GALLANT IMPACT, Chapter 21
Chapter 21: Savings
Ricky: Eh, maksud kamu, biar kamu
gak dikira jomblo oleh teman-teman kamu ya?
Melody: Hihi, iya Ricky. Gimana,
kamu mau kan menemani aku ke sana dan pura-pura jadi pacarku?
Ricky: Jangankan pura-pura, kalau
beneran juga aku mau, hehehe.
Melody: Ahaha, apaan sih. Serius
nih, kamu mau nemenin aku gak?
Ricky: Oke Melon, aku mau datang
menemani kamu ke acara itu dan pura-pura jadi pacar kamu. Tapi aku mau nanya
nih, tadi kamu kok bilang mau ketemu ‘teman-teman lama’mu?
Melody: Karena acara ini adalah
acara reuni kelasku ketika SMA dulu, Ricky. Semua teman-temanku di kelas pasti
datang, salah satu dari mereka baru memberitahu aku kemarin.
Ricky: Oh, pantesan, reuni
rupanya, haha. Ini reuni-nya setelah berapa tahun?
Melody: Setelah 3 tahun, dan
diadakan di rumah salah satu murid sekelasku dulu, dia juga mantan pacar aku,
keluarga dia yang paling kaya sehingga dia murid paling sombong diantara semua
murid sekelas. Rumah dia juga yang paling besar diantara semua murid sekelas.
Ricky: Hahah, kalau dia seperti
itu kok kamu dulu mau aja jadi pacar dia?
Melody: Soalnya aku gak tahu
kalau sifat dia seperti itu, Ricky. Aku bilang dia sombong karena dia mutusin
aku gara-gara aku judes ketika SMA dan dia juga bilang padaku waktu putus,
kalau masih banyak cewek yang lebih pantas dia pacarin daripada aku yang judes ,
ternyata dia juga sempat selingkuh dibelakang aku dengan cewek yang
berpenampilan lebih ‘wow’ dari aku. Aku tahu dia selingkuh dari salah satu
teman aku di kelas yang memergoki dia. Aku gak perlu jelasin deh maksud ‘wow’
itu.
Ricky: Hahaha, pasti maksud kata
‘wow’ itu adalah lebih seksi kan?
Melody hanya mengangguk
membenarkan perkataan Ricky, dan Ricky lanjut bicara.
Ricky: Hmm, selain kamu gak tahu
dia seperti itu, pasti dia yang paling ganteng diantara semua cowok di kelas
kamu, atau mungkin satu tingkatan kelas 12 dulu kan?
Melody: Eh, kamu kok tahu Ky?
Awalnya aku nerima dia jadi pacar karena dia paling tampan, dari semua cowok di
sekolah malahan. Apalagi aku termakan rayuan dia juga.
Ricky: Itu wajar sih Mel, kan
biasanya kalau cowok yang dianggap paling tampan di sekolah, juga berasal dari
keluarga kaya pasti sombong, tapi gak semuanya ya. Buktinya teman setingkatan
aku, Jonathan dan Jeffrey gak begitu. Mereka berdua dulu ketika kami kelas 3
sering dapat surat cinta dari siswi-siswi kelas 2 atau kelas 1.
Melody: Hihi, jadi mereka pacaran
dengan adik-adik kelas dong?
Ricky: Ya gitu deh, hehe.
Jonathan paling banyak gonta-ganti pacar, meskipun dia gak terlalu lama pacaran
dengan seorang cewek yaitu hitungan hari, apalagi kalau ceweknya tingkatan
kelas di bawahnya. Kalau Jeffrey sih, dia juga beberapa kali pacaran dengan
adik kelas, tapi hitungan minggu. Aku sih enggak ikut-ikut ‘hobi’ mereka, soalnya
kan aku cuma naksir Akicha setelah Widya dan Intan ketika SMA. Hmm, jadi kamu
cuma pacaran sekali ketika SMA ya, Melon?
Melody: Iya, itu juga aku putusnya
ketika awal semester 2 kelas 3, jadi aku fokus belajar untuk persiapan UN
setelahnya, gak pacaran lagi sampai awal kuliah di universitas Pamarang, dengan
Randy.
Mereka lalu saling bercerita
mengenai mata kuliah apa saja yang ada di Fakultas masing-masing, hingga waktu
istirahat berakhir.
Sekitar pukul 10:40, waktu
istirahat kedua di SMA Pelita Bangsa dimulai, dalam kelasnya Aaron sedang duduk
di bangkunya yang berada di barisan tengah rapat dinding yang dekat dengan
pintu kelas. Ia berbicara dengan teman-temannya.
Aaron: Hei guys, kakak dan abang
gue tadi nanyain kalian.
Wilson: Wow, pasti kakak elu
mulai terpikat sama gue ya, Ron?
Anderson, Steven, dan Darwin
menyorakinya. Barulah mereka juga bicara.
Anderson: Pede amat lu, gak
mungkin lah.
Darwin: Kak Ve kan punya pacar,
gak mungkin terpikat sama elu Son.
Steven: Iya, kalau di dalam mimpi
juga gak akan mungkin, hahaha.
Aaron: Ckckck Son, kan gue bilang
bukan cuma elu, tapi juga Darwin dan Steven.
Anderson: Gue gak ditanyain, Ron?
Aaron: Enggak Der, kan elu
kemarin gak nginap di rumah gue.
Anderson: Oh, memangnya abang dan
kakak elu nanya apa?
Aaron: Sederhana sih, mereka cuma
nanya tentang Darwin, Steven, Wilson yang tidak mandi sebelum berangkat ke
sekolah dan tidak ikut makan bersama di rumah kami.
