Between Dream And Reality, Part 1
Part 1: Start of
dreamventure
Kota Medan, 5 Januari 2015
Di dalam sebuah kamar pada
sebuah rumah yang besar meskipun tidak tergolong mewah, seorang wanita muda
sedang mengguncang-guncang pelan badan seorang pemuda yang tertidur lelap dengan
selimutnya sudah tersingkap, akibat tidak bisa diamnya badan pemuda itu selama
terlelap. Merasa pemuda itu susah bangun, wanita muda itu lalu
mengganti caranya membangunkan pemuda itu dengan cara biasa yang dipakainya
setiap harinya. Cara yang menjadi 'solusi akhir' agar si pemuda langsung bangun.
Akan tetapi wanita muda
itu melakukan cara ini sambil tersenyum jahil.
"Ahahahahahaha"
, suara tawa mulai keluar dari pemuda itu karena digelitiki pinggangnya.
"Bangun, adikku yang kebo, hihihi" wanita itu menyapa kebangunan si pemuda sambil terus masih menggelitikinya.
"Bangun, adikku yang kebo, hihihi" wanita itu menyapa kebangunan si pemuda sambil terus masih menggelitikinya.
"Hahaha, iya ini udah
bangun Kak" pemuda itu kembali berucap sambil masih digelitiki oleh wanita
muda yang merupakan kakaknya.
Wanita muda itu lalu
berhenti menggelitiki pinggang adiknya, lalu menyuruh adiknya segera
bersiap-siap untuk pergi ke sekolah.
"Kakak sendiri, tidak pergi ke kampus?" tanya pemuda itu pada kakaknya.
"Aldo, kakak hari ini
menjelang siang baru ada kuliah, kamu segera deh siap-siap menuju sekolah. Kan
hari ini adalah hari pertamamu masuk sekolah di semester 2" ucap wanita
itu.
Pemuda bernama Aldo itu
mengangguk lalu bergegas mandi karena dilihatnya jam yang tertera di smartphone
miliknya sudah menunjukkan pukul 6.10 pagi yang artinya 50 menit lagi jam
pelajaran pertama di sekolahnya akan dimulai. Sehabis mandi lalu ia mengenakan
seragam sekolahnya dan berjalan menuju meja makan di dekat ruang tamu.
Dilihatnya di ruang tamu kakaknya sedang menonton acara TV pagi hari. Kakak
dari pemuda ini memang suka menonton televisi di pagi hari, kadang-kadang
acara kartun, kadang-kadang acara berita. Aldo menyapa kakaknya lalu menuju meja makan untuk
memakan sepiring nasi goreng yang sudah ada di sana.
Selesai makan, pemuda itu
lalu berpamitan pada kakaknya untuk ke sekolah dengan mengendarai sepeda motor
matic yang berwarna merah mengkilat. Sesampainya di sekolah, dia memarkirkan
motor maticnya di lahan parkir sekolah itu. Kondisi di lahan parkir sekolah itu
seperti biasa, sudah banyak sepeda motor yang terparkir di sana, tapi tak ada
satupun motor matic kecuali milik Aldo, si pemuda yang nyaman mengendarai motor
matic.
Aldo lalu menuju kelasnya,
10 IPA 3, dan bertemu teman-temannya di sana. Dia berteman dengan seluruh murid
cowok di kelasnya, akan tetapi tak satupun murid cewek di kelasnya yang
berteman dengannya. Bukan hanya itu, sepertinya seluruh murid cewek kelas 10 baik
kelas IPA maupun IPS seakan memandangnya rendah, meskipun Aldo adalah anak
orang kaya. Mungkin para murid cewek bersikap seperti itu karena beberapa
alasan, seperti penampilan Aldo yang tidak menarik untuk dipandang para cewek.
Wajah Aldo pun tidak tampan namun tidak bisa dibilang jelek, istilahnya adalah
'standar'.
"Pagi, sobatku
Aldo!" sapa seorang murid cowok yang duduk sebangku dengan Aldo saat Aldo
duduk di sampingnya, yaitu pada bangku kedua terdepan yang dekat pintu kelas.
Aldo membalas sapaannya,
"Pagi, Indra".
Kemudian Indra bertanya,
"Karena lu baru datang sekarang, berarti lu tadi bangun agak lambat. Lu
digelitikin dimana tadi oleh kakak lu untuk ngebangunin, Do?"
Aldo menjawab, "Di
pinggang".
Indra lantas tertawa lalu
terdengar suara tawa beberapa murid cowok lain di belakang mereka.
"Busettt... lu semua
pada nguping ya?" tanya Aldo pada teman-temannya yang ikut tertawa di
belakangnya.
"Aldo, kita-kita gak
nguping, emang suara lu dan Indra kedengaran keles" seorang temannya yang
bernama William menjawab mewakili teman-teman cowoknya yang tertawa.
Di kelas itu para murid
cewek acuh tak acuh dengan pembicaraan Aldo dan teman-temannya.
Beberapa menit kemudian
Aldo mengobrol hal lain bersama teman-temannya, sampai saat guru masuk pada
pukul 7 pagi tepat. Seorang guru pria berusia sekitar 40-an memulai pelajaran
di kelas 10 IPA 3.
"Anak-anak, semester
2 ini Bapak mulai dengan menunjuk ketua kelas baru untuk menggantikan ketua
kelas sebelumnya, Vina. Vina sendiri yang minta pada Bapak untuk menunjuk ketua
kelas cowok di kelas ini, agar semua kelas IPA ketua kelasnya berimabang jumlah
cewek dan cowok.
Kalau kalian tidak tahu,
sebelumnya dari 8 kelas IPA ada 5 ketua kelas cewek termasuk Vina dan 3 ketua
kelas cowok." Pak guru tersebut yang juga wali kelas 10 IPA 3 mulai
berbicara panjang lebar meskipun tidak formal tapi dengan nada yang berwibawa.
Salah seorang siswi
mengangkat satu tangan lalu bertanya, "Pak, boleh saya tahu kenapa ketua
kelas diganti?"
