Between Dream And Reality, Part 21

Part 21: Removing bad thoughts

Indra: Ya elu dong Do yang dimaksud oleh si Heru, siapa lagi?

Aldo: Ckckck, jangan karena gue ketua kelas, lantas kalian manggil gue bos.

Derry: Eits, itu cuma salah satu alasannya Do, lagian kan cuma Heru yang manggil elu bos.

Tejo: Tapi sebenarnya masuk akal juga kalau kami semua manggil elu bos, Do.

Aldo: Ini lagi, masuk akal darimana coba? Jadi semua ketua kelas di sekolah ini mesti dipanggil bos dong, jangan cuma gue.

William: Maksud si Tejo bukan karena elu ketua kelas, Do.

Aldo: Jadi karena apa?

Tejo: Alasan itu berkaitan dengan calon mertua elu, Do.

Aldo: Calon mertua gue? Maksud kalian, om Andreas?

Bagus: Iya, Pak Andreas ayahnya tunangan elu, kak Naomi.

Aldo: Gus, Gus. Gue juga tahu keles, gak usah dibilang.

Bagus: Hahaha, kali aja elu ngira tunangan di mimpi kami, yaitu Shania.

Aldo: Yaelah, jangan bawa-bawa dia dong.

Yudha: Kenapa, Do? Elu udah naksir dia ya?

Aldo: Ya bukanlah, gesrek lu Yud. Maksud gue kenapa jadi melenceng begini pembicaraannya.

Heru: Ah, elu sih Gus, pakai bawa-bawa nama Shania segala.

Bagus: Heheh, habisnya si Tejo berbelit-belit ngomongnya.

Tejo: Lah, malah gue. Yaudah, gue bilang langsung deh. Alasannya karena hampir semua bokap kami bekerja pada Pak Andreas.

Aldo: Oh, maksudnya ayah-ayah kalian kerja pada perusahaannya Om Andreas? Apa hubungannya dengan gue?

William: Ah, pura-pura gak tahu lagi elu Do. Kan perusahaannya Pak Andreas adalah perusahaan peninggalan bokap elu Do. Kami semua tahu itu keles.

Aldo: Oh, karena itu kalian manggil gue bos?

Heru: Betul, Do.

Aldo menunjukkan muka masam, lalu kembali bicara.

Aldo: Yaudah, kalian semua gue pecat sebagai teman.

Bagus: Yaelah, kok gitu sih Do.

Aldo: Habisnya, elu semua lebay banget, bikin gue gak nyaman dengan panggilan ‘bos’ itu.

Indra: Eh, bokap gue mau dipecat ya, Do?

Aldo: Dra, elu budek ya? Tadi kan gue bilang kalau elu semua yang gue pecat sebagai teman. Memangnya bokap elu kerja apa di perusahaannya Om Andreas?

Indra: Bokap gue jadi security, bersama bokapnya Derry.

Derry: Iya tuh Do, jangan minta Pak Andreas mecat bokap gue ya.

Aldo memiringkan bibir, ia menjitak pelan kening Indra dan Derry. Para siswa lain menertawai mereka kecuali Bagus.

Bagus: Jadi elu gak akan minta Pak Andreas mecat bokap kami semua kan Do?

Aldo: Ini lagi, ikut-ikutan pula. Ya enggaklah, kan yang megang perusahaan adalah Om Andreas, lagian dia gak mungkin menuruti kemauan gue kalaupun gue minta seperti itu. Dasar, lebay banget elu semua.

Derry: Haah, untung deh, jadi elu beneran gak mau dipanggil bos ya Do?

Aldo: Ya gak maulah, kalau kalian manggil gue bos, gue merasa seperti diktator.

Tejo: Diktator itu apaan Do?

Siswa-siswa kelas itu menggeleng-geleng karena hanya Tejo yang tidak mengerti perkataan Aldo barusan. William membisikkannya arti dari kata ‘diktator’ barulah Tejo manggut-manggut.

Aldo: Sekali lagi ada yang manggil gue bos atau semacamnya, gue pecat jadi teman loh.

Heru: Iya Do, maafkan gue ya.

Aldo: Yaudah, gue maafin. Tapi gue mau nanya elu Her, kenapa elu yang duluan manggil gue bos? Bukan yang lainnya?

Indra: Soalnya bokapnya Heru paling junior di perusahaan yang Pak Andreas kelola.

Aldo: Hah? Maksudnya?

Heru: Maksudnya, bokap gue baru kerja setahun lebih, sedangkan bokap mereka semua sudah kerja lebih lama, misalnya bokapnya Bagus yang sudah lebih dari 2 tahun kerja di perusahaan elu Do.

Bagus: Nama bokapnya Heru unik loh Do, hahah.

Heru: Kampret lu Gus, jangan dibilang keles.

Aldo: Haha, memangnya kenapa Her?

Derry: Nama bokapnya Heru adalah Pak Heri, hahahaha.

Aldo tertawa ringan, diikuti semua siswa kecuali Heru yang memiringkan bibir pada Derry. Setelah tawanya mereda Aldo kembali bicara.

Aldo: Haha, unik banget ya. Btw nama bokap elu semua ada yang seperti Heru, cuma beda 1 huruf.

