Between Dream And Reality, Part 11
Part
11: Growing Love
Seseorang
menahan pundak Aldo, dan saat Aldo berbalik menghadap ke belakang ternyata
orang itu adalah Nabilah yang langsung berkacak pinggang.
Aldo:
Ada apa sih Bil?
Nabilah:
Hey curut, lu kan belum ngasih tahu gue alamat rumah elu.
Aldo:
Ckckck, kan Sonya tahu. Lagian lu bukannya pernah ke sana juga?
Nabilah
manggut-manggut, lalu Aldo yang gemas karena ditahan saat ingin pergi langsung mengacak-acak
rambut Nabilah yang lebat dengan kedua tangan dan segera berlari
terbirit-birit. Nabilah segera merapikan rambutnya dan memaki-maki tak jelas
pada Aldo meskipun orang yang dimakinya itu sudah tak kelihatan.
Di
tempat lain, pada jalan raya yang lampu lalu lintasnya masih merah, di dalam
sebuah mobil ada Ve dan Violet yang berbicara selagi menunggu lampu lalu lintas
menjadi hijau.
Violet:
Jadi, kak Ve sering dilirik cowok di SMA Velidan 01?
Ve:
Iya, Vio. Apalagi mukanya pada mesum semua.
Violet:
Memangnya kak Ve gak merasa takut atau risih ditatap terus?
Ve:
Ya, awalnya sih waktu Kakak kelas 10 masih risih, tapi lama kelamaan jadi
terbiasa, dan ada teman Kakak yang memarahi mereka kalau ngelihatin Kakak terus.
Violet:
Hmm, teman kak Ve itu galak ya?
Ve:
Hihi, kamu benar. Namanya Yona, dia galak kalau melihat cowok bermuka mesum.
Violet:
Terus, kak Ve gak pernah pacaran ya di masa SMA?
Ve:
Hmm, gitulah Vio, gak ada cowok yang cocok jadi pacar sih. Kamu nanti waktu
masuk SMA hati-hati ya, soalnya kamu kan cantik, entar digodain terus.
Violet:
Iya Kak, Vio akan hati-hati. Kak Ve juga cantik kok.
Ve
tersenyum sambil mengelus kepala Violet yang juga tersenyum, lalu lampu lalu
lintas kembali hijau, Ve kembali memegang kemudi.
Pada
saat itu, Aldo sudah dekat dengan rumahnya, dan setelah sampai ia memarkirkan
motornya di dekat pintu lalu masuk ke dalam rumah. Ia lalu melihat di ruang
tamu Melody sedang menonton TV.
Melody:
Eh, Aldo udah pulang. Kamu sendiri pulangnya?
Aldo:
Ya iyalah Kak, kalau ada tamu udah dari tadi aku bawa masuk.
Melody:
Kamu ganti baju sana, terus makan siang, Kakak udah buatin nasi goreng.
Aldo
mengangguk, lalu menuju kamarnya di lantai 2 untuk berganti baju, setelah itu
ia memakan nasi goreng di meja makan dekat dapur.
Beberapa
menit setelah Aldo selesai makan siang, bel rumah berbunyi dan Aldo segera
membukakan pintu, dilihatnya Sonya dan Nabilah yang datang juga ada sebuah
mobil terparkir di dekat pilar luar rumahnya Aldo.
Aldo:
Hai, ayo masuk.
Kedua
gadis itu mengikuti Aldo masuk ke dalam, dan menyapa Melody di ruang tamu. Dan
seperti 2 hari lalu dan kemarin, perkenalan singkat pun terjadi karena Sonya
belum mengenalkan diri pada Melody waktu menjenguk Aldo beberapa bulan lalu.
Kemudian tak lama setelah itu mereka mengobrol ala cewek, juga Melody yang
ditanyai tempat kuliahnya.
Aldo
mendengarkan mereka sambil menonton TV, dan jadinya Aldo tahu kalau Nabilah dan
Sonya sahabatan dari waktu TK, meskipun Sonya lebih tua sekitar setahun dari
Nabilah.
------------------------------------------------
Sore
hari tiba dan Melody sudah melambaikan tangan pada Nabilah dan Sonya yang ada
di mobilnya Sonya, bersiap melaju meninggalkan rumah itu. Setelah mobil Sonya
sudah tak terlihat, Melody kembali masuk dan duduk di samping Aldo yang
menonton TV.
Melody:
Dek, kamu punya berapa pa...
Aldo:
Astaga, Kakak. Jangan bilang aku punya 10 pacar loh.
Melody:
Hihi, habisnya kamu tiga hari belakangan ini mengajak teman cewek saja ke sini,
emangnya teman kamu yang cowok sudah bukan teman lagi?
Aldo:
Oh, aku ngajak mereka cewek-cewek kan biar Kakak ada teman ngobrol.
Melody:
Hmm, Kakak tahu, tapi sesekali ajak dong teman cowok, Kakak takut kamu ada
kelainan, bertemannya cuma dengan cewek. Kan terkesan kamu ben...
