Between Dream And Reality, Part 2

Part 2: The mystery

Aldo di alam mimpi kembali terheran karena sedang berhadapan dengan Indra, juga teman-temannya di kelas.


Indra: Woi, Aldo. Kok elu malah ngelamun? Tadi jadi gak ciumannya?


Aldo: Eh, apa, Dra? Ciuman? Sama siapa?


Indra(sambil menoyor kening Aldo): Ya sama si Shania lah, emang siapa lagi?


Aldo: Loh, kok elu tau Dra?

Indra: Kan tadi elu sendiri yang bilang ke gue kalau elu mau curi waktu untuk ciuman dengan Shania, monyong!


Aldo: Oh iya hehehe, terus kenapa lu mau tau Dra?


William: Bukan cuma Indra, kami semua juga mau tahu Do.


Aldo melihat ada rasa penasaran terpancar pada wajah kerumunan murid cowok di tempat duduknya dengan Indra.


Aldo: Kepo banget lu semua, gue gak jadi ciuman tadi. Puas?


Kerumunan cowok: Yaaahhhh, gak jadi.


Aldo(heran): Kok lu semua yang heboh?


William: Soalnya kan kita mau tahu rasanya bibir Shania dari pengalaman lu, Aldo. Daripada kita 
nebak-nebak rasanya, misalnya rasa apel, atau rasa strawberry. 

Aldo(tertawa): Hahaha, emang bibir Shania itu buah, pake ada rasa apel, strawberry. Ada-ada aja lu semua.


Derry: Kita kan penasaran Do, meskipun kita semua udah pernah ciuman. Tapi kan belum dapat dari Shania.


Aldo(menatap penuh curiga pada kerumunan cowok): Jangan-jangan lu semua ngaku udah pernah ciuman, tapi ada yang ‘jeruk makan jeruk’.


Seketika Aldo mendapat tatapan kesal dari kerumunan cowok, termasuk Indra teman sebangkunya.


Derry(menjitak kening Aldo): Enak aje, gue pernah ciuman sama Vina. Puas lo?


Aldo(mengusap kening): Aduh, gue kan cuma bercanda. Iya deh gue percaya lu semua pernah ciuman dengan cewek, berarti cuma gue doang yang belum pernah ciuman dengan cewek?




William: Yo’i. Eh Aldo, emangnya lu di tahun ajaran sebelumnya gak pernah ciuman dengan cewek di kelas?


Aldo: Meskipun muka gue mesum kan bukan berarti gue suka ciuman. Nah lu pada, yang awalnya gak bermuka mesum malah sekarang muka mesum semua.


William: Kita semua kan ketularan elu Do, hahaha.


Para murid cowok pun tertawa dengan komentar William barusan. Aldo memiringkan bibirnya.


Aldo(menunjuk seorang siswa di kerumunan): Lu pasti pernah ciuman kan dengan Shania?

Orang yang ditunjuk kaget, lalu pandangan kerumunan cowok beralih padanya.

Derry: Eh Yudha, bener gak yang dibilang Aldo?

Yudha(berkeringat karena ditatap oleh kerumunan): I-Iya, tapi ada alasannya.

William: Apa alasannya? Dan kenapa lu gak cerita ke kita-kita?
 


Yudha yang merasa tak enak karena terus dipandang kerumunan siswa lalu menghela nafas.


Yudha: Oke deh, gue cerita. Tapi lu semua jangan pada iri ya?


Heru: Udah cerita aja langsung, kami gak akan iri. Toh kami juga penasaran.

Yudha: Begini, itu terjadi sebelum gue dan Marsya pacaran. Dan ciuman itu juga bukan yang pertama buat gue.


Bagus: Terus siapa cewek yang pertama lu cium?


Yudha: Ciuman pertama gue sama cewek kelas 10 lain, tapi gue gak maksa tuh cewek.


Aldo(terkekeh): Berarti ciuman sama Shania lu maksa dong?


Yudha: Enggak, gue minta baik-baik kok. Itu juga ada alasannya.


Kerumunan cowok, kecuali Aldo: Alasannya apa?


Yudha: Begini. Konon katanya, cowok yang mencium Shania beberapa hari kemudian akan punya 
pacar.




Kerumunan cowok, kecuali Aldo: Haaaahhhh?


Derry: Konon, konon. Emangnya lu ada bukti?


Yudha: Buktinya nyata, karena udah ada beberapa cowok sebelum gue yang udah punya pacar habis dicium sama Shania. Mereka semua dari kelas 10 juga.


Bagus: Siapa mereka?


Yudha: Aduh, jangan ditanya deh soalnya gue gak enak ngebocorinnya karena udah janji dengan Shania.

Heru: Janji apaan?

Yudha: Janjinya sebelum ciuman, yaitu gue gak boleh ngebeberin nama-nama yang disebut Shania pernah ciuman dengan dia sehingga sekarang mereka jadi punya pacar. Gue juga sebenarnya gak boleh ngasih tahu lu semua kalau gue pernah ciuman sama Shania, karena Shania gak mau lu semua ikut minta ciuman biar dibilang ‘keadilan masih ada di kota ini’.

William: Shania rupanya lebay juga, tapi kita semua kan udah punya pacar tanpa dicium sama Shania.

Aldo, Bagus, Heru, Indra: MONYONG, GUE BELUM PUNYA PACAR!!!

William: Oh iya, ada beberapa jones disini hehehe.

Lalu selanjutnya William ditoyor-toyor kepalanya oleh Aldo, Bagus, Heru, dan Indra. Hal itu mengundang gelak tawa di kerumunan cowok.

Aldo: Oh iya Derry, lu pacaran sama Vina? Sejak kapan?

Derry(menoyor kepala Aldo): Gimana sih lu, kan dari hari pertama sekolah di semester ini satu kelas udah pada tahu kalu gue pacaran sama Vina. Sejak dari kelas 2 SMP gue pacaran sama Vina, karena Vina sendiri yang mengumumkan seperti itu disaat tak ada guru di kelas waktu itu.

Aldo: Oh iya hehehe, maklum gue kadang-kadang pikun.

Lalu mereka semua melanjutkan mengobrol hal lain, seperti bosannya pelajaran Pak Nero dan beberapa guru lain.

Aldo(berpikir): Kok gue bisa melanjutin kehidupan gue di mimpi ya?

Aldo melihat sekeliling kelas, tak ada guru. Dan dilihatnya ada kerumunan cewek, tapi ada 2. Satu kerumunan mengelilingi tempat duduk Marsya sang ratu gosip di belakang kelas dan kerumunan yang lain di tempat duduk Shania di dekat meja guru depan kelas. Kerumunan cowok itu terletak di dekat pintu masuk(sekaligus pintu keluar) kelas di barisan depan yaitu tempat duduk Aldo. Tempat duduk Aldo bukanlah yang paling depan, karena di depannya masih ada 2 cewek yang duduk sebangku, yaitu Nabilah Ratna dan Sonya Pandarmawan. Nabilah dan Sonya sedang ada di kerumunan tempat Shania.