Para siswa kelas itu masih tertawa ringan, mereka lalu menggeleng dan mulai menghentikan tawa.

Aldo: Nah, karena Heru satu-satunya yang unik, maka dia saja yang jadi bos.

Heru: Ah, enggak-enggak, kok malah gue.

Derry: Gak apa-apa dong Her, lagipula gue nganggap ‘bos’ adalah singkatan dari 3 kata.

Heru: Singkatan dari 3 kata apa Der?

Indra: Ah, gue tahu Der, pasti ‘Bantuan Operasional Sekolah’ kan?

Derry: Bukan Dra, coba deh kalian tebak-tebak, karena ada hubungannya dengan Heru.

Heru: Ckck, malah gue yang di-bully, kejam elu semua.

Aldo: Haha, sekali-sekali Her, ini teka-teki kan Der?

Derry: Iya Do, biar gue kasih tahu satu deh, O adalah Orang. B dan S kalian tebak deh, hahah.

Yudha: Gue gak tahu sih ini benar atau enggak, BOS adalah Bekas Orang Sinting ya Der?

Derry: Nah benar, hahahaha.

Para siswa kelas 12 IPA 3 itu menertawai Heru yang bersungut-sungut, Heru juga menoyor kepala Yudha karena bisa tepat menebak teka-teki dari Derry.

Aldo: Hahaha, beneran itu yang elu maksud Der?

Derry: Emang itu Do, hehehe.

Heru memasang muka masam, ia menjitak kening Derry. Tawa mereka semua mulai mereda karena kerumunan siswi melihat pada mereka dan menggeleng-geleng, mungkin mengira para siswa gila.

William: Yud, kok elu bisa tahu itu, asal nebak ya?

Yudha: Enggak, gue punya buku teka-teki yang membuat ngakak, bukunya kecil dan tipis sih.

Tejo: Tipis, kayak pembalut dong?

Tejo kini disoraki semuanya, ia menanggapi dengan cengengesan.

Yudha: Ckck Tejo, jangan ketularan si William. Maksud gue adalah tebal bukunya sekitar 35 halaman aja, ukuran panjang dan lebarnya sekitar 9 cm dan 12 cm.

Wiliam: Jadi gimana, Her? Elu berstatus ‘BOS’ disini hahaha.

Heru: Kunyuk lu Wil.

Mereka semua terkekeh kecuali Heru, semenit kemudian Derry buka suara.

Derry: Oh iya Dra, elu kemarin jadi gak ke rumah cewek elu?

Indra: Ya jadilah, rumahnya Yupi gak jauh beda kok dengan rumah gue, lebih kecil sedikit aja. Tapi emang lebih kecil daripada rumah tetangga-tetangganya.

Aldo: Hmm, kemarin elu kenalan dengan keluarganya dong berarti?

Indra: Iya Do, Yupi punya adik perempuan, bersekolah dengan beasiswa.


Aldo: Loh, memangnya Yupi gak dapat beasiswa di sekolah ini?

Indra: Dapat sih Do, tapi cuma 50% soalnya beberapa siswa lain sudah ada yang dapat 100%, 90%, 80%, 70%, dan 60%.

Derry: Waduh, berarti cewek elu kalah saing dengan murid-murid pengaju beasiswa lainnya dong?

Indra: Iya, gue kasihan deh dengan dia, gue tiap hari berdoa pada Tuhan agar semester berikutnya Yupi dapat beasiswa full, karena kan beasiswa di sekolah ini berlaku per semester.

Bagus: Wah, kalau gitu gue bantu doa juga Dra.

Para siswa lain juga mengikuti perkataan Bagus, kecuali Aldo yang berkata lain.

Aldo: Selain doa, elu juga harus selalu support Yupi, Dra.

Indra: Pasti dong Do, elu doa-in juga kan?

Aldo: Iya, kalau perlu gue bantu ngasih tips cara belajar buat dia.

Indra: Ah, gak usah, gue punya tips tersendiri, kan dia pacar gue Do.

Aldo: Yasudah, elu aja yang ngasih tips buat Yupi haha. Lagian gue merasa gak enak juga kalau gue yang ngasih tips.

Mereka semua beralih membicarakan sepakbola, liga-liga top di benua Eropa. Aldo hanya mendengar karena ia sibuk chatting dengan Naomi.

~---------------------0-O-0---------------------~

Waktu istirahat tiba, Gre seperti biasa mengajak Violet ke kantin untuk makan. Ia bertemu temannya dari kelas lain yaitu Hanna dan Viny. Violet diperkenalkan pada mereka sebagai adiknya Gre. Tak lama kemudian meja untuk 6 orang yang ditempati mereka didatangi Derry dan Vina yang izin bergabung karena susah mencari tempat duduk berupa meja untuk 2 orang. Keempat murid SMA itu mempersilahkan pasangan Derry dan Vina bergabung, mereka juga saling berkenalan dan baru mengetahui kalau Derry dan Vina sekelas dengan Aldo.

Di meja lain, tampak Aldo sedang bermain catur dengan Bagus, ia heran kenapa Derry dan Vina tadi menunjuknya dari meja di kejauhan. Ia juga heran melihat Violet seolah tersenyum padanya saat mereka bertatapan sejenak. Lamunannya dihentikan oleh Heru yang duduk di samping Bagus.