Aldo:
Ckckck Kak Mel, aku masih normal, belum bergeser jadi bencong. Besok aku ajak deh
teman cowok, tapi nanti Kakak ngobrol dengan mereka jangan terlalu akrab,
mereka suka ke-GRan.
Melody:
Nah, kamu bilang belum kan? Berarti bakalan dong.
Aldo:
Ih, ogah deh Kak. Aku aja geli kalau ngebayanginnya.
Melody:
Hihihi, yaudah deh. Kakak juga bisa shock
kalau kamu bergeser.
Tidak
ada pembicaraan lagi, mereka fokus menonton TV yang sedang menayangkan berita
sore. Belasan menit berlalu, Melody pergi ke dapur untuk memasak. Seusai makan
malam, mereka menonton film ‘Dragonheart’ yang tayang mulai jam 8 malam. Karena
Aldo sudah pernah menontonnya, ia pamit pada Melody untuk duluan tidur
sedangkan Melody lanjut menonton filmnya karena ia belum pernah menonton film
bergenre seperti ‘Dragonheart’.
Aldo’s dream start...
Bel
sekolah berbunyi pertanda jam pelajaran pertama akan dimulai, Aldo melihat
Indra tergopoh-gopoh memasuki kelas dan Shania mulai mengangkat kepalanya dari
pundak Aldo. Murid-murid lain di luar kelas itu pun masuk kembali ke dalam
kelas, ada yang bergandengan dengan pacarnya sambil masuk kelas.
Pelajaran
pun dimulai dan Aldo sudah melepaskan genggaman tangan dari Shania, ia serius
memperhatikan pelajaran, sesekali pacarnya melirik ke Aldo dan tersenyum karena
wajah Aldo yang serius terlihat tampan baginya.
Waktu
istirahat pertama tiba, Aldo menuju kantin sendiri karena Shania membawa bekal.
Shania menawarkan padanya tapi Aldo menolak agar Shania ‘tidak kekurangan
asupan makanan’ yang membuat Shania tertawa ringan kepadanya.
Tibalah
Aldo di kantin dan memesan makanan, sambil ia menunggu ternyata mulai banyak
murid-murid duduk satu persatu mengisi meja-meja yang kosong. Setelah makanan
pesanannya jadi, Aldo segera membayar dan langsung celingak-celinguk mencari
tempat duduk, ia akhirnya duduk di meja untuk 4 orang yang masih kosong, dan
mulai makan. Tak ada murid lain lagi yang mencari tempat duduk karena semua
meja sudah ada yang menempati.
Tanpa
mempedulikan kebisingan kantin, Aldo melahap makanannya perlahan. Di keramaian
kantin, Naomi datang lalu duduk di samping Aldo yang baru saja menghabiskan
makanannya.
Naomi:
Aldo, ada yang mau aku omongin dengan kamu.
Aldo:
Hmm, ada apa ya? Omongin aja langsung to
the point, Mi.
Naomi
menghela nafas sejenak, lalu mulai berbicara.
Naomi:
Sebenarnya, sejak kamu pisah kelas denganku, aku merasa ada sesuatu yang kurang
di hari-hariku. Aku kemudian tahu kalau aku sudah jatuh cinta kepadamu, Aldo.
Aldo(spontan):
Maaf, Naomi. Aku sudah pacaran dengan Shania, dan aku mencintai dia. Aku harap
kamu bisa menerima hal ini.
Setelah
berkata begitu, ia sendiri terkejut tiba-tiba dia bisa bicara tanpa kehendaknya
sendiri.
Naomi:
Iya, aku tahu. Aku gak akan mengganggu hubungan kamu dengan Shania, kok. Aku
hanya merasa kamu perlu tahu perasaanku, meskipun kamu tidak bisa membalasnya.
Aldo
terdiam, setelah itu Naomi beranjak dan pergi dari kantin, yang membuat Aldo
merenungkan apa yang baru dikatakan Naomi kepadanya.
Aldo(berpikir):
Hmm, kalau Naomi di kehidupan mimpiku punya perasaan padaku, apakah Naomi di
kehidupan nyataku juga begitu? Aku memang merasa biasa saja pada dia di
kehidupan mimpi ini, tapi tidak begitu di kehidupan nyata. Sepertinya di
kehidupan nyata aku mulai suka padanya, apa mungkin aku harus menjadikan dia
pacar?
Seseorang
menepuk pundak Aldo, saat Aldo menoleh ternyata ia adalah Frieska yang sudah
duduk di sampingnya, yaitu tempat Naomi duduk tadi.
Frieska:
Kak Aldo, bengong aja dari tadi.
Aldo:
Eh, dedek Mpris, kamu sendiri?
Frieska:
Hmm, bener kan kak Aldo bengong. Sampai-sampai gak sadar ada yang duduk di
hadapan kak Aldo.
