GALLANT IMPACT, Chapter 15
Chapter 15: The New Tenant
Sesampainya di depan SKYPILLAR
HOTEL, Ricky dan Anthony memarkirkan motor dulu, dan Anthony mengajak Ricky ke
depan pintu masuk hotel itu. Anthony menyapa Sally, diikuti Ricky. Anthony juga
menjelaskan pada Sally mengenai maksud kedatangan Ricky ke tempat kerjanya itu.
Tak lama kemudian Anthony memulai pekerjaannya, Ricky duduk menunggu di sofa
dekat meja resepsionis. Ia juga celingak-celinguk di lantai 1 hotel itu, dan
melihat ada 4 lift berjejer, sebuah tempat yang berbentuk stand untuk menjual
sesuatu. Ricky menunjuk stand itu sambil bertanya pada Sally yang sedang
berkutat dengan buku tamu.
Ricky: Mbak, itu stand apa ya?
Kok kosong sih?
Sally: Oh, itu stand-nya Pak
Jono, Ricky.
Ricky: Pak Jono siapa, mbak?
Sally: Pak Jono itu setiap hari
Sabtu dan Minggu jualan makanan dan minuman di stand itu, tapi kalau hari biasa
misalnya hari ini, dia jualan di sebuah kedai miliknya di seberang hotel ini.
Ricky: Oh, aku mau ketemu Pak
Jono dulu ya mbak, siapa tahu ingatanku bisa balik.
Sally mengangguk sambil
tersenyum, Ricky lalu berjalan keluar hotel, ia dengan hati-hati menyebrang
jalan karena ada beberapa kendaraan yang melintas di depan hotel itu. Saat
sampai di kedai seberang, Pak Jono menyambutnya dengan sukacita.
Pak Jono: Eh, nak Ricky, kapan
keluar dari rumah sakit?
Ricky: Baru kemarin, Pak Jono.
Pak Jono: Wah, kamu sudah ingat
ya? Kok tahu nama saya?
Ricky: Ya belumlah, Pak Jono.
Saya tadi diberitahu mbak Sally.
Pak Jono: Oh, jadi nak Ricky
besok mulai kerja lagi?
Ricky: Betul, Pak Jono, saya hari
ini cuma mau tahu jalan dari tempat kos ke sini, tadi ikut Anthony.
Pak Jono: Hmm, nak Ricky kayaknya
belum makan pagi ya?
Ricky: Eh, kok Pak Jono bisa
berpikiran begitu?
Pak Jono: Tadi saya denger bunyi
perutnya nak Ricky, hehe.
Baru saja Pak Jono berkata
begitu, perut Ricky kembali berbunyi. Ia cengengesan menahan malu, Pak Jono
sudah terkekeh.
Ricky: Hehe, iya nih. Saya tadi
begitu ngantar anak kos ke sekolah, belum sempat makan, kelupaan.
Pak Jono: Yaudah, nak Ricky makan
disini aja sekarang, saya kasih diskon deh hari ini.
Ricky: Oke, hehe terimakasih ya
Pak Jono.
Ricky kemudian duduk di salah
satu meja dalam kedai yang masih sepi itu. Pak Jono mulai membuatkan makanan
kesukaan Ricky di kedai itu yang berupa nasi uduk dengan irisan kecil-kecil
daging sapi.
Sementara itu, di SMA Tunas
Bangsa, Michelle sedang memutar-mutar sendok dari semangkok mie bakso di
hadapannya. Teman-temannya menyadari kalau ia murung sedari tadi dan belum
mulai makan, mereka sendiri sudah hampir habis makanannya.
Shania: Chel, kamu kok gak makan
sih?
Michelle: Aku gak nafsu makan,
kak Shania.
Shani: Michelle, kamu kepikiran
abang kamu ya?
Michelle mengangguk, kemudian
Yupi buka suara.
Yupi: Chel, bukannya kak Ricky sudah
baik-baik saja ya?
Michelle: Kamu benar, Yupi, tapi
kak Ricky kena amnesia.
Shania, Yupi, dan Shani terkejut,
mereka lalu mengerti penyebab murungnya Michelle meskipun Ricky sudah pulang
dari rumah sakit.
Shania: Jadi, abang kamu hilang
ingatan meskipun sudah sehat ya Chel?