Anderson: Hahaha Son, Win, Stev,
kalian emang jorok banget deh.
Darwin, Steven, Wilson memasang
muka masam pada Anderson dan Aaron yang menertawai mereka, lalu kompak bicara.
Darwin, Steven, Wilson: Kami kan
pakai parfum, lagian gak bau-bau amat kok badan kami.
Aaron: Iya, bener tuh Der, mereka
gak bau-bau amat, buktinya kak Ve gak pingsan berada di dekat mereka, kan tadi
waktu gue buka pintu kamar gue yang terkunci, kak Ve ada di belakang gue
menertawai kami.
Anderson kembali tertawa, Aaron
yang terkekeh ditoyor pelan kepalanya bergantian oleh Steven, Wilson, dan
Darwin yang masih memasang muka masam. Wilson lalu memasang raut wajah kecewa
dan bicara lagi.
Wilson: Haduh, gue jadi makin gak
ada kesempatan untuk pacaran dengan kak Ve deh, karena dia pasti il-feel dengan
gue yang kadang gak mandi ketika mau berangkat ke sekolah.
Aaron: Yaelah, emang gak ada
kesempatan lagi keles, gimana sih elu Son. Kan kemarin elu bersiul-siul lihat
cewek kakak kelas yang tinggi, ckckck.
Wilson: Haha, gue kurang tertarik
kalau kakak kelas Ron.
Darwin: Yaudah, elu nanti cari
yang sama tingkatan dengan kita, gue lihat sih di beberapa kelas lain ada cewek
yang tinggi-tinggi, malah ada yang lebih tinggi dari elu.
Wilson: Ah, kalau lebih tinggi
dari gue sih, jelas saja gue gak mau, Win.
Darwin: Kenapa, Son? Kalau gue
lihat sih lumayan cantik orangnya.
Steven: Soalnya Wilson gengsi
kalau pacaran dengan cewek yang lebih tinggi dari dia. Bener gak Son?
Wilson: Yo’i, lagian elu yakin
Win kalau itu anak kelas 10 juga?
Darwin: Yakin dong gue, karena
gue pernah lihat cewek itu masuk ke kelas 10 bareng temannya, dan gue tungguin
sampai setelah waktu istirahat berakhir, cewek itu gak keluar kelas lagi,
berarti kan dia kelas 10.
Wilson: Ngapain elu tungguin,
Win?
Darwin: Gue kan tertarik untuk
gebet cewek itu, Son. Bagi gue cewek yang tinggi atau tidak bukanlah jadi
kriteria pacar gue.
Wilson: Gaya elu, haha. Memangnya
elu pernah pacaran Win?
Darwin: Ya enggak pernah Son,
makanya gue gak milih-milih. Jadi gimana, elu mau gebet tuh cewek gak?
Wilson: Yaelah Win, gue gak mau
deh, lagian kalau gue mau berarti gue nikung elu dong. Elu aja yang gebet cewek
itu Win.
Darwin: Haha, oke deh, nanti
kapan-kapan gue akan mulai PDKT.
Aaron: Jadi gimana Son, elu masih
mau keliling sekolah ini untuk cari cewek setingkatan kita yang tinggi?
Wilson: Masih dong Ron, yuk
kalian temani gue. Mumpung masih ada 10 menit nih sebelum waktu istirahat
habis.
Darwin, Anderson, Steven, dan
Aaron beranjak dari bangkunya, mereka menemani Wilson keluar kelas untuk
berjalan-jalan di kawasan sekolah, dari lantai 1 sampai lantai 3 selama waktu
istirahat itu.
~---------------------0-O-0---------------------~
Kini Ega dan Ricky berada di
sebuah meja untuk 2 orang di kantin Gedung Utara, posisi meja itu rapat dinding
dan mereka tengah membicarakan sesuatu seusai makan siang.
Ricky: Jadi gimana, Ga. Udah 1
bulan sejak Imlek nih, elu udah setorin duit angpao ke bank?
Ega: Udah dong Ky, owe dapat
lebih sedikit angpao tahun ini, kalau adik owe dapat lebih banyak.
Ricky: Wah, Cesen kan nama adik
elu? Ngomong-ngomong seperti apa sih wajahnya? Gue penasaran nih, kan elu gak
pernah nunjukin.
Ega: Bentar ya, owe tunjukin pada
elu Ky.
Ega meraih smartphone di saku
celananya yang kiri, ia menggambar pola untuk membuka kuncian dan menelusuri
galeri foto hingga men-zoom sebuah foto dirinya bersama Yansen yang memakai
seragam SMP biasa(kemeja putih-rok biru) sedangkan Ega memakai pakaian rumah
biasa, yakni kaos polos warna hijau dan celana ponggol warna coklat.
Ega: Nih Ky, Cesen ketika SMP,
seusai dia dinyatakan lulus dia ngajak owe foto dengan masih mengenakan seragamnya,
belum ganti pakaian.
Ricky melihat foto selfie Ega
bersama Yansen, seorang gadis berseragam SMP, rambutnya berponi dan pipinya
agak berisi, tapi bukan itu yang menjadi pusat perhatian Ricky, melainkan wajah
Ega dan Yansen yang tidak mirip sedikitpun.
Ricky: Ga, gue mau nanya sesuatu
nih, tapi elu jangan marah ya?
Ega: Tanya apa Ky? Soal owe yang
gak mirip dengan Yansen?
Ricky: Wah Ga, kok lu tahu?
Ega: Hahaha, owe udah sering
ditanyai itu tiap kali orang-orang tahu kalau Cesen adik owe, Ky. Tentu saja
kami tidak mirip, tapi owe sayang pada dia seperti adik kandung.
