektif itu untuk membujuknya agar diizinkan menemui Richard, ia juga mengatakan tidak akan menginap di rumahnya. Detektif itu lalu mengizinkan, dan setelah itu Ricky juga memberitahu Akicha kalau ia akan ke rumahnya. Akicha sepertinya juga berniat ke sana bersama Ayana. Setelah selesai berkomunikasi dengan pacarnya itu, Ricky segera melajukan motor menuju rumahnya.

Tak lama kemudian motor Ricky sudah sampai di depan pagar rumahnya, ia berhenti sebentar untuk membuka pagar lalu masuk ke dalam area rumahnya. Setelah memberhentikan motor, Ricky melihat di pekarangan rumahnya agak berbeda, sudah lebih banyak rumput liar. Ia juga melihat ada mobil Michelle dan satu mobil lain terparkir di dekat pilar luar rumah itu.

Kemudian Ricky melihat Richard yang tadi bermain-main dengan rumput liar datang dengan senang menemuinya, ia pun mengelus kepala anjing husky yang sudah lama tidak ditemuinya. Ricky lalu mengatakan pada Richard kalau ia kangen sekali pada anjing itu, yang tentu saja membuat anjing itu makin senang.

Pintu depan rumah terbuka, Michelle heran kenapa suara Richard seperti senang, ia lalu terkejut melihat seseorang yang bersama Richard, ia segera berlari menuju Ricky dan memeluk abang satu-satunya itu.

Ricky: Hei, Lele sayang, kamu apa kabar?

Michelle melepaskan pelukan dan memberikan senyuman manis pada abangnya.

Michelle: Kak Ricky, kebetulan malam minggu ke sini. Aki-san mana?

Baru saja Michelle berkata begitu, klakson mobil terdengar sekali dan Ricky segera membukakan pagar rumah lebar-lebar. Setelah mobil Akicha masuk, barulah pagar itu ditutup Ricky. Ayana dan Akicha keluar dari mobil setelah memarkirkannya dekat 2 mobil lain, dan berjalan mendekati Richard dan Michelle. Richard seperti biasa langsung ‘memasang muka galak’ pada orang yang baru ditemuinya, yaitu Ayana. Ricky langsung bergegas memberitahu Richard siapa Ayana. Anjing itu langsung mengerti dan ‘memasang muka ramah’ pada Ayana.

Michelle: Jangan takut ya, Ayana-san. Richard sudah tahu kok kalau Ayana-san adalah temannya Aki-san.

Ayana tersenyum, lalu ia dan Akicha mengelus kepala Richard.

Michelle: Oh iya, teman-teman aku ada di dalam nih. Ayo kita masuk.

Ricky dan Akicha bergandengan, Ayana ada di samping pasangan itu dan Michelle terlebih dulu jalan ke pintu rumah itu diikuti Richard. Sesampainya di dalam rumah, mereka disambut mbok Ijah, pembantu di rumah Ricky yang berusia sekitar 40-an.

Malam minggu itu terasa spesial bagi Ricky, dapat bertemu kembali dengan Richard dan dinner dengan pacarnya di rumahnya, meskipun juga bersama Ayana dan Michelle serta teman-temannya yaitu Shani, Yupi, dan Shania. Ricky sempat bertanya pada mereka mengenai mobil tak dikenal di luar rumah, ternyata adalah mobilnya Yupi.

~------------------------0O0------------------------~

Enam hari setelahnya, yaitu tanggal 24 Oktober 2014, Ricky sudah mempersiapkan rencana untuk pergi ke mall besok bareng Akicha dan Ayana, ia ingin membeli sesuatu sebagai hadiah ulang tahun Michelle 4 hari kemudian. Pukul 11 malam Ricky mulai terlelap. Esoknya tanggal 25 yang merupakan hari raya, Ricky sudah bersiap-siap di pagi harinya bukan untuk berangkat kuliah tapi untuk ke mall dengan pacarnya. Para penghuni kos belum ada yang terlihat keluar kamar ketika Ricky sudah berangkat pukul 7. Ia sampai di mall dan bertemu Akicha serta Ayana di dekat pintu masuk, mereka mencari selama beberapa jam dan memutuskan untuk memberikan hadiah berupa kalung ikan lele dari Ricky serta boneka beruang warna hijau terang dari Akicha.

