GALLANT IMPACT, Chapter 16

Chapter 16: Unique place of interest

Michelle: Maksud Kakak apa? Pemicu bagaimana?

Ricky: Pemicunya kata dokter misalkan bertemu orang yang Kakak kenal, atau ke tempat yang pernah Kakak datangi.

Michelle: Aduh, aku gak bisa bantu nih Kak, padahal aku mau pertemukan Papa dan Mama dengan kak Ricky.

Ricky: Memangnya Papa dan Mama kemana?

Michelle: Emm, seperti biasa sih, Papa dan Mama lagi diluar negeri, urusan bisnis. Mungkin sebulan lagi baru pulang.

Ricky: Ckckck, berarti kamu kesepian di rumah?

Michelle: Iya, Kak. Tapi aku tiap hari ajak teman-teman mampir kok, atau aku yang mampir ke rumah mereka. Oh iya, kalau hitungan 19 hari dari kemarin, berarti ingatan Kakak bisa pulih pada tanggal 23 nanti dong.

Ricky: Bagus deh. Hmm gak tahu juga sih, kata dokternya sih bisa aja tidak jadi, kan cuma perkiraan.

Michelle: Oh, gitu. Aku harap ingatan kak Ricky lebih cepat pulih.

Ricky: Amin, yaudah Kakak sekarang siap-siap pergi kerja ya.

Michelle hanya membalas dengan emoticon senyuman. Ricky meletakkan smartphone-nya di kasur, ia mengambil handuk dan pakaian kerja dari messenger bag-nya. Begitu keluar kamarnya, Ricky melihat kamar mandi tengah ada antrian, seperti biasa. Ia ikut mengantri bersama Rama, Andrew, Evan, dan Donny. Sementara antrian yang satu lagi yaitu Kinal, Marina, Sendy.

Sendy: Elaine, cepetan mandinya atuh! Jangan nyanyi-nyanyi terus, disini gak ada konser.

Para cowok tergelitik untuk tertawa, dan beberapa puluh detik kemudian Elaine keluar kamar mandi dengan mengenakan seragam sekolah dan rambutnya masih basah, ia cengengesan karena sudah mandi lama. Sendy kemudian masuk untuk mandi, sementara Kinal dan Marina masih menunggu. Elaine kemudian pergi ke sekolah bareng Jeje dengan jalan kaki. Donny mandi setelah Bobi keluar. Giliran mandi berikutnya Kinal setelah Sendy selesai, sedangkan Marina sudah balik ke lantai 2 untuk langsung mandi karena Maya telah selesai dan pergi berangkat kerja(shift pagi, biasanya kalau kuliah shift sore). Rama, Andrew dan Evan bergantian menggunakan kamar mandi sebelum akhirnya Ricky yang mandi.

Ricky merasa bersalah, karena dari tadi ia hanya menjadi pendengar obrolan para penghuni kos itu ketika mengantri mandi. Tapi ia ingin ingatannya kembali barulah dirinya tidak merasa janggal kalau ikut dalam obrolan.

~------------------------0O0------------------------~

Di saat waktu menunjukkan pukul 9 pagi, Ega kini sedang berada di ruang tamu rumahnya Ve. Ia ditemani Rendy mengobrol.

Ega: Oh, jadi Ve pernah disuruh makai kontak lens oleh mantan pacarnya, bang?

Rendy: Begitulah, haha. Padahal aku sudah bilang pada Ve agar jangan menuruti permintaan mantannya itu, eh dia malah mau coba saran itu biar terlihat lebih cantik.

Ega: Terus waktu itu matanya Ve sempat perih ya, bang?

Rendy: Nah kamu bener, itu karena posisinya tidak pas, untung saja bisa dilepas. Habis itu aku minta Ve mutusin pacarnya, karena hampir membuat mata Ve terluka.

Ega: Hmm, owe lebih suka ngelihat Ve pakai kacamata daripada dia makai kontak lens, bang. Karena resiko kontak lens kan banyak.

Rendy: Haha, baguslah, aku senang kalau kamu berpikiran begitu, Ega. Ngomong-ngomong boleh kulihat handphonemu? Bukannya curiga sih, cuma cek dikit aja.

Ega: Oh, boleh dong bang. Owe gak ada alasan untuk tidak menunjukkan.

Ega mengeluarkan smartphone dari saku celananya dan memberikan pada Rendy setelah menekan nomor PIN. Rendy melihat daftar kontak dan tidak ada yang aneh, kecuali nomornya Ve yang ditulis namanya sebagai ‘pipi tomat sayangku’. Rendy tertawa sambil mengembalikan smartphone-nya Ega.

Ega: Kenapa bang? Ada yang lucu?

Rendy: Haha, iya dong, itu namanya Ve kamu juluki ‘pipi tomat’.

Ega ikut tertawa ringan dan Rendy melanjutkan bicara.

Rendy: Jadi gimana, Ve tahu gak kalau dia kamu juluki ‘pipi tomat’?

Ega: Kayaknya sih gak tahu bang, karena Ve tidak pernah meminta owe menunjukkan handphone kepada dia. Tolong jangan beritahu Ve, bang. Dia suka cemberut kalau owe membahas pipinya.

Rendy: Hahaha, tenang saja, rahasiamu akan kujaga aman. Lagipula Ve juga kadang sebel kalau aku meledek pipinya itu.

