GALLANT IMPACT, Chapter 23
Chapter 23: Big Party
Beberapa lama perjalanan ditempuh
Ricky, sampailah ia di taman kota dan segera memarkirkan motornya. Setelah
melepas helm, perlahan Ricky memasuki area yang lebih dalam di taman yang sepi
itu. Dan akhirnya Ricky melihat sosok Guardian wanita berdiri disamping pohon
tempat TIMESTONE yang bersinar.
Ricky: Hai Guardian, aku mau menanyakan
beberapa hal padamu.
Guardian: Silahkan, orang terpilih.
Ricky: Wow, kamu rupanya sudah
bisa bicara bahasa Indonesia. Pertanyaan pertama, apa yang terjadi pada
tubuhku? Kenapa kemarin tubuhku mengeluarkan sinar yang warnanya sama dengan
warna TIMESTONE?
Guardian: Itu karena kamu sedang menggunakan salah satu kemampuan yang
berhubungan dengan waktu.
Ricky: Maksudmu, aku bisa ke tempat
lain yang belum pernah aku datangi dan lebih cepat jarak tempuhnya jika
menggunakan kemampuan ini?
Guardian: Tidak seperti itu, orang terpilih.
Tepatnya kamu bisa pergi ke tempat manapun yang
waktunya berbeda, dengan kata lain kamu
menjelajah waktu.
Ricky: Wow, benarkah, berarti aku
bisa pergi ke masa depan atau masa lalu?
Guardian: Benar sekali, tapi untuk saat ini
kamu hanya bisa ke masa lalu, orang terpilih.
Mungkin suatu saat nanti kamu akan bisa menjelajah
waktu ke masa depan, tapi itu pun tidak
sampai hitungan lebih dari 12 tahun waktu sebenarnya.
Ricky: Hmm, jadi begitu, artinya
kemarin aku menjelajah waktu ke sekolah itu?
Guardian: Kamu benar, orang terpilih. Lalu ada pertanyaan apa lagi darimu?
Ricky: Pertanyaan kedua, apakah
hal yang berhubungan dengan waktu adalah kecepatan?
Guardian: Tentu saja, orang terpilih. Contohnya adalah di hari pertama kamu bertemu TIMESTONE,
kamu pasti ingat apa yang terjadi.
Ricky mengingat hari pertamanya
menemukan TIMESTONE, yaitu ketika tanggal 14 September, dan ia ingat pandangan
matanya bisa bergeser cepat ke depan saat ia buru-buru bergegas pulang ke
tempat kos.
Ricky: Ah, aku ingat! Apakah itu
berkat kemampuan dari TIMESTONE?
Guardian: Betul sekali, orang terpilih,
pandangan matamu bergeser cepat ke depan karena
tanpa kamu sadari tubuhmu bergerak lebih cepat, bahkan
benda yang kamu gunakan juga ikut terbawa menambah kecepatan.
Ricky: Ya, berarti motorku waktu
itu tambah cepat tanpa disadari orang lain, serta kakiku jalan lebih cepat
untuk sampai ke ruang kelas ketika 3 hari berikutnya, bukankah begitu?
Guardian: Tepat sekali. Orang lain tidak akan
bisa melihat pergerakanmu yang bertambah cepat, orang
terpilih. Lagipula kemampuan ini tidak
selalu bisa digunakan, hanya pada saat
tertentu bisa kamu gunakan.
Ricky: Hmm, pertanyaan ketiga,
apakah kalian makhluk berbentuk binatang purba, maksudku wujud aslimu,
partnermu, dan semua penghuni gugus bintang planet Saturnus. Aku menduga kalau
wujud asli kalian seperti itu, benarkah?
Guardian: Haha, orang terpilih, wujud asli kami tidak ada satu pun yang menyerupai
makhluk yang nyata hidup di planet ini. Wujud
asli kami menyerupai hewan, hanya itu yang
perlu kamu tahu mengenai wujud kami, orang
terpilih.
Ricky:
Baiklah, aku tidak perlu menduga-duga lagi, sekarang aku mau tanya lagi, bolehkah
aku tahu nama orang terpilih lain selain diriku?
Guardian: Tidak, orang terpilih.
Itu rahasia, pimpinan
kami tidak memperbolehkan kau ataupun orang-orang terpilih lain di dimensi lain
untuk saling mengetahui identitas, lagipula
beberapa orang terdekat mereka, entah itu
keluarga ataupun teman, memiliki kesamaan
denganmu. Aku tidak perlu menjelaskan hal
ini, kamu harus pikirkan sendiri.
Ricky: Hmm,
baiklah, untuk sementara aku tidak ada pertanyaan lagi. Sekarang aku mau
pulang.
Guardian: Tunggu dulu, orang
terpilih. Sebelum kamu pergi, genggamlah lagi TIMESTONE, sebab kemampuan dari TIMESTONE sudah tidak bisa kamu gunakan, jangka waktu penggunaannya selama sekali genggam sudah
habis. Aku pergi dulu.
Perlahan
sosok Guardian wanita menjadi bayang-bayang saat Ricky mulai berjalan
mendekatinya, dan benar-benar menghilang saat Ricky berada di dekat TIMESTONE.