Aldo(berpikir): Berarti sekarang jam istirahat dong, karena Nabilah dan Sonya ikut di kerumunan tempat Shania duduk.

Di kehidupan mimpinya memang Sonya dan Nabilah selalu ‘membiarkan’ tempat duduk mereka dikerumuni cowok yang berkumpul dengan Aldo, karena mereka berdua juga berkumpul di tempat Shania. Beda sekali dengan kenyataan, Sonya dan Nabilah tidak pernah meninggalkan tempat duduk mereka agar tidak ‘dijajah’ oleh para cowok. Kalaupun ada yang keluar kelas untuk ke kantin hanya salah satu diantara mereka, baik itu Sonya atau Nabilah yang ke kantin. Karena yang satunya lagi bisa ke kantin pada jam istirahat kedua yang sama lamanya dengan jam istirahat pertama, yaitu 25 menit.

Aldo yang masih melamun karena berpikir lalu dikejutkan suara bel pertanda istirahat telah selesai, maka tiga kerumunan pun membubarkan diri ke tempat duduk masing-masing. Sebelum ada guru masuk, Nabilah dan Sonya yang sudah duduk di bangkunya lalu menghadap ke belakang tepat menatap Aldo penuh curiga.

Nabilah(berkata pelan): Lu ngapain sama Shania di toilet tadi?

Aldo lantas terkejut tiba-tiba ditanyai Nabilah dan Sonya juga menatapnya dengan curiga seperti Nabilah. Aldo mengeluarkan alibinya, juga berbicara pelan.

Aldo: Lu ngomong apaan Bil?

Nabilah: Maksud aku, lu kan sama Shania tadi lama di toilet pas pelajaran Pak Nero. Shania duluan permisi ke toilet, terus beberapa menit setelahnya lu kan permisi ke toilet juga. Shania baliknya pas udah mau selesai pelajaran Pak Nero sekitar 4 menit menjelang istirahat. Lu balik pas istirahat mulai, berarti kan lu sama Shania di toilet lantai 3 habis...

Aldo: Gue tadi ke toilet di lantai 2, ngapain gue repot-repot ke lantai 3 kalau toilet lantai 2 bisa dipakai? Emangnya Shania ke toiletnya di lantai 3?

Sonya: Tadi sih pas kami tanya Shania kenapa lama di toilet, dia bilang lagi dapet jadi dia ke toilet lantai 3 yang lebih sepi. Dan itu juga karena toilet lantai 3 lebih terang.

Nabilah: Berarti kamu gak ketemu Shania di toilet?

Aldo: Ngapain ketemu Shania di toilet? Pacar bukan, gebetan bukan juga.

Nabilah: Jadi kamu ngapain lama banget di toilet?

Aldo: Mau tahu aja lu Bil. Atau mau tahu banget?

Nabilah: Ish, enggak lah. Ngapain aku tahu. Huh!

Nabilah dan Sonya lalu menghadap ke depan kembali. Aldo lalu berpikir bahwa Shania di mimpinya ini bukanlah ‘pengadu’ seperti Shania di kehidupan nyata. Aldo jadi tersenyum-senyum sendiri mengetahui sifat Shania yang beda di mimpi, juga perlakuan para murid cewek di kelasnya yang ‘tidak jutek’. Tak lama kemudian senyum Aldo terhenti karena seorang guru telah masuk di kelas 10 IPA 3. Guru Bahasa Italia yang bernama Pak Pirlo memulai pelajarannya di kelas. Pelajaran bahasa Italia yang Aldo tidak suka. Tapi belum sempat memulai pelajaran, Aldo mendengar suara sebuah lagu dari penyanyi Bruno Mars di telinganya. Seketika Aldo tersadar dari alam mimpinya. Rupanya itu alarm dari smartphonenya.


Aldo(bergumam sendiri): Untung aja pelajaran tidak dimulai karena gue bosan banget belajar bahasa 
Italia. Udah di kehidupan nyata belajar masa di mimpi belajar lagi, lama-lama otak gue korslet jadinya.


Aldo lalu bersiap diri ke sekolah, mandi lalu memakai seragam sekolah, putih abu-abu. Ditemuinya kakaknya di sofa ruang tamu seperti biasa, sedang menonton TV.


Aldo: Pagi Kak.


Melody: Pagi Aldo, eh tumben bangun cepat. Baru jam 6. Biasanya kan 10 menit lagi kakak yang ngebangunin kamu.


Aldo: Hehehe, aku kan udah nyetel alarm untuk bangun jam 6 setiap hari, kecuali hari Minggu. Cuma kadang-kadang asyik di dalam mimpi susah deh bangunnya.


Melody: Hihihi, berarti mimpi barusan gak asyik dong makanya kamu bisa bangun sendiri?


Aldo: Ya gitulah Kak, hehehe. Malah mimpinya pelajaran sekolah yang membosankan.


Melody: Hmm, kamu makan dulu, kakak udah buatin mie goreng special.


Aldo mengangguk lalu menuju meja makan untuk melahap mie goreng special buatan kakaknya. 


Meskipun tak ada kuah, mie goreng buatan kakaknya dibubuhi garam secara merata, dan ditambah irisan daging sapi kecil-kecil. Itulah yang membuat mie goreng ini terasa special bagi Aldo. Ia memang menyukai makanan asin.


Sehabis makan Aldo berpamitan pada kakaknya lalu segera menuju sekolah seperti biasa. Sesampainya di kelas, Aldo duduk di bangkunya di belakang Nabilah. Indra terlihat sedang bercakap-cakap dengan Sonya yang duduk di depannya. Aldo tak ambil pusing, ia lalu memasang earphone di telinganya dan memutar sebuah lagu dari band Maroon 5 untuk menemaninya tiduran di meja tempat duduknya, berhubung jam pelajaran pertama belum dimulai.


Sedang asyik tidur-tiduran tiba-tiba Aldo dikejutkan dengan suara mejanya digebrak. Aldo lalu bangun dan melihat Shania bersama Marsya memandangnya. Pandangan Shania terlihat marah padanya, sedangkan pandangan Marsya biasa saja. Aldo yang heran pun angkat bicara.


Aldo(sambil melepas earphone dan mematikan musik): Ada apa sih? Ganggu gue aja lo.


Shania: Hei, berani-beraninya lo masuk mimpi gue semalam, lo hampir cium gue tau.


Aldo: Oh ya? Dimana?

Shania: Di toilet wanita lantai 3, lo nyergap gue waktu baru keluar. Mesum banget sih lo!