Michelle: Ya gitu deh, kak
Shania. Kak Ricky gak bisa ingat apapun meskipun sudah banyak teman-temannya
yang bicara pada dia.
Shani: Kamu sudah coba ajak kak
Ricky ke rumah, Chel?
Michelle: Itulah, Shani. Aku
kemarin ajak kak Ricky makan malam di rumah, ketemu Richard dan detektif itu
juga, tapi hasilnya nihil, kak Ricky tetap gak bisa ingat apapun.
Yupi: Yasudah, kamu sabar ya
Chel, kamu banyak berdoa aja biar ingatan kak Ricky cepat kembali.
Michelle mengangguk, lalu smartphone
di rok abu-abunya bergetar. Ia segera melihat SMS yang masuk, rupanya dari
Ricky. Michelle langsung senang dan membalasnya.
Ricky: Michelle, kamu sedang apa?
Michelle: Sedang makan nih, kak
Ricky.
Ricky: Oh, maaf ya kalau Kakak
ganggu.
Michelle: Eh, enggak ganggu kok
Kak. Aku belum mulai makan nih.
Ricky: Hmm, gitu ya. Yaudah kamu
segera makan deh, jangan nunggu makanannya mendingin loh, nanti gak enak lagi.
Michelle: Iya, Kak, terus kak
Ricky sendiri sudah makan atau belum?
Ricky: Kakak baru aja selesai
makan di kedai Pak Jono, terus kepikiran kamu. Jadi Kakak mau tahu aja kamu
lagi ngapain di sekolah.
Michelle: Oh gitu, aku boleh
minta sesuatu, Kak?
Ricky: Minta apa, dek?
Michelle: Aku minta kak Ricky
tiap hari ngabarin aku ya, seperti biasanya sebelum Kakak amnesia.
Ricky: Oke, Kakak janji akan
ngabarin kamu tiap hari. Kamu cepat makan sana, sebelum waktu istirahat habis.
Michelle tidak membalas lagi
pesan itu, ia tersenyum sendiri sementara ketiga temannya heran dengan
perubahan raut wajahnya, dari murung tiba-tiba jadi gembira. Yupi yang duduk di
sampingnya tadi coba mau melihat siapa yang SMS-an dengan Michelle, tapi tidak
bisa karena terhalang rambut Michelle.
Shani: Michelle, siapa yang
barusan? Pacar kamu?
Michelle: Iss, Shani ngada-ngada
aja. Kan kamu tahu kalau aku belum punya pacar.
Yupi: Yang barusan itu kak Ricky
ya, Chel?
Michelle mengangguk sambil
kembali tersenyum, lalu Shania ikut bicara.
Shania: Chel, kamu cepat makan,
waktu istirahat bentar lagi habis.
Shani: Iya Chel, abang kamu pasti
juga gak mau kalau kamu tidak sempat makan karena mikirin dia.
Michelle menuruti nasehat ketiga
sahabatnya itu, dan dengan cepat menyantap mie baksonya. Ketiga temannya agak
terkejut melihat kecepatan makannya Michelle, dan ketika bel tanda istirahat
berakhir berbunyi ternyata Michelle sudah melahap habis makanannya dan mulai
meminum sebotol teh SOSRO yang tadi belum sempat diminumnya juga. Mereka
berempat berlalu dari kantin, begitu juga murid-murid lain.
Siang hari itu, Ricky yang dari
tadi main catur dengan Pak Jono sehabis makan pagi mulai merasa lapar lagi.
Mereka menyudahi permainan yang belum ada pemenangnya itu karena waktu makan
siang sudah tiba, Ricky makan siang dengan menu yang sama dengan tadi. Dan
kedai itu juga mulai ramai seperti biasa ketika jam makan siang, Sally dan
Anthony duduk semeja dengan Ricky tapi menu makanan mereka berbeda.
Sehabis makan siang, Anthony dan
Sally kembali bekerja sementara Ricky pulang ke tempat kos. Ia tadi sudah
diberitahu Anthony mengenai pekerjaan yang biasa dilakukannya di SKYPILLAR
HOTEL. Saat sampai di tempat kos, Ricky heran melihat ada sebuah mobil warna
hijau terparkir di dekat pintu depan. Ricky tidak ambil pusing, ia masuk ke
dalam dan melihat Jeje serta Andela yang berseragam SMA menonton TV.
Ricky: Eh ada Andela, tumben
mampir kesini.
