GALLANT IMPACT, Chapter 19

Chapter 19: Guardians of jewelstones

Ricky: Iya, bener Jer, emangnya kenapa? Ada yang aneh atau janggal?

Jerry: Nah, kalau benar begitu, berarti...

Ega: Ah, owe tahu Jer. Hahaha.

Jerry: Iya Ga, hahahaha.

Ricky: Woi, kalian berdua kenapa tertawa? Apanya yang lucu?

Ega: Ky, coba lu ingat-ingat, tadi habis tukaran piring, lu sama Melody gak tukaran sendoknya?

Ricky: Iya, kami gak tukaran sendoknya. Kenapa Ga?

Ega: Hahaha, bilangin Jer.

Jerry: Hahah Ky, berarti lu secara gak langsung ciuman dengan Melody dong?

Ricky: Ckck, aneh deh kalian. Ciuman apanya?

Jerry: Hehe, itu loh Ky, kan sendoknya kalian gak tukar, berarti... lu pasti tahu deh.

Ricky coba memikirkan maksud perkataan temannya ini, Jerry dan Ega terus terkekeh sampai akhirnya Ricky mengerti maksud mereka.

Ricky: Oh! Hahaha, benar juga.

Mereka bertiga tertawa, sampai-sampai beberapa mahasiswa dan mahasiswi melihat ke arah tempat mereka duduk. Merasa dilihat, tiga mahasiswa itu segera menghentikan tawanya sedikit demi sedikit.

Jerry: Nah, itu dia maksud gue Ky. Lu dan Melody tukaran air liur, artinya ciuman secara gak langsung.

Ricky: Idih, jangan diomongin keles. Lu terang-terangan bilang air liur segala, Jer. Geli gue dengarnya.

Ega: Haha, begitulah Ky, makanya owe dari tadi suruh Jerry yang bilang, karena owe juga ngerasa geli dengar kata itu.

Dan tiga mahasiswa itu kembali tertawa kecil hingga dosen memasuki kelas itu. Di kelasnya Melody, ia juga membicarakan perihal di kantin tadi bersama Ve.

Ve: Jadi tadi pesanannya tertukar, Kak?

Melody: Iya, Ve. Untung aja Ricky pesan makanan yang tidak pedas, dan dia nawarin untuk tukar.

Ve: Bang Ricky pesan nasi padang kan? Kalau gak salah, itu lebih murah dari nasi goreng.

Melody: Huss, Ve. Meskipun kita orang Ekonomi, tapi perhitungan seperti itu gak baik. Lagipula beda sedikit aja kok harga dua makanan itu.

Ve: Hihi, bercanda kok, kak Mel. Jadi kalau tadi bang Ricky pesan makanan pedas juga, gimana dong?

Melody: Ya... terpaksa aku makan sambil nahan pedasnya nasi goreng itu.

Setelah itu, seorang dosen juga datang memasuki kelas Fakultas Ekonomi tersebut. Perkuliahan di Universitas Patmangin berjalan kembali sehabis waktu istirahat.

Di sekolah Tunas Bangsa, tepatnya di kantinnya pada pukul 9 lewat 10 menit, Michelle sedang mentraktir teman-temannya dari kelas lain yaitu Rachel, Yansen, Vanka, dan 2 adik kelas yaitu Stefi dan Nabilah.

Rachel: Wah, selamat ya Chel, kakak kamu sudah kembali ingatannya.

Michelle: Iya, makasih ya Hel. Kalian mau pesan apa? Biar aku yang pesanin.

Vanka: Enggak deh Chel, aku aja yang pesanin, kan kamu yang traktir.

Mereka semua memesan makanan yang sama, agar Vanka tidak kerepotan mengingat karena masing-masing minuman mereka berbeda. Setelah bisa mengingat betul minuman-minuman, Vanka segera pergi untuk memesannya.

Sehabis makan, Vanka bertanya pada Michelle yang dilihatnya sedang menyeruput jus lemon.

Vanka: Jadi gimana Chel, kak Ricky bisa ingat karena apa?

Michelle: Aduh, aku gak tahu deh, kak Jeje gak bilang, yang pasti aku sudah senang karena kak Ricky sudah ingat semuanya.

Stefi: Hmm, pasti efek dari intervention ku deh.

Michelle: Eh, yang benar, Tep, kamu ketemu kak Ricky ya di tempat kos?

Stefi: Iya Kak, tapi waktu itu sih dia bilang gak bisa ingat apa-apa. Atau mungkin dia pura-pura waktu itu?

Nabilah yang baru selesai makan pun ikut bicara.

Nabilah: Kayaknya enggak deh, Tep. Aku tahu kok penyebab kak Ricky bisa pulih semua ingatannya.

Yansen: Kok kamu bisa tahu, Nab?

Nabilah: Gini loh, waktu itu hari Sabtu lalu, tanggal 14. Kak Ricky diajak kak Melody untuk menemani dia ke acara pernikahan tetangga kami.

Rachel: Hmm, terus-terus?

Nabilah: Sebelum pergi, kak Imel nunjukin sesuatu pada kak Ricky, yaitu jaket kepunyaan dia yang dititipin pada kak Imel beberapa bulan lalu. Kata kak Imel sih, kak Ricky sakit kepala sehabis melihat jaketnya.

Stefi: Hmm, berarti jaket itu yang memicu ingatan kak Ricky pulih semuanya dong. Bukan intervention berupa ketemu orang yang dikenal atau ke tempat yang pernah didatanginya?

