Between Dream And Reality, Part 20

Part 20: More difference known

Sinka(suara pelan): Aku mimpi kalau kamu tunangan dengan Shania.

Aldo terkejut, ia kini mengira kalau Sinka pernah mengunjungi mimpinya juga, lalu ia bertanya pada adik tunangannya ini.

Aldo: Eh, kamu kapan mimpi seperti itu, Sin?

Sinka: Beberapa hari yang lalu sih, sebelum akhir liburan semester.

Aldo: Memangnya kamu masih ingat sampai sekarang?

Sinka: Kalau aku gak ingat, gak mungkin aku bisa beritahu kamu barusan. Huuuh.

Aldo: Hehehe, iya juga sih. Tapi menurutku sih, kamu gak usah pikirin itu. Aku janji gak akan ninggalin Kakak kamu, apalagi aku dengan Naomi sudah terikat pertunangan.

Sinka memanggut-manggut, kemudian murid-murid kelas itu yang tadi ada di luar mulai berhamburan masuk kelas. Jam pelajaran pun akan dimulai lagi.

Waktu istirahat kedua tiba, Aldo bergabung di bangku belakang karena mendengar pembicaraan yang unik.

Aldo: Hei, ada apa nih?

Yudha: Ini loh Do, si Indra lagi-lagi lupa nama di tag name ceweknya.

Aldo: Hah? Maksudnya apa, Yud?

Derry: Yaelah Yud, to the point dong bilangnya, yaitu Indra lupa nama lengkap ceweknya, cuma nama panggilan.

Aldo: Hahah, itu rupanya. Kok bisa Dra?

Indra: Ckck, nama cewek gue Yupi, gue memang kadang lupa nama dia, elu tahu gak Do?

Aldo: Ya tahulah gue, memangnya kenapa sih? Elu kan biasanya juga manggil dia kayak teman-temannya manggil dia, Yupi juga.

Indra: Masalahnya sekarang dengan status gue pacaran dengan dia, si Yupi minta gue manggil dia dengan nama aslinya, biar beda aja.

Aldo: Oh, nama dia Cindy Yuvia.

Indra: Terus gue mesti manggil dia Cindy atau Yuvia?

Aldo: Mana gue tahu, monyong! Elu yang punya pacar, kok orang lain yang ditanya.

Semua siswa lain menertawai Indra kecuali Aldo yang memiringkan bibir. Indra pun terkekeh dan memanggut-manggut.

William: Oh iya Dra, elu pernah lupa namanya kan ketika beberapa hari setelah bertemu dia, parah banget lu hahaha.

Aldo: Iya nih, padahal waktu itu Frieska udah bilang nama dia.

Bagus: Do, bukannya elu pernah lupa juga waktu itu? Indra tanya elu siapa nama murid IPS 6 itu, elu bilang gak tahu.

Aldo: Itu kan gue akting aja, soalnya kan gue kira si Indra pura-pura juga biar elu semua gak rebut gebetan dia.

Tejo: Eh buset, jadi waktu itu elu beneran lupa Dra?

Indra: Iya, iya, puas kan elu semua?

Semua siswa kelas itu menutup mulut mereka dengan sebelah tangan, Aldo terkekeh melihat mereka yang sedang menahan tawa.

Indra: Udah, kalau mau ketawa silahkan, kampret lu semua.

Tawa lepas pun terjadi sehingga kerumunan siswi menoleh sebentar pada mereka yang tertawa seperti tidak pernah tertawa selama sebulan. Para siswi menggeleng-geleng atas tingkah laku cowok-cowok kelas mereka. Indra bersungut-sungut karena terus ditertawai, ia memilih keluar kelas untuk menemui pacarnya.

Indra pergi ke kelas 12 IPS 6, tapi tidak menemukan Yupi, juga tidak ada Shani dan Ayana. Ia pun berpikir kalau pacarnya mungkin saja ke kantin, maka ia menyusul ke sana.

