GALLANT IMPACT, Chapter 10
Chapter 10: Relationship of full
trust
Ayana sedang mengemudikan
mobilnya Akicha dengan kecepatan sedang, Akicha dari tadi terus meneteskan air
mata karena ia tidak menyangka pria yang dicintainya bisa selingkuh juga. Ricky
belum berkomunikasi dengan Akicha sejak pagi tadi, padahal setiap pagi pasti
dia menyempatkan untuk memberitahu Akicha dimana ia berada, entah itu di kelas
atau masih di tempat kos. Karena hal inilah Akicha dan Ayana heran lalu menuju
Gedung Timur untuk melihat Ricky, apakah dia masuk kuliah atau sedang sakit. Akicha
dan Ayana tadi melihat Ricky yang seperti mencari seseorang, mereka pun
mengikuti langkah Ricky yang tergesa-gesa. Dan sampailah kedua mahasiswi itu ke
perpustakaan saat Ricky sedang memeluk Fita, pembicaraan mereka berdua tidak
terdengar oleh Akicha dan Ayana.
Ayana tidak membalas pesan dari
Ricky karena sedari tadi HP-nya ditahan oleh Akicha, sepertinya Akicha tidak mau
mendengar alasan Ricky, baginya pelukan itu sudah menjadi bukti kuat kalau
Ricky selingkuh. Meskipun Ayana sedikit ragu kalau pria seperti Ricky bisa
selingkuh sebab ia dapat melihat jelas tatapan mata Ricky pada Akicha setiap
kali bertemu selalu mengisyaratkan cinta yang besar pada wanita Jepang itu.
Sementara itu, di parkiran Gedung
Utara terlihat Ricky sedang mencoba menelpon nomor Ayana, untuk meluruskan
kesalahpahaman tadi. Fita juga terlihat cemas dan merasa bersalah karena sudah
membuat teman masa kecilnya frustasi.
Fita: Gimana, Ricky? Diangkat
gak?
Ricky hanya menggeleng dengan
raut wajah sedih, ia kemudian menyadari kalau waktu sudah menunjukkan pukul
setengah 2 siang.
Ricky: Fita, kamu pulang aja ya,
biar ini jadi urusanku.
Fita: Gak bisa begitu dong,
Ricky. Gimana kalau pacar kamu nanti minta putus? Aku akan merasa bersalah
banget.
Ricky: Aku yakin kok Akicha nanti
akan mau mendengar penjelasanku, soalnya translatornya
yaitu Ayana pasti membujuknya.
Fita: Eh, aku baru sadar loh
Ricky kalau pacar kamu bukan orang Indonesia ya?
Ricky: Ya begitulah Fita. Namanya
Aki Takajo, dipanggil Akicha, yang tadi bersama dia adalah penerjemahnya
bernama Ayana Shahab, orang Indonesia campuran Jepang juga.
Fita: Oh, tapi kamu kok bisa
kenal dengan Akicha?
Ricky: Dulu selama 3 tahun di SMA
dia sekolah di Indonesia, soalnya Ayahnya ada kerjasama bisnis selama 3 tahun
dengan perusahaan penghasil mesin sepeda motor. Akicha sekelas denganku juga
sejak kelas 1, makanya aku bisa mengenal dia.
Fita: Hmm, jadi kamu sudah mulai
mencintai dia sejak SMA?
Ricky: Bisa dibilang begitu, tapi
waktu SMA aku belum kepikiran untuk pacaran.
Fita memanggut-manggut, lalu ia
pamit pulang duluan, Ricky lalu menyadari kalau ia tidak akan sempat makan
siang lagi, maka ia langsung berangkat kerja karena tidak terlalu lapar.
Akicha sudah sampai di kamar
apartemennya dan masih terus menangis, Ayana merangkulnya sambil mengatakan
padanya agar istirahat dulu untuk menenangkan pikiran, tak lama kemudian Akicha
mulai tertidur. Ayana tahu kalau banyak pesan tak terbaca dari Ricky di
smartphonenya karena dari tadi Akicha yang memegang dan tidak membiarkan Ayana
membalas pesan.
Dengan perlahan Ayana mengambil
smartphone-nya dari genggaman tangan Akicha, ia mulai membaca satu persatu
pesan dari Ricky seperti ‘Ayana, tadi itu salah paham’, ‘Ayana, tolong beritahu
Akicha kalau aku tidak selingkuh’ dan sebagainya. Ayana mulai yakin kalau Ricky
memang tidak selingkuh dari Akicha, meskipun Ricky hanya memberitahu di pesan
terakhir kalau cewek yang tadi dipeluknya hampir bunuh diri, tanpa menyebutkan
nama Fita.
Sore hari, Ricky sedang makan di
kedai Pak Jono bersama Sally seperti biasa. Sally memberitahu Ricky kalau
ternyata Jonathan adalah adik dari tunangannya yang bernama Ferdinand. Sally
juga menunjukkan foto Jonathan yang dikirimkan Ferdinand kepadanya saat ia
menanyakan hal ini pada tunangannya itu untuk memastikan apakah memang Jonathan
adalah teman Ricky di SMA. Ricky hanya mengangguk saat melihat foto Jonathan
dari smartphone Sally, lalu resepsionis itu yang merasa bellboy ini sedang
galau langsung bertanya.