Aldo terlihat santai menanggapi ocehan Shania walau sedikit terkejut kalau Shania bisa mimpi sama dengannya. Shania sendiri lalu tersadar banyak yang mendengar pembicaraannya itu. Shania yang kemudian merasa malu telah memimpikan Aldo dan diketahui siswa-siswi di kelas segera berlalu meninggalkan kelas dengan diikuti Marsya. Setelah Shania keluar kelas, para siswa dan siswi kemudian membicarakannya. Aldo merasa sudah aman lalu kembali tidur-tiduran di mejanya.

                                    ------------------------------------------------------------

Di luar kelas, saat berjalan-jalan di koridor sekolah Shania memikirkan apa yang baru saja diperbuatnya, ia merasa menyesal telah spontan membeberkan mimpinya semalam. Mimpi yang pertama kalinya dia melihat kehadiran Aldo. Mimpi dimana dia adalah gadis yang ramah, bahkan ‘terlalu ramah’, tidak jutek kepada cowok yang merupakan sifat aslinya. Marsya yang sedari tadi mengikutinya karena khawatir ia akan menangis lalu menegurnya.

Marsya: Hey, Shania, jangan nangis dong.

Shania lalu menoleh ke belakang dan dilihatnya Marsya menatapnya khawatir.

Shania: Eh Marsya, enggak kok aku gak nangis dari tadi.

Marsya: Tapi muka kamu agak memerah Shan.

Shania lalu mengeluarkan cermin dari saku roknya, lalu melihat wajahnya sendiri di cermin.

Shania: Eh iya, muka aku jadi merah, aku tadi malu Sya.

Marsya: Fuhhh, syukur deh kamu gak nangis, kukira mukamu memerah persiapan nangis hahaha.

Shania: Yeee, enak aja, aku gak segampang itu kali bisa nangis. Apalagi hal sepele gitu doang.

Mereka tertawa bersama, lalu perlahan muka Shania tidak lagi memerah. Mereka berbincang-bincang di bangku panjang yang ada di koridor, kemudian datang seorang siswi yang tingginya setara dengan 
Shania. Siswi itu memanggil Shania lalu Shania menoleh.

Shania: Eh kak Ve, ada apa ya?

Ve: Kita ada rapat OSIS sekarang. Ayo ikut.

Shania: Oke kak. Sya, aku mau rapat OSIS dulu. Aku tinggal dulu ya.

Marsya mengangguk lalu Shania dan Ve berjalan menuju ruang OSIS. Marsya lalu berjalan kembali ke kelas dan setibanya di tempat duduknya, seorang siswi bertanya padanya.

Siswi: Sya, mana Shania?

Marsya: Ke rapat OSIS bareng kak Ve, emang kenapa Vania yang bawel?

Vania(siswi di samping siswi yang menanyakan Shania): Ish, aku gak bawel keles.

Marsya(menunjuk siswi yang menanyakan Shania): Aku gak bilang kamu bawel, tapi dia nih.

Siswi yang menanyakan Shania lalu menoyor kening Marsya, lalu berbicara.

Siswi: Makanya udah dibilang jangan panggil aku Vania, meskipun ditambah ‘yang bawel’.

Marsya: Hehehe, sengaja kok. Emang kamu mau dipanggil apa?

Vania: Sya, kamu pikun ya? Panggilan dia kan Jeje. Sekarang aku ingetin kamu sekali lagi deh. Namaku 
Vania Putri Lubis, kalau dia Jessica Vania Widjaja dipanggil Jeje. Cuma aku yang boleh dipanggil Vania di kelas ini, mengerti?

Sehabis berkata begitu, kedua tangan Vania memegang kedua pipi Marsya lalu menekannya dengan telapak tangannya agar pipi Marsya maju ke depan seperti mengapit mulutnya. Sehingga telihat ‘monyong’ dan ditertawai siswi-siswi lainnya yang melihat itu.

Marsya: Ya udah deh, iya-iya Vania yang cantik.

Vania(sambil melepaskan tangannya dari pipi Marsya): Nah gitu dong.

Marsya: Jeje, kenapa tadi kamu nanyain Shania?

Jeje: Enggak, aku cuma heran aja tiba-tiba dia mengajak Aldo bicara. Biasanya kan dia tak menghiraukan Aldo.

Marsya: Tak menghiraukan gimana? Dia kan biasanya pelopor gosip tentang Aldo.

Vania: Benar juga ya.

Marsya: Udahlah, ngapain juga kalian jadi membahas ini, tadi tuh Shania cuma melampiaskan rasa kesalnya doang karena mimpi itu.

Para siswi pun mengobrol hal lain, kemudian di kerumunan siswa sedang terjadi pembicaraan selain Shania tadi. Aldo hanya menjadi pendengar bagi mereka.

William: Busseettt! Cewek tadi yang mencari Shania bening banget, hampir gue gak bisa nahan untuk ngiler.

Derry: Lu udah ada pacar masih aja cuci mata.

William: Lah, Der lu kan tadi sampai bengong menatap cewek berambut panjang itu.

Bagus: Cewek berambut panjang, emang lu mau ngatain cewek itu kuntilanak?

William: Nah lu yang bilang itu Gus, gue gak ngomong begitu.

Heru: Hahaha, kalian ngebahas cewek tadi pasti gak tahu kan namanya?

Indra: Emang lu tahu Her?

Heru: Gue gak tahu, makanya gue gak ikut komentar tentang cewek itu.

William: Lu gak tertarik ngegebet tuh cewek emangnya Her?

Heru: Bukannya gak tertarik, tapi gue masih belum ngerasa pacaran itu perlu.

Derry: Alasan aja lu Her, takut ditolak bilang aja kali.

Perkataan Derry barusan sontak membuat para siswa menertawai Heru, sedangkan Heru hanya memasang muka masam. Aldo lalu ikut bicara.

Aldo: Yang tadi itu kayaknya kakak kelas deh.

Indra: Tau darimana lu Do? Oh, jangan-jangan lu pernah sekelas dengan dia? Berarti dia kelas 11 IPA 5 dong. Gue bisa gebet dong hehehe.

Aldo(menoyor kepala Indra): Kan gue bilang kayaknya, artinya gue gak tahu dia kelas berapa. Bisa aja kelas 12, soalnya gue lihat dia sering ada di ruang OSIS. Anggota OSIS kan didominasi kelas 12.

Indra: Oh gitu, kalau cewek itu kelas 12 gak jadi deh gue mau ngegebet.

Derry: Emang kenapa Dra? Gue aja ada rencana mau ngegebet.

Indra: Gue gak mau baru pacaran beberapa bulan terus gak ketemu lagi di sekolah. Kan jadi LDR-an, 
dan elu Der. Nanti ketahuan Vina lu diceramahi terus loh.