Heru: Woi Do, malah bengong lu. Jalan dong, mentang-mentang kemungkinan besar elu kalah.

Aldo: Her, coba lihat deh, itu si Derry kenapa tadi nunjuk gue?

Heru menoleh ke belakang, begitu juga Bagus. Mereka melihat Derry dan Vina sedang asyik makan bersama keempat siswi SMA yang beda kelas, kemudian kembali berhadapan dengan Aldo.

Bagus: Enggak kok, dia gak nunjuk elu.

Aldo: Emang enggak, tapi tadi dia sempat nunjuk gue, kira-kira kalian tahu gak kenapa?

Heru: Menurut gue sih, dia nunjuk elu karena disana dia kan gabung dengan Gre dan Violet, dan kedua cewek itu kan gebetan elu.

Aldo langsung memasam muka masam pada Heru dan menoyor kepalanya, Bagus terkekeh bersama Heru.

Aldo: Asal ngomong aja, kampret lu. Nih gue jalan lagi.

Aldo kembali melanjutkan main catur dengan Bagus, dan akhirnya dia menang karena fokus Bagus tadi berkurang akibat sibuk menertawainya. Aldo tertawa penuh kemenangan sedangkan Bagus mengomel tak jelas. Heru menepuk pundaknya sambil mengatakan “Mohon bersabar, ini ujian”. Setelah itu Sonia datang dan duduk di samping Aldo.

Aldo: Hai Sonia, tumben ke kantin.

Sonia: Kak Aldo, aku mau bicara sesuatu denganmu.

Bagus: Wiih, elu mau ditembak cewek ya Do?

Aldo: Hei, kampret lu, fitnah aja.

Heru: Kan memang biasanya begitu Do, zaman sekarang kalau ada cewek bilang mau bicara sesuatu pada seorang cowok, pasti mau mengungkapkan perasaan pada cowok itu.

Aldo: Ah, ada-ada aja pemikiran elu. Gak mungkinlah, iya kan Sonia?

Sonia: Iya, aku gak naksir kak Aldo kok. Tapi hal yang mau aku bicarakan ini cuma berdua dengan kak Aldo. Sekarang aja kita bicarakan, kak Aldo ikut aku ke depan kelasku. Kita bicara disana.

Aldo: Yaudah, gak mungkin kalau bicara disini kan? Karena ada 2 setan, hahaha.

Bagus dan Heru bersungut-sungut, Sonia tertawa ringan lalu ia meminta Aldo mengikutinya keluar kantin. Sebelum pergi Aldo sempat bicara pada Heru dan Bagus.

Aldo: Hey, elu berdua kalau ditanyai Sinka bilang aja kalau gue lagi bicara dengan Sonia.

Bagus: Sip Do, tapi apa hubungannya dengan adik tunangan elu?

Aldo: Biar Sinka gak ngira gue selingkuh, soalnya kan Sonia teman dekatnya.

Heru: Oh, oke deh Do.

Setelah itu Aldo mengikuti Sonia yang menunggu di dekat pintu keluar kantin. Ia terus mengikuti Sonia hingga mereka berdua duduk di bangku panjang di dekat pintu kelas 12 IPA 7.

Aldo: Kamu mau bicara apa, Sonia?

Sonia: Ini soal Ci Stella, Kak Aldo.

Aldo: Kenapa dengan Stella? Dia baik-baik aja kan?

Sonia: Ci Stella... sebenarnya naksir dengan kak Aldo.

Aldo terkejut, tak disangkanya kalau teman dekat dari tunangannya sendiri ternyata naksir padanya.

Aldo: Eh... ini maksudnya, Stella cinta pada aku?

Sonia: Sebenarnya sih gak bisa dibilang cinta kok. Sepertinya cuma naksir, soalnya Ci Stella kemarin bilang padaku kalau dia udah gak naksir lagi dengan kak Aldo.

Aldo: Hmm, jadi sejak kapan naksirnya?

Sonia: Ci Stella naksir pada kak Aldo sejak pertemuan pertama ketika kak Naomi memperkenalkan kak Aldo pada dia.

Aldo: Tapi benar kan sekarang dia udah gak naksir aku lagi?

Sonia mengangguk, lalu Aldo kembali bicara.

Aldo: Jadi Naomi dan Sinka tahu soal ini gak?

Sonia: Kemarin Ci Stella sempat ketemuan dengan kak Naomi di rumahnya, karena mau membicarakan hal ini, ia merasa bersalah sempat suka pada tunangan sahabatnya sendiri. Jadi sehabis kemarin Ci Stella udah lega dan gak ada beban pikiran lagi, karena kak Naomi gak mempermasalahkan itu.

Aldo: Hmm, kenapa kamu bilang beban pikiran? Memangnya Stella mau pergi jauh ya?

Sonia: Iya, kak Aldo. Ci Stella mau kuliah di luar negeri, aku gak ingat nama negaranya tapi Ci Stella bilang di benua Eropa. Jadi Ci Stella minta aku untuk memberitahu hal tadi padamu, kak Aldo.