Jeje: Kak Ricky, kami nanti sore mau
ke mall sebentar, kak Ricky ikut ya.
Ricky: Loh, ngapain aku ikut?
Andela: Gini loh kak Ricky, kami
nanti kesana kan berdua aja, kak Ricky ikut biar jadi pengawal kami hehehe.
Ricky: Ckck, emangnya biasanya
kalian pergi tanpa kawalan?
Jeje: Biasanya sih supirnya
Andela yang jadi pengawal kami, kak Ricky.
Andela: Terus kebetulan supir aku
lagi jaga istrinya yang demam di rumahnya, jadi beberapa hari ini aku nyetir
mobil sendiri.
Ricky: Oh, boleh deh, aku mau
istirahat dulu ya.
Jeje dan Andela mengangguk,
mereka berdua kembali menonton TV sementara Ricky sudah memasuki kamarnya.
Di dalam kamar, Ricky mulai
menyalakan laptopnya, ia belum melihat isi laptop pribadinya sendiri sejak
keluar dari rumah sakit. Ricky berpikir mungkin ada sesuatu di dalam laptopnya
yang bisa membuat ia ingat, contohnya semacam diary dalam notepad. Namun setelah mencari-cari ternyata tidak ada, kemudian
Ricky melihat galeri foto yang sedikit di dalam laptop itu. Ada foto dirinya
mengenakan seragam SMA bersama teman-teman sekelas, ada juga beberapa foto
dirinya dengan Edric, Jonathan, Jeffrey, Daniel dan Gabriel. Kebanyakan latar
tempat dalam foto itu adalah di kantin SMA Tunas Bangsa, meski ada beberapa
tempat lain seperti pohon berdiameter besar di dekat pos satpam, lalu juga di
dalam kelas atau di bangku panjang pinggir lapangan futsal.
Karena tidak berhasil mengingat
apapun, Ricky lalu melihat daftar aplikasi game yang ada di laptop itu. Ia coba
memainkan beberapa di antaranya, seperti Final
Fantasy I & II: Dawn of Souls, Alien Shooter, Pokémon Platinum Version, Gutterball,
Diner Dash.
Setelah bosan, Ricky mematikan
laptopnya dan berbaring di kasur. Ia memejamkan mata sejenak sebelum ada
ketukan di pintu kamarnya.
Jeje: Kak Ricky, sudah siap
belum?
Ricky lalu membuka pintu, dan
melihat Jeje serta Andela sudah berganti pakaian biasa, ia pun segera ikut
mereka dengan motornya membuntuti mobil Andela yang menuju mall.
Di dalam mall, Ricky berjalan
berdampingan dengan Jeje dan Andela yang hendak menuju supermarket, tapi
beberapa kali mereka berhenti di depan toko aksesoris, toko sepatu, dan toko
perhiasan. Ricky hanya menggeleng-geleng karena tujuan utama mereka tidak sampai
terus.
Di dalam supermarket, karena Ricky
bosan menunggu 2 gadis yang menenteng keranjang belanja itu memilih-milih
pembalut dan sabun mandi, ia segera berjalan ke rak di sebelahnya, dan bertemu
Melody yang menenteng keranjang belanja sedang sendiri memilih shampoo.
Ricky: Hai, Melon.
Melody yang mengenali suara itu
pun menoleh dan tersenyum pada pria itu.
Melody: Eh, Ricky. Kamu kesini
sendiri?
Ricky: Enggak, aku kesini cuma
nemenin 2 bocah, hehehe.
Melody(heran): Hah? Maksudnya?
Belum sempat Ricky menjawab,
kedua lengannya dicubit pelan dari belakang, rupanya Jeje dan Andela yang
melakukannya.
Jeje: Enak aja kak Ricky ngatain
kami bocah, huh.
Andela: Kak Ricky main
tinggal-tinggal aja, bukannya nungguin.
Ricky: Heheh, habisnya aku bosan
sih kalian milihnya lama.
Melody yang mengetahui siapa ‘2
bocah’ yang dimaksud Ricky pun tertawa ringan.
Jeje: Eh, ada kak Melody.
Andela: Kak Melody kesini
sendiri?
Melody: Enggak, aku kesini bareng
Frieska dan Nabilah.
Baru saja berkata begitu, Frieska
yang menenteng keranjang belanjaan datang bersama Nabilah dengan
tergopoh-gopoh.
