GALLANT IMPACT, Chapter 14

Chapter 14: Feeling awkward

Ricky dan Anthony heran kenapa ada 2 polisi bersama seorang yang mereka tak kenal datang menjenguk pasien di ruangan itu.

Anthony: Pak Polisi, ada apa ya?

Polisi 1: Saudara Anthony, kami kesini menemani saudara Haryoga untuk meminta maaf.

Anthony: Maaf buat apa?

Polisi 2: Saudara Haryoga ini adalah orang yang kemarin mengemudikan mobilnya sambil mabuk sehingga menabrak saudara Ricky.

Mendengar itu Anthony yang duduk di samping Ricky langsung berdiri menatap Haryoga dengan marah, ia juga mengepalkan kedua tangannya.

Polisi 1: Tenanglah, saudara Anthony. Biarkan dulu saudara Haryoga bicara.

Ricky: Ton, tenang dulu, biarkan mereka bicara.

Haryoga: Saya minta maaf, dek Ricky. Kemarin saya mabuk karena sedang stress sehabis kalah tender, sehingga perusahaan saya tidak jadi mengerjakan proyek baru.

Ricky: Hmm, tidak apa-apa, lagipula saya sudah baik-baik saja, Pak Yoga bisa lihat sendiri.

Haryoga: Saya juga minta maaf, dek Ricky jadi hilang ingatan gara-gara saya. Saya akan membayar biaya rumah sakit ini sampai dek Ricky bisa keluar, kalau perlu saya juga akan mencari dokter yang terbaik untuk mengembalikan ingatan dek Ricky.

Ricky: Oh, tidak perlu Pak Yoga. Saya tidak perlu itu, karena mungkin lambat laun ingatan saya akan kembali.

Setelah itu, mereka bertiga pamit dan Anthony duduk kembali berbincang dengan Ricky.

Anthony: Ricky, lu yakin gak perlu dokter untuk membantu ngembaliin ingatan?

Ricky: Gak usah deh Ton, biarkan aja ingatan gue balik sendiri, meskipun harus nunggu lama, entah kapan.

Anthony lalu mendapat telpon dari pacarnya, setelah perbincangan singkat itu dia pamit pada Ricky untuk menyanggupi ajakan jalan-jalan pacarnya. Beberapa menit setelah Anthony pergi, Melody datang ke kamar rawat itu.

Ricky: Hai, kamu ME-LO-DY kan?

Melody: Iya, Ricky. Apa kamu sudah ingat sesuatu?

Ricky: Maaf ya, aku belum ingat apa-apa.

Melody kemudian duduk di sebuah kursi yang tadi diduduki Anthony, yaitu di samping ranjang tempat Ricky berbaring. Ia lalu menceritakan awal pertemuannya dengan Ricky, tentu saja dengan harapan pria itu bisa mengingat sesuatu.

Ricky: Oh, gitu ya Mel. Kamu pernah judes kepadaku, hehehe.

Melody: Ricky, aku mau minta maaf pada kamu.

Ricky: Maaf soal sikap judes kamu itu? Sudahlah, kan itu terserah kamu mau bersikap apa saja pada orang lain.

Melody: Bukan, Ricky. Ini soal kamu hilang ingatan.

Ricky: Maksud kamu apa ya, Mel? Aku gak ngerti nih.

Melody: Aku minta maaf ya, gara-gara aku sehingga kamu jadi hilang ingatan begini.

Ricky: Emangnya bagaimana bisa gara-gara kamu?

Melody: Kamu mengalami kecelakaan gara-gara nolong aku yang hampir ketabrak.

Ricky terdiam sebentar, dan Melody menundukkan kepala. Ricky lalu menggenggam tangan kiri Melody dengan tangan kanannya yang terhubung ke selang infus. Melody mengangkat kepala menatap Ricky yang tersenyum padanya.

Ricky: Kamu gak semestinya minta maaf, bukan kamu yang salah tapi pengemudi mobil itu. Aku udah tahu kalau orang itu sedang mabuk saat berkendara, sehingga dia ugal-ugalan. Tadi orangnya sudah minta maaf padaku, didengar oleh Anthony juga. Jadi jangan menyalahkan diri kamu, please.

Melody: Tapi kan kalau saja aku yang tertabrak, kamu gak akan amnesia.

Ricky: Dengar ya Mel, aku memang gak ingat gimana bisa kecelakaan, tapi kalau memang karena nolong kamu, aku gak menyesal kok. Aku cukup bersyukur hanya kehilangan ingatan. Lagipula lambat laun ingatanku pasti bisa kembali kok.

