GALLANT IMPACT, Chapter 20

Chapter 20: A way of Safeguard

Tibalah Ricky di perpustakaan Gedung Timur, ia menunjukkan kartu tanda mahasiswa-nya pada penjaga perpustakaan, yaitu seorang wanita yang cukup cantik, berusia 28 tahun dan bernama Nasya.

Nasya: Hai Ricky, udah lama kamu gak kesini.

Ricky: Iya nih Bu, aku lagi ada waktu luang makanya kesini.

Nasya: Jangan panggil Bu dong, gimana sih. Kamu udah lama gak kesini, eh datang-datang langsung panggilan padaku diubah, kamu kan biasa manggil aku ‘mbak’.

Ricky: Oh iya, maaf mbak lupa hehe. Lagian kan bukan cuma aku yang manggil begitu.

Nasya: Hihi, soalnya kalau kamu yang manggil kan terasa beda.

Ricky: Beda gimana, mbak? Mahasiswa dan mahasiswi lain emang sih yang biasanya datang ke perpustakaan ini cuma aku dari Fakultas Psikologi. Itu kan bedanya?

Nasya: Bukan itu, Ricky, tapi kan kalau kamu pernah bilang aku cantik, kalau yang lain gak pernah tuh.

Ricky: Oh itu ya mbak, haha, pengen banget dibilang cantik. Aku waktu pertama kali datang ke perpustakaan ini dan muji mbak kan karena gak tahu kalau ada aturan di perpustakaan ini soal tidak boleh seperti itu.

Nasya: Hmm, jadi kamu waktu itu gak ikhlas ya muji aku?

Ricky: Bukan begitu mbak, yaelah sensi banget sih. Makanya cepat cari pacar, biar gak sensian terus.

Nasya: Ih, kamu sendiri juga jomblo. Malah ngatain aku, gimana kalau kamu aja yang jadi pacarku?

Ricky: Ckck, tidak bisa mbak, karena aku sudah naksir mahasiswi di kampus ini.

Nasya: Haha, bercanda kok Ricky. Jadi kenapa kamu gak kesini lagi sejak 2 semester lalu?

Ricky: Halah mbak, kan tadi aku udah bilang, ini sekarang aku punya waktu luang makanya kesini. Udah ya mbak, nanti aku malah gak jadi baca buku.

Nasya tertawa sambil mengangguk pertanda mempersilahkan Ricky mulai mencari buku bacaan. Di dalam perpustakaan itu, Ricky melihat ada beberapa mahasiswa dan mahasiswi lain yang sedang serius membaca buku, ia juga melihat ada seorang dosen wanita yang dikenal di kalangan mahasiswa sebagai dosen tercantik walaupun usianya paling senior daripada semua dosen wanita yang lain. Dosen itu bernama Sandra, wajahnya menunjukkan seperti berumur 20-an meskipun umurnya sudah menginjak 42 tahun. Ricky hendak mengajaknya bicara, karena dosen ini pernah masuk ke kelasnya di salah satu mata kuliah pada semester 4 lalu.

Ricky: Hai, Bu Sandra.

Sandra merasa mengenali suara itu, ia menoleh dan segera tersenyum.

Sandra: Hai, Ricky. Gimana kuliah kamu? Lancar kan?

Ricky: Puji Tuhan, sejauh ini tidak terlalu terhambat, Bu. Boleh saya tahu, Ibu baca buku apa?

Sandra: Oh, ini saya lagi baca buku sastra Rusia, soalnya saya kebagian mengajar salah satu mata kuliah di Fakultas Sastra Rusia. Kamu sendiri gak baca buku?

Ricky: Ini saya lagi mau cari buku, Bu. Kalau begitu, saya permisi dulu ya.

Sandra mengangguk ramah pada mahasiswa ini, lalu Ricky mulai melangkah ke beberapa rak buku yang berjejer, ia mencari buku tentang makhluk purba. Setelah menemukan satu buku yang berjudul ‘Pengenalan Makhluk Purba’ barulah ia berniat membacanya. Ricky menuju salah satu meja untuk membaca, ia duduk di kursi dengan sandaran lalu meletakkan buku yang tidak terlalu tebal itu di atas meja.

Setelah membaca beberapa halaman, Ricky sedang melamun tanpa menyadari ada seseorang yang menuju tempatnya dari belakang. Seorang mahasiswi yang mulai memperhatikan buku itu lalu mengagetkan Ricky dengan kedua tangan menepuk pundak Ricky.

Ricky(setengah berteriak): CICAK KELING!

Mahasiswi itu tertawa, dan Ricky mengenali suaranya sehingga ia menoleh.

Ricky: Eh, Melon, bikin kaget aja, hehehe.

Melody: Hihi, maaf, habis aku lihat kamu tadi bacanya serius banget.

Ricky tertawa ringan, Melody duduk pada kursi di sampingnya, tangan kiri mahasiswi itu bersandar pada meja sambil ia menghadap Ricky.

Ricky: Hehe, kan memang harus begitu kalau kita membaca buku, biar bisa fokus memahami apa yang sedang kita baca.

Melody: Hmm, benar juga ya. Eh, kamu baca buku apa?

Ricky: Ini judul bukunya ‘Pengenalan Makhluk Purba’. Aku mau baca karena lagi pengen baca buku. Kamu sendiri, baca apa?