Rendy dan Ega kembali tertawa ringan, Ve lalu datang membawakan minuman untuk mereka bertiga.

Ve: Hey, lagi ngetawain apa nih?

Rendy: Itu loh Ve, acara stand up comedy tadi malam. Iya kan Ega?

Ve: Beneran, sayang?

Ega: Hehe, iya sayang.

Mereka lalu mengobrol tentang film The Twilight Saga: Eclipse yang tayang tadi malam. Di kantin sekolah Tunas Bangsa, Shani sedang mengomel sambil makan bareng Michelle, Shania, dan Yupi.

Shani: Ish, bener-bener deh tuh soal Geografi tadi bikin ribet.

Shania: Hihi, ribet gimana sih Shani?

Shani: Kak Shania coba pikirin deh, itu panjang banget jawabannya, aku tadi juga gak sempat nulis sampai selesai, baru setengahnya.

Yupi: Aku sempet kok nulis jawabannya sampai habis.

Michelle: Kamu kan memang mengerti Yup, kalau Shani sih mati-matian menghapal, hihi.

Shania: Makanya Shani, perhatikan dengan baik pelajarannya, jangan gurunya aja. Mentang-mentang gurunya ganteng hahaha.

Yupi dan Michelle juga ikut menertawai Shani, gadis itu pun cemberut karenanya. Sementara di meja lain agak jauh dari mereka juga ada pembicaraan lain oleh Jeje, Andela, Frieska, Sinka, Sonia, dan Manda sambil makan juga.

Sonia: Kak Jeje, jadi gimana hasilnya kemarin? Positif kan?

Sinka: Hah? Positif apaan, Sonia?

Andela: Iya nih, kok kamu ngomongnya aneh?

Jeje: Aku gak ngerti deh kamu ngomong apa, Sonia.

Sonia: Itu loh, kak Jeje positif hamil kan? Hehehehe.

Manda, Frieska, Sinka, dan Andela kemudian serempak tertawa dengan perkataan Sonia yang pastinya candaan. Jeje yang geram menggelitiki Sonia habis-habisan selama 40 detik. Setelah selesai barulah ia kembali bicara.

Jeje: Huh, aku kan udah bilang kalau ada dokter spesialis yang baru. Kamu mikir yang aneh-aneh aja, ih.

Sonia: Hihi, maaf kak Jeje, kan cuma bercanda. Lagian kak Jeje bilangnya datang kesana dengan kak Ricky doang, jadi kesannya seperti pasangan gitu.

Jeje: Kamu kebanyakan nonton drama di TV, Sonia. Sebaiknya kurangi deh.

Andela: Jadi gimana, kak Jeje? Kemarin siapa yang diperiksa?

Jeje: Gini ya Del, sebelum kamu mikir yang aneh-aneh. Kemarin bukan aku yang diperiksa, tapi kak Ricky, karena kan dokter spesialis yang baru itu memeriksa otaknya kak Ricky dengan CT scan.

Sinka: Berarti dokter baru itu spesialis otak ya, Je?

Jeje: Tepat sekali, Sinka. Dia adalah bang Evan, dokter spesialis saraf dan otak. Juga penghuni kos yang baru.

Frieska: Terus gimana, Je? Kak Ricky segera kembali kan ingatannya?

Jeje: Menurut perkiraan bang dokter Evan sih, kira-kira 19 hari dari kemarin.

Manda: Kak Jeje, kalau dihitung dari hari ini berarti 18 hari lagi ingatannya bang Ricky pulih dong?

Jeje: Ya... kalau bener sih, tapi bisa dipercepat dengan intervention.

Sonia: Intervention apa, kak Jeje?

Jeje: Bang dokter bilang intervention itu misalnya kak Ricky ketemu orang yang dikenalnya atau pergi ke tempat yang tidak asing, pernah didatanginya.

Kelima gadis SMA itu memanggut-manggut, dan melanjutkan makan.

Andela(berpikir): Ci Amel kayaknya bisa bantu deh, aku akan beritahu dia nanti agar bisa ada intervention.

Sonia(berpikir): Kalau gak salah Ci Stella pernah dikenal kak Ricky, nanti aku coba beritahu soal ini padanya.

Frieska(berpikir): Kalau dihitung-hitung, berarti itu tanggal 23, sehari sebelum ultahnya kak Melody. Hmm... aku mau beritahu kak Imel ah, sepertinya dia dekat dengan kak Ricky jadi pasti mau tahu deh.

Sinka(berpikir): Kak Omi pasti udah tahu, tapi kira-kira kak Omi masih suka dengan kak Ricky atau enggak ya?

Sehabis makan, mereka membayar makanan dan minuman ditraktir Frieska yang kemarin ulang tahun.

Di luar kelas 10 B sebelum waktu istirahat habis, Shania sedang berbicara dengan ketua kelasnya yaitu Hanna.

Hanna: Bener nih Shan? Hihihi.

Shania: Ya gitu deh, Hanna. Sejak beberapa kali kena hukuman yang berat para cowok di kelasku tidak berani telat lagi, terutama anggota OSIS.

Hanna: Memangnya apa hukumannya, Shania?