Nabilah: Kayaknya sih bukan, Tep. Kak Michelle, aku minta maaf ya kalau kami gak kepikiran untuk mengembalikan jaket itu sejak kak Ricky mulai amnesia.

Michelle: Emm, gak apa-apa kok Nab. Sekarang yang penting kan ingatan kak Ricky sudah pulih semuanya, berkat kakak kamu juga.

Yansen: Kamu gak lupa bersyukur pada Tuhan kan, Chel?

Michelle: Enggak dong, aku sudah mengucap syukur sejak kak Ricky mengabari aku seperti biasa dengan memanggil aku ‘Lele sayang’.

Kemudian mereka semua beranjak untuk kembali ke kelas masing-masing, karena waktu istirahat akan habis sekitar 2 menit lagi.

~-----------------------0O0-----------------------~

Saat selesai kuliah, Ricky melajukan motornya melintasi taman kota yang sepi, ia melihat sekilas cahaya lagi, dan teringat tentang Guardian itu. Maka Ricky menunda perjalanannya ke tempat kerja, karena masih ada waktu satu jam sebelum mulainya jam kerja.

Ricky tidak melihat adanya Guardian tersebut, tapi ia menangkap cahaya dari batu berwarna biru pada sebuah pohon. Cahaya itu pudar ketika ia mulai mendekat, dan tiba-tiba muncul seseorang di samping batu itu, ia berhoodie biru layaknya Guardian tapi rambutnya panjang dan sepertinya dia seorang wanita karena ia mengenakan rok selutut yang juga berwarna biru, sedangkan Guardian di malam itu mengenakan celana panjang dengan warna biru dengan sepatu biru juga. Wajahnya tidak terlihat oleh Ricky, ia mengenakan sepatu sport biasa dan suaranya mulai keluar.

Wanita misterius: Welcome again, the chosen one.

Ricky: Eh, kamu siapa? Tadi buat aku kaget dengan kemunculanmu, sekarang mengagetkan aku lagi dengan berbicara bahasa Inggris.

Wanita misterius: I am a Guardian, too. I’m not yet able to speak that language. I can answer questions you ask to me, but only a few.

Ricky: Oke, pertama-tama, apa benar kamu juga Guardian? Berarti batu itu dijaga oleh kamu dan satu Guardian yang kutemui, atau bisa dibilang menemuiku ketika malam saat aku masih dalam masa amnesia?

Guardian: Yes, the chosen one. I am the female Guardian, the man you speak with that night is my partner, he is the male Guardian.

Ricky: Lalu, benarkah aku orang terpilih? Terpilih untuk apa?

Guardian: Correct, you are the chosen one. You become the chosen one to wield the power of TIMESTONE.

Ricky: Hah? Apa maksudmu? TIMESTONE itu apa? Dan siapa yang memilihku?

Guardian wanita ini menunjuk batu segenggaman tangan yang tertempel di pohon samping ia berdiri.

Guardian: This is the TIMESTONE, or you can call it a Sapphire, because of the form it looks like.

Ricky: Oke, jadi Sapphire the TIMESTONE, itukah sebutannya?

Guardian: Yes, the color is like Sapphire in this world. However, you need to know that TIMESTONE is not origin of this world.

Ricky: Wow, berarti TIMESTONE ini mempunyai kekuatan ajaib?

Guardian: True, and its power is related to time.

Ricky: Apa maksudmu?

Guardian: For now, I will let you think about it, the chosen one. See you some other time.

Ricky: Eh, tunggu dulu. Aku masih belum mengerti.

Perlahan Guardian wanita itu mulai menghilang, sosoknya mulai terlihat seperti bayang-bayang kemudian hilang secara utuh. TIMESTONE bercahaya sebentar kemudian redup kembali dan Ricky bisa melihat batu itu masih mengkilat terkena pantulan sinar matahari.

Ricky: Hmm, berhubungan dengan waktu? Apa maksudnya? Dan kalau bukan berasal dari dunia ini, artinya berasal dari dunia lain. Ih, semoga bukan ‘dunia setan’.

Setelah bergumam sebentar, Ricky meninggalkan taman kota itu dengan motornya untuk melanjutkan perjalanan menuju ke SKYPILLAR HOTEL.

Di tempat kos kini Andela dan Sonia beserta Jeje dan Michelle sedang bersantai di ruang tamu sehabis makan siang.

Andela: Jadi gimana, kak Jeje? Kak Ricky udah dikasih pelajaran kan?

Michelle: Eh, kak Andela, pelajaran apa?

Andela: Itu loh Chel, yang minggu lalu kita ke rumah Riskha.

Michelle: Oh itu, iya aku ingat. Kak Jeje, waktu itu kak Ricky diapain?

Jeje: Hihi, kalian mau tahu?

Sonia: Eh, ada apa sih?

Andela: Oh iya, kamu belum tahu ya. Ini kamu dengar aja kak Jeje yang mau ceritakan.

Jeje: Hmm, jadi begini, itu waktu malam harinya aku nunggu kak Ricky pulang.

Flashback start...

Tanggal 11 Maret pukul 10:20 malam. Kini Ricky baru saja pulang dari kerja, badannya serasa letih apalagi masih sedikit terasa sakit akibat ‘penganiayaan’ dua gadis kampus tadi siang. Ia melihat di dalam tempat kos masih terang, dan baru beberapa langkah berjalan mendadak ia seperti mau berhenti melangkah. Itu karena Jeje tengah menonton televisi, dan kini sedang jeda iklan. Baru saja Ricky berbalik dan sepertinya mau keluar lagi, suara gadis SMA itu mengagetkannya.

