GALLANT IMPACT, Chapter 17
Chapter 17: Love in Canteen
Sehabis berpisah arah dengan
Anthony, Ricky melajukan motor untuk pulang ke tempat kos. Ia menangkap cahaya
di tengah jalan, dan segera mencari sumbernya, memasuki taman kota yang sepi.
Ricky terus mencari asal cahaya itu, dan menemukannya di sebuah pohon yang ada
seorang pria berhoodie di samping benda bercahaya itu. Meskipun gelap, Ricky
bisa melihat kalau warna pakaian orang itu serba biru, benda bercahaya semacam
batu itu juga berwarna biru kemudian pudar cahayanya ketika Ricky ada di
hadapan pria itu setelah memarkirkan motor dekat bangku taman dan berjalan
mendekatinya.
Ricky: Hei, kamu siapa ya?
Pria misterius: Selamat datang
kembali, orang terpilih.
Ricky: Eh, apa maksudmu? Apakah
aku pernah kesini? Kamu siapa? Orang yang kukenal?
Pria misterius: Tentu saja kau
pernah datang kesini, orang terpilih. Kau tidak mengenalku, tapi aku
mengenalimu.
Ricky: Kenapa kamu bisa
mengenaliku? Apa maksud perkataanmu tadi kalau aku ‘orang terpilih’?
Pria misterius: Batu di pohon ini
tadi bercahaya, menandakan kau adalah orang terpilih, karena tidak ada orang
lain lagi di sekitar taman ini selain kita berdua.
Ricky: Emm, boleh aku tahu siapa
dirimu?
Pria misterius: Kau bisa
memanggilku Guardian, orang terpilih. Aku akan memberitahumu apa maksud dari
orang terpilih.
Ricky: Oke, Guardian, jadi apa
maksudmu itu?
Guardian: Maaf, aku akan
memberitahumu nanti setelah semua ingatanmu pulih, jadi mungkin sebaiknya kau
menunggu hingga tanggal 23.
Ricky: Eh, berarti ingatanku akan
benar-benar pulih tanggal 23 nanti? Kenapa kau bisa mengetahuinya, Guardian?
Guardian: Seperti yang pernah
dikatakan dokter itu, orang terpilih. Ya, dia berkata benar jadi jika tak ada intervention maka ingatanmu akan pulih
di tanggal itu. Aku bisa mengetahui semua tentang dirimu, orang terpilih.
Ricky: Kalau begitu, bisakah kamu
membantu ingatanku pulih, Guardian?
Guardian: Maaf, orang terpilih,
aku tidak boleh ikut campur dalam hal itu. Aku harus segera pergi dulu. Sampai
bertemu lagi, orang terpilih.
Ricky: Eh, tunggu dulu...
Perlahan di hadapan Ricky sosok
Guardian itu menghilang, setelah itu Ricky melihat lebih dekat batu berukuran
segenggam tangannya yang tertempel erat di pohon itu. Ia merasa tidak asing
dengan batu itu, tapi ia segera bergegas pulang karena waktu sudah menunjukkan
pukul 9:20 malam.
Sesampainya di tempat kos, Ricky
melihat Bobi masih menonton TV. Ia menyapa siswa kelas 1 SMA itu dan berlalu ke
kamarnya. Di dalam kamar, Ricky masih memikirkan maksud perkataan dari Guardian
yang tadi ditemuinya. Tak lama kemudian ia mulai memejamkan mata untuk
beristirahat setelah mengganti pakaian terlebih dulu.
Di hari minggu, Ricky
menyelesaikan jam kerjanya dan sore harinya ia baru berniat mengabari Michelle.
Beberapa hari kemarin ia mengabari Michelle di saat jam makan siang. Setelah
menekan nomor PIN untuk membuka smartphone-nya, Ricky mulai mengirim SMS pada
adiknya itu.
Ricky: Michelle, kamu sedang apa?
Michelle: Aku seperti biasa, Kak.
Main dengan Richard. Kak Ricky sendiri sedang apa?
Ricky: Oh, gitu. Kakak habis
selesai kerja, ini mau pulang. Kamu kalau suntuk, jalan-jalan aja nanti Kakak
bisa temenin kok.
Michelle: Enggak kok Kak, aku gak
lagi suntuk, ini teman-temanku dari siang mampir kesini untuk ikut main dengan
Richard juga.
Ricky: Hmm, oke deh. Kamu
baik-baik ya, salam buat teman-teman kamu juga.
Michelle: Ok Kak.
Karena merasa capek dan ingin
segera istirahat, Ricky menuju parkiran motor untuk pulang ke tempat kos, tapi
ditengah jalan SMS kembali hinggap di smartphone-nya. Ia melihat nama ‘Melon’
dan menghentikan laju motor untuk membalasnya.
Melody: Ricky, kamu sibuk enggak?
Ricky: Enggak nih, kerjaanku
sudah selesai. Kenapa, Melon?
Melody: Ini, aku mau ngajak kamu
makan di Starlight cafe.
Ricky: Kapan? Ada acara apa nih?