Shania: Hukumannya itu kak Rona yang usulin kepada aku biar mengusulkannya pada guru pembimbing disiplin. Yaitu kalau anggota OSIS cowok yang telat akan dihukum membersihkan toilet guru di lantai 1 dan lantai 2, hihihi. Dan cowok yang bukan anggota OSIS pun akan ikut membersihkan kalau dia sekelas dengan salah satu dari mereka.

Hanna: Hehe, jadi berarti mereka cowok-cowok yang suka telat kapok dong?

Shania: Haha, benar Hanna, aku juga udah ngucapin terima kasih pada kak Rona sebulan setelah dia memberikan usul itu. Bagus banget deh kalau mereka para cowok sudah disiplin, jadi aku sebagai ketua kelas tak perlu repot menceramahi mereka.

Bel berbunyi tanda waktu istirahat habis, Hanna dan Shania masuk ke kelasnya masing-masing yang bersebelahan.

~------------------------0O0------------------------~

Siang harinya, Ega yang duduk di ruang tamu menunggu Ve untuk pergi berangkat kerja menerima SMS dari Yansen adiknya.

Yansen: Abang, hari ini Cesen diajakin ke rumahnya Michelle, boleh kan?

Ega: Boleh dong, Cesen nanti pulangnya mau abang jemput?

Yansen: Enggak usah bang, nanti Cesen ikut mobilnya Yupi, teman sekelasnya Michelle.

Ega: Oh gitu, kamu udah ijin juga pada Ayah dan Ibu belum?

Yansen: Udah dong, bang. Cesen tadi barusan beritahu Ayah dan Ibu sebelum beritahu abang.

Ega: Ya sudah, kamu have fun ya.

Yansen: Oke bang, bye.

Ve yang barusan melihat beberapa SMS terakhir itu pun buka suara ketika ia berdiri di belakang Ega.

Ve: Yansen kenapa, sayang?

Ega: Eh, sayang, ngagetin aja hehe. Yansen cuma memberitahu owe kalau dia diajak ke rumah temannya, Michelle, adiknya Ricky.

Ve: Memangnya Yansen sering kesana, sayang?

Ega: Enggak juga sih, dia lebih sering ke rumah teman sekelasnya yang bernama Rachel.

Ve pun memanggut-manggut, mereka lalu berangkat dengan motornya Ega untuk ke kantor perusahaan milik Rendy. Abangnya Ve itu tadi sudah lebih dulu berangkat dengan mobilnya Ve sekitar jam 10 pagi.

Sore hari pun tiba, sekitar pukul 5:36 di tempat kos sudah terlihat Naomi baru pulang kerja, ia kini berada di kamarnya lantai 2 dan masih mengenakan pakaian kerja ala teller bank. Smartphone di tasnya bergetar pertanda ada SMS masuk, ia melihat ternyata dari ‘My Dudut’.

Sinka: Kak Omi, aku mau tanya sesuatu nih.

Naomi: Mau nanya apa, Dudut?

Sinka: Apa benar ingatannya kak Ricky akan kembali sekitar 2 minggu lagi?

Naomi: Iya, kata bang dokter penghuni kos sih begitu, itu diperkirakan dari hasil CT scan.

Sinka: Oh gitu, terus aku mau nanya sesuatu lagi nih.

Naomi: Apa lagi, Dut?

Sinka: Kenapa Kakak bisa jatuh cinta pada kak Ricky?

Naomi: Hmm... kasih tahu gak ya?

Sinka: Ih, kasih tahu dong, aku kan penasaran kok Kak Omi cepat sekali jatuh cintanya.

Naomi: Untuk apa kamu tahu? Kan kamu bisa cepat juga jatuh cinta, caranya gak gitu susah kok, tinggal suka aja, hihihi.

Sinka: Bukan begitu, Kak. Mana bisa semudah itu, huh. Aku mau tahu apa alasan Kakak jatuh cinta pada kak Ricky. Kalau aku tahu, kan aku bisa nentuin kriteria cowok idamanku juga.

Naomi: Enggak ah, nanti kamu suka pada Ricky juga.

Sinka: Ckckck Kak Omi, aku kan cuma mau tahu gimana rasanya jatuh cinta, ayo dong Kak Omi bilang dong sebabnya biar aku gak salah jatuh cinta nantinya.

Naomi: Iya deh, jadi... Kakak bisa jatuh cinta pada Ricky karena dia ganteng.

Sinka: Iss, basi banget deh Kak. Jangan bercanda dong.

Naomi: Hihi, iya-iya. Jadi yang sebenarnya... Kakak jatuh cinta pada Ricky karena dia cowok yang beda dari cowok-cowok yang pernah Kakak kenal.

Sinka: Aduh Kakak, jangan berbelit-belit dong, bilang yang jelas, huuh. Aku gak ngerti.

Naomi: Maksudnya gini, Dut. Biasanya kan cowok-cowok yang bicara pada Kakak pasti pura-pura ramah, tapi kalau Ricky ramahnya tidak pura-pura, dia menyambut Kakak sebagai penghuni kos baru ketika itu dan menganggap keluarga.

Sinka: Hmm, pura-pura ramah maksudnya mau modus ya Kak?

Naomi: Nah, kamu bener hihi. Dari kelas 1 SMA dulu kan Kakak selalu dimodusin cowok-cowok di sekolah, tampangnya juga banyak yang mesum.

