Between Dream And Reality, Part 1

Part 1: Start of dreamventure

Kota Medan, 5 Januari 2015

Di dalam sebuah kamar pada sebuah rumah yang besar meskipun tidak tergolong mewah, seorang wanita muda sedang mengguncang-guncang pelan badan seorang pemuda yang tertidur lelap dengan selimutnya sudah tersingkap, akibat tidak bisa diamnya badan pemuda itu selama terlelap. Merasa pemuda itu susah bangun, wanita muda itu lalu mengganti caranya membangunkan pemuda itu dengan cara biasa yang dipakainya setiap harinya. Cara yang menjadi 'solusi akhir' agar si pemuda langsung bangun.
Akan tetapi wanita muda itu melakukan cara ini sambil tersenyum jahil.

"Ahahahahahaha" , suara tawa mulai keluar dari pemuda itu karena digelitiki pinggangnya.

"Bangun, adikku yang kebo, hihihi" wanita itu menyapa kebangunan si pemuda sambil terus masih menggelitikinya.


"Hahaha, iya ini udah bangun Kak" pemuda itu kembali berucap sambil masih digelitiki oleh wanita muda yang merupakan kakaknya.


Wanita muda itu lalu berhenti menggelitiki pinggang adiknya, lalu menyuruh adiknya segera bersiap-siap untuk pergi ke sekolah.


"Kakak sendiri, tidak pergi ke kampus?" tanya pemuda itu pada kakaknya.


"Aldo, kakak hari ini menjelang siang baru ada kuliah, kamu segera deh siap-siap menuju sekolah. Kan hari ini adalah hari pertamamu masuk sekolah di semester 2" ucap wanita itu.


Pemuda bernama Aldo itu mengangguk lalu bergegas mandi karena dilihatnya jam yang tertera di smartphone miliknya sudah menunjukkan pukul 6.10 pagi yang artinya 50 menit lagi jam pelajaran pertama di sekolahnya akan dimulai. Sehabis mandi lalu ia mengenakan seragam sekolahnya dan berjalan menuju meja makan di dekat ruang tamu. Dilihatnya di ruang tamu kakaknya sedang menonton acara TV pagi hari. Kakak dari pemuda ini memang suka menonton televisi di pagi hari, kadang-kadang acara kartun, kadang-kadang acara berita. Aldo menyapa kakaknya lalu menuju meja makan untuk memakan sepiring nasi goreng yang sudah ada di sana.

  
Selesai makan, pemuda itu lalu berpamitan pada kakaknya untuk ke sekolah dengan mengendarai sepeda motor matic yang berwarna merah mengkilat. Sesampainya di sekolah, dia memarkirkan motor maticnya di lahan parkir sekolah itu. Kondisi di lahan parkir sekolah itu seperti biasa, sudah banyak sepeda motor yang terparkir di sana, tapi tak ada satupun motor matic kecuali milik Aldo, si pemuda yang nyaman mengendarai motor matic.


Aldo lalu menuju kelasnya, 10 IPA 3, dan bertemu teman-temannya di sana. Dia berteman dengan seluruh murid cowok di kelasnya, akan tetapi tak satupun murid cewek di kelasnya yang berteman dengannya. Bukan hanya itu, sepertinya seluruh murid cewek kelas 10 baik kelas IPA maupun IPS seakan memandangnya rendah, meskipun Aldo adalah anak orang kaya. Mungkin para murid cewek bersikap seperti itu karena beberapa alasan, seperti penampilan Aldo yang tidak menarik untuk dipandang para cewek. Wajah Aldo pun tidak tampan namun tidak bisa dibilang jelek, istilahnya adalah 'standar'.


"Pagi, sobatku Aldo!" sapa seorang murid cowok yang duduk sebangku dengan Aldo saat Aldo duduk di sampingnya, yaitu pada bangku kedua terdepan yang dekat pintu kelas.

  
Aldo membalas sapaannya, "Pagi, Indra".


Kemudian Indra bertanya, "Karena lu baru datang sekarang, berarti lu tadi bangun agak lambat. Lu digelitikin dimana tadi oleh kakak lu untuk ngebangunin, Do?"


Aldo menjawab, "Di pinggang".


Indra lantas tertawa lalu terdengar suara tawa beberapa murid cowok lain di belakang mereka.


"Busettt... lu semua pada nguping ya?" tanya Aldo pada teman-temannya yang ikut tertawa di belakangnya.


"Aldo, kita-kita gak nguping, emang suara lu dan Indra kedengaran keles" seorang temannya yang bernama William menjawab mewakili teman-teman cowoknya yang tertawa.

  
Di kelas itu para murid cewek acuh tak acuh dengan pembicaraan Aldo dan teman-temannya.

Beberapa menit kemudian Aldo mengobrol hal lain bersama teman-temannya, sampai saat guru masuk pada pukul 7 pagi tepat. Seorang guru pria berusia sekitar 40-an memulai pelajaran di kelas 10 IPA 3.


"Anak-anak, semester 2 ini Bapak mulai dengan menunjuk ketua kelas baru untuk menggantikan ketua kelas sebelumnya, Vina. Vina sendiri yang minta pada Bapak untuk menunjuk ketua kelas cowok di kelas ini, agar semua kelas IPA ketua kelasnya berimabang jumlah cewek dan cowok.

Kalau kalian tidak tahu, sebelumnya dari 8 kelas IPA ada 5 ketua kelas cewek termasuk Vina dan 3 ketua kelas cowok." Pak guru tersebut yang juga wali kelas 10 IPA 3 mulai berbicara panjang lebar meskipun tidak formal tapi dengan nada yang berwibawa.


Salah seorang siswi mengangkat satu tangan lalu bertanya, "Pak, boleh saya tahu kenapa ketua kelas diganti?"