Sesampainya di kantin, Indra menemukan pacarnya yang sedang makan dan hendak menghampiri, namun mengernyitkan alis karena ada seorang siswa yang duduk di samping pacarnya. Ayana dan Shani duduk berhadapan dengan mereka, dan nampaknya tidak mencampuri perbuatan siswa itu yang sesekali membelai rambut Yupi dan mengendus-endus. Indra kesal bukan main, ia langsung melangkah ke meja itu dan karena posisi siswa itu membelakanginya maka Indra menarik lehernya dari belakang. Siswa itu ditariknya berdiri dari tempat duduk dan dicekik sedikit. Indra melihat tag name siswa itu yang rupanya ‘Fredi’, ia mendengar suara kesakitan dari Fredi.

Yupi: Udah Dra, lepasin dia, kasihan.

Indra: Kamu pacaran dengan dia ya?

Yupi: Enggak, aku tadi udah mau ngusir dia, tapi takut dengan dia. Aku digangguin, Ayana dan Shani aja takut pada dia.

Indra mempererat cekikannya pada Fredi, setelah beberapa detik barulah ia melepaskan siswa itu. Fredi memegang lehernya yang masih terasa sakit, dengan susah payah ia bicara.

Fredi: Heh, lu siapa? Kenapa ikut campur urusan gue?

Indra: Gue pacarnya cewek yang elu ganggu ini, kenapa? Elu mau ngaku pacar dia juga?

Fredi: Cih, bagi gue semua cewek sama aja, gold digger, dengan pacaran mereka bisa mendapat traktiran dan dibelikan barang-barang mahal.

Indra: Jaga mulut elu, keparat! Sekali lagi gue denger elu ngomong gitu, bakalan gue robek-robek tuh mulut. Mending elu cabut sekarang sebelum gue cekik lagi.

Fredi memandang sinis pada Indra yang masih menunjukkan raut wajah marah padanya, ia berbalik dan pergi dari kantin itu. Setelah berlalunya Fredi, Indra menatap Yupi yang murung.

Indra: Hei, kamu kenapa?

Yupi: Aku takut banget tadi, terus dia berkata hal yang menyinggung aku.

Indra: Kamu jangan hiraukan perkataan dia, aku yakin dia ngomong begitu karena pernah mengalaminya, ditipu oleh cewek. Sudah ya, kamu gak usah pikirin itu. Aku tahu kalau kamu tidak seperti yang dia katakan.

Yupi mengangguk, ia pun kembali melanjutkan makan dengan Indra duduk di sampingnya. Ayana dan Shani hanya tersenyum lalu melanjutkan makan juga.

Ketika waktu istirahat berakhir, Indra kembali ke kelas 12 IPA 3 setelah mengantar Yupi, Shani, dan Ayana ke kelas 12 IPS 6. Ketika sampai di bangkunya, ia ditanyai Heru yang melihat raut wajah kesalnya. Para siswa lain yang masih berkumpul juga menatap heran padanya.

Heru: Dra, elu ke mana sih? Habis belah papan kayu ya?

Derry: Ckckck Indra, kan tadi kami cuma bercanda, segitunya banget elu kesal.

Indra: Buset, elu semua sotoy deh, gue sekarang kesal bukan karena tadi kalian tertawain, tapi karena hal lain.

Aldo: Oh, pasti karena ulah Fredi kan?

Indra: Eh, kok elu tahu Do? Jangan-jangan elu bisa baca pikiran gue? Waduh gawat nih, ada cenayang.

Aldo: Hahaha, ya enggaklah Dra. Nih caranya gue bisa tahu.

Aldo menunjukkan isi percakapan SMS-nya dengan Frieska, yang mengatakan tentang kejadian di kantin tadi karena Frieska sedang ada di sana menemani Manda dan Andela yang makan. Setelah melihat itu Indra pun mengangakan mulut dan lanjut bicara.

Indra: Do, kayaknya dari cara elu bahas soal Fredi dengan sepupu elu, berarti dia sudah ber-ulah sebelumnya?

Aldo: Iya, elu ingat kan kemarin-kemarin gue pernah celingak-celinguk di kantin? Itu karena gue lagi cari Fredi, buat memastikan dia gak ber-ulah.

Derry: Wah, kalau ada murid seperti itu, gue harus jagain Vina baik-baik nih.

Yudha: Gue mesti jagain Marsya juga. Eh memangnya elu udah pacaran dengan Vina ya, Der?

Derry: Ya udahlah, lagian kalaupun gue belum pacaran dengan Vina, tetap aja gue harus jagain dia, karena dia tetangga gue.