Ricky: Jadi Cesen adik angkat elu
atau gimana nih?
Ega: Lu bener Ky, Cesen diadopsi
oleh nyokap dan bokap owe ketika dia berusia 3 tahun, dan owe berusia 8 tahun.
Dia awalnya di panti asuhan karena kedua orang tua kandungnya sudah gak ada.
Ricky: Wah, kasihan juga ya dia,
kalau saja nyokap dan bokap elu gak adopsi dia, bisa jadi dia sekarang masih di
panti asuhan.
Ega: Iya Ky, owe dulu pengen
punya adik tapi ternyata nyokap owe kena menopause dini, jadi nyokap owe gak
bisa hamil lagi, itu ketika owe berusia 4 tahun. Untung saja bokap owe
kepikiran untuk mengadopsi anak ketika owe berusia 8 tahun, jadi owe setuju aja
deh, dan nyokap owe juga ikut setuju. Kalau Michelle gimana, Ky? Dia dapat
banyak angpao gak? Terus elu sendiri?
Ricky: Gue gak tahu sih Ga,
Michelle dapat banyak angpao atau tidak, kalau gue sendiri... ya seperti tahun
lalu, masih bisa dihitung dengan jari jumlahnya meskipun bertambah, itu pun
bukan dari keluarga gue.
Flashback start...
Tanggal 18 Februari, hari pertama
tahun baru Imlek. Ricky sedang berada di kamarnya sehabis mengucapkan selamat
tahun baru Imlek pada keluarga pemilik kos(Jeje beserta kedua ortunya), ia
mendapat angpao dari Ibu Kos, lalu Ricky juga mengucapkannya pada beberapa
penghuni kos yang juga merayakan hari raya tersebut, diantaranya Elaine, Sendy,
Naomi, Marina, dan Rama serta Donny. Mereka juga balas mengucapkan pada Ricky
serta keluarga pemilik kos, dan juga mendapat angpao dari Ibu kos. Lalu
menjelang siang ternyata Elaine, Sendy, Marina, Rama dan Donny pergi ke rumah
ortu masing-masing untuk bertemu anggota keluarga mereka masing-masing.
Sedangkan Ricky tidak pergi kemana-mana, ia menetap di tempat kos bersama
beberapa penghuni kos lain.
Siang harinya sekitar pukul
11:20, Ricky yang sedang duduk santai di sofa kamarnya sambil memejamkan mata
sejenak mendapat miscall dari nomor
dengan nama kontak ‘Lele’.
Michelle: Kak Ricky, kiong hi ya.
Ricky: Kiong hi juga, Lele
sayang. Kakak nanti ke rumah ya, buat kasih angpao ke kamu.
Michelle: Ih, Kakak kan belum
nikah. Eh, atau jangan-jangan, kak Ricky diam-diam sudah nikah? Dengan cewek
darimana, hayoo.
Ricky: Oh iya, hehe. Enggaklah,
Kakak cuma kebawa suasana Imlek jadinya teringat mimpi deh.
Michelle: Apa hubungannya dengan
mimpi, Kak?
Ricky: Kakak kan pernah mimpi
sudah menikah dengan Akicha, itu sebelum ketemu dia di kampus.
Michelle: Oh gitu ya, jadi Kakak
pernah bicara hal itu pada Aki-san?
Ricky: Enggak pernah, karena
Kakak sebenarnya mau bilang pada dia ketika kami akan merencanakan pernikahan
setelah lulus kuliah, tapi ternyata tidak akan terjadi.
Michelle: Eh, Kakak jangan sedih
ya, sekarang kan bukan waktunya bersedih, maaf ya kalau aku mengingatkan soal
sakit hati Kakak.
Ricky: Iya, gak apa-apa Lele.
Ngomong-ngomong kamu gak ke rumah sanak saudara Papa dan Mama?
Michelle: Ini aku udah mau
berangkat kok bareng Papa dan Mama, Kakak mau ikut gak?
Ricky: Enggak deh, lagian Papa
mana mungkin membiarkan Kakak ikut.
Michelle: Hmm, yasudah Kak, aku
mau pergi ya, Mama udah manggil nih. Bye.
Ricky: Bye Lele.
Perbincangan itu berakhir, Ricky memasukkan
kembali smartphone-nya ke saku celana jeans ponggol yang kini dikenakannya. Ia
merenung, memikirkan kalau kini sudah kedua kalinya hari raya Imlek tak
dijalaninya dengan bertamu ke rumah sanak saudara kedua ortunya, dikarenakan ia
telah diusir dari rumah oleh ayahnya sejak hampir 3 tahun lalu. Tiba-tiba pintu
kamarnya diketuk, dan Ricky heran melihat Naomi berpakaian khas nuansa Imlek
berada di hadapannya.
Ricky: Kenapa, Naomi? Kamu gak
pulang ke rumah orangtuamu?
Naomi: Ini aku mau berangkat,
Ricky. Tapi aku mau ngajak kamu buat nemenin sekaligus ngantarin aku, soalnya
aku lihat dari balkon kamarku di atas kalau gak ada kendaraan yang lewat di
sekitar komplek ini.
Ricky: Oh, kalau begitu aku ganti
baju dulu ya.
Pintu kamar Ricky kembali
ditutupnya, Naomi menunggu dengan duduk di sofa dan menyalakan TV. Beberapa
menit kemudian, Ricky sudah mengenakan T-shirt coklat dilapisi kemeja warna
biru gelap, ia mengenakan celana jeans panjang berwarna hitam pekat. Setelah
mematikan TV, Naomi melihat penampilan pria yang akan menemaninya ke rumah
ortunya dan ia memaklumi cara berpakaian Ricky yang tidak bernuansa Imlek. Mereka
mulai berangkat dengan motor Ricky, Naomi berpegangan pada pundak pria itu.