Sally: Ricky, kamu kenapa? Lagi
ada masalah ya?
Ricky: Iya mbak, pacarku tadi
melihat aku pelukan dengan cewek lain.
Sally: Nah, kenapa kamu tadi
memeluk cewek lain?
Ricky langsung menceritakan duduk
permasalahannya tadi, dari ketika teman masa kecilnya itu ‘muncul’ kembali di
kehidupannya, dan ‘menagih’ janji anak kecil mereka berdua hingga Fita yang
berniat bunuh diri.
Sally: Hihi, makanya jangan asal
janji, Ricky.
Ricky: Iya mbak, habis drama itu
mencuci otak aku sih. Dan Fita rupanya punya perasaan suka padaku sejak SD
kelas 6.
Sally: Hmm, jadi sekarang Fita
sudah mengerti?
Ricky: Aku yakin Fita bisa
menerima fakta kalau janji itu hanya omong kosong. Dia tadi juga merasa
bersalah karena aku kelihatan seperti selingkuh di mata Akicha.
Sally: Nanti kamu coba lagi untuk
komunikasi dengan Ayana, siapa tahu dia bisa bantu kamu untuk menjelaskan hal
yang rumit ini.
Ricky: Aku tadi udah kirim beberapa
pesan sih mbak, yang terakhir yaitu aku bilang kalau cewek yang aku peluk mau
bunuh diri, semoga aja Ayana udah baca pesannya.
Sally mengangguk mengerti
kemudian mereka lanjut makan sampai selesai, dan kembali bekerja.
------------------------------------------------------------
Badan Ricky serasa pegal, ia
duduk di sofa ruang tamu tempat kos pada pukul 10 lewat 28 menit. Dari siang
sampai malam tidak ada SMS balasan dari Ayana, Akicha tentu saja tidak akan mau
membalas pesan jadi Ricky tadi siang tidak mengirim satupun pesan kepadanya, ia
hanya mengirim pesan ke Ayana dengan harapan Ayana membacanya terutama yang
terakhir.
Ricky bergegas tidur setelah
mematikan lampu ruang tamu, dan paginya saat ia bangun ternyata ada sebuah SMS
dari Ayana. Mata Ricky langsung melotot dan segera membacanya, isinya “Ricky-kun,
aku sudah bujuk Aki-san untuk mendengar penjelasan kamu soal yang kemarin,
nanti sesampainya di kampus kamu jelaskan deh, tempatnya seperti biasa(kantin
Gedung Utara)”.
Alangkah gembiranya Ricky sesaat
setelah melihat keseluruhan SMS itu, ia segera mandi dan bersiap berangkat ke
kampus. Setelah sampai di kantin Gedung Utara, Ricky berdebar-debar sambil
duduk di sebuah meja untuk 4 orang. Ia menunggu pacarnya datang, dan tentu
berharap Akicha akan mendengarkan sampai selesai mengenai kejadian kemarin. Ia
juga baru sadar ternyata ia kemarin lupa mengabari pacarnya di pagi hari.
Tak lama kemudian Akicha dan
Ayana datang, Ayana tersenyum sedangkan Akicha cemberut. Ricky tersenyum
seadanya menyambut mereka karena ia tahu kalau Akicha masih marah.
Perlahan Ricky menceritakan
kejadian kemarin, dari pertemuannya dengan teman lama sekaligus tetangganya
dulu, kemudian pembicaraan mereka di parkiran motor, dan berujung ke perpustakaan
ketika Fita hampir mati bunuh diri. Ayana menjelaskan pada Akicha dalam bahasa
Jepang.
Setelah mendengar semua penuturan
Ayana dari Ricky, raut wajah Akicha mulai hilang rasa marah pada pacarnya ini,
tapi ia belum tahu alasan Ricky tidak mengabari dia kemarin, dan minta Ayana
menanyakan pada Ricky.
Ayana: Ricky-kun, Aki-san nanya
kenapa kamu tidak mengabari dia kemarin? Karena biasanya pagi-pagi kamu sudah
pasti mengirim SMS padaku agar aku menunjukkannya pada Aki-san.
Ricky: Kalau soal itu, maaf aku
mungkin kelupaan. Soalnya Senin lalu kerjaan aku sangat banyak, terus kemarin
pagi aku masih merasa capek sehingga jadi lupa ngabarin.
Ayana tersenyum, lalu ia segera
memberitahu Akicha, Ricky menunggu bagaimana reaksi pacarnya itu. Akicha lalu memberikan
senyum padanya setelah mendengar alasan yang cukup masuk akal itu.
Akicha: Ricky-kun, gomen. Aku sudah curiga padamu.
Karena pacarnya sudah berhenti
‘mogok ngomong’ dengannya, Ricky langsung gembira.
Ricky: Arigato, my girl. Aku akan selalu memegang janji untuk tidak
selingkuh, dan aku paham kenapa kamu curiga kemarin.
Akicha sepertinya mengerti apa
yang dikatakan Ricky, karena ada kata ‘janji’ diantara kalimat ucapan pacarnya
itu. Kembali ia memberikan senyuman yang manis saat Ricky meraih kedua
tangannya dan menciumnya dengan tulus. Ayana yang melihat itu ikutan bahagia.