Sinka: Makanya Kak Omi, dulu kenapa gak pindah ke sekolah Tunas Bangsa aja?

Naomi: Kan Kakak pernah bilang malas pindahnya, Sinka, harus ngurus berkas-berkas lagi. Di sekolah dulu juga para cowok-cowok gak semuanya begitu kok.

Sinka: Terus kenapa Kakak tidak cari pacar di masa SMA?

Naomi: Karena Kakak gak nemuin cowok yang cocok, Sinka. Dan cuma Ricky cowok yang pernah ngomong ‘LU-GUE’ dengan Kakak jadi kesan modusnya gak ada gitu.

Sinka: Jadi memangnya sekarang kak Ricky ngomongnya jadi ‘Aku-Kamu’ ya? Tapi kalau begitu berarti ada kesan modusnya dong Kak.

Naomi: Hihi, kamu benar. Tapi Kakak gak ngerasain ada gelagat modus kok Dut, mungkin karena Kakak sudah menetap beberapa bulan di tempat kos jadi begitu deh Ricky-nya, dia kalau ngomong dengan para penghuni kos wanita yang lain juga begitu karena mereka sudah lebih lama tinggal disana daripada Kakak.

Sinka: Hmm... gitu ya.

Naomi: Eh, kenapa kamu tiba-tiba nanyain soal ini? Kepo banget.

Sinka: Hehe, kan tadi aku sudah bilang, aku mau tahu pengalaman Kakak.

Naomi: Pengalaman apaan, kamu aneh deh hihi. Kakak kan belum pernah pacaran.

Sinka: Pengalaman digodain cowok, soalnya aku gak pernah nih.

Naomi: Hahaha, kamu malah berharap digodain cowok, Kakak aja agak risih kalau digodain. Mending jangan deh, kamu nanti gak konsentrasi sekolahnya.

Sinka: Iya deh, yaudah itu aja, maaf ya Kak kalau ganggu.

Naomi: Oke, gak apa-apa Dut. Kakak bentar lagi mau mandi.

Tidak ada balasan lagi dari Sinka, Naomi pergi ke kamar mandi lantai 2 untuk mandi. Ia mendengar suara Marina yang sedang telponan dengan pacarnya ketika melewati kamar sang agen asuransi itu.

Di saat bersamaan, Andela sedang berada di kamar kakaknya, Amelia untuk membicarakan mengenai Ricky.

Amelia: Hmm, jadi mungkin tanggal 23 nanti Ricky bisa kembali ingatannya?

Andela: Iya, Ci Amel. Jadi kira-kira bisa intervention gak?

Amelia: Sebenarnya ada sih satu tempat yang pernah Ricky datangi waktu SMA, tapi itu tempat makan. Waktu itu ada teman sekelas yang ulang tahun jadi kita berbondong-bondong datang ke sana.

Andela: Nah, coba nanti Ci Amel ajak kak Ricky kesana, siapa tahu dia bisa ingat semuanya.

Amelia: Oke deh, nanti Sabtu aja, tapi kamu ikut juga ya.

Andela: Kok aku ikut sih, Ci?

Amelia: Soalnya kalau kamu gak ikut nanti Ricky ngira Cici ngajak dia nge-date.

Andela: Hihi, kan gak apa-apa Ci, biar jadian sekalian.

Amelia mencubit kedua pipi Andela sebentar, barulah ia bicara lagi sementara Andela mengusap-usap pipinya.

Amelia: Huh, asal ngomong aja kamu. Cici sama Ricky kan cuma temenan, gak lebih.

Andela: Yaudah tinggal dilebihin aja, hehehe.

Amelia hendak mencubit pipi adiknya lagi, namun Andela segera memberi tanda ‘V’ dengan kedua tangannya sambil cengengesan.

Pada tempat lain, yaitu kediaman Stella dan Sonia, kakak beradik itu juga sedang membahas hal yang sama di kamarnya Sonia.

Sonia: Jadi gimana, Ci Stella? Bisa bantu kan?

Stella: Hmm, bisa sih. Tapi aku nanti ketemu dia di saat mulai kuliah aja deh, tanggal 9.

Sonia: Cici pernah gak ketemu kak Ricky di kampus?

Stella: Enggak pernah, soalnya kan dia dikelilingi teman-temannya terus. Apalagi hampir tiap hari ada aja cewek yang duduk bareng dia.

Sonia: Makanya Ci, biar dia gak dikelilingi cewek terus, rebut hatinya kak Ricky, hihihi.

Stella langsung menggelitiki adiknya itu selama beberapa detik, barulah kembali bicara.

Stella: Aku kan sukanya bukan sama dia, huh. Kamu asal aja ngomongnya.

Sonia: Jadi sukanya sama siapa dong, Ci?

Stella: Aku sukanya pada Jonathan, teman sekelasnya Ricky dulu. Tapi sayangnya dia udah punya pacar.

Sonia: Nah itu, Ci Stella. Kak Ricky kan jomblo, kenapa gak didekatin aja?

Stella yang gemas lalu mencubit sebentar kedua pipi adiknya itu, dan menjawab perkataan Sonia barusan.

Stella: Enggak deh, dia kan dikelilingi banyak cewek, cantik-cantik pula.

Sonia: Cici takut tersaingi ya? Hihihi.