Aldo: Oh, tapi sebenarnya kan Naomi bisa memberitahuku.

Sonia: Ci Stella pengen kak Aldo tahu, soalnya kak Naomi kemarin bilang masih mempertimbangkan apakah mau memberitahu kak Aldo atau enggak.

Aldo: Hmm gitu rupanya, berangkatnya kapan?

Sonia: Sekitar pertengahan bulan Agustus nanti, biar Ci Stella bisa menyesuaikan diri dengan iklim di sana.

Aldo: Kalau begitu, nanti aku dan Naomi ikut mengantarnya ke bandara ya.

Sonia mengangguk sambil tersenyum, Aldo juga tersenyum padanya sebagai seorang teman. Setelah itu Sonia permisi padanya untuk masuk kelas, Aldo juga beranjak pergi kembali ke kelasnya.

Sesampainya di kelas, Sinka menanyai Aldo tentang hal apa yang tadi dia bicarakan dengan Sonia. Aldo menjawab jujur, dan Sinka memanggut-manggut. Murid-murid kelas itu kembali ke tempat duduk masing-masing dan pelajaran kembali dimulai.

Malam harinya Aldo hendak mencoba kekuatan DREAMSTONE, ia memusatkan pikiran untuk membuat Indra bermimpi memacari Yupi, Shani, Ayana, dan Jeje sekaligus. Aldo tersenyum usil membayangkannya, tak lama berselang ia memejamkan mata untuk tidur.

Pagi harinya, Aldo heran melihat Indra duduk di bangku panjang di dekat pintu kelas 12 IPA 3, ia menghampiri temannya dan bertanya.

Aldo: Dra, tumben lu di luar? Bukannya elu gak suka ‘berjemur’?

Indra: Ah, elu akhirnya datang, Do. Gue mau bicara sesuatu dengan elu, yang lain jangan sampai tahu.

Aldo: Yaudah, gue mau naruh tas dulu.

Indra mengangguk, kemudian Aldo masuk ke kelas dan menyapa Sinka yang sedang membaca buku pelajaran Biologi. Ia kembali menemui Indra setelah menaruh tas di bangkunya. Aldo duduk di samping Indra dan bertanya.

Aldo: Jadi, elu mau bicara soal apa Dra?

Indra: Gini loh Do, gue mau bicara soal mimpi gue semalam. Menurut gue mimpi semalam bisa dibilang bagus, bisa juga dibilang tidak bagus. Gue mau minta pendapat elu, apakah mimpi itu bagus atau tidak.

Aldo: Hmm, memangnya elu mimpi apa semalam?

Indra: Gue mimpi kalau pacar gue ada 4, bukan cuma Yupi.

Aldo: Wow, sekaligus ya Dra?

Indra: Iya, sekaligus. Jadi pacar gue adalah Yupi, Ayana, Shani, dan Jeje.

Aldo: Wah, jadi gimana tuh elu pacarannya?

Indra: Ya simple sih, mereka berempat bergantian suapin gue makanan yang mereka pesan. Cara nyuapinnya juga mesra hehehe.

Aldo: Hahaha, kenapa elu tadi bilang mimpi ini tidak bagus?

Indra: Soalnya kan gue pacaran sama Yupi, kalau gue jomblo sih pasti gue bilang kalau mimpi ini bagus.

Aldo: Kalau menurut gue sih, anggap aja bunga tidur, soalnya kan gak tiap hari elu mimpi seperti itu kan?

Indra: Iya juga sih, baru sekali gue mimpi seperti itu. Yaudah deh.

Aldo(berpikir): Hahah, ternyata benar, aku bisa membuat orang lain mimpi sesuai kendaliku.

Bel tanda jam pelajaran pertama berbunyi semenit kemudian, mereka berdua masuk ke kelas 12 IPA 3.

~---------------------0-O-0---------------------~

Sebulan kemudian, tepatnya tanggal 21 Agustus 2016. Pagi harinya pukul 09:55 di bandara terkenal kota Medan terlihat Stella dan Naomi berpelukan sebagai tanda perpisahan, mata mereka sama-sama berkaca-kaca. Baik Aldo, Sinka, Sonia, maupun kedua ortunya Stella dan Sonia tersenyum melihat betapa dekatnya kedua gadis itu. Tak lama berselang, Stella bersiap untuk naik pesawat yang akan lepas landas 5 menit lagi, ia melambai pada mereka semua sambil tersenyum.

Hari Minggu itu digunakan Aldo untuk menghibur tunangannya yang agak murung setelah pesawat yang ditumpangi Stella meninggalkan Indonesia menuju negara Spanyol. Kini mereka sedang berada di teras depan rumah Naomi dan duduk di kursi kayu yang panjang. Naomi bersandar pada tunangannya sambil rambutnya dielus lembut.

Aldo: Beib, udah dong, kamu kok sedih terus sih, kan bisa video call kapanpun.

Naomi: Iya, tapi kan bisa aja disana gak ada sinyal.

Aldo: Kan kamu masih bisa terhubung dengan Stella lewat facebook atau sosial media lainnya. Lagian dia kan akan kembali ke Indonesia ini setelah lulus kuliah.