Pak guru segera menjawab,
"Karena saya mendapat survei dari para guru lain yang juga mengajar kelas
ini kalau kelas ini tingkat keributannya melebihi kelas 10 IPS 2 yang merupakan
kelas paling ribut dari delapan kelas IPS. Apa masih ada yang ingin bertanya selain
Marsya?"
Seorang siswi lain yang
duduk sebangku dengan Marsya mengangkat satu tangan dan berkata, "Pak
Boby, kalau bisa ketua kelasnya jangan Aldo ya?"
Aldo dan murid cowok
lainnya mengernyitkan alis atas permintaan siswi itu.
Pak Boby lalu heran dan bertanya,
"Kenapa jangan Aldo? Toh dia bisa dibilang 'senior' kalian"
Seorang siswa menimpali,
"Betul kata Pak Boby, lu jangan sinis gitu dong, Shania!"
Shania membalas, "Gue
cuman takut satu kelas nanti ketularan dia yaitu tinggal kelas"
Para murid cewek tertawa
namun para murid cowok memandang tajam ke arah Shania. Pak Boby lalu menggebrak
meja gurunya hingga para murid cewek berhenti tertawa.
"Cukup! Oke Shania,
Bapak juga tak berniat menunjuk Aldo menggantikan Vina karena Bapak tahu kamu
akan bereaksi seperti ini" ucap Pak Boby dengan tenang.
Shania kemudian
bersungut-sungut dan para murid cowok menahan tawa, kecuali Aldo yang cuek.
Kemudian Pak Boby kembali berbicara, "Ketua kelas ini adalah Indra,
jangan ada yang protes!"
Sontak para murid cewek
bergosip, termasuk Shania. Kelas kembali ribut ketika para murid cowok pun
membicarakan Indra, tetapi secara positif tanggapan mereka terhadap keputusan
Pak Boby, lain dengan para murid cewek yang kebanyakan menanggapi negatif,
namun ada juga yang tak ambil pusing dan tidak bergosip. Gosip para murid cewek
semua mengarah ke tanggapan negatif tentang posisi Indra nantinya sebagai ketua
kelas.
Pak Boby lalu berkata,
"Oke Indra, kamu sebagai ketua kelas baru boleh melakukan cara apa saja
untuk meredam keributan di kelas ini, dari gertakan hingga ancaman. Tapi Bapak
tak mau kamu bertindak semena-mena. Kamu mengerti kan maksud Bapak?"
"Oke, Pak Boby. Saya
akan berusaha untuk meredam keributan di kelas ini!" Indra berkata dengan
suara lantang hingga kelas yang semula layaknya pasar jadi hening.
"Bagus, bagus.
Sepertinya kamu mampu langsung meredam keributan ya. Oke, kalau begitu silahkan
kalian belajar sendiri, Bapak ada urusan. Jadi selama jam pelajaran Bapak ini
harap kalian jangan terlalu ribut, agar kelas-kelas sebelah tidak terganggu."
Sehabis berkata itu Pak
Boby langsung membawa tasnya dan keluar dari kelas 10 IPA 3. Kelas itu kembali
ribut, dan didominasi gosip para murid cewek. Ada yang berpikir kalau Aldo yang
berteman dekat dengan Indra bisa saja memberi saran-saran aneh pada Indra untuk
mendiamkan kelas, ada yang juga mengira Indra akan semakin tebar pesona pada
murid cewek.
Indra sendiri tak perduli
dengan ocehan-ocehan mereka, karena para murid cowok mendukung sepenuhnya pada Indra,
meskipun jumlah murid cewek dan cowok berbanding 3:2 yaitu tepatnya 24 orang
murid cewek dan 16 orang murid cowok.
Kelas mulai ribut karena
para murid cewek menanyakan alasan Vina mundur dari posisi ketua kelas,
kemudian menjadi hening seketika karena ada suara sebuah meja digebrak. Para
murid cewek menoleh ke arah datangnya suara, rupanya Indra menggebrak mejanya
sendiri, mereka juga melihat para murid cowok sudah menutup kedua telinga
mereka dengan kedua tangan, termasuk Aldo.
Shania berbicara mewakili
para murid cewek, "Lu apaan sih Indra, kami kaget tau!"
Para murid cewek
mengangguk mengiyakan omongan Shania, lalu Vina mantan ketua kelas berkomentar,
"Emang gak sakit tangan kamu, Dra?"
Indra menjawab dengan
ekspresi kalem, "Kalau kalian mau ngobrol-ngobrol gue gak larang tapi
volume suara kalian dijadikan setengah dong, tangan gue akan terus menggebrak
meja sampai kalian bisa ngecilin volume suara kalian."
Marsya menjawab mewakili
para murid cewek, "Oke Dra, kami bakalan kecilin volume suara kami"
"Bagus!" balas Indra masih dengan ekspresi kalem.
Para murid cewek kembali
mengobrol walau dengan suara kecil, sementara Indra berbalik menghadap dinding
di tempat duduknya memasang ekspresi kesakitan, yang tentu saja dikarenakan
kedua telapak tangannya terasa sakit dan nampak memerah. Aldo dan para murid
cowok lainnya menahan tawa.
"Lu kagak mikir
panjang sih main gebrak aja, mentang-mentang tenaga lu gede" ucap Aldo
kepada Indra dengan suara kecil agar para murid cewek tak mendengarnya.
Indra: Iya Do, habis
gimana lagi. Gue belum punya ide untuk mendiamkan mereka.
Aldo: Hahaha, nanti gue
ngasih lu beberapa ide untuk mendiamkan kelas.
William: Yo'i Dra, kita-kita
juga bakalan mikir ide untuk meredam suara cempreng para cewek.
(cempreng=nyaring)
Indra: Thank you guys, lu
semua udah dukung gue.
Suasana kelas ramai
kembali karena para murid cowok ikut mengobrol-ngobrol juga meskipun kelas itu
tidak se-ribut biasanya.
~------------------------0---O---0------------------------~
Jam istirahat tiba, Indra
dan para murid cowok berkumpul di dekat meja Aldo.