Stella: Enak aja, bukan begitu adikku yang bawel. Aku kan gak gitu suka pada cowok yang sering dikelilingi cewek, ngelihatnya gimana gitu.

Sonia: Il-feel ya, Ci? Berarti gak mau bantu dong.

Stella: Nah, itu deh, il-feel. Eh, aku mau bantu dia kok. Tapi kan ini gak ada hubungannya dengan perasaan. Kamu cerewet deh, cepat belajar sana, kan besok ada ujian.

Sonia cengengesan, ia segera mengambil buku pelajaran untuk mulai belajar.

~------------------------0O0------------------------~

Makan malam di tempat kos berlangsung dengan biasa yaitu Ricky tidak ikut dalam pembicaraan para penghuni kos. Ia juga hanya menjawab seadanya ketika ditanyai Bapak kos mengenai kerjaannya. Para penghuni kos memaklumi, mereka tahu kalau Ricky merasa janggal kalau ikut mengobrol dengan ingatannya belum pulih. Dokter Evan sekarang mulai bisa akrab dengan para penghuni kos, sesekali ia ditanyai mengenai kondisi pasien-pasiennya.

Hari Jumat pagi, Ricky yang baru bangun pada pukul 7:05 tiba-tiba dikejutkan saat ia keluar dari kamarnya.

Elaine: Eh, kak Ricky, baru aja aku mau ngetuk pintu.

Ricky: Ada apa, Elaine?

Elaine: Ayo antarin aku ke sekolah, Kak. Aku akan telat kalau jalan kaki.

Ricky: Yaudah, jangan jalan, lari aja.

Elaine: Kalau aku lari, nanti percuma dong habis mandi malahan keringatan. Lagipula tetap gak keburu, kak Ricky. Ayo dong antarin aku.

Ricky: Iya-iya, tunggu dulu, aku mau pakai celana panjang.

Karena Ricky hanya mengenakan celana boxer beberapa cm di atas lutut, ia pun masuk kamar lagi dan mengambil satu celana jeans panjang untuk dipakai. Setelah selesai barulah ia bersama Elaine keluar dari pintu depan kos-an.

Ricky mengenakan helmnya, Elaine tidak mau mengenakan helm melainkan ia memeluk erat Ricky.

Ricky: Eh, kenapa ini peluk-peluk? Kamu kok gak pakai helm?

Elaine: Ih, udah deh kak Ricky, jangan protes, gak ada maksud apa-apa kok, gak usah GR. Aku malas pakai helm lagi, buruan jalan.

Ricky: Buset, memangnya aku tukang ojek?

Kemudian Ricky menjalankan motornya dengan kecepatan sedang, ia menuju sekolah Tunas Bangsa. Sesampainya disana, Elaine langsung turun dan mengucapkan terima kasih dan segera bergegas lari ke kelasnya di lantai 2 salah satu gedung sekolah.

Ricky kembali mengamati gedung sekolah Tunas Bangsa, ia juga melihat satpam tertidur di posnya. Sedangkan seorang guru pembimbing disiplin yang hendak menutup gerbang hanya tersenyum pada Ricky. Ricky sendiri juga membalas senyumnya, ia berpikir mungkin guru itu mengenalinya sebagai alumni sekolah itu. Setelah guru itu mulai duduk di kursi panjang dekat gerbang untuk menunggu siswa-siswi yang telat, Ricky melajukan motornya kembali ke tempat kos, ia sempat melihat mulai ada beberapa siswa yang telat.

Sekembalinya Ricky ke tempat kos, ia bersiap mandi untuk pergi kerja. Suasana disana sudah sepi, sambil mandi Ricky memikirkan apakah ia bisa lebih cepat mengingat semuanya atau tidak. Selesai mandi, dengan mengenakan pakaian bellboy Ricky mengendarai motornya menuju SKYPILLAR HOTEL.

Waktu istirahat pertama di sekolah Tunas Bangsa, ada 2 siswi SMP yang duduk sambil makan bareng di sebuah meja rapat dinding. Mereka adalah Nabilah dan Stefi yang duduk berhadapan membicarakan Ricky.

Stefi: Hmm, gitu ya Nab, kasihan juga ya. Kehilangan ingatannya seperti kehilangan jati diri.

Nabilah: Iya, Tep. Tapi kemarin kak Frieska cerita kalau kemungkinan kak Ricky bisa lebih cepat pulih ingatannya kalau ketemu orang yang pernah dia kenal.

Stefi: Berarti aku salah satunya dong? Aku pernah kenalan dengan kak Ricky yang mampir ke rumahku untuk ketemu temannya, yaitu abangku.

Nabilah: Ya.... bisa jadi sih, nanti kapan-kapan coba kamu kenalan lagi dengan kak Ricky. Tapi awas naksir loh.

Stefi: Ih, apaan sih Nab, hihi. Aku belum tertarik untuk naksir pada cowok.

Nabilah: Bagus deh, hehe. Soalnya kakak aku naksir pada kak Ricky.

Stefi: Kak Frieska naksir pada kak Ricky, Nab? Wow.

Nabilah: Bukan, tapi kak Melody yang naksir. Eh... aku keceplosan. Tep, nanti kamu kalau ketemu kak Ricky jangan bilang soal ini ya.

Stefi: Memangnya kenapa, Nab? Kan bagus kalau kak Ricky tahu, biar dia bisa cepat kembali ingatannya.