Naomi menunjukkan jalan menuju
rumahnya, sekitar 20 menit kemudian mereka telah sampai didepan rumahnya Naomi,
yang sedikit lebih besar dari rumah ortunya Ricky.
Ayahnya Naomi menyambut putri
sulungnya, juga Ricky yang datang bersama Naomi. Naomi menanyakan dimana Ibu
dan adiknya, yang ternyata sudah berangkat ke rumah sanak saudara ibunya. Ayahnya
tidak ikut karena ada tamu berupa teman-temannya datang, sekitar 5 orang dengan
2 diantaranya mengajak istri juga. Ricky berkenalan dengan ayahnya Naomi
sekaligus teman-teman ayahnya Naomi, mereka juga saling mengucapkan selamat
tahun baru Imlek. Baik Naomi maupun Ricky mendapat angpao dari ayahnya Naomi
dan tamu-tamu yang hadir disitu. Ricky merasa segan, tapi tidak mungkin menolak
pemberian mereka. Ayahnya Naomi mengira Ricky adalah pacar dari putri
sulungnya, namun Naomi memberitahu bahwa itu tidak benar, dia hanya meminta
Ricky mengantarnya. Mendengar penuturan putri sulungnya, ayahnya Naomi bercanda
padanya dengan menggodanya kalau mungkin mereka belum pacaran, tapi akan
segera. Ricky dan Naomi hanya tertawa menutupi rasa malu mereka karena candaan
itu membuat tamu-tamu yang hadir juga ikut menggoda mereka berdua dengan
berdehem.
Ricky diajak makan siang oleh
ayahnya Naomi, ia dengan segan makan siang bersama para tamu disana juga. Setelah
perbincangan selama sekitar satu jam seusai makan siang itu, Naomi mengajak
Ricky pulang ke tempat kos, mereka berpamitan pada ayahnya Naomi dan
tamu-tamunya. Pukul 3 sore mereka sudah sampai kembali di tempat kos.
Di malam hari sekitar pukul 9,
Ricky menelpon singkat teman-temannya yang merayakan Imlek yaitu Ega, Jerry,
Daniel dan Gabriel, Edric, Widya, Jeffrey, Anthony, Jonathan, dan terakhir
Amelia untuk saling mengucapkan selamat tahun baru Imlek.
Flashback end.
Ega: Oh begitu Ky, jadi elu
diajak Naomi, salah satu penghuni kos, bertamu ke rumahnya?
Ricky: Iya Ga, jadi selain angpao
dari Ibu kos, gue dapat beberapa angpao lagi di rumahnya Naomi. Tapi gue belum
buka satu pun sih angpaonya, nanti kapan-kapan deh baru gue buka.
Ega: Setelah elu buka angpaonya,
elu tabungin ke bank aja semuanya Ky, daripada disimpan sendiri nanti elu malah
kepikiran untuk memakainya sampai habis. Elu ada buka tabungan gak?
Ricky: Gak ada tuh Ga, soalnya
gue kan selalu memakai gaji gue buat kebutuhan sehari-hari dan uang kuliah
serta uang kos, jadi hampir gak ada sisa untuk ditabung. Angpao tahun lalu aja
udah gue pakai untuk menambahi pembayaran uang kuliah.
Ega: Nah, karena angpao elu tahun
ini belum terpakai, elu buka tabungan aja, di bank yang sama dengan owe.
Ega memberitahu nama bank swasta
tempat ia membuka tabungan, Ricky terkejut karena ternyata bank itu adalah
tempat Naomi bekerja, ia mengetahui itu ketika menemani Jeje dan Ibu kos yang
membuka tabungan disana dan mereka dibantu Naomi sebagai teller.
Ega: Haha, berarti elu lebih
mudah untuk memilih jenis tabungan yang mana yang akan elu buka Ky.
Ricky: Loh, memangnya ada berapa
jenis tabungan?
Ega: Ada beberapa sih, nanti elu
tanyain pada teller di sana aja
sebelum memilih jenis tabungan. Owe waktu buka tabungan sekitar tahun lalu teller-nya bukan Naomi, salah satu
penghuni tempat kos yang sama dengan elu.
Ricky: Memangnya elu tahu Ga, Naomi
orangnya yang gimana?
Ega: Tahu dong Ky, kan dia juga
jenguk elu waktu kecelakaan dan amnesia bulan lalu. Nanti elu tanya aja
deskripsi jenis-jenis tabungan di bank itu pada teller. Tingkat suku bunganya beda-beda loh Ky.
Ricky: Oh, yaudah deh mungkin
nanti sehabis ini gue akan ke sana setelah mengambil isi angpao di kamar gue.
Ega: Memangnya nanti elu gak
kerja Ky?
Ricky: Hotel tempat gue bekerja
diliburkan oleh Bos, Ga. Libur ini dalam rangka menyambut hari raya Nyepi.
Ega: Wah, enak banget elu, owe
baru mulai libur besok, haha.
Ricky: Haha, gitu deh. Oh iya Ga,
elu dulu ketika SMA sekolah dimana?
Ega: Owe dulu SMA di Pelita
Bangsa Ky, tapi SMP sih dari sekolah lain, dan owe takjub dengan sebuah
keunikan di SMA Pelita Bangsa.
Ricky: Keunikan apa, Ga?