Jeje: Kak Ricky mau kemana?

Perlahan Ricky berbalik, ia tahu kalau Jeje pasti menunggunya untuk memarahinya karena tadi siang, ia yakin Michelle pasti memberitahu Ibu Kos cilik ini.

Ricky: Eh, dek Jeje yang manis, kamu belum tidur?

Jeje: Aku nungguin kak Ricky pulang.

Mendengar ucapan Jeje barusan, Ricky makin yakin kalau dugaannya benar, mengenai apa penyebab ia ditunggu oleh Ibu Kos cilik. Ia berusaha bersikap tenang.

Ricky: Oh, untuk apa kamu nungguin aku, hehe. Naksir aku ya?

Jeje: Ih, kepedean deh kak Ricky. Aku mau kak Ricky nemenin aku nonton, soalnya ini film horor yang lagi tayang dan setengah jam lagi baru habis.

Ricky: Hmm, oke deh.

Ricky masih ragu-ragu, tapi ia tidak mau membuat Jeje curiga. Dilihatnya Jeje juga sepertinya tidak tahu mengenai tadi siang. Kini Ricky duduk di samping Ibu Kos cilik itu.

Jeje: Oh iya, kak Ricky tadi siang SMS-an dengan Michelle lama ya? Ngomongin apaan sih?

Ricky: Eh.... itu...

Jeje tersenyum lebar pada Ricky, mahasiswa ini mendadak berkeringat dingin karena ia tahu arti dari senyuman Ibu Kos cilik. Dan benar saja, Ricky mulai ‘dianiaya’ lagi.

 Ricky: Aduh, aduh. Berhenti dong Je, tadi kan cuma bercanda.

Jeje: Ih, bercanda kok mesum sih. Ini aku juga wakilin Andela yang marah pada kak Ricky.

Ricky: Aduh, tadi kakaknya Andela udah wakilin dia. Udah dong.

Jeje berhenti mencubit badan Ricky, ia langsung bertanya.

Jeje: Maksud kak Ricky apa? Kak Amel tadi juga tahu ya?

Ricky: Ya tahulah.

Jeje: Kok dia bisa tahu? Kak Ricky pasti bohong deh, biar aku berhenti cubit.

Ricky: Ckckck, dia tahu karena aku tertawa-tawa sendiri melihat reaksi galak Michelle. Jadi Amelia merebut handphone-ku dan melihat percakapan itu deh.

Jeje: Oh, hihihi. Jadi kak Amel langsung ‘aniaya’ kak Ricky ya?

Ricky: Iya, malah saat aku ‘dianiaya’ Amelia, Melody ikut-ikutan tadi.

Jeje: Hihi, kasihan yang dianiaya. Makanya jangan mesum.

Ricky: Hhhh, hidupku ternyata dikelilingi gadis-gadis penganiaya.

Jeje tertawa lepas sambil memukul pelan lengan mahasiswa berprofesi bellboy ini, sementara Ricky bersungut-sungut, setelah itu iklan habis dan ternyata bukan film horor yang sedang tayang, melainkan film bergenre thriller. Tak lama kemudian Ricky berlalu ke kamarnya untuk mengistirahatkan badan yang letih dan sakit.

Flashback end.

Sonia: Oh, jadi gitu, hihi. Berarti kak Ricky juga muji kak Jeje dan Andela yang badannya menurut dia bagus.

Michelle: Ih, badan aku kan bagus juga, kak Sonia.

Sonia: Hihi, tapi abang kamu kan gak mungkin mesumin kamu, Chel.

Andela: Hahaha, rupanya Ci Amel udah mewakilin aku, kalau aku tahu itu kak Jeje gak perlu deh mewakilin aku untuk marah pada kak Ricky.

Jeje: Iya, tapi bagusnya adalah kak Ricky tidak cuek ketika siang itu, jadi dia juga tidak seperti robot deh. Buktinya dia bisa bercanda meskipun juga candaannya mesum.

Sonia: Oh iya, kak Jeje, bukannya kak Ricky pernah seperti orang yang tak semangat hidup? Itu kenapa bisa dia kembali seperti biasa lagi?

Jeje: Nah, itu dia Sonia. Waktu itu kan kak Ricky putus secara terpaksa dengan pacarnya yang mau dijodohin oleh ayah pacarnya itu. Jadi untung aja temannya kak Ricky menyemangati dia atau tepatnya menasehati dia.

Flashback start...

Tanggal 24 Desember 2014, pagi harinya Ricky terbangun dengan lesu, seperti 2 hari belakangan. Waktu di smartphone-nya menunjukkan pukul 8:17 ketika ada panggilan telepon dari Jonathan. Dengan malas ia mengangkatnya setelah beranjak dari kasur dan duduk di sofa dalam kamarnya.

Ricky: Halo Jo? Ada apa?

Jonathan: Ky, lu gak boleh gini terus.

Ricky: Gini terus maksud lu apa sih?

Jonathan: Gue tahu kalau lu habis putus dengan Akicha, kemarin Ega dan Jerry beritahu gue saat perayaan Natal di kampus. Lu jangan seperti orang yang tak punya semangat hidup, Ky. Gue takut nanti lu kepikiran untuk bunuh diri.

Ricky: Yaudah, kenapa emangnya kalau gue misalkan bunuh diri?