Melody kemudian tersenyum pada pria itu, saat mereka saling tersenyum dan berpandangan sekitar 2 menit tiba-tiba Jonathan dan Agus masuk memergoki mereka.

Jonathan: Ciee... Udah jadian ya kalian?

Mendengar suara itu, mereka kompak melepaskan genggaman tangan dan menatap ke asal suara.

Ricky: Eh, lu siapa ya bro?

Melody sedikit gugup ketika tadi Jonathan dan Agus memergoki dirinya bergenggaman tangan dengan Ricky. Namun perkataan Ricky itu sukses mengalihkan pikiran Jonathan mengenai pertanyaannya tadi yang belum dijawab Melody dan Ricky. Agus terkekeh mendengar Jonathan tidak diingat namanya oleh Ricky.

Jonathan: Ckckck, baru kemarin gue ngenalin diri. Nama gue Jonathan, gimana sih lu Ky.

Ricky: Oh, maaf-maaf. Gue cuma ingat namanya bodyguard elu, Jo.

Agus: Jadi, gimana den Ricky? Sudah ingat sesuatu?

Ricky: Belum, bang Agus. Saya belum ingat apa-apa.

Jonathan: Yaudah, gue cuma sebentar disini, jadi gue akan menceritakan sedikit masa ketika kita kelas 1 SMA. Siapa tahu lu bisa ingat.

Ketiga orang di ruangan itu mendengar cerita Jonathan, saat kelas 1 SMA. Melody kini tahu kalau Ricky ketika kelas 1 SMA sering menggombali cewek, tapi karena beberapa cewek yang digombalinya tidak menghiraukan, maka ia berhenti menggombali cewek sejak kelas 2 SMA.

Ricky: Masa sih gue seperti itu? Kayaknya enggak deh.

Jonathan: Hahaha, lu mana mungkin inget, monyong. Lu kan amnesia sekarang. Eh, gue juga mau beritahu lu sesuatu nih Ky.

Ricky: Apa itu, Jo?

Jonathan: Nanti teman-teman SMA elu yang sekarang kuliah di universitas Patmangin juga mau datang, nengok keadaan elu. Siapa tahu kalau lu ngobrol dengan mereka bisa ingat sesuatu.

Ricky: Okelah, gue tunggu.

Jonathan: Sip, yaudah gue dan bang Agus cabut dulu Ky, Mel. Yuk, bang Agus.

Baik Ricky maupun Melody hanya mengangguk, Jonathan bersama Agus pun pergi dari ruangan itu. Selang beberapa menit, ruangan itu kembali didatangi teman-teman SMA Ricky. Yang duluan adalah Daniel dan Gabriel.

Daniel, Gabriel: Ricky, lu gak apa-apa kan?

Ricky: Kalian siapa?

Daniel: Bang, kata Jo kemarin apa ya?

Gabriel: Kalau gak salah sih, Ricky amnesia.

Ricky: Woi, kalian udah tahu gue amnesia, bukannya ngenalin diri, malah kasak-kusuk.

Si kembar hanya cengengesan, lalu mereka memperkenalkan diri pada Ricky.

Ricky: Oh, jadi kalian dulu teman SMA gue, tapi beda kelas.

Daniel: Betul, Ricky. Kami sekelas dengan lu waktu SMP.

Ricky: Btw kalian punya pacar gak?

Daniel, Gabriel: Punya!

Ricky: Wow, kompak jawabnya, jangan-jangan pacar kalian orang yang sama?

Ricky langsung mendapat tatapan masam dari si kembar, ia cengengesan dan Melody juga tertawa.

Gabriel: Kampret lu Ky, mana mungkin gue punya pacar yang sama dengan adik gue.

Daniel: Pacar kami beda orangnya, Ky, tapi saudaraan beda 1 tahun. Mereka juga masih SMA kelas 2 dan kelas 3.

Ricky: Oh, gue nanya itu karena berpikir pacar kalian mungkin susah ngenalinnya, jadi takutnya nanti tertukar hehehe. Lagian saudara kembar kan boleh dong berbagi pacar.

Kalimat Ricky yang terakhir diucapkannya dengan menaik-turunkan alis, yang membuat Melody tertawa lagi sedangkan si kembar memasang muka sangar pada Ricky.

Daniel: Ada-ada aja lu Ky, kami berbagi segala hal boleh, tapi...

Gabriel: Berbagi pacar, BIG NO!

Ricky: Hmm, jadi pacar kalian sekolah dimana?

Gabriel: Pacar kami sekolah di SMA Tunas Bangsa.