Michelle sangat senang menerima kedua hadiah itu pada tanggal 28, ia sudah dapat banyak ucapan selamat dari teman-teman sekelasnya dan juga kue ulang tahun. Richard juga sepertinya mengucapkan selamat ulang tahun pada Michelle dengan bahasanya sendiri.

Hubungan Ricky dan Akicha baik-baik saja selama sebulan setelahnya, Melody juga sudah jarang bertemu Ricky di kantin Gedung Utara, ia sepertinya ingin move on.

Tanggal 19 Desember 2014 di malam hari, Ricky mulai heran kenapa Akicha tidak membalas SMS-nya ataupun chat LINE. Ia juga coba SMS dan chat LINE pada Ayana, yang juga tidak dibalas. Ia tidak bertemu Akicha di kantin Gedung Utara.

Tanggal 21 Desember, Ricky mulai gelisah di sore harinya setelah jam kerja selesai, karena masih tidak ada kabar dari Akicha dan Ayana. Ia mencoba pergi ke apartemen mereka tapi dihalangi satpam disana dengan alasan Akicha dan Ayana sibuk mengurus online shop.

Menjelang malam, Ricky yang sedang termenung di kamarnya mendapat panggilan telepon dari nomor tak dikenal, karena penasaran ia langsung mengangkatnya.

Ricky: Halo, siapa ini?

Edo: Ricky-kun, apakah ini kamu?

Ricky: Hai, Edo-san ya? Hahaha, bagaimana kabarmu?

Edo: Hmm, kabarku baik, Ricky-kun. Apakah kamu ada waktu luang? Aku ingin kita bertemu.

Ricky: Iya, kebetulan aku sudah selesai kerja beberapa jam lalu. Kenapa, Edo-san?

Edo: Aku mau membicarakan sesuatu denganmu, Ricky-kun.

Ricky: Oke, dimana kita bertemu?

Edo: Di Penguinville cafe saja, jam 8 malam nanti.

Pembicaraan di telepon pun berakhir, Ricky merasa ada yang janggal dari cara bicara Edo yang merupakan mantan bodyguard Akicha kepadanya, yang terdengar segan. Ricky segera menuju Penguinville cafe untuk mengetahuinya. Ia menunggu sampai jam 8 malam ketika Edo mulai memasuki kafe itu. Ia lalu duduk berhadapan dengan Ricky.

Edo: Selamat malam, Ricky-kun. Bagaimana kalau kita makan dulu baru bicara? Aku yang akan mentraktir.

Ricky: Malam, Edo-san. Oke, aku setuju bicaranya setelah makan malam.

Mereka lalu memesan makanan dan minuman, dan setelah selesai makan mereka sama-sama menghabiskan teh cappuccino pesanan tadi.

Ricky: Edo-san, apa yang mau kamu bicarakan?

Edo: Begini, Ricky-kun. Ini mengenai Akicha.

Ricky(mengernyitkan alis): Kenapa, Edo-san? Apa hubungannya?

Edo: Ricky-kun, apakah sikap Akicha pada kamu berbeda beberapa hari ini?

Ricky: Iya, Edo-san. Tapi kenapa kamu bisa tahu?

Edo: Aku tahu karena hal ini akan sangat berat kamu terima, Ricky-kun.

Ricky: Maksud Edo-san apa sih? Tolong jangan bertele-tele, katakan saja langsung.

Edo: Oke, hal yang berat itu adalah... kamu harus putus dengan Akicha, Ricky-kun.

Ricky langsung tertawa, sedangkan Edo hanya terdiam.

Ricky: Hahaha, Edo-san bercandanya kok begitu. Lagipula Edo-san kenapa bisa tahu kalau aku pacaran dengan Akicha?