Jonathan: Kalau lu bunuh diri, gue gak mau datang ke pemakaman elu Ky.

Ricky: Jadi lu gak nganggap gue teman lagi?

Jonathan: Harusnya gue yang bilang begitu, Ky. Lu gak nganggap gue teman lagi? Lu gak beritahu gue kalau habis putus. Gara-gara lu putus, jadi semua orang di sekeliling elu dicuekin. Gue tahu kalau lu baru pertama kali pacaran dan pasti setelah putus sangat sakit rasanya. Tapi coba lu pikir Ky, apakah cewek di dunia ini cuma Akicha?

Ricky: Jadi mau lu apa, Jo?

Jonathan: Gue mau lu kembali ke diri lu sendiri, Ky. Lu yang biasanya gak pernah murung, setiap masalah selalu elu hadapin dengan tegar. Banyak masalah lain yang lebih besar sudah lebih dulu elu berhasil hadapin, Ky. Kalau masalah putus cinta ini terbilang kecil.

Ricky: Lu gak tahu apa-apa Jo, gue sangat cinta pada Akicha. Lu kan bisa dengan gampang gonta-ganti pacar, tapi gue? Gue gak seperti elu yang playboy, Jo.

Jonathan: Ckckck, ini nih kalau elu sudah kena patah hati, pasti lu jadi kayak gini. Gue udah menduga-duga dari dulu Ky, apa jadinya kalau elu putus cinta dengan Akicha. Tapi, elu keliru kalau terus bersedih begini.

Ricky: Keliru bagaimana? Memangnya lu tahu perasaan gue bagaimana saat mendengar kalau Akicha sudah dijodohkan?

Jonathan: Gue tentu tahu rasanya Ky, gue bisa membayangkan kalau posisi gue kayak elu. Tapi lu lupa dengan satu hal. Yaitu kalau elu beneran merelakan Akicha bersama Edo-san, elu gak mungkin terus-terusan begini, murung tak jelas dan cuek pada orang-orang di sekeliling elu.

Ricky: Hmm, gue udah ikhlas kok Jo, kalau Akicha bersama Edo-san.

Jonathan: Kalau elu ikhlas Ky, buktikan dengan berhenti murung. Dan lagipula Akicha bersama orang yang tepat untuk jadi pasangannya, mungkin elu dan dia memang tidak berjodoh tapi kalian sudah sempat merasakan manisnya hubungan yang saling cinta. Jadi elu perlu merelakan sepenuhnya Akicha, dengan begitu lu bisa membuka hati untuk wanita lain. Begitu banyak wanita di luar sana yang bisa memikat hati elu, Ky. Kalaupun elu harus menunggu lama untuk menemukan atau memilih seseorang yang tepat, bukan berarti elu tidak melanjutkan hidup elu kan Ky.

Ricky terdiam, ia memikirkan dalam-dalam perkataan temannya itu.

Jonathan: Halo Ky? Lu masih disana? Belum bunuh diri kan?

Ricky: Monyong lu Jo, berharap gue bunuh diri ya?

Jonathan: Ya enggaklah, habis elu sih gak ada suara.

Ricky: Gue kan memikirkan kata-kata elu Jo, apalagi lu jarang menasehati orang, lebih banyak dinasehati teman-teman sekelas dulu.

Jonathan: Hahaha, kunyuk lu. Gue juga udah merangkai kata-kata tadi sejak tahu dari teman sekelas lu kemarin kalau elu tidak ikut perayaan Natal di kampus gara-gara patah hati.

Ricky: Wah, bagus deh. Lu ternyata gak sehebat itu untuk menasehati orang, hehe.

Jonathan: Hmm, jadi gimana Ky? Lu bisa move on kan? Kalau elu masih terus murung, maka bisa dikatakan elu gak rela Akicha bersama Edo-san, itu berarti elu secara gak langsung memusuhi Edo-san.

Ricky: Iya, gue udah ngerti sekarang. Thanks ya Jo.

Jonathan: Baguslah Ky, gue juga bisa bantu elu lebih cepat move on dengan memperkenalkan lu pada beberapa mahasiswi teman sekelas gue di kampus.

Ricky: Ah, enggak deh, lu bikin repot mereka aja nantinya. Gue akan move on kok Jo, tapi elu sebaiknya jangan kenalin gue dengan cewek-cewek di kelas elu, kesannya kan elu ngejodohin gue.

Jonathan: Hahah, oke deh Ky. Gue akan biarkan elu mencari sendiri wanita yang tepat untuk elu jadikan kekasih lagi. Tapi sebaiknya wanita itu juga cinta pada elu Ky, soalnya lu pasti tahu kan hubungan percintaan akan terasa tidak enak kalau bertepuk sebelah tangan.

Ricky: Iya-iya, gue paham kok Jo. Contohnya kan mantan pacar elu yang terakhir di SMA, dia ternyata pura-pura cinta pada elu, karena kasihan.

Jonathan: Sialan lu, contoh pula hahaha. Gue udah lupain itu, malah elu ingatin.

Ricky: Hehe, kan biar gimanapun juga cuma dia cewek yang elu beneran cinta, karena mantan pacar elu sebelum-sebelum dia yang cinta pada elu tapi elu malah menjadikan mereka pacar karena keunikan mereka, entah nama atau penampilan mereka.

Jonathan: Udahlah, jangan dibahas lagi. Gue udah mau tutup nih telponnya, ini sebenarnya juga masa gratis ngobrolnya tadi habis waktu elu diam. Sekarang pulsa gue sedikit demi sedikit berkurang nih.