Kemudian
Aldo melihat ternyata benar yang dikatakan Frieska, seorang siswi duduk
berhadapan dengan tempat Aldo duduk, tag name-nya ‘Amanda Dwi Arista’
Aldo:
Eh, kamu Manda kan?
Manda:
Iya, kak Aldo. Tadi kenapa bengong?
Aldo:
Enggak apa-apa kok. Kalian makannya sama?
Frieska:
Iya, kak Aldo. Kebetulan Manda makanan kesukaannya sama dengan aku, mungkin
karena kita lahir di bulan yang sama.
Aldo:
Emang Manda lahir di bulan Maret juga?
Manda:
Benar, kak Aldo. Kami makan dulu ya.
Aldo
mengangguk, lalu ia sekarang menjadi ‘penonton’ kedua gadis yang makan makanan
yang sama tapi ‘kecepatan makan’nya beda. Frieska lebih dulu selesai
menghabiskan makanan di piringnya.
Frieska:
Jadi, kak Aldo tadi kenapa bengong? Mikirin apa?
Aldo:
Bukan apa-apa kok, dedek Mpris. Cuma pelajaran bahasa Spanyol tadi.
Manda:
Kak Aldo gak ngajak pacar ke kantin?
Frieska:
Iya, kenapa ke kantin sendirian?
Aldo:
Kebetulan Shania sudah bawa bekal, jadi aku sendiri aja ke kantin. Teman-teman
yang lain juga lebih malas ke kantin sekarang, sibuk mesra dengan pacar mereka.
Kedua
gadis itu manggut-manggut, lalu Aldo kembali bicara.
Aldo:
Manda, kamu pernah gak dipanggil ‘Amanda’ ?
Manda:
Pernah, kak Aldo tapi lebih sering sih ‘A’ nya dihilangkan biar gak ribet.
Aldo:
Oh, betul juga hahaha. Terus sampai sekarang kamu belum punya pacar?
Manda:
Ya begitulah, kak Aldo. Habisnya banyak cowok bermuka mesum di sekolah ini.
Frieska:
Dia nunggu kak Aldo nembak dia tuh, hihi.
Aldo:
Haha, benarkah itu Amanda?
Manda:
Ihh, Mpris. Ngaco aja deh, aku gak mau merusak hubungan orang lain.
Frieska:
Tapi benar kan kamu ngarep ditembak kak Aldo?
Aldo:
Hahaha, dedek Mpris kok begitu sih.
Manda(sambil
manyun): Iya nih Mpris, buka rahasia aja.
Aldo:
Amanda, maaf ya. Aku gak bisa, aku sudah punya Shania.
Manda:
Hmm, aku tahu kok kak Aldo mencintai Shania. Tapi seandainya kak Aldo belum
pacaran dengan Shania, kak Aldo mau gak jadikan aku pacar?
Aldo:
Emm, tergantung. Kalau aku bisa merasa suka pada kamu, iya. Tapi kalau aku
tidak ada rasa suka pada kamu, ya enggak. Aku jadian dengan Shania kan bukan
karena dia cantik.
Manda:
Nah, cowok seperti itu yang aku ingin, kak Aldo. Soalnya mantan pacarku yang
terakhir nembak aku karena aku cantik.
Frieska(sambil
tertawa): Idih, muji diri sendiri jadinya.
Aldo
ikutan tertawa, Manda cemberut karena ditertawai 2 kakak-beradik sepupu itu.
Manda:
Kak Aldo, kira-kira mau gak punya 2 pacar?
Aldo:
Haha, aku gak mau deh, Amanda. Kalau kamu jadi pacarku juga, aku dapat julukan
‘playboy’ nanti.
Manda:
Hmm, yaudah deh. Aku gak akan bujuk kak Aldo lagi.
Frieska:
Manda, Manda. Kalau kamu mau punya pacar kenapa gak datang ke biro jodoh aja,
hihihi.
Manda:
Ih, enggak ah Mpris. Aku bisa tahan kok menjomblo beberapa tahun.
Aldo:
Hehehe, emangnya Amanda sudah menjomblo berapa lama?
Frieska:
Udah lima bulan, kak Aldo.
Aldo:
Kok perutnya gak membesar sedikit?
Manda:
Iiiihh, kak Aldo. Aku kan menjomblo, bukan hamil.
Frieska
cekikikan mendengarnya, Aldo hanya cengengesan ketika Manda berusaha mencubit
lengannya tapi tidak kena karena Aldo menghindar. Manda pun cemberut karenanya.
Aldo:
Hehe, bercanda kok Manda.
Manda:
Huh, bercandanya gak lucu!
Aldo:
Nanti kubelikan permen, jangan ngambek dong.
Manda:
Emang aku anak kecil, dikasih permen langsung berhenti ngambek.
Aldo:
Kalau begitu snack aja deh.
Manda:
Bener nih?
Aldo:
Iya, asal kamu berhenti ngambek.