Edo: Aku bisa tahu karena Ayana yang memberitahuku, Ricky-kun.

Ricky: Hmm, terus kenapa?

Edo: Seperti yang kubilang tadi, Ricky-kun. Kamu harus putus dengan Akicha, dan aku tidak sedang bercanda.

Ricky(setengah berteriak): Maksudmu apa, Edo-san? Kamu mau merebut Akicha dariku?

Edo: Tenang dulu, Ricky-kun. Aku mau memberitahumu sebuah kenyataan pahit yang aku sendiri baru tahu seminggu lalu.

Ricky: Baiklah, aku akan dengarkan.

Kemudian Edo memberitahu Ricky tentang perjodohannya dengan Akicha yang diinginkan oleh Ayahnya Akicha. Ricky sangat terkejut mendengarnya.

Ricky: Tunggu dulu, kalau itu benar kenapa tidak dari dulu kalian dijodohkan? Apakah Akicha sudah tahu ini sebelum pacaran denganku?

Edo: Begini, Ricky-kun. Ayahnya Akicha mengatakan padaku seminggu lalu bahwa memang ia sudah merencanakan perjodohan ini beberapa tahun lalu saat aku masih menjadi bodyguardnya Akicha. Ia memilihku jadi pendamping hidup putri bungsunya itu karena aku dipercaya dapat menjaganya dari bahaya apapun. Beliau bahkan tahu kalau aku punya rasa cinta terpendam pada Akicha sejak tahun kedua aku menjadi pengawalnya.

Ricky: Oh, jadi maksud kamu adalah aku tidak bisa melindungi Akicha? Dan aku tidaklah mencintai Akicha? Kalau begitu ayo kita berkelahi, Edo-san. Pemenangnya akan jadi pendamping hidup Akicha.

Edo: Hmm, aku sudah menduga kalau reaksimu akan begini, Ricky-kun. Sekarang tolong kamu dengarkan aku baik-baik. Perkelahian antara aku dan kamu tidak akan ada gunanya, karena Ayahnya Akicha tidak akan merubah keputusannya meskipun kamu menang melawanku. Dan lagipula, ada satu hal yang membuat beliau tidak akan mau kamu menjadi pendamping Akicha, sebaik apapun dirimu.

Ricky: Oke Edo-san, tolong kamu katakan apa yang salah dari diriku. Mungkin aku bisa memperbaikinya, sehingga hubunganku dengan Akicha tidak perlu berakhir.

Edo: Maaf, Ricky-kun. Aku sebenarnya ingin mendukung hubunganmu dengan Akicha, meskipun aku harus merelakannya. Tapi kenyataannya adalah ada sebuah hal yang membuat kau dan aku berbeda. Sehingga aku terlihat lebih ‘unggul’ istilahnya di mata Ayahnya Akicha.
Ricky: Edo-san, katakanlah hal apa itu.

Edo: Aku akan katakan jika kamu tidak akan menyalahkan siapapun atas gagalnya hubungan kamu dengan Akicha.

Ricky hanya mengangguk, kemudian Edo menghela nafas sekali dan melanjutkan omongannya.

Edo: Hal itu adalah... Karena kamu pernah melanggar perintah orang tuamu.

Ricky: Eh, apa maksudmu? Seingatku aku tidak pernah melakukan hal itu.

Edo: Ayahnya Akicha adalah rekan bisnis Ayahmu beberapa tahun terakhir ini. Mereka juga berteman dekat lebih dari sekedar rekan bisnis sejak itu. Mereka saling bercerita mengenai anak-anak mereka, dan Ayahmu... memberitahu Ayahnya Akicha kalau kamu melanggar satu perintahnya, Ricky-kun. Kamu pasti ingat terakhir kali kamu tinggal di rumahmu kapan.

Ricky: Oh, berarti perintah Ayahku yang aku langgar adalah untuk kuliah di Fakultas Ekonomi.