Aldo: Loh, kenapa? Kalian
semua mau dengerin mimpi gue semalam?
William: Iyalah Do,
kita-kita kan lagi bosan jadi lu bagi dong cerita mimpi lu seperti biasa.
Memang sejak Aldo berteman
dengan semua murid cowok kelasnya, ia merasa mereka tidak pernah memandang
rendah diri Aldo yang seharusnya sekarang sudah kelas 11, tetapi karena tinggal
kelas jadi Aldo terpaksa tetap di kelas 10 dengan teman-teman yang baru. Aldo
pun sering menceritakan mimpi-mimpinya yang aneh kepada teman-temannya para
murid cowok saat mereka semua bosan. Para murid cowok pun antusias mendengar
Aldo bercerita karena mimpi-mimpi Aldo kadang membuat mereka iri, dan mereka
semua yakin kalau Aldo tidak pernah berbohong soal mimpinya. Seperti misalnya
mimpi Aldo menjadi pengusaha sukses yang memperistri seorang aktris terkenal
Jepang, lalu mimpi Aldo menjadi agen rahasia FBI yang tampan dan pesonanya seperti James
Bond(digemari dan mampu menggaet banyak wanita).
Aldo kemudian mulai
menceritakan mimpinya semalam. Mimpi yang tidak biasa, karena seorang murid
cewek di kelasnya memberikan surat cinta padanya.
Indra: Hah? Beneran Do?
Ada 1 cewek di kelas ini yang ngasih lu surat cinta?
Aldo: Ssssttt, lu jangan
terlalu keras ngomongnya.
Indra: Hehehe, gue kaget
soalnya.
Para murid cowok lainnya
pun mengangguk menyetujui ucapan Indra, mereka juga sedikit kaget.
Aldo: Iya guys, dan cewek
itu adalah.... Shania.
Semua murid cowok:
Haaaaaaahhhhhhh ?
Aldo: Biasa aja keles, lu
semua mau para cewek ikut nguping?
Semua murid cowok
cengengesan, mereka melihat sebentar ke arah Shania dan kembali menyimak cerita
Aldo, dimana mimpi Aldo berada.
Aldo menceritakan kalau di
mimpinya kehidupannya seperti biasa, di dunia nyata hanya saja sikap para cewek
sekelasnya ramah padanya, bahkan dengan dirinya yang tinggal kelas, mimpinya
itu ketika semester 1 kelas 10 yang menjadi awal perkenalannya dengan para
murid kelas 10 IPA 3 yang sekarang.
Aldo: Nah, disitu
nilai-nilai gue selama semester 1 pun lumayan bagus semua, bahkan nilai gue
yang paling rendah semester 1 kemarin malah jadi nilai paling tinggi guys.
William: Maksud lu nilai
Fisika?
Aldo: Iyalah, apa lagi? Kalian tau kan gue paling gak ngerti tuh pelajaran yang disampaikan oleh Pak Nero. Jangan-jangan lu
semua juga gak ngerti, ayo ngaku lu pada hahaha.
Semua murid cowok pun
terkekeh, namun ada satu murid cowok yang lalu bicara. Tag name di seragamnya
berbunyi 'Derry'.
Derry: Gue kan jago
Fisika, gak kayak lu pada hahaha.
Aldo: Iya Der, gue di
mimpi pun bisa ngalahin nilai lu di Fisika loh dan malahan elu yang seperti
orang stress kalau menghadapi ujian Fisika.
Derry: Hahahaha, terserah
lu deh, terus lu berarti jadi bego Matematika dan Bahasa Inggris dong?
Semua murid cowok yang
mendengar perkataan Derry tertawa kecuali Aldo yang langsung membantah omongan
Derry.
Aldo: Enak aja, gue disana
gak sampe merah nilai Mate dan Inggris, tapi gak jagolah.
Kembali Aldo menceritakan
mimpinya yang kemudian terhenti di saat pelajaran Pak Nero sebelum istirahat
pertama ketika dirinya 'ngumpet' di toilet menjelang istirahat. Mimpinya
terhenti karena ia telah bangun akibat gelitikan kakaknya di pinggangnya.
Aldo: Gue sih berharap di
mimpi nanti malam bisa dilanjutin soalnya sebelum gue bangun tadi, gue sama
Shania hampir ciuman di toilet cewek sekolah ini, yang di lantai 3.
Derry: Wah, menang banyak deh elu kalau jadi, hahaha.
William: Iya, nih kampret
bisa naklukin primadona kelas.
Semua murid cowok pun
kembali tertawa, tak lama kemudian istirahat berakhir dan para murid cowok
kembali ke tempat duduknya masing-masing. Derry yang duduk dengan Vina kemudian
ditanyai oleh Vina.
Vina: Der, tadi si Aldo
ngomongin apaan sih? Kok kayaknya obrolan kalian lebih seru dari biasanya?
Derry: Mau tau aja lu, itu
urusan cowok.
Vina: Hmm, aku curiga nih,
jangan-jangan dia ngomongin aku ya? Makanya kamu gak mau ngasih tau.
Derry: Yaelah Vina, ya
biasa dong tentang dia mimpi.
Vina: Oh... aku kirain
tentang aku, soalnya kamu biasanya kan pasti bagi cerita ke aku.
Derry dan Vina adalah
teman dekat di kelas 10 IPA 3, karena mereka tetanggaan. Derry dan Vina adalah
satu dari beberapa 'pasangan' di kelas itu, yaitu murid cowok yang duduk dengan
murid cewek, ada beberapa murid cewek lain yang duduk sebangku dengan murid
cowok.
~------------------------0---O---0------------------------~
Jam pelajaran sekolah tak terasa telah lewat, murid-murid di sekolah itu mulai melangkah keluar kelas masing-masing setelah para guru jam pelajaran terakhir keluar duluan.
Aldo seperti biasanya
menunggu para murid cewek keluar kelas semua sebelum dia juga keluar. Ada banyak murid cowok yang juga mulai keluar kelas berbarengan dengan para murid cewek.