Melody menunjukkan bagian depan buku yang dipegangnya, Ricky memanggut-manggut setelah mengetahui buku itu berjudul ‘Sejarah Perindustrian Dunia’.

Ricky: Jadi kamu juga lagi pengen baca buku?

Melody: Enggak, aku memang suka baca buku dan sering datang ke perpustakaan ini, soalnya lebih luas daripada perpustakaan Gedung Selatan.

Ricky: Oh gitu, aku juga kadang-kadang datang ke sini. Aku lanjut baca dulu ya.

Melody mengangguk, ia kemudian menggeser posisi duduknya sehingga menghadap mejanya yang di samping meja Ricky, dan mulai membuka buku dari halaman pertama. Sedangkan Ricky kembali mengalihkan pandangan pada buku yang tadi dibacanya. Suasana hening menyelimuti perpustakaan itu, hingga beberapa menit kemudian Ricky melihat waktu di smartphone-nya yang sudah menunjukkan pukul 7:50 pagi.

Ricky: Mel, udah mau jam 8 nih. Kamu gak masuk kelas?

Melody melihat waktu dari jam tangan di tangan kirinya, barulah ia bicara.

Melody: Oh iya, kalau begitu aku duluan masuk kelas ya, Ricky. Bye.

Ricky: Bye.

Melihat Melody yang sudah melangkah pergi dan meletakkan buku yang dibacanya ke tempat semula, Ricky mengucapkan ‘Hati-hati’ tanpa suara, karena ia berpikir pasti mahasiswi itu akan berjalan dengan cepat agar tidak telat masuk kelasnya di Gedung Selatan.

Ricky melanjutkan membaca bukunya, karena kelasnya dimulai pukul 8:10 pagi. Saat waktu menunjukkan pukul 8:04 barulah Ricky menghentikan kegiatan membacanya di perpustakaan itu. Setelah meletakkan buku ke tempat semula, Ricky melangkah keluar dari perpustakaan Gedung Timur dan menuju kelasnya.

Sesampainya di kelas, ia ditanyai oleh Jerry.

Jerry: Ky, tumben lu hampir telat. Tapi tadi gue lihat motor lu udah duluan ada di parkiran waktu gue baru sampai.

Ricky: Iya, gue tadi ke perpustakaan dulu.

Ega yang dari tadi SMS-an lalu ikut dalam pembicaraan setelah menyimpan smartphone-nya di saku celana kiri.

Ega: Wow, tumben lu ke perpus Ky. Baca buku apa lu?

Ricky: Ada deh.

Mereka bertiga tidak melanjutkan pembicaraan lagi, karena dosen sudah memasuki kelas.

Waktu menunjukkan pukul 9, di SMA Pelita Bangsa yang terletak tak jauh dari SMA Tunas Bangsa, terlihat Aaron sedang duduk di bangku pinggir lapangan, beberapa teman-temannya berada di sekitarnya. Mereka sedang menikmati waktu istirahat setelah tadi jam pelajaran olahraga berkeringat cukup banyak. Salah satunya bersiul melihat siswi-siswi yang berlalu lalang.

Aaron: Son, gak bosan lu siul-siul dari tadi?

Seorang siswa dengan tag name ‘Wilson’ menghentikan siulannya, dan menjawab pertanyaan Aaron.

Wilson: Enggak dong Ron, gue kan jomblo, hahaha.

Seorang siswa lain dengan tag name ‘Anderson’ lalu menimpali.

Anderson: Status jomblo malah dibanggain, gue aja susah payah baru dapat pacar kemarin.

Wilson: Hahaha, gue bangga soalnya merasa bebas. Kan kalian semua tahu sendiri kalau gue udah pacaran beberapa kali, dan gue selama pacaran merasa tidak bebas. Bener gak Ron?

Aaron: Itu sih karena elu suka jelalatan, makanya cewek-cewek elu pada gak betah, atau bosan marahin elu jadinya mereka minta putus deh.

Teman-temannya menertawai Wilson, terutama Anderson yang ketawanya paling kencang. Wilson memiringkan bibir sebentar lalu kembali bicara.

Wilson: Jangan diingatin kali Ron, gue kan nungguin kakak elu mau jadi pacar gue, hehehe.

Seorang siswa dengan tag name ‘Steven’ lalu bertanya pada Aaron.

Steven: Hah, memangnya kakak elu jomblo ya, Ron?

Aaron: Ckckck, jangan karena Wilson ngomong begitu, kalian jadi mengira kakak gue jomblo. Dia punya pacar, dan sudah sejak 5 bulan lalu.

Teman-temannya memanggut-manggut, sedangkan Wilson memasang raut wajah kecewa dan kembali bicara.

Wilson: Haduh Ron, berarti gue gak ada kesempatan buat pacarin kakak elu dong?

Aaron: Hahaha, Son. Lu dari SMP ngebet banget pacaran dengan kakak gue, tapi sayangnya kakak gue selalu punya pacar. Jadinya gak kesampaian deh.

Wilson: Jadi kalau misalkan kakak elu jomblo lagi, lu mau bantu gue jadi pacar barunya?

Aaron: Ya enggaklah, gue mana mau kalau kakak gue pacaran dengan cowok yang seumuran dengan gue.

Wilson: Yaelah Ron, gitu amat sih elu sama temen.

Aaron: Biarin, lagian lu coba ingat-ingat deh Son, lu kan punya kakak perempuan juga.