Ricky langsung menggenggam TIMESTONE yang masih bercahaya, setelah beberapa
detik maka cahayanya perlahan pudar dan TIMESTONE menjadi berupa gambar di
pohon itu, seperti tertekan ke dalam batang pohon. Terdengar suara pelan dari
Guardian wanita.
Guardian: Nah, begitulah,
orang terpilih. Sekarang
kau bisa menggunakan kemampuan dari TIMESTONE sampai ketika TIMESTONE muncul
lagi dari dalam pohon.
Ricky hanya
memanggut-manggut, ia lalu berjalan kembali ke motornya. Setelah memakai helm
ia menjalankan motornya keluar dari taman kota itu dan menuju ke tempat kos
untuk segera beristirahat. Ia pun sampai di tempat kos ketika waktu di
smartphone-nya menunjukkan pukul 3 sore. Di dalam kamarnya Ricky mengirim
beberapa SMS pada Jonathan setelah berganti pakaian. Tapi tak satupun balasan
yang diterimanya, ia yang merasa sedikit lelah langsung membaringkan diri di
kasurnya dan tertidur tak lama kemudian.
Sementara itu, Stella dan Naomi
yang sedang ada di sebuah food court
dalam mall tengah membicarakan sesuatu.
Stella: Naomi, kok kamu gak ada
usaha deketin Ricky, bukannya kamu suka dengan dia?
Naomi: Iya sih Stella, tapi aku
rasa sulit deh, soalnya kan seperti yang pernah kamu bilang, dia selalu dekat
dengan cewek-cewek lain di kampus. Apalagi kemarin dia habis jalan dengan kak
Melody, senior aku di Fakultas Ekonomi.
Stella: Berarti kamu terlalu
lambat bergerak, Mi. Jadinya kamu susah dekat dengan Ricky.
Naomi: Ih, kamu sendiri dulu
memangnya pernah dekatin Jonathan?
Stella: Enggak sih, hehehe. Aku
cuma kadang ngikutin dia tanpa sepengetahuan dia.
Naomi: Huh, kamu juga lambat. Eh,
ngomong-ngomong, kamu bukannya harusnya manggil ‘Kak’ pada Jonathan dan Ricky.
Ini kamu setiap kali membicarakan mereka langsung nama aja, gak sopan loh.
Stella: Aduh Mi, kalau di depan
mereka baru aku panggil ‘Kak’. Kalau seperti ini, kan tidak apa-apa kalau kita
cuma bilang nama mereka. Kamu sendiri juga tidak pernah bilang misalnya begini,
‘Aku suka pada kak Ricky sejak...’ nah kamu gak sadar kan?
Naomi: Aku sadar kok, soalnya
Ricky sendiri yang meminta aku jangan manggil ‘Kak’ pada dia, mahasiswi lain di
tempat kos juga tidak manggil dia begitu karena dia yang meminta.
Stella: Oh gitu, berarti Ricky
pengen merasa muda, hihihi.
Naomi: Ya gitu deh, hihi. Eh,
kamu hari ini sudah libur kerja ya Stel?
Stella: Iya dong, kalau aku gak
libur kerja mana mungkin aku bisa ngajak kamu makan, kamu juga libur hari ini
kan?
Naomi: Ckck, kalau aku gak libur
kerja, gak mungkin kan aku bisa menyanggupi ajakan kamu.
Mereka membuka topik pembicaraan
lain, mengenai klub sepakbola favorit masing-masing. Di meja lain dalam food
court itu, ternyata ada Ega dan Veranda yang baru selesai makan.
Ega: Sayang, owe mau nanya
sesuatu nih, tapi kamu jangan marah ya?
Ve: Mau nanya apa, sayang?
Ega: Ini kamu tadi di kantin
Gedung Utara habis makan siang, tapi kok sekarang makan lagi, memangnya gak
kekenyangan?
Ve: Hihi, enggak kok, kan aku
tadi makan porsi kecil di kantin, sayang. Ini juga yang tadi aku pesan disini
juga porsi kecil kan?
Ega: Oh, pantes. Habis ini kamu
mau shopping kan? Nanti sebelum owe anterin pulang, gimana kalau kamu mampir ke
rumah owe dulu?
Ve: Iya, aku mau shopping bentar.
Boleh, aku juga sekalian kenalan dengan keluarga kamu.
Ega: Yasudah, ayo kita jalan ke
supermarket dulu, biar nanti langsung ke rumah owe.
Pasangan itu membayar pesanan
mereka, dan berjalan keluar area food
court menuju supermarket dalam mall itu yang terletak di lantai atas.
Setelah setengah jam mereka selesai shopping
dan Ega mengantarkan Ve ke rumahnya. Di teras rumah mereka melihat Rachel dan
Yansen sedang asyik mengobrol. Kedua siswi SMA itu kini tahu seperti apa sosok
pacarnya Ega setelah abangnya Yansen mengenalkan Ve pada mereka berdua. Ega
juga mengenalkan pacarnya tersebut pada kedua orang tuanya.