Indra: Haaah, untung aja tadi Yupi gak dicolek dagunya.

Aldo: Memangnya cewek elu diapain aja sama Fredi?

Indra: Cuma dibelai dan diendus-endus sih rambutnya.

Aldo: Wah, rupanya dia pakai cara baru karena gue larang dia colek-colek cewek.

Indra: Eh, elu memangnya bisa merintah dia, Do?

Aldo: Bukan merintah dia sih, tepatnya dia tidak mengingkari janji dengan gue, yaitu mencolek dagu cewek. Gue gak nyangka aja dia punya cara lain untuk ganggu cewek di kantin.

William: Ah, sudahlah, gak usah dibahas si kunyuk itu.

Semenit kemudian para siswa bubar ke bangku masing-masing karena pintu kelas dibuka dari luar, Pak Salihin menggeleng-geleng saat melihat mereka yang baru kembali ke tempat duduk masing-masing.

Sepulang sekolah, Aldo duluan menuju rumahnya, sedangkan Indra tidak jadi ikut main basket karena mau mengantar Yupi pulang. Ia ingin tahu rumah Yupi seperti apa, karena pacarnya itu mengatakan kalau rumahnya kecil.

Setelah sekitar 14 menit membonceng cewek berponi yang memiliki wajah imut itu, Indra pun memberhentikan motor di depan sebuah rumah yang lebih kecil dari rumah-rumah di sekitarnya, dan juga sederhana.

Indra: Ini rumah kamu?

Yupi: Iya, kenapa? Kamu gak mau masuk karena kecil?

Indra: Hahah, emangnya kalau aku masuk gak muat? Ada-ada aja kamu, rumahku gak jauh beda kok dengan rumahmu ini. Ya mau dong, aku kan mau kenalan sama keluarga kamu.

Yupi: Hmm, ayo aku kenalin kamu dengan mereka, soalnya mereka gak percaya ketika aku bilang kalau aku udah punya pacar.

Indra tertawa ringan, kemudian ia menggandeng tangan Yupi agar tak jatuh saat turun dari motornya yang agak tinggi boncengannya. Indra diajak pacarnya masuk ke rumah, dan berkenalan dengan kedua ortu dan adik perempuan Yupi. Kedua ortu Yupi tentu terkejut karena anak sulung mereka rupanya benar-benar sudah punya pacar. Indra pun diajak makan siang yang sederhana di rumah itu, ia bisa merasakan keharmonisan keluarga pacarnya. Sehabis makan siang, Indra juga diajak adiknya Yupi untuk bermain. Yupi senang karena pacarnya itu bisa cepat akrab dengan keluarganya, bahkan Indra juga membantu ibunya Yupi dalam menyiapkan bahan untuk berjualan gado-gado di sore harinya.

~---------------------0-O-0---------------------~

Sepulang sekolah, Aldo makan siang bersama kakaknya setelah berganti pakaian. Ia pun merasa ngantuk sehabis itu sehingga ia memutuskan untuk tidur sedangkan Melody membaca majalah sambil menonton TV.

Aldo’s dream start...

Aldo kini berdiri di depan pintu kamarnya lantai 2, namun ia menangkap aroma parfum khas orang yang dikenalinya dari belakang sehingga ia berbalik.

Aldo: Eh, Kakak ngapain?

Melody: Kakak mau masuk kamar kamu.

Aldo: Untuk apa, Kak? Aku mau ganti pakaian.

Melody: Ya gak apa-apa, kamu ganti aja di kamar Kakak, soalnya Kakak mau geledah kamar kamu kok.

Aldo: Yaelah Kak, emangnya aku penjahat, pakai digeledah segala kamarku.

Melody: Udah, jangan beralasan, pokoknya Kakak mau geledah, siapa tahu kamu nyimpan film atau majalah porno.