Wilson: Lah, terus kenapa? Gak mungkin gue pacarin kakak gue dong.

Aaron: Gue juga tahu, monyong, bukan itu maksud gue. Lu pernah bilang kan kalau kakak elu sekarang baru kuliah semester 2, berarti kakak gue lebih tua dari kakak elu dong. Jadinya nanti bisa janggal kalau elu pacaran dengan kakak gue, yang lebih tua dari kakak elu Son.

Wilson: Haaaah, benar juga sih, yaudah deh. Lu bantu gue cari pacar ya Ron, biar gue bisa move on.

Aaron: Huh, move on apanya, elu kan suka sama kakak gue karena dia tinggi, coba kalau kakak gue gak tinggi, pasti elu gak mau.

Wilson: Hehehe, tahu aja lu. Tapi lu mau gak bantu gue cari pacar yang tinggian dikit?

Aaron: Kalau gue merasa bisa bantu, gue bakalan bantu. Lagian elu kan bisa mutar-mutar sekolah ini aja untuk cari cewek yang tinggi.

Steven: Gimana kalau kita mulai dari kantin, Son?

Anderson: Bilang aja lu haus dan minta ditraktir minum, Stev.

Steven: Hehe, tahu aja lu Der, ayo dong kita ke kantin, waktu istirahat harus kita manfaatkan sebaik-baiknya, sekalian makan juga pastinya.

Seorang siswa dengan tag name ‘Darwin’ kemudian ikut bicara.

Darwin: Betul tuh, perut gue udah keroncongan nih.

Wilson: Ckckck, soal makanan cepet nyahut lu Win.

Darwin cengengesan, mereka berlima lalu berjalan menuju kantin tanpa mengganti pakaian olahraga, karena keringat mereka sudah mulai mengering sehingga mereka berniat mengganti pakaian olahraga ke seragam sekolah sehabis makan saja.

Waktu istirahat pagi di universitas Patmangin juga tiba, Ricky sedang bertukar SMS dengan Michelle sementara Melody dan Amelia mengobrol sehabis makan.

Ricky: Hei sayang, sudah makan kenyang kan?

Michelle: Ih, kak Ricky udah ngagetin, malah manggil aku seolah-olah aku pacarnya Kakak.

Ricky: Hehehe, maklumilah kakakmu yang jomblo ini, memangnya kenapa kamu bisa kaget?

Michelle: Ckckck, aku lagi ada di dalam kelas, gimana sih Kakak. Sekitar setengah jam lalu waktu istirahat kan sudah habis.

Ricky: Oh iya benar juga, hehehe. Karena Kakak jomblo, jadi kadang-kadang lupa sesuatu deh.

Michelle: Hihi, itu sih bukan efek jomblo Kak, tapi pikun dini. Kakak kalau jomblo, pacaran aja dengan Yupi atau Shani. Mereka pasti mau kok. Aku bisa beritahu pada mereka soal ini.

Ricky: Hehe, enggak deh. Kakak mana mau pacaran dengan cewek seumuran kamu.

Michelle: Yupi dan Shani kan lebih tua dari aku, Kak.

Ricky: Iya, tapi kalian sama tingkatan kelas. Kakak kelas kalian yaitu Andela aja Kakak tolak, apalagi Yupi dan Shani. Udah dulu ya, perhatikan pelajaran sana.

Michelle: Ih, aku dari tadi nyimak pelajaran, Kak Ricky yang buat aku jadi gak menyimak sekarang, huh.

Ada emoticon memelet lidah menyertai SMS terakhir Michelle, Ricky tertawa membaca SMS balasan dari adiknya itu. Amelia yang heran segera merebut smartphone dari Ricky, sehingga tawa mahasiswa itu berhenti. Setelah beberapa detik mengecek percakapan Ricky dengan Michelle, barulah Amelia mengembalikan smartphone itu pada Ricky. Sambil menggenggam smartphone-nya Ricky tersenyum dan mulai bicara pada wanita di hadapannya.

Ricky: Cemburuan amat sih, sayang.

Amelia membuat gerakan tangannya seolah mau mencakar, melihat itu maka Ricky cepat-cepat membuat huruf ‘V’ sambil cengengesan. Melody menutup mulut menahan tawa.

Amelia: Huh, siapa yang cemburu. Kamu kan mencurigakan, tiba-tiba tertawa. Kali aja kamu mesum lagi, apalagi tadi sok-sok nyebut kalau kamu nolak Andela. Dasar jomblo amnesia.

Baik Ricky maupun Melody tertawa ringan, mereka memang sengaja belum memberitahu satupun teman SMA Ricky yang dulu sama tingkatan kelas dengannya, termasuk mahasiswi berjuluk ‘Apel’ ini, yang bisa dibilang dekat dengan Ricky selain Melody.

Kedua mahasiswi itu melanjutkan obrolan sampai waktu istirahat habis, kemudian mereka bertiga beserta semua mahasiswa dan mahasiswi yang mendiami kantin itu berlalu ke kelas masing-masing.

Siang harinya di tempat kos, Michelle sedang menonton TV bersama Andela dan Jeje, serta Sinka dan Sonia yang berniat menginap malam ini untuk mengikuti latihan cheers esok pagi. Saat jeda iklan Sinka buka suara.

Sinka: Aku nanti tidur bareng kak Naomi ya, Je?