Di tempat lain yaitu rumahnya Ve,
Aaron sedang memainkan permainan ular tangga bersama teman-temannya di ruang
tamu. Kini Wilson sedang disentil telinganya oleh Steven.
Wilson: Yaelah Stev, kok elu yang
nyentil gue, kan harusnya Darwin, coba lu lihat deh posisi pion gue, paling
dekat dengan Darwin kan?
Darwin: Enggak juga Son, itu
jaraknya hampir sama, yaudahlah, giliran elu Der.
Anderson mengocok dadu, dan mulai
menjalankan pionnya beberapa langkah, ia mendapat tangga dan langsung loncat
beberapa tingkat.
Aaron: Wah, pas banget Der, elu
dapat tangga.
Anderson: Hahaha, jangan
mengalihkan pembicaraan Ron, giliran elu, posisi elu gak aman loh.
Anderson berkata seperti itu
karena kini pion Aaron berada di posisi yang terdesak, hanya 3 jenis angka dadu
yang bisa mencegahnya kena ular. Sedangkan ia akan kena ular jika muncul 3
jenis angka dadu lain, karena ada 3 ular berbeda yang ‘mengepung’ pionnya.
Aaron mengocok dadu dengan was-was, dan ternyata angkanya menyelamatkan pionnya
dari ular. Ia girang sedangkan Anderson yang posisi pionnya dekat dengan dia
tidak punya kesempatan menyentil telinganya.
Aaron: Ngapain elu bengong Stev?
Jalan dong.
Sekarang Steven yang mengocok
dadu, posisinya paling dekat dengan angka 100 yaitu finish. Namun ada resiko
terkena ular, ia mengocok dadu berharap tidak kena ular, namun ternyata keberuntungan
belum berpihak padanya. Alhasil ia turun posisi dan kini pionnya paling dekat
dengan pion Aaron.
Aaron: Haha, sini Stev telinga
elu.
Steven memiringkan bibir, ia
disentil telinganya oleh Aaron. Sedari tadi entah kebetulan atau tidak, tiap
kali dia kena ular, pasti posisi pionnya paling dekat dengan pion Aaron.
Wilson, Darwin, dan Anderson tertawa mengetahui kebetulan yang terjadi kesekian
kalinya ini. Mereka memang bertaruh siapa yang kena ular maka akan disentil
telinganya oleh orang yang posisi pionnya paling dekat. Aaron sudah menyentil
telinga Darwin, Wilson, dan Anderson minimal sekali, dan ia menyentil telinga
Steven lebih dari 5 kali. Mereka pun menyelesaikan permainan ular tangga
beberapa menit kemudian dengan Wilson menjadi pemenangnya.
Kini mereka beralih main
monopoli, selagi Darwin membagi uang monopoli Aaron ditanyai oleh Steven.
Steven: Ron, kok cuma abang elu
yang ada di rumah ini? Kakak elu mana?
Aaron: Mana gue tahu, kayaknya
sih kak Ve jalan dengan pacarnya, kan jarang-jarang mereka libur kerja.
Wilson: Wah Stev, ada apa nih elu
nanyain kakaknya Aaron? Jangan bilang elu tertarik juga.
Steven: Yaelah Son, kan gue cuma
nanya, eh ini udah dibagi selesai uang monopolinya oleh Darwin.
Anderson: Ayo kita masing-masing
cek dulu, siapa tahu kurang dan dikorupsi oleh Darwin.
Darwin memiringkan bibir dan
menoyor pelan kepala Anderson. Aaron serta Wilson dan Steven terkekeh mendengar
ejekan Anderson pada Darwin.
Darwin: Dendaman amat lu Der, gue
kan gak sengaja ambil uang kembalian di kantin waktu itu, toh udah gue balikin.
Anderson: Heheh, bercanda Win,
habis elu lambat banget sih baginya.
Darwin: Gue kan gak pernah main,
monyong, jadi gue gak tahu dong cara bagi duitnya.
Wilson: Ckckck, berarti masa
kecil elu suram dong Win?
Darwin: Enak aja, gue cuma
nontonin adik gue main sama teman-temannya, gak tertarik. Soalnya gue kira ini
permainan untuk cewek.
Aaron: Yaelah Win, kan gak ada
tertulis kalau permainan monopoli khusus untuk cewek.
Darwin: Hehe, gue kan lebih
tertarik dengan game online Ron.
Steven: Haha, kalau gak salah
game ini ada berbentuk software kan
sekarang.
Anderson: Bener tuh Stev, tapi
lebih enak main yang bentuk hardware
seperti ini.
Wilson: Wiih, pakai istilah
segala elu Der, memangnya kenapa kalau main yang bentuk nyata seperti ini?
Kayaknya sama aja deh.
Anderson: Hehe, gue tiap kali
main ini dengan abang dan sepupu gue kebanyakan kalah melulu, jadi selalu utang
pada mereka untuk melanjutkan giliran.
Mereka berempat menertawai
Anderson, lalu kembali bicara.
Aaron: Oh pantesan, kalau
permainan ini bentuk software gak
bisa ngutang hahaha.