Derry: Drama banget lu LDR, kan bisa telponan atau ketemuan di satu tempat selain di sekolah Dra. Gue sama Vina cuma temenan, soalnya dia kan tetangga gue.

Indra: Tetangga masa gitu...

Derry(menoyor kepala Indra): Itu sih judul acara televisi di channel televisi yang baru, kampret! Enak aje nyama-nyamain gue sama Vina dengan acara macam gitu.

Para siswa pun kembali tertawa, kemudian mereka segera bubar ke tempat duduk masing-masing. Shania pun sudah kembali ke tempat duduknya bersamaan dengan bel tanda jam pelajaran pertama dimulai. Pelajaran pertama pun dimulai. Guru Bahasa Spanyol yang bernama Pak Enrique memulai mengajar tentang sejarah negara Spanyol, dan murid-murid antusias mendengarnya, meskipun kebanyakan cowok yang antusias sedangkan cewek hanya beberapa yang antusias sisanya mencuri kesempatan tidur, ada pula yang menguap. Bagi Aldo sendiri, pelajaran ini paling disukainya meskipun nilai yang didapatnya tidak terlalu tinggi.

                                    ------------------------------------------------------------

Akhirnya tiba waktunya pulang sekolah, Aldo segera beranjak pulang duluan karena tiba-tiba ia merasa ngantuk tapi sesampainya di parkiran motor, ia melihat seorang gadis berdiri di samping motornya. Gadis itu tersenyum melihat Aldo sedang menuju motornya. Lalu Aldo yang merasa heran karena tak biasanya gadis ini menemuinya segera menghampiri gadis itu.

Aldo: Kenapa, kamu gak pulang?

Gadis: Kak Aldo, lihat nih.

Gadis itu menunjukkan SMS dari seseorang di smartphone-nya yang ditujukan kepada Aldo yang berbunyi:
“ALDO, Tante minta tolong antar Frieska sampai rumah ya. Tante sedang sibuk, jadi gak bisa jemput.”

Aldo melihat pengirimnya dan memang benar itu Tantenya, adik kandung mamanya. Tantenya mengirim SMS itu ke smartphone Frieska karena tahu kalau Aldo sering men-silent HP-nya di sekolah dan kadang tidak aktif. Aldo segera menuruti permintaan Tantenya.

Aldo: Yasudah, ayo aku antar, dedek Mpris.

Frieska(tersenyum): Kak Aldo, aku mau ke toko buku dulu ya, soalnya mau cari buku sejarah yang tebal buat catatan.

Aldo: Oke, yuk naik.

Aldo segera menjalankan motornya setelah Frieska naik. Frieska merupakan anak dari tante-nya, yaitu adik sepupunya Aldo dan Melody, sekarang duduk di kelas 10, tepatnya 10 IPS 5. Memang kadang-kadang tantenya sibuk mengurus bisnis keluarga setelah ditinggal kedua orang tua Aldo dan Melody, karena itu Aldo yang kadang-kadang mengantar Frieska pulang ke rumah tantenya. Karena Frieska di kelas IPS, yang seringkali membahas pelajaran sejarah yang banyak jadi Frieska perlu membeli buku sejarah yang tebal. Sesampainya di toko buku, Aldo hanya menunggu di luar dengan duduk di motornya sambil mendengarkan lagu lewat earphone. Sekitar 8 menit kemudian Frieska sudah selesai, lalu Aldo mengantar gadis itu ke rumahnya, yaitu rumah tantenya. Frieska mengucapkan terima kasih dan menawarkan Aldo mampir, tapi Aldo segera menolak dengan alasan mengerjakan PR, padahal ia merasa mengantuk. Aldo pun sampai di rumah setelah sekitar 10 menit perjalanan dengan motornya, dan rasa kantuknya makin menjadi. Ia segera merebahkan dirinya di ranjangnya tanpa berganti pakaian lagi. Dengan segera Aldo terbawa ke alam mimpi.

Lagi-lagi Aldo ‘melanjutkan’ mimpinya tetapi kali ini Aldo merasa ingin ‘skip’ karena tepat ketika pelajaran Bahasa Italia dimulai Aldo memulai juga kehidupannya di mimpi. Aldo hanya bisa menjalani jam pelajaran ini dengan menopang dagu, ia tidak serius meresapi pelajaran dari Pak Pirlo. Aldo melihat banyak yang antusias dengan pelajaran ini, meskipun kebanyakan siswi karena Pak Pirlo yang tampan di usianya yang 40-an dengan kumis dan jenggot tipis. Akhirnya jam istirahat kedua pun dimulai, Aldo segera keluar dari kelas seperti biasanya sehabis pelajaran Bahasa Italia yang dirasanya ‘mengubah komposisi udara’ di kelasnya. Komposisi udaranya menjadi lebih sedikit oksigen menurut Aldo saat hingga selesainya pelajaran Pak Pirlo. Aldo lalu berjalan-jalan sendiri di keramaian sekolah, sampai dilihatnya seorang gadis berambut panjang yang dirasa Aldo pernah melihatnya sedang menghampiri Aldo. Aldo pun bingung sehingga terpaku di tempatnya berdiri hingga gadis itu ada di hadapannya. Gadis itu lalu menyapanya.

Gadis: Hey Aldo, apa kabar?

Aldo: Uh, baik. Maaf, kamu siapa ya?

Gadis(heran): Kamu gak ingat aku ya Aldo? Namaku Jessica Veranda, kamu biasa manggil aku kak Ve.

Aldo(segera beralibi): Oh, maaf kak Ve, aku tiba-tiba lupa ingatan karena disenyumin gitu.

Ve: Hihihi, modus lagi kamu. Maaf ya tapi gak mempan loh, aku udah punya cowok.

Aldo baru teringat kalau di mimpinya ini dia mengenal gadis yang ada di hadapannya ini, pantas saja Aldo seperti mengenalinya saat gadis ini mencari Shania di kelasnya. Dari ingatan mimpi Aldo, Ve adalah siswi kelas 12 IPA 5 yang menjadi cewek populer di kalangan kelas 12 setelah setahun lalu kakaknya Aldo yaitu Melody yang sebagai cewek populer kelas 12. Aldo yang sedang menggali ingatan mimpinya sehingga melamun lalu dikejutkan oleh jentikkan jari Ve di hadapannya.

Ve: Aldo, kamu kok melamun? Nanti kesurupan loh.

Aldo: Kak Ve, aku cuma mikirin kok pelajaran tadi yang dibahas Pak Pirlo.

Ve: Oh gitu, memangnya kamu mengerti pelajarannya? Bukannya kamu tidak terlalu suka pelajarannya?