Jeje: Terserah kamu, Sinka. Kalau kamu maunya begitu, boleh. Dan berarti aku gak kesempitan dong tidurnya, hehe.

Sinka: Ih, gitu amat sih. Ledekin aku ya?

Jeje: Hihihi, bercanda kok Sin. Sonia dan Andela pernah tidur bareng aku, dan gak terlalu sempit kok waktu itu.

Sonia: Hihi, kak Sinka merasa gemuk ya? Kalau aku lihat sih, emang gitu.

Sinka yang ditanyai itu lalu menggelitiki Sonia dengan raut wajah geram selama beberapa detik, Michelle dan Andela menertawainya, begitu juga Jeje yang tertawa sambil menggeleng-geleng.

Michelle: Hihi, kak Sinka gak gemuk kok, cuma di bagian pipi aja mungkin.

Sinka lalu menghentikan gelitikan pada Sonia, ia tersenyum pada Michelle atas pendapat jujurnya.

Andela: Jadi bener nih, kak Sinka adiknya kak Naomi?

Sinka: Iya, memangnya kenapa? Gak mirip ya, Del?

Andela: Enggak, mirip banget kok kecuali warna rambut kalian. Hanya saja kalau aku lihat kak Naomi, dia lebih berkantung matanya.

Sinka: Aduh, kak Naomi pasti sering kurang tidur deh, padahal aku selalu mengingatkan dia agar tidak kurang tidur.

Jeje: Loh, tapi aku lihat kak Naomi sering tidur cepat, sebelum jam 9 malam.

Sinka: Iya Je, tapi bisa aja kan kak Naomi terbangun beberapa kali, karena sebenarnya kak Naomi punya insomnia sejak usia 17 tahun.

Sonia: Eh, berarti kak Naomi susah tidur ya?

Sinka: Hmm gitu deh, kata dokter yang memeriksanya waktu itu, tingkatan insomnia-nya kak Naomi tergolong sedang, jadi dia masih bisa tidur lelap tanpa bantuan obat tidur.

Andela: Jadi, kak Sinka, ada cara menyembuhkannya gak?

Sinka: Kayaknya sih gak ada, tapi dokter menyarankan kak Naomi banyak minum vitamin untuk menambah stamina, agar kalau dia kurang tidur badannya tetap fit.

Jeje: Hmm, semoga insomnia-nya kak Naomi bisa hilang sendiri.

Sinka: Amin, makasih ya Je. Oh iya, kok suasananya sepi begini?

Jeje: Hihi, memang hampir selalu begini, Sinka. Soalnya kan para penghuni kos lainnya kerja, kecuali Bobi, Elaine, dan Kinal yang sering keluyuran ke rumah teman. Biasanya agak sore baru satu persatu mereka pulang.

Michelle: Kak Jeje, benar gak penghuni baru disini seorang dokter?

Jeje: Iya Chel, benar. Dia kebetulan juga dokter spesialis saraf dan otak, jadi sempat memperkirakan kapan ingatan kak Ricky pulih.

Sonia: Orangnya gimana? Ganteng gak?

Sinka: Ih, kamu nyambar aja, memangnya kamu gak punya pacar?

Sonia: Punya sih, tapi kan aku cuma nanya, bukan untuk dijadikan pacar, hihi. Jadi gimana, kak Jeje? Dokternya ganteng?

Jeje: Hmm, menurut penilaian para penghuni kos, dia yang paling ganteng sekarang.

Michelle: Eh, memangnya sebelumnya siapa yang paling ganteng? Kak Ricky ya?

Jeje: Hihihi, bukan Chel. Sebelum bang dokter datang, yang dinilai paling ganteng oleh para penghuni kos adalah bang Rama, dan setelahnya bang Andrew. Dan ‘urutan kegantengan’ para cowok penghuni kos unik banget, hihihihi.

Andela: Memangnya unik gimana sih, kak Jeje?

Jeje: Jadi gini, para cewek penghuni kos termasuk aku menilainya secara objektif untuk ‘mengurutkan’ kegantengan para cowok penghuni kos. Aku bilang hasilnya unik karena yang paling ganteng adalah yang paling tua.

Sonia: Jadi, berarti bang dokter itu paling tua dong?

Jeje: Ya gitu deh, hihi. Urutannya dari bang dokter Evan, bang Rama, bang Andrew, kemudian kak Ricky, kak Donny, terakhir Bobi. Nanti kalian bisa nilai sendiri kalau melihat mereka semua dan menilai secara objektif, yaitu menilainya dari wajah saja.

Keempat gadis itu memanggut-manggut mendengar pendapat Jeje sambil tersenyum kecil, kemudian mereka kembali menonton TV karena jeda iklan sudah habis.

Di saat yang sama, Ricky sedang SMS-an dengan Andrew. Sehabis makan siang barusan tiba-tiba Andrew menanyainya tempat makan yang bagus karena ia akan mentraktir cewek yang disukainya. Kini Ricky dikelilingi 3 mahasiswi, yaitu Fita yang duduk di hadapannya, Melody di sampingnya, dan Amelia di hadapan Melody. Ketiga mahasiswi itu nampak akrab mengobrol usai makan, Jerry yang melihatnya dari kejauhan lagi-lagi merasa iri tapi ia hanya tersenyum kecil, karena ada Mita di sampingnya. Sedangkan teman-teman Ricky yang juga melihatnya menggeleng-geleng terutama Daniel dan Gabriel, mereka malah berharap salah satu dari ‘pacar’ Ricky duduk menemani mereka karena pacar mereka adalah murid SMA.