Frieska: Ih, Kakak kok ninggalin
kami sih.
Nabilah: Iya nih, kak Imel gak
bilang-bilang.
Melody: Loh, Kakak kan sudah
bilang tadi mau ke tempat shampoo dulu, kalian responnya ‘Hmm’ jadi Kakak kira
kalian denger. Makanya jangan keasyikan lihat snack, hihi.
Frieska: Eh, rame nih, ada kak
Ricky, Jeje, Andela.
Ricky, Jeje, Andela: Hai Frieska.
Nabilah: Ih, kok aku gak disapa
sih?
Ricky: Iya deh... Hai Nabilah.
Nabilah: Ih, kok gak ikhlas sih
kak Ricky nyapanya.
Melody: Hihihi, dek Ayu jangan
cemberut dong, nanti manisnya hilang.
Ricky: Iya, benar kata Kakak
kamu, nanti perlu ditambah gula jadinya kalau kamu terus cemberut, hehe.
Frieska dan yang lain tertawa
mendengar perkataan Ricky, Nabilah sendiri sedikit tersipu dan ia kembali
tersenyum. Kemudian Frieska mengenalkan adiknya itu pada Jeje dan Andela. Tak
lama berselang, mereka sama-sama pergi ke kasir yang bersebelahan. Setelah
membayar, mereka juga hendak pulang dan ternyata mobil Andela diparkir
bersebelahan dengan mobil Melody. Ricky pun melajukan motornya mengikuti mobil
Andela yang hendak pulang, sedangkan mobil Melody melaju ke arah lain dengan
dikemudikan Frieska.
~------------------------0O0------------------------~
Sesampainya di depan rumah Andela
yang agak besar, Ricky dan Jeje ditawari oleh Andela untuk mampir dulu. Namun
karena matahari sudah hampir tenggelam, Ricky dan Jeje mengatakan ‘kapan-kapan
saja’ lalu Jeje pun langsung naik ke motor Ricky untuk pulang ke tempat kos.
Tibalah Ricky beserta Jeje di
tempat kos pada pukul 7:10 malam, mereka berdua melihat makan malam sudah akan
dimulai. Ricky dan Jeje segera bergabung dengan para penghuni kos untuk memulai
makan malam.
Pagi di hari berikutnya, Ricky
sudah bersiap untuk kerja di SKYPILLAR HOTEL. Ia memulai jam kerjanya
berbarengan dengan Anthony yaitu pada pukul 9 pagi.
Sekitar pukul 11 siang di tempat
kos, datanglah sebuah mobil Kijang berwarna silver. Seorang pria berkemeja rapi
warna ungu terang keluar dari mobil itu, ia lalu menuju pintu depan untuk
mengetuk. Saat Ibu Kos membukakan, pria itu ternyata berniat ngekos, ia adalah
dokter yang dipindahtugaskan dari luar kota, namanya Evan.
Evan diajak Ibu Kos melihat-lihat
dalam tempat kos itu, ia mengamati lantai 1 rumah itu dan menemukan kertas
dengan tulisan ‘FOR RENT’ tertempel di depan sebuah pintu kamar. Ibu Kos pun
menunjuk pintu itu.
Ibu Kos: Jadi, dek Evan, nanti
kamu menempati kamar itu, soalnya hanya kamar itu yang masih kosong untuk
penghuni pria.
Evan: Oh, memangnya ada penghuni
wanita juga, Bu?
Ibu Kos: Benar, dek Evan, para
penghuni wanita berjumlah 6 orang, kalau penghuni pria ada 5 orang tapi kalau
ditambah dek Evan nanti jadi 6 orang juga.
Evan: Hmm, ngomong-ngomong kok
suasananya sepi ya, Bu?
Ibu Kos: Tentu sepi dong, dek
Evan. Karena para penghuni kos semua lagi kerja, ada juga yang masih sekolah
dan sekitar satu jam lagi pulang.
Evan: Hehe, maaf nih Bu, saya
sempat mikir tempat ini bakalan ada hantunya kalau suasananya begini sepi.
Ibu Kos: Haha, dek Evan bisa aja
kalau ngomong. Jadi dek Evan mau mulai ngekos kapan?
Evan: Hari ini aja deh Bu, saya
malas mutar-mutar lagi keliling kota ini, dari kemarin saya mutar-mutar nyari
tempat tinggal tapi ujungnya semalam saya nginap di hotel. Untung aja warga
sekitar komplek ini tadi memberitahu saya kalau ada tempat kos disini.