Pak guru segera menjawab, "Karena saya mendapat survei dari para guru lain yang juga mengajar kelas ini kalau kelas ini tingkat keributannya melebihi kelas 10 IPS 2 yang merupakan kelas paling ribut dari delapan kelas IPS. Apa masih ada yang ingin bertanya selain Marsya?"


Seorang siswi lain yang duduk sebangku dengan Marsya mengangkat satu tangan dan berkata, "Pak Boby, kalau bisa ketua kelasnya jangan Aldo ya?"


Aldo dan murid cowok lainnya mengernyitkan alis atas permintaan siswi itu.

Pak Boby lalu heran dan bertanya, "Kenapa jangan Aldo? Toh dia bisa dibilang 'senior' kalian"


Seorang siswa menimpali, "Betul kata Pak Boby, lu jangan sinis gitu dong, Shania!"


Shania membalas, "Gue cuman takut satu kelas nanti ketularan dia yaitu tinggal kelas"


Para murid cewek tertawa namun para murid cowok memandang tajam ke arah Shania. Pak Boby lalu menggebrak meja gurunya hingga para murid cewek berhenti tertawa.


"Cukup! Oke Shania, Bapak juga tak berniat menunjuk Aldo menggantikan Vina karena Bapak tahu kamu akan bereaksi seperti ini" ucap Pak Boby dengan tenang.


Shania kemudian bersungut-sungut dan para murid cowok menahan tawa, kecuali Aldo yang cuek. Kemudian Pak Boby kembali berbicara, "Ketua kelas ini adalah Indra, jangan ada yang protes!"

Sontak para murid cewek bergosip, termasuk Shania. Kelas kembali ribut ketika para murid cowok pun membicarakan Indra, tetapi secara positif tanggapan mereka terhadap keputusan Pak Boby, lain dengan para murid cewek yang kebanyakan menanggapi negatif, namun ada juga yang tak ambil pusing dan tidak bergosip. Gosip para murid cewek semua mengarah ke tanggapan negatif tentang posisi Indra nantinya sebagai ketua kelas.


Pak Boby lalu berkata, "Oke Indra, kamu sebagai ketua kelas baru boleh melakukan cara apa saja untuk meredam keributan di kelas ini, dari gertakan hingga ancaman. Tapi Bapak tak mau kamu bertindak semena-mena. Kamu mengerti kan maksud Bapak?"

"Oke, Pak Boby. Saya akan berusaha untuk meredam keributan di kelas ini!" Indra berkata dengan suara lantang hingga kelas yang semula layaknya pasar jadi hening.

"Bagus, bagus. Sepertinya kamu mampu langsung meredam keributan ya. Oke, kalau begitu silahkan kalian belajar sendiri, Bapak ada urusan. Jadi selama jam pelajaran Bapak ini harap kalian jangan terlalu ribut, agar kelas-kelas sebelah tidak terganggu."

Sehabis berkata itu Pak Boby langsung membawa tasnya dan keluar dari kelas 10 IPA 3. Kelas itu kembali ribut, dan didominasi gosip para murid cewek. Ada yang berpikir kalau Aldo yang berteman dekat dengan Indra bisa saja memberi saran-saran aneh pada Indra untuk mendiamkan kelas, ada yang juga mengira Indra akan semakin tebar pesona pada murid cewek.

Indra sendiri tak perduli dengan ocehan-ocehan mereka, karena para murid cowok mendukung sepenuhnya pada Indra, meskipun jumlah murid cewek dan cowok berbanding 3:2 yaitu tepatnya 24 orang murid cewek dan 16 orang murid cowok.

Kelas mulai ribut karena para murid cewek menanyakan alasan Vina mundur dari posisi ketua kelas, kemudian menjadi hening seketika karena ada suara sebuah meja digebrak. Para murid cewek menoleh ke arah datangnya suara, rupanya Indra menggebrak mejanya sendiri, mereka juga melihat para murid cowok sudah menutup kedua telinga mereka dengan kedua tangan, termasuk Aldo.

Shania berbicara mewakili para murid cewek, "Lu apaan sih Indra, kami kaget tau!"
Para murid cewek mengangguk mengiyakan omongan Shania, lalu Vina mantan ketua kelas berkomentar, "Emang gak sakit tangan kamu, Dra?"

Indra menjawab dengan ekspresi kalem, "Kalau kalian mau ngobrol-ngobrol gue gak larang tapi volume suara kalian dijadikan setengah dong, tangan gue akan terus menggebrak meja sampai kalian bisa ngecilin volume suara kalian."

Marsya menjawab mewakili para murid cewek, "Oke Dra, kami bakalan kecilin volume suara kami"

"Bagus!" balas Indra masih dengan ekspresi kalem.

Para murid cewek kembali mengobrol walau dengan suara kecil, sementara Indra berbalik menghadap dinding di tempat duduknya memasang ekspresi kesakitan, yang tentu saja dikarenakan kedua telapak tangannya terasa sakit dan nampak memerah. Aldo dan para murid cowok lainnya menahan tawa.

"Lu kagak mikir panjang sih main gebrak aja, mentang-mentang tenaga lu gede" ucap Aldo kepada Indra dengan suara kecil agar para murid cewek tak mendengarnya.

Indra: Iya Do, habis gimana lagi. Gue belum punya ide untuk mendiamkan mereka.

Aldo: Hahaha, nanti gue ngasih lu beberapa ide untuk mendiamkan kelas.

William: Yo'i Dra, kita-kita juga bakalan mikir ide untuk meredam suara cempreng para cewek. (cempreng=nyaring)

Indra: Thank you guys, lu semua udah dukung gue.

Suasana kelas ramai kembali karena para murid cowok ikut mengobrol-ngobrol juga meskipun kelas itu tidak se-ribut biasanya.

~------------------------0---O---0------------------------~

Jam istirahat tiba, Indra dan para murid cowok berkumpul di dekat meja Aldo.

Aldo: Loh, kenapa? Kalian semua mau dengerin mimpi gue semalam?