Edo: Tepat sekali, Ricky-kun. Maaf, aku tidak berkata bohong soal ini dan aku harap kamu tidak menyalahkan Ayahmu atas gagalnya hubunganmu dengan Akicha.

Ricky: Huh, aku mengerti. Aku sangat mengerti sekarang, hahahaha.

Edo: Ricky-kun, apa kamu baik-baik saja?

Ricky menghela nafas sekali, barulah ia berbicara lagi.

Ricky: Aku baik-baik saja, Edo-san. Aku bisa menerima kalau aku harus mengakhiri hubunganku dengan Akicha, tapi aku akan susah menghapus rasa cinta kepada Akicha.

Edo: Hmm, aku tahu itu, Ricky-kun. Aku sama sepertimu, mencintai Akicha. Sepertinya kita berdua jatuh cinta pada Akicha di waktu yang sama juga, ketika Akicha kelas 2 SMA.

Ricky: Benar sekali, Edo-san.

Edo: Ricky-kun, aku sudah menganggapmu layaknya saudara sejak kamu kelas 3 SMA. Itulah kenapa aku percayakan Akicha padamu setiap kali dia berkunjung ke rumahmu, sedangkan jika Akicha pergi kemanapun akan selalu aku kawal.

Ricky: Edo-san, sama denganku. Aku juga menganggapmu seperti saudara, temanku Jonathan juga sepertinya begitu. Aku senang kalau Akicha mendapat pendamping yang tepat jika bukan aku, yaitu kamu.

Edo: Terima kasih, Ricky-kun. Jika kamu memang merelakan Akicha untukku, aku tidak akan pernah melarangmu berkomunikasi dengannya, saudaraku. Aku juga menganggap Jonathan seperti saudara juga.

Ricky: Hmm, apakah ada hal lain yang perlu kuketahui, saudaraku?

Edo: Tidak ada lagi, Ricky-kun.

Ricky: Baiklah, Edo-san, aku pergi dulu.

Mereka berdua lalu berjabat tangan sebagai tanda persaudaraan, lalu Ricky beranjak pergi dari kafe itu, ia melajukan motor menuju taman kota yang sepi. Setelah memarkirkan motornya dekat pepohonan, Ricky lalu duduk di bangku taman beberapa meter dari situ. Ia berteriak kencang ke langit, meratapi hubungan cintanya yang harus kandas.

Ricky pulang ke tempat kos pukul 10:30 dan sepertinya para penghuni kos yang lain sudah tidur, karena lampu ruang tamu tidak menyala. Dalam kegelapan Ricky berjalan perlahan menuju kamarnya dan langsung tidur.

Keesokan harinya, Ricky terlihat murung di kelasnya. Jerry dan Ega menanyakan penyebab ia murung, dan langsung ia menjawab jujur. Kedua sahabatnya itu berusaha menghiburnya dengan mengajaknya untuk ikut perayaan Natal universitas Patmangin esoknya. Ricky menolak, ia memilih menyendiri di tempat kos.

Esok harinya lagi tanggal 23, Ricky masih murung di dalam kamar kosnya, bahkan ia tidak menghiraukan para penghuni kos yang berusaha menghiburnya dengan beberapa candaan. Tanggal 24 Desember di pagi hari sekitar pukul 8, Jonathan menelpon Ricky, dan memberi nasehat padanya. Jonathan dan Jeffrey tahu dari Jerry dan Ega kemarin saat perayaan Natal soal putusnya Akicha dan Ricky. Motivasi dari nasehat Jonathan perlahan tapi pasti membuat Ricky tidak murung lagi, buktinya adalah ia ikut merayakan Natal di gereja yang biasa didatanginya bersama Michelle. Michelle yang bertemu Ricky di tanggal 25 itu ikut memberi motivasi pada abangnya, ia tahu putusnya hubungan Ricky dan Akicha dari Ayana. Ricky mulai berhenti sedih karena tidak mau Michelle jadi khawatir dengannya.