Nabilah: Kak Ricky cuma nganggap kak Melody teman, jadi gak mungkin ingatannya bisa kembali kalaupun diberitahu soal kak Melody yang naksir dia.

Stefi: Oh, gitu ya, bertepuk sebelah tangan. Tapi kan bisa dicoba, Nab.

Nabilah: Aduh, jangan dong Tep. Nanti kalau kak Melody tahu aku yang keceplosan, dia bisa marah padaku, karena dia maunya kak Ricky bisa naksir dia juga baru dia akan beritahu itu sendiri.

Stefi: Oke, aku janji deh gak akan beritahu soal itu pada kak Ricky.

Kemudian Elaine dan Kinal datang menghampiri meja itu.

Kinal: Hei, kami boleh gabung kan?

Nabilah: Boleh dong kakak-kakak, silahkan.

Elaine duduk di samping Stefi, sementara Kinal duduk di samping Nabilah.

Elaine: Tadi kalian ngomongin apa?

Stefi: Itu loh Kak Ilen, teman satu kos kakak berdua yang hilang ingatan.

Kinal: Maksud kamu, kak Ricky?

Stefi: Iya, aku mau tanya nih kak Kinal. Emang beneran ya kak Ricky seperti kehilangan jati diri?

Kinal: Ya gitu deh, dia berubah sifatnya, sekarang lebih jarang ngobrol dengan penghuni kos yang lain.

Nabilah: Mungkin kita harus nunggu sampai tanggal 23 kalau Stefi gak berhasil memicu ingatan kak Ricky kembali.

Elaine: Memangnya kak Ricky kenal Stefi, Nab?

Nabilah: Iya kak Ilen, abangnya Stefi kan salah satu temannya kak Ricky.

Kinal: Beneran Tep?

Stefi: Iya, abang aku dulu teman sekelasnya kak Ricky jadi kak Ricky pernah mampir ke rumahku untuk main voli di halaman rumah.

Elaine: Emm, Tep, kamu mau gak nanti sore ke tempat kos? Biar kenalan dengan kak Ricky.

Kinal: Iya Tep, tolong ya kamu mau, mungkin aja kak Ricky bisa kembali ingatannya.

Stefi: Oke Kak, aku akan minta Kak Jeffrey untuk ngantarin sehabis dia pulang kerja.

Elaine, Kinal: Makasih ya Stefi.

Stefi: Eh, iya Kak, hihi.

Elaine dan Kinal pun ikut tertawa karena menyadari kompaknya mereka bicara barusan, Nabilah menahan tawa karena sedang makan. Stefi lalu melanjutkan makan, sedangkan Elaine dan Kinal baru mulai makan.

Dan di sore hari itu, Jeffrey yang telah selesai jam kerjanya mengantarkan adiknya untuk menemui Ricky. Pria tinggi itu mengetuk pintu tempat kos yang hanya 2 meter tingginya. Elaine dan Kinal menyambut mereka lalu bersama-sama mengetuk pintu kamar Ricky.

Elaine: Kak Ricky, ada tamu nih.

Kinal: Ini teman kak Ricky datang, namanya kak Jeffrey.

Ricky membuka pintu, ia menemui Jeffrey di ruang tamu dan langsung terheran melihat seorang gadis yang duduk di sampingnya. Elaine dan Kinal hanya menjadi pendengar pembicaraan yang akan dimulai.

Ricky: Hai Jef, siapa nih? Pacar elu?

Jeffrey: Haha, sotoy lu Ky. Ini adik gue, kenalan dulu.

Stefi: Hai kak Ricky, ingat aku gak?

Ricky menggeleng, dan Stefi mengulurkan tangan untuk berkenalan (lagi) dengan teman abangnya itu. Pria yang amnesia itu menyambut jabat tangan Stefi.

Stefi: Perkenalkan Kak, namaku Stephanie Pricilla, biasa dipanggil Stefi.

Ricky: Oh, gitu ya. Jadi ada apa ya kesini?

Jeffrey: Gue kesini untuk intervention aja, siapa tahu adik gue bisa memicu ingatan elu kembali, Ky. Dan gue juga mau memberitahu lu beberapa hal.

Jeffrey lalu menceritakan tentang Ricky yang ketika mampir ke rumahnya Jeffrey, meminta diajari main voli dan karena tidak mahir maka Stefi pernah mengajarinya sampai mahir, demi nilai service bola voli di pelajaran olahraga. Stefi membenarkan perkataan abangnya, ia sendiri mahir bermain bola voli karena diajari Jeffrey.

Ricky: Haha, masa sih begitu?

Jeffrey: Iya monyong, hahaha. Lu kan awalnya minta gue ngajarin tapi karena gue bilang kalau adik gue bisa juga, jadi lu dengan tak tahu malu langsung minta Stefi yang ajarin agar lebih cepat bisa mahir. Gue iya-in aja modus itu.

Ricky: Hehehe, bener gak Stefi?

Stefi: Hihi, iya kak Ricky. Itu kan waktu aku lagi main bola voli bareng Nabilah dan kak Ricky denger suaranya terus lihat ke halaman rumah kami.

Jeffrey: Dan elu juga sempat gombalin Stefi, kunyuk, hahaha.