Sambil menunggu dia
mendengar candaan beberapa murid cowok yang ikut menunggu dia keluar kelas,
yaitu Indra, William, dan 2 cowok lain bernama Heru dan Bagus.
Setelah dirasa sepi, Aldo
mulai melangkah keluar kelas bersama 4 temannya. Tapi karena mereka berjalan
tidak memperhatikan arah depan, maka Aldo yang paling depan pun menabrak seorang
murid cewek yang berjalan dari samping mereka.
BRUK!
Mereka berdua sama-sama
jatuh, dan ternyata murid cewek yang ditabrak Aldo adalah seseorang yang
dikenalnya. Setelah bangkit lebih dulu, ia mengulurkan tangan untuk menuntun
gadis itu berdiri.
Aldo: Eh Naomi, maaf aku
gak sengaja.
Naomi(tersenyum): Iya Do,
gak apa-apa kok, aku juga buru-buru barusan karena adikku udah nunggu di
parkiran mobil.
Aldo(heran): Adikmu?
Naomi: Iya, kan dia
sekelas sama kamu sekarang.
Heru(sambil menoyor belakang
kepala Aldo): Hey Do, kami kok gak dikenalin sama cewek lu.
Bagus: Iya Do, lu malah
ngacangin kita lagi.
Aldo: Hehehe, sorry guys,
ini cewek bukan cewek gue kok.
Naomi(sambil tersenyum):
Eh, kalian teman-teman baru Aldo ya?
William: Benar, kami
sohib-nya Aldo.
Indra(mengulurkan tangan):
Kenalan dong, cantik.
Aldo dan lainnya tertawa
melihat Indra langsung start untuk menggaet cewek. Memang diantara teman-teman
sekelas Aldo yang sekarang, Indra adalah yang bersifat playboy meskipun belum
pernah pacaran tapi suka merayu cewek.
Naomi(menyambut uluran
tangan Indra dan tersenyum): Namaku Shinta Naomi dari kelas 11 IPA 5.
Heru, Bagus, William,
Indra: Haaahhhh?
Aldo: Lu semua kok heboh
sih? Gue kan kenal Naomi dari tahun lalu keles.
Heru, Bagus, William,
Indra: Ooohhhhhhh.
Aldo: Hey Indra, lepasin
tangan lu itu.
Kemudian Indra dan Naomi
melepaskan salamannya. Naomi tertawa melihat tingkah adik kelasnya yang polos.
Indra: Hehehe, kenapa lu
Do? Cemburu?
Aldo: Enggak, gue cuma gak
mau Naomi ketularan virus elu, Dra.
Indra: Virus apaan Do?
Aldo: Virus otak geser,
hahaha.
Heru, Bagus, William:
Geser kayak gimana?
Aldo(nyengir): Ya kayak
tadilah, curi start masa sama kakak kelas.
Indra: Sialan lu, hahaha.
Lagian gue gak tau, soalnya lu kenal makanya gue kira anak kelas 10 juga.
Aldo: Mana ada gue kenal
anak kelas 10 lainnya selain di kelas gue, apalagi cewek.
Naomi yang heran mendengar
percakapan mereka lalu bertanya.
Naomi: Aldo, maksud kamu
apaan 'apalagi cewek' ?
Aldo merasa Naomi yang
dulu sekelas dengannya tidak perlu tahu masalah dirinya yang tidak diterima di
kalangan anak kelas 10 sekarang.
Aldo(mengalihkan
pembicaraan): Eh, Naomi, kamu gak pulang? Tadi kan kamu bilang kalau adikmu udah nunggu.
Naomi: Oh iya hehe lupa,
kalau begitu Do, adik-adik kelas, aku pulang duluan ya.
Naomi lalu pergi menjauh
menuju parkiran mobil. Aldo melihat keempat temannya melambaikan tangan ke arah
Naomi yang sudah menjauh, dan mata Aldo menangkap bahwa ada setetes cairan
merah keluar dari hidung Heru dan Bagus.
Aldo: Woi Heru, Bagus. Lu berdua
mimisan!
Heru, Bagus, William,
Indra: Haaahhhh?
Heru dan Bagus kemudian
menyeka darah yang keluar dari hidung mereka, sontak membuat Aldo serta Indra
dan William tertawa terbahak-bahak.
Indra: Lu berdua pasti
ngelamun jorok ya tadi.
William: Iya, soalnya lu
berdua kalau mimisan pasti habis ngelamun jorok.
Heru dan Bagus: Enak aja!
Heru: Do, kak Naomi tuh
cantik pake banget makanya gue sampai mimisan.
Bagus: Iya, soalnya
cewek-cewek di kelas kita kan kecantikannya pada standar kecuali Shania dan
beberapa siswi lain.
Aldo: Emang parah lu
berdua, mentalnya payah banget, asal lu tau ya itu Naomi baru 1 cewek, kalau lu
berdua liat cewek-cewek lain di kelas gue dulu, bakalan pingsan deh.
William dan Indra tertawa
sedangkan Heru dan Bagus malah melamun sebentar. Mungkin mereka berdua
membayangkan bagaimana cantiknya cewek-cewek di kelas 11 IPA 5 yang lain.
Kemudian mereka berlima menuju parkiran motor untuk segera pulang.
~------------------------0---O---0------------------------~
Di dalam sebuah mobil
Honda Brio warna biru, seorang gadis berambut panjang berkacamata sedang duduk
di kursi sebelah kemudi. Ini dikarenakan yang akan menjadi 'pengemudi' mobil
itu belum tiba. Gadis itu memasang muka cemberut hingga seorang wanita masuk ke
mobil dan duduk di kursi pengemudi.
Wanita itu tak heran
melihat wajah gadis ini cemberut, karena memang gadis ini tak suka menunggu
lama.
Gadis itu mulai buka
suara, "Kak, kok lama banget sih. Udah 20 menit nih aku nunggu. Bete tau!"
Wanita itu hanya tersenyum
lalu berkata, "Maaf ya Sinka, tadi kakak ngobrol dengan teman-teman
sekelas kamu, ada 5 cowok. Jadi lama deh."