Aldo: Justru karena itu kak Ve, aku mikirin itu berusaha memahami tapi tetap tidak bisa.

Ve: Kalau begitu aku mau ngajarin kamu pelajaran Bahasa Italia, gimana? Mau kan?

Aldo: Eh, gak ngerepotin nih? Kak Ve kan udah kelas 12, nanti persiapan UN-nya jadi terganggu.

Ve: Enggak kok, lagian sekarang kan masih semester 1, ada beberapa bulan lagi sebelum UN. Sekarang kan bulan September.

Aldo lalu melihat kalender di smartphone-nya yang menunjukkan tanggal 18 September 2014, hari Kamis. Aldo berpikir artinya dia sudah menjalani 2 bulan sekolah sebagai kelas 10 yang seharusnya dia kelas 11.

Aldo: Oh iya ya...

Ve(tertawa kecil): Hihi, gimana? Mau gak diajarin?

Aldo: Enggak deh Kak, nanti pacar kakak malah cemburu.

Ve: Oh ya udah deh, kalau kamu mau lebih memahaminya kamu juga bisa minta diajarin pacarku. Dia juga unggul dalam pelajaran Bahasa Italia loh.

Aldo: Oke kak Ve, nanti kapan-kapan deh. By the way siapa pacar kak Ve?

Ve: Hihi, rahasia dong untuk sekarang, nanti kalau kamu mau minta diajarin baru kontak aku. Lalu nanti aku minta dia mengajarimu.

Aldo: Sip deh.

Ve: Ya udah aku sekarang ketemu dia dulu ya, bye.

Setelah itu Ve pun berlalu meninggalkan Aldo yang kembali melamun karena berpikir. Berpikir kalau di dunia mimpinya ini dia belum bertemu Naomi. Ia lalu berjalan ke lantai 2 dimana kelas 11 semua ada, baik IPA dan IPS. Aldo bersyukur sekolahnya tidak berbeda antara di mimpi ataupun di kenyataan. Lantai 1 diisi kelas 10 IPA dan IPS, sedangkan lantai 3 diisi anak kelas 12 IPA dan IPS. Memang terlihat simple, tapi begitulah letak kelas-kelas di sekolahnya. Selain ruangan kelas, ada beberapa ruangan ekskul di setiap lantai. Seperti misalnya ekskul futsal di lantai 1, ekskul basket di lantai 2, ekskul musik di lantai 3, dan beberapa ekskul lainnya di lantai 1, 2, dan 3. Aldo tidak pernah mengikuti ekskul apapun, tapi di ingatan mimpinya ekskul cheerleader ketuanya Ve, kan kakaknya Melody adalah mantan ketua ekskul musik. Sepertinya Shania juga ikut ekskul cheerleader. Sedangkan di mimpinya ini Naomi adalah ketua ekskul musik yang baru. Ia lalu tiba di kelas 11 IPA 5 dan disambut hangat oleh teman-temannya di sana, ternyata Naomi tidak ada karena sedang latihan musik di ruang ekskul. Ia segera berlalu untuk menemui Naomi di ruang ekskul musik di lantai 3.

Sesampainya di depan pintu ruang ekskul musik yang terbuka, ia melihat penampilan siswa-siswi yang sedang berlatih berbagai alat musik. Dilihatnya seorang siswi teman sekelasnya sekarang sedang bermain piano dengan lihainya. Aldo terpukau lalu menghampiri siswi itu hingga berdiri di sampingnya. Siswi itu lalu berhenti karena ada yang memperhatikannya dan dia segera menoleh ke samping.

Siswi: Aldo, kamu cari aku ya? Hihihi

Aldo: Eh, enggak kok. Lanjutin aja Jeje, permainan kamu bagus banget.

Jeje: Aku kirain kamu cari aku hihi. Yaudah aku lanjutin aja.

Jeje pun kembali memainkan piano dan Aldo segera sadar tujuan dia ke sini. Ia celingak-celinguk mencari sosok Naomi dan matanya menemukan Naomi yang sedang melatih vokal. Aldo tahu Naomi latihan vokal karena dilihatnya Naomi berada dalam sebuah bilik kaca khusus untuk para murid ekskul yang berlatih vokal agar suara mereka tidak kedengaran oleh murid ekskul lain yang sedang berlatih alat-alat musik. Aldo segera menuju tempat Naomi dan mengetuk pintu bilik kaca itu. Naomi segera berhenti latihan vokal untuk menemui orang yang mengetuk pintu bilik itu. Naomi sedikit terkejut melihat siapa itu.

Naomi: Loh Aldo, ada apa kamu ke sini?

Aldo pun berpikir, sepertinya sifat Naomi di dunia mimpi tidak berubah sama sekali, hanya kegiatannya yang lebih banyak, karena setahu Aldo adalah Naomi tidak pernah ikut ekskul apapun selama kelas 10.

Aldo(berpikir): Tapi mungkin saja Naomi di dunia nyata juga ikut ekskul musik, aku harus tahu apakah benar.

Naomi lalu mengagetkan Aldo yang masih melamun, dan tertawa melihat Aldo terkejut.

Aldo: Eh Naomi, ada apa?

Naomi: Hihihi, kamu yang ada apa? Kamu mencariku ya? Kangen?

Aldo: Hehehe, kok tahu?

Naomi: Hmmm, modus nih.

Aldo: Iya emang modus, by the way sejak kapan kamu ikut ekskul musik, Mi?

Naomi: Sejak awal kelas 11, soalnya kan Kak Melody yang membujuk aku ikut ekskul musik karena melihat potensi aku. Kamu lupa ya Do? Kan kamu waktu itu juga dengar.

Aldo berpikir sejenak, memang benar ia mengingat bahwa di mimpinya ini Melody pernah membujuk Naomi agar masuk ekskul musik dan jadi ketuanya, pembicaraan ini didengar Aldo karena Aldo sedang main PS bersama Naomi di rumahnya Aldo.

Aldo: Oh iya ya, aku baru inget.

Naomi: Huuu, masih muda udah pikun. Hihihi...

Aldo dan Naomi berbincang sebentar sebelum Naomi kembali berlatih vokal, dan Aldo pun pamit pergi dari ruang ekskul musik. Aldo kembali ke kelasnya.