Melody: Sekarang. Frieska ulang
tahun, sebenarnya sih 3 hari yang lalu tapi karena aku lupa ngucapin kemarin,
dia minta aku ngajak kamu makan hari ini deh. Kalau gak diturutin, dia cemberut
terus.
Ricky: Oh, bisa-bisa. Hehehe, kok
kamu bisa lupa sih? Nabilah juga lupa ya?
Melody: Aku kelupaan soalnya 3
hari lalu itu sibuk banget, kalau Nabilah sih ingat dan udah ngucapin.
Teman-teman di sekolahnya juga udah ngucapin di tanggal itu. Frieska yang
traktir kok nanti, dia sendiri yang bilang. Kamu beneran bisa kan?
Ricky: Iya, bisa kok Melon,
lagian itu dekat dengan tempat kos. See you there.
Melody tidak membalas, Ricky
kembali menjalankan motornya setelah memasukkan smartphone kembali ke saku
celananya. Ia memang merasa capek, tapi karena permintaan wanita yang
dicintainya itu terbilang ‘gawat’ maka ia menyanggupi. Apalagi ternyata tempat
yang dimaksud dekat dengan tempat kos.
Sesampainya di Starlight cafe,
Ricky memarkirkan motor disamping sebuah motor yang dirasanya tak asing. Ia
tidak ambil pusing mengenai siapa pemilik motor itu, dan memasuki kafe yang
lumayan terang terlihat dari luar.
Ricky menghampiri sebuah meja
untuk 4 orang dimana sudah ada Frieska dan Nabilah yang duduk berdampingan, dan
Melody sendiri. Ia datang duduk di samping wanita itu.
Ricky: Hai Frieska, selamat ulang
tahun ya.
Frieska: Ih, apaan sih kak Ricky,
sudah lewat kok.
Melody: Huh, kalau sudah lewat
kenapa kamu mau dirayain hari ini?
Frieska: Ckckck Kak Imel, siapa
suruh kak Imel lupa, huuuh.
Ricky: Hai Nabilah, apa kabar?
Nabilah: Kabarku baik, kak Ricky.
Sebulan lagi mau menghadapi UN.
Ricky: Oh, bagus deh, semoga
berhasil ya.
Nabilah: Amin, eh kak Ricky aku
boleh nanya gak? Ini kak Ricky kok berpakaian aneh?
Ricky: Oh, ini. Kan habis kerja,
Nabilah. Pakaian kerja emang begini.
Frieska: Kak Ricky kerja apa?
Ricky: Jadi bellboy di SKYPILLAR
HOTEL, bareng Anthony.
Ketiga gadis itu memandang Ricky
dengan ekspresi terkejut, kemudian direspon Ricky.
Ricky: Kenapa kalian? Takjub ya,
ada bellboy seganteng aku? Hehehe.
Melody: Ih, kepedean deh, hihihi.
Frieska dan Nabilah ikut tertawa,
Ricky masih cengengesan. Setelah tawa mereka mereda, Frieska memanggil seorang
pelayan. Ricky mulai mengenali sosok pelayan yang mendekat itu, rupanya Donny.
Donny: Eh, Frieska, bang Ricky.
Ricky: Loh, Donny? Kamu kerja
disini?
Donny: Iya, seperti yang kalian
lihat, hehe.
Frieska: Eh, kak Donny waiter ya?
Donny: Iya, kenapa Frieska?
Kecewa ya kalau gebetanmu ini waiter,
hehehe.
Frieska: Ih, apaan sih kak Donny
haha. Nanti aku bilangin kak Rona loh.
Donny: Eh, jangan dong. Aku kan
cuma bercanda.
Ricky dan ketiga gadis itu
tertawa ringan, lalu Frieska lanjut bicara.
Frieska: Makanya jangan modus,
hihihi. Kak Donny, boleh aku lihat menunya?
Donny menyerahkan buku menu yang
dipegangnya pada Frieska, kemudian ia berkenalan dengan Nabilah dan Melody.
Ricky bertanya padanya setelah itu.
Ricky: Don, kamu udah kerja
berapa lama?
Donny: Aku kerja disini sejak
mulai ngekos, bang. Sekitar 5 bulan yang lalu.
Ricky memanggut-manggut, Frieska
kemudian memesankan makanan porsi kecil untuk mereka berempat karena jam makan
malam belum tiba.
Sembari menunggu makanan
dihidangkan, Frieska bercerita tentang beberapa cowok ganteng di sekolah, Nabilah
mengomentari sedangkan Melody dan Ricky hanya mendengarkan sambil tertawa
karena komentar Nabilah.
Saat mereka sudah selesai makan,
Melody memberitahu Frieska mengenai keadaan butik mereka yang akhir-akhir ini
banjir pesanan. Ricky dan Nabilah hanya mendengarkan, sedangkan di sebuah meja
lain ada Donny yang menyantai karena jam kerjanya sudah selesai. Ricky permisi
kepada ketiga gadis itu untuk mengobrol dengan Donny. Ia berbicara beberapa hal
dengan Donny, dan baru mengetahui kalau Rama adalah abangnya waiter itu.