Ega: Jadi gini Ky, baju
olahraganya baik cewek maupun cowok juga harus ada name tag-nya untuk menghindari
peminjaman baju olahraga dari murid kelas lain yang lebih dulu selesai
pelajaran olahraga-nya, karena kan pasti ada beberapa kelas yang sama hari
pelajaran olahraganya meskipun beda tingkatan kelas.
Ricky: Wow, tapi kalau misalkan
nama memang sama berarti itu bisa enggak ketahuan minjam dong? Misalkan gue
jadi murid kelas 1, dan gue lupa bawa baju olahraga, jadi gue bisa minjam punya
kakak kelas yang kebetulan hari pelajaran olahraga di kelasnya sama dengan
kelas gue serta lebih cepat beberapa jam pelajaran, dan namanya sama juga dengan
gue, yaitu Ricky.
Ega: Kalau itu sih berarti
keberuntungan orang yang lupa bawa Ky, tapi masih bisa ketahuan kalau bajunya
tidak sesuai postur tubuh, dan kebetulan dulu di sekolah owe cuma ada 1 teman
sekelas owe yang beruntung ketika lupa bawa baju olahraga, dia berhasil minjam
baju olahraganya kakak kelas yang sama nama dengannya dan postur tubuh pun
mirip, meskipun harus memohon-mohon dan menawarkan untuk traktir kakak kelas
itu. Dan owe gak dengar ada kasus lain yang seberuntung teman owe itu.
Ricky: Haha, segitunya cuma untuk
minjam baju olahraga, memangnya kenapa sih? Ada hukuman kalau gak pakai baju
olahraga kepunyaan sendiri?
Ega: Ya gitu deh Ky, hukumannya
push up 70 kali, lalu lari keliling lapangan 10 kali putaran. Dan teman owe
ketika itu selamat dari hukuman karena gak ketahuan guru, hahah.
Ricky: Hahah, memang unik deh
cara disiplin sekolah itu.
Ega: Iya, dan bicara soal unik,
bank tempat owe menabung sekaligus tempat Naomi bekerja, itu juga unik.
Ricky: Unik gimana Ga?
Ega: Nanti elu bisa tahu kalau
hari ini buka tabungan Ky, karena hari ini hari Kamis. Elu juga akan tahu
sendiri apa yang unik, haha.
Ricky: Hmm, oke deh, nanti gue
coba cari tahu.
Beberapa menit kemudian, mereka
beranjak dari tempat duduk untuk membayar makanan dan minuman, setelah itu
barulah Ricky dan Ega meninggalkan kantin Gedung Utara menuju ke parkiran motor
Gedung Timur. Saat keluar dari parkiran, mereka pergi berlawanan arah, Ega ke
tempat kerjanya sedangkan Ricky pulang ke tempat kos terlebih dahulu.
Sesampainya di tempat kos, seperti
biasa suasana sepi. Ricky masuk ke kamarnya dan membuka lemari baju, ia
mengeluarkan semua angpao yang tersimpan di sebuah laci dalam lemari itu. Satu
persatu ia buka, dan terkejut mengetahui jumlahnya yang cukup banyak untuk
membuka sebuah tabungan. Ia bergegas pergi ke bank setelah berpamitan pada Ibu
kos yang berada di dapur, uang angpao disimpannya di saku jaket kulit yang ia
kenakan.
Ketika sampai di kawasan bank
swasta tempat Naomi bekerja, Ricky memarkirkan motornya dengan diarahkan oleh
satpam di luar bank. Ia melangkahkan kaki ke dalam setelah meletakkan helm pada
jok motornya. Ricky disambut satpam di dalam bank itu dengan ramah, dan satpam
itu menanyakan keperluannya. Kemudian satpam itu memberitahu Ricky kalau hari
ini tidak perlu mengambil nomor antrian, dan Ricky dipersilahkan menunggu di
bangku panjang yang tersedia di sana. Setelah Ricky duduk bersama beberapa
nasabah lain yang juga menunggu, ia melihat ada sekitar 6 counter yang masing-masing ada nasabah berbicara mengenai keperluan
mereka dengan teller masing-masing
disana. Salah satu counter ada Naomi
yang sedang berbicara dengan nasabah berupa seorang ibu-ibu, tak lama kemudian
ada satu counter disamping kiri counternya Naomi kosong karena
nasabahnya sudah selesai mengurus keperluan. Seorang pemuda di sebelah Ricky
mengajaknya bicara karena melihat itu.
Pemuda: Bang, itu ada counter
yang kosong, abang gak kesana?
Ricky: Oh, enggak deh, kamu aja
ya.
Pemuda: Haha, aku bukan nasabah
di bank ini, aku cuma nemenin pacar aku.
Pemuda itu menunjuk seorang gadis
yang sepertinya seumuran dengannya di sebuah counter samping kanan counternya
Naomi, Ricky memanggut-manggut.
Ricky: Jadi memangnya aku boleh
nih langsung ke counter itu? Kan ada
nasabah lain yang tadi sudah menunggu juga.
Sebelum pemuda itu menjawab
pertanyaan Ricky, seorang nasabah lain yaitu seorang bapak-bapak yang tadi juga
sedang menunggu berjalan ke counter
yang kosong itu.
Pemuda: Haha bang, terlambat tuh
ada yang duluan, memang sih di hari Kamis ini tidak pakai nomor antrian jadi
siapa yang cepat dia yang akan diproses keperluannya.
Ricky: Oh hehe, gak apa-apa deh,
aku nunggu lagi aja.
Pemuda: Abang ini baru mau buka
tabungan ya? Atau baru kali ini ke bank ini?