Ricky: Yaelah, masih aja gitu lu Jo, pelit pulsa. Oke deh, gue udah mengerti kok semua perkataan elu tadi.

Jonathan: Biarin, yasudah sekarang gue tutup ya. Bye.

Ricky: Bye...

Percakapan di telepon pun berhenti, Ricky bersandar di sofanya, ia kembali memikirkan perkataan Jonathan. Pintu kamarnya diketuk sehingga membuyarkan lamunannya. Saat Ricky membuka pintu, ternyata yang berada di baliknya adalah Jeje.

Ricky: Ada apa?

Jeje: Aku kira kak Ricky mau bunuh diri, makanya aku ketuk pintu. Habis dari tadi gak bersuara setelah telponan.

Ricky: Hey, emangnya aku harus bersuara baru tidak dikira mau bunuh diri?

Jeje: Ya... ngomong sendiri kan bisa.

Ricky: Asal aja kamu, berarti aku gila dong kalau ngomong sendiri. Eh, kamu tahu aku telponan berarti dari tadi kamu nguping dong.

Jeje: Hehe, ya gitu deh. Aku sebenarnya mau nyuruh kak Ricky sarapan, tapi karena kak Ricky sedang telponan aku gak mau ganggu deh. Ayo, kak Ricky sarapan dulu.

Ricky: Hemm, iya deh. Aku juga udah lapar.

Mereka berdua berjalan menuju ruang makan, tampak hanya Ibu Kos dan suaminya yang masih makan, dan Ricky ditanyai keadaannya. Ia menjawab baik-baik saja, dan meminta maaf karena sudah membuat ‘keluarga’nya khawatir.

Dan di hari itu juga sebelum siang Ricky meminta maaf pada semua penghuni kos yang dia cuekin, mulai dari Naomi, Marina, Rama, Andrew, Bobi, Donny, Sendy, Maya, Kinal, dan terakhir Elaine.

Flashback end.

Michelle: Oh, jadi kak Jo yang berhasil membuat kak Ricky tidak terus bersedih lagi. Bagus deh, berarti kak Jo tidak hanya mengandalkan sifat playboy-nya, hihi.

Jeje: Eh? Memangnya temannya kak Ricky itu beneran playboy ya, Chel?

Michelle: Ya gitu deh, kak Jeje. Kata kak Ricky, di masa SMA kak Jo gonta-ganti pacar paling banyak dibanding semua cowok di kelas. Kak Ricky juga bilang pacar terakhirnya kak Jo di SMA ternyata diam-diam selingkuh.

Sonia: Jadi, abang kamu beritahu temannya dong, Chel?

Michelle: Enggak, kak Ricky bilang ‘Biarin aja’ karena kak Jo juga pernah melakukan hal yang sama untuk putus dengan beberapa mantan pacarnya, hihi.

Keempat gadis itu tertawa ringan, mereka kemudian belajar pelajaran Fisika bersama meskipun Michelle hanya ikut memperhatikan karena ia baru kelas 1.

~-----------------------0O0-----------------------~

Sore harinya, di halaman rumah Jeffrey yang ada lapangan voli pribadinya, terlihat ia sedang mengajari teknik voli pada Stefi. Ibu mereka tengah shopping ditemani Ayah mereka.

Kini Stefi berada di belakang abangnya yang tinggi itu, tangan kiri abangnya mengangkat tinggi sebuah bola voli dan tangan kanannya di samping pinggangnya.

Jeffrey: Jadi gini dek, kalau mau bola terbang jauh, pertama-tama diangkat tinggi dulu dengan satu tangan, kemudian ayunkan tanganmu yang lain ke belakang.

Kemudian tangan kanan Jeffrey yang terkepal diayunkannya cepat ke belakang dan langsung membentur sesuatu yang dirasanya empuk. Tapi tiba-tiba ia mendengar rintihan Stefi, maka Jeffrey segera menoleh ke belakang. Ia melihat wajah adiknya itu seperti kesakitan dan mengelus-elus dada sendiri, kemudian pria tinggi itu buka suara setelah tangan kirinya menjatuhkan bola voli yang mulai memantul-mantul ke rerumputan liar.

Jeffrey: Kenapa, dek? Kamu kok kayak kesakitan sih?

Stefi: Ih, Kakak barusan mukul dada aku dengan kencang.

Jeffrey: Eh? Aduh, maaf ya dek. Kamu sih di belakang Kakak.

Stefi: Ih, kalau aku gak di belakang Kakak bagaimana aku bisa memperhatikan teknik itu?

Jeffrey: Kan bisa dari samping, dek.

Karena melihat Stefi masih mengelus-elus dadanya dengan kedua tangannya sendiri, Jeffrey reflek menggunakan kedua tangannya untuk mengelus-elus gundukan dada Stefi juga, mungkin untuk meringankan sakit. Stefi terkejut, kedua tangannya berhenti mengelus-elus, ditatapnya wajah abangnya yang memperhatikan dengan cermat ke dadanya sambil kedua tangan abangnya masih mengelus-elus, atau bisa dibilang meraba-raba gundukan dada siswi SMP kelas 3 itu.

PLAK! PLAK!

Sebuah tamparan masing-masing mendarat di kedua pipi Jeffrey, kedua tangan pria tinggi itu sudah terlepas dari gundukan dada adiknya dan ia meringis memegangi pipinya. Jeffrey terheran melihat Stefi menunjukkan raut wajah marah sambil kedua tangan menyilang di dadanya.