                                    ------------------------------------------------------------

Sepulang sekolah Aldo teringat ia pernah mendapat surat cinta dari Shania yang diletakkan diam-diam di laci mejanya. Itu adalah 2 hari yang lalu karena pagi-pagi saat dia sampai di sekolah Aldo sudah menemukan surat itu di dalam laci meja tempat duduknya. Samar-samar Aldo merasa dia membalas surat itu tapi langsung di kertas yang sama agar hemat kertas, dan Aldo juga meletakkan surat itu ke meja Shania dengan datang jauh lebih pagi saat belum ada murid di kelasnya. Aldo berniat menanyakan isinya karena dia agak lupa, segera ia menulis sesuatu di kertas kecil dan saat Shania sudah keluar dari kelas dan terlihat berjalan sendiri Aldo segera menyelipkan kertas kecil tersebut ke tangan Shania lalu bergegas pergi ke suatu tempat. Shania yang heran melihat Aldo memberikan secarik kertas kecil lalu segera melihatnya dan ternyata ada pesan yang bertuliskan:

 “Tolong temui aku di dalam toilet pria lantai 3 saat situasi sepi.”

Aldo yang sudah menunggu di dalam toilet pria lantai 3 masih mendengar suara siswa-siswi berlalu-lalang tak jauh dari toilet itu. Setelah beberapa menit, keadaan sudah terlihat sepi. Aldo lalu mendengar ada suara langkah kaki mendekati toilet pria itu, dan ia senang melihat siapa yang datang.

Aldo: Akhirnya kamu datang juga, Shania.

Shania: Aldo, ada apa? Mau minta ciuman ya hihihi.

Aldo: Enggak, aku mau nanya sesuatu sama kamu, tapi jangan tersinggung ya.

Shania: Boleh, emang mau nanya apa?

Aldo: Boleh aku tahu semua nama yang pernah mencium kamu?

Shania: Hmmm... maaf Aldo, aku gak bisa bilang ke siapapun.

Aldo: Kenapa? Mereka mengancam kamu ya? Berarti mereka bergerombol pas mencium kamu?

Shania: Enggak kok Do, masing-masing dari mereka beda kelas dan beda hari mintanya. Aku gak diancam, cuma gak enak aja kalau ngebeberin nama mereka.

Aldo: Jadi cuma kamu sama masing-masing dari mereka yang tahu dong?

Shania: Iya, mereka masing-masing juga jaga rahasia soalnya mereka udah punya pacar semua.

Aldo: Kok kamu tahu mereka punya pacar?

Shania: Karena mereka diam-diam menemui aku lagi sehabis punya pacar, cuma ngucapin terima kasih atas ciumannya.

Aldo: Ada-ada aja deh, yang terakhir cium kamu Yudha kan, anak kelas kita juga?

Shania: Kok kamu tahu sih Do, aduh jangan sampai Marsya tahu ya, soalnya aku gak enak kalau sahabat aku tahu aku pernah ciuman dengan pacarnya.

Aldo: Tenang aja, kami para cowok sekelas bisa jaga rahasia kok, lagian kami tahu pasti kalau ketahuan Marsya bisa-bisa Yudha diputusin terus nyalahin kita-kita deh.

Shania: Huufff, untunglah, kamu gimana tahunya kalau itu Yudha? Jangan bilang kamu interogasi satu persatu cowok-cowok di kelas.

Aldo: Ya enggaklah, capek kali kalau kulakukan, aku cuma nebak aja, karena pas aku cerita yang tadi si Yudha kulihat biasa aja, tidak ada rasa penasaran. Makanya aku langsung tanya dia. Eh akhirnya dia ngaku karena keadaan aman. Marsya sedang ada di kantin tadi bersama kamu kan?

Shania: Iya kamu benar, tadi Marsya sama aku. Untung deh dia tidak tahu. Tadi dia juga cerita ke aku kalau Yudha perhatian banget sama dia, dan sebagainya lah keadaan orang pacaran.

Aldo: Wah, gak nyangka aku kalau cowok yang minta ciuman ke kamu akan punya pacar.

Shania: Kenapa? Kamu mau juga?

Aldo: Enggak deh, aku mau pakai caraku sendiri untuk dapatin pacar. Aku mau nanya sesuatu lagi sama kamu.

Shania: Nanya apa?

Aldo: Isi surat cinta kamu ke aku 2 hari yang lalu itu apa ya? Aku agak lupa nih.

Shania: Hmmm, kamu udah ngebalas surat itu langsung di sana juga, terus dikembalikan ke laci mejaku kemarin pagi-pagi sebelum aku datang. Oke deh, aku perlihatkan padamu lagi.

Shania lalu mengambil selembar kertas dari dalam tasnya dan memberikan pada Aldo untuk dibaca. Aldo segera menerima kertas itu dan mulai membacanya. Di bagian atas kertas itu tertulis:

“ALDO, aku merasa jantungku berdegup kencang setiap kali kamu melirik ke tempat dudukku. Aku merasa senang melihatmu akrab dengan teman-teman barumu. Sepertinya aku menyukai kamu, Aldo. Apakah perasaanmu sama juga terhadapku?”
Dan Aldo mengenali tulisannya sendiri di bagian bawah kertas itu. Tertulis:

“SHANIA, aku minta maaf karena sepertinya perasaanku tidak seperti itu kepadamu. Aku rasa kamu juga terlalu terburu-buru mengungkapkan hal ini. Cobalah merenungkan hal ini lagi, kamu belum mengenalku lama. Kamu pasti tidak mengetahui seluk-beluk sifatku. Oleh karena itu Shania, aku tidak atau mungkin belum memiliki rasa suka terhadap dirimu.”

Shania melihat Aldo serius membacanya, kemudian ia ditatap kembali oleh Aldo.

Shania: Aldo, aku menulis surat itu karena para siswi di kelas terus mendesak aku agar segera mengungkapkan itu kepadamu. Aku juga merasa ini terlalu cepat tapi mereka terus mendesak dan Vina malah berjanji mentraktirku makan di kantin kalau aku berani menulis surat itu kepadamu.

Aldo: Oh begitu, jadi...

Shania: Aldo, aku gak bermaksud bermain-main dengan hal seperti ini, aku hanya ingin mereka berhenti menggodaku yang suka memperhatikanmu. Sedikit lirikanku padamu mereka selalu menggoda hingga akhirnya mereka juga membantuku menulis surat itu. Dan sesuai janji, Vina kemarin mentraktirku makan di kantin. Mereka juga menepati janjinya kepadaku untuk tidak menggodaku lagi setelah aku menulis surat itu dan kamu membalasnya. Kamu gak marah kan?

Aldo: Enggak kok, aku cuma terkejut sedikit saja. Hahaha, iseng juga ya mereka.

Shania yang mukanya sudah sedikit memerah lalu menundukkan kepala dipanggil oleh Aldo untuk menoleh.

Aldo: Udah, gak usah dipikirin lagi. Aku gak merasa dipermainin kok, kalau boleh aku tahu berapa jumlah cowok yang sudah menciummu, termasuk Yudha.

Shania: 3 cowok dari IPA, 2 cowok dari IPS.

Aldo: Semua ganteng ya orangnya sehingga kamu mengizinkan atau memberikan kesempatan mereka untuk menciummu.