Saat itu di sekolahnya Michelle,
terlihat ada 2 siswi berambut pendek sedang berbicara dengan Shania di depan
kelas 10 A.
Shania: Jadi nanti rapatnya
dimulai jam berapa, kak Ghaida?
Ghaida: Hmm, kalau gak salah jam
setengah 1 nanti. Bener kan, Dhike?
Dhike: Iya, Shania, kamu jangan
lupa nanti beritahu anggota OSIS lain di kelas ini. Mereka belum datang kan?
Shania: Oke kak Dhike, memang
benar kok anggota OSIS lain di kelasku belum datang, mereka kan cowok-cowok
semua.
Ghaida: Hihi, kenapa rupanya
kalau cuma kamu anggota OSIS cewek di kelasmu?
Shania: Hmm, gak apa-apa sih,
tapi kebiasaan cowok-cowok anggota OSIS di kelas ini tetap aja gak berubah,
masih aja datangnya telat.
Dhike: Hihihi, kalau mereka
datang sekarang kan belum telat, Shan.
Shania: Iya sih kak Dhike, tapi
mereka setelah jadi anggota OSIS masih aja suka telat masuk. Kemarin aja telat
semua, untung guru jam pelajaran pertamanya gak masuk.
Dhike dan Ghaida kembali tertawa,
lalu pamit kembali ke kelas mereka di 12 C. Setelah itu datanglah Rona, siswi
kelas 12 A.
Rona: Kamu kenapa, Shania? Kok
kayak lagi kesal?
Shania: Habisnya, kak Rona. Para
anggota OSIS lain di kelasku belum datang, padahal kan bentar lagi jam
pelajaran pertama.
Rona: Hihihi, terus kenapa kamu
harus kesal?
Shania: Soalnya mereka telat
hampir setiap hari, apalagi sekarang cowok-cowok di kelasku yang bukan anggota
OSIS juga kadang ikut-ikutan telat.
Rona: Oh, pantes hihi. Berarti
mereka sebagai anggota OSIS harusnya tidak telat, begitu kan yang kamu mau?
Tak ada jawaban dari Shania yang
hanya mengangguk, Rona lalu membisikkan sesuatu pada Shania, yaitu cara agar
para anggota OSIS cowok kelas 10 A tidak telat lagi. Shania kemudian tersenyum
dan mengangkat jari jempolnya pada Rona, pertanda ia akan mencoba cara dari
kakak kelasnya ini. Rona kemudian pergi ke kantin untuk menemui pacarnya Donny
yang masih ‘nongkrong’ disana bersama beberapa anak kelas 12 lainnya, itu
karena ia tahu kalau pacarnya itu tidak langsung ke kelas saat sampai di
sekolah sejak belasan menit lalu.
Pukul 10 pagi, di kantin Gedung
Utara universitas Patmangin seperti biasa sudah ramai. Di sebuah meja ada
pasangan Ega-Veranda, di meja lain agak jauh juga terdapat pasangan Jerry-Mita,
dan di sebuah meja untuk 4 orang terdapat Ricky bersama Akicha dan Ayana yang
duduk berdampingan, mereka bertiga sedang makan makanan yang sama, yaitu bakso.
Baru kali ini Akicha memakan bakso di kantin ini, begitu juga Ayana. Kedua
gadis itu mengikuti Ricky yang memesan bakso, karena ingin mencoba rasanya.
Ricky: Gimana, enak kan?
Kedua gadis itu hanya mengangguk
sambil tersenyum, mulut mereka mengunyah bakso. Lalu datanglah Fita bergabung
di meja itu, Ricky lalu memperkenalkan Fita pada Akicha dan Ayana. Fita
kemudian meminta maaf pada Akicha dengan bahasa Inggris, Akicha pun memaafkan
dan bisa mengerti kenapa Fita sempat jatuh cinta pada pacarnya. Ketiga gadis
itu lalu saling bercerita mengenai materi kuliah yang rumit, Ricky senang melihat
pacarnya bisa akrab dengan teman masa kecilnya.
Smartphone Ricky bergetar, dan
ada SMS dari Michelle. Ia segera membalasnya selagi Akicha mengobrol dengan
Fita.
Michelle: Kak Ricky, kenapa gak
ngabarin kemarin? Pasti lupa kan, huh.
Ricky: Aduh, maaf Lele. Kakak
kelupaan, soalnya kemarin ada masalah.
Michelle: Masalah apa?
Ricky: Kemarin Kakak bertengkar
dengan Akicha, dia salah paham.
Michelle: Eh, kok bisa? Terus
gimana?
Ricky: Tenang aja, sudah selesai
kok masalahnya. Akicha sudah mengerti kalau itu salah paham.
Michelle: Hmm, yaudah kak Ricky.
Aku lanjut menyimak pelajaran dulu ya.
Ricky: Iya, Kakak juga lanjut
makan dulu.
Tidak ada balasan lagi, Ricky
menyimpan kembali smartphone-nya di saku celana, tentu saja Akicha dan Fita
bertanya siapa yang barusan. Ricky langsung menjawab ‘Michelle’ dan kedua gadis
itu sama-sama manggut-manggut. Fita sepertinya ingin bertanya pada Ricky
mengenai kabar Michelle, tapi ia tidak enak dengan Akicha.