Elaine dan Kinal juga ikutan tertawa, lalu Ricky yang masih tidak bisa mengingat apapun meminta maaf pada Jeffrey dan Stefi. Kakak beradik itu pun pamit pulang tak lama kemudian, setelah mengucapkan wish agar ingatan Ricky segera pulih.

~------------------------0O0------------------------~

Di apartemen Akicha, wanita berusia 21 tahun itu sedang melamun, mengenang hubungan asmaranya yang kandas.

Flashback start...

Tanggal 15 November, sore harinya Ricky mampir ke apartemen kekasihnya. Ini bukan kali pertama pria itu datang, tiap malam Minggu ia selalu kesini, untuk lebih mesra dalam hubungan asmara itu. Ia juga kadang makan malam dari masakan Akicha bersama Ayana.

Ayana dan Akicha tengah menonton drama korea dari DVD kepunyaan Ayana, Ricky diajak kekasihnya untuk ikut nonton. Setelah beberapa menit Ricky menonton dengan duduk di samping kanan Akicha, Ayana yang duduk di samping kiri Akicha mulai mendengar suara aneh, ternyata Ricky dan Akicha melakukan french kiss. Rupanya adegan ciuman yang agak lama kini ditampilkan, dan pasangan itu melakukan ciuman pertama di hubungan mereka. Ayana berdehem ketika adegan ciuman dari drama selesai, itu juga setelah 4 menit pasangan kekasih Ricky-Akicha ber-french kiss. Gadis yang berusia lebih muda itu hanya tersenyum melihat tingkah malunya pasangan kekasih tersebut.

Ricky seperti biasa pulang ke tempat kos saat matahari tenggelam, ia tak lupa mencium kening Akicha saat pamit pada 2 gadis itu.

Ciuman di bibir hari itu adalah ciuman di bibir yang pertama sekaligus terakhir dari wanita bernama Aki Takajo dalam hubungannya dengan kekasih pertamanya.

Flashback end.

Lamunan Akicha terhenti oleh tepukan di pundaknya, ternyata Ayana yang kemudian bertanya penyebab ia menatap hampa di luar jendela apartemen itu. Akicha pun mengakuinya, Ayana hanya bisa memberi saran agar ia mulai melupakan perasaan cinta pada pria yang kini tengah amnesia itu. Akicha kemudian mengatakan pada Ayana bahwa ia akan berusaha melupakan rasa cinta pertamanya pada seorang pria.

Malam harinya, Ricky yang ikut makan malam seperti biasa hanya melamun menyaksikan obrolan ceria para penghuni kos. Ia kemudian diingatkan kalau hari ini giliran dirinya dan Andrew untuk mencuci peralatan makan. Tentu saja saat mencuci ia juga tidak banyak mengobrol dengan Andrew, hanya merespon ketika ditanyai oleh Andrew.

Keesokan harinya tanggal 7 Maret, Sabtu sore ketika Ricky belum berganti pakaian di dalam toilet lantai 1 ia mendapat miscall dari nomor kontak dengan nama ‘Apel’ yang tertera. Ia pun mengetahui siapa itu.

Amelia: Halo Ricky, kamu sudah selesai kerja kan?

Ricky: Halo, iya nih, kenapa ya Apel?

Amelia: Aku mau ngajak kamu makan malam nih di DRAGON resto.

Ricky: Hah? Tempat makan apa itu?

Amelia: Pokoknya kamu datang aja, nanti aku SMS-in alamatnya.

Ricky: Emm, Apel, kita makannya berdua nih?

Amelia: Enggak, aku ngajak adik aku Andela juga kok. Kalau kamu mau ajak seorang teman, boleh juga kok.

Ricky: Oh, kalau begitu aku ngajak Anthony ya.

Amelia: Oke, aku tunggu ya. Bye.

Amelia menutup pembicaraan itu terlebih dulu, dan SMS hinggap di smartphone Ricky belasan detik kemudian, yang berisikan sebuah alamat. Ia segera mengajak Anthony yang baru saja masuk toilet itu untuk ikut makan malam bareng. Anthony berpikir sejenak, lalu menyetujuinya sekalian menemani Ricky yang tidak hapal jalan kesana. Mereka mengendarai motor masing-masing menuju alamat restoran itu.

Belasan menit kemudian Ricky dan Anthony dengan pakaian kerja mereka masuk ke sebuah restoran bertuliskan ‘DRAGON resto’ setelah memarkirkan motor berjejeran dengan kendaraan-kendaraan lain yang sudah lebih dulu terparkir.

Dua bellboy itu mencari sosok Amelia, kemudian melihat wanita itu melambaikan tangannya dari sebuah meja dan di sampingnya ada Andela. Mereka segera bergabung di meja itu dan disambut pertanyaan oleh Amelia.

Amelia: Ricky, ini teman kamu ya? Eh, kenapa kalian berpakaian begini?

Ricky: Iya, Apel, ini rekan kerja sekaligus teman aku, namanya Anthony.

Anthony: Kami berpakaian begini karena habis kerja, dan belum ganti pakaian. Ini kan pakaian kerja kami sebagai bellboy.

Amelia: Oh, gitu. Eh, Ricky, kamu kerja sebagai bellboy?

Ricky: Iya, kenapa Apel? Malu ya punya teman bellboy? Hehe.

Amelia: Ih, bukan begitu, aku cuma terkejut aja...