Shania: Enggak, ada 1 cowok yang jelek yaitu dari kelas IPS 4. Tapi aku mau karena orangnya higienis. Buktinya adalah aku merasa ada aroma hand sanitizer di tubuhnya. Aku kan juga suka pakai hand sanitizer. Lagipula aku memberikan kesempatan cowok menciumku tidak melihat tampang wajahnya, tapi sikap mereka terhadap cewek. Kalau mereka memperlakukan cewek dengan baik maka aku berikan, melihat sikap mereka yang tidak mesum terhadap cewek, juga tidak tebar pesona maka aku yakin mereka akan memperlakukan pujaan hati mereka nantinya dengan baik.

Aldo: Hmmm, gitu ya. Kenapa kamu mau aja aku cium pas nyergap, kan itu termasuk sikap tidak baik bukan?

Shania: Aku lihat sorot matamu tadi tidak berniat jahat, jadi aku rela deh.

Aldo: Oh kalau begitu sekarang boleh dong.

Shania(Nampak berpikir): Emm...

Aldo: Haha, udahlah aku just kidding, yaudah kamu boleh pulang.

Shania: Enggak, aku barusan berpikir kalau pulang sendiri takut juga. Hari ini kebetulan ayahku gak bisa jemput. Kamu mau kan ngantar aku pulang?

Aldo: Boleh, ayo.

Setelah itu Shania dan Aldo mengendap-endap untuk keluar dari toilet pria itu. Mereka lalu menuruni tangga hingga tiba di lantai dasar dan menuju parkiran motor. Aldo lalu mengantar Shania ke rumahnya dengan ditunjukkan arah oleh Shania. Akhirnya mereka sampai di depan rumah Shania yang lebih besar dari rumah Aldo. Pekarangannya pun 2 kali lebih luas dari pekarangan Aldo. Aldo sedikit takjub dengan rumah Shania.

Shania(sambil tersenyum): Makasih ya Do.

Aldo(balas tersenyum): Iya, aku pulang ya. Bye...

Shania: Bye Aldo...

Aldo lalu perlahan meninggalkan rumah Shania dan menuju rumahnya, sesampainya di rumah ia terkejut karena disambut kedua orang tuanya di rumah. Aldo yang bingung lalu mengecek smartphone-nya dan tanggalnya masih 18 September 2014. Padahal di dunia nyata kedua orang tua Aldo dan Melody sudah meninggal lebih dari 4 bulan sejak awal bulan Mei. Aldo menyapa kedua orang tuanya dan berusaha bersikap biasa agar kedua orang tuanya tidak curiga. Karena ini dunia mimpi Aldo, maka kedua orang tua Aldo masih hidup.

Ayah Aldo: Aldo, kamu sudah pulang nak. Ayo kita makan siang dulu, Ibumu sudah menunggu dari tadi.

Ibu Aldo: Iya nak, ayo kita makan siang bersama.

Aldo: Sebentar, kak Melody tidak ikut makan siang bersama?

Ayah Aldo: Hahaha, Aldo. Kamu pikun ya, siang begini kan Kakak kamu sedang kuliah.

Aldo: Oh iya, lupa Yah hehehe.

Ibu Aldo: Ya sudah, ayo kita makan dulu biar kamu gak lupaan lagi.

Mereka bertiga kemudian makan bersama, Aldo sangat bahagia karena mimpi ini bisa terus berlanjut. Dunia mimpi dimana orang tuanya masih hidup dan Aldo sangat berharap dia bisa tinggal di mimpi dalam waktu yang lama.

Selesai makan siang bersama, terlihat oleh Aldo kegiatan Ayahnya seperti biasa, yaitu mengerjakan dokumen-dokumen bisnisnya. Ayahnya Aldo memang memiliki bisnis besar di bidang manufaktur dan karena ia adalah pemimpin perusahaannya maka ia hanya kadang-kadang saja pergi ke kantor. Manager kepercayaan Ayahnya Aldo sudah sanggup meng-handel seluruh urusan kantor, hanya urusan atau meeting penting yang harus melibatkan Ayahnya Aldo. Sedangkan Ibunya Aldo mengelola bisnis catering bersama Tantenya yang sudah diorganisir oleh seorang manager pilihan Tantenya juga sehingga Ibunya Aldo sebagai pemilik hanya ikut mengambil keputusan disaat ada beberapa opsi penambahan menu.

Di kehidupan nyata bisnis catering bersama itu sekarang sepenuhnya dipegang Tantenya Aldo, ditambah lagi manager kepercayaan Ayahnya Aldo lebih sibuk karena pemegang saham terbesar yaitu Ayahnya Aldo telah meninggal sehingga sahamnya beralih ke Melody dan Aldo, tapi karena mereka mempercayakan segala keputusan kepada manager itu yang juga merupakan sahabat Ayahnya dari kecil maka sang manager jadi kekurangan waktu untuk keluarganya, meski keluarganya bisa memaklumi hal itu.

Tanpa diketahui Aldo, manager kepercayaan Ayahnya mempunyai seorang putri yang seumuran dengan Aldo, yaitu Naomi. Aldo beberapa kali pernah ditawari untuk bertemu putri dari manager kepercayaan Ayahnya tapi Aldo selalu menolak halus karena takut dijodohkan.
Aldo menjalani masa sekolahnya di mimpi dengan riang sehingga mendapat banyak nilai tinggi hampir di setiap pelajaran. Aldo di mimpi pun merasa heran kenapa ia masih tinggal kelas padahal kedua orang tuanya tidak meninggal, rupanya ia gagal pelajaran bahasa Italia di mimpi sehingga tidak naik kelas. Padahal di dunia nyata nilai bahasa Italia-nya masih mencukupi standar kenaikan kelas. Memang peraturan sekolah itu adalah murid yang nilainya jeblok di satu pelajaran saja akan membuat tinggal kelas, dan Aldo tetap merasakan itu di mimpi. Kalau di dunia nyata Aldo tidak mengikuti ujian akhir tahun lantaran terlalu depresi, tidak punya semangat untuk pergi ke sekolah.

Akhirnya semester 1 berjalan hingga selesai di mimpi Aldo. Selama itu pula Aldo makin akrab dengan siswa-siswi sekelasnya. Aldo juga mengenal beberapa siswa-siswi dari kelas 10 yang lain, hidup Aldo terasa mendekati sempurna. Hidup Aldo di mimpi akan lebih sempurna bila Aldo memiliki kekasih, namun Aldo tidak memikirkan hal seperti itu, baginya kehidupan seperti ini dengan keluarga yang lengkap dan teman-teman yang banyak sudah cukup.
Di mimpi Aldo sedang menjalani masa liburan sehabis ujian akhir semester 1. Nilai-nilainya tidak ada yang lebih rendah dari 70, dan meskipun nilai ujian akhir belum diberitahukan kepada murid-murid di sekolah itu, namun Aldo optimis mendapat deretan nilai bagus.