Darwin: Nah, gimana kalau kita
bikin gak boleh ngutang sama sekali, jadi kalau gak bisa bayar langsung KO.
Anderson: Eh, jangan begitu dong.
Steven, Wilson: Setuju, Win!
Aaron: Gue juga setuju.
Darwin: Haha Der, siap-siap kalah
duluan ya.
Anderson: Monyong lu Win.
Mereka lalu memulai permainan
monopoli, dan setelah 15 menit ternyata Darwin yang duluan kalah karena tidak
bisa membayar sewa pada Anderson. Ia terkekeh karena disoraki oleh Aaron,
Steven, dan Wilson yang melanjutkan permainan bersama Anderson. Setelah
beberapa lama, Anderson juga kalah disusul Steven. Pada akhirnya Aaron dan
Wilson juga selesai main, mereka berimbang jumlah asetnya.
Sore hari pukul 4, Ricky
terbangun karena mendengar suara dari luar kamarnya, ia segera melihat ke asal
suara, rupanya dari perdebatan Sendy dan Maya yang menonton TV.
Ricky: Hei, hei, kalian ribut apa
sih?
Sendy: Eh, kang Ricky, akang
pasti terbangun karena suara Maya kan?
Maya: Enak aja, suara Maya tidak
cempreng kok, eneng tuh yang cempreng.
Ricky: Lebih tepatnya aku
terbangun karena suara kalian berdua. Sebenarnya kalian berdebat soal apa sih?
Sendy: Ini loh kang, eneng dengan
Maya tadi debat soal siapa tokoh yang lebih ganteng di serial drama Korea ini.
Ricky melihat layar TV yang
sedang menayangkan sebuah drama Korea, ia pun memanggut-manggut.
Ricky: Sekarang kalian beritahu
aku deh, menurut kalian aktor mana yang lebih ganteng?
Sendy dan Maya masing-masing
menunjuk aktor yang berbeda peran di drama Korea itu, barulah Ricky bicara
lagi.
Ricky: Kalian mau tahu gak,
menurut aku siapa yang lebih ganteng?
Sendy: Pasti aktor pilihan eneng
kan, kang?
Maya: Bukan, pasti aktor pilihan
Maya kan?
Ricky: Gini ya neng, Maya. Menurut
aku yang paling ganteng itu...
Sendy dan Maya menunggu jawaban
Ricky, sedangkan Ricky menarik nafas dan melanjutkan omongannya.
Ricky: Menurut aku, kedua aktor
itu kalah ganteng denganku, hehehe.
Sendy dan Maya ikut tertawa
selagi Ricky terkekeh, kemudian mereka kompak melempar bantal yang ada di
pangkuan mereka tadi pada mahasiswa Fakultas Psikologi itu.
Sendy: Ih, apaan sih kang,
kepedean banget.
Maya: Iya nih, Ricky narsis deh.
Jelas-jelas lebih ganteng kedua aktor itu daripada kamu.
Ricky: Hehe, habis kalian ribut
sih dari tadi. Udah ya, jangan ribut lagi, aku mau lanjut tidur dulu.
Kembalilah Ricky ke kamarnya, ia
melihat layar smartphone-nya menyala dan segera mengeceknya. Ternyata ada SMS
yang baru dikirim Michelle, Ricky langsung membalas.
Michelle: Kak Ricky, Richard
kangen nih dengan Kakak.
Ricky: Richard atau kamu yang
kangen dengan Kakak?
Michelle: Ih, beneran, Richard
yang kangen, dia dari tadi pagi gak mau makan, mbok Ijah udah bujuk-bujuk dia,
terus aku juga bujuk dia barusan, tetap aja dia gak mau makan.
Ricky: Aduh, gimana ya, hmm gini
aja, kamu bilang pada dia kalau besok sore Kakak akan datang ke rumah, dan biar
hari ini minta dia makan ya. Kakak gak mau nanti Richard sakit karena gak makan
terus-menerus.
Michelle: Hmm, oke deh Kak, tapi
kenapa gak nanti aja datangnya?
Ricky: Gak bisa Lele, Kakak nanti
malam ada acara, di rumahnya temen.
Michelle: Temen atau demen nih?
Hihi.
Ricky: Haha, apaan sih, acaranya
di rumahnya Jonathan, kamu tolong bujuk Richard ya.
Michelle: Oh, oke deh Kak.
Ricky sudah merencanakan bahwa
besok ia akan mengungkapkan isi hatinya pada Melody, ia akan mengajak wanita
yang dicintainya itu ke sebuah tempat karena besok hari raya. Ia berniat
memberitahu pada Melody nanti malam sehabis pulang dari rumah Jonathan.
~---------------------0-O-0---------------------~
Malam tiba, dan seperti kemarin
Ricky memberitahu pada para penghuni kos tentang rencananya nanti, menghadiri
acara di rumah Jonathan. Pada pukul 7:20 Ricky sudah mulai melajukan motor menuju
rumah Melody, ia mengenakan jaket kulitnya melapisi kemeja warna coklat dan
celana jeans warna hitamnya. Setibanya di depan rumah Melody, ia merapikan
rambutnya sebentar dengan bercermin di kaca spion motornya. Suara pintu yang
terbuka menghentikan kegiatannya, ia melihat Melody yang mengenakan casual dress warna orange. Setelah
wanita itu naik ke motor dan berpegangan pada pundaknya, Ricky mulai
menjalankan motornya ke rumah Jonathan.