Aldo menggeleng-geleng, ia membiarkan kakaknya masuk ke kamarnya dan mulai menggeledah, ia juga ikut masuk kamar itu tanpa menutup pintu. Setelah ia mengambil pakaian biasa maka ia keluar kamarnya dan pergi ke kamar kakaknya untuk berganti pakaian. Melody memeriksa sekeliling kamar adiknya, mulai dari tempat tidurnya yaitu di bawah bantal dan di bawah ranjang, lalu meja belajarnya dan rak buku kecilnya, terakhir di lemari pakaian. Tidak ditemukannya benda seperti perkiraannya, tapi ia mengingat ada selembar kertas yang entah bertuliskan apa tersimpan di laci meja belajar. Maka Melody kembali membuka laci itu, dan melihat isi selembar kertas itu. Rupanya tulisan tangan Aldo yaitu kalimat-kalimat bahasa Inggris yang membentuk puisi, sepertinya mendeskripsikan perempuan yang spesial. Melody tersenyum membacanya, meskipun belum tentu itu ditujukan pada dirinya. Ia berniat menanyai Aldo.

Aldo kembali ke kamarnya setelah selesai ganti pakaian di kamar sebelah, Melody pun memberikan selembar kertas itu padanya sambil tersenyum. Aldo menerima kertas itu dan mengingatnya karena itu adalah puisi buatannya yang ditujukan pada Shania. Ia pun menatap heran kakaknya yang terus tersenyum.

Aldo: Kakak kenapa senyam-senyum?

Melody: Ih, memangnya senyum itu dilarang? Yaudah deh.

Melody menunjukkan ekspresi cemberut, Aldo pun tertawa melihatnya.

Aldo: Haha, sensi banget sih Kak, maksud aku nanya apa penyebab Kakak senyam-senyum sambil ngasih aku kertas ini.

Melody: Itu puisi yang kamu buat ditujukan pada siapa?

Aldo: Tentu Shania dong Kak, kenapa? Kakak ngarap kalau puisi ini buat Kakak?

Melody mengangguk pelan, kemudian Aldo lanjut bicara.

Aldo: Kalau Kakak mau, aku bisa membacakan untukmu, karena kamu adalah wanita pertama yang kucintai.

Melody lagi-lagi mengangguk, namun sambil tersenyum. Aldo menarik nafas sejenak, kemudian menghembuskannya pelan. Ia mulai membacakan puisi itu untuk Melody, sama seperti ketika ia membacakan pada tunangannya Shania. Setelah selesai membacakan puisi, Aldo mendapat tepuk tangan dari kakaknya.

Aldo: Hehe, kenapa Kakak tepuk tangan? Kan aku barusan bukan melakukan sulap.

Melody: Soalnya kamu membacakannya penuh perasaan, Kakak senang banget.

Aldo: Yaudah Kak, aku mau ke rumah Shania dulu.

Melody: Eh, Kakak ikut dong, Kakak gak mau sendirian di rumah ini.

Aldo: Loh, memangnya Ayah dan Ibu ke mana?

Melody: Mereka ke supermarket, Ayah nemenin Ibu shopping kebutuhan bulanan keluarga kita. Belum lama perginya.

Tiba-tiba mereka berdua mendengar bunyi dari perut Aldo, Melody tertawa terbahak-bahak sedangkan Aldo cengengesan dengan rasa malu.

Melody: Hihi, kamu belum makan siang dari tadi ya?

Aldo: Hehe, iya Kak, soalnya kan aku cuma sekedar jenguk kak Ve di rumahnya tadi.

Melody: Yaudah, kamu makan siang dulu baru nanti ke rumah tunanganmu.

Aldo mengangguk, ia kemudian digandeng kakaknya menuruni tangga dan menuju ruang makan di lantai 1. Disana sudah terhidang makanan kesukaan Aldo, dan Melody mengatakan kalau dia yang memasak untuk adik tercintanya. Aldo mengucapkan terima kasih, ia mulai makan dengan Melody duduk di sampingnya melihatnya makan. Selesai makan Melody menanyai adiknya rasa makanan itu, dan Aldo memberikan 2 jempol pertanda masakan kakaknya sangat enak. Beberapa menit kemudian kedua orang tua Aldo sudah pulang, Aldo pun izin pada mereka untuk ke rumah tunangannya. Melody juga tidak jadi ikut, karena ia tidak mau kedua orang tua mereka curiga.