Andela: Mungkin Ci Amel mau bilang, ‘Baru kali ini ada 2 bellboy yang ganteng’. Hihihi.

Ricky dan Anthony tertawa melihat Amelia mencubit pipi Andela, karena memang itu yang tadi mau ia katakan selanjutnya.

Amelia: Huh, nyambar aja.

Kemudian Amelia berjabat tangan sebentar dengan Anthony untuk berkenalan, mereka mulai memesan makan dan minum. Selagi menunggu, Amelia kembali angkat bicara.

Amelia: Ricky, kamu ingat gak tempat ini?

Ricky: Enggak, memangnya kenapa? Aku pernah nembak kamu disini? Hehehe.

Amelia: Bukan, iss GR banget sih kamu. Restoran ini kan pernah kita datangi rame-rame dengan teman-teman sekelas dulu.

Anthony: Wow, waktu itu kenapa ya?

Amelia: Waktu itu ada yang ulang tahun di kelas jadi dirayakannya disini deh. Dia yang traktir semuanya.

Ricky: Siapa yang ulang tahun waktu itu, Apel?

Amelia: Jonathan, dia kan juga milih restoran ini dari beberapa pilihan yang diusulkan teman-teman.

Ricky: Hmm, jadi kenapa Jonathan milih restoran ini?

Amelia: Karena restoran ini unik, Ricky. DRAGON kan sebuah singkatan.

Anthony: Wiih, bilang pada kami dong kepanjangannya.

Amelia: Hehe, nanti aja ya, soalnya kalian lihat deh itu pesanan kita sudah datang.

Beberapa detik kemudian seorang pelayan wanita menghidangkan makanan mereka berempat, dan seorang pelayan pria juga datang semenit setelahnya menaruh minuman mereka. Keempat orang itu memulai supper-nya dan Amelia yang pertama selesai makan. Setelah menyeruput minuman hingga setengahnya, wanita itu kembali bicara.

Amelia: Jadi, aku beritahu kalian aja ya kepanjangannya, tapi nanti jangan terkejut terus tersedak deh.

Dua pria bellboy itu mengangguk sambil melahap makanan, Andela sudah lebih dulu diberitahu tadi ketika dalam perjalanan ke restoran ini.

Amelia: Oke, aku beritahu ya. DRAGON itu singkatan dari Delectable, Ribbon, Awesome, Garlic, Oatmeal, Nice.

Ricky dan Anthony saling memandang, kemudian hanya manggut-manggut. Amelia pun bertanya karena dilihatnya Ricky sudah hampir selesai makan, tinggal sesendok.

Amelia: Kalian gak terkejut? Aku aja merasa ada yang aneh dari itu.

Ricky: Hehe, kan tadi kamu sudah bilang ‘jangan terkejut’ yaudah kami persiapkan mental deh.

Amelia: Sebenarnya yang aneh menurutku itu di kata ‘Nice’ nya itu, soalnya kan sudah ada kata ‘Awesome’ yang mewakili kualitas pelayanan disini yang lumayan baik.

Ricky: Hmm, menurut aku sih kata ‘Delectable’ cuma mengarah pada makanannya yang enak-enak, jadi minuman diwakilkan kata ‘Nice’ mungkin?

Amelia: Oh, gitu ya. Bisa aja sih, hehehe.

Anthony yang baru selesai makan disusul Andela kemudian ikut bicara.

Anthony: Kalau ‘Garlic’ dan ‘Oatmeal’ menandakan ciri khas makanan disini kan? Maksudnya ada salah satu bahan itu di setiap menunya.

Amelia: Nah, kamu benar, hihihi.

Andela: Ci Amel, itu ‘Ribbon’ karena para pelayan wanitanya memakai pita kan? Terus pelayan prianya memakai dasi kupu-kupu yang warnanya sama dengan pita itu.

Amelia: Wah, pintar kamu Del, hihihi.

Andela: Ih, aku emang pintar Ci, ngeledek aja.

Anthony beserta Ricky tertawa ringan mendengar pembicaraan kakak beradik itu. Beberapa menit mereka hanya duduk diam membiarkan makanan diproses dalam lambung, lalu Amelia memecah keheningan.

Amelia: Ricky, emm... kamu bisa ingat sesuatu gak dengan datang kesini?

Ricky: Emm... maaf ya Apel, aku masih belum bisa ingat apa-apa.

Amelia: Oke, Ricky. Jangan dipaksakan, aku cuma mau bantu intervention aja kok.

Ricky: Iya, aku ngerti, tapi gak nyesal kan kamu traktir makan?

Amelia: Iss, enggaklah, aku enggak perhitungan sama teman. Hmm, semoga ingatan kamu cepat kembali ya, Ricky.

Ricky: Amin, tapi aku rasa intervention yang lebih kuat bisa terjadi ketika nanti mulai kuliah lagi, 2 hari setelah hari ini.

Amelia: Ya... semoga aja, hihi.

Beberapa menit setelah itu, mereka berpisah jalan setelah Amelia membayar pesanan tadi. Mobil Amelia melaju beda arah dengan laju motor kedua bellboy itu.


TO BE CONTINUED...

By: E.D.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Between Dream And Reality, Part 12

GALLANT IMPACT, Chapter 25

GALLANT IMPACT, Chapter 29