Seketika
itu pula Manda tersenyum pertanda ia tidak ngambek lagi, sementara Frieska
berusaha menahan tawa karena ia pernah memberitahu Aldo kalau Manda suka ngemil
jadi Aldo sekarang bisa memanfaatkan snack
untuk menghentikan ngambeknya Manda.
Mereka
bertiga lalu beranjak dari tempat duduk, Aldo berjalan lebih dulu ke sebuah
stand di kantin yang menjual beraneka macam snack. Aldo memilih 4 bungkus snack
lalu membayarnya dan memberikannya pada Manda yang terlihat girang menerimanya.
Waktu istirahat pun berakhir, mereka bertiga berpisah jalan di luar kantin.
------------------------------------------------
Sepulang
sekolah, Aldo sedang mengendarai motornya melewati taman kota yang sepi dan ia
melihat sosok Guardian wanita di pohon tempat DREAMSTONE. Ia lalu berhenti dan
memarkirkan motor tak jauh dari pohon itu, dan berjalan lebih dekat ke Guardian
wanita itu yang tetap tak bisa dilihat wajahnya, tapi lebih tinggi daripada di
kehidupan nyata.
Guardian:
Hai orang terpilih, apakah
ada hal yang ingin kau tanyakan?
Aldo:
Tentu saja. Pertama-tama, kenapa tadi aku bisa bicara spontan pada Naomi?
Guardian:
Itu memang seharusnya yang kamu ucapkan padanya,
karena kamu sudah punya kekasih di kehidupan
mimpimu ini. Jadi mulutmu akan bergerak
sendiri dalam situasi semacam tadi, yaitu
situasi dimana gadis yang mencintaimu tapi kamu tidak mencintainya di kehidupan
mimpi ini memberitahumu mengenai perasaannya.
Aldo:
Lalu kenapa pengakuan kak Ve waktu itu tidak membuat mulutku berbicara sendiri?
Guardian:
Itu tentu saja karena gadis itu di kehidupan nyata
tidak mempunyai perasaan seperti itu kepadamu, dan
lagipula kamu lebih dulu mengetahui itu dari orang lain, bukan dari gadis itu sendiri.
Aldo:
Jadi, berarti di kehidupan nyataku Naomi juga punya perasaan itu?
Guardian:
Aku tidak akan menjawab pertanyaanmu itu, karena jawabannya harus kamu temukan sendiri.
Aldo:
Baiklah, pertanyaan kedua. Mengapa ingatanku di kehidupan mimpi ini bertambah
sewaktu Natal tahun lalu?
Guardian:
Orang-orang yang mengenalmu bisa sewaktu-waktu
mengunjungi mimpimu dan mereka bisa melakukan sesuatu yang bisa menambah
sedikit ingatanmu tentang pertemuan dengan mereka. Sejauh ini, baru 2
orang yang melakukan hal itu. Salah satunya
adalah gadis bernama Veranda itu, dan satu
lagi mungkin tidak mengubah ingatanmu jadi tak perlu kuberitahu padamu.
Aldo
manggut-manggut lalu perlahan Guardian wanita itu langsung menghilang.
Aldo:
Buset, seenaknya aja dia ngilang. Sudahlah, yang penting gue tahu kalau kak Ve
pernah mengunjungi mimpi gue makanya waktu itu ingatan gue di mimpi ini
bertambah sedikit. Tapi satu orang lagi siapa ya?
Lama
berpikir, Aldo tidak bisa menebak siapa yang mengunjungi mimpinya selain Ve. Ia
lalu pergi melaju dengan motornya meninggalkan taman itu dan pulang ke rumah
karena kedua ortunya sudah menunggu untuk makan siang.
Aldo’s dream end.
Pagi
hari tiba, Aldo kembali bersiap berangkat ke sekolah. Ia tiba di kelasnya dan
duduk di samping Sonya sambil terus memikirkan perihal kehidupan mimpinya yang
bisa dikunjungi siapapun, tanpa menghiraukan Bagus yang berbicara dengan Sonya
untuk PDKT. Jam pelajaran pertama pun tiba setelah bel berbunyi, Aldo lalu
berhenti memikirkannya.
Waktu
istirahat pertama, Aldo pergi ke kantin untuk makan, dan duduk sendiri di meja
untuk 2 orang. Saat sudah selesai makan, kembali ia melamun dan tidak menyadari
ada yang duduk di hadapannya. Ia pun sadar ketika ada sentilan di punggung
tangannya.
Aldo:
Eh, Naomi, kok tiba-tiba muncul?
Naomi:
Hihihi, aku dari tadi nyapa kamu tapi gak ada respon. Kamu melamun apa?
Aldo:
Hehehe, enggak kok Mi. Cuma pelajaran Fisika saja.
Naomi:
Yakin nih cuma pelajaran?
Aldo:
Beneran kok Mi, kamu makan aja. Keburu dingin nanti.