William: Iyalah Do, kita-kita kan lagi bosan jadi lu bagi dong cerita mimpi lu seperti biasa.

Memang sejak Aldo berteman dengan semua murid cowok kelasnya, ia merasa mereka tidak pernah memandang rendah diri Aldo yang seharusnya sekarang sudah kelas 11, tetapi karena tinggal kelas jadi Aldo terpaksa tetap di kelas 10 dengan teman-teman yang baru. Aldo pun sering menceritakan mimpi-mimpinya yang aneh kepada teman-temannya para murid cowok saat mereka semua bosan. Para murid cowok pun antusias mendengar Aldo bercerita karena mimpi-mimpi Aldo kadang membuat mereka iri, dan mereka semua yakin kalau Aldo tidak pernah berbohong soal mimpinya. Seperti misalnya mimpi Aldo menjadi pengusaha sukses yang memperistri seorang aktris terkenal Jepang, lalu mimpi Aldo menjadi agen rahasia FBI yang tampan dan pesonanya seperti James Bond(digemari dan mampu menggaet banyak wanita).

Aldo kemudian mulai menceritakan mimpinya semalam. Mimpi yang tidak biasa, karena seorang murid cewek di kelasnya memberikan surat cinta padanya.

Indra: Hah? Beneran Do? Ada 1 cewek di kelas ini yang ngasih lu surat cinta?

Aldo: Ssssttt, lu jangan terlalu keras ngomongnya.

Indra: Hehehe, gue kaget soalnya.

Para murid cowok lainnya pun mengangguk menyetujui ucapan Indra, mereka juga sedikit kaget.

Aldo: Iya guys, dan cewek itu adalah.... Shania.

Semua murid cowok: Haaaaaaahhhhhhh ?

Aldo: Biasa aja keles, lu semua mau para cewek ikut nguping?

Semua murid cowok cengengesan, mereka melihat sebentar ke arah Shania dan kembali menyimak cerita Aldo, dimana mimpi Aldo berada.

Aldo menceritakan kalau di mimpinya kehidupannya seperti biasa, di dunia nyata hanya saja sikap para cewek sekelasnya ramah padanya, bahkan dengan dirinya yang tinggal kelas, mimpinya itu ketika semester 1 kelas 10 yang menjadi awal perkenalannya dengan para murid kelas 10 IPA 3 yang sekarang.

Aldo: Nah, disitu nilai-nilai gue selama semester 1 pun lumayan bagus semua, bahkan nilai gue yang paling rendah semester 1 kemarin malah jadi nilai paling tinggi guys.

William: Maksud lu nilai Fisika?

Aldo: Iyalah, apa lagi? Kalian tau kan gue paling gak ngerti tuh pelajaran yang disampaikan oleh Pak Nero. Jangan-jangan lu semua juga gak ngerti, ayo ngaku lu pada hahaha.

Semua murid cowok pun terkekeh, namun ada satu murid cowok yang lalu bicara. Tag name di seragamnya berbunyi 'Derry'.

Derry: Gue kan jago Fisika, gak kayak lu pada hahaha.

Aldo: Iya Der, gue di mimpi pun bisa ngalahin nilai lu di Fisika loh dan malahan elu yang seperti orang stress kalau menghadapi ujian Fisika.

Derry: Hahahaha, terserah lu deh, terus lu berarti jadi bego Matematika dan Bahasa Inggris dong?

Semua murid cowok yang mendengar perkataan Derry tertawa kecuali Aldo yang langsung membantah omongan Derry.

Aldo: Enak aja, gue disana gak sampe merah nilai Mate dan Inggris, tapi gak jagolah.

Kembali Aldo menceritakan mimpinya yang kemudian terhenti di saat pelajaran Pak Nero sebelum istirahat pertama ketika dirinya 'ngumpet' di toilet menjelang istirahat. Mimpinya terhenti karena ia telah bangun akibat gelitikan kakaknya di pinggangnya.

Aldo: Gue sih berharap di mimpi nanti malam bisa dilanjutin soalnya sebelum gue bangun tadi, gue sama Shania hampir ciuman di toilet cewek sekolah ini, yang di lantai 3.

Derry: Wah, menang banyak deh elu kalau jadi, hahaha.

William: Iya, nih kampret bisa naklukin primadona kelas.

Semua murid cowok pun kembali tertawa, tak lama kemudian istirahat berakhir dan para murid cowok kembali ke tempat duduknya masing-masing. Derry yang duduk dengan Vina kemudian ditanyai oleh Vina.

Vina: Der, tadi si Aldo ngomongin apaan sih? Kok kayaknya obrolan kalian lebih seru dari biasanya?

Derry: Mau tau aja lu, itu urusan cowok.

Vina: Hmm, aku curiga nih, jangan-jangan dia ngomongin aku ya? Makanya kamu gak mau ngasih tau.

Derry: Yaelah Vina, ya biasa dong tentang dia mimpi.

Vina: Oh... aku kirain tentang aku, soalnya kamu biasanya kan pasti bagi cerita ke aku.

Derry dan Vina adalah teman dekat di kelas 10 IPA 3, karena mereka tetanggaan. Derry dan Vina adalah satu dari beberapa 'pasangan' di kelas itu, yaitu murid cowok yang duduk dengan murid cewek, ada beberapa murid cewek lain yang duduk sebangku dengan murid cowok.

~------------------------0---O---0------------------------~

Jam pelajaran sekolah tak terasa telah lewat, murid-murid di sekolah itu mulai melangkah keluar kelas masing-masing setelah para guru jam pelajaran terakhir keluar duluan.