Ibu Kos: Hmm, oke deh, bentar ya
Ibu ambil kuncinya dulu.
Evan mengangguk, ia menunggu Ibu
Kos yang menuju kamarnya mengambil kunci untuk kamar yang dimaksud, yaitu di
seberang kamar Donny atau tepatnya di antara kamar Rama dan Bobi. Ibu Kos
memberikan kunci pada Evan dan memberitahunya tanggal jatuh tempo pembayaran
uang kos, yaitu tanggal yang sama bulan depan, dan jika Evan ingin membayar
sebelum tanggal itu juga boleh.
Sejam kemudian, Jeje bersama
Kinal, Bobi, Donny, dan Elaine pulang untuk makan siang di tempat kos. Ibu Kos
mengenalkan Evan sebagai penghuni baru pada mereka. Elaine dan Kinal sepertinya
tertarik pada dokter tampan itu, yang usianya baru 28 tahun.
Pada saat yang sama, Ricky sedang
makan di kedai Pak Jono bersama Sally dan Anthony. Suasana kedai yang ramai dan
para pengunjung yang makan sambil berpaduan suara tidak membuat Ricky merasa
bising, karena ia tengah SMS-an dengan Michelle setelah selesai makan duluan.
Ricky: Michelle, kamu sekarang
sedang makan siang ya?
Michelle: Iya nih, kak Ricky, aku
sekarang lagi di rumah temen untuk makan siang. Namanya Yupi, dan ada juga 2
teman yang lain beserta adiknya Yupi.
Ricky: Yupi? Heheh, kok namanya
begitu? Kayak merek permen.
Michelle: Hihi, emang begitu Kak.
Tapi itu cuma nama panggilan kok.
Ricky: Oh, yaudah kamu makan dulu
deh sama teman-teman kamu, Kakak juga mau lanjut kerja lagi. Salam buat
teman-teman kamu ya.
Michelle: Ok Kak.
Semenit kemudian, Anthony dan
Sally sudah selesai makan, mereka bertiga membayar dan segera kembali bekerja.
Sore harinya sekitar pukul 5:40,
Evan pun berkenalan dengan para penghuni kos yang pulang kerja, yaitu Maya,
Marina, Sendy, Naomi, Rama, dan Andrew. Ricky sendiri baru sampai di tempat kos
itu sekitar pukul 6:20 sore. Mereka pun kagum dengan kehadiran penghuni kos
baru yang merupakan seorang dokter spesialis saraf dan otak yang dipindahtugaskan
dari kota Jogjakarta ke kota Semarang. Rupanya esoknya Evan akan mulai praktek
di rumah sakit tempat Ricky pernah dirawat.
Evan lalu diminta Jeje untuk
memeriksa kondisi Ricky yang amnesia, dengan harapan ada cara untuk segera
mengembalikan ingatan Ricky. Dokter itu setuju untuk memeriksa otak Ricky
dengan CT scan di rumah sakit pada saat sore besoknya.
Malam itu adalah dinner bersama
yang pertama kali bagi penghuni kos yang baru itu, ia tidak menyangka akan ada
suasana kekeluargaan dari tempat kos ini. Ia berniat untuk memeriksa sangat
teliti keadaan Ricky agar bisa menemukan cara untuk mengembalikan ingatannya,
atau paling tidak bisa memperkirakan seberapa lama jangka waktu yang dibutuhkan
Ricky untuk mendapat kembali semua ingatannya.
Hari esok pun tiba, tanggal 4
Maret ketika siang di rumahnya Veranda. Ega sedang menunggu pacarnya itu
selesai berbenah untuk pergi kerja. Lalu datang seorang pria remaja ke ruang
tamu itu dengan masih mengenakan seragam sekolah putih abu-abu. Tag name-nya
tertulis ‘Aaron Joshua’.
Aaron: Hai bro, abang ini
pacarnya kak Ve ya?
Ega: Iya, nama owe Ega, kamu
adiknya Ve?
Aaron: Betul bang, namaku Aaron.
Jadi gimana, bang Ega sudah lama nunggu disini?
Ega: Oh, enggak. Owe belum merasa
lama kok.
Aaron: Hahah, maaf ya bang.
Kakakku kadang-kadang dandannya lama.