Sinka: Apa? Kakak emang
gak takut digodain mereka? Kak Naomi hati-hati loh, aku lihat muka cowok-cowok
di kelas aku banyak yang mesum.
Naomi(sambil tersenyum):
Hihi, kamu ada-ada aja, tenang aja. Lima cowok tadi salah satunya teman sekelas
kakak dulu, jadi 4 orang lainnya pun mukanya polos menurut kakak.
Sinka(heran): Eh? Teman
sekelas kakak dulu? Berarti Aldo dong! Aku kira dia gay.
Naomi(mengernyitkan alis):
Kenapa kamu kira Aldo adalah gay? Nih Kakak bilangin ya, dulu di kelas Kakak
semua cewek dia dekatin meskipun cuma sekedar ngerayu, gak sampai nembak.
Sinka: Oh gitu ya kak, aku
kira Aldo gak suka berteman dengan cewek-cewek di kelasku karena dia gay.
Cewek-cewek di kelasku pun sebaliknya, ya kecuali aku.
Sinka memang satu dari
beberapa murid cewek di kelas 10 IPA 3 yang tidak memandang rendah Aldo, karena
dia sendiri lebih sibuk belajar sehingga dijuluki 'kutu buku' tetapi para murid
cewek di kelas tetap sering mengajak Sinka ngobrol.
Naomi: Eh, kok bisa gitu?
Ceritain ke Kakak dong!
Sinka: Nanti dirumah aja
deh kak, aku udah lapar nih...
Naomi: Yaudah deh, tapi
nanti kalau sudah selesai makan kamu harus cerita ya?
Sinka: Oke Kak, ayo kita
pulang dulu. Silahkan nyetir Kak hehehe.
Naomi(tersenyum): Dasar....
Mobil Naomi pun melaju menuju
rumahnya, di saat Aldo dan lainnya baru sampai di parkiran motor.
Aldo: Guys, gue pulang
dulu. Bye!
Heru, Bagus, William,
Indra: Bye Do...
Aldo pun meninggalkan
sekolahnya sementara keempat temannya masih membahas mimpi Aldo yang 'tak
biasa' dengan melibatkan Shania.
Aldo melajukan motornya
melewati jalan biasa menuju rumahnya, tapi di perjalanan ketika melintasi taman
kota Aldo melihat sebuah kilauan cahaya hijau kecil terpancar dari sebuah pohon.
Aldo yang merasa penasaran
lalu berhenti di dekat pohon itu. Aldo meraba-raba batang pohon tersebut yang
kokoh kemudian melihat sebuah batu emerald kecil seukuran kelereng menempel di
pohon itu, disaat menyentuhnya dengan jari tengah tangan kirinya batu itu
bercahaya terang hingga menyilaukan mata Aldo, reflek ia menutupi batu itu
dengan telapak tangan kirinya.
Setelah 2 menit pancaran
cahaya dari sela-sela telapak tangan Aldo yang menutupi batu itu padam. Aldo lalu melepaskan
tangan kirinya tidak menutupi batu itu lagi. Ia terkejut melihat batu itu
seperti tertekan ke dalam batang pohon itu karena hanya warna hijau batu itu
yang terlihat.
Seolah-olah Aldo tadi
menekan tombol hijau pada pohon itu. Ia merasa janggal karena tak ada
seorangpun di sekitar taman itu, yang biasanya hari Senin adalah hari yang
banyak pengunjung taman kota. Tak ambil pusing, ia kembali melajukan motornya
kembali ke rumahnya.
~------------------------0---O---0------------------------~
Sesampainya di rumah,
Naomi dan Sinka yang selesai makan siang saat waktu menunjukkan pukul 2 siang
kembali ke kamar masing-masing. Sinka yang kekenyangan di dalam kamarnya sedang
rebahan di tempat tidurnya. Pintu kamar Sinka kemudian diketuk, tak lama Naomi
masuk ke kamar Sinka. Gadis itu duduk di samping adiknya yang bangun dari posisi terbaring.
Naomi: Sinka, coba
ceritakan pada Kakak kenapa Aldo tak berteman dengan murid cewek di kelasmu.
Sinka: Ya ampun Kakak,
kepo banget sih, aku kira Kakak gak jadi nagih soal itu, hehehe.
Naomi: Kakak kan gak
pikun, udah ayo dong cerita. Kakak bukannya kepo, cuma heran aja sifat Aldo
agak berubah.
Sinka: Oke deh Kak,
begini...
Sinka kemudian
menceritakan awal semester 1 ketika wali kelas 10 IPA 3 memperkenalkan Aldo
sebagai murid 'senior' yaitu harusnya Aldo sekarang kelas 11 tapi karena
tinggal kelas Aldo jadi sekelas dengan mereka. Pak Boby melakukan itu agar
siswa-siswi kelas 10 IPA 3 mau menyemangati Aldo yang pemurung sejak masuk
kelas mereka. Nampaknya para siswa bisa menerima kehadiran Aldo, mereka tidak
memandang rendah Aldo sedangkan para siswi malah bergosip ria tentang Aldo,
meskipun Sinka tidak ikut bergosip. Awalnya Shania dan beberapa siswi saja yang
bergosip namun lama kelamaan para siswi yang bergaul dengan Shania juga jadi
ikut bergosip tentang Aldo. Sinka yang diajak bergabung oleh Shania tidak mau
ikut dengan alasan ingin fokus belajar, untung bagi Sinka sang 'kutu buku'
tidak di-bully oleh Shania cs karena mereka sudah cukup membully dengan
menggosipkan Aldo.
Naomi nampak terkejut dengan cerita Sinka.
Naomi: Ya ampun, segitunya
mereka. Padahal mereka gak tahu kalau penyebab Aldo begitu adalah...
Sinka: Eh? Memangnya Aldo
dulu murid yang pintar? Jadi kenapa Kak dia malah tinggal kelas?
Naomi: Um, Sinka. Maaf
kakak gak bisa cerita karena kakak beserta teman sekelas Aldo dulu sudah
berjanji pada Aldo dan kakaknya agar tidak cerita ke anak kelas 10 semua yang
baru.