Jerry melongo melihat teman masa
kecilnya Ricky bisa akrab dengan pacarnya Ricky, tanpa sedikitpun merasa
cemburu meskipun Fita bisa dikatakan bergelar ‘bunga kampus’. Tapi ia agak
heran tentang apa yang dibicarakan mereka sesaat setelah berkenalan tadi, tidak
terdengar jelas olehnya. Jerry lagi-lagi menggelengkan kepala, karena Ricky
yang bagai ‘magnet’. Mita bisa tahu pemikiran Jerry dan ia mencubit lengan
pacarnya itu.
Jerry: Aduh, kenapa sayang?
Mita: Kamu pasti iri kan melihat
teman kamu Ricky?
Jerry: Hah? Iri kenapa?
Mita: Huh, pura-pura lagi kamu, ya
tentu saja iri karena Ricky dikelilingi 3 gadis cantik sekaligus.
Jerry: Hehehe, kok kamu tahu?
Mita yang geram lalu
memukul-mukul lengan Jerry, pacarnya itu merintih.
Jerry: Aduh-duh, jangan ngambek
dong sayang.
Mita lalu melipat tangan dan
membuang muka dari pacarnya itu.
Jerry: Eh, ngambek. Hmm, aku
punya sebuah puisi buat kamu.
Dengan suara pelan, Jerry mulai
membacakan puisi yang dibuat Ricky untuk menyatakan perasaan pada Akicha,
perlahan tapi pasti Mita kembali tersenyum dan bersandar pada Jerry. Jerry
langsung tertawa di dalam hati karena mujarabnya puisi itu.
Di meja lain agak pojok ada
pasangan Jonathan-Syela, Syela sedang makan spaghetti disuapi Jonathan yang
sudah makan di rumah, Agus mengawasi dari kejauhan sambil terkekeh dengan tingkah
Jonathan. Syela kini menunjuk meja tempat Ricky berada karena heran ada 3
mahasiswi yang bersamanya, padahal pacarnya cuma 1.
Syela: Itu teman SMA kamu ya,
sayang?
Jonathan: Iya, namanya Ricky,
kenapa? Kamu naksir dia?
Syela: Hihi, enggaklah. Aku cuma
heran aja kok, sayang.
Jonathan: Kamu heran kenapa?
Syela: Emang kamu gak lihat,
teman kamu itu kayak playboy. Kamu bilang pacarnya cuma 1 tapi ini ternyata pacarnya
ada 3.
Jonathan: Huss, kamu tidak boleh
ngomong begitu. Aku lihat kok, dan keadaan ini udah biasa aku lihat.
Syela: Eh? Maksud kamu apa,
sayang?
Jonathan: Gini ya honey, aku udah biasa ngelihat Ricky
dikelilingi mahasiswi-mahasiswi cantik.
Syela: Berarti bener dong dia
playboy?
Jonathan: Ckckck, bukan begitu
maksud aku. Pacarnya itu yang duduk berhadapan dengan dia, dan di samping
pacarnya adalah translator sekaligus
teman sekelasnya. Coba kamu lihat pacarnya Ricky jelas-jelas orang Jepang kan
dari wajahnya?
Syela: Hmm, benar juga. Tapi kan
ada 1 cewek lagi yang duduk disamping Ricky, berarti pacar yang lainnya dong?
Jonathan: Honey, kalau itu benar pacarnya juga, pasti kan diumpetin. Aku gak
tahu sih siapa cewek yang duduk disamping Ricky, soalnya Ricky gak pernah
beritahu aku.
Syela: Oh, tapi aku lihat sih
pacarnya Ricky tidak cemburu ya.
Jonathan: Hmm, pacarnya Ricky
sebenarnya juga teman sekelas aku dan Ricky ketika SMA dulu.
Syela: Hah? Berarti hubungan
mereka udah lama dong?
Jonathan: Enggak juga, belum 1
bulan malahan.
Syela: Tapi kok bisa ya pacarnya
teman kamu itu tidak cemburuan?
Jonathan: Ya bisalah, toh mereka
udah saling suka sejak SMA hehehe.
Syela: Terus kenapa mereka gak
pacaran aja sejak SMA?
Jonathan: Setahu aku sih, mereka
diam-diaman, tidak saling tahu kalau mereka saling suka. Ricky ketemu kembali dengan
pacarnya kan juga sejak semester ini, tepatnya 3 minggu lalu. Aku aja baru tahu
kalau Ricky diam-diam pernah naksir cewek ketika SMA.
Syela: Pantesan, hihihi. Eh,
sayang, kamu bilang udah biasa ngelihat ini, tapi kok kamu gak tahu siapa cewek
yang duduk disamping Ricky?
Jonathan: Soalnya biasanya bukan
cewek itu, tapi yang lain. Yaitu mahasiswi Fakultas Ekonomi, namanya Melody.
Syela: Terus mana dia?
Jonathan: Mungkin di meja lain.
Aduh, kamu banyak nanya deh honey,
keburu dingin loh makanan kamu ini.
Syela kemudian cengengesan,
Jonathan lanjut menyuapinya sampai habis. Mereka berdua lalu melihat Fita
duluan pergi dari kantin itu, tinggal Akicha serta Ayana yang menemani Ricky.