Sesampainya di rumah Jonathan
menjelang jam 8, Ricky memarkirkan motor berjejer dengan beberapa motor yang
juga terparkir di tempat yang tersedia. Ia bersama Melody disambut satpam rumah
itu, mereka dipersilahkan masuk ke rumah Jonathan yang pintu depannya terbuka
lebar.
Di dalam, Ricky melihat satu
persatu orang yang datang menyapanya juga mengenalkan diri mereka, tentu
membuat Ricky heran. Namun ia segera menyadari apa maksud dari orang-orang itu
yang tak lain dan tak bukan adalah teman-teman sekelasnya ketika SMA. Ricky
melihat di kejauhan ada juga Daniel dan Gabriel yang datang bersama kakak
perempuan mereka. Sedangkan di sudut lain dalam rumah itu ada abangnya
Jonathan, yaitu Ferdinand sedang berbicara dengan kedua orang tua mereka.
Jonathan sendiri sedang asyik bicara dengan Agus dan teman-teman sekampus
mereka, Edric dan Jeffrey.
Kemudian seorang pria yang
dikenali Ricky mendatanginya yang masih menggandeng Melody yang dari tadi
menunjukkan raut wajah kebingungan. Pria itu adalah teman sekelasnya Ricky yang
bernama Aristyo.
Aristyo: Hai Ricky, elu ingat gue
gak?
Ricky: Ingat dong, elu Aristyo,
biasa dipanggil Aris kan?
Aristyo: Eh, Ricky, kok elu tahu
sih, bukannya elu amnesia ya?
Ricky: Amnesia? Gue gak amnesia
kok.
Aristyo: Loh? Kata Jonathan, elu
amnesia makanya dia membuat acara ini dan mengumpulkan teman-teman sekelas kita
dulu.
Ricky: Hah? Gue memang sempat
amnesia Ris, tapi udah ingat semuanya kok.
Aristyo: Oh pantesan, ahaha. By
the way ini pacar elu ya Ky?
Ricky: Iya dong Ris, kenalin ini
Melody.
Aristyo hendak bersalaman dengan
Melody, tapi Ricky segera mencegahnya.
Aristyo: Eh, kenapa Ky?
Ricky: Kan elu udah tahu nama
dia, dan dia udah tahu nama elu, jadi gak perlu salaman kan?
Aristyo: Yaelah Ky, gak usah
cemburu, gue udah punya pacar.
Ricky: Hahaha, bercanda Ris. Mel,
kamu salaman deh dengan Aris.
Melody dan Aristyo bersalaman
sebentar, lalu Ricky kembali bicara.
Ricky: Ris, memangnya siapa pacar
elu?
Aristyo: Oh, tunggu ya gue lihat
sekeliling dulu... Ah, itu dia.
Aristyo menunjuk seorang wanita
yang sedang mengobrol dengan Amelia, Ricky memanggut-manggut setelah
melihatnya.
Ricky: Oh, elu pinter cari cewek
ya, itu kenalan di kampus ya?
Aristyo: Iya Ky, mau tahu
namanya?
Ricky: Ah, gak usah deh. Gue
sempat mikir kalau acara ini adalah perayaan ultah gue, karena Jo bilang kalau
gue mesti hadir.
Aristyo: Yaudah deh, haha. Gue
mau beritahu Jonathan dulu ya, dia pasti kaget.
Ricky ikut tertawa ringan bersama
Melody, setelah Aristyo menjauh barulah Melody buka suara.
Melody: Hihi, rupanya Jonathan
buat acara khusus untuk kamu, Ricky. Memangnya kamu gak beritahu dia kalau kamu
gak amnesia lagi?
Ricky: Haha, biarin aja Melon, habisnya
dia gak pernah nanya sih, dan terlalu heboh orangnya, sampai membuat acara ini.
Pakai rahasia-rahasiaan lagi sama Amelia.
Seorang pria lain yang juga teman
sekelas Ricky menghampirinya dan hendak memperkenalkan diri, namun terpotong
oleh Ricky yang melihatnya datang.
Ricky: Oi Bagas, apa kabar elu?
Bagas(terkejut): Hah? Elu ingat
gue, Ky?
Ricky: Ingat dong, masa teman
sendiri gak ingat.
Bagas: Bukan begitu Ky, tapi gue
denger dari Jonathan kalau elu...
Ricky: Amnesia kan? Tenang aja,
gue udah ingat semuanya.
Bagas: Loh, kok bisa Ky? Sejak
kapan?
Ricky: Rahasia dong Gas, kalau
gak salah sih sejak 6 hari lalu.
Bagas: Wah, elu kok gak beritahu
Jo, kasihan tuh dia capek-capek buat acara ini.