Jeffrey: Aduh, kenapa Kakak ditampar sih?

Stefi: Pakai nanya lagi! Dasar Kakak mesum!

Jeffrey: Mesum apa sih, dek?

Stefi: Kakak gak sadar ya, barusan ngapain?

Jeffrey nampak berpikir, ia kemudian tertawa canggung karena Stefi melotot padanya.

Jeffrey: Emm... itu... barusan Kakak gak sengaja, dek.

Stefi: Gak sengaja apanya? Jelas-jelas Kakak tadi sengaja megang kedua dada aku.

Jeffrey: Aduh dek, Kakak reflek tadi, kan kamu kesakitan jadi Kakak bantu biar gak terlalu sakit.

Stefi: Alasan aja! Aku laporin nanti pada Mama kalau Kakak mesumin aku!

Jeffrey: Aduh, aduh. Tolong dek, jangan laporin dong.

Pria tinggi itu berjongkok di depan adiknya dan kedua tangannya disatukan dengan posisi meminta maaf, ia berulang kali mengucapkan kata ‘Ampun, dek’. Setelah satu menit seperti itu, Stefi merasa kasihan pada Jeffrey.

Stefi: Kakak, udah jangan begini terus. Berdiri dong.

Jeffrey: Maafin Kakak dek, tadi Kakak gak sadar, Kakak cuma merasa bersalah aja udah bikin kamu kesakitan.

Stefi: Yaudah Kak, aku sudah maafin kok. Aku juga gak akan lapor pada Mama, tapi Kakak jangan ulangi lagi ya. Ayo berdiri, jangan sampai nanti Papa dan Mama pulang terus lihat Kakak begini, pasti mereka tanyain.

Mendengar perkataan adiknya, Jeffrey langsung berdiri dan ia memeluk adiknya yang hanya di bawah ketiaknya.

Jeffrey: Makasih dek, Kakak janji gak akan mengulanginya lagi.

Stefi: Iya, udah deh. Jangan ambil kesempatan untuk meluk.

Jeffrey melepaskan pelukan dan cengengesan melihat adiknya tersenyum seperti menahan malu, terbukti dari wajah Stefi yang sedikit memerah.

Jeffrey: Kamu kenapa, dek? Kok merah begitu mukanya? Hahaha.

Stefi: Ini kan gara-gara Kakak, habisnya Kakak tadi raba-raba dada aku, kan aku jadi malu.

Jeffrey: Oh, pantesan. Sekali lagi maaf ya, dek.

Stefi: Iya, Kak. Ayo lanjut ajari aku sampai bisa menerbangkan bola voli lebih jauh. Biasanya kan aku cuma bisa sampai di dekat net-nya.

Jeffrey: Nah, kamu berdiri di samping aja dek, perhatikan baik-baik teknik Kakak untuk melambungkan bolanya sampai di ujung lapangan yang satu lagi.

Pria tinggi itu lanjut melatih adiknya memukul bola voli sampai terbang ke ujung lapangan yang satu lagi. Posisi mereka dari tadi saat mulai latihan adalah berada di satu ujung lapangan.

Malam harinya, Ricky sedang menjalankan motornya untuk pulang sehabis bekerja. Lagi-lagi saat melintasi taman kota ia melihat setitik cahaya, dan Ricky tahu asal cahaya itu, tak lain dan tak bukan adalah dari TIMESTONE. Ia segera menuju ke dalam taman kota untuk kemungkinan bisa bertemu Guardian pria.

Dan benar saja, saat Ricky berjalan menuju pohon tempat TIMESTONE berada, ia melihat sosok pria berhoodie sehingga ia mendekati Guardian pria itu dengan jarak tersisa 3 meter.

Guardian: Apa kabar, orang terpilih? Ingatanmu sudah pulih semua kan?

Ricky: Iya, kamu benar. Aku punya beberapa pertanyaan untukmu.

Guardian: Silahkan, orang terpilih. Tapi maaf sebelumnya, kalau nanti mungkin ada pertanyaanmu yang tidak bisa kujawab, meskipun aku tak tahu apa saja yang mau kau tanyakan.

Ricky: Oke, pertama, apakah benar kamu Guardian partner dari Guardian wanita yang kutemui tadi siang?

Guardian: Benar sekali, orang terpilih. Aku bisa dikatakan Guardian pria, sedangkan orang yang kau temui tadi siang di tempat ini adalah partnerku, Guardian wanita.

Ricky: Tunggu dulu, kenapa kamu barusan bilang ‘bisa dikatakan’? Apa maksudmu?

Guardian: Maksudku adalah, aku dan partnerku bukanlah manusia, kami hanya mengambil bentuk manusia agar bisa berbicara bahasa manusia.

Ricky: Jadi kalau kamu dan partnermu bukan manusia, makhluk apa kalian?

Guardian: Tenang saja, orang terpilih. Kami bukanlah makhluk jahat, kami adalah makhluk yang bisa disebut oleh kaum manusia sebagai alien.

Ricky: Alien? Maksudmu, makhluk yang berasal dari luar planet Bumi ini?

Guardian: Benar sekali perkataanmu, orang terpilih. Aku dan partnerku ditugaskan dari dunia kami untuk menjaga TIMESTONE yang berbentuk seperti Sapphire di planet ini.

Ricky: Dunia kalian? Jadi kalian punya planet tempat tinggal atau tempat asal? Dan kalau kalian ditugaskan, berarti kalian punya pemimpin di dunia itu?