Sinka: Loh Kak, kenapa
begitu? Kan Aldo jadi gak punya teman kalau gak ada yang tahu penyebab dia
tinggal kelas.
Naomi: Maaf Sinka,
meskipun kamu gak tahu tapi Kakak harap kamu gak memusuhi Aldo ya, dia orang
yang baik kok, bukan karena kelakuannya juga dia tinggal kelas meskipun lumayan
pintar.
Sinka: Hmm... gitu ya, aku
janji Kak kalau aku gak akan musuhin Aldo. Lagipula dari awal aku gak pernah
musuhin dia, aku kan fokus belajar terus.
Naomi: Iya deh, Kakak tahu
yang 'kutu buku' hehehe
Sinka bertekad mencari
tahu apa penyebab Aldo tinggal kelas, namun tanpa sepengetahuan kakaknya.
~------------------------0---O---0------------------------~
Sesampainya Aldo di rumah,
setelah berganti pakaian ia merebahkan badannya di ranjang empuknya. Ia sedang sendirian di
dalam kamarnya, atau lebih tepatnya sendirian di rumah itu, dikarenakan
kakaknya sedang berada di kampus untuk kuliah semester 1 yang sudah akan
memasuki masa ujian akhir semester pada akhir bulan nanti.
Hari Senin yang berbeda
bagi Aldo, karena sepulang sekolah dia mengalami keanehan yaitu bertemu batu
emerald. Batu semacam itu tidak biasa ditemukan di Indonesia, apalagi di kota
Medan karena Pulau Sumatera tidak pernah ada pertambangan batu. Maka dari itulah Aldo
heran kenapa bisa melihat batu emerald(batu zamrud istilah indonesianya)
menempel di sebuah pohon. Apalagi yang membuatnya heran sekaligus takut
karena batu itu malah menjadi sekedar gambar di pohon itu setelah tertekan
telapak tangan kirinya. Aldo takut pemilik batu itu mencari dirinya karena
dianggap telah 'menghilangkan' batu itu yang ditaruhnya di pohon tersebut agar
suatu waktu bisa diambil kembali.
Pikiran Aldo kemudian
beralih pada Naomi, senyum yang sudah Aldo tidak lihat sejak awal kelas 10 dan
Naomi kelas 11, karena mereka tidak pernah bertemu lantaran Aldo jarang keluar
kelas. Aldo mengenang kebersamaannya dengan teman-teman sekelasnya dulu di
kelas 10 IPA 5, kumpulan murid-murid pintar meskipun ada yang tidak pintar
dalam pelajaran tertentu. Beberapa murid kelas 10 IPA 5 dulu termasuk Aldo
adalah murid-murid yang menguasai 1 mata pelajaran. Ada yang menguasai 2 mata
pelajaran sekaligus contohnya Aldo, dan ada yang menguasai 1 mata pelajaran
yang semua murid di kelas itu tidak suka maupun tidak dapat nilai tinggi yaitu
Naomi.
Kedekatan Aldo dan Naomi pada tahun ajaran lalu memang sering jadi bahan candaan satu kelas, seisi kelas 10 IPA 5 dulu
menggodai mereka agar pacaran saja, tapi baik Aldo maupun Naomi hanya
menanggapinya dengan biasa tanpa merasa malu karena mereka berdua saling
menganggap teman, dan tidak pernah sekalipun mereka terlihat mesra. Hanya
karena mereka selalu duduk sebangku sehingga teman-teman sekelas semua suka
menggoda mereka ketika Aldo menggombali Naomi yang ditanggapi Naomi hanya
dengan tawa.
Aldo terbawa ke alam mimpi setelah mulai memejamkan mata karena rasa kantuk yang hinggap akibat memikirkan beberapa hal.
Aldo terbawa ke alam mimpi setelah mulai memejamkan mata karena rasa kantuk yang hinggap akibat memikirkan beberapa hal.
~------------------------0---O---0------------------------~
Di sebuah kampus swasta di
kota Medan, seorang mahasiswi sedang bersiap-siap pulang setelah memasukkan
buku-buku ke tas kuliahnya. Dia yang paling terakhir keluar kelas. Saat menuju
parkiran mobilnya dia ditahan oleh panggilan seorang mahasiswa di koridor kampus,
rupanya mahasiswa ini belum pulang meskipun jam pulangnya lebih awal dari
mahasiswi ini. Ia sengaja menunggu sampai mahasiswi ini mau pulang untuk
menanyakan sesuatu. Mereka berdua kini bertatap muka.
Mahasiswa tersebut
bertanya, "Mel, gimana keadaan adik kamu? Aku turut sedih saat dia jadi
tinggal kelas gara-gara depresi."
Mahasiswi yang dipanggil
'Mel' tersebut menjawab sambil tersenyum, "Kalvin, thanks udah jadi
sahabat baik Aldo, tapi kamu gak usah khawatir, sekarang dia sudah kembali
ceria kok."
Kalvin: Syukurlah, itulah
yang kuharapkan dari adik seorang Melody hehehe
Melody: Hmm? Memangnya
menurut kamu aku orang yang ceria?
Kalvin: Ya bukan gitu Mel,
kalau kamu sedih terus kan pasti Aldo juga ikut sedih juga, lagipula kalian kan
punya tante yang sering mengunjungi kalian.
Melody: Iya, kami
beruntung belum sebatang kara. Thanks ya Vin udah support kami.
Kalvin: Soalnya kalian kan
bukan Hatchi, tokoh film kartun.
Melody(heran): Hah? Maksud
kamu? Tokoh kayak gimana?
Kalvin: Itu loh, yang
lagunya kayak gini... 'Hatchi.. anak yang sebatang kara. Pergi mencari ibunya.
Di.. malam yang sangat dingin. Teringat mama. Walaupun kesepian, Hatchi tetap
gembira...'
Melody(tertawa cekikikan):
Hahahahaha Vin, suara sumbang kamu malah gak cocok dengan lagu itu, bikin
ngakak. Lagian itu tokohnya lebah kecil kan?