Ricky: Ya mana gue tahu, dia aja
diam-diam buat acara ini, tidak konfirmasi pada gue dulu.
Bagas: Hahah, benar juga sih, eh
ini pacar elu ya? Mantap, akhirnya elu punya pacar juga.
Ricky: Yo’i, kenalan dulu deh.
Bagas dan Melody bersalaman
sebentar sambil menyebutkan nama masing-masing, barulah Ricky bicara lagi.
Ricky: Jadi gimana Gas, elu masih
jomblo?
Bagas: Weitts, gue gak jomblo
lagi, tuh pacar gue.
Bagas menunjuk seorang wanita
seumuran Amelia yang sedang mengobrol dengan Widya dan Intan, ia lagi-lagi
memanggut-manggut.
Ricky: Itu pacar elu kok ngobrol
dengan Widya dan Intan?
Bagas: Ya iyalah, kan mereka dulu
sekelas Ky, elu lupa ya?
Ricky: Gue mana ingat satu
persatu cewek di kelasnya Widya dan Intan, kan gue cuma ingat mereka berdua.
Bagas: Iya deh, orang yang
mengingat jelas mantan gebetannya.
Ricky: Ngeledek gue ya elu,
kampret. Kayak elu gak punya mantan gebetan aja di kelas itu.
Bagas: Haha, by the way elu kapan
jadian dengan cewek elu ini? Gue denger-denger dari Jo kalau elu sempat pacaran
dengan Akicha ya?
Ricky: Iya, itu benar. Kalau soal
kapan gue jadian dengan Melody, RA-HA-SI-A.
Bagas: Yaelah, pakai
rahasia-rahasiaan segala.
Ricky: Biarin, siapa suruh si Jo
juga rahasia-rahasiaan.
Bagas: Lah, kan Jo yang main
rahasia-rahasia, kok gue kena imbasnya gak boleh tahu elu kapan jadiannya
dengan cewek elu ini?
Ricky: Terserah gue dong, lagian
memangnya si Jonathan ada bilang kapan dia jadian dengan pacarnya yang sekarang
ini?
Bagas: Enggak ada sih Ky, gue gak
nanya dia, bahkan gue baru tahu kalau dia udah punya pacar lagi.
Ricky: Nah, yaudah, elu juga gak
perlu tahu kapan gue jadian dengan Melody. Tapi kalau elu mau tahu kapan gue
jadian dengan Akicha, si Jo tahu kok. Pacar Jo yang sekarang namanya Syela,
S-Y-E-L-A.
Bagas: Haha, unik juga, oke deh
gue ngobrol dengan yang lain dulu ya Ky.
Ricky hanya mengangguk, Bagas
pergi ke kerumunan teman-teman yang lain. Kemudian Melody bicara dengan pacar
pura-puranya.
Melody: Ricky, kok Akicha gak diundang
ya, kalau acara ini dihadiri teman-teman sekelas kamu dulu.
Ricky: Wah, aku gak tahu tuh,
nanti kutanya pada Jonathan deh, mungkin dia lupa mengundang Akicha.
Baru saja Ricky berkata begitu,
kepalanya serasa digetok pelan dari belakang. Ia langsung berbalik dan
mendapati Jonathan memasang muka masam dengan Agus yang terkekeh di sampingnya.
Ricky: Eh, panjang umur lu Jo,
gue barusan nyebut nama elu.
Jonathan: Kampret lu Ky, jangan
ngalihin pembicaraan deh.
Ricky: Loh, pembicaraan apa Jo?
Kan elu baru datang.
Jonathan: Kenapa elu bohong pada
gue, Ky? Gue sampai capek-capek bela-belain buat acara ini buat ngembaliin
ingatan elu.
Ricky: Ckck Jo, gue kan gak
bohong. Elu gak pernah nanya apakah gue udah ingat semuanya atau belum, kalau
elu nanya kan pasti gue bilang kalau gue udah gak amnesia lagi.
Jonathan menatap langit-langit,
ia nampak berpikir sedangkan Agus menahan tawa melihat ekspresinya.
Jonathan: Benar juga sih, tapi
elu tetap salah Ky, karena elu gak bilang-bilang.
Ricky: Haduh, iya deh, maafin gue
ya Jo.
Mereka reflek berpelukan sebelum
Jonathan melepaskan dan bergidik.
Jonathan: Ih Ky, elu mulai gak
normal ya?
Ricky: Enak aja, asal ngomong lu.
Gue kan reflek tadi, buat minta maaf. Lagian elu gak pernah nonton pertandingan
bola ya? Para pemainnya kan selebrasi dengan berpelukan juga.
Jonathan: Itu kan beda Ky, elu
dan gue kan bukan pemain bola.
Ricky: Haha, terserah elu deh,
yang jelas gue minta maaf ya Jo.
Jonathan: Iya, enggak apa-apa,
lagipula acara reuni ini tetap jalan aja kok meskipun tujuan utamanya tidak
tercapai, yaitu mengembalikan ingatan elu.
Ricky: Nanti gue minta maaf deh
satu persatu sama semuanya, termasuk pada abang dan ortu elu Jo.