Aldo berangkat menuju rumah Shania dan menjalankan motornya dengan pelan karena sambil memikirkan perhatian kakaknya padanya, yang terkesan berlebihan. Setelah 20 menit perjalanan pelan dengan motornya, Aldo pun sampai di luar gerbang rumah Shania. Ia menyapa satpam di depan gerbang, kemudian satpam itu membukakan gerbang padanya.

Saat sampai di pintu depan rumah itu, Aldo memencet bel, semenit kemudian Shania membukakan pintu.

Shania: Eh, darling, tumben kesini.

Aldo: Nia, orang tua kamu ada di rumah gak?

Shania: Gak ada tuh, mereka lagi keluar sama keluarga sepupu aku, kenapa? Kamu ada perlu dengan mereka?

Aldo: Enggak sih, kalau kamu sendirian di rumah itu berarti kita bisa melakukan apa aja dong, hehehe.

Shania: Ih, hahaha. Kamu kok mesum sih, tuh lihat ada satpam, aku tinggal teriak kalau kamu macam-macam. Lagian aku gak sendiri kok di rumah ini.

Aldo: Oh iya, kalau begitu aku mau minta sesuatu nih sama kamu.

Shania: Kamu mau minta apa, darling? Ciuman?

Aldo: Bukan, aku mau gendong kamu, boleh kan?

Shania: Hmm, memangnya kamu kuat gendong aku?

Aldo: Iya juga ya, kamu kan gendut.

Wajah Shania langsung menunjukkan ekspresi cemberut dan memukul-mukul pelan lengan pacarnya, Aldo cengengesan dan tiba-tiba menggendong tunangannya. Gadis itu terkejut dan reflek melingkarkan tangannya ke leher Aldo.

Shania: Ih, darling, bikin kaget aja.

Aldo: Hehe, kamu gak terlalu berat kok Nia. Dan yang tadi bercanda kok sayang, kamu gak gendut.

Gadis itu tersenyum, Aldo memang merasa tunangannya itu tidak berat, meskipun tentu saja Melody lebih ringan sedikit. Aldo menggendong Shania masuk ke dalam rumah, tunangannya itu menutup pintu depan. Mereka menuju ruang tamu dan Aldo terkejut melihat ada Nabilah di ruang tamu. Shania tertawa melihat ekspresinya. Nabilah melihat pasangan itu dan menggeleng-geleng.

Aldo: Eh, Bil, kok kamu ada disini?

Shania: Tuh kan darling, kan aku tadi bilang kalau aku gak sendiri.

Nabilah: Ckckck, aku mulai jadi obat nyamuk kayaknya.

Pasangan itu tertawa, Aldo menurunkan Shania dari gendongannya, kemudian kembali bicara.

Aldo: Aku kira yang kamu maksud Aldo junior, Nia.

Nabilah: Eh, siapa itu Aldo junior yang kamu maksud, Do?

Shania: Hihihi, Bil, Aldo junior itu nama anjing aku.

Nabilah tertawa lepas, Aldo terkekeh dan berbisik pada Shania.

Aldo: Itu dia kenapa? Kerasukan ya?

Shania: Hihi, dia sebelumnya gak tahu kalau aku beri nama anjing itu, darling.

Aldo: Hmm, kamu akrab dengan Nabilah ya?

Shania: Iya sayang, soalnya kan Nabilah rumahnya gak jauh dari sini, tinggal jalan kaki dia bisa mampir kesini. Kamu baru tahu ya?

Aldo: Aku kira teman dekat kamu adalah Marsya.

Shania: Enggak kok darling, aku gak gitu dekat dengan Marsya.

Nabilah yang sudah menyelesaikan tawanya pun ikut bicara.

Nabilah: Hei, kalian kenapa bisik-bisik? Ngomongin aku ya?

Pasangan itu berhenti berbisik, dan sama-sama menatap Nabilah.

Aldo & Shania: Enggak, GR amat kamu.

Nabilah: Hmm, aku makin curiga nih.

Aldo: Udah, jangan curigaan, beneran kok Bil. Eh, itu kamu lagi ngerjain PR apa?

Nabilah: Ini loh, PR Fisika tadi, aku dan Shania tadi lagi ngerjain sebelum kamu datang.

Shania: Darling, bantu kami ya, kamu pasti udah selesai kan PR ini?