Guardian: Betul, mungkin tidak bisa disebut planet karena dunia asal kami bisa dikatakan lebih kecil daripada planet manapun dalam tata surya ini. Tentu saja kami punya pemimpin, berupa makhluk yang lebih berwibawa dan kuat daripada semua makhluk di dunia kami. Makhluk itu pula yang menyatukan semua makhluk lain di dunia kami, menghentikan perselisihan yang ada dan membuat perdamaian antar semua makhluk termasuk aku dan partnerku.

Ricky: Boleh kamu jelaskan apa maksudmu ‘tidak bisa dikatakan planet’? Dan makhluk apa yang menjadi pemimpin di dunia asal kalian?

Guardian: Aku belum bisa memberitahumu makhluk apa yang jadi pemimpin di dunia asal kami. Aku juga belum bisa menunjukkan wujud asliku kepadamu, orang terpilih. Karena aku sudah cukup banyak memberitahumu dengan mengatakan kalau aku dan partnerku bukan manusia. Tapi aku bisa menjelaskan padamu apa maksud daritidak bisa dikatakan planet’.

Ricky: Hmm, apa maksud itu? Katakanlah.

Guardian: Maksud daritidak bisa dikatakan planetadalah dunia asal aku dan partnerku berada di gugusan bintang-bintang yang mengitari planet Saturnus, sehingga membentuk cincin.

Ricky: Maksudmu, kalian berasal dari salah satu bintang di sekian banyak bintang yang membentuk seperti cincin pelingkar planet Saturnus?

Guardian: Pemahamanmu benar, orang terpilih. Aku dan partnerku bersama makhluk-makhluk lain yang serupa kami tinggal di beberapa bintang itu. Sisanya dihuni makhluk-makhluk jenis lain selain kami.

Ricky: Nah, kalau begitu pertanyaan kedua yang tadi ingin kutanyakan padamu, apa itu TIMESTONE, asalnya dari duniamu, bukan?

Guardian: Betul, TIMESTONE berasal dari dunia asalku. Batu ini merupakan salah satu dari delapan jewel stone berkekuatan ajaib.

Ricky: Apa maksudmu? Jadi selain TIMESTONE, ada lagi tujuh jewel stone berkekuatan ajaib?

Guardian: Iya, tapi aku tidak boleh memberitahumu satupun julukannya ataupun bentuknya, yang pasti masing-masing jewel stone terpencar ke dimensi lain di planet Bumi ini.

Ricky: Dimensi lain? Apa artinya?

Guardian: Arti dari dimensi lain yaitu semua delapan jewel stone itu tersebar di delapan dimensi dari sekian banyak dimensi di planet Bumi ini.

Ricky: Hmm, oke. Aku akan memikirkan sendiri pengertian lebih dalam tentang dimensi itu. Sekarang aku perlu tahu, apakah warna dari TIMESTONE memang begini, dan jewel stone lain semua berbeda-beda warnanya, selain kekuatannya?

Guardian: Tentu saja, orang terpilih. Masing-masing jewel stone itu juga selain berbeda warna, di-teleport oleh pemimpin kami ke delapan dimensi planet Bumi ini, karena kekuatannya juga berbeda-beda. Maka ada tujuh lagi orang terpilih selain dirimu.

Ricky: Wow, jadi apakah semua orang terpilih itu harus pria, seperti aku?

Guardian: Tentu tidak, orang terpilih. Aku akan memberitahumu, kalau salah satu orang terpilih lain sudah ada seorang pria dan dua orang wanita juga, tapi usia mereka berbeda denganmu, dan waktu di dunia mereka pun berbeda dengan di dunia atau dimensimu ini. Selain 3 orang terpilih itu, aku tidak tahu lagi karena aku belum diberitahu pemimpin kami. Mungkin juga pemimpin kami belum memilih 4 orang yang lain di 4 dimensi lain.

Ricky: Eh, maksudmu apa kalau waktu di dunia atau dimensi orang terpilih lain berbeda?

Guardian: Misalkan sekarang ketika aku sedang berbicara denganmu, belum tentu Guardian-Guardian lain di tujuh dimensi lain juga sedang berbicara dengan orang terpilih di dimensi itu. Dan sekarang tanggal 17 Maret 2015, pukul 10:30 malam sedangkan di semua dimensi lain waktunya bukanlah tanggal 17 ataupun bulan Maret dan tahun 2015 di dimensi ini, juga waktunya mungkin bukan malam. Perbedaan waktu pasti ada minimal satu bulan, yaitu 24 hari.

Ricky: Bukannya satu bulan adalah 30 hari?

Guardian: Hahaha, aku mengatakan satu bulan adalah 24 hari karena aku tahu kalau di dunia manusia satu bulan bukanlah 24 hari, acuan kalian kaum manusia adalah satu bulan sama dengan 30 hari.

Ricky: Oh begitu, hehehe. Lalu satu tahun di duniamu ada berapa bulan?

Guardian: Hahah, maaf orang terpilih. Aku belum bisa memberitahumu soal itu, pemimpin di duniaku belum mengizinkan hal itu untuk kau ketahui. Dan sebentar lagi aku harus pergi.

Ricky: Okelah, kapan aku bisa bertemu kamu atau partnermu lagi?