Daniel: Dulu kita sekolah di sana juga, Ky.

Gabriel: Tapi gue pacaran dengan yang bungsu, hehehe. Cantik plus imut loh.

Daniel: Kalau gue pacaran dengan yang kakaknya, alias yang kelas 3 SMA. Soalnya lebih anggun sih.

Ricky: Wooooh, tak patut, tak patut. Kalian tukaran pacar saja.

Daniel, Gabriel: ENAK SAJA! LAMA-LAMA GUE GETOK KEPALA LU, KY! BIKIN KESAL!

Ricky cengengesan lagi, Melody tertawa sambil memegang perutnya. Seorang suster kemudian masuk dan menegur si kembar, mereka lalu berjanji tidak akan teriak lagi.

Ricky: Hahaha, sensian amat lu berdua. Lagi PMS ya?

Daniel, Gabriel: Bodo amat! Oh iya Ky, dulu waktu SMP lu juga pernah membuat kami kesal hingga teriak kayak tadi.

Ricky: Waw, jadi kalian ditegur guru?

Daniel, Gabriel: Hehehe, enggak dong. Soalnya malahan teriakan itu membantu guru untuk mendiamkan kelas yang ribut. Jadi guru malahan berterima kasih pada kami, hahahah.

Ricky: Yaaaah, kenapa sih kalian gak dihukum?

Daniel, Gabriel: Kunyuk lu Ky.

Sehabis itu si kembar menceritakan sedikit masa SMP kelas 3 mereka, Melody kini tahu kalau Ricky ketika kelas 3 SMP suka curi-curi tidur di kelas.

Ricky: Hah? Masa gue kayak gitu, kalian pasti ngibul deh.

Daniel: Lu mana ingat, kan lu amnesia hahaha.

Gabriel: Waktu itu lu juga minta kami yang duduk di depan elu buat nutupin, biar gak ketahuan guru.

Daniel: Dan duduknya di barisan tengah rapat dinding, jadi cukup strategis buat tidur.

Tak lama kemudian, si kembar pamit karena ingin mengikuti perkuliahan yang berlangsung setelah waktu istirahat pagi di universitas Patmangin. Setelah mereka pergi Melody bertanya pada Ricky.

Melody: Kamu ingat sesuatu gak Ky?

Ricky: Enggak sama sekali. Aduh, aku merasa bersalah nih gak bisa ingat apa-apa dari kemarin.

Melody: Jangan dipikirkan, Ricky. Nanti lama-lama juga kamu bisa ingat lagi.

Kemudian Fita masuk ke ruangan itu, dan dia juga menceritakan pada Ricky masa ketika mereka SD kelas 6. Melody agak cemburu mengetahui ‘janji anak SD’ itu.

Ricky: Hah? Aku pernah ngajak kamu nikah?

Fita: Hihi, iya Ricky. Terus waktu kita ketemu lagi di kampus, aku sempat nagih janji itu ke kamu.

Ricky: Terus aku waktu itu gimana?

Fita: Kamu waktu itu kan punya pacar, jadi kamu bilang kalau janji itu akibat drama di TV.

Ricky: Hmm, lalu gimana kamu?

Fita: Aku waktu itu sedih, jadi mau bunuh diri di perpustakaan yang sepi, tapi kamu cegah sehingga pacar kamu salah paham karena kamu meluk aku sambil nasehatin aku.

Ricky: Oh, cewek Jepang itu. Jadi habis itu bagaimana?

Fita: Setelah itu, aku mulai nganggap kamu cuma teman juga, dan kamu juga mengenalkan aku dengan pacar kamu itu.

Ricky manggut-manggut, Fita lalu pamit pada mereka berdua karena dia juga hendak mengikuti perkuliahan.

Melody lalu mengajak Ricky ngobrol dengan menceritakan keakraban mereka, hingga saat nonton film itu.

Ricky: Oh, jadi aku pernah ngajak kamu nonton film Eat, Pray, and Love?

Melody: Iya, dan seperti ini penampilan aku waktu itu.

Ricky melihat seksama Melody yang mengenakan baju kuning dengan rok hitam itu, ia baru sadar akan pesona wanita itu, karena ia tidak memperhatikan dengan jelas dari tadi ketika Melody datang.

Melody: Aku sengaja berpenampilan seperti ini, siapa tahu kamu bisa ingat.

Ricky: Emm, maaf ya Mel. Aku belum bisa mengingat apapun. Tapi jujur sih, kamu cantik banget dengan pakaian warna cerah seperti ini.

Melody: Hmm, gak masalah Ky, nanti lama-kelamaan kamu pasti ingat. Hihihi, makasih pujiannya.