Kemudian tiga hari setelahnya, yaitu tanggal 28 Desember, hari Minggu pagi Ricky sedang menonton TV ketika pukul setengah 7 pagi. Sepertinya ia sudah menonton TV selama setengah jam, Jeje lalu mengajak Ricky ke gereja yang biasa ia datangi, daripada Ricky tidak ada kegiatan.

Ricky: Ngapain sih Je, aku kan juga punya gereja yang biasa kudatangi bersama Michelle.

Jeje: Aduh, kak Ricky. Sekali aja deh ikut aku, nanti aku kenalin dengan 2 cewek cantik yang seumuran dengan kak Ricky, mungkin bisa jadi pacar baru setelah PDKT.

Ricky: Hahahah, kamu kok kayaknya mau comblangin aku? Hmm, yaudah deh, aku siap-siap dulu.

Jeje: Wuuu, kak Ricky mendengar kata ‘cewek cantik’ langsung semangat, dasar jomblo.

Ricky: Berisik kamu, aku mau ikut juga karena bosan gak keluar selama beberapa hari ini.

Lalu Ricky mengacak-acak rambut Jeje, dan langsung masuk kamarnya untuk mengambil handuk. Jeje merapikan rambutnya sambil mengomel-omel tak jelas. Setelah 10 menit, Ricky juga sudah siap untuk pergi ke gereja. Mereka berangkat dengan motornya Ricky, dan sampai sekitar 15 menit kemudian.

Kebaktian pagi itu pun diikuti Ricky dan Jeje dari barisan belakang, setelah selesai barulah Jeje menyuruh Ricky menunggu di situ. Ia menghampiri 2 gadis yang ada di barisan tengah, Ricky mengernyitkan alis karena merasa pernah melihat 2 gadis yang sedang berbicara dengan Jeje. Saat mereka berbalik, barulah Ricky tahu kalau 2 gadis itu adalah Melody dan Veranda. Jeje menuntun mereka berdua untuk ‘berkenalan’ dengan Ricky.

Jeje: Kak Melody, kak Ve, ini namanya kak Ricky, abang aku.

Ricky: Hai Mel, Ve, kalian disini juga rupanya.

Melody: Emm, iya Ricky. Aku bareng Ve kesini.

Ve: Hihi, iya bang Ricky. Aku dan kak Melody setiap hari Minggu kesini.

Jeje: Loh? Kalian sudah saling kenal?

Ricky: Hei, Jessica Vania....

Jeje: Iya, kak Ricky, kenapa?

Ricky tersenyum lalu sedikit mengacak-acak rambut Jeje, alhasil Melody dan Ve tertawa dan Jeje langsung cemberut sambil memukul-mukul lengan Ricky setelah merapikan rambutnya.

Jeje: Kak Ricky kenapa sih? Aku salah apa?

Ricky: Kamu ngapain kenalin aku sama Melody dan Veranda, hemm? Aku udah kenal mereka di kampus!

Jeje: Iiih, aku kan gak tahu, kak Ricky. Tapi benar kan kataku, mereka berdua cantik, siapa tahu bisa jadi pacar baru kak Ricky.

Melody dan Veranda lalu menertawai ‘kepolosan’ Jeje, Ricky geram lalu mencubit pelan kedua pipi ‘adik angkat’nya itu. Barulah Ricky lanjut bicara.

Ricky: Dek Jeje yang manis, mereka berdua temanku. Jadi gak mungkin jadi P-A-C-A-R. Lagian Ve sudah punya pacar, yaitu temanku yang bernama Ega.

Jeje: Yaudah, kak Ricky. Pacaran sama kak Melody aja.

Melody mulai salah tingkah, Ricky tidak memperhatikan karena ia masih bertatapan dengan adik angkatnya. Ricky tersenyum lebar lalu juga disambut senyum lebar Jeje, barulah ia bicara.

Ricky: Kenapa gak kamu aja yang jadi pacarku, dek Jeje yang manis?