Kalvin: Nah itu kamu tahu,
jadi jangan sedih lagi ya, emang suara aku sengaja kubikin sumbang biar kamu
tertawa.
Melody: Huuuu, alasan aja
kamu. Memang dari dulu kamu kalau nyanyi lagu apapun pasti suaramu sumbang.
Kamu kayaknya harus latihan vokal deh.
Kalvin: Hahaha, ngapain
aku latihan vokal, kecuali kamu yang latih vokal aku. Kan suaramu bagus.
Melody: Hihi, biasa aja
kok suara aku, mungkin menurut kamu bagus tapi kan gak semua orang bilang gitu
kayak kamu.
Kedekatan Kalvin dan
Melody berawal dari saat Aldo mengajak Kalvin yang merupakan kakak kelasnya
untuk berkunjung ke rumahnya. Disaat itu awal kelas 10 baru berjalan sekitar 2
bulan, Kalvin berteman dengan Aldo ketika melihat salah satu temannya mengerjai
Aldo saat ada di kantin sekolah, lantaran muka Aldo agak cupu, sehingga niat
iseng teman Kalvin timbul dengan menaruh sambal di pesanan mie ayam Aldo.
Kalvin yang kasihan melihat Aldo kepedasan lalu memberikan sebotol air minum
rasa buah yang langsung diteguk habis oleh Aldo dalam 10 detik. Kalvin pun baru
pertama kalinya melihat ada orang yang bisa minum secepat itu, meskipun karena
buru-buru pun Kalvin hanya tahu ada seorang teman sekelasnya yang pernah
dijahili serupa juga minumnya paling cepat 15 detik. Kalvin yang merasa belum
pernah melihat Aldo di kalangan anak kelas 12 maupun 11 pun mengajak Aldo
berkenalan. Aldo berterimakasih pada Kalvin dan mereka sejak itu menjadi
sahabat dekat meski beda tingkatan, Kalvin kelas 12 dan Aldo kelas 10. Kalvin
pernah mengajak Aldo bermain ke rumahnya bersama teman-teman Kalvin yang lain,
Aldo pun kemudian mengajak Kalvin bermain ke rumahnya juga. Kalvin kemudian
terkejut ketika mengetahui ternyata Melody adalah kakak dari Aldo, karena
meskipun Melody satu kelas dengan Kalvin tetapi ia pemalu dan jarang berbicara
dengan siswi di kelasnya. Bahkan dengan Melody dia tak pernah mengajak bicara
sekalipun. Aldo yang membuat Kalvin dan Melody akrab bahkan rasa canggung
Kalvin berubah menjadi rasa cinta kepada Melody, meskipun hanya dirinya sendiri
dan Aldo yang tahu. Aldo pun mendukung Kalvin untuk berpacaran dengan kakaknya,
namun Kalvin dari dulu berprinsip untuk tidak pacaran di masa sekolah, sehingga
Aldo berencana membantu Kalvin untuk pacaran dengan kakaknya saat kuliah nanti.
Namun sepertinya rencana
mereka akan tertunda sebab kedua orangtua Melody dan Aldo meninggal dunia saat
kecelakaan pesawat. Ketika itu kedua orangtua mereka ada urusan bisnis yang
penting di luar negeri tepatnya di negara Jerman. Saat pemakaman Melody terus
menitikkan air mata sedangkan Aldo malah menatap kosong saking sedihnya hingga
depresi, tak seorangpun yang mampu membuat tatapan kosong pada mata Aldo
hilang. Beberapa minggu setelahnya, tatapan kosong pada mata Aldo sudah hilang,
namun ia masih murung. Melody yang sudah bisa ikhlas karena support dari adik
kandung ibu mereka berdua pun berusaha menghilangkan ekspresi murung dari Aldo.
Tante mereka pun membantu menyemangati Aldo, tetapi semua itu belum berhasil
hingga salah satu teman baru Aldo yang bernama Indra berhasil membuat Aldo
tersenyum, atau lebih tepatnya tertawa meski tidak terbahak-bahak. Indra yang
pandai bercanda menjadi teman baru Aldo. Teman-teman sekelas Aldo di kelas 10
IPA 5 masih terus mensupport Aldo untuk tidak sedih lagi.
Kalvin dan Melody kemudian
berpisah ke rumah masing-masing setelah mengobrol beberapa saat.
Melody: Vin, aku pulang
dulu ya.
Kalvin: Iya, salam buat
Aldo, Mel.
Melody: Oke nanti aku
sampaikan, bye.
Kalvin: Bye..
Melody kemudian melajukan
mobilnya ke rumah sambil tersenyum sendiri. Di jalan yang lain, Kalvin pun
sedang memacu motor ninja-nya sambil tersenyum juga. Dia senang bisa mengobrol
kembali dengan Melody sebab semenjak kuliah belum ada waktu bagi mereka bertemu
baik di kampus maupun di rumah Melody. Kesibukan jadwal kuliah masing-masing
yang membuat mereka tidak bertegur sapa dalam waktu yang lama.
~------------------------0---O---0------------------------~
Di dalam mimpi, Aldo
berada di tempat sebelum dia bangun, tepat berhadapan dengan Shania di dalam
bilik toilet yang tertutup. Toilet wanita di lantai 3 sekolah itu. Shania sudah
memejamkan matanya di hadapan Aldo.
Shania: Aldo, ayo dong
cium aku.
Aldo: Eh Shania, kenapa
kita bisa ada di sini?
Shania(membuka mata): Loh,
gimana sih Aldo. Kamu kan yang tadi menyergapku di toilet wanita ini dan gak
mau lepasin aku kembali ke kelas sebelum dapat ciuman. Udah pikun ya kamu?
Aldo(berpikir): Apa? Gue
nyergap cewek ini dan maksa minta ciuman ke dia? Wait wait berarti ini lanjutan
mimpi gue sebelum dibangunin Kak Melody dong!
Shania(melambaikan tangan
di hadapan Aldo yang bengong): Hei, kamu kok bengong sih. Jadi gak cium aku?