Naomi
tersenyum pada Aldo, lalu mulai makan. Aldo merasakan jantungnya berdegup lebih
kencang karena senyuman Naomi. Biasanya ia tidak seperti ini saat melihat
senyuman itu, tapi entah kenapa Aldo deg-degan sambil melihat Naomi makan. Aldo
semakin yakin dengan perasaannya ini, rasa suka pada Naomi. Ia berpikir apakah
ini saat yang tepat untuk mengungkapkannya pada Naomi. Lama ia melamun antara
mau mengungkapkan perasaannya pada Naomi atau tidak, dan sadar ketika tangannya
digoyang sedikit oleh Naomi.
Aldo:
Eh, Mi, kenapa?
Naomi:
Aldo, kamu kenapa melamun dari tadi? Ada masalah ya, cerita dong sama aku.
Jantung
Aldo lagi-lagi berdegup lebih cepat, ia mulai canggung berbicara pada Naomi.
Tapi ia berusaha bersikap biasa.
Aldo:
Hmm, gak ada masalah kok Mi.
Naomi:
Yakin? Siapa tahu kamu ada masalah dengan pacar kamu?
Aldo:
Hahaha, Naomi, aku mana punya pacar. Dan beneran kok, aku lagi gak ada masalah,
cuma mikirin pelajaran Fisika yang susah.
Sepertinya
Naomi hendak bertanya lagi karena ia masih penasaran apa yang dipikirkan Aldo,
dan ia yakin Aldo sedang bohong. Tapi bel berbunyi pertanda waktu istirahat
habis, Naomi pun tidak jadi bertanya dan mereka berdua menuju ke kelasnya
masing-masing.
Istirahat
kedua tiba ketika Aldo kembali memikirkan perasaannya pada Naomi, ia duduk
sendiri di kantin seperti tadi yaitu meja untuk 2 orang. Lebih dalam Aldo
berpikir, ia memang mulai merasa rindu akan kebersamaannya dengan Naomi sewaktu
mereka masih kelas 10. Ketika Aldo menjalani kelas 10 di 10 IPA 3, hari-harinya
di sekolah agak berbeda karena bukan Naomi yang duduk di sampingnya, melainkan
teman sekelasnya Indra. Dan sekarang ia menyadari betapa berartinya Naomi
baginya. Aldo seperti ke-GR-an ketika tahu dari teman-teman cowoknya di 12 IPA
5 kalau mereka tidak pernah diajak bicara oleh Naomi sekalipun selama kelas 11
hingga sekarang, padahal ketika kelas 10 Naomi juga pernah mengajak bicara para
cowok di kelas, bukan hanya Aldo. Sesekali para cowok mengajak bicara Naomi,
hanya ditanggapi seadanya. Aldo menyimpulkan kalau sikap Naomi di kelas menjadi
begitu karena merasa kehilangan kehadiran Aldo di kelas 12 IPA 5, yang
seharusnya menjadi kelasnya sekarang.
Aldo(berpikir):
Hmm, tadi aku tidak mungkin mengungkapkan perasaanku pada Naomi, rasa ini baru
muncul dan aku harus menunggu agak lama untuk memastikan apakah ini hanya
sesaat atau berkelanjutan.
Sentilan
ringan hinggap di tangan kiri Aldo yang mengepal, ia pun sadar dari lamunan dan
melihat Lidya duduk di hadapannya.
Aldo:
Hai Lid, lu kapan munculnya?
Lidya:
Ckckck Aldo, lu sekarang hobi ngelamun ya?
Aldo:
Gue kan mikirin pelajaran sekolah, bagus dong tujuan melamun gue.
Lidya:
Ya terserah elu deh, gue makan dulu ya.
Aldo
hanya mengangguk dan ia mulai ‘menonton’ Lidya yang mulai makan. Melihat Lidya
ia tiba-tiba teringat Jaka, karena di kehidupan mimpinya Jaka pacaran dengan
Lidya. Ketika Lidya sudah selesai makan, Aldo bertanya untuk memastikan hal
ini.
Aldo:
Lid, elu punya pacar gak?
Lidya:
Enggak, emangnya kenapa? Lu mau pacarin gue?
Aldo:
Hahah, cuma nanya doang kok. Berarti cocok dengan tanggal lahir elu, sehingga
elu merdeka terus ya, seperti Indonesia hehehe.
Lidya:
Hihihi, ngeledek aja lu. Lu sendiri sama juga, merdeka alias jomblo.
Aldo:
Gue emang jomblo, tapi punya skill.
Lidya:
Skill apa? Ngegombal?
Aldo:
Nah, bener hahaha.
Lidya
ikutan tertawa, lalu membicarakan suasana kelas 12 IPA 5 sekarang. 3 menit
kemudian bel berbunyi, dan mereka berdua sudah menuju kelas masing-masing. Aldo
kini tahu dari Lidya kalau sejak kelas 11 Naomi tidak pernah duduk dengan cowok
di kelas, dan para cowok juga sepertinya ‘enggan’ jadi pengganti Aldo sebagai
cowok yang duduk dengan Naomi. Jumlah murid di kelas yang ganjil membuat satu
bangku kosong, sesekali para siswi di kelas duduk dengan Naomi untuk mengajak
ngobrol meskipun Naomi sedikit tidak semangat ketika diajak bicara. Padahal
selama kelas 11 sikapnya tidak begitu, hanya awal kelas 12 barulah seperti itu
sikap Naomi di kelas. Aldo berpikir mungkin memang Naomi sudah memiliki rasa
cinta terpendam padanya.