Naomi menatap Aldo, ia tersenyum dan mengangguk. Karena wajah mereka sangat dekat, pasangan itu pun berciuman selama 2 menit. Aldo bicara setelah melepas ciuman.

Aldo: Kamu jangan sedih-sedih terus ya, beberapa tahun lagi pasti kamu bisa ketemu Stella lagi. Kalau dia gak balik-balik karena sudah betah disana, biar kita yang mampir kesana.

Naomi kembali tersenyum dan mengangguk-angguk. Aldo kemudian pamit pada tunangannya untuk pergi ke lapangan voli di ORACLE university karena sudah janji pada Devin, Reno, Harris, Jaka, Hilman, Andi, dan Bondan untuk main 4 lawan 4. Naomi ternyata mau ikut untuk menonton, maka pasangan itu pamit pada Pak Andreas sebelum menuju ORACLE university dengan motor Aldo.

Waktu berlalu, dan sekarang sudah bulan September. Tanggal 12 bulan itu sepulang sekolah, Aldo sedang berada di kamarnya sehabis berganti pakaian, ia kemudian berjalan ke lantai bawah untuk makan siang dengan spaghetti buatan kakaknya yang diletakkan di meja makan. Dan sehabis makan Aldo merasa ngantuk, ia kemarin malam tidur agak larut. Pemuda itu memutuskan untuk tidur sejenak pada saat waktu di smartphone-nya menunjukkan pukul 12:55 siang.

Aldo’s dream start...

Di kehidupan mimpinya, waktunya adalah tanggal 21 Agustus 2017. Aldo baru saja pulang sekolah, sudah lama ia tak bertemu Guardian, maka ia berniat menemui salah satu dari mereka, dengan menjalankan motor ke taman kota. Suasana sepi kembali menyelimuti taman kota meskipun baru jam 2 siang. Aldo memarkirkan motor di dekat sebuah bangku taman, ia lalu berjalan menuju tempat DREAMSTONE berada.

Alangkah terkejutnya Aldo melihat Guardian pria dan Guardian wanita berada di samping pohon tempat DREAMSTONE yang bersinar terang. Guardian pria ada di samping kiri pohon itu, sedangkan Guardian wanita ada di samping kanan pohon. Seperti pertemuan-pertemuan sebelumnya, mereka masih menyembunyikan wajah dengan hoodie hijau, hanya bagian hidung hingga dagu mereka yang dapat dilihat Aldo. Pemuda itu mendekat pada mereka berdua hingga hanya berjarak 2 meter.

Aldo: Hei, kenapa kalian muncul sekaligus?

Guardian pria: Apakah kau siap untuk melihat wujud asli kami, orang terpilih?

Aldo: Eh, maksudnya kalian muncul sekaligus untuk memperlihatkan wujud asli kalian berdua padaku?

Guardian wanita: Benar, orang terpilih. Apakah kau siap untuk segera mengetahui wujud asli kami?

Aldo: Ya, aku siap.

Guardian wanita: Baiklah, sekarang kami akan berubah ke wujud asli kami. Sebaiknya kamu mundur selangkah.

Aldo berjalan mundur selangkah, sehingga jarak dengan 2 Guardian itu menjadi 2,5 meter. Ia berdiri tepat lurus di hadapan DREAMSTONE sehingga posisi mereka bertiga seperti membentuk segitiga.

Kedua Guardian mulai berubah wujud, dan Aldo terpukau ketika mereka selesai menunjukkan wujud asli. Wujud yang berupa makhluk unicorn berwarna hijau. Ekor Guardian pria ujungnya berbentuk bintang, sedangkan ekor Guardian wanita ujungnya berbentuk bintang segi enam.

Aldo: Jadi, inikah wujud asli kalian?

Guardian pria: Benar, orang terpilih. Sebenarnya kami tidak bisa bicara bahasa manusia dalam wujud ini.

Guardian wanita: Ya, partnerku benar. Tapi karena kau telah lama memakai kekuatan DREAMSTONE serta beberapa kali berkomunikasi dengan kami yang berwujud manusia, maka sekarang dalam wujud ini kami bisa bicara bahasa manusia.

Aldo: Oh, jadi wujud asli kalian adalah seekor unicorn?

Guardian pria: Itu sebutan kalian kaum manusia pada makhluk seperti kami, tapi sebenarnya pemimpin kami punya sebutan lain pada kami. Tapi kau tidak perlu tahu itu, orang terpilih, karena itu rahasia.

Aldo: Baiklah, aku juga tidak merasa perlu tahu sebutan asli kalian, karena aku menganggap kalian memang unicorn. Tapi bolehkah aku tahu, kenapa ujung ekor kalian berbeda?

Guardian pria: Itu untuk membedakan makhluk berjenis kelamin yang beda, orang terpilih. Sebenarnya sebutan di dunia kami untuk perbedaan itu juga bukanlah jenis kelamin, dan itu rahasia juga hahaha.

Aldo: Haha, pantas saja ujung ekor kalian berbeda.

Guardian wanita: Kalau kamu menemui kami di kehidupan nyatamu, kamu juga akan melihat wujud asli kami seperti ini, orang terpilih.

Aldo: Hmm, aku tahu.