Jeje lalu memanyunkan bibir karena candaan itu, Ve dan Ricky menertawainya. Lalu Ricky memandang Melody tanpa menyadari sikap Melody yang agak canggung dan malu-malu.

Ricky: Mel, jangan dengerin ya omongan Ibu Kos cilik ini, dia masih polos hehehe.

Melody: Emm, iya Ricky. Aku paham kok hihihi.

Setelah itu Veranda mengajak Melody untuk pulang, agar sikap canggungnya tidak ketahuan pada Ricky. Kedua gadis itu pamit pada Ricky dan Jeje. Setelah kepergian kedua mahasiswi itu, Ricky kembali bicara pada Jeje.

Ricky: Huuh, kamu sih bicara gitu, mereka jadi cepat-cepat pergi.

Jeje: Ih, kok nyalahin aku. Mereka pergi karena takut rambutnya diacak-acak juga oleh kak Ricky. Atau mungkin wajah kak Ricky seram.

Ricky: Woooo, malah ngeledekin. Ayo, pulang.

Mereka berdua kemudian pulang, dan makan siangnya di tempat kos bersama para penghuni kos yang lain. Setelah makan siang, Ricky seperti biasa pergi ke tempat kerjanya, karena liburnya cuma tanggal 24, 25, dan 31 Desember serta 1 Januari. Tahun baru 2015, Ricky yang merayakannya bersama para penghuni kos menyambutnya dengan harapan akan mendapat jodoh barunya. Michelle di rumahnya juga merayakan bersama kedua orang tua mereka, dan ia juga berharap abangnya bisa move on dan menemukan cinta yang baru. Di kediaman Melody, tentu saja Melody yang merayakan bersama kedua orang tua dan kedua adiknya juga mengharapkan sesuatu di tahun baru, apalagi kalau bukan cintanya yang berbalas dari Ricky.

Hari Sabtu tanggal 3 Januari 2015, Ricky sedang bersantai di kantin Gedung Utara pada waktu istirahat, ia baru saja selesai makan. Lalu datanglah Melody duduk di sampingnya dan mulai makan, Ricky berpikir apakah Melody tidak punya pacar setelah putus dari Randy, tapi ia tidak berniat menanyakan itu langsung pada wanita di sampingnya ini.

Ricky merenung, ia tahu kalau sejak putus dari Akicha sepertinya tidak ada kabar dari mereka berdua(Akicha dan Ayana), Ricky juga tidak mendapat kabar dari Edo, ‘saudara’nya. Ricky mulai berspekulasi, mungkin Akicha dan Ayana sudah pindah ke Jepang bersama Edo. Lamunan Ricky terhenti ketika Melody melambaikan tangan di hadapannya.

Melody: Ricky, kamu mikirin apa?

Ricky: Emm, Mel, aku cuma mikir aja, sepertinya Akicha dan Ayana sudah tidak kuliah di kampus ini lagi.

Melody manggut-manggut, lalu Ricky lanjut bicara.

Ricky: Oh iya Mel, Jeje sebenarnya bukan adik kandung aku, tapi memang sih aku nganggap dia seperti adik aku sendiri, dia juga menganggap aku abang karena dia anak tunggal dari kedua orang tuanya.

Melody: Hmm, pantes kamu dan dia gak ada kemiripan, hihi.

Ricky lalu meraih smartphone di saku celana jeansnya, dan menekan nomor pin, kemudian membuka galeri foto dan menunjukkan sebuah foto Michelle pada Melody.

Ricky: Nah, kalau ini baru adik kandung aku, Mel.

Melody: Oh, jadi yang ini adik kamu, emang agak mirip sih, hihihi.

Melody tersenyum, ia sangat senang mengetahui cewek yang bersama Ricky di mall waktu itu adalah adiknya, bukan selingkuhannya. Melody kembali yakin kalau Ricky adalah pria yang setia.

TO BE CONTINUED...

By: E.D.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Between Dream And Reality, Part 12

GALLANT IMPACT, Chapter 25

GALLANT IMPACT, Chapter 29