Saat senja tiba, Melody beserta
kedua adiknya pamit pulang duluan pada Ricky dan Donny. Beberapa menit setelah
mobil Melody melaju meninggalkan kafe itu, Ricky juga hendak pulang beserta
Donny. Tibalah kedua pemuda berbeda profesi itu beberapa menit kemudian.
~------------------------0O0------------------------~
Hari Senin tanggal 9 Maret, Ricky
terbangun ketika pukul 7:08 pagi. Ia mengirim SMS mengabari Michelle, karena
dirasanya hari pertama kuliah akan sangat panjang dan ia bisa kelupaan. Setelah
selesai, Ricky mengambil handuk dan mengantri kamar mandi. Ia mengenakan
pakaian ala mahasiswa sambil kembali ke kamarnya usai mandi. Ada SMS yang baru
hinggap di smartphone-nya, karena layarnya masih menyala.
Ega: Ricky, lu ingat kan hari ini
pertama kalinya masuk kuliah lagi?
Ricky: Iya, gue ingat kok Ga. Lu
bisa gak ngasih alamatnya? Kan gue belum tahu dimana letaknya.
Ega: Oke, owe nanti kirim pesan
LINE aja. Sekaligus ruang kuliahnya.
Ricky: Thank you Ga.
Ega: Sama-sama, ini owe mau
jemput pacar owe dulu.
Beberapa menit kemudian pesan
LINE dari Ega pun datang. Ricky melihat ada sebuah alamat, dan juga ruangan
kuliah. Tapi yang membuatnya heran adalah kata ‘Gedung Timur’ karena itu ia
berniat menanyai salah satu mahasiswi penghuni kos.
Setelah menenteng backpack di
punggungnya, Ricky keluar kamarnya dan melihat Naomi baru turun dari tangga,
sepertinya juga bersiap untuk berangkat kuliah.
Ricky: Eh, Naomi, bareng yuk ke
universitas Patmangin.
Naomi: Kenapa? Tumben kamu ngajak
bareng?
Ricky: Kamu kan tahu, kalau....
hehe, lupa ya?
Naomi: Oh iya, hihi. Oke deh,
yuk.
Mereka berjalan berdampingan,
Naomi di belakangnya Ricky yang terlebih dulu keluar dari pintu depan kos.
Ricky memakai helm-nya dan memberikan helm yang satu lagi untuk dipakai Naomi.
Naomi berpegangan pada pundak Ricky yang mulai melajukan motor dengan kecepatan
sedang. Wanita itu menunjukkan jalan tercepat menuju universitas Patmangin, dan
tibalah mereka 11 menit kemudian di parkiran motor Gedung Timur. Naomi pergi
duluan ke kelasnya di Gedung Selatan, setelah Ricky mengucapkan terima kasih
padanya. Ricky kemudian melihat suasana yang tidak asing baginya, tapi tetap
belum bisa mengingat apapun. Dengan melihat kembali pesan LINE yang tadi Ega
kirim, Ricky menuju ruangan kuliahnya.
Saat menuju ruangan kuliahnya, ia
melihat suasana ala kampus, mahasiswa dan mahasiswi berlalu lalang tapi tak
satupun dikenalinya. Tibalah Ricky di lantai 3, ruangan R8 dan melihat Ega
beserta Jerry duduk di 2 bangku paling belakang. Ricky duduk di tengah-tengah
Ega dan Jerry. Kedua teman sekelas Ricky itu memberitahunya mengenai dosen yang
akan masuk di mata kuliah hari ini, dan juga beberapa nama mahasiswa dan
mahasiswi yang lain di kelas itu.
Perkuliahan pertama dijalani
Ricky tanpa hambatan, ia mampu menyerap materi kuliah yang diberikan dosen.
Waktu istirahat pun tiba, Ricky diajak ke kantin Gedung Utara oleh Ega dan
Jerry, ia ikut karena sudah lapar, dan mereka melewati semacam taman yang
diapit 4 gedung universitas itu. Ada beberapa bangku taman dan para mahasiswa
dan mahasiswi yang berlalu lalang tidak menginjak rumput, karena sudah
disediakan jalan setapak untuk menuju Gedung Utara, Barat, dan Selatan.
Setibanya di kantin yang cukup
luas menurut Ricky, kedua temannya itu permisi untuk menemui pacar
masing-masing. Ricky mencari tempat duduk sendiri setelah menenteng makanan
pesanannya. Ia pun menemukan meja untuk 2 orang yang kosong, ia segera duduk
disana. Selagi Ricky menyantap makanannya, tanpa ia sadari Stella kini juga ada
di kantin itu dan berjalan menuju tempatnya sambil menenteng makanan pesanannya
juga. Ia berniat membantu Ricky dengan intervention.
Stella: Hai, boleh gabung gak?
Ricky hanya mengangguk sambil
menatap Stella sebentar, ia melanjutkan makannya perlahan sambil coba
mengingat-ingat siapa mahasiswi yang bergabung dengannya ini, karena terasa
familiar baginya.
Stella yang selesai makan lebih
dulu disusul Ricky beberapa detik kemudian membuka pembicaraan.
Stella: Kak Ricky, ingat aku gak?