Tanpa disadari Jonathan, ada yang
melihatnya dengan tatapan sedih dari sebuah meja di kejauhan, yaitu Stella.
Naomi yang duduk bersamanya lalu berbicara dengannya.
Naomi: Stel, maaf ya aku gak
sempat nanya Ricky. Soalnya kan aku jarang ketemu Ricky sejak dia punya pacar.
Stella: Gak apa-apa kok, Mi.
Lagipula sekarang aku tahu dengan melihat sendiri, ternyata Jonathan punya
pacar.
Naomi: Sabar ya, meskipun kamu
patah hati, jangan sampai stress.
Stella: Iya, Mi. Aku bisa melihat
kok kalau Jonathan senang bersama pacarnya, aku gak mau ganggu.
Naomi tersenyum dan mengalihkan
pembicaraan ke materi kuliah, agar Stella tidak lagi memikirkan patah hatinya.
Sama seperti Stella, Melody yang duduk sendiri di meja lain merasakan patah
hati juga melihat Ricky seperti punya 2 pacar sekaligus, karena tadi ia melihat
kerukunan Fita dengan Akicha, meskipun nampak jelas kedua mahasiswi beda
Fakultas itu baru saja berkenalan. Ia mulai ragu apakah harus membuang perasaan
terpendamnya ini pada Ricky atau tetap mengharapkan Ricky.
Waktu istirahat kampus habis,
tapi tidak begitu di sekolahnya Michelle yang baru memulai jam istirahat kedua.
Di kantin sekolah itu terlihat Jeje sedang duduk bersama 2 siswi kelas 10 yang
dekat dengannya.
Jeje: Rachel, Yansen, kalian mau
pesan apa?
Rachel: Aku mau bakso aja, Kak.
Yansen: Kalau aku spaghetti deh,
Kak. Tumben kak Jeje mau traktir kami, ada apa nih?
Jeje: Hihihi, sebenarnya bukan
aku yang mau traktir, tapi teman sekelas aku. Nah itu dia datang.
Rachel dan Yansen langsung
melihat siapa yang mendatangi meja mereka, ternyata adalah Andela yang langsung
duduk di samping Jeje. Perkenalan singkat antara Rachel dan Yansen kepada
Andela pun terjadi.
Andela: Ih, kak Jeje. Kenapa
ngajak orang lain juga?
Jeje: Kamu kan bilang boleh ajak
teman, Del. Hihihi.
Andela: Tapi aku kira sama
tingkatan kelas dengan kita, eh malah adik kelas. Kan malu aku jadinya.
Jeje: Hihi, malu-malu segala, aku
gak beritahu mereka kok alasan kamu mau traktir.
Rachel: Emangnya apa alasannya,
kak Jeje?
Yansen: Iya, jadi penasaran nih.
Kenapa kak Andela mau traktir kami?
Jeje: Sebenarnya...
Belum sempat bicara lebih, Andela
sudah membekap Jeje sambil memanyunkan bibir. Jeje terus menepuk tangan Andela
agar melepas bekapannya. Andela kemudian melepas bekapan mulut Jeje ketika Jeje
memberikan tanda ‘V’ dengan satu tangan.
Andela: Awas ya dibahas lagi!
Jeje langsung tertawa
terbahak-bahak dan Andela menggembungkan pipi kesal. Rachel dan Yansen heran
tapi mereka tidak berniat bertanya lagi, karena tiba-tiba bunyi perut mereka
berdua terdengar oleh Jeje dan Andela. Kedua gadis kelas 10 itu tersipu malu
karena 2 kakak kelas mereka sekarang menahan tawa akan tingkah perut mereka
yang ‘tidak bisa diajak kompromi’. Jeje lalu segera pergi memesan makanan
karena kasihan dengan 2 adik kelas yang ‘lucu’. Andela mengobrol sebentar dengan
Rachel dan Yansen, mereka membicarakan beberapa cowok ganteng yang makan di
kantin itu juga.
Tak lama kemudian Jeje pun
kembali duduk bersama mereka, ia hanya mendengar karena tidak tertarik
pembicaraan seperti ini. Makanan pesanan mereka berempat kemudian datang
diantarkan pegawai kantin. Pembicaraan Andela dengan 2 adik kelasnya langsung
berhenti, mereka mulai makan. Jeje memikirkan Ricky sambil makan, ia tidak
sempat bertanya pada Ricky kemarin soal Richard.
Jeje(berpikir): Apa benar ya kak
Ricky sudah melupakan Richard, aku harus tanya itu kepadanya nanti malam, untuk
memastikannya.
------------------------------------------------------------
Malam tiba, Ricky heran melihat
Jeje masih menonton TV. Padahal biasanya Jeje sudah tidur sekitar pukul 9 di
hari biasa, ini karena Ricky tak pernah melihat Jeje menonton TV sampai selarut
ini selama 2 tahun ia tinggal di rumah ini yang merangkap tempat kos.
Ricky: Jeje, tumben kamu belum
tidur.
Jeje: Eh, kak Ricky. Ada film
favorit aku nih.
Ricky lalu melihat layar TV yang
sedang menayangkan film The Pirates of
Carribean: At World’s End. Dan sepertinya sudah mau habis. Ricky lalu
memanggut-manggut.