Guardian pria: Baiklah, kami mau pergi dulu, orang terpilih.

Guardian wanita: Lain waktu kita ketemu lagi, dan kami akan menunjukkan rupa manusia kami, yaitu wajah yang selama ini kami tutupi hoodie.

Aldo hanya mengangguk lalu perlahan kedua unicorn itu menghilang, dan DREAMSTONE tidak bersinar lagi. Setelah itu Aldo pergi meninggalkan taman kota dengan motornya dan pulang ke rumah.

Aldo’s dream end.

Aldo baru terbangun, ia melihat waktu di smartphone-nya dan ternyata masih pukul 3 sore, sehingga ia memainkan game di laptopnya sembari menunggu kakaknya pulang kuliah.

~---------------------0-O-0---------------------~

Warning: Jernihkan pikiran sebelum lanjut membaca, dan diharapkan anda semua berusia 18 tahun ke atas.

Sekitar pukul 4 sore, Melody sudah tiba di depan rumah, tak seperti biasanya ia tadi melajukan mobil sangat pelan. Perkuliahan hari pertama yang cukup singkat karena hanya 1 mata kuliah, namun terasa panjang baginya karena memikirkan kata-kata teman sekelasnya tadi.

Melody pun memasuki rumah dan menutup pintu depan, tidak menguncinya. Wanita itu berlalu ke kamar mandi di lantai 1 itu, ia hendak mandi untuk menyegarkan diri karena cuaca siang tadi hingga sekarang yang cukup panas. Tanpa disadarinya, ia lupa mengambil handuk dari kamarnya di lantai itu. Setelah masuk kamar mandi dan menutup pintu, ia juga tidak menguncinya karena tatapan matanya kosong akibat memikirkan sebuah hal yang menjadi beban pikirannya sedari tadi. Perlahan Melody melepas satu persatu kancing kemejanya, setelah itu ia juga menanggalkan baju dalamnya, kemudian rok selututnya. Kini wanita berusia 20 tahun itu hanya mengenakan BH dan celana dalam yang warnanya pink keputihan, warna itu bahkan hampir sama dengan warna kulitnya yang cerah. Ia memejamkan mata sambil bersandar pada wastafel dan membelakangi cermin besar serta menghadap pintu kamar mandi, memikirkan hal yang tadi ditanyakan teman sekelasnya di kampus.

Flashback start...

Pukul 12 siang di ORACLE university, kelas Psikologi lantai 4. Melody sedang mengobrol dengan Haruka sembari menunggu dosen masuk setengah jam kemudian, tiba-tiba ia didatangi beberapa temannya di kelas itu. Mereka ingin menanyai Melody tentang sesuatu, namun takut menyinggung perasaannya. Melody penasaran maka ia mau tahu apa yang ingin mereka tanyakan. Beberapa mahasiswi itu saling memandang, sepertinya hal yang akan mereka tanyakan pada Melody adalah hal yang sama. Salah seorang perwakilan dari mereka lalu mengutarakan maksud mereka bersama, yaitu menanyai Melody apakah benar kalau dia hanya tinggal berdua dengan adik laki-lakinya. Melody menjawab bahwa itu benar, dan teman-temannya bertanya lagi apakah Melody dan Aldo tak pernah dicurigai tetangga sebagai pasangan incest karena jarang keluar rumah. Melody tentu menjawab tidak pernah, ia mulai tersinggung dengan perkataan teman-temannya ini yang terkesan menuduh. Maka teman-temannya meminta maaf, dan mengemukakan alasan mereka berpikiran begitu. Yaitu karena Aldo(adiknya Melody) sedang menginjak usia dewasanya, dan bisa saja kehilangan kendali dengan bernafsu pada kakak perempuan sendiri, apalagi pergaulan remaja zaman sekarang banyak yang mengarah ke hal-hal negatif. Melody membantah itu semua, ia tahu kalau adiknya tidak akan terjebak pergaulan yang tidak baik. Dan sekali lagi teman-teman sekelasnya meminta maaf pada Melody, mereka hanya peduli pada Melody sehingga mereka mengkhawatirkan hal ini, apalagi tidak ada orang lain yang menempati rumah selain kakak beradik itu. Haruka mengusap-usap punggungnya untuk menenangkannya agar emosinya tidak meninggi. Setelah itu teman-temannya berlalu ke tempat duduk masing-masing.

Flashback end.

Melody pernah berpikir kalau hal itu akan ditanyai teman-temannya cepat atau lambat, dan tak diduganya hari ini ia mendapat pertanyaan seperti itu. Biasanya Melody tidak akan terus menerus memikirkan suatu hal yang sudah jelas kebenarannya, namun kali ini ia sedikit ragu karena kemarin malam bermimpi tentang dirinya yang mencintai adiknya sendiri meskipun kedua ortu mereka masih hidup, dan Aldo berpacaran dengan Shania. Ia bahkan seperti orang lain di kehidupan mimpi itu, dengan membolehkan adiknya menyentuh bagian tubuhnya yang sensitif dan juga meminta digendong oleh adiknya sampai kamar tanpa rasa was-was kalau kedua ortu mereka bisa memergoki. Melody mengingat jelas bahwa kejadian itu terjadi pada saat adiknya kelas 2, namun waktu di kalender adalah tahun 2017 bulan Januari. Entah sadar atau tidak, air mata mulai mengalir dari kedua matanya yang masih terpejam. Dalam posisinya yang bersandar pada wastafel kamar mandi itu dan membelakangi cermin besar di sana, pintu kamar mandi terbuka dari luar. Aldo terkejut melihat kakak perempuannya hanya mengenakan pakaian dalam, dengan posisi menghadap pintu dan membelakangi cermin besar. Tapi yang paling Aldo herankan adalah kakaknya yang sepertinya sedang menangis. Ia berjalan mendekati kakaknya hingga berjarak setengah meter, dan kini tahu kalau kakaknya memang sedang menangis.