Sementara
itu di bangku taman kota, Kalvin sedang duduk sambil membaca buku tentang
hukum. Seorang pria datang lalu duduk di sampingnya, menepuk pundak Kalvin yang
lalu menoleh dan matanya berbinar.
Kalvin:
Weiss, lu Rendy kan?
Rendy:
Hahaha, lu Kalvin kan?
Mereka
berdua lalu tos tangan ala permainan 3 jari yaitu orang, gajah, semut.
Kalvin:
Apa kabar lu, kok gak satu SMA dengan gue? Wah, ingkar janji lu.
Rendy:
Kabar gue baik bro, waktu akhir kelas 3 SMP bokap gue meninggal dan wasiatnya salah
satunya adalah permintaan pada gue untuk pindah sekolah, jadi gue tidak jadi ke
SMA Velidan 01 tapi ke SMA Velidan 02. Sorry ya.
Kalvin
dan Rendy adalah sahabat dekat sejak SMP kelas 1, mereka sering belajar
bersama, main PS bersama, juga berbagi pengalaman, termasuk tentang keluarga
mereka, sehingga mereka sama-sama tahu dan tergelitik tertawa karena nama kedua
adik perempuan bernama ‘Jessica’ hanya saja adiknya Rendy yaitu Ve lebih tua 2
tahun dari Jeje.
Kalvin:
Hmmm, gue ngerti kok, tapi pasti ada alasannya kan bokap elu nyuruh pindah
sekolah padahal udah daftar di SMA Velidan 01?
Rendy:
Bener kata lu, Vin. Tujuannya adalah untuk menjaga adik gue agar gak dibully.
Kalvin:
Hah? Adik lu kan cuma satu Ren, dan tidak perlu dijagain.
Rendy:
Sebetulnya gue sekarang punya 3 adik perempuan, 2 lagi baru gue ketahui saat
bokap gue memberitahu sebelum meninggal.
Kalvin:
Oh, jadi berarti mereka adik yang beda ibu dengan elu kan?
Rendy:
Iya, bro. Tapi salah satunya beda ayah dengan gue, anaknya nyokap gue yang
ketiga. Bokapnya adalah sahabat dekat bokap gue.
Kalvin:
Wow, kenyataan itu semua pasti bikin elu shock kan, bro? Sabar ya.
Rendy:
Ya begitulah Vin, tapi gue udah mulai terbiasa dengan kenyataan ini kok.
Kalvin:
Hmm, baguslah. By the way gimana kabar adik sulung lu?
Rendy:
Haha, lu bisa aja ngomongnya, kabar Ve baik, dia sempat shock juga dan gak bisa
nerima adik bungsu gue.
Kalvin:
Waduh, terus gimana dong...
Rendy:
Tenang aja, sekarang dia sudah sayang kok pada adik bungsunya itu juga.
Kalvin:
Hahah, bagus deh.
Rendy:
Kalau adik bungsu lu, gimana kabarnya?
Kalvin:
Hahaha pikun lu, adik gue kan cuma satu.
Rendy:
Iya, gue tahu bro, sengaja gue bilang begitu karena lu kan nganggap Ve adik
juga.
Kalvin:
Hmm, kabarnya Jeje baik, dia rangking 5 di kelas.
Rendy:
Wow, boleh nih traktir gue.
Kalvin:
Ckckck, tidak bisa, hal seperti itu tidak akan ada traktiran karena Jeje emang
udah biasa 10 besar. Traktiran hanya gue lakukan jika gue punya pacar.
Rendy:
Halah, lu makanya cepat cari pacar, biar gak jomblo.
Kalvin:
Bah, lu sendiri juga jomblo kan?
Rendy:
Iya, gue jomblo tapi belum ada cewek yang memikat gue. Nah elu, gue lihat sih
kelihatannya sudah naksir satu cewek.
Kalvin:
Kok elu tahu, Ren?
Rendy:
Hahaha, nebak aja sih. Benar kan?
Kalvin:
Lu benar, malahan gue dekat dengan adiknya cewek itu. Gue dan adiknya pernah
main PS bareng teman-temannya atau teman-teman gue.
Rendy:
Oh, adiknya cowok dong berarti?
Kalvin:
Hey bro, elu emang pernah lihat ada cewek main PS?
Rendy:
Hahaha, benar juga, mungkin hanya 1 % cewek di seluruh dunia yang main PS.
Kalvin:
Jadi, boleh gak gue tahu nama 2 adik cewek elu?
Rendy:
Yang sekarang kelas 2 SMA namanya Gracia, dan yang sekarang kelas 3 SMP namanya
Violet.