Ricky: Oh, yaudah nanti kamu yang
matiin lampu ya.
Jeje lalu melihat Ricky hendak
menuju kamarnya, segera ia menahannya.
Jeje: Eh, tunggu kak Ricky. Aku
juga mau ngomongin sesuatu.
Ricky: Hah? Ngomongin apa?
Jeje: Kak Ricky duduk dulu sini.
Ricky langsung duduk disamping
Jeje, karena sedang iklan maka Jeje me-mute
suara TV-nya.
Ricky: Ada apa?
Jeje: Kak Ricky ingat gak dengan
Richard?
Ricky: Hahaha, siapa tuh? Pacar
kamu? Bukannya kamu gak pernah pacaran, kok nanya aku sih ingat atau enggak?
Jeje: Tuh kan, kak Ricky udah
lupa. Berarti bener kata Michelle.
Ricky: Hah? Jadi Michelle pernah
punya pacar ya? Kok dia gak beritahu aku?
Jeje: Iiiih, kak Ricky. Richard
itu kan nama anjing husky peliharaan
kak Ricky.
Kemudian Ricky terkejut, ia baru
mengingat kalau di rumahnya ada anjing peliharaan yang ‘ditelantarkan’ karena
Ricky tidak pernah sekalipun menginjakkan kakinya lagi di rumah sejak diusir
Ayahnya.
Ricky: Oh iya, aku baru ingat,
hehehe.
Jeje: Kak Ricky kangen gak dengan
Richard?
Ricky: Hmm, kangen sih pasti ya.
Tapi mau gimana lagi, gak ada waktu luang. Lagian si detektif itu gak ngebolehin
aku ke rumah.
Jeje: Kak Ricky coba aja bujuk
detektif itu, siapa tahu dia akan memberi keringanan agar kak Ricky bisa ketemu
Richard. Kak Ricky punya kan nomor kontaknya?
Ricky: Punya kok. Oke, nanti kapan-kapan
aku coba deh. Thanks ya kamu udah ngingetin aku soal Richard.
Jeje pun tersenyum, dan Ricky
kemudian ikut menonton film itu bersamanya. Karena Ricky pernah menonton film
itu di DVD pinjaman dari Jonathan dulu ketika SMA kelas 3 tapi macet di bagian
akhir.
Film pun habis, Jeje duluan tidur
sementara Ricky masih mencari acara yang menarik untuk ditonton. Ia berhenti sebentar
menonton berita malam, lalu mulai mengantuk dan mematikan TV. Ricky juga tidak
lupa mematikan lampu ruang tamu sebelum berjalan menuju kamarnya untuk
istirahat.
Hari Kamis pagi, Ricky terbangun
oleh suara alarm smartphone-nya yang seperti bunyi lonceng pada pukul setengah 7
pagi. Ia melanjutkan tidur, atau lebih tepatnya hanya memejamkan mata selama 10
menit. Kemudian terdengar olehnya suara ringtone dari smartphone itu pertanda
ada pesan LINE masuk. Ia langsung melihatnya, yaitu dari Akicha, segera juga
Ricky membalas ucapan selamat pagi dari pacarnya.
Beberapa menit setelahnya, Ricky
baru keluar dari kamarnya dan melihat kamar mandi di lantai 1 dua-duanya ada
antrian. Di kamar mandi yang sebelah kiri ada Elaine dan Kinal yang menunggu,
sementara kamar mandi yang sebelah kanan ada Rama dan Bobi menunggu. Saat Ricky
ikut untuk mengantri setelah mengucapkan selamat pagi pada para penghuni kos,
keluarlah Sendy sambil cengengesan dari kamar mandi yang kiri. Kinal dan Elaine
lalu berebutan untuk mandi duluan, debat pun terjadi antara 2 gadis SMA itu.
Rama, Bobi, dan Ricky menggeleng-geleng kepala.
Lalu dengan cepat Ricky
menyerobot masuk kamar mandi itu dan menguncinya. Tentu saja hal ini
menggelitik Rama dan Bobi, begitu juga Andrew yang baru keluar dari kamar mandi
yang sebelah kanan. Elaine dan Kinal terus menggedor-gedor yang disambut Ricky
dengan siulan dari dalam.
Elaine: Kak Ricky, kok malah
duluan mandinya? Kami udah mau telat nih.
Kinal: Iya, kak Ricky, main
serobot aja.
Ricky lalu keluar dari kamar
mandi, ia ternyata hanya pura-pura menyerobot antrian. Elaine dan Kinal
memanyunkan bibir saat Ricky terkekeh.
Ricky: Hehe, lagian kalian debat
terus, tinggal hompimpa aja kan beres.
Kinal: Tapi kan harusnya aku
dulu, kak Ricky. Elaine mandinya lama.
Elaine: Aku bisa kok mandi cuma 5
menit.
Kinal: Tapi aku gak pernah lihat
kamu mandi secepat itu.
Ricky: Heh, sudah-sudah. Hompimpa
aja cepat!
Elaine dan Kinal lalu hompimpa
dan Kinal menang. Ia dengan riang langsung mandi duluan, sementara Elaine
menggedor-gedor untuk mengganggunya. Rama dan Bobi kembali tertawa melihat
ekspresi Elaine yang kesal. Selagi mereka tertawa, Ricky sudah masuk menyerobot
antrian lagi, ke kamar mandi yang masih kosong dari tadi ketika Andrew keluar.