Guardian: Itu tidak tentu, orang terpilih. Bisa jadi besok, atau seminggu lagi, mungkin sebulan lagi, atau bahkan setahun lagi. Setahun dalam dunia kami adalah tidak sampai 300 hari di dunia manusia. Tapi sehari di dunia kami lebih dari 24 jam, aku tidak bisa memberitahumu berapa lamanya.

Ricky: Hmm, baiklah, sampai ketemu lagi.

Guardian pria itu hanya mengangguk, kemudian perlahan ia menjadi bayang-bayang hingga akhirnya menghilang. TIMESTONE bercahaya sebentar ketika Guardian itu menghilang. Ricky menuju motornya untuk kembali melanjutkan perjalanan pulang ke tempat kos.

Ricky telah sampai di tempat kosnya, ia merasa ingin segera istirahat. Setelah ada dalam kamarnya dan selesai berganti pakaian, Ricky teringat kalau ia belum mengabari Michelle. Maka ia mengirim sebuah SMS pada adiknya itu.

Ricky: Lele sayang, udah bobo(tidur) ya?

Tidak ada balasan, Ricky yang matanya sudah terasa berat segera terlelap. Di pagi harinya sekitar pukul 7, alarm smartphone membangunkannya. Sehabis mematikan alarm itu, Ricky melihat ada sebuah pesan balasan dari Michelle, dikirim beberapa menit lalu.

Michelle: Ckckck Kakak, aku sudah tidur baru ngabarin.

Ricky tertawa kecil membacanya, ia membalas SMS adiknya itu.

Ricky: Hahaha, daripada gak ngabarin sama sekali, Lele sayang. Gak ngambek kan?

Michelle: Iya, iya, enggak kok. Oke deh, tapi nanti kabarin aku lagi ya, kan belum dihitung hari ini.

Ricky: OK Lele.

Sekarang Ricky meregangkan badan sejenak, ia kemudian mengambil pakaian kampus yang kemarin dikenakannya. Setelah mengambil handuk juga, Ricky keluar dari kamarnya untuk mengantri di kamar mandi.

Ricky yang sudah berpakaian rapi dan siap berangkat ke universitas Patmangin dihentikan teriakan Jeje dari dalam rumah saat ia mau mulai melajukan motor. Sambil mengenakan helm, ia berbicara pada Ibu Kos cilik itu yang kini telah berdiri di samping motornya.

Ricky: Ada apa sih? Teriaknya kencang banget.

Jeje: Kak Ricky, ayo antarin aku ke sekolah, aku ada tugas piket hari ini.

Ricky: Gak mau ah, kamu tadi teriak sih.

Jeje: Ih, lagian kan kak Ricky tadi udah pakai helm, jadi pasti tak terlalu terdengar nyaring kan. Kalau kak Ricky gak mau, aku aduin ke Ibu aku loh mengenai candaan mesum minggu lalu.

Ricky: Eh, jangan dong. Iya deh, aku antarin, ayo naik.

Jeje: Nah gitu dong, hihihi.

Ricky: Pakai ngancam segala, huh.

Jeje hanya menjulurkan lidah lalu naik ke motor Ricky, ia langsung berpegangan pada pundak Ricky.

Jeje: Ayo jalan, kak Ricky.

Ricky: Ckckck, emangnya aku tukang ojek? Kalau mau jalan peluk dulu dong.

Jeje: Ih, enggak ah, cepetan deh Kak, aku nanti telat tugas piketnya.

Jeje berkata begitu sambil menepuk pelan pundak kiri Ricky, setelah itu motor Ricky mulai melaju perlahan meninggalkan tempat kos untuk menuju sekolah Tunas Bangsa.

Di tengah perjalanan, beberapa kali Ricky mengerem sehingga Jeje reflek memeluknya sebentar agar tidak jatuh. Ricky terkekeh pelan, sementara Jeje hanya diam. Sesampainya di depan gerbang sekolah, Jeje turun dari motor Ricky dan ia baru buka suara lagi.

Jeje: Dasar, kak Ricky tadi sengaja kan mengerem beberapa kali. Huh.

Ricky hanya cengengesan, Jeje lalu berterimakasih padanya dan segera berjalan cepat untuk masuk ke dalam kawasan sekolah. Ricky melamun sejenak sambil duduk di motornya.

Ia memikirkan matang-matang mengenai pembicaraannya dengan Guardian tadi malam. Ia menduga-duga makhluk apa yang menyembunyikan wujudnya, yang pasti bukanlah makhluk seperti hewan-hewan di dunia manusia.

Ricky(berpikir): Kalau Guardian menyamar jadi manusia, apa mungkin wujud aslinya adalah binatang purba? Hahaha, yang benar saja, tapi bisa jadi sih.

Lamunan Ricky terhenti oleh tepukan seseorang, ia menoleh dan ternyata orang itu adalah satpam sekolah Tunas Bangsa yang kini berusia sekitar 45 tahun.

Ricky: Eh, Pak Sigit, kenapa?

Sigit: Ckckck, den Ricky. Harusnya saya yang tanya, kenapa den Ricky melamun? Mikirin pacar?

Ricky: Enggak apa-apa kok, heheh. Saya lagi jomblo nih, udah pacaran sekali tapi putus.

Satpam itu memanggut-manggut, mereka mengobrol sebentar lalu satpam kembali ke posnya. Ricky melajukan motor ke kampus, setelah memarkirkan motornya ia berjalan menuju perpustakaan Gedung Timur.


TO BE CONTINUED...

By: E.D.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Between Dream And Reality, Part 12

GALLANT IMPACT, Chapter 25

GALLANT IMPACT, Chapter 29