Ricky: Aku sebelumnya pernah ke
bank ini menemani Ibu dan adik, tapi bukan di hari Kamis. Iya nih, aku baru
hari ini mau buka tabungan di bank ini. Ngomong-ngomong kenapa kamu manggil aku
‘bang’?
Pemuda: Soalnya aku masih kelas 1
SMA, bang. Dan aku lihat abang ini pasti kelas 2 atau 3 SMA kan?
Ricky: Hmm, begitu ya. Tapi
tebakanmu salah, aku mahasiswa, semester 6 malahan, hehe.
Pemuda: Wow, tapi kok aku lihat abang
gak ada kumis atau jenggot?
Ricky: Karena aku rajin cukur,
jadi biar kelihatan muda terus hehehe.
Pemuda itu juga ikut tertawa
ringan, tak lama kemudian nasabah yang ditangani Naomi sudah selesai
keperluannya, Ricky kemudian bersiap untuk ke counter itu.
Ricky: Eh, aku mau ke counter itu ya, mau buka tabungan.
Pemuda itu hanya mengangguk,
Ricky segera melangkah ke counter
Naomi karena dilihatnya ada nasabah lain berupa seorang bapak-bapak yang tadi
juga menunggu beranjak dari tempat duduknya. Melihat Ricky terlebih dulu sampai
di counter Naomi, nasabah itu pun
kembali duduk untuk menunggu. Kini Ricky duduk berhadapan dengan Naomi.
Naomi: Eh, Ricky, kamu sejak
kapan disini?
Ricky: Belum lama kok Mi, aku mau
buka tabungan nih.
Naomi: Hmm, coba kamu baca brosur
dulu ya.
Naomi meletakkan sebuah brosur di
mejanya untuk Ricky baca, brosur itu isinya adalah penjelasan mengenai jenis-jenis
tabungan yang ada di bank itu berikut dengan tingkat suku bunga dan
ketentuan-ketentuan lain. Ada jenis tabungan yang tingkat suku bunga paling
tinggi tapi harus menyetor tiap minggu dengan ditentukan jumlah minimum setoran,
lalu ada yang tingkat suku bunga paling rendah tapi disertakan asuransi
kesehatan, menyetor minimal 3 bulan sekali. Ricky memilih jenis tabungan yang
tingkat suku bunga sedang dan tidak perlu menyetor setiap minggu ataupun setiap
bulan, bahkan boleh setahun sekali menyetor. Ia merasa jenis tabungan itu cocok
dengan keadaannya, jadi ia memilih untuk membuka tabungan dengan tingkat suku
bunga sedang. Naomi memberikan formulir pengisian data nasabah baru pada Ricky,
setelah beberapa menit mengisinya barulah Ricky memberikannya pada Naomi. Ricky
juga menyodorkan semua uang dari angpao-nya yang tadi disimpan di saku jaket,
setelah Naomi menghitung jumlahnya ia mencocokkan dengan jumlah yang Ricky
tulis di formulir itu. Lalu Naomi memproses pembukaan account tabungan baru untuk Ricky, ia meminta seorang karyawan bank
yang lain untuk mencetak buku tabungan untuk nasabah baru dan juga membuatkan
kartu ATM. Semenit kemudian karyawan itu kembali dan memberikan buku tabungan
pada Naomi berikut dengan kartu ATM dan sebuah amplop yang berisi nomor PIN,
kemudian Naomi memberikan buku tabungan beserta kartu ATM dan amplop itu pada
nasabah barunya yaitu Ricky, dan meminta Ricky mengecek saldo yang tertera apakah
cocok atau tidak.
Ricky: Udah cocok nih, Mi. Terima
kasih ya, aku permisi dulu.
Naomi: Sama-sama, Ricky, nanti
jangan lupa ganti nomor PIN-nya ya. Di luar sini ada beberapa mesin ATM-nya.
Ricky mengangguk, ia membalas
senyuman dari teller Naomi, dan
melangkah untuk keluar dari bank itu. Satpam di dekat pintu tersenyum padanya
dan membukakan pintu, Ricky juga membalas senyumannya. Di luar bangunan bank
itu, Ricky melihat beberapa mesin ATM dalam sebuah ruangan di samping bangunan
bank semuanya ada antrian, jadi ia tidak berniat untuk mengantri juga, ia
memutuskan untuk langsung kembali ke tempat kos agar bisa beristirahat karena
badannya masih terasa capek dari pekerjaan kemarin.
Setibanya di tempat kos, Ricky
langsung berganti pakaian santai, ia menyandarkan diri di sofa dalam kamarnya.
Ia berpikir apakah memang mantan pacar Melody memutuskan hubungan mereka karena
sifat judes Melody. Saat sedang melamun, tiba-tiba Ricky menyadari sekujur
tubuhnya mengeluarkan sinar biru dan ia melihat kamarnya berubah jadi sebuah
tempat layaknya lingkungan sekolah.
Time jump start...
Kini Ricky melihat sekeliling,
banyak siswa dan siswi berlalu lalang melewatinya, ia berada di koridor
sekolah. Di luar sebuah kelas, ada sosok seorang gadis berseragam SMA yang
dikenalinya, yaitu Melody. Ricky yang berdiri dengan masih mengenakan pakaian
santainya mendengar pembicaraan mereka, ia bisa melihat tag name mereka berdua
sehingga yakin siswi itu adalah Melody yang kini berbicara dengan siswa bernama
‘Revan’.
Melody: Kamu mau ngomong apa sih?
Aku udah mau ke kantin nih nyusul Susan dan Winda.
Revan: Yaudah, aku to the point aja. Aku mau kita putus.
Melody: Kamu mau putus dari aku?
Kenapa?