Aldo mengangguk sambil tersenyum pada tunangannya, ia lalu membantu mengerjakan PR Fisika kedua gadis itu. Pelajaran yang paling dikuasainya di kehidupan mimpi ini, membuatnya mampu menerangkan cara pengerjaan soal pada Shania dan Nabilah. Tak lama kemudian PR kedua gadis itu selesai.

Nabilah: Yeay, sekarang PR selesai, thanks ya Do.

Aldo: Sama-sama, Bil.

Shania: Sekarang yuk kita main dengan Aldo junior.

Mereka bertiga berjalan ke halaman belakang rumah, dan melihat anjing husky warna coklat sedang bermain-main dengan bola warna-warni. Nabilah mulai melempar frisbee untuk ditangkap Aldo junior. Anjing itu sangat senang karena diajak main 3 remaja itu.

Menjelang petang, Aldo pamit pada kedua gadis itu, ia kembali pulang ke rumahnya. Saat sampai di kamarnya, Aldo mendapat miscall dari Kalvin.

Aldo: Halo, bang Kalvin, ada apa?

Kalvin: Do, besok elu ada waktu gak? Soalnya gue mau main basket bareng teman-teman kampus nih, tempatnya lapangan basket di kampus. Lu ajak teman-teman sekolah aja, soalnya kita mau main yang agak beda, satu tim lebih dari 5 orang.

Aldo: Wow, boleh tuh bang. Berarti bang Rendy ada ikut juga ya?

Kalvin: Hah? Rendy siapa? Gue gak punya teman atau kenalan yang namanya Rendy.

Aldo: Loh, bang Rendy yang abangnya kak Ve.

Kalvin: Ve siapa, Do? Kayaknya pernah dengar nama itu, tapi gue lupa tuh.

Aldo: Itu loh bang, kak Ve kan gadis yang datang ke pertunjukan Natal kampus waktu itu, duduk di samping gue.

Kalvin: Oh, yang itu. Tapi beneran loh, gue waktu itu baru aja kenal dia, mana mungkin gue kenal abangnya yang elu tadi bilang namanya Rendy.

Aldo: Hmm, okelah bang, gak usah dibahas lagi. Besok mau jam berapa mainnya?

Kalvin: Sekitar jam 2 siang deh, soalnya teman-teman gue ada yang makan siang setengah jam sebelum itu.

Aldo: Oke, sip bang. Besok gue ajak teman-teman sekolah.

Kalvin: Yang banyak ya Do, biar lebih rame. Nanti kita mainnya bergiliran, satu tim maksimal 10 orang aja deh.

Aldo: Hahaha, kenapa gak sekalian 11 aja bang? Biar jadi tanding sepakbola.

Kalvin: Nah itu dia Do, teman-teman gue bilang kalau maksimal 10 aja biar gak dikira mau tanding sepakbola, soalnya kayaknya ada mahasiswa dan mahasiswi lain yang datang ke kampus, dan bisa aja mereka nonton. Mereka yang datang untuk mengurus keperluan ospek di bulan depan.

Aldo: Oh gitu, yaudah deh. Jadi kami yang murid SMA perlu ganti baju dulu atau enggak?

Kalvin: Ya terserah sih, kalau kalian gak mau baju seragam basah kena keringat, ganti aja. Soalnya mainnya berdasarkan skor, bukan waktu.

Aldo: Oke deh bang, nanti gue bilang pada teman-teman gue.

Kalvin: Sip, yaudah Do, gue tutup telpon ya. Bye.

Setelah pembicaraan di telepon itu berakhir, Aldo kembali memikirkan hal tadi sambil duduk di kasurnya.

Aldo(berpikir): Hmm, rupanya di kehidupan mimpiku ini kak Kalvin dan kak Rendy tidak saling mengenal. Terus tadi Shania bilang kalau teman dekatnya bukan Marsya. Ah sudahlah, makin kupikirkan makin pusing kepalaku.

Lamunan Aldo terhenti ketika pintu kamarnya terbuka dari luar, ia menoleh dan melihat Melody masuk kamarnya.

Aldo: Kenapa Kak?

Melody: Enggak, Kakak mau memastikan sesuatu.