Ricky yang terkejut karena
mahasiswi ini mengenalnya lalu menjawab.
Ricky: Kamu siapa ya? Apa aku
pernah mengenalmu?
Stella: Namaku Stella, kak Ricky.
Aku dulu kelas 10 di SMA Tunas Bangsa ketika kak Ricky kelas 12.
Ricky: Emm, maaf ya, Stella, aku
kena amnesia.
Stella: Iya, gak apa-apa kok. Aku
udah tahu dari Naomi, kan dia teman sekelasku.
Ricky: Oh, jadi dulu Naomi juga
sekolah di Tunas Bangsa?
Stella: Enggak, kak Ricky. Naomi
dulu tidak sekolah di Tunas Bangsa.
Ricky: Hmm, jadi kamu menemui aku
untuk intervention ya?
Stella: Tepat sekali, kak Ricky.
Siapa tahu kak Ricky bisa sedikit ingat atau bahkan ingat semuanya kalau ketemu
aku.
Ricky: Hehe, gitu ya. Memangnya
kamu mantan pacarku, atau mantan gebetanku?
Stella: Ih, bukan. Aku kan dulu
sempat curhat pada kak Ricky.
Ricky: Curhat apa ya?
Stella: Gini loh, dulu kan aku
naksir kak Jo, teman sekelasnya kak Ricky.
Ricky: Maksud kamu Jonathan?
Stella mengangguk, kemudian Ricky
tiba-tiba sakit kepala. Ia memegangi kepalanya sambil sebuah ingatan hinggap.
Yaitu ketika Stella memberitahu Ricky di depan kelas 12 A. Saat itu Jonathan
sedang ke kantin, jadi Stella sempat curhat pada teman dari cowok yang
disukainya. Ricky berniat membantu, meskipun Jonathan sedang punya pacar tapi
Ricky diam-diam tahu kalau pacarnya Jonathan itu selingkuh. Karena melihat
Stella yang sepertinya tulus mencintai Jonathan, Ricky mengatakan pada gadis
itu kalau dia akan memisahkan Jonathan dari pacarnya yang selingkuh. Tapi
Stella mencegah Ricky, ia tidak mau merasa menjadi perusak hubungan orang. Maka
dari itu Ricky menyimpan rahasia kalau Stella naksir pada Jonathan.
Stella: Eh, kak Ricky kenapa?
Ricky: Aku ingat waktu kamu
curhat padaku soal itu.
Stella: Wah, jadi kak Ricky
ingat? Ada lagi gak selain itu?
Ricky yang merasa kepalanya sudah
tidak sakit lagi segera menjawab pertanyaan Stella.
Ricky: Cuma itu sih, selain itu
aku gak ingat apa-apa lagi.
Stella: Hmm, bagus deh kalau kak
Ricky ada yang diingat, aku yakin lama-lama nanti kak Ricky bisa ingat semuanya
lagi.
Ricky: Oke, thanks atas
bantuannya, Stella.
Stella tersenyum, kemudian Ricky
bicara lagi.
Ricky: Jadi kamu masih naksir
Jonathan?
Stella: Emm, sedikit sih. Soalnya
aku lihat kak Jo sekarang kelihatannya bahagia dengan pacarnya yang baru, kenal
di universitas ini.
Ricky: Oh, gitu. Yaudah, kamu
jadi pacarku aja, aku jomblo nih, hehe.
Stella: Ahaha, apaan sih kak Ricky.
Terang-terangan banget, gak mau ah. Kak Ricky kan udah banyak pacar.
Ricky: Banyak gimana? Buktinya
dari tadi aku sendiri, ini cuma ditemani kamu.
Stella: Ya... aku lihat semester
lalu kak Ricky selalu dikelilingi mahasiswi-mahasiswi, semuanya beda Fakultas
deh kayaknya.
Ricky: Itu kan teman-teman aku
semuanya, aku cuma punya satu mantan pacar. Berarti kamu diam-diam perhatikan
aku ya, hehehe.
Stella: Ih, PD banget kak Ricky,
hihi. Aku kan gak sengaja lihat aja.
Ricky: Jadi gimana, mau ya jadi
pacarku, Stella.
Stella: Enggak, dasar jomblo
ngarep hihi.
Stella memeletkan lidah sedangkan
Ricky hanya cengengesan, ia tahu kalau Stella menganggap perkataannya hanya
candaan, dan memang benar. Karena Ricky memendam perasaan pada Melody, meskipun
ia belum bertemu gadis itu dari tadi. Beberapa menit kemudian Stella permisi ke
kelasnya dulu, sementara Ricky masih disana duduk sambil melihat Jerry yang
mesra dengan Mita, begitu juga pasangan Ega-Veranda.
Perbincangan dia dengan Stella
tadi dilihat oleh Melody dan Amelia. Mereka heran kenapa Ricky sempat memegangi
kepalanya sendiri, dan kedua mahasiswi berjulukan nama buah itu langsung
membicarakan tentang tadi, yaitu Ricky yang kemungkinan sudah ingat semuanya.