Aldo seperti biasanya menunggu para murid cewek keluar kelas semua sebelum dia juga keluar. Ada banyak murid cowok yang juga mulai keluar kelas berbarengan dengan para murid cewek.
Sambil menunggu dia mendengar candaan beberapa murid cowok yang ikut menunggu dia keluar kelas, yaitu Indra, William, dan 2 cowok lain bernama Heru dan Bagus.
Setelah dirasa sepi, Aldo mulai melangkah keluar kelas bersama 4 temannya. Tapi karena mereka berjalan tidak memperhatikan arah depan, maka Aldo yang paling depan pun menabrak seorang murid cewek yang berjalan dari samping mereka.

BRUK!

Mereka berdua sama-sama jatuh, dan ternyata murid cewek yang ditabrak Aldo adalah seseorang yang dikenalnya. Setelah bangkit lebih dulu, ia mengulurkan tangan untuk menuntun gadis itu berdiri.

Aldo: Eh Naomi, maaf aku gak sengaja.

Naomi(tersenyum): Iya Do, gak apa-apa kok, aku juga buru-buru barusan karena adikku udah nunggu di parkiran mobil.

Aldo(heran): Adikmu?

Naomi: Iya, kan dia sekelas sama kamu sekarang.

Heru(sambil menoyor belakang kepala Aldo): Hey Do, kami kok gak dikenalin sama cewek lu.

Bagus: Iya Do, lu malah ngacangin kita lagi.

Aldo: Hehehe, sorry guys, ini cewek bukan cewek gue kok.

Naomi(sambil tersenyum): Eh, kalian teman-teman baru Aldo ya?

William: Benar, kami sohib-nya Aldo.

Indra(mengulurkan tangan): Kenalan dong, cantik.

Aldo dan lainnya tertawa melihat Indra langsung start untuk menggaet cewek. Memang diantara teman-teman sekelas Aldo yang sekarang, Indra adalah yang bersifat playboy meskipun belum pernah pacaran tapi suka merayu cewek.

Naomi(menyambut uluran tangan Indra dan tersenyum): Namaku Shinta Naomi dari kelas 11 IPA 5.

Heru, Bagus, William, Indra: Haaahhhh?

Aldo: Lu semua kok heboh sih? Gue kan kenal Naomi dari tahun lalu keles.

Heru, Bagus, William, Indra: Ooohhhhhhh.

Aldo: Hey Indra, lepasin tangan lu itu.

Kemudian Indra dan Naomi melepaskan salamannya. Naomi tertawa melihat tingkah adik kelasnya yang polos.

Indra: Hehehe, kenapa lu Do? Cemburu?

Aldo: Enggak, gue cuma gak mau Naomi ketularan virus elu, Dra.

Indra: Virus apaan Do?

Aldo: Virus otak geser, hahaha.

Heru, Bagus, William: Geser kayak gimana?

Aldo(nyengir): Ya kayak tadilah, curi start masa sama kakak kelas.

Indra: Sialan lu, hahaha. Lagian gue gak tau, soalnya lu kenal makanya gue kira anak kelas 10 juga.

Aldo: Mana ada gue kenal anak kelas 10 lainnya selain di kelas gue, apalagi cewek.

Naomi yang heran mendengar percakapan mereka lalu bertanya.

Naomi: Aldo, maksud kamu apaan 'apalagi cewek' ?

Aldo merasa Naomi yang dulu sekelas dengannya tidak perlu tahu masalah dirinya yang tidak diterima di kalangan anak kelas 10 sekarang.

Aldo(mengalihkan pembicaraan): Eh, Naomi, kamu gak pulang? Tadi kan kamu bilang kalau adikmu udah nunggu.

Naomi: Oh iya hehe lupa, kalau begitu Do, adik-adik kelas, aku pulang duluan ya.

Naomi lalu pergi menjauh menuju parkiran mobil. Aldo melihat keempat temannya melambaikan tangan ke arah Naomi yang sudah menjauh, dan mata Aldo menangkap bahwa ada setetes cairan merah keluar dari hidung Heru dan Bagus.

Aldo: Woi Heru, Bagus. Lu berdua mimisan!

Heru, Bagus, William, Indra: Haaahhhh?

Heru dan Bagus kemudian menyeka darah yang keluar dari hidung mereka, sontak membuat Aldo serta Indra dan William tertawa terbahak-bahak.

Indra: Lu berdua pasti ngelamun jorok ya tadi.

William: Iya, soalnya lu berdua kalau mimisan pasti habis ngelamun jorok.

Heru dan Bagus: Enak aja!

Heru: Do, kak Naomi tuh cantik pake banget makanya gue sampai mimisan.
Bagus: Iya, soalnya cewek-cewek di kelas kita kan kecantikannya pada standar kecuali Shania dan beberapa siswi lain.

Aldo: Emang parah lu berdua, mentalnya payah banget, asal lu tau ya itu Naomi baru 1 cewek, kalau lu berdua liat cewek-cewek lain di kelas gue dulu, bakalan pingsan deh.

William dan Indra tertawa sedangkan Heru dan Bagus malah melamun sebentar. Mungkin mereka berdua membayangkan bagaimana cantiknya cewek-cewek di kelas 11 IPA 5 yang lain. Kemudian mereka berlima menuju parkiran motor untuk segera pulang.

~------------------------0---O---0------------------------~

Di dalam sebuah mobil Honda Brio warna biru, seorang gadis berambut panjang berkacamata sedang duduk di kursi sebelah kemudi. Ini dikarenakan yang akan menjadi 'pengemudi' mobil itu belum tiba. Gadis itu memasang muka cemberut hingga seorang wanita masuk ke mobil dan duduk di kursi pengemudi.

Wanita itu tak heran melihat wajah gadis ini cemberut, karena memang gadis ini tak suka menunggu lama.

Gadis itu mulai buka suara, "Kak, kok lama banget sih. Udah 20 menit nih aku nunggu. Bete tau!"

Wanita itu hanya tersenyum lalu berkata, "Maaf ya Sinka, tadi kakak ngobrol dengan teman-teman sekelas kamu, ada 5 cowok. Jadi lama deh."