                                    ------------------------------------------------------------

Jumat, 18 Desember 2015 pukul 09.40

Pagi itu di sekolah Aldo ada perayaan Natal, dan Aldo sedang menyaksikan perayaan Natal di aula sekolahnya di lantai 3. Aldo melihat pementasan drama yang ada Shania serta Naomi di dalam drama itu, Shania berperan protagonis sedangkan Naomi berperan antagonis. Memang penentuan peran itu diundi dari semua murid yang ikut peran dalam drama. Beberapa siswa yang Aldo kenal juga ada di dalam drama tersebut.

Pukul 10.15 Aldo beserta para penonton yang kebanyakan siswa-siswi di sekolah itu lalu keluar dari aula dan mereka banyak membahas acara yang meriah itu hasil kerja keras OSIS. Ketua OSIS di mimpi Aldo adalah seorang siswa bernama Jaka, kelas 11 IPA 5. Wakil ketuanya entah kebetulan atau tidak adalah pacarnya yang juga siswa kelas 11 IPA 5. Anggota OSIS yang ikut peran dalam drama hanya beberapa, karena kebanyakan tidak pandai acting. Naomi dan Shania yang bukan anggota OSIS bisa ikut dalam drama sebagai tokoh utama karena kemampuan acting mereka memang hebat. Aldo pun terkagum-kagum akan penampilan mereka.

Padahal di dunia nyata seingat Aldo ia tidak fokus memperhatikan drama tersebut, para pemerannya pun berbeda, kebanyakan tidak ia kenal, hanya Shania yang dikenalnya namun peran Shania adalah antagonis. Aldo lebih sering menguap karena dramanya kelihatan membosankan dengan tidak adanya teman-temannya ikut.

Aldo kemudian memuji para pemeran drama di backstage, tapi beberapa temannya di kelas 10 dan 11 juga ikut memuji bersamanya.
Shania dan Naomi merasa senang dengan kehadiran Aldo apalagi pujiannya. Adiknya Naomi yaitu Sinka juga ikut memuji bersama Aldo.

Aldo kemudian pulang duluan setelah berpamitan pada teman-temannya. Di perjalanan pulang Aldo melihat seorang wanita yang dikenalnya di samping mobil warna merahnya terlihat sedang menunggu. Entahlah menunggu apa, Aldo pun menghentikan motornya di hadapan wanita itu yang rupanya adalah kakaknya.

Aldo: Ada apa Kak? Kenapa berhenti di tengah jalan yang sepi begini?

Melody: Eh Aldo, ini mobil Kakak mogok. Tadi Kakak udah telepon bengkel langganan dan minta mobil ini diderek untuk dibetulin di sana, jadi kamu bisa kan antarin Kakak ke kampus, Kakak dari tadi nunggu disini gak ada angkutan umum yang lewat.

Aldo: Oh gitu, ayo Kak aku anterin.

Melody segera naik ke motornya Aldo menyamping, karena ia memakai rok selutut. Hari itu ia mengenakan kaos T-shirt dan ditambah kemeja yang lebih besar untuk melapisi T-shirtnya. Karena cuaca dingin di bulan Desember akibat seringnya hujan maka Melody setiap kali kuliah akan berpakaian seperti itu dengan kemeja tambahan. Aldo tentu saja masih mengenakan seragam sekolahnya dan dia juga memakai jaket agar tidak kedinginan.

Sekitar 8 menit kemudian mereka sampai di kampus.

Melody: Thanks Aldo, Kakak masuk kampus dulu ya, lagi sibuk nih untuk persiapan perayaan Natal kampus ini hari Senin nanti.

Aldo hanya mengangguk kemudian Melody berlari kecil ke dalam gedung kampusnya. Aldo melihat keadaan kampus yang cukup ramai, tidak seperti sekolahnya. Ia lalu berniat melihat-lihat di sekitar kampus, karena di kampus itu memang tidak ada larangan masuk bagi murid sekolahan. Aldo menuju ke kantin di kampus itu dan saat tiba ia sedikit lapar, maka ia berjalan menuju stand makanan.

Lalu tiba-tiba Aldo mendengar suara saat sedang berjalan ke sana. Pandangan matanya juga bergoyang-goyang.

Suara itu: Dek, bangun udah jam 6 sore.

Aldo pun terbangun karena tubuhnya terguncang-guncang, dilihatnya Melody yang sudah memakai pakaian santai menatapnya penuh heran. Karena tidak biasanya adiknya itu tidur siang sebelum berganti pakaian.

Melody: Dek, kamu belum ganti pakaian kok udah molor?

Aldo: Iya Kak, aku tadi tiba-tiba merasa ngantuk banget jadi langsung tidur deh.

Melody: Yaudah, Kakak masak dulu. Kamu ganti pakaian dulu ya.

Aldo: Baik Kak.

Melody pun menuju dapur untuk memasak dan mereka berdua pun makan malam setengah jam kemudian. Aldo dan Melody kemudian menonton TV karena ada film kesukaan mereka yang baru pertama kali tayang di TV, memang mereka pernah menonton di bioskop tapi cuma sekali. Prinsip mereka dalam menonton film apapun di bioskop adalah cukup nonton sekali, kalau lupa jalan ceritanya tinggal beli DVD-nya untuk nonton kembali atau nonton di TV saat ada tayangannya. Sekarang film yang sedang mereka tonton adalah film Harry Potter and The Half-Blood Prince. Empat jam lamanya film itu akhirnya selesai. Mereka berdua yang sudah mengantuk segera tidur ke kamar masing-masing yang berjarak beberapa meter bersebelahan. Baru saja Aldo mulai mau memejamkan mata, dia merasa ada sesuatu yang belum dilakukannya. Tetapi dia tidak tahu apa itu, jadi segera dia akan melanjutkan mimpinya, meskipun tidak tahu penyebab dia bisa memiliki ‘kemampuan’ itu.

Di kediaman Sinka dan Naomi, terlihat Sinka masih belum tertidur dikamarnya. Ia memikirkan cara untuk mengetahui sebab Aldo tidak naik kelas, tapi sejak kemarin tidak dapat menemukan caranya. Kalau ia bertanya pada teman sekelas kakaknya, nanti kakaknya jadi tahu ‘kepo’nya Sinka. Ia lalu terlelap setelah capek memikirkan hal itu, dipikirnya dengan iseng kalau mungkin saja di mimpi ia bisa mendapat caranya.

TO BE CONTINUED...

By: E.D.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Between Dream And Reality, Part 12

GALLANT IMPACT, Chapter 25

GALLANT IMPACT, Chapter 29