Siang sehabis kuliah, Ricky pergi
ke kantin Gedung Utara lagi, ia sendiri kesana. Ega sudah pergi mengantar
Veranda ke kantornya, untuk sekalian makan siang di luar. Jerry diajak pacarnya
Mita untuk makan di warung dekat Gedung Barat.
Selagi menunggu pesanan tiba,
Ricky memainkan smartphone-nya lalu datanglah Maya bersama Randy bergabung
dengan Ricky. Ia tidak keberatan dan pasangan kekasih itu makan duluan. Ricky
juga makan dengan cepat setelah pesanannya diantarkan pegawai kantin, ia lebih
dulu selesai makan daripada pasangan itu. Beberapa menit berlalu tanpa ada
pembicaraan diantara mereka, tiba-tiba Jonathan datang menghampiri meja itu
diikuti Agus. Ricky kebingungan melihat raut wajah Jonathan yang seperti marah
sambil menatap Randy. Kini Jonathan mencengkeram kerah baju Randy dan
menariknya berdiri.
Jonathan: Mau lu apa, keparat!
Randy: Hei, santai bro, gue cuma
gabung duduk aja.
Ricky: Eh, Jo, ada apa sih ini?
Jonathan: Apa lu belum cukup puas
hajar gue waktu itu, HAH? Lu mau hajar teman gue juga?
Randy: Kalau soal waktu itu, gue
minta maaf bro.
Ricky tiba-tiba merasakan sakit
di kepalanya lagi, ia teringat ketika Jonathan pertama kali bertemu dengannya
di kantin ini. Mendengar suara Ricky yang seperti kesakitan, Jonathan
melepaskan cengkeraman pada Randy, pandangannya tertuju pada Ricky yang
memegangi kepalanya.
Jonathan: Ky, lu kenapa?
Agus: Den Ricky, kepalanya
kenapa?
Ricky sambil memegangi kepalanya
bicara pada Jonathan.
Ricky: Jo, lu pernah bilang kan
kalau lu gak pendendam, tapi barusan kenapa lu marah pada Randy?
Jonathan: Eh, lu udah ingat Ky?
Ricky: Gue cuma barusan ingat itu
aja, selebihnya gak ada lagi. Tolong Jo, apapun masalah lu dengan Randy, kalian
baikan ya sekarang.
Jonathan menuruti permintaan
Ricky, ia bersalaman dengan Randy, mereka saling meminta maaf. Melihat itu
Ricky tersenyum, begitu juga Maya dan Agus. Ricky kemudian permisi untuk
berangkat kerja, setelah itu Jonathan dan Agus juga berlalu dari sana.
Memulai jam kerja setelah kuliah,
Ricky tidak terlalu kesulitan, ia pun menyelesaikan pekerjaan hari itu saat
waktu menunjukkan pukul 10 malam. Anthony sendiri juga sama dengannya, karena
dia juga mulai kuliah hari Senin itu. Mereka sama-sama mengganti pakaian
barulah hendak pulang. Ricky sampai di tempat kos dan dilihatnya sudah gelap,
sehingga ia menerangi jalan dengan cahaya dari smartphone-nya.
Hari Selasa esok, Ricky bergabung
duduk dengan Jonathan, Agus, dan Jeffrey. Ia hanya menjadi pendengar dari
pembicaraan mereka tentang klub-klub basket luar negeri.
Siangnya Ricky sedang memainkan
smartphone sehabis makan siang, lalu Melody dan Amelia menghampiri meja Ricky.
Melody duduk disamping Ricky, sedangkan Amelia duduk dihadapannya.
Amelia: Ricky, ingatan kamu sudah
kembali seutuhnya ya?
Melody: Iya Ricky, benar gak?
Ricky: Eh, Melon, Apel, kenapa
kalian bisa berpikiran begitu?
Melody: Soalnya kemarin kamu
memegangi kepala sehabis ngobrol dengan seorang cewek.
Amelia: Terus kamu kelihatannya
akrab dengan cewek itu setelahnya.
Ricky: Oh.... Jadi gini, dia
namanya Stella, dulu adik kelas di SMA Tunas Bangsa.
Amelia: Eh, itu Stella rupanya,
pantesan agak familiar aku ngelihatnya.
Ricky: Stella bilang padaku
kemarin, kalau dia pernah curhat pada aku soal perasaannya pada Jonathan.
Melody: Jadi Stella pernah naksir
Jonathan?
Amelia: Kok aku baru tahu, Ricky.
Jonathan tahu gak?
Ricky: Ya gitulah, Stella masih
sedikit naksir pada Jonathan tapi dia gak mau ganggu hubungannya Jonathan
dengan pacarnya yang sekarang. Jonathan tidak tahu, soalnya Stella dulu minta
aku untuk gak memberitahu, dia gak mau jadi perusak hubungan Jonathan dengan
mantan pacarnya yang selingkuh waktu SMA.
Amelia: Oh gitu ya, hmm padahal
aku juga sempat melihat mantan pacarnya itu selingkuh, tapi karena aku gak mau
ikut campur ya aku biarkan saja.
Melody: Jadi kamu cuma ingat itu,
Ricky?