Sinka: Apa? Kakak emang gak takut digodain mereka? Kak Naomi hati-hati loh, aku lihat muka cowok-cowok di kelas aku banyak yang mesum.
Naomi(sambil tersenyum): Hihi, kamu ada-ada aja, tenang aja. Lima cowok tadi salah satunya teman sekelas kakak dulu, jadi 4 orang lainnya pun mukanya polos menurut kakak.

Sinka(heran): Eh? Teman sekelas kakak dulu? Berarti Aldo dong! Aku kira dia gay.

Naomi(mengernyitkan alis): Kenapa kamu kira Aldo adalah gay? Nih Kakak bilangin ya, dulu di kelas Kakak semua cewek dia dekatin meskipun cuma sekedar ngerayu, gak sampai nembak.

Sinka: Oh gitu ya kak, aku kira Aldo gak suka berteman dengan cewek-cewek di kelasku karena dia gay. Cewek-cewek di kelasku pun sebaliknya, ya kecuali aku.

Sinka memang satu dari beberapa murid cewek di kelas 10 IPA 3 yang tidak memandang rendah Aldo, karena dia sendiri lebih sibuk belajar sehingga dijuluki 'kutu buku' tetapi para murid cewek di kelas tetap sering mengajak Sinka ngobrol.

Naomi: Eh, kok bisa gitu? Ceritain ke Kakak dong!

Sinka: Nanti dirumah aja deh kak, aku udah lapar nih...

Naomi: Yaudah deh, tapi nanti kalau sudah selesai makan kamu harus cerita ya?

Sinka: Oke Kak, ayo kita pulang dulu. Silahkan nyetir Kak hehehe.

Naomi(tersenyum): Dasar....

Mobil Naomi pun melaju menuju rumahnya, di saat Aldo dan lainnya baru sampai di parkiran motor.

Aldo: Guys, gue pulang dulu. Bye!

Heru, Bagus, William, Indra: Bye Do...

Aldo pun meninggalkan sekolahnya sementara keempat temannya masih membahas mimpi Aldo yang 'tak biasa' dengan melibatkan Shania.

Aldo melajukan motornya melewati jalan biasa menuju rumahnya, tapi di perjalanan ketika melintasi taman kota Aldo melihat sebuah kilauan cahaya hijau kecil terpancar dari sebuah pohon.

Aldo yang merasa penasaran lalu berhenti di dekat pohon itu. Aldo meraba-raba batang pohon tersebut yang kokoh kemudian melihat sebuah batu emerald kecil seukuran kelereng menempel di pohon itu, disaat menyentuhnya dengan jari tengah tangan kirinya batu itu bercahaya terang hingga menyilaukan mata Aldo, reflek ia menutupi batu itu dengan telapak tangan kirinya.

Setelah 2 menit pancaran cahaya dari sela-sela telapak tangan Aldo yang menutupi batu itu padam. Aldo lalu melepaskan tangan kirinya tidak menutupi batu itu lagi. Ia terkejut melihat batu itu seperti tertekan ke dalam batang pohon itu karena hanya warna hijau batu itu yang terlihat.
Seolah-olah Aldo tadi menekan tombol hijau pada pohon itu. Ia merasa janggal karena tak ada seorangpun di sekitar taman itu, yang biasanya hari Senin adalah hari yang banyak pengunjung taman kota. Tak ambil pusing, ia kembali melajukan motornya kembali ke rumahnya.

~------------------------0---O---0------------------------~

Sesampainya di rumah, Naomi dan Sinka yang selesai makan siang saat waktu menunjukkan pukul 2 siang kembali ke kamar masing-masing. Sinka yang kekenyangan di dalam kamarnya sedang rebahan di tempat tidurnya. Pintu kamar Sinka kemudian diketuk, tak lama Naomi masuk ke kamar Sinka. Gadis itu duduk di samping adiknya yang bangun dari posisi terbaring.

Naomi: Sinka, coba ceritakan pada Kakak kenapa Aldo tak berteman dengan murid cewek di kelasmu.

Sinka: Ya ampun Kakak, kepo banget sih, aku kira Kakak gak jadi nagih soal itu, hehehe.

Naomi: Kakak kan gak pikun, udah ayo dong cerita. Kakak bukannya kepo, cuma heran aja sifat Aldo agak berubah.

Sinka: Oke deh Kak, begini...

Sinka kemudian menceritakan awal semester 1 ketika wali kelas 10 IPA 3 memperkenalkan Aldo sebagai murid 'senior' yaitu harusnya Aldo sekarang kelas 11 tapi karena tinggal kelas Aldo jadi sekelas dengan mereka. Pak Boby melakukan itu agar siswa-siswi kelas 10 IPA 3 mau menyemangati Aldo yang pemurung sejak masuk kelas mereka. Nampaknya para siswa bisa menerima kehadiran Aldo, mereka tidak memandang rendah Aldo sedangkan para siswi malah bergosip ria tentang Aldo, meskipun Sinka tidak ikut bergosip. Awalnya Shania dan beberapa siswi saja yang bergosip namun lama kelamaan para siswi yang bergaul dengan Shania juga jadi ikut bergosip tentang Aldo. Sinka yang diajak bergabung oleh Shania tidak mau ikut dengan alasan ingin fokus belajar, untung bagi Sinka sang 'kutu buku' tidak di-bully oleh Shania cs karena mereka sudah cukup membully dengan menggosipkan Aldo.

Naomi nampak terkejut dengan cerita Sinka.

Naomi: Ya ampun, segitunya mereka. Padahal mereka gak tahu kalau penyebab Aldo begitu adalah...

Sinka: Eh? Memangnya Aldo dulu murid yang pintar? Jadi kenapa Kak dia malah tinggal kelas?

Naomi: Um, Sinka. Maaf kakak gak bisa cerita karena kakak beserta teman sekelas Aldo dulu sudah berjanji pada Aldo dan kakaknya agar tidak cerita ke anak kelas 10 semua yang baru.