Daniel: Bang, enak banget ya jadi Ricky. Dia hampir tiap kali kita lihat di kantin ini selalu duduk bareng 3 cewek.

Gabriel: Iya nih Dan, aku rasa si Ricky pakai guna-guna deh, hehe.

Daniel: Huss, gak boleh gitu bang, Ricky kan memang orangnya ramah, makanya dia sering dikelilingi cewek.

Gabriel: Iya juga sih, dulu di kelas aja ada beberapa cewek klepek-klepek pada dia. Buktinya aku lihat waktu dia beberapa kali ke kelas kita ternyata ada cewek yang ngintilin dia.

Daniel: Tapi itu selama kelas 10 aja kan, bang? Terus itu ceweknya satu atau beda-beda?

Gabriel: Kayaknya sih beda-beda, aku gak tahu sih para cewek itu teman sekelas dia atau bukan.

Daniel: Kalau lain kelas, bisa jadi juga bang. Aku pernah lihat dia nembak cewek dari kelas lain.

Gabriel: Wow, siapa itu Dan?

Daniel: Setahuku sih ada 2, dan kedua cewek itu juga kuliah disini. Widya dan Intan, anak kelas sebelah dulu.

Gabriel: Oh, dua cewek itu. Tapi kamu coba lihat deh, mereka berdua sepertinya sudah punya pacar sekarang.

Daniel melihat di beberapa meja dari mereka, baik Widya maupun Intan sedang ngobrol dengan seorang mahasiswa dan nampak mesra yaitu rambut mereka dibelai oleh dua mahasiswa itu, ia pun memanggut-manggut.

Daniel: Hmm, kayaknya kita perlu cari pacar yang seumuran deh, bang. Agar kita gak merasa jomblo di kampus.

Gabriel: Kamu memangnya sudah putus dengan pacarmu?

Daniel: Belum sih bang, tapi aku sekarang merasa agak janggal pacaran dengan anak SMA, apalagi aku pacarin kakaknya pacar abang.

Gabriel: Benar juga sih, aku rasa kita segera minta putus baik-baik deh sama mereka.

Daniel: Aku setuju bang, nanti kita ngomongin dengan mereka sehabis ini.

Di meja Ricky, ia memandang penuh curiga pada Daniel dan Gabriel sehabis memasukkan smartphone ke saku celana, karena sedari tadi dua mahasiswa kembar itu sesekali memandang kepadanya, dan sedikit rasa gatal hinggap di kedua telinga Ricky. Fita yang melihat raut wajah teman SD-nya langsung bertanya.

Fita: Kenapa, Ricky, kamu lihatin apa?

Ricky: Itu loh, si Daniel dan Gabriel kayaknya ngomongin aku deh.

Melody dan Amelia yang mendengar perkataan Ricky lalu melihat kearah meja Daniel dan Gabriel, lalu mereka menanyai Ricky.

Melody: Kenapa kamu bisa berpikiran begitu, Ricky?

Amelia: Terus menurutmu mereka ngomongin apa?

Ricky: Dari cara bicara mereka tadi sambil nunjuk-nunjuk aku, sepertinya mereka iri karena aku dikelilingi cewek-cewek, sedangkan mereka tidak.

Ketiga mahasiswi itu tertawa ringan, barulah Ricky lanjut bicara.

Ricky: Hmm, gimana kalau besok-besok kalian duduk bareng mereka aja? Biar mereka ada teman ngobrol, hahaha.

Fita: Ini maksudnya kamu mau comblangin kami ke mereka berdua nih?

Amelia: Bukannya mereka berdua sudah punya pacar, Ky?

Melody: Memangnya kamu rela kalau kami duduk bareng mereka terus?

Ricky: Bukan begitu, kan aku bilang barusan, biar mereka ada T-E-M-A-N ngobrol, ckckck. Telmi deh kalian. Tapi jangan sering-sering, nanti aku kangen kalian, hehehe.

Ketiga mahasiswi itu lalu menyentil lengan Ricky, mahasiswa yang kini cengengesan, mereka lalu ikut tertawa kecil dan meng-iyakan ‘permintaan’ Ricky.

~---------------------0-O-0---------------------~

Sore harinya ketika makan bareng Sally dan Anthony di kedai Pak Jono, Ricky mendapat informasi dari resepsionis itu mengenai liburnya SKYPILLAR HOTEL.

Ricky: Hah? Serius nih mbak, besok mulai libur? Sampai kapan?

Anthony: Mulai aktif kembali kapan, mbak?

Sally: Iya, kalau kalian gak percaya, tanya aja langsung pada Pak Bos atau kalian bisa mengecek website nanti. Di sana ada pengumuman kalau libur besok adalah cuti bersama hari raya Nyepi tanggal 21. Jadi tanggal 22 masih libur, dan Senin tanggal 23 hotel kembali aktif.

Ricky: Kenapa ya, mbak? Kok tahun lalu gak ada cuti bersama seperti ini sih?

Sally: Aku diberitahu Pak Bos, kalau cuti bersama ini dikarenakan tahun-tahun sebelumnya masih ada booking untuk sehari sebelum dan setelah hari raya Nyepi, sedangkan tahun ini tidak ada booking jadi Pak Bos memutuskan untuk meliburkan hotel, juga karena para tamu yang tersisa akan check out secara serentak dari malam nanti sampai besok pagi.