Ricky: Hmm, iya. Tapi kemarin
siang aku juga ingat waktu pertama kali ketemu Jonathan lagi di kantin ini.
Amelia: Kok bisa begitu, Ricky?
Ricky: Kemarin Jonathan ribut
dengan Randy, terus aku tiba-tiba ingat deh soal Jonathan yang pernah bilang
dirinya tidak pendendam.
Melody: Eh, Jonathan ribut dengan
Randy?
Ricky: Iya, Melon, memangnya kamu
kenal Randy?
Melody: Dia kan mantan pacar aku.
Jadi mereka berantem?
Ricky: Oh iya, Randy pernah
bilang juga waktu aku di rumah sakit. Enggak, aku minta mereka baikan dan
Jonathan udah memaafkan Randy yang pernah memukul dia.
Amelia: Jadi, selain itu kamu gak
ingat apa-apa lagi, Ricky?
Ricky: Iya, itu aja.
Melody dan Amelia pamit tak lama
kemudian, karena mereka ada pekerjaan. Ricky mengabari Michelle sebentar, ia
juga pergi berangkat kerja sesudah itu.
~------------------------0O0------------------------~
Hari Rabu, Ricky makan pagi
ditemani Melody dan Amelia, ia hanya mendengar ketika dua mahasiswi itu saling
mengobrol tentang fashion, musik, dan sebagainya. Ricky melihat sekeliling
kantin, di sebuah meja ada Edric yang sedang ketawa-ketiwi dengan seorang
mahasiswi, di meja lain ada Widya yang sedang mengobrol dengan seorang
mahasiswa, dan Intan juga di meja sebelahnya. Ricky juga melihat ada Jeffrey
dan Jonathan yang duduk di 2 meja yang berdekatan bersama dengan pacar
masing-masing, tapi Jonathan juga ditemani Agus. Ia melihat di meja pojokan ada
Fita sedang ngobrol akrab dengan seorang mahasiswa. Di beberapa meja dari
tempat duduknya Ricky, ada juga Ega bersama Veranda sedang suap-suapan. Di
dekat sana juga ada pasangan Jerry-Mita.
Melihat semua teman-temannya
berpasangan, Ricky tertawa dalam hati karena kantin ini dipenuhi banyak
pasangan yang sedang pacaran. Ia sendiri berniat untuk mengungkapkan
perasaannya pada Melody setelah semua ingatannya kembali, dan berharap Melody
menerimanya sebagai kekasih baru. Sedang asyik melamun, Ricky dikejutkan dengan
lambaian tangan Melody dan Amelia.
Melody: Ricky, kamu kenapa? Kok
bengong?
Ricky: Enggak, gak ada apa-apa
kok.
Amelia: Apakah kamu ingat
sesuatu?
Ricky: Gak ada, aku cuma ingat
yang kemarin aku bilang pada kalian.
Melody: Jadi kamu barusan
melamunin apa?
Ricky: Ya... cuma menghitung hari
ketika ingatanku akan kembali aja.
Amelia: Semoga lebih cepat deh,
aku lihat kamu begini kayak gimana.. gitu.
Ricky: Kayak gimana sih?
Amelia: Persis orang linglung,
hihihi.
Melody tertawa, Ricky hanya
terkekeh mendengar omongan Amelia. Tak lama sesudah itu, waktu istirahat pagi
selesai, para mahasiswa dan mahasiswi bubar ke kelasnya masing-masing.
Siang hari di SMA Tunas Bangsa,
Michelle diajak ke rumahnya Riskha, karena cuaca panas jadi teman-teman Riskha
juga ingin mencoba olahraga air yaitu berenang di kolam renangnya rumah Riskha.
Terlebih dulu Michelle memberitahu Ricky yang tengah menunggu makanan pesanan
datang bersama Amelia dan Melody.
Michelle: Kak Ricky, aku diajak
ke rumahnya kak Riskha nih bareng teman-temannya juga.
Ricky: Lalu kenapa, Michelle?
Michelle: Ih, kak Ricky, kok gitu
sih reaksinya, kayak gak perduli. Tanyain kek siapa aja teman-temanku yang
ikut.
Ricky: Haduh, iya deh-iya.
Teman-teman kamu ada yang ikut? Atau kakak kelas semua, cuma kamu yang kelas
10?
Michelle: Nah gitu dong Kak,
hehe. Bukan cuma aku kok yang kelas 10, ada kak Shania, kak Hanna dari kelas
lain, Shani, dan Yupi. Kalau yang kelas 11 yaitu kak Riskha, kak Jeje, kak
Andela, kak Sonia, kak Sinka, dan kak Elaine.
Ricky: Hmm, itu kalian semua mau
tanding bola ya?
Michelle: Bukan Kak, kenapa kak
Ricky ngiranya gitu?
Ricky: Soalnya itu 11 orang
termasuk kamu, kali aja jadi tim sepakbola heheh.
Michelle: Hihi, bukan kok Kak,
kami mau berenang di kolam renang rumahnya, diajak kak Riskha soalnya cuaca
beberapa hari ini kan panas.
Ricky: Wah, kalau begitu Kakak
ikut dong, kan Kakak mau lihat gadis-gadis berbikini, terutama Andela dan Jeje.