Aldo: Eh, Kakak kenapa menangis?

Suara Aldo tersebut menyadarkan Melody dari lamunannya, ia membuka mata dan berteriak kaget mendapati Aldo ada di hadapannya dan sedang melihat dia dalam keadaan setengah bugil, sorot mata adiknya terlihat memancarkan rasa khawatir pada dirinya namun juga bercampur tatapan bernafsu. Kedua tangannya yang tadi ada di pinggiran wastafel di samping pahanya reflek digunakannya untuk menyilangkan tangan pada dadanya dan ia langsung menyuruh Aldo keluar dengan suara yang tidak tinggi namun bernada marah. Adiknya itu segera keluar dengan panik dan menutup pintu kamar mandi itu. Mereka berdua sama-sama shock, Aldo shock di luar kamar mandi sedangkan Melody shock di dalam kamar mandi itu. Melody benar-benar takut kalau adiknya akan lepas kendali karena tadi Aldo mengenakan kaos longgar dan celana boxer yang bagian tengahnya sempat terlihat menggembung olehnya. Ia segera mengunci pintu kamar mandi itu, dan merasa lega karena tadi adiknya tidak lepas kendali dengan langsung menyergapnya. Air matanya sudah mulai berhenti mengalir, ia menyekanya dengan kedua tangan. Melody bertekad hendak membicarakan hal barusan dengan Aldo nanti setelah makan malam.

Malam itu pukul 8 lewat 20 menit, kakak beradik di rumah itu baru saja menyelesaikan makan malam dan kini Melody mengajak Aldo ke ruang tamu, mereka duduk di sofa saling berhadapan. Wanita itu membuka pembicaraan.

Melody: Dek, kamu kenapa tadi masuk ke kamar mandi?

Aldo: Tadi aku mau buang air kecil dan sekalian mandi, Kak. Aku kira Kakak belum pulang, eh rupanya udah. Terus aku juga terkejut melihat Kakak setengah bugil.

Melody: Hmm, Kakak tadi lupa kunci pintu kamar mandi, sebenarnya tadi Kakak mau langsung mandi karena cuaca panas banget hari ini.

Aldo: Lalu kenapa tadi aku lihat Kakak sedang menangis? Ada masalah di kampus Kakak?

Melody menggeleng pelan, dan Aldo kembali bertanya.

Aldo: Atau Kakak lagi bertengkar dengan kak Kalvin? Biar aku bicara baik-baik dengan dia, agar kita dapat solusi dari masalah kalian.

Melody lagi-lagi menggeleng sehingga membuat adiknya heran.

Aldo: Terus kenapa tadi Kakak menangis? Gak mungkin kan Kakak kelilipan, soalnya tadi waktu aku masuk kan Kakak sudah memejamkan mata.

Melody menunduk sebentar, dan mulai memberanikan diri untuk bicara. Ia kembali menatap adiknya.

Melody: Kakak kepikiran dengan mimpi, soalnya mimpi itu masih jelas di pikiran Kakak, dan terasa nyata.

Aldo tertegun, tidak biasanya kakaknya memikirkan sebuah mimpi, meskipun itu mungkin karena Melody tak mengingat jelas semua mimpinya yang sebelumnya saat dia kadang menceritakan pada Aldo.

Aldo: Memangnya Kakak mimpi tentang apa?

Melody: Kakak mimpi kalau kita pernah saling mencintai sebagai pria dan wanita, bukan sebagai saudara. Itu sebelum kamu punya pacar dan Kakak lebih dulu punya pacar daripada kamu. Pacar kamu namanya Shania, dan kedua ortu kita masih hidup.

Aldo terkejut, ia tak menyangka kalau kakaknya akan bermimpi tentang cinta terlarang mereka.

Melody: Dan di mimpi, waktunya adalah tahun 2017 bulan Januari, kamu masih kelas 2. Kakak yang duluan mengungkapkan perasaan cinta pada kamu, bahkan meminta kamu putus dengan Shania.

Aldo: Lalu kenapa Kakak terus memikirkan itu? Bukankah mimpi itu sudah pasti palsu dan kejadian itu tak akan menjadi nyata kan?

Melody: Kakak tadi ditanyai teman-teman sekelas di kampus, soal kita yang hanya tinggal berdua. Mereka beranggapan kamu bisa merasakan hawa nafsu pada Kakak, karena kamu kan sudah menginjak usia dimana gejolak birahi meninggi.