Baru saja Aaron berkata begitu,
Ega sudah melihat Ve dari belakang mencubit kedua pipi adiknya itu.
Ve: Enak saja kamu, Kakak barusan
gak dandan.
Aaron: Hehe, peace Kak Ve.
Ve melepaskan cubitan pada pipi
adiknya itu, Ega tertawa ringan melihat mereka. Setelah berpamitan pada Aaron,
Ve dan Ega mulai berangkat pergi ke tempat kerja. Ega selama mengantarkan Ve
juga bertanya dimana sekolahnya Aaron. Ve lalu menjawab kalau adiknya itu
sekolah di SMA Pelita Bangsa dan baru kelas 10.
Sore harinya sekitar pukul 5:35
sore, di ruangannya Evan baru saja mengambil hasil scan otak Ricky dan
melihatnya seksama. Ia lalu menganalisis sebentar dan kembali duduk di kursi
dokter berhadapan dengan Ricky dan Jeje.
Jeje: Jadi gimana, Dok? Kak Ricky
bisa pulih kan ingatannya?
Evan: Haha, gak usah terlalu
formal kalau gak ada orang lain. Aku merasa agak janggal.
Ricky: Tuh kan Je, aku bilang
juga apa. Biasa aja ngomongnya, kan kita cuma bertiga.
Jeje: Iya deh, gimana bang
dokter? Kak Ricky kapan bisa kembali ingatannya?
Evan: Jadi begini, berdasarkan
pengamatanku pada hasil CT scan...
Ricky: Interupsi, bang dokter.
Bisa gak langsung ngomongin intinya, hehehe.
Evan: Oh, yaudah deh haha.
Intinya, aku berhasil memperhitungkan perkiraan kapan paling lambat ingatanmu
akan kembali, Ricky.
Jeje: Hah? Yang bener, bang
dokter? Kapan?
Evan: Kira-kira 19 hari lagi,
kalau gak ada intervention apapun.
Ricky: Maksudnya intervention apa, bang dokter?
Evan: Intervention maksudku adalah... kalau gak ada pemicu ingatanmu bisa
kembali, Ricky. Misalnya bertemu orang yang pernah kamu kenal, atau kamu ke
tempat yang tidak asing bagimu.
Jeje: Jadi, maksud bang dokter,
kak Ricky bisa saja lebih cepat kembali ingatannya?
Evan: Benar sekali, tapi jangka
waktu yang tadi kusebutkan hanya perkiraanku, jadi tidak 100% akan terjadi. Dan
ini juga tergantung kehendak Tuhan, jadi kalian berdoalah agar hal itu bisa
terjadi, aku juga akan ikut mendoakan.
Ricky: Oke, terima kasih bang
dokter.
Ricky dan Jeje kemudian pamit
keluar ruangan itu, mereka pergi ke bagian kasir untuk membayar biaya
pemeriksaan tadi. Sementara dokter Evan kini menangani beberapa pasien
selanjutnya, dia pun kini tahu alasan dirinya dipindahtugaskan, yaitu tak lain
dan tak bukan adalah karena banyak pasien langganan rumah sakit ini yang
bermasalah dengan sistem saraf mereka. Apalagi dokter spesialis sangat langka
di kota ini.
Di malam harinya, para penghuni
kos yang lain juga diberitahu oleh dokter Evan mengenai hasil pemeriksaan pada
otak Ricky tadi.
Sementara itu di depan rumahnya
Veranda tepat pukul 7 malam, Ega tengah dibujuk untuk ikut makan malam disana.
Setelah beberapa kali debat akhirnya Ega menyetujui ajakan Ve, karena Ve juga
mau memperkenalkan abangnya pada Ega.
Sesampainya di dalam, Ega
terkejut melihat seorang pria yang berpakaian jas tengah merenggangkan badannya
di sofa ruang tamu. Di sampingnya ada Aaron yang berpakaian biasa sedang
memainkan game di smartphone. Ia pun berbisik pada Ve.
Ega(berbisik): Sayang, itu kok
ada bos kamu disini?
Ve(berbisik juga): Iya, itu emang
bos aku sekaligus abang aku. Namanya Rendy.
Ega agak terkejut, ia pun
memanggut-manggut. Kemudian Aaron dan Rendy menyadari keberadaan Ega.
Aaron: Eh, ada bang Ega.