Michelle: IIIIIHHH, kak Ricky GAK
BOLEHHHH! Dasar, lagi amnesia Kakak jadi mesum.
Ricky: Hehehe, Kakak cuma
bercanda, Michelle. Jangan marah dong, lagian Kakak ada kerjaan.
Michelle: Huuuh, aku terpancing
tadi, aku baru sadar kalau kak Ricky gak tahu alamat rumahnya kak Riskha.
Ricky: Kalau begitu kasih tahu
dong, biar Kakak kesana buat cuci mata, siapa tahu bisa ingat semuanya nanti.
Michelle: ENGGAAAAKKK! Jangan
alasan deh, dasar kak Ricky mesum.
Ricky: Hehehe, galak amat sih.
Michelle: Biarin! Udah dulu ya
Kak, nanti gak jadi pula kesana, ini juga kami mau makan siang dulu.
Kemudian ada emoticon memelet
lidah dikirimkan Michelle, Ricky tidak membalas pesan lagi, ia tertawa. Melody
dan Amelia yang heran melihatnya segera bertanya.
Melody: Ricky, kenapa kamu
tertawa sendiri?
Amelia: Memangnya ada yang lucu,
Ricky?
Ricky: Haha, enggak, ini aku
barusan SMS-an dengan Michelle.
Karena penasaran, maka Amelia
merebut smartphone dari tangan Ricky. Mahasiswa itu panik menunggu reaksi dari
kakaknya Andela tersebut. Dan ternyata benar, ia meletakkan smartphone itu di
meja tapi masih memegangnya, kemudian tersenyum lebar pada Ricky. Ricky
mengetahui arti dari senyuman itu, ia hanya cengengesan. Seketika itu juga
Amelia mencubit Ricky bertubi-tubi, Melody yang penasaran apa penyebabnya lalu
melihat percakapan tadi di smartphone Ricky. Ia pun tertawa dan ikut mencubit
Ricky sehingga mahasiswa itu berkali-kali mengaduh kesakitan, dan meminta 2
gadis itu menghentikan ‘penganiayaan’ itu.
Teman-teman Ricky yang ada di
kantin itu pun terkejut, tapi mereka sepertinya menebak-nebak apa penyebab
Amelia dan Melody ‘menganiaya’ Ricky. Dengan menduga-duga penyebabnya mereka
tertawa ringan. Widya dan Intan yang paling tahu sifat Amelia seperti apa, jadi
dugaan mereka adalah Ricky pasti membicarakan hal yang mesum.
Kegiatan itu dihentikan kedua
mahasiswi itu saat ada pegawai kantin yang mengantarkan makanan pesanan mereka
bertiga dan berdehem. Ricky masih cengengesan sambil membentuk huruf ‘V’ dengan
kedua tangannya.
Amelia masih menatap kesal pada
Ricky, Melody tertawa melihat sikap Amelia itu.
Ricky: Udah dong Apel, kan aku
terpancing karena Michelle bilang soal berenang.
Amelia: Alasan aja kamu, sebelum
amnesia kamu gak semesum ini kok.
Ricky: Makanya biar aku gak
amnesia lagi, perlu cuci mata hehehe.
Amelia melotot pada Ricky yang
cengengesan, seketika itu juga pria itu buru-buru bicara lagi.
Ricky: Eh, iya-iya, enggak deh,
tadi cuma bercanda.
Amelia: Awas ya mulai lagi.
Ricky: Iya, sayang.
Amelia: Oh, mau dicubit lagi?
Ricky: Eh enggak-enggak, peace.
Amelia melipat kedua tangan, ia
masih kesal pada Ricky. Melody tertawa melihat mereka yang bersikap layaknya
sepasang kekasih. Ia tidak cemburu, karena ini jadi hiburan tersendiri baginya,
setidaknya keadaan ini lebih bagus daripada Ricky pendiam terus selama amnesia.
Mereka bertiga mulai makan,
Amelia yang duluan selesai makan lalu permisi duluan, ia meminta Ricky
mentraktir. Pria itu hanya mengiyakan sambil tersenyum takut melihat ekspresi
kesal dari Amelia. Tanpa diketahui Melody dan Ricky, Amelia memasang senyum
menahan tawa saat berbalik pergi, ia sebenarnya tidaklah marah pada Ricky
karena tahu sifat Ricky yang bisa terpancing untuk mesum.
Melody: Hihi, kamu dan Apel kayak
kekasih aja.
Ricky: Heheh, aku gak tahu sih
kenapa sikap dia kayak gitu, mungkin dulu dia sudah begitu, gak suka kalau ada
candaan bergelagat mesum.
Melody: Makanya kamu kalau mau
bercanda dengan Michelle seperti tadi jangan di depan Apel, hihihi.
Beberapa menit setelahnya, Melody
juga pamit pergi ke butiknya dulu, setelah membayar makanannya sendiri. Sekitar
4 menit sesudah berlalunya Melody, Ricky segera membayar makanan dan minuman
dirinya dan Amelia. Ia sendiri juga pergi ke tempat kerjanya.