Kalvin:
Kalau pipi mereka ada kesamaan gak dengan Ve?
Rendy:
Hahahaha, lu bener bro. Pipi mereka agak tembem juga.
Mereka
berdua lalu membicarakan hal lain, yaitu pengalaman di masa SMA masing-masing.
------------------------------------------------
Pulang
sekolah, Aldo mengajak Yudha, Indra, Bagus, dan William ke rumahnya. Heru
sebenarnya mau ikut tapi dia latihan voli. Mereka berempat pun akan ke rumah
Aldo sehabis makan siang. Dan setibanya di rumah Aldo, pintu dibukakan oleh
Aldo yang lalu mengajak mereka berempat berkenalan dengan Melody, sebab Indra
dan Bagus tidak sempat berkenalan dengan Melody saat menjenguk Aldo karena
mereka terpukau cosplay Haruka. Dan
Aldo membuka pembicaraan dengan menanyakan OSIS pada Yudha, mereka semua pun
mulai membicarakan OSIS, Melody hanya menjadi pendengar dengan sesekali
menanggapi.
Hari
sudah sore, di jendela kamarnya Naomi yang terbuka nampaknya Naomi sedang
melamun memikirkan sesuatu.
Naomi(berpikir):
Aldo, andai saja kamu tahu kalau aku sedikit merasa kehilangan kamu sewaktu
kelas 11. Kamu juga tidak pernah nelpon aku lagi, sifat kamu berubah drastis.
Aku ingin sekali kamu seperti dulu lagi, sering nelpon aku dan menggombal.
Meski aku tidak menganggapnya serius, tapi aku kini jadi merindukan hal itu.
Dari
belakang Sinka menepuk pundak Naomi yang kemudian sedikit kaget.
Sinka:
Kak Omi, kenapa melamun?
Naomi:
Eh, enggak kok Dut. Kamu gak belajar?
Sinka:
Kan belum ada ulangan, Kak. Kakak kenapa tadi, ngelamunin apa?
Naomi:
Kakak tadi cuma kepikiran Aldo aja.
Sinka:
Emangnya kenapa sampai kepikiran begitu, Kakak suka pada Aldo ya?
Naomi:
Sejujurnya sih iya, dan sudah sejak lama Dut. Kamu jangan beritahu dia ya.
Sinka:
Eh, kenapa Kak? Siapa tahu dia juga suka pada Kak Omi.
Naomi:
Emm, Kakak gak yakin Dut. Aldo kan sering menggombal, jadi mungkin dia juga
tidak tertarik untuk mencari pacar di masa SMA.
Sinka:
Jadi gimana dong Kak, Kak Omi mau nunggu sampai kapan?
Naomi:
Kakak cuma bisa berharap perasaan ini terbalas, apalagi tahun depan mungkin
Kakak gak bisa ketemu Aldo lagi setelah lulus SMA, karena dia 1 tingkatan kelas
di bawah Kakak.
Sinka:
Bukannya Aldo bisa datang ke rumah ini? Dia kan tahu alamat rumah ini.
Naomi:
Iya, tapi Aldo tidak mau pergi ke rumah teman ceweknya karena dia punya prinsip
hanya boleh mengunjungi rumah cewek yang merupakan pacarnya. Kalau waktu itu
kan dia ngantarin kamu sekaligus sekedar jenguk Kakak.
Sinka:
Hmm, jadi Kak Omi berharap jadi pacarnya Aldo?
Naomi:
Bisa dibilang begitu Dut, Kakak ingin banget seperti itu meskipun hanya di
mimpi.
Sinka:
Kakak sabar ya, cepat atau lambat Aldo mungkin bisa tahu kalau Kakak suka sama
dia. Dan pasti bukan dari aku tahunya.
Naomi
tersenyum, dan ia lalu menuju dapur untuk memasak makan malam dibantu Sinka.
Mereka berdua memasak makanan untuk 3 orang, Ayah mereka akan pulang sebentar
lagi.
Ketika
Ayah mereka pulang, Naomi dan Sinka tidak membicarakan persoalan tadi lagi, dan
kedua gadis itu membicarakan hal lain dengan Ayah mereka. Ayah mereka
menceritakan soal keadaan bisnisnya yang beberapa bulan ini meningkat.
Malamnya
sekitar pukul 9, Naomi mulai merasa ngantuk dan ia menghentikan aktivitasnya
berselancar di internet dari smartphone. Dan mulai memejamkan matanya lalu
terlelap.
Naomi’s dream start...
Ia
heran kenapa kini ia sedang berada di sekolah dan sedang duduk pada meja untuk
2 orang di kantin. Waktu di smartphone-nya menunjukkan FRI, SEP 30, 2016 |
08.55 AM
Naomi(berpikir):
Apa aku lagi mimpi? Hmm, pasti mimpi deh, waktunya aja berbeda.