Lalu dua orang gadis masuk ke kamar rawat itu, mereka adalah Widya dan Intan.

Widya: Ricky, kamu ingat aku kan?

Intan: Gak mungkin, Ricky pasti ingatnya sama aku.

Widya: Muka kamu susah diingat, Tan.

Intan: Enak aja, tanya tuh Ricky.

Ricky: Hei, hei, kalian berdua kayak rebutan sembako aja.

Kedua mahasiswi itu langsung cengengesan, Melody tersenyum melihat sikap mereka pada Ricky.

Widya: Jadi gimana, Ricky? Kamu ingat kami berdua kan?

Intan: Iya Ricky, kami berdua kan mantan pacar kamu.

Ricky dan Melody agak terkejut, Widya menyenggol lengan Intan.

Widya: Huss, bukan mantan pacar. Mantan gebetan, pikun deh kamu.

Intan: Oh iya, hahaha.

Ricky: Ckckck, kalian siapa ya?

Widya: Nama aku Widya, Ricky.

Intan: Kalau aku Intan. Kamu pernah mau PDKT pada kami berdua ketika SMA, Ricky.

Ricky: Hah? Yang bener nih, ceritakan padaku dong detailnya.

Melody ikut mendengar ketika Widya dan Intan menceritakan cara PDKT Ricky pada mereka berdua sewaktu kelas 1 SMA. Melody kini tahu kalau Ricky pernah memberikan coklat pada Widya, dan bunga setangkai pada Intan. Tapi mereka berdua menolak Ricky, yang lalu beralih menyukai Akicha. Kemudian Edric datang menjenguk Ricky setelah 2 mahasiswi itu berlalu.

Edric: Ky, lu ingat gue kan?

Ricky: Siapa elu?

Edric lalu memperkenalkan diri pada Ricky, juga memberitahu Ricky kalau mereka pernah main futsal bersama di halaman rumah Edric, juga dengan Jeffrey dan Jonathan.

Ricky: Oh, terus si Jeffrey mana?

Baru saja berkata begitu, datanglah Jeffrey memasuki kamar rawat pasien itu.

Edric: Widih, panjang umur lu Jef.

Jeffrey(mengernyitkan alis): Hah? Panjang umur apaan Ed?

Ricky: Lu yang bernama Jeffrey ya? Barusan Edric nyebut nama lu, makanya panjang umur hahaha.

Jeffrey: Oh.. Gimana Ky? Lu ingat sesuatu barangkali?

Ricky: Hmm, maaf banget nih. Gue gak bisa ingat.

Edric: Oke, santai aja Ky, gue yakin cepat atau lambat lu pasti bisa mengingat semuanya.

Jeffrey: Lu juga perlu berdoa, Ky, biar ingatan lu cepat dikembalikan oleh Tuhan.

Edric: Wiiiihh, Jef, lu tumben religius begini?

Jeffrey: Kampret lu Ed, gue dari dulu emang religius, lu-nya aja yang gak tahu. Ricky dan Jonathan udah tahu dari dulu.

Ricky: Hahaha, thanks ya Jef, Ed. Gue harap sih ingatan gue cepat balik.

Melody mengucapkan ‘Amin’ dalam hati, ia tersenyum pada Ricky yang berbicara sebentar dengan Jeffrey dan Edric, kedua mahasiswa itu juga pergi makan siang, karena waktu sudah menunjukkan pukul 11:53.

Beberapa menit kemudian, Ricky diantarkan makanan oleh seorang suster. Melody lalu menawarkan untuk menyuapi Ricky, suster itu pun meninggalkan mereka berdua. Kini Ricky disuapi Melody sambil mendengar wanita itu bercerita tentang keluarganya, juga kesehariannya mengurus butik bersama Frieska.

Setelah selesai makan, Ricky menyuruh Melody makan siang juga karena samar-samar mendengar bunyi perut wanita itu. Melody tersipu malu, Ricky terkekeh melihatnya. Mahasiswi itu segera pamit makan siang dulu. Ricky bermain game di smartphone-nya sambil menunggu Melody kembali, karena wanita itu mengatakan akan datang lagi setelah makan siang.

Melody datang bersama Amelia dan Andela masuk ke ruangan itu, Ricky menyambut mereka hanya dengan senyuman.

Amelia: Ricky, kamu ingat aku?

Ricky menggeleng, lalu Amelia cemberut, Andela pun heran.

Andela: Ci Amel kenapa cemberut gitu?

Amelia: Habisnya, Ricky pernah bilang kalau aku susah dilupain, huh. Ternyata dia lupa.