Revan: Hmm, asal kamu tahu ya,
sebenarnya aku gak nyaman pacaran dengan kamu, karena sifat judes kamu,
beberapa teman aku dari kelas lain selalu kamu judesin hanya karena candaan
kecil soal fisik kamu yang kurang tinggi, juga penampilan kamu yang tanpa
makeup terlihat culun.
Melody: Yasudah, aku juga mau
putus dari kamu. Aku lihat kamu pernah jalan ke kantin bareng Sasya kan?
Revan: Nah, kamu coba bandingin
deh antara kamu dengan Sasya, dia lebih ‘wow’ daripada kamu, dan dia tidak
judes. Lagipula selain kamu, banyak cewek di sekolah ini yang lebih cantik dan
tidak judes, pasti kamu satu-satunya cewek judes di sekolah ini. Banyak cewek
yang mengantri untuk jadi pacar aku, mereka lebih pantas daripada kamu.
Terlihat oleh Ricky kalau raut wajah
Melody sangat marah pada Revan, tatapan tajam ditujukannya pada Revan yang
berekspresi kalem. Setelah itu Melody melangkah mendekati Ricky masih dengan
raut wajah marah, Ricky merasa deg-degan karena melihat ekspresi wajah cewek
berseragam SMA itu, ia mengira kalau Melody akan memarahi dia juga. Tapi
tiba-tiba Melody berjalan menembus badan Ricky. Tentu saja Ricky heran, ia
berbalik dan melihat Melody yang membelakanginya dan sepertinya menuju kantin,
dan Ricky baru menyadari tubuhnya berupa bayang-bayang. Beberapa detik setelah
itu lagi-lagi sekujur tubuhnya mengeluarkan sinar biru, ia melihat koridor
sekolah itu menjadi kamarnya kembali dan berada di sofanya.
Time jump end.
Ricky(bergumam): Hah? Apa itu
tadi? Kok Melody berseragam SMA, dan cowok itu siapa ya? Apa benar itu mantan
pacarnya?
Tanpa memikirkan itu lagi, Ricky beranjak
dari sofa dan berbaring di kasurnya untuk mengistirahatkan badan yang letih. Setelah
beberapa menit memejamkan mata barulah ia terlelap.
Sore hari sekitar pukul 6, ketukan
pintu di kamarnya membangunkan Ricky, ternyata Jeje yang mengingatkannya akan
waktu makan malam. Ada SMS dari Melody di smartphone Ricky, ia membaca pesan
yang berisi ‘Ricky, nanti acaranya dimulai jam 8 malam’ dan membalas ‘Aku
jemput kamu jam setengah 8 ya, Melon’. Setelah itu Ricky ikut makan malam
bersama para penghuni kos, ia juga memberitahu semuanya tentang acaranya
setelah ini, Rama dan Andrew menggodanya dengan perkataan ‘calon pacar nih’ dan
membuat yang lain tertawa kecuali Naomi yang hanya tersenyum tipis.
Makan malam selesai, Ricky
kembali ke kamarnya dan melihat SMS balasan dari Melody yaitu ‘Oke, aku
tunggu’. Ia bersiap untuk mandi dengan membawa handuk, T-shirt coklat, kemeja
biru gelapnya serta celana jeans panjang warna hitam pekat.
Selesai mandi, Ricky kembali ke
kamarnya, mengeringkan rambut dengan handuk dan merapikannya. Ia kemudian
melihat waktu di smartphone yang menunjukkan pukul 7:05, dan keluar kamarnya
setelah itu untuk berangkat ke rumah Melody.
Sesampainya Ricky di depan rumah
Melody, dilihatnya pintu depan baru terbuka dan Melody menampakkan diri. Ricky
melihat penampilan Melody seperti ketika mau diajak nonton film, dan wanita
yang dicintainya ini melangkah mendekatinya. Melody kemudian naik ke motor
Ricky dan berpegangan pada pundak pria itu, dan ia mulai menunjukkan jalan
menuju rumah tempat acara reuni digelar.
Mereka sampai di sebuah rumah
yang besar, 2 kali lebih besar dari rumah Ricky, terlihat oleh mereka ada
beberapa mobil dan belasan motor terparkir di dekat pintu depan yang terbuka
lebar, dan ada 2 orang berpostur tubuh kekar berdiri di pilar kanan dan kiri
pintu itu. Ada semacam papan hitam bertuliskan ‘Acara reuni alumni ke-18 SMA
Nusa Harapan’.
Ricky dan Melody disambut oleh 2
orang itu, yang rupanya adalah bodyguard keluarganya mantan pacar Melody. Ricky
pun terkejut karena rupanya memang nama mantan pacar Melody ketika SMA adalah
Revan, didengarnya 2 bodyguard itu menanyai semua tamu yang hadir, apakah
mereka teman sekelas Revan atau bukan. Melody memberitahu 2 bodyguard itu kalau
ia adalah teman sekelas Revan dulu, dan datang bersama pacarnya yaitu Ricky,
maka 2 bodyguard itu mempersilahkan mereka masuk dan menyambut tamu-tamu yang
berikutnya datang.
Saat sampai di dalam, Melody
disapa beberapa cowok yang sepertinya teman sekelasnya dulu, ia hanya membalas
dengan senyuman sedangkan Ricky hanya diam sambil menggandengnya. Kemudian Melody
melihat ada 2 temannya yang mengenakan casual
dress, ia setengah berteriak memanggil mereka.
Melody: SUSAN, WINDA!
Kedua wanita yang sepertinya
seumuran dengan Melody pun menoleh, mata mereka berbinar saat melihat siapa
yang memanggil nama mereka. Susan dan Winda segera menghampiri Melody dan
Ricky.