Rama dan Bobi sekarang ikutan
Elaine menggedor-gedor pintu kamar mandi, mereka diserobot giliran oleh Ricky
karena tadi keasyikan melihat perdebatan Elaine dan Kinal.
Jeje yang bersiap berangkat
sekolah kemudian meminta tolong untuk diantarkan karena sudah ‘mepet’ waktunya,
Ricky menyetujuinya dan langsung memberitahu Akicha sambil berjalan ke luar
rumah itu. Jeje yang penasaran dengan siapa Ricky SMS lalu melihat, dan ternyata
Ayana.
Jeje: Kak Ricky, katanya mau
beritahu pacar, kok malah Ayana?
Ricky: Gimana sih kamu, kan emang
biasa begini biar Ayana yang memberitahu Akicha dalam bahasa Jepang.
Jeje: Hah, bener itu?
Ricky: Iya, emang kenapa?
Jeje: Hihihi, berarti secara tak
langsung kak Ricky juga pacaran dengan Ayana kan?
Ricky: Hehehe, tahu aja kamu.
Yaudah, yuk berangkat.
Jeje lalu naik motor Ricky tanpa
mengenakan helm, ia ‘mengamankan diri’ dengan memeluk Ricky meskipun Ricky
tidak terlalu ngebut menuju sekolahnya. Ricky membiarkan saja, karena ini bukan
pertama kalinya ia mengantar Jeje ke sekolah, sudah beberapa kali ketika ‘waktu
mepet’ Jeje minta diantar Ricky. Sehingga juga bukan pertama kalinya Ricky
dipeluk ‘adik angkat’nya ini.
Sesampainya di depan gerbang
sekolah itu, Jeje turun dan berterima kasih pada Ricky lalu ia masuk ke kawasan
sekolah itu. Ricky berbicara sebentar dengan satpam disitu, karena dulunya dia
juga sekolah disini. Satpam itu juga menceritakan kalau di sekolah ini ada 1
aturan baru, yaitu murid yang telat harus memungut dedaunan yang gugur dari
pohon-pohon di kawasan sekolah dan memasukkan ke saku celana/rok mereka sampai
penuh. Ricky terkekeh mendengar aturan baru itu, satpam itu pun berkomentar
‘ada-ada aja’ pada sang pembuat aturan yaitu kepala sekolah. Karena dedaunan
yang gugur selalu ada setiap harinya dan jumlahnya cukup banyak.
Ricky lalu menuju kampus, ia
sampai disana dan menuju kantin Gedung Utara untuk menggunakan wifi. Tapi tidak
jadi karena ia melihat Jonathan dan Agus di sebuah meja untuk 4 orang, dan ia
pun segera menghampiri meja itu. Saat sudah dekat, ternyata Agus sedang
menyantap spaghetti di kantin itu dan terlihat dari ekspresi wajah Jonathan
kalau ia pun ingin mencobanya.
Ricky(sambil duduk): Hoi, bang
Agus. Enak nih kayaknya.
Agus: Hahaha, den Ricky. Bener,
makanya saya ketagihan makan ini.
Ricky: Memangnya bang Agus bukan
pertama kalinya makan ini?
Agus: Saya sudah beberapa kali
makan ini, den Ricky. Pertama kalinya seminggu lalu, hehehe.
Ricky: Oh, gitu. Eh Jo, lu
kenapa?
Jonathan: Gue penasaran deh Ky,
gimana rasanya.
Ricky: Oi Jo, ingat tuh apa
jadinya kalau lu makan itu.
Jonathan: Iya, gue ingat.
Agus: Emang kenapa, den Ricky?
Ricky: Eh, bang Agus gak
diberitahu nih sama Jo?
Agus: Enggak, den Jo suka
mengalihkan pembicaraan terus kalau ditanya itu, hehehe.
Jonathan: Jangan dibahas deh,
malu saya kalau ngingatnya, bang Agus.
Ricky: Yaelah Jo, itu kan udah 3
tahun yang lalu, masih malu aja.
Jonathan: Habis Ky, teman sekelas
semua nertawain. Gimana gak malu coba?
Agus: Emang kenapa ditertawain?
Ricky: Soalnya waktu itu si Jo
wajahnya timbul jerawatan, banyak lagi hahaha.
Kepala Ricky langsung ditoyor
sekali oleh Jonathan yang memiringkan bibir.
Jonathan: Kampret lu Ky, malah
beritahu bang Agus.
Agus: Hehehe, emangnya den Jo
waktu itu baru tahu kalau alergi mie?
Jonathan: Enggak sih bang, waktu
itu saya lagi kepengen makan mie aja, soalnya kan udah lama gak makan. Eh
tau-taunya jadi begitu.
Ricky: Hahaha, itu mungkin karena
lu makan porsi besar, Jo. Coba deh lu makan cuma sesendok, pasti gak begitu.
Jonathan: Sotoy lu Ky, lagian
kalau gue cuma makan sesendok jadinya sayang dong sisanya gak kemakan. Oh iya,
bang Agus. Saya mau cobain satu sendok dong, kayaknya enak nih.