Andela: Aduh Ci, kan kak Ricky amnesia, gimana sih.

Ricky: Kalau aku memang pernah bilang kamu susah dilupain, bukan berarti gak bisa dilupain kan, heheheh.

Amelia langsung mengenalkan dirinya, begitu juga Andela.

Andela: Kak Ricky ingat gak waktu aku nginap di tempat kos?

Ricky: Enggak, emang ada apa?

Andela: Waktu itu kak Ricky bilang kalau aku, Sonia, dan Jeje kesempitan tidur bertiga, salah satu dari kami tidur bareng kak Ricky aja, hihihih.

Amelia langsung mencubit lengan, pipi, dan pinggang Ricky. Melody dan Andela tertawa melihatnya.

Ricky: Aduh, apaan sih Mel.

Amelia: Dasar, kamu mesum sama adik aku.

Andela: Hihihi, itu cuma bercanda, Ci Amel.

Ricky: Iya, lagian aku gak ingat. Udah dong, berhenti nyubitnya.

Amelia berhenti mencubit Ricky, yang kemudian bicara lagi.

Ricky: Oh iya, kamu dan Melody kan sama-sama dipanggil ‘Mel’. Gimana kalau kalian kupanggil Mel1 dan Mel2 aja?

Amelia: Mel1-nya siapa?

Ricky: Ya tentu aja Melody dong, kan aku kenal dia dulu sebelum kamu.

Amelia: Ih, gak mau ah. Kamu kan udah punya panggilan khusus buat kami.

Ricky: Oh ya, apa itu?

Melody: Kamu biasa manggil aku ‘Melon’, Ricky. Kalau Amelia kamu juluki ‘Apel’ hihi.

Ricky: Hehehe, kayak buah aja.

Amelia: Kamu waktu itu bilang kalau Melody wajahnya segar seperti buah melon, makanya kamu manggil dia begitu.

Ricky: Oh, berarti wajah kamu asam seperti apel ya? Heheheh.

Ricky kembali dicubit bertubi-tubi, ia membuat huruf ‘V’ dengan tangan kanannya barulah Amelia berhenti mencubitnya, wanita itu melipat tangan sambil cemberut. Melody dan Andela cekikikan dengan sikap Amelia.

Ricky: Hehehe, iya deh Apel. Wajah kamu seperti apel yang manis.

Amelia tersenyum, lalu Ricky melanjutkan omongan.

Ricky: Itu pun karena sudah ditambah gula, hahaha.

Amelia memanyunkan bibir, Ricky menertawainya begitu juga Andela dan Melody.

Ricky: Oh iya, Apel. Kamu gak kuliah ya?

Amelia: Gimana sih kamu, aku sudah selesai kelas hari ini, makanya bisa jenguk kamu. Oh iya, bentar lagi aku masuk kerja nih.

Amelia kemudian pamit untuk pergi kerja, Andela tetap menunggu dan nanti sore barulah dijemput kakaknya sehabis pulang kerja.

Ricky: Del, kamu sekolahnya di SMA Tunas Bangsa juga kan?

Andela: Iya Kak, aku sekelas dengan Ibu Kos cilik.

Ricky: Hah? Ibu Kos cilik? Siapa?

Andela: Itu loh, kak Jeje kan julukannya Ibu Kos cilik. Kak Ricky yang memberi julukan itu, dan para penghuni kos juga ikut menjuluki dia seperti itu, hihihi.

Melody langsung tertawa dengan menutup mulutnya, Ricky juga tertawa ringan.

Ricky: Oh gitu, ahahaha. Ngomong-ngomong kok kamu manggil dia ‘Kak’? Kalian sama tingkatan kelas, kamu tadi bilang sekelas dengan dia kan?

Andela: Soalnya kak Jeje setahun lebih tua dariku, kak Ricky. Dia juga jadi ketua kelas, sehingga kebanyakan siswi di kelas kami juga manggil dia ‘Kak’.

Ricky: Hmm, begitu ya. Oh iya Melon, kamu tadi gak kuliah?

Melody: Iya, Ricky, aku tadi izin gak masuk, tapi aku nitip absen sama Ve. Karena aku mau jenguk kamu.

Ricky: Emm, Melon. Kamu besok jenguk aku lagi atau enggak?

Melody: Iya, besok aku mau jenguk kamu lagi. Kenapa, Ricky?

Ricky: Gak kenapa-kenapa sih, tapi sehabis kuliah aja ya. Aku gak mau kamu ketinggalan materi kuliah.