Melody mendekat pada adiknya dan mencium aroma tubuh Aldo dengan membungkukkan badan, hidungnya menangkap wangi parfum dari Shania. Setelah itu ia berjalan mundur sedikit dan menghadap adiknya dengan kembali berdiri tegak.

Melody: Kamu tadi memeluk atau menggendong Shania kan, dek?

Aldo(terkejut): Eh, kok Kakak tahu?

Melody: Hihi, soalnya ada aroma parfum yang biasa Shania gunakan di tubuh kamu.

Aldo: Memangnya Kakak tahu dia biasanya pakai parfum apa?

Melody: Tahu dong, kan Kakak yang sarankan dia parfum apa yang cocok dipakainya. Dia biasanya gak pakai parfum, dan sejak pacaran dengan kamu baru mulai memakai parfum.

Aldo: Hmm, pantesan aku gak mencium ada aroma parfum ketika aku dan dia berduaan di toilet sekolah yang sepi sebelum kami pacaran. Eh!

Melody: Hayoo, kamu ngapain dengan dia di toilet? Berbuat mesum ya?

Aldo: Enggak kok Kak, aku gak ngapa-ngapain dia, cuma ngobrol doang.

Melody: Hmm, kalau ngobrol kenapa sampai berduaan di toilet? Kan bisa di kelas ngobrolnya.

Aldo: Eh, itu... gimana ya, hehehe.

Melody: Ayo cerita aja sama Kakak, Kakak gak akan lapor Ayah dan Ibu kok.

Dengan deg-degan Aldo mulai memberitahu Melody penyebab ia berduaan di toilet dengan Shania, diawali dari surat cinta itu sehingga ia ‘menyergap’ Shania di toilet, meskipun tidak jadi ciuman lalu mereka kembali bertemu di toilet sepulang sekolah, karena Aldo agak lupa dengan surat cinta itu.

Melody: Oh gitu ya, wajar sih, kamu emang kadang-kadang pikun, padahal masih remaja hihihi.

Aldo cengengesan, kemudian kakaknya kembali bertanya.

Melody: Jadi gimana, tadi kamu meluk atau gendong dia? Kakak mau tahu.

Aldo: Aku tadi gendong dia, Kak. Soalnya biar adil aja, aku pernah sekali menggendong perempuan yang kucintai.

Melody: Hmm, kamu pernah meluk dia kan?

Aldo: Ya pernah dong Kak, kenapa memangnya?

Melody memeluk Aldo sejenak, kemudian melepaskannya dan duduk di samping adiknya.

Melody: Punya Kakak lebih besar atau punya dia?

Aldo: Yaelah Kak, masih aja mau dibandingkan. Punya dia lebih besar sedikit. Dan dia sedikit lebih berat dari Kakak ketika aku gendong tadi. Ada lagi yang mau Kakak bandingkan dengan dia?

Melody: Hihi, bercanda dek, kamu malah jawab.

Aldo tertawa ringan, ia barusan mengira kakaknya benar-benar mau membandingkan diri dengan Shania. Kemudian pandangan matanya sedikit bergoyang-goyang, seperti merasa gempa di sekelilingnya.

Aldo’s dream end.

Aldo terbangun dari mimpinya, rupanya Melody yang mengguncang-guncang badannya untuk membangunkannya.

Aldo melihat sekeliling, cahaya matahari senja memasuki jendela dari balkon kamarnya. Ia mendapati kakaknya yang sudah mengenakan pakaian biasa.

Aldo: Eh, Kakak. Udah mau malam ya?

Melody: Iya dek, kamu buruan mandi dulu sebelum makan malam.

Aldo mengangguk, kakaknya keluar dari kamar itu. Dia menyusul ke lantai bawah semenit kemudian dan pergi ke kamar mandi. Sejam kemudian kakak beradik itu sudah hampir selesai makan malam. Melody buka suara setelah meminum air putih.

Melody: Dek, Kakak mau bicara sesuatu.

Aldo yang baru saja selesai minum pun ikut menjawab perkataannya.

Aldo: Bicara aja Kak, kok kayaknya serius banget.

Melody: Gini loh dek, mulai besok Kakak akan kerja part-time di minimarket langganan kita, jadi kasir. Kakak kerjanya dari jam 10 pagi hingga jam 4 sore, cuma selama liburan kuliah jadi begitu awal bulan September Kakak udah gak kerja disana lagi. Kakak ngambil lowongan ini biar bisa mengisi waktu luang aja, soalnya Kakak bosan di rumah terus.