Ricky dan Anthony memanggut-manggut, mereka melanjutkan makan malam. Setelah selesai makan Ricky mengabari Michelle dengan LINE, juga memberitahu adiknya itu mengenai liburnya dia esok hari.

Malam hari pukul 10:18, Ricky baru saja keluar dari bilik toilet lantai 1 hotel itu. Ia mencuci tangan di wastafel sebentar, lalu Anthony juga sudah berganti pakaian ala mahasiswa dengan munculnya dia dari dalam bilik toilet sebelah. Mereka mengobrol sejenak, mengenai rencana masing-masing di hari esok sehabis kuliah. Anthony akan jalan-jalan bersama pacarnya, sedangkan Ricky berniat istirahat di tempat kos atau mungkin menemui Richard dan Michelle.

Sesampainya di tempat kos, Ricky melihat ruang tamu masih terang, pertanda ada yang menonton TV. Ternyata adalah ayahnya Jeje, Pak Polisi atau Bapak Kos.

Bapak Kos: Eh, nak Ricky. Sini ikut Bapak nonton, ada film favoritmu lagi tayang.

Ricky: Eh, Bapak belum tidur? Memangnya film apa?

Bapak Kos: Belum, tanggung nih sudah mau habis filmnya. Judulnya ‘Jurassic Park III’.

Ricky: Oh, itu. Enggak deh Pak, aku mau langsung istirahat saja. Aku duluan istirahat ya Pak.

Bapak Kos hanya mengangguk pelan kemudian kembali memalingkan pandangan pada TV, ia bisa mendengar bunyi pintu kamar Ricky terbuka sebentar lalu tertutup lagi.

Pagi harinya, Ricky terbangun sekitar pukul 06:10. Setelah mengambil handuk dan pakaian kampusnya, ia pun keluar kamar sambil sedikit menguap. Tiba-tiba ia melihat ada seorang gadis berdiri mengantri untuk mandi di satu kamar mandi yang sering dipakai para cewek penghuni kos. Selain gadis itu, belum terlihat ada penghuni kos lain yang mengantri kamar mandi. Ricky yang heran lalu berjalan perlahan mendekati gadis itu. Semakin dekat maka semakin jelas sosok gadis itu di mata Ricky, ia mirip Naomi tapi warna rambutnya beda, dan postur tubuhnya juga sedikit lebih gemuk dari Naomi.

Ricky: Hai, Naomi, kamu cat rambut jadi hitam ya?

Merasa diajak bicara, gadis itu pun menjawab.

Gadis: Eh, Kakak. Aku bukan kak Naomi.

Ricky: Hah? Kamu bukan Naomi? Lalu kamu siapa?

Gadis: Namaku Sinka, Kak. Aku adiknya kak Naomi, kemarin menginap disini bareng Sonia. Ini aku lagi nunggu Sonia selesai mandi.

Ricky: Oh, pantesan mirip. Namaku Ricky, aku juga penghuni tempat kos ini. Terus yang lain pada kemana? Belum bangun ya?

Sinka: Gak tahu deh Kak, aku dan Sonia tadi bangun lebih awal. Jeje kayaknya masih tidur, tadi Sonia gak bangunin dia.

Ricky: Hmm, jadi kalian kenapa bangun lebih awal?

Sinka: Soalnya aku dan Sonia mau latihan cheers, kak Ricky. Kami kan baru masuk ekskul cheers, dan hari ini kami latihan pertama kalinya sebagai anggota baru di cheers. Karena kami tahu rumah ini lebih dekat ke sekolah daripada rumah kami, jadi kami nginap deh.

Ricky: Wow, serius nih kamu dan Sonia masuk ekskul cheers?

Sinka mengangguk, kemudian Ricky kembali bicara sambil terkekeh.

Ricky: Hehehe, berarti body kalian bagus dong makanya bisa masuk ekskul itu. ADODODOH!

Ricky reflek berteriak karena telinga kanannya dijewer kuat oleh seseorang. Sinka melihat orang yang menjewer Ricky, kemudian tertawa karena itu adalah Naomi.

Naomi: Bagus ya, mesumin adik aku, hemmm !

Ricky: Aduh, aduh. Mi, kenapa sih kamu, aku kan cuma komentar barusan, lagian hanya bercanda kok.

Naomi melepaskan jeweran di telinga kanan Ricky, ia memasang wajah judes pada Ricky sementara mahasiswa itu mengusap-usap telinganya yang habis dijewer dan ekspresi wajah heran ditunjukkannya membalas wajah judes Naomi. Sinka masih tertawa, kemudian ia bicara.

Sinka: Hihi, kak Naomi udah bangun rupanya. Kak Ricky pacaran dengan kak Naomi ya?

Ricky: Hah? Enggak kok, aku dan kakak kamu gak pacaran. Kenapa kamu bisa menyimpulkan begitu, Sinka?

Naomi yang ditanyai itu dan mendengar pertanyaan balasan dari Ricky kepada Sinka mulai salah tingkah, kemudian para penghuni kos berdatangan menyapa mereka bertiga sehingga perhatian Ricky dan Sinka teralih pada mereka, Sinka tidak jadi menjawab pertanyaan Ricky. Naomi tadi reflek ‘melindungi’ adiknya sehingga menjewer telinga Ricky. Sekarang ada Jeje, Rama, Andrew, dan Donny yang mulai ikut mengantri di kamar mandi. Di kamar mandi sebelah ternyata Bobi sedang mandi, suara siulannya terdengar oleh Ricky.