Jonathan: Sip deh, oh iya gue gak
ngundang Akicha karena dia gak bisa datang. Dan juga tidak semua teman sekelas
kita bisa datang selain Akicha.
Ricky: Tidak apa-apa, kan mereka
punya urusan masing-masing.
Agus berdehem yang membuat Ricky
dan Jonathan menoleh. Tapi Ricky menoleh pada Melody sedangkan Jonathan menoleh
pada Agus.
Ricky: Eh, sayang, maaf ya aku
cuekin kamu.
Melody: Hihi, gak apa-apa kok,
kamu gak lanjut pelukan dengan Jo?
Ricky: Yaelah, aku masih normal,
sayang.
Melody tertawa ringan mendengar
perkataan Ricky, diam-diam ia merasa senang dipanggil ‘sayang’ oleh Ricky
meskipun ini hanya sandiwara mereka di acara ini. Sementara Jonathan berbicara
dengan bodyguardnya.
Jonathan: Kenapa, bang Agus?
Sakit tenggorokan ya? Minum...
Agus: Ckckck den Jo, saya
dicuekin dari tadi.
Jonathan: Haha, maaf bang Agus,
habisnya Ricky ngeselin sih. Pesta besar ini seharusnya reuni dengan suatu
tujuan penting, eh rupanya tidak terlaksana.
Ricky: Yaudah Jo, karena sudah
terlanjur digelar maka anggap saja pesta ini cuma reuni biasa.
Mereka berempat mengobrol
sebentar, kemudian Ricky mendatangi semua tamu undangan satu persatu, ia
meminta maaf pada teman-teman masa SMA-nya sekaligus mengenalkan Melody sebagai
pacarnya. Amelia sempat mencubitnya dan ditertawai teman-teman lain termasuk
Jonathan. Ricky beralasan yang sama pada Amelia, dan kakaknya Andela itu
memaklumi. Beberapa dari teman-teman Ricky menanyainya kapan jadian dengan
Melody, dan dijawab Ricky dengan kata ‘RA-HA-SI-A’. Terakhir Ricky juga meminta
maaf pada abang Jonathan, yaitu Ferdinand dan juga kedua orang tua Jonathan karena
sudah merepotkan mereka dengan acara ini. Mereka memaklumi karena Jonathan juga
‘heboh sendiri’ sambil merahasiakan acara ini dari Ricky.
Sementara Ricky mengambil minuman
wine yang dihidangkan di rumah itu, Melody sudah bisa akrab dengan teman-teman SMA
Ricky yang perempuan. Ricky melihat wajah ceria Melody, ia langsung tersenyum
penuh sukacita sambil teringat sesuatu ketika sebulan lalu.
Flashback start...
Tanggal 14 Februari, hari
Valentine yang merupakan hari kasih sayang. Ricky tetap bekerja di hari itu,
ketika pagi dia sudah mendapat coklat dari Jeje, Naomi, Sendy, dan Maya. Rama
dan Andrew juga mendapat, namun ditambah coklat dari Marina, Elaine, dan Kinal.
Ricky seperti tahun lalu tidak langsung memakan coklatnya, ia berniat
memakannya satu persatu setelah pulang kerja.
Di saat siang, Ricky juga
mendapat SMS dari Jeje yang mengatakan kalau Michelle menitipkan coklat kecil
untuknya. Setelah itu ia juga menerima SMS dari Amelia.
Amelia: Ricky, Happy Valentine’s
Day.
Ricky: Ya, sama-sama Apel. Happy
Valentine’s Day juga. Coklatnya mana?
Amelia: Ih, enak aja, kan tidak
harus, karena aku udah bilang tadi.
Ricky: Haha, bercanda, makasih
ya.
Sebuah emoticon senyuman menjadi
balasan dari Amelia, setelah itu Ricky yang selesai makan siang kembali bekerja.
Ketika jam 3 sore, Ricky sudah
menyelesaikan shift kerjanya, ia bersama Anthony terkejut saat keluar dari
toilet, karena Sally mengucapkan ‘Happy Valentine’s Day’ sambil memberikan
mereka sepotong coklat kecil untuk langsung dimakan. Mereka berterima kasih dan
balas mengucapkannya, serta langsung memakan coklat itu.
Beberapa menit kemudian, Ricky
sudah pergi ke parkiran motornya, ia bersiap pulang ke tempat kos. Setelah
belasan menit perjalanan sampailah ia di depan tempat kos dan heran karena ada
mobil yang menunggu, mobil yang tidak dikenalinya.
Ricky pun mengetahui pemilik
mobil itu, yang ternyata adalah Melody yang datang ke tempat kos itu untuk
pertama kalinya. Melody datang bersama Frieska dan Nabilah untuk memberikan
coklat yang ditaruh di semacam kotak makan dan Jeje ternyata sudah mencoba
duluan.
Ricky: Eh, Ibu kos cilik, kamu
makan apa?
Jeje: Wah, kak Ricky udah pulang.
Cobain deh coklat buatan kak Melody.
Ricky: Hai, Melon. Udah lama ya
disini?