Ega hanya tersenyum tipis karena
Rendy menatapnya dengan melotot, seperti tidak suka.
Ve: Kak Rendy kenapa sih?
Kini Rendy melotot pada Ve yang
ada di samping Ega.
Rendy: Ve, kamu melanggar aturan
perusahaan!
Ve: Ih, kak Rendy. Aturan apaan
coba?
Rendy: Karena kamu pacaran
sedangkan aku sebagai bos tidak sedang pacaran!
Ve menggembungkan pipinya,
sedangkan Aaron kembali memainkan game seolah tidak mendengarkan percakapan
mereka. Ega menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal, ia pun ikut bicara.
Ega: Anda bang Rendy, abangnya Ve
kan? Kenalin nama owe Ega.
Rendy: Hmm, Ega, sudah berapa
lama kamu berpacaran dengan Ve?
Ega: Sekitar 5 bulan, bang.
Rendy: Ckckck Ve, karena masa
pacaranmu dengan Ega sudah lebih dari 4 bulan, kamu harus dihukum.
Ve nampak tidak peduli, Ega
mengetahui itu karena ia melihat pacarnya tidak menghadap ke Rendy dan masih
menggembungkan pipi.
Ega: Eh, bang. Owe boleh tahu gak
hukumannya apa? Kalau bisa owe yang gantiin untuk nerima hukuman itu.
Rendy terdiam, ia menundukkan
kepalanya sebentar sementara Ega sepertinya siap mendengar hukuman apa yang
dimaksud abangnya Ve itu. Tiba-tiba terdengar tawa dari Rendy yang mula-mula
ringan hingga ia tertawa terpingkal-pingkal sambil memegangi perut.
Ega: Eh, kenapa bang? Owe salah
ngomong ya?
Rendy tidak menjawab, ia masih
tertawa, lalu Aaron yang menjawab pertanyaan itu.
Aaron: Jangan dihiraukan, bang
Ega. Ini bang Rendy tadi ngerjain kalian, karena aku beritahu dia kalau kak Ve
sudah punya pacar. Makanya dari tadi aku diam aja.
Ega yang melihat Rendy mulai
memelankan suara tawa pun terheran. Ve lalu buka suara juga.
Ve: Udah aku duga, kak Rendy
selalu aja jahil, tapi maaf deh. Gak mempan buat aku, huh.
Rendy: Hahaha, tapi mempan buat
pacarmu kan, Ve.
Ega: Hah? Beneran, bang? Tadi
cuma iseng?
Rendy: Haha, iya. Selamat Ega,
kamu lulus tes sebagai pacarnya Ve.
Ve: Tuh kan, kak Rendy gitu lagi,
tiap aku punya pacar pasti dites.
Rendy: Iya, maaf ya Ve, hehehe.
Ve menggembungkan pipi, kemudian
Ega berkenalan dengan jabat tangan pada Rendy. Mereka kemudian makan malam
bersama setelah Rendy mengganti pakaiannya jadi pakaian rumahan. Di tengah
makan malam itu, Ve yang duduk di samping Ega buka suara lagi sambil melihat
Rendy.
Ve: Sejak kapan ada aturan
perusahaan kalau gak boleh pacaran, huh.
Rendy: Hehehe, kalau gak gitu gak
seru aktingnya.
Ve: Makanya kak Rendy mending
ikut casting film aja deh, sebelum stress.
Rendy kembali terkekeh, dan
setelah selesai makan malam Ve pun mengantarkan Ega ke depan pintu rumahnya.
Ega: Jadi, abang kamu suka acting
ya, sayang?
Ve: Iya, gitu deh. Memangnya
acting kak Rendy meyakinkan?
Ega: Kalau menurut owe sih,
memang meyakinkan sih. Tadi owe sempat was-was kalau abang kamu gak setuju owe
jadi pacarmu.
Ve: Masa sih? Kalau menurut aku,
actingnya kak Rendy gak begitu bagus deh.
Ega: Itu mungkin karena kamu
sudah sering melihat dia acting, kalau orang yang baru pertama kali lihat
acting dia pasti bilangnya seperti owe barusan.
Ve tersenyum, ia senang karena
abangnya dipuji oleh pacarnya ini. Tak lama kemudian Ve pun melambaikan tangan
pada Ega yang sudah menstarter motornya pergi dari komplek perumahan itu.