Ricky: Woi, Ibu kos cilik, baru bangun kamu? Ini teman-teman kamu bangun duluan.

Jeje: Aduh, baru jam berapa sih, kak Ricky? Mereka berdua kan wajar bangun lebih cepat, kalau aku sih gak ikut ekskul cheers.

Donny: Wow, ada yang ikut ekskul cheers nih? Siapa?

Sinka: Ih, gimana sih kak Donny. Aku dan Sonia kan kemarin nginap untuk latihan cheers nanti, lupa ya?

Donny: Oh iya, ahahaha.

Andrew: Memangnya gerakan cheers seperti apa sih? I gak pernah lihat.

Rama: Iya nih, sekolahku dulu tidak ada ekskul cheers. Boleh peragakan sedikit gerakannya?

Sinka: Hihi, gimana mau peragakan, aku dan Sonia baru akan latihan cheers pertama kalinya nanti, bang.

Andrew: Oh gitu, you berdua kapan-kapan peragakan gerakannya ya, I merasa penasaran nih hehehe.

Sinka: Hmm, iya bang. Kapan-kapan kalau kami nginap lagi pasti kami peragakan sedikit gerakannya.

Beberapa menit setelahnya Sonia keluar dari kamar mandi, dan Sinka yang mandi berikutnya. Bobi juga menyusul keluar kamar mandi sebelahnya, dan Donny masuk menggantikannya. Sendy dan Elaine kemudian ikut bergabung dengan Naomi dan Jeje untuk antri kamar mandi. Ricky mengobrol dengan Andrew dan Rama mengenai liburnya, ia pun mengetahui kalau perusahaan delivery mereka juga libur tanggal 20 dan 22, sebagai hari cuti bersama juga. Evan ikut meramaikan antrian beberapa menit kemudian.

Pada saat yang sama, di rumah Veranda juga ada ‘keramaian’ karena sebab berbeda. Aaron yang masih tertidur pulas di kamar Rendy diguncang-guncang badannya oleh Ve. Ia menguap sambil mulai buka suara.

Aaron: Hoaamm, ada apa sih Kak?

Ve: Kamu gak dengar dek, tuh ada teriakan teman-teman kamu di kamarmu. Kenapa kamu kunciin mereka?

Aaron: Oh iya, Kak. Aku baru ingat!

Aaron bergegas pergi ke kamarnya setelah keluar dari kamar Rendy. Ia merogoh kunci kamarnya di saku celana boxer-nya dan segera membuka kamarnya yang sejak tadi malam dikunci dari luar olehnya. Ve yang menyusul di belakangnya menggeleng-geleng saat Wilson, Darwin, dan Steven mengomel-omel pada Aaron yang meminta maaf sambil cengengesan. Setelah Ve berlalu ke dapur, kemudian Aaron bicara penyebab ia mengunci kamarnya.

Aaron: Hehe, sorry guys, gue lihat kalian tidurnya pulas banget sih, jadi gak enak untuk bangunin.

Wilson: Ah, alasan aja lu Ron, bilang aja mau menghukum kami yang ketiduran saat kerja kelompok, huh.

Steven: Tega amat lu Ron, kalau gue kebelek mau buang air gimana? Untung saja enggak.

Darwin: Atau jangan-jangan elu kunciin kami karena ‘keamanan’?

Aaron: Maksud lu apa, Win? Jelaskan dong, gue gak ngerti jalan pikiran elu.

Wilson: Iya nih Win, gue gak ngerti juga.

Darwin: Gini loh, kan Wilson demen banget pada kak Ve, jadi siapa tahu aja dia diam-diam menyelinap ke kamar kak Ve kalau kamar Aaron tidak dikunci.

Wilson: Bah, gue gak sejahat itu kali Ron.

Aaron: Eh Son, gue gak kepikiran sejauh itu kok. Ini si Darwin kebanyakan nonton drama, otaknya terlalu luas hahaha.

Steven: Haha, kalau dipikir benar juga sih, kali aja si Wilson bangun tengah malam karena mau buang air kecil, terus diam-diam menyelinap ke kamar kak Ve. Untung aja lu kunciin kamar elu Ron.

Wilson: Kampret lu Stev, udah gue bilang kalau gue gak sejahat itu, kan gue punya kakak juga, jadi gue bisa mikir gimana rasanya kalau kakak gue terkena ‘intruder visit’.

Darwin: Lu ngomong apa sih Son, gue gak ngerti deh istilah elu.

Aaron: Itu istilahnya Wilson, Win, maksudnya ada orang asing yang menyelinap ke kamar cewek dan berniat jahat.

Darwin: Oh, bilang dong Son, gue kan gak ngerti kalau gak ada contoh.

Aaron, Steven, dan Wilson kemudian menggeleng-geleng akan ke-bloon-an Darwin, lalu mulai bicara lagi.

Aaron, Steven: KAN CONTOHNYA TADI ELU BILANG, MONYONG!

Wilson: KAMPRET, lu sendiri gak ingat kalau tadi bikin gue dan kak Ve sebagai contoh berupa drama dari pikiran elu.