Sinka: Loh Kak, kenapa begitu? Kan Aldo jadi gak punya teman kalau gak ada yang tahu penyebab dia tinggal kelas.

Naomi: Maaf Sinka, meskipun kamu gak tahu tapi Kakak harap kamu gak memusuhi Aldo ya, dia orang yang baik kok, bukan karena kelakuannya juga dia tinggal kelas meskipun lumayan pintar.

Sinka: Hmm... gitu ya, aku janji Kak kalau aku gak akan musuhin Aldo. Lagipula dari awal aku gak pernah musuhin dia, aku kan fokus belajar terus.

Naomi: Iya deh, Kakak tahu yang 'kutu buku' hehehe

Sinka bertekad mencari tahu apa penyebab Aldo tinggal kelas, namun tanpa sepengetahuan kakaknya.

~------------------------0---O---0------------------------~

Sesampainya Aldo di rumah, setelah berganti pakaian ia merebahkan badannya di ranjang empuknya. Ia sedang sendirian di dalam kamarnya, atau lebih tepatnya sendirian di rumah itu, dikarenakan kakaknya sedang berada di kampus untuk kuliah semester 1 yang sudah akan memasuki masa ujian akhir semester pada akhir bulan nanti.
Hari Senin yang berbeda bagi Aldo, karena sepulang sekolah dia mengalami keanehan yaitu bertemu batu emerald. Batu semacam itu tidak biasa ditemukan di Indonesia, apalagi di kota Medan karena Pulau Sumatera tidak pernah ada pertambangan batu. Maka dari itulah Aldo heran kenapa bisa melihat batu emerald(batu zamrud istilah indonesianya) menempel di sebuah pohon. Apalagi yang membuatnya heran sekaligus takut karena batu itu malah menjadi sekedar gambar di pohon itu setelah tertekan telapak tangan kirinya. Aldo takut pemilik batu itu mencari dirinya karena dianggap telah 'menghilangkan' batu itu yang ditaruhnya di pohon tersebut agar suatu waktu bisa diambil kembali.

Pikiran Aldo kemudian beralih pada Naomi, senyum yang sudah Aldo tidak lihat sejak awal kelas 10 dan Naomi kelas 11, karena mereka tidak pernah bertemu lantaran Aldo jarang keluar kelas. Aldo mengenang kebersamaannya dengan teman-teman sekelasnya dulu di kelas 10 IPA 5, kumpulan murid-murid pintar meskipun ada yang tidak pintar dalam pelajaran tertentu. Beberapa murid kelas 10 IPA 5 dulu termasuk Aldo adalah murid-murid yang menguasai 1 mata pelajaran. Ada yang menguasai 2 mata pelajaran sekaligus contohnya Aldo, dan ada yang menguasai 1 mata pelajaran yang semua murid di kelas itu tidak suka maupun tidak dapat nilai tinggi yaitu Naomi.

Kedekatan Aldo dan Naomi pada tahun ajaran lalu memang sering jadi bahan candaan satu kelas, seisi kelas 10 IPA 5 dulu menggodai mereka agar pacaran saja, tapi baik Aldo maupun Naomi hanya menanggapinya dengan biasa tanpa merasa malu karena mereka berdua saling menganggap teman, dan tidak pernah sekalipun mereka terlihat mesra. Hanya karena mereka selalu duduk sebangku sehingga teman-teman sekelas semua suka menggoda mereka ketika Aldo menggombali Naomi yang ditanggapi Naomi hanya dengan tawa.

Aldo terbawa ke alam mimpi setelah mulai memejamkan mata karena rasa kantuk yang hinggap akibat memikirkan beberapa hal.

~------------------------0---O---0------------------------~

Di sebuah kampus swasta di kota Medan, seorang mahasiswi sedang bersiap-siap pulang setelah memasukkan buku-buku ke tas kuliahnya. Dia yang paling terakhir keluar kelas. Saat menuju parkiran mobilnya dia ditahan oleh panggilan seorang mahasiswa di koridor kampus, rupanya mahasiswa ini belum pulang meskipun jam pulangnya lebih awal dari mahasiswi ini. Ia sengaja menunggu sampai mahasiswi ini mau pulang untuk menanyakan sesuatu. Mereka berdua kini bertatap muka.

Mahasiswa tersebut bertanya, "Mel, gimana keadaan adik kamu? Aku turut sedih saat dia jadi tinggal kelas gara-gara depresi."

Mahasiswi yang dipanggil 'Mel' tersebut menjawab sambil tersenyum, "Kalvin, thanks udah jadi sahabat baik Aldo, tapi kamu gak usah khawatir, sekarang dia sudah kembali ceria kok."

Kalvin: Syukurlah, itulah yang kuharapkan dari adik seorang Melody hehehe

Melody: Hmm? Memangnya menurut kamu aku orang yang ceria?

Kalvin: Ya bukan gitu Mel, kalau kamu sedih terus kan pasti Aldo juga ikut sedih juga, lagipula kalian kan punya tante yang sering mengunjungi kalian.
Melody: Iya, kami beruntung belum sebatang kara. Thanks ya Vin udah support kami.

Kalvin: Soalnya kalian kan bukan Hatchi, tokoh film kartun.

Melody(heran): Hah? Maksud kamu? Tokoh kayak gimana?

Kalvin: Itu loh, yang lagunya kayak gini... 'Hatchi.. anak yang sebatang kara. Pergi mencari ibunya. Di.. malam yang sangat dingin. Teringat mama. Walaupun kesepian, Hatchi tetap gembira...'

Melody(tertawa cekikikan): Hahahahaha Vin, suara sumbang kamu malah gak cocok dengan lagu itu, bikin ngakak. Lagian itu tokohnya lebah kecil kan?

Kalvin: Nah itu kamu tahu, jadi jangan sedih lagi ya, emang suara aku sengaja kubikin sumbang biar kamu tertawa.