Setelah mengunci pintu rumah, Ve berniat ke kamarnya tapi ditahan Rendy yang
duduk di sofa ruang tamu. Aaron kembali asyik dengan game di smartphone-nya
sambil sesekali melihat acara TV.
Rendy: Ve, Kakak mau bicara
dengan kamu.
Ve pun duduk di samping kiri
Rendy, sedangkan Aaron yang duduk di samping kanan Rendy mem-pause game
sebentar.
Ve: Kak Rendy mau bicara apa?
Rendy: Begini, ini soal pacarmu
Ega.
Ve: Hmm, ada apa? Jangan bilang
kak Rendy gak setuju aku pacaran dengan dia.
Rendy: Oh, tidak-tidak, tenang
saja adikku yang berpipi bakpao. Aku setuju sepenuhnya, kalau Ega yang jadi
pacarmu.
Ve: Beneran nih?
Rendy: Iya, karena tes tadi dia
lulus.
Ve: Huh, kalau itu sih kak Rendy
juga bilang pada semua mantan pacarku dulu.
Rendy: Oh, kali ini beda, Ve.
Ve: Beda gimana sih maksudnya,
Kak?
Rendy: Kalau menurut Kakak, Ega
ini memang mencintai kamu, Ve. Karena dia rela menggantikan kamu yang akan
diberikan hukuman.
Ve: Memangnya Kakak beneran mau
hukum aku tadi?
Rendy: Ya enggak dong, namanya
juga acting, gimana sih kamu.
Ve: Hihihi, jadi menurut kak
Rendy, mantan pacarku sebelumnya semua ‘terpaksa’ diluluskan tesnya?
Aaron: Kak Ve, sebenarnya
mantan-mantan pacar sebelumnya sih tesnya kebanyakan aku yang bujuk bang Rendy
biar luluskan aja.
Ve pun memanggut-manggut, lalu
Rendy kembali bicara.
Rendy: Yang tadi, Kakak bilang
kalau Ega lulus tes itu murni keputusan Kakak. Aaron tadi tidak membujuk biar
diluluskan aja tesnya.
Aaron: Iya, kak Ve. Aku tidak
perlu membujuk bang Rendy karena aku pernah mengintip ketika kak Ve pertama
kali diantar bang Ega untuk berangkat ke kampus.
Ve: Maksud kamu apa, dek? Kakak
gak ngerti nih.
Aaron: Begini loh, waktu kak Mila
nginap kan aku bangun agak telat. Jadi aku sebelum siap-siap ke sekolah sempat
lihat bang Ega bicara dengan kak Mila yang cerita tentang kondisi kak Ve. Terus
dari raut mukanya bang Ega, sepertinya dia khawatir dengan Kakak. Jadi aku tadi
yakin kalau bang Ega pasti lulus tes.
Rendy: Wah, itu kejadiannya
kapan, Ron?
Aaron: Itu sekitar 5 bulan lalu,
bang.
Rendy memanggut-manggut, Ve pun
tersenyum mendengar perkataan adiknya. Ia lalu ikut menonton TV. Sementara Ega
yang tengah berada di jalan bersin sekali, angin yang berhembus pun cukup
kencang.
~------------------------0O0------------------------~
Pagi hari berikutnya, Ricky
sedang meregangkan badannya sehabis bangun tidur. Ia lalu mendapat SMS dari
Michelle.
Michelle: Kak Ricky, udah bangun?
Ricky: Baru bangun nih, kenapa?
Michelle: Kak Ricky lupa sesuatu
gak kemarin?
Ricky: Lupa apaan?
Michelle: Ih, kak Ricky kemarin
gak ngabarin aku, huuh.
Ricky: Aduh, maaf-maaf Michelle.
Kakak kemarin sibuk, dan juga pergi ke rumah sakit.
Michelle: Eh, kak Ricky kemarin
ke rumah sakit? Sakit apaan?
Ricky: Kakak gak sakit kok,
Michelle. Kakak cuma periksa otak dengan CT scan, biar tahu kapan ingatan Kakak
bisa kembali.
Michelle: Hmm.. jadi gimana
hasilnya?
Ricky: Kata dokter spesialisnya
sih, ingatan Kakak akan pulih dalam waktu 19 hari. Tapi cuma perkiraan. Kalau
ada pemicunya bisa lebih cepat.
TO BE CONTINUED...
By: E.D.
Komentar
Posting Komentar