Aldo: Hmm, wajar sih Kak kalau mereka berpikiran begitu. Tapi apakah Kakak berpikir kalau aku akan sejahat itu?

Melody: Kakak gak pernah berpikir seperti itu sebelumnya, tapi Kakak sekarang mulai berpikiran negatif terhadap kamu karena kamu tadi sempat melihat tubuh Kakak.

Aldo menghela nafas sejenak, dan kembali bicara.

Aldo: Jadi... Kakak takut padaku yang bisa saja berbuat sejahat itu?

Melody mengangguk pelan, dan Aldo kembali bicara.

Aldo: Kalau begitu, aku punya solusi agar Kakak merasa nyaman tinggal di rumah ini.

Melody: Eh, solusi? Maksud kamu apa, dek?

Aldo: Begini Kak, aku sementara waktu tidak tinggal dengan Kakak di rumah ini. Aku akan numpang tinggal di rumah salah satu teman-temanku, aku akan beralasan pada mereka kalau aku memang ingin mencoba sekali-kali nginap di rumah teman. Ketika Kakak nanti sudah tidak takut denganku, barulah aku akan kembali tinggal denganmu Kak.

Melody: Eh, jangan dek. Kakak gak mau sendirian di rumah ini.

Aldo: Kakak kan bisa nginap di rumah mamanya Frieska biar tidak kesepian.

Melody: Kalau Kakak nginap di sana meskipun cuma sementara, tante atau Frieska pasti curiga kalau kita berdua sedang bertengkar. Dan nantinya pasti Kakak atau kamu akan ditanyai mengenai permasalahannya. Kakak gak mau mereka tahu soal ini.

Aldo: Lalu gimana, Kak? Bukankah Kakak takut kalau aku sewaktu-waktu lepas kendali?

Melody: Emm... Kakak juga bingung mau gimana, dek.

Aldo: Hmm, aku punya satu solusi lagi dari masalah ini, Kak. Lebih baik kita lihat-lihat online shop di luar negeri lewat internet.

Melody: Hmm? Untuk apa kita lihat online shop, dek?

Aldo: Aku pikir sepertinya Kakak perlu pelindung, dan kita beli produk bernama chastity belt saja. Aku tahu kalau di luar negeri benda itu ada yang menjualnya. Setelah Kakak memakai benda itu, Kakak tidak perlu takut lagi kalau aku bisa merusak masa depan Kakak andaikan aku lepas kendali. Kalaupun Kakak masih takut, aku akan menginap di rumah teman sementara waktu juga hingga Kakak tidak takut ataupun berpikiran negatif padaku lagi. Bagaimana, Kak?

Melody terkejut, ia baru menyadari bahwa dirinya sudah terlalu jauh menilai negatif adiknya hanya karena perkataan teman-teman kampusnya dan juga mimpi itu. Ia merasa bersalah dan sedih, air mulai mengalir dari kedua bola matanya. Aldo terkejut melihat kakaknya mulai menangis.

Aldo: Eh, Kakak kenapa menangis?

Melody(nada terisak): Kakak... minta maaf dek... Kakak udah.... nuduh kamu.... dan berpikiran buruk.... terhadap kamu.

Aldo bingung, tidak tahu harus berbuat apa. Dia merasa bersalah karena secara tidak langsung sudah membuat Melody menangis.

Aldo: Aduh, aku gak menyalahkan Kakak kok, aku tahu kalau hal seperti itu wajar kalau Kakak pikirkan.

Beberapa menit kemudian Melody sudah berhenti menangis, ia menyeka air mata dengan tangannya, kemudian bicara pada Aldo.

Melody: Kakak nyesal udah berpikiran buruk pada kamu, tidak seharusnya Kakak mencurigai kamu.

Aldo: Aku ngerti kok Kak, jadi Kakak jangan menangis lagi ya. Kalau Kakak menangis lagi, aku akan merasa bersalah dan merasa tuduhan atau pemikiran buruk Kakak padaku itu benar.

Melody tersenyum pada adiknya, kemudian kembali bicara.

Melody: Kakak boleh nanya sesuatu gak? Kamu harus jawab jujur.

Aldo: Iya Kak, kalau pertanyaan Kakak adalah ‘Apakah aku mencintaimu sebagai wanita’ tentu saja aku jawab ‘Tidak’. Karena aku mencintaimu hanya sebagai Kakak, dan cintaku pada wanita kutujukan untuk Naomi seorang.

Melody: Bukan itu dek, tapi... kamu tadi sempat bernafsu kan waktu melihat Kakak di kamar mandi?

Aldo: Oh, itu. Tentu saja aku bernafsu Kak, karena aku masih normal. Tapi aku janji gak akan pernah menyakiti Kakak baik fisik maupun mental.

Melody tersenyum dan dibalas senyuman adiknya, mereka berpelukan sejenak dan setelah itu berlalu ke kamar masing-masing, Aldo ke lantai 2 sedangkan Melody ke kamarnya di lantai 1 itu. Melody berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak pernah lagi berpikiran buruk pada Aldo.

TO BE CONTINUED...


By: E.D.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Between Dream And Reality, Part 12

GALLANT IMPACT, Chapter 25

GALLANT IMPACT, Chapter 29