Darwin nampak berpikir selama beberapa detik, barulah ia mengerti maksud perkataan ketiga temannya dan cengengesan. Aaron dan Steven menyentil satu telinganya masing-masing, Wilson menjitak keningnya.

Aaron: Haha, kalaupun gue gak ngunci kamar gue semalam, kak Ve selalu mengunci kamarnya kalau ada tamu dari kak Rendy atau gue yang menginap di rumah ini. Misalnya kalian yang nginap begini, meskipun awalnya kalian tak berniat nginap.

Darwin: Tapi si Wilson kan bisa ‘lockpick’, Ron. (lockpick=kemampuan membuka kunci apapun)

Lagi-lagi sebuah jitakan didaratkan ke kening Darwin.

Darwin(mengusap kening): Aduh, kenapa sih lu Son? Doyan banget jitak gue.

Wilson: Biarin, siapa tahu jitakan gue bisa menghilangkan sifat negative thinking elu pada gue. Lagian gue mana bisa lockpick, kalau si Steven nih yang bisa.

Steven(sambil menjitak kening Wilson): Enak aja lu, emangnya gue maling yang punya skill begitu.

Wilson(sambil mengusap kening): Kali aja Stev, muka elu mirip muka pencopet sih.

Aaron dan Darwin tertawa saat Steven memasang muka masam pada Wilson yang terkekeh pelan, tak lama kemudian mereka berempat berniat berangkat ke sekolah. Terlebih dahulu Aaron mandi, sedangkan ketiga temannya langsung berangkat ke sekolah dengan motor masing-masing karena mereka belum berganti seragam sekolah dari sejak kemarin datang ke rumah ini untuk mengerjakan tugas kelompok. Mereka bertiga pamit pada Ve dan Rendy selagi Aaron mandi.

Selesai mandi, Aaron yang sudah mengenakan kembali seragam sekolahnya menemui Ve dan Rendy di meja makan.

Aaron: Bang, kak Ve, tadi teman-teman aku sudah berangkat ke sekolah ya?

Rendy: Iya tuh, Ron. Memangnya mereka gak mandi dulu?

Ve: Iya dek, mereka kok langsung berangkat dan gak ikut kita makan dulu?

Aaron: Oh, biarin aja. Bang, Kak Ve, mereka bertiga bukan sekali ini aja tidak mandi dan langsung berangkat ke sekolah. Mereka makan pagi selalu di kantin pada waktu istirahat. Dan untuk menutupi bau badan, mereka bisa memakai parfum kok. Biasanya di tas mereka masing-masing ada parfum.

Ve dan Rendy memanggut-manggut, perbincangan sebentar itu selesai dan mereka bertiga memulai sarapan pagi. Ega datang untuk mengantar Ve bareng ke kampus setengah jam kemudian. Aaron menyapanya dan berlalu ke SMA Pelita Harapan dengan motornya.

~---------------------0-O-0---------------------~

Waktu istirahat pagi di universitas Patmangin, Amelia dan Fita duduk bareng mahasiswa kembar yaitu Daniel dan Gabriel. Ricky ditemani Melody, ia tertawa ringan sehabis makan saat melihat ke meja tempat si kembar yang mengobrol akrab sambil sedikit malu-malu.

Melody: Kenapa kamu tertawa, Ky? Ada yang lucu?

Ricky: Itu loh, Melon. Kamu lihat deh, si Daniel dan Gabriel malu-malu begitu karena duduk bareng Fita dan Amelia.

Melody melihat ke meja itu, dan ia pun ikut tertawa ringan saat melihat tingkah malu mahasiswa kembar yang duduk dengan 2 teman wanita Ricky.

Melody: Hmm, memangnya kamu gak cemburu nih, hihi.

Ricky: Haha, ya enggaklah, kan Fita dan Amelia cuma teman aku, seperti kamu.

Ricky(berpikir): Meskipun aku harap dalam waktu dekat kita jadi kekasih.

Melihat Ricky melamun, Melody melambaikan tangan di hadapannya.

Melody: Kamu kok melamun, kalau gak cemburu?

Ricky: Enggak, aku barusan mikir aja, nanti mau istirahat seharian di tempat kos karena kerjaan kemarin banyak, tapi ternyata hari ini hotel diliburkan oleh Bos.

Melody: Eh, kamu libur kerja? Dalam rangka apa?

Ricky: Liburnya sih mulai hari ini, para karyawan dan staff lain juga. Termasuk Bos sendiri yang libur lebih dulu dari kemarin. Hotel kembali aktif tanggal 23 nanti. Bos buat pengumuman di website sih katanya libur ini dalam rangka menyambut hari raya Nyepi, jadi cuti bersama gitu deh.

Melody: Berarti kamu gak ada acara dong nanti malam? Aku mau ngajak kamu ke suatu acara, soalnya aku mau hadir di acara itu untuk bertemu teman-teman lama.

Ricky: Memangnya kamu gak ngajak Frieska dan Nabilah?

Melody: Maunya gitu sih, tapi Frieska besok ada ujian, kalau Nabilah mau belajar sebagai persiapan UN. Lagipula aku lebih suka datang ke acara itu dengan cowok, daripada datang sendirian.

TO BE CONTINUED...

By: E.D.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Between Dream And Reality, Part 12

GALLANT IMPACT, Chapter 25

GALLANT IMPACT, Chapter 29