Melody: Huuuu, alasan aja kamu. Memang dari dulu kamu kalau nyanyi lagu apapun pasti suaramu sumbang. Kamu kayaknya harus latihan vokal deh.

Kalvin: Hahaha, ngapain aku latihan vokal, kecuali kamu yang latih vokal aku. Kan suaramu bagus.

Melody: Hihi, biasa aja kok suara aku, mungkin menurut kamu bagus tapi kan gak semua orang bilang gitu kayak kamu.

Kedekatan Kalvin dan Melody berawal dari saat Aldo mengajak Kalvin yang merupakan kakak kelasnya untuk berkunjung ke rumahnya. Disaat itu awal kelas 10 baru berjalan sekitar 2 bulan, Kalvin berteman dengan Aldo ketika melihat salah satu temannya mengerjai Aldo saat ada di kantin sekolah, lantaran muka Aldo agak cupu, sehingga niat iseng teman Kalvin timbul dengan menaruh sambal di pesanan mie ayam Aldo. Kalvin yang kasihan melihat Aldo kepedasan lalu memberikan sebotol air minum rasa buah yang langsung diteguk habis oleh Aldo dalam 10 detik. Kalvin pun baru pertama kalinya melihat ada orang yang bisa minum secepat itu, meskipun karena buru-buru pun Kalvin hanya tahu ada seorang teman sekelasnya yang pernah dijahili serupa juga minumnya paling cepat 15 detik. Kalvin yang merasa belum pernah melihat Aldo di kalangan anak kelas 12 maupun 11 pun mengajak Aldo berkenalan. Aldo berterimakasih pada Kalvin dan mereka sejak itu menjadi sahabat dekat meski beda tingkatan, Kalvin kelas 12 dan Aldo kelas 10. Kalvin pernah mengajak Aldo bermain ke rumahnya bersama teman-teman Kalvin yang lain, Aldo pun kemudian mengajak Kalvin bermain ke rumahnya juga. Kalvin kemudian terkejut ketika mengetahui ternyata Melody adalah kakak dari Aldo, karena meskipun Melody satu kelas dengan Kalvin tetapi ia pemalu dan jarang berbicara dengan siswi di kelasnya. Bahkan dengan Melody dia tak pernah mengajak bicara sekalipun. Aldo yang membuat Kalvin dan Melody akrab bahkan rasa canggung Kalvin berubah menjadi rasa cinta kepada Melody, meskipun hanya dirinya sendiri dan Aldo yang tahu. Aldo pun mendukung Kalvin untuk berpacaran dengan kakaknya, namun Kalvin dari dulu berprinsip untuk tidak pacaran di masa sekolah, sehingga Aldo berencana membantu Kalvin untuk pacaran dengan kakaknya saat kuliah nanti.

Namun sepertinya rencana mereka akan tertunda sebab kedua orangtua Melody dan Aldo meninggal dunia saat kecelakaan pesawat. Ketika itu kedua orangtua mereka ada urusan bisnis yang penting di luar negeri tepatnya di negara Jerman. Saat pemakaman Melody terus menitikkan air mata sedangkan Aldo malah menatap kosong saking sedihnya hingga depresi, tak seorangpun yang mampu membuat tatapan kosong pada mata Aldo hilang. Beberapa minggu setelahnya, tatapan kosong pada mata Aldo sudah hilang, namun ia masih murung. Melody yang sudah bisa ikhlas karena support dari adik kandung ibu mereka berdua pun berusaha menghilangkan ekspresi murung dari Aldo. Tante mereka pun membantu menyemangati Aldo, tetapi semua itu belum berhasil hingga salah satu teman baru Aldo yang bernama Indra berhasil membuat Aldo tersenyum, atau lebih tepatnya tertawa meski tidak terbahak-bahak. Indra yang pandai bercanda menjadi teman baru Aldo. Teman-teman sekelas Aldo di kelas 10 IPA 5 masih terus mensupport Aldo untuk tidak sedih lagi.

Kalvin dan Melody kemudian berpisah ke rumah masing-masing setelah mengobrol beberapa saat.

Melody: Vin, aku pulang dulu ya.

Kalvin: Iya, salam buat Aldo, Mel.

Melody: Oke nanti aku sampaikan, bye.

Kalvin: Bye..

Melody kemudian melajukan mobilnya ke rumah sambil tersenyum sendiri. Di jalan yang lain, Kalvin pun sedang memacu motor ninja-nya sambil tersenyum juga. Dia senang bisa mengobrol kembali dengan Melody sebab semenjak kuliah belum ada waktu bagi mereka bertemu baik di kampus maupun di rumah Melody. Kesibukan jadwal kuliah masing-masing yang membuat mereka tidak bertegur sapa dalam waktu yang lama.

~------------------------0---O---0------------------------~

Di dalam mimpi, Aldo berada di tempat sebelum dia bangun, tepat berhadapan dengan Shania di dalam bilik toilet yang tertutup. Toilet wanita di lantai 3 sekolah itu. Shania sudah memejamkan matanya di hadapan Aldo.
Shania: Aldo, ayo dong cium aku.

Aldo: Eh Shania, kenapa kita bisa ada di sini?

Shania(membuka mata): Loh, gimana sih Aldo. Kamu kan yang tadi menyergapku di toilet wanita ini dan gak mau lepasin aku kembali ke kelas sebelum dapat ciuman. Udah pikun ya kamu?

Aldo(berpikir): Apa? Gue nyergap cewek ini dan maksa minta ciuman ke dia? Wait wait berarti ini lanjutan mimpi gue sebelum dibangunin Kak Melody dong!

Shania(melambaikan tangan di hadapan Aldo yang bengong): Hei, kamu kok bengong sih. Jadi gak cium aku?

Aldo(tersadar dari bengong): Eh, Shania. Gak jadi deh, gue tadi cuma mengetes mental lu aja.