Melody: Oke, Ricky. Aku janji akan kuliah dulu besok baru jenguk kamu.

Ricky dan Melody saling tersenyum, begitu juga Andela yang tersenyum melihat ‘pasangan’ itu. Kemudian smartphone di tas kecil Melody berbunyi. Ia mengangkat telepon dari Frieska, yang meminta bantuan untuk mengurus butik yang sedang dibanjiri customer. Melody lalu pamit pada Ricky, ia juga mengajak Andela karena rumah Andela yang tinggal bersama kakaknya ‘Apel’ searah dengan butik milik Melody dan Frieska. Mereka berdua naik taksi kesana, Ricky mengatakan pada mereka agar berhati-hati.

~------------------------0O0------------------------~

Sore menjelang malam, Michelle yang menjenguk Ricky pamit pada kakaknya bersama teman-temannya yaitu Shani, Yupi dan Windy, serta Shania. Mereka pulang dengan mobil Yupi, dan Ricky langsung istirahat setelah makan malam disuapi suster karena tidak ada yang menjenguknya lagi.

Beberapa hari Ricky di rumah sakit, ia dijenguk oleh teman-teman kampusnya bergantian, termasuk Jerry yang berterimakasih padanya karena ‘puisi ampuh’ yang pernah diberikan Ricky. Melody selalu menyempatkan untuk menjenguknya setelah selesai kuliah dan makan siang. Perlahan Ricky mulai menanam bibit cinta pada Melody di hatinya, karena ia bisa merasa perhatian Melody lebih dari sekedar teman kampus.

Tanggal 1 Maret, Ricky diperbolehkan pulang di sore hari pukul 3, karena kondisinya sudah sangat baik meskipun tentu saja ingatannya belum pulih. Ricky disambut Jonathan dan Agus, juga Ega dan Veranda yang bersama Melody. Michelle juga ada, dan ia mengajak kakaknya itu untuk pulang ke rumah sebentar untuk bertemu Richard. Melody dan yang lainnya juga ikut mengantar Ricky, dengan mobil Michelle dan mobil Jonathan. Melody ikut di mobilnya Michelle, sedangkan Ega-Veranda ikut di mobilnya Jonathan yang duduk disamping supir sekaligus bodyguard, Agus.

Ricky melihat rumahnya yang cukup besar, ia tidak mengingat apapun, lalu datanglah Richard menyambut mereka semua, terutama Ricky. Tapi Jonathan agak heran.

Jonathan: Chel, kok Richard gak kayak biasanya?

Ricky: Emang Richard biasanya kayak gimana Jo?

Jonathan: Begini Ky, biasanya sih Richard akan memasang ‘muka galak’ pada orang yang belum pernah datang ke rumah ini. Contohnya bang Agus. Atau mungkin muka bang Agus seram sehingga Richard gak jadi masang ‘muka galak’ karena takut?

Mendengar itu kompak semuanya tertawa, Agus hanya bersungut-sungut.

Michelle: Hihihi, kak Jo ada-ada saja ngejeknya. Tadi aku sudah beritahu mbok Ijah agar meminta Richard menyambut kita semua, dan bilang kalau kak Ricky datang bersama teman-temannya.

Agus: Tuh denger den Jo, meskipun muka saya seram tapi saya sendiri takut ngelihat anjing gede kayak gini.

Jonathan: Jadi bang Agus gak takut kalau anjingnya kecil?

Agus: Ya, tergantung, kalau anjingnya galak juga saya takut, hahaha.

Mereka semua ikut tertawa, lalu Ricky membungkuk berhadapan dengan Richard lalu mengelus kepalanya.

Ricky: Hey, kamu namanya Richard ya? Maaf ya, aku gak ingat.

Richard menggonggong seolah mengatakan ‘Tidak apa-apa, Ricky’ dan mereka semua juga bergantian mengelus kepala Richard, sekaligus mengenalkan diri mereka pada anjing itu(kecuali Jonathan dan Michelle). Makan malam pun diadakan di rumah itu, mereka semua makan bersama detektif yang bertugas mengawasi dan menjaga Michelle. Richard juga makan di sebelah kaki Ricky dengan posisi diapit Ricky dan Melody, Ricky sendiri duduk diapit Melody dan Michelle.

Sehabis makan malam, mereka semua mengantarkan Ricky pulang ke tempat kos, setelah itu Jonathan bersama Agus mengantar Ega-Veranda pulang. Michelle juga mengantarkan Melody, wanita yang dekat dengan kakaknya itu pulang.