Aldo(tersadar dari
bengong): Eh, Shania. Gak jadi deh, gue tadi cuma mengetes mental lu aja.
Shania(memasang muka
heran): Hah? Mental apaan? Emang kamu pikir kenapa?
Aldo(sambil nyengir): Ya
manatau lu orangnya panikan jadi langsung teriak karena nganggap gue mesum
hehehe.
Shania: Hahaha, emang muka
kamu mesum kali. Aku sih udah biasa ciuman, sebelum kamu sih ada beberapa cowok
ngajak, tapi di tempat yang lain. Gak kayak kamu main nyergap aja hahaha.
Aldo: Oh gitu hehehe,
pikiran mesum gue ngajak lu ciuman mungkin muncul tiba-tiba lantaran gue belum
pernah ciuman sama cewek, gak kayak cowok-cowok sekelas kita.
Shania: Hihi, ada satu
cowok di kelas kita yang pernah ngajak aku ciuman, selain itu ada juga beberapa
cowok di kelas lain juga.
Aldo: Kalau kakak kelas?
Shania: Belum ada tuh, kan
di kelas 11 dan 12 sekarang juga banyak cewek-cewek yang mungkin menurut mereka
lebih cantik dari aku.
Aldo: Oh gitu, syukur deh
lu belum jadi korban mereka hehehe.
Shania: Aldo, kamu lucu
deh. Yaudah aku balik ke kelas dulu ya, kelamaan di toilet nanti guru Fisika
jadi curiga.
Aldo: Oke, gue nanti
beberapa menit lagi baru keluar. Males ngeliat muka Pak Nero, soalnya habis
lihat lu. Kan mata gue gak boleh disabotase pandangannya dari lu.
Shania tertawa digombalin
Aldo seperti itu, lalu bergegas keluar dari toilet wanita di lantai 3 itu.
Setelah Shania pergi, Aldo kembali berpikir bagaimana mungkin mimpinya bisa
dilanjutkan. Tak ambil pusing, Aldo mengendap-endap keluar dari toilet wanita itu
lalu segera berpindah ke toilet pria di sebelahnya. Keadaan masih sepi, Aldo
yang sudah berada di dalam toilet pria mengeluarkan smartphone dari saku
celananya dan melihat ternyata tinggal 3 menit lagi jam pelajaran Pak Nero,
guru Fisika berakhir. Akhirnya bel berbunyi dan Aldo langsung keluar dari
toilet pria di lantai 3 itu. Ia lalu berjalan perlahan ke arah kelasnya, 10 IPA
3.
Sampai di kelas, Aldo
ditanya oleh teman sebangkunya Indra.
Indra: Gimana? Jadi gak Do
ciumannya?
Aldo terkejut, bagaimana
mungkin Indra bisa tahu soal dia yang tadi mau ciuman. Di sekeliling tempat
duduknya sekarang juga dikerumuni siswa kelasnya. Belum sempat bertanya pada
Indra, Aldo merasa mendengar suara wanita yang tak asing di telinganya.
Melody: Aldo, bangun dek, makan
malam dulu.
Seketika Aldo terbangun
dari tidurnya karena badannya juga diguncang-guncang oleh kakaknya.
Aldo: Eh Kakak, memangnya
udah jam berapa?
Melody: Sudah jam 7 malam,
ayo dek makan malam dulu nanti baru tidur lagi.
Aldo lalu mengikuti kakaknya
makan bersama di meja makan. Selesai makan Melody menceritakan tentang Kalvin
pada Aldo, Aldo hanya menjadi pendengar. Aldo pun senang karena kakaknya nampak
bahagia ketika berbicara soal Kalvin, sebab kakaknya tidak pernah sekalipun
membicarakan nama cowok lain di kampusnya. Meskipun Melody pernah beberapa kali
menceritakan dirinya dirayu dan digombali beberapa mahasiswa di kampus, Aldo
tak pernah mendengar satu nama pun disebut.
Aldo hanya diberitahu kakaknya tentang deskripsi para cowok yang mendekati Melody saja, ada yang
ganteng, ada yang nampak seperti kutu buku hingga ada yang bergaya gothic. Melody menanggapi mereka sekadarnya saja, karena ia lebih fokus kuliah.
Melody: Kalau kamu, dek.
Ada gak yang berkesan di hari pertama semester baru ini?
Aldo: Hmmm, kayaknya biasa
aja deh Kak, gak ada yang spesial.
Melody: Kamu gak tertarik
pada satupun cewek di kelasmu? Kan udah lewat 1 semester kenalnya.
Aldo: Enggak Kak, gak ada
yang menarik, pada jutek semua.
Melody: Hmm gitu... Atau
jangan-jangan kamu udah kepincut Naomi?
Aldo: Hahaha, Kakak ngaco
deh, masa lantaran aku pernah ngenalin dia ke Kakak jadi Kakak nyangka aku suka
sama dia.
Melody: Iya... soalnya kan
Naomi satu-satunya cewek yang pernah kamu ajak bermain di rumah ini.
Aldo: Kakak gak tahu sih,
kalau aku sering ngajak anak kelas 10 IPA 5 dulu main ke rumah ini pas aku jaga
rumah sewaktu Kakak lagi keluar shopping bareng teman-teman Kakak.
Melody: Masa sih? Kamu
ngajak satu kelas main di rumah ini? Gak ambruk nih rumah?
Aldo: Aduh Kakak, ada-ada
aja, rumah ini kan kokoh, lagian gak ada satupun dari mereka yang gemuk kok.
Melody: Iya juga sih,
hehehe, yaudah kamu tidur lagi aja. Udah ngantuk juga kan?
Aldo: Oke Kak, aku tidur duluan ya.
Melody: Good night, Aldo.
Aldo tersenyum pada
kakaknya, lalu menuju kamarnya untuk tertidur kembali. Matanya baru mulai
terasa berat saat waktu di smartphone yang dia pakai untuk browsing sebentar
telah menunjukkan pukul 9.30 malam. Ia mulai memasuki alam mimpi lagi...
TO BE CONTINUED...
By: E.D.
Komentar
Posting Komentar