Melody: Belum lama kok Ricky, ini
Jeje baru aja coba coklat buatan aku. Happy Valentine’s Day, Ricky.
Ricky: Sama-sama, Happy
Valentine’s Day too, Melody.
Frieska dan Nabilah juga mulai
mencoba coklat itu setelah Ricky mengambil satu potong kecil. Melody menanyai
Jeje dan Ricky bagaimana rasa coklat buatannya, Jeje berkata enak sedangkan
Ricky mengatakan kalau rasa manis coklat yang kini dimakannya tidak berlebihan
sehingga terasa enak.
Melody menunjukkan wajah ceria
karena dia berhasil membuat coklat yang enak dan tidak terlalu manis. Ricky ikut
senang melihat wajah ceria yang terpancar dari teman dekatnya.
Flashback end.
Lamunan Ricky dibuyarkan oleh
tepukan di pundaknya dari belakang. Saat ia menoleh, rupanya adalah Jeffrey.
Ricky: Eh, Jef, elu datang
sendiri ya?
Jeffrey: Iya, gue datang sendiri.
Elu kenapa melamun melihat Melody?
Ricky: Enggak apa-apa kok Jef, by
the way kok elu ikut rahasia-rahasiaan sih seperti Jonathan?
Jeffrey: Yaelah, gue aja gak tahu
dan Jonathan tiba-tiba nyuruh gue datang ke rumahnya, katanya acara reuni jadi gue
datang deh. Rupanya ada tujuan tersembunyi, hahaha.
Ricky ikut tertawa ringan,
Jeffrey kemudian mengambil segelas wine
dan pergi ke teman-temannya yang lain. Sementara Ricky yang sudah selesai
meminum segelas wine lalu melihat
waktu di smartphone-nya yang ternyata sudah menunjukkan pukul 9:20 PM.
Ricky: Wah, udah jam segini.
Mending gue ajak Melody pulang deh.
Ia berjalan mendekati Melody yang
masih asyik ngobrol dengan teman-teman perempuannya, dan mengajak ‘pacar’nya
itu untuk pulang. Melody menurutinya, dan mereka permisi pada Jonathan dan yang
lainnya. Setelah sampai di luar, pasangan itu juga permisi pada satpam yang
berjaga.
Setelah menempuh 15 menit
perjalanan dengan motornya, Ricky dan Melody sudah sampai di depan pintu rumah
Melody. Mereka berbincang singkat.
Ricky: Melon, terimakasih ya kamu
mau pura-pura jadi pacarku, hehe.
Melody: Sama-sama Ricky, kan aku
pernah minta kamu hal yang sama juga kemarin hihi.
Ricky: Haha, iya juga. Oh iya,
besok siang kamu ada waktu gak?
Melody: Hmm, ada dong, kan besok
butik aku juga tidak buka karena hari raya. Memangnya kenapa?
Ricky: Kalau kamu gak keberatan,
aku mau curhat pada kamu di suatu tempat. Menurut aku cuma kamu yang tepat
untuk mendengarkan curhat ini.
Melody: Kenapa aku? Kamu bukannya
bisa curhat pada penghuni kos atau Jonathan dan teman-teman kamu yang lain?
Ricky: Seperti yang aku bilang
tadi, Mel. Aku merasa cuma kamu yang paling tepat mendengarkannya, lagipula
curhat yang kumaksud ini lebih tepat didengar cewek daripada cowok, dan aku mau
kamu yang mendengar. Gimana, kamu bisa kan?
Melody: Emm, iya deh, aku bisa,
besok kamu yang jemput aku atau kita ketemu di tempat yang kamu maksud?
Ricky: Biar aku aja yang jemput
kamu, sekitar jam setengah 11 siang deh.
Melody: Oke, sampai ketemu besok.
Mereka saling melambaikan tangan,
dan Melody masuk ke dalam rumah. Setelah itu Ricky menaiki motornya pulang ke
tempat kos, ia berganti pakaian sebelum berbaring di kasurnya untuk istirahat
pada saat waktu di smartphone-nya menunjukkan pukul 10:10 PM.
Keesokan harinya, Ricky terbangun
oleh suara alarm di smartphone-nya pada pukul 7:25 AM. Ia meregangkan badan
sejenak, dan makan pagi bersama para penghuni kos, meskipun ada beberapa
diantara mereka yang sudah lebih dulu selesai makan.
Sekitar jam 10, Ricky mulai mandi
dan ia berganti pakaian dengan mengenakan kemeja biru serta celana jeans coklat
tua, ia juga mengenakan jaket kulit berwarna hitam mengkilat sebelum berangkat
dengan motornya ke rumah Melody. Pukul 10:30 ia tiba dan melihat Melody baru saja
keluar dari pintu depan rumahnya. Penampilan Melody dilihatnya seperti ketika mereka pergi
ke bioskop, hanya saja warna bajunya adalah merah sedangkan warna roknya adalah
coklat. Mereka mulai berangkat menuju tempat yang Ricky rencanakan untuk curhat
pada Melody.
TO BE CONTINUED...
By: E.D.
Komentar
Posting Komentar