Ricky disambut sukacita para penghuni kos, mereka lalu berbincang ringan dengan Ricky sebentar, kemudian tidur setelah memberitahu Ricky kalau ia adalah mahasiswa Fakultas Psikologi semester 5, dan minggu depan akan memasuki semester 6.

Esoknya, Ricky bangun tidur pada pukul setengah 7 pagi dan mendengar keributan di luar kamarnya. Ia pun keluar mencari asal suara itu, dan ternyata Elaine dan Kinal berdebat di depan kamar mandi yang biasa dipakai para cewek. Rama, Andrew, dan Bobi juga menahan tawa melihat tingkah mereka sambil menunggu di depan kamar mandi yang satunya lagi.

Ricky: Hei, hei ada apa ini?

Elaine: Tuh kan Kinal, kamu berisik sih jadinya kak Ricky kebangun.

Kinal: Enak aja, kamu juga yang mulai kan?

Ricky: Kenapa kalian berdebat?

Rama: Biasa tuh Ky, mereka berebut giliran mandi.

Ricky: Hehehe, Elaine mandinya lama kan?

Elaine: Eh? Kak Ricky udah ingat?

Ricky: Enggak, tapi kamu sendiri yang waktu itu beritahu aku kan? Tapi aku sempat lupa, baru kemarin diberitahu Andrew lagi saat aku nanyain apa kebiasaan paling unik di tempat kos ini.

Andrew seketika dipelototi oleh Elaine, ia hanya cengengesan sementara Kinal menahan tawa bersama yang lain. Kemudian Donny keluar dari kamar mandi.

Donny: Hai bang Ricky, pasti kebangun gara-gara suara berisik Elaine dan Kinal ya?

Ricky: Hehehe, begitulah.

Elaine, Kinal: Ih, kak Donny, kami cuma debat!

Ricky: Nah, kalian ngomongnya kompak. Kenapa kalian gak kompak mandi juga?

Bobi: Nah, ide bagus itu, kalian mandi sekaligus aja.

Elaine, Kinal: Ogah, kami bukan bebek!

Para cowok penghuni kos menertawai mereka, lalu Bobi masuk ke kamar mandi karena memang tadi mereka sudah sepakat kalau giliran mandi setelah Donny adalah Bobi, kemudian disusul Andrew dan terakhir Rama. Baru saja Bobi masuk, pintu kamar mandi yang satunya lagi terbuka, Sendy keluar memandang heran pada mereka semua.

Sendy: Loh? Ada apa ini?

Andrew: Biasalah neng, Elaine dan Kinal rebutan mandi.

Sendy: Oh, eneng kira apa. Eneng denger tadi ribut-ribut, kirain apa. Mending Elaine yang mandi dulu.

Elaine: Tuh kan, Kinal. Kamu denger kan kak Sendy nunjuk aku buat mandi dulu.

Kinal: Enak aja, aku dulu dong, kamu lama nanti.

Selagi mereka berdebat, Sendy sudah kembali ke kamarnya di lantai atas sambil mengeringkan rambutnya yang masih basah. Tiba-tiba Jeje datang dan masuk ke kamar mandi yang jadi rebutan itu. Elaine dan Kinal terkejut, mereka menggedor-gedor pintunya.

Elaine: Je, jangan nyerobot antrian dong.

Kinal: Iya nih Ibu kos cilik, baru bangun udah langsung mandi, nanti meriang loh badannya.

Jeje lalu keluar dari kamar mandi sambil tertawa melihat ekspresi kesal Elaine dan Kinal. Andrew, Rama, Ricky, dan Donny pun juga menertawainya. Kemudian Donny pergi ke kamarnya untuk bersiap berangkat sekolah.

Jeje: Habisnya kalian ribut terus, makanya bangun jangan telat.

Kinal: Kamu sendiri juga bangun telat kan Je.

Elaine: Iya nih, kita berdua kan tertular kamu bangun telatnya.

Jeje cengengesan, kemudian mereka voting siapa yang mandi dulu, karena kalah suara maka Elaine terpaksa membiarkan Kinal masuk ke kamar mandi. Tentu saja ia menggedor-gedor pintunya agar Kinal merasa terganggu, tapi Kinal hanya membalas dengan siulan dari dalam. Jeje tadi mendukung Elaine, tapi para cowok mendukung Kinal alhasil Elaine kalah 1 suara karena Ricky tidak ikut voting.

Jeje: Oh iya, kak Ricky ingat gak dengan yang barusan?

Ricky: Mereka sering berebutan mandi? Aku gak ingat.

Jeje: Bukan, kak Ricky, tapi yang tadi aku lakukan itu persis seperti yang kak Ricky pernah lakuin.