Di hari Kamis, istirahat pagi di
Gedung Utara kini Ricky juga melihat situasi yang sama, teman-temannya
berpasangan hanya saja posisi duduk mereka berbeda dari kemarin. Sehabis makan
Ricky menopang dagu sambil melihat beberapa pasangan itu, Melody dan Amelia pun
heran dengan sikap Ricky.
Melody: Ricky, kamu kenapa sih?
Ada masalah?
Amelia: Hei Ricky, aku udah gak
marah lagi kok soal yang kemarin, jangan dipikirkan lagi.
Ricky: Bukan begitu... Aku merasa
cuma aku satu-satunya jomblo disini.
Melody: Kenapa kamu berpikiran
begitu?
Ricky: Nah kalian lihat sendiri
deh, satu persatu banyak kan pasangan di kantin ini.
Amelia dan Melody melihat semua
teman-teman Ricky yang berpasangan, mereka pun mentertawai Ricky yang kini
tidak menopang dagu lagi.
Ricky: Wooo, malah ketawa kalian.
Melody: Habis kamu aneh, kan
bukan cuma kamu yang jomblo.
Amelia: Iya, banyak kok disini
yang duduk sendirian. Kamu bisa lihat sendiri.
Ricky: Bener sih, yaudah salah
satu dari kalian jadi pacarku aja.
Melody, Amelia: GAK MAU!
Ricky: Yaelah, kok gak mau sih?
Amelia: Kamu kan masih amnesia,
nanti begitu ingatanmu kembali malah kamu lupa lagi kalau udah punya pacar
baru.
Ricky: Yaudah tinggal diingatkan
lagi, kok susah. Hehehe.
Melody: Ih, enggak deh, nanti
kamu menyangkal terus, lagian kamu mesum.
Amelia: Iya, kalau kamu jadi
pacarku nanti kamu godain Andela terus.
Ricky: Ckckck, nasib deh jadi
jomblo amnesia.
Melody dan Amelia tertawa ringan,
mereka tahu kalau pembicaraan tadi hanyalah sekedar candaan. Meskipun Ricky
sebenarnya tadi mengharapkan kalau Melody akan mau, tapi ia tidak ingin serius
mengungkapkan perasaan cintanya itu didepan Amelia. Bahkan Ricky takut kalau
rasa cinta itu akan hilang seiring dengan kembalinya semua ingatannya.
Sore itu di kedai Pak Jono, Ricky
menyempatkan mengabari Michelle dan bertanya tentang kemarin.
Ricky: Michelle, gimana kemarin?
Seru gak berenangnya?
Michelle: Ih, kak Ricky masih aja
mesum.
Ricky: Ckck, kan cuma nanya
sekaligus ini ngabarin kamu.
Michelle: Iya deh, jadi kemarin
kak Riskha lomba renang dengan kak Andela.
Ricky: Ngapain lomba renang?
Michelle: Ya gak apa-apa, soalnya
bosan sih. Aku juga lomba dengan kak Hanna.
Ricky: Hmm, terus diantara Andela
dan Riskha siapa yang menang? Kalau kamu, menang gak?
Michelle: Ih, kak Ricky kepo deh.
Ricky: Yaelah, kemarin minta
ditanyain, sekarang malah bilang Kakak kepo.
Michelle: Hihi, iya deh. Jadi kak
Riskha menang lombanya, soalnya kak Andela kalah cepat. Kalau aku kalah dengan
kak Hanna, soalnya kak Hanna kan lebih tinggi dari aku.
Ricky: Makanya sering makan
sayuran biar tinggi.
Michelle: Iss, ngejek adik
sendiri. Huuh.
Ricky: Hahah, yaudah Kakak mau
lanjut kerja ya.
Michelle hanya membalas dengan
emoticon wink(mengedipkan mata) lalu
Ricky menyimpan smartphone itu kembali di saku celana panjangnya. Ia segera
melanjutkan pekerjaannya di SKYPILLAR HOTEL.
Tibalah hari Jumat, tidak ada
yang spesial bagi Ricky, ia hanya menjadi pendengar saat Melody ngobrol dengan
Amelia, dan teman-temannya juga sibuk dengan pasangan masing-masing. Di tempat
kerja juga Ricky melakukan pekerjaannya seperti biasa, malam sebelum
beristirahat ia baru sempat mengabari Michelle.
Tanggal 14 Maret, Ricky diajak
Melody untuk menemani mahasiswi itu nanti sore sehabis pulang kerja. Amelia
hari itu makan di kantin Gedung Selatan, karena sedang diet. Ricky menanyakan
akan kemana, tapi Melody memintanya datang ke rumahnya nanti sebelum mereka ke
tempat tujuan. Tanpa bertanya lagi, Ricky menyetujuinya dan Melody hanya
mengatakan acaranya adalah semacam jamuan makan.
Sabtu senja Ricky sudah berada di
ruang tamu rumah Melody. Mereka akan pergi ke undangan pernikahan tetangga,
kini Melody sedang berada di kamarnya berbenah diri.
TO BE CONTINUED...
By: E.D.
Komentar
Posting Komentar