Shania(memasang muka heran): Hah? Mental apaan? Emang kamu pikir kenapa?

Aldo(sambil nyengir): Ya manatau lu orangnya panikan jadi langsung teriak karena nganggap gue mesum hehehe.

Shania: Hahaha, emang muka kamu mesum kali. Aku sih udah biasa ciuman, sebelum kamu sih ada beberapa cowok ngajak, tapi di tempat yang lain. Gak kayak kamu main nyergap aja hahaha.

Aldo: Oh gitu hehehe, pikiran mesum gue ngajak lu ciuman mungkin muncul tiba-tiba lantaran gue belum pernah ciuman sama cewek, gak kayak cowok-cowok sekelas kita.

Shania: Hihi, ada satu cowok di kelas kita yang pernah ngajak aku ciuman, selain itu ada juga beberapa cowok di kelas lain juga.

Aldo: Kalau kakak kelas?
Shania: Belum ada tuh, kan di kelas 11 dan 12 sekarang juga banyak cewek-cewek yang mungkin menurut mereka lebih cantik dari aku.

Aldo: Oh gitu, syukur deh lu belum jadi korban mereka hehehe.

Shania: Aldo, kamu lucu deh. Yaudah aku balik ke kelas dulu ya, kelamaan di toilet nanti guru Fisika jadi curiga.

Aldo: Oke, gue nanti beberapa menit lagi baru keluar. Males ngeliat muka Pak Nero, soalnya habis lihat lu. Kan mata gue gak boleh disabotase pandangannya dari lu.

Shania tertawa digombalin Aldo seperti itu, lalu bergegas keluar dari toilet wanita di lantai 3 itu. Setelah Shania pergi, Aldo kembali berpikir bagaimana mungkin mimpinya bisa dilanjutkan. Tak ambil pusing, Aldo mengendap-endap keluar dari toilet wanita itu lalu segera berpindah ke toilet pria di sebelahnya. Keadaan masih sepi, Aldo yang sudah berada di dalam toilet pria mengeluarkan smartphone dari saku celananya dan melihat ternyata tinggal 3 menit lagi jam pelajaran Pak Nero, guru Fisika berakhir. Akhirnya bel berbunyi dan Aldo langsung keluar dari toilet pria di lantai 3 itu. Ia lalu berjalan perlahan ke arah kelasnya, 10 IPA 3.

Sampai di kelas, Aldo ditanya oleh teman sebangkunya Indra.

Indra: Gimana? Jadi gak Do ciumannya?

Aldo terkejut, bagaimana mungkin Indra bisa tahu soal dia yang tadi mau ciuman. Di sekeliling tempat duduknya sekarang juga dikerumuni siswa kelasnya. Belum sempat bertanya pada Indra, Aldo merasa mendengar suara wanita yang tak asing di telinganya.

Melody: Aldo, bangun dek, makan malam dulu.

Seketika Aldo terbangun dari tidurnya karena badannya juga diguncang-guncang oleh kakaknya.

Aldo: Eh Kakak, memangnya udah jam berapa?

Melody: Sudah jam 7 malam, ayo dek makan malam dulu nanti baru tidur lagi.

Aldo lalu mengikuti kakaknya makan bersama di meja makan. Selesai makan Melody menceritakan tentang Kalvin pada Aldo, Aldo hanya menjadi pendengar. Aldo pun senang karena kakaknya nampak bahagia ketika berbicara soal Kalvin, sebab kakaknya tidak pernah sekalipun membicarakan nama cowok lain di kampusnya. Meskipun Melody pernah beberapa kali menceritakan dirinya dirayu dan digombali beberapa mahasiswa di kampus, Aldo tak pernah mendengar satu nama pun disebut. Aldo hanya diberitahu kakaknya tentang deskripsi para cowok yang mendekati Melody saja, ada yang ganteng, ada yang nampak seperti kutu buku hingga ada yang bergaya gothic. Melody menanggapi mereka sekadarnya saja, karena ia lebih fokus kuliah.

Melody: Kalau kamu, dek. Ada gak yang berkesan di hari pertama semester baru ini?

Aldo: Hmmm, kayaknya biasa aja deh Kak, gak ada yang spesial.

Melody: Kamu gak tertarik pada satupun cewek di kelasmu? Kan udah lewat 1 semester kenalnya.

Aldo: Enggak Kak, gak ada yang menarik, pada jutek semua.

Melody: Hmm gitu... Atau jangan-jangan kamu udah kepincut Naomi?

Aldo: Hahaha, Kakak ngaco deh, masa lantaran aku pernah ngenalin dia ke Kakak jadi Kakak nyangka aku suka sama dia.

Melody: Iya... soalnya kan Naomi satu-satunya cewek yang pernah kamu ajak bermain di rumah ini.

Aldo: Kakak gak tahu sih, kalau aku sering ngajak anak kelas 10 IPA 5 dulu main ke rumah ini pas aku jaga rumah sewaktu Kakak lagi keluar shopping bareng teman-teman Kakak.

Melody: Masa sih? Kamu ngajak satu kelas main di rumah ini? Gak ambruk nih rumah?

Aldo: Aduh Kakak, ada-ada aja, rumah ini kan kokoh, lagian gak ada satupun dari mereka yang gemuk kok.

Melody: Iya juga sih, hehehe, yaudah kamu tidur lagi aja. Udah ngantuk juga kan?

Aldo: Oke Kak, aku tidur duluan ya.

Melody: Good night, Aldo.

Aldo tersenyum pada kakaknya, lalu menuju kamarnya untuk tertidur kembali. Matanya baru mulai terasa berat saat waktu di smartphone yang dia pakai untuk browsing sebentar telah menunjukkan pukul 9.30 malam. Ia mulai memasuki alam mimpi lagi...

TO BE CONTINUED...

By: E.D.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Between Dream And Reality, Part 12

GALLANT IMPACT, Chapter 25

GALLANT IMPACT, Chapter 29