Agus: Waduh den Jo, nekat banget.
Nanti kalau timbul jerawatnya jangan salahin saya ya.
Jonathan: Kagak, tenang aja bang.
Jonathan lalu mengambil satu
sendok dari sebuah wadah berisi beberapa sendok dan garpu yang tersedia di meja
itu, dan ia mulai mengambil sesendok spaghetti, memakannya perlahan.
Agus: Gimana, den Jo? Enak gak?
Jonathan: Lumayan bang Agus, jadi
pengen coba lagi.
Ricky: Udah Jo, cukup, nanti
timbul jerawat.
Jonathan: Iya-iya deh.
Agus lalu lanjut makan spaghetti
dan Ricky memberitahu aturan baru sekolah mereka dulu pada Jonathan, dan tentu
saja Jonathan menggeleng-geleng kepala. Agus ikutan terkekeh mendengarnya,
hukuman aneh untuk murid yang telat.
Kemudian Fita datang ke kantin
itu, ia berniat membeli permen. Tapi ketika melihat Ricky, ia langsung ikut
bergabung di meja itu dan menyapa Ricky dan juga dibalas sapaannya.
Jonathan: Ky, cewek ini siapa?
Ricky: Oh, ini teman SD gue dulu.
Namanya Fita.
Fita lalu bersalaman sebentar
dengan Jonathan, yang matanya tidak berkedip. Merasa aneh dengan sikap Jonathan,
Ricky bertanya.
Ricky: Woi Jo, ngelihatin apa lu?
Jonathan: Eh, kagak Ky, cuma
kagum aja dengan kecantikan teman SD lu ini.
Fita tertawa menyambut pujian
itu, Ricky pun cengengesan.
Ricky: Ckckck, lu sampai
segitunya, ingat tuh cewek lu.
Jonathan: Hehehe, tenang aja, gue
masih ingat cewek gue kok. Kan cuma muji doang, jangan-jangan Fita ini
selingkuhan elu Ky.
Ricky: Enak aja lu kalau ngomong,
Fita dulu tetangga gue.
Agus: Hei, kok saya dicuekin?
Ketiga orang itu tertawa melihat
Agus yang sudah selesai makan memiringkan bibir karena merasa dicuekin.
Ricky: Hahaha, maaf bang Agus.
Udah denger kan nama cewek saya ini, eh bukan. Teman SD saya.
Fita juga kemudian bersalaman
sebentar dengan Agus yang memperkenalkan dirinya.
Agus: Hehe, den Ricky tadi
keceplosan kan bilang kalau non Fita ini ceweknya aden. Jangan-jangan beneran
ya?
Ricky: Wuuu, sotoy nih bang Agus.
Cuma spontan ngomong barusan, jadi itu tidak benar.
Jonathan: Bener nih Ky bukan
cewek elu, hmmm?
Fita: Hihihi, aku bukan pacarnya
Ricky kok. Cuma teman dekat aja dulu ketika SD.
Ricky: Tuh lu dengar sendiri kan,
Jo.
Jonathan: Iya deh, gue percaya,
tapi Akicha tahu gak soal ini?
Ricky: Oh iya, gue beritahu dia
dulu.
Selagi Ricky mengirim pesan pada
Ayana agar memberitahu Akicha soal pertemuannya dengan Fita beserta Jonathan
dan Agus, 3 orang itu ngobrol.
Agus: Jadi non Fita dulu waktu SD
saja jadi tetangganya den Ricky?
Fita: Iya, bang Agus, sejak lulus
SD keluargaku pindah ke luar kota.
Jonathan: Emm, Fita, kamu udah
kenal dengan pacarnya Ricky?
Fita: Iya, kemarin aku berkenalan
dengan Akicha, dia semester 3. Kok bukan semester 5 ya?
Jonathan: Wah, kalau itu sih aku
gak tahu, tanya aja Ricky.
Ricky yang sudah selesai
memberitahu Ayana dan dibalas ‘OK’ pun kembali berbicara pada mereka.
Ricky: Tanya apaan, Jo?
Fita: Itu loh, Ricky, kok pacar
kamu baru semester 3, kalau dia dulu satu tingkatan kelas dengan kamu kenapa
sekarang dia bukan semester 5 juga?
Jonathan: Iya, Ky. Gue juga heran
kenapa.
Agus: Benar juga ya, den Ricky
tahu gak kenapa begitu?
Ricky: Hmm, begini loh Jo, bang Agus, yang aku dengar dari
Akicha sih, dia pulang ke Jepang dulu selama setahun, lalu karena gak ada
kampus disana yang mempelajari bahasa Inggris jadi dia balik ke Indonesia untuk
kuliah disini karena dia mau mendalami komunikasi dengan bahasa Inggris.
Ketiga orang itu pun memanggut
mengerti, setelah itu mereka berpisah jalan pergi dari kantin. Jonathan
ditemani Agus menuju ruang kuliahnya di Gedung Barat, Fita pergi ke Gedung
Selatan setelah membeli beberapa butir permen KOPIKO. Sedangkan Ricky menuju
kelasnya di Gedung Timur dan agak berlari karena letak kelasnya yang di lantai
5.
TO BE CONTINUED...
By: E.D.
Komentar
Posting Komentar