Aldo: Hmm, lalu kenapa?

Melody: Kakak mau minta pendapat kamu, dek. Kalau kamu merasa kesepian di rumah ini lantaran Kakak kerja, Kakak gak akan mulai kerja besok. Soalnya Kakak bilang pada manager-nya kalau Kakak masih mempertimbangkan tawaran ini.

Aldo: Kakak kapan dapat tawaran kerja ini?

Melody: Dari kemarin, dek. Manager-nya sekarang udah ganti yang baru karena yang lama pensiun. Manager yang baru adalah perempuan, dan dia salah satu teman kampus Kakak. Dia 1 tingkatan di atas Kakak dan bulan September nanti sudah memasuki semester 7. Kebetulan minimarket itu punya tantenya, jadi dia bisa merekrut teman-temannya untuk kerja part-time. Selain Kakak, ada juga beberapa teman kampus dia yang ditawari kerja.

Aldo: Kakak terima aja pekerjaan itu, aku gak akan kesepian kok. Aku kan bisa main ke rumah teman dan bawa kunci rumah cadangan.

Melody: Kamu yakin, dek?

Aldo: Iya, Kak. Biar Kakak ada penghasilan sendiri, dan pengalaman kerja. Jadi sama deh dengan kak Kalvin yang sudah kerja juga.

Melody: Makasih ya dek, kamu mau mengizinkan Kakak kerja.

Aldo: Hehe, aku kan gak berhak melarang Kakak kerja, kalau aku begitu berarti aku egois dong. Oh iya, Kakak udah beritahu kak Kalvin tentang ini?

Melody: Kakak udah beritahu dia kemarin begitu dapat tawaran ini pagi harinya, dan dia setuju kalau Kakak terima tawaran kerja tapi dia bilang Kakak harus nanya pendapat kamu juga.

Aldo: Hmm, Kakak ke sana nanti naik mobil ya?

Melody: Ya enggak dong dek, Kalvin bilang dia akan antar-jemput Kakak. Soalnya kalau Kakak pakai mobil kan bisa menghebohkan dan mungkin membuat karyawan maupun karyawati lain iri.

Aldo memanggut-manggut, setelah itu ia menemani kakaknya menonton TV sebentar di ruang tamu. Saat waktu di smartphone-nya menunjukkan pukul 9 malam barulah ia pergi ke kamarnya di lantai atas untuk tidur duluan.

Keesokan harinya, Aldo berangkat seperti biasa ke sekolah, dan Melody masih terlelap sehingga Aldo berniat sarapan di sekolah saja. Aldo pun tiba di kelas 12 IPA 3 saat waktu di smartphone-nya menunjukkan pukul 6:40 pagi. Ia menghampiri tempat duduknya dan melihat Sinka menopang dagu dengan mata sesekali menutup. Sinka yang menyadari kehadiran Aldo pun menoleh pada tunangan kakaknya itu.

Sinka: Eh, Aldo, kebetulan kamu udah datang. Aku mau tidur sebentar ya, nanti kamu tolong bangunin aku kalau jam pelajaran pertama udah mau mulai.

Aldo hanya mengangguk padanya, setelah itu Sinka langsung menaruh kepala di atas meja dan memejamkan mata. Aldo yang masih berdiri agak terkejut karena melihat Sinka yang sepertinya sudah terlelap. Ia pun tersenyum sambil menggeleng-geleng.

Setelah menaruh tas di bangkunya, ia melihat ke belakang, seperti biasa kerumunan siswa kelas itu berkumpul. Aldo berjalan ke belakang kelas untuk bergabung dengan mereka yang asyik bercakap-cakap. Para siswa itu sama-sama menoleh padanya ketika ia datang dan mereka menghentikan obrolan. Heru membuka suara duluan menyambut Aldo.

Heru: Wiiih, bos datang nih.

Aldo(mengernyitkan alis): Hah? Siapa yang bos?

TO BE CONTINUED...


By: E.D.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Between Dream And Reality, Part 12

GALLANT IMPACT, Chapter 25

GALLANT IMPACT, Chapter 29