Susan: Wah, Melody, kamu akhirnya
datang juga.
Winda: Iya, aku kira kamu gak
akan datang Mel.
Melody: Hihi, kan aku sudah janji
pada kalian kalau aku akan datang.
Susan: Eh, ini siapa, Mel? Pacar
kamu?
Ricky: Hai, kalian teman-teman
Melody ya? Perkenalkan, namaku Ricky, pacar barunya Melody.
Susan dan Winda menyalami Ricky dengan
ramah, Ricky juga tersenyum ramah pada mereka. Kemudian Ricky yang merasa haus
permisi pada 3 wanita itu untuk mengambil minum di sebuah meja panjang yang ada
berbagai hidangan minuman, Ricky mengambil segelas wine dan mulai meminumnya. Ketiga wanita itu berbincang ringan.
Winda: Mel, kamu kok pindah
kuliah tiba-tiba sih?
Susan: Iya nih, kamu gak
bilang-bilang pada kami waktu mau pindah.
Melody: Hehe, maaf, aku gak
kepikiran, soalnya waktu itu ada masalah, tapi sepele kok. Masalahnya dengan
mantan pacar aku.
Winda: Oh, memangnya kamu waktu
itu punya pacar?
Melody: Ada, kalian pasti tahu
Randy kan?
Susan: Eh, Randy ya, dia juga
udah pindah kan?
Melody: Iya, dia pindah ke
universitas Patmangin, sama dengan aku.
Seorang pria seumuran dengan 3
wanita itu lalu mendekat, dan memanggil Melody yang kemudian menoleh padanya.
Dia adalah Arif, satu dari beberapa cowok di kelas yang tidak pernah kena sikap
judes Melody.
Melody: Eh, Arif, apa kabar?
Arif: Wow, Mel, tumben gak judes?
Melody: Ih, apaan sih, aku kan
cuma judes sama cowok yang suka modus.
Arif: Hmm, berarti aku gak
termasuk dong Mel? Dan berarti kamu mau jadi pacar aku kan?
Susan: Hey, Rif, Melody udah
punya pacar, kamu terlambat.
Winda: Iya, dan pacarnya Melody
lebih ganteng dari kamu.
Arif: Hah? Siapa orangnya?
Susan dan Winda menunjuk Ricky
yang sedang asyik meminum wine, Arif
melihatnya dan kembali menatap Melody.
Arif: Oh, dia kalah tinggi
denganku Mel, kamu putusin dia aja dan jadian dengan aku ya.
Melody menatap tajam pada Arif yang
menaik-turunkan alis, sehingga Arif ketakutan dan kembali berujar.
Arif: Eh, bercanda Mel, jangan
gitu juga kali natap aku.
Melody: Hihi, makanya Rif, jangan
asal ngomong.
Setelah itu Arif permisi pada 3
gadis itu, ia menghampiri temannya yang lain. Melody lanjut ngobrol dengan
Susan dan Winda. Sementara Ricky yang asyik meminum wine disapa seorang gadis yang sepertinya juga teman sekelas Melody
dulu, ia mengenakan dress dengan
belahan dada terekspos cukup banyak.
Gadis: Hai, cowok. Kamu datang dengan
siapa? Aku lihat kamu sepertinya bukan alumni Nusa Harapan.
Ricky: Eh, kamu siapa? Aku tadi
datang dengan pacarku, dia alumni Nusa Harapan.
Gadis: Perkenalkan, namaku Sasya.
Kalau kamu?
Ricky menyambut uluran tangan
gadis bernama Sasya itu dan menyebutkan namanya sendiri, lalu ia menyadari kalau lekuk tubuh Sasya
begitu aduhai dengan tinggi setara Manda apalagi belahan dadanya terlihat, tapi
Ricky tidak tertarik dengannya karena suatu alasan, meskipun wajah Sasya juga
terbilang cantik.
Sasya: Oh, jadi nama kamu Ricky. Tadi
kamu bilang datang dengan pacar kamu, siapa dia?
Ricky: Pacarku Melody, kamu dulu teman
sekelasnya kan?
Sasya: Melody rupanya, hmm. Iya,
aku dulu sekelas dengannya, acara ini kan sebagian besar yang hadir adalah kelas
kami walaupun ada beberapa teman kami dari kelas lain juga datang. Aku mau
nanya nih, Ricky. Kamu memangnya bisa tahan dengan sifat judesnya Melody?
Ricky: Melody sekarang tidak judes
lagi kok kalau aku lihat, emang sih awal aku ketemu dia di kampus sempat
begitu. Memangnya dia dari dulu begitu ya?
Sasya: Iya, Ricky. Dia kan dulu
sering judes pada cowok-cowok di kelas yang menggodai dia, kalau ada cowok dari
kelas lain yang modus pada dia, dia juga bersikap judes, karena itulah mantan
pacarnya putus dengan dia dan sempat pacaran dengan aku.
Ricky: Oh, kalau boleh aku tahu,
siapa mantan pacar Melody ketika SMA?
Sasya: Namanya Revan, dia yang
mengadakan acara ini, reuni kelas kami dan dia juga mengundang teman-temannya
dulu dari kelas lain. Eh, kamu lihat deh itu orangnya.
Sasya menunjuk pada seorang pria
berpakaian jas yang mendatangi Melody, Susan, dan Winda yang kini terlarut
canda tawa. Ricky melihatnya dan menyadari pria itu adalah Revan, mantan pacar
Melody ketika SMA.
TO BE CONTINUED...
By: E.D.
Komentar
Posting Komentar