Ricky: Maksud kamu?

Andrew: Maksud Ibu kos cilik, you pernah pura-pura nyerobot giliran mandi mereka berdua, Ricky.

Ricky: Hah? Yang bener?

Rama: Bener, Ky. Lu pernah membuat mereka berdua panik karena mereka juga waktu itu berdebat panjang, hahaha.

Ricky: Oh, tapi maaf banget nih aku gak ingat.

Andrew: It’s okay, Ricky. Slow but sure you akan remember.

Ricky: Thanks ya semuanya, selalu support gue.

Mereka semua mengangguk dan tersenyum pada Ricky. Setelah itu Ricky duduk di sofa ruang tamu, dan menyalakan TV menonton berita pagi. Ia juga bertukar SMS dengan Anthony.

Ricky: Ton, lu lagi dimana?

Anthony: Gue baru bangun nih Ky, kenapa?

Ricky: Lu bisa gak datang ke sini? Biar gue tahu tempat kerja kita.

Anthony: Bisa, tapi nanti lu naik motor sendiri ya. Gue cuma nunjukin jalan aja. Dan sebaiknya elu masuk kerjanya besok deh, hari ini lu istirahat dulu, siapa tahu ingatan lu akan pulih.

Ricky: Okelah, thanks ya Ton.

Tidak ada balasan lagi dari Anthony, Ricky melanjutkan menonton TV. Elaine dan Kinal yang sudah selesai mandi mencegah Bobi duluan ke sekolah, mereka berebutan dibonceng Bobi ke sekolah.

Bobi: Ckckck, kalau udah mau telat kenapa masih debat sih kalian?

Elaine: Cepetan Bob, aku aja yang kamu bonceng. Kinal lebih berat.

Kinal: Enak aja, kamu tuh yang berat, aku lebih ringan beberapa kg dari kamu.

Elaine: Yaudah, aku minta kak Ricky aja yang ngantarin.

Kinal lalu pergi bersama Bobi ke sekolah, Elaine menghampiri Ricky yang sedang menonton TV.

Ricky: Ada apa?

Elaine: Kak Ricky, ayo antarin aku ke sekolah.

Ricky: Hah? Aku gak ingat nih dimana sekolah kamu.

Elaine: Nanti aku tunjukin, lagian dulu kak Ricky juga sekolah di sana.

Ricky: Hmm, oke deh. Siapa tahu aku bisa ingat sesuatu kalau pergi ke sana.

Elaine pun gembira karena akan diantar Ricky, mereka berdua berangkat dengan motor Ricky ke sekolah SMA Tunas Bangsa. Mereka pergi ke sana berbarengan dengan Andrew yang diminta mengantar Jeje juga.

Saat sampai di sekolahnya, Elaine berterimakasih pada Ricky dan langsung terburu-buru pergi ke kelasnya. Jeje juga berterimakasih pada Andrew dan berjalan agak cepat ke kelasnya.

Ricky melihat kawasan sekolah SMA Tunas Bangsa dari luar gerbang itu, ia nampak memikirkan sesuatu dan merasa tidak asing dengan sekolah ini.

Andrew: Ricky, you ingat sesuatu gak?

Tak ada jawaban dari Ricky yang pandangannya masih tertuju pada suasana sekolah SMA Tunas Bangsa, sepertinya ia melamun. Andrew memanggilnya sekali lagi.

Ricky: Eh Drew, lu masih disini?

Andrew: You ingat dengan sekolah ini, Ky?

Ricky: Setelah gue perhatikan dengan cermat, gak ada satupun yang bisa gue ingat juga.

Kemudian satpam sekolah itu mendatangi Ricky dan Andrew, dan memperkenalkan dirinya pada Ricky. Satpam itu pun terkejut mengetahui Ricky kena amnesia. Mereka bertiga ngobrol sebentar mengenai hukuman bagi siswa-siswi yang telat, Andrew dan Ricky menggeleng-geleng mendengar penuturan satpam ini.

Ricky kembali ke tempat kos untuk menunggu Anthony di luar, sementara Andrew sudah berangkat ke tempat kerjanya.

Setelah beberapa menit, Anthony pun tiba dengan pakaian kerjanya, Ricky yang bingung pun bertanya, dan kemudian dijawab Anthony. Mereka berdua lalu pergi bersama-sama ke tempat kerja yaitu SKYPILLAR HOTEL.


TO BE CONTINUED...

By: E.D.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Between Dream And Reality, Part 12

GALLANT IMPACT, Chapter 25

GALLANT IMPACT, Chapter 29