Tiba-tiba
Naomi mendapat banyak flashback ingatannya di mimpi, sewaktu dia menjadi ketua
ekskul musik, juga kemarin di waktu yang hampir sama yaitu istirahat pertama
ketika ia memberitahu perasaannya pada Aldo yang mengatakan sudah punya pacar.
Dan sekarang ia juga melihat Aldo di kejauhan sedang menyuapi seorang gadis.
Melihat itu Naomi merasa cemburu, ia perlahan berjalan menghampiri mereka dan
Aldo lalu memperkenalkan pacarnya tersebut yang tag name-nya ‘Shania
Junianatha’. Naomi akhirnya mengetahui sosok pacarnya Aldo, yang juga adalah
adik kelasnya.
Naomi’s dream end.
Paginya,
Naomi terbangun oleh bunyi ayam dari alarm smartphone-nya.
Naomi:
Ternyata cuma mimpi, tapi apakah itu bisa jadi kenyataan? Aldo punya pacar yang
bernama Shania, teman sekelasnya juga sekarang. Aku harap tidak.
Setelah
bergumam, Naomi segera bersiap untuk berangkat ke sekolah bareng Sinka.
------------------------------------------------
Di
waktu istirahat pertama, Aldo sedang memikirkan mimpinya yang berjalan lebih
lama, yaitu tanggal 29 dan 30 September 2016. Ia heran kenapa dengan ia tidur
tak sampai 10 jam, waktu di mimpinya berjalan lebih cepat dan mendadak, padahal
biasanya jalan waktunya bisa dikatakan seimbang.
Kebengongan
Aldo terhenti saat Naomi datang dan duduk bareng dengannya di meja untuk 2
orang, Aldo mengobrol ringan dengan Naomi mengenai kelasnya 11 IPA 3, dengan
sekali menggombal yang membuat Naomi tertawa. Jantung Aldo terasa makin
deg-degan melihat tawa Naomi, ia memutuskan untuk membuat puisi agar bisa
menjadikan Naomi sebagai pacar. Ia akan merubah sedikit rangkaian kata dari
puisi di kehidupan mimpinya, yang tetap menggunakan bahasa Inggris.
Seminggu
lebih berlalu, tepatnya tanggal 10 Agustus 2015, di Hailbeam cafe pukul 2 siang
Aldo sedang menunggu Naomi datang karena ia berencana mengajak Naomi nonton
film bioskop jam 3 sore dengan Melody juga. Aldo pernah makan bareng Naomi dan
beberapa teman lainnya di kelasnya dulu pada kafe ini, dan waktu itu ulang
tahun Devin, sehingga Devin yang mentraktir.
Tibalah
Naomi di kafe itu dengan naik taksi, karena Aldo akan memboncengnya nanti ke
bioskop.
Aldo:
Hai Naomi, akhirnya kamu datang juga.
Naomi:
Emm, Aldo. Kenapa kamu minta aku kesini dulu, kita kan bisa langsung ke
bioskop.
Aldo:
Kan kamu tahu, aku gak mungkin menjemput kamu ke rumahmu.
Naomi:
Iya, tapi aku bisa pergi sendiri kok ke sana pakai mobil.
Aldo:
Ada hal penting yang aku mau bicarakan dengan kamu dulu, sebelum kita pergi ke
bioskop.
Naomi:
Hal apa itu, kak Melody gak boleh tahu ya?
Aldo:
Iya, untuk sekarang rahasia dulu.
Naomi:
Jadi, hal penting apa itu?
Aldo:
Kamu dengar dulu ya puisi buatan aku.
Naomi
pun mendengar Aldo yang membacakan sebuah puisi berbahasa Inggris, ia mengerti
makna puisi ini yaitu untuk menggambarkan seseorang yang spesial, lebih
tepatnya perempuan yang spesial. Naomi sedikit sedih, ia berpikir kalau Aldo
akan meminta pendapatnya soal puisi ini yang akan dibacakannya pada perempuan
yang spesial bagi Aldo, dan bukan dirinya.
Aldo:
Gimana, puisinya bagus enggak menurut kamu, Mi?
Naomi:
Iya, bagus kok. Kamu mau membacakan itu buat perempuan yang spesial kan?
Aldo:
Kamu benar, Mi. Aku sudah jatuh cinta pada perempuan itu.
Naomi:
Hmm, aku turut senang kalau kamu senang, Aldo.
Naomi(berpikir):
Aku tahu kalau yang kamu maksud pasti adalah Shania, Aldo. Hmm, andai saja...
Aldo:
Perempuan itu... adalah kamu, Naomi.
Naomi:
Ehhh, aku gak salah dengar kan?
Aldo:
Iya, kamu. Perempuan yang aku cintai adalah kamu, Shinta Naomi.
Naomi:
Tapi, kok tiba-tiba begini sih, Aldo?
Aldo:
Mungkin menurut kamu tiba-tiba, tapi sebenarnya aku sudah mulai menyukai kamu
sejak awal semester 2 lalu. Mula-mula rasa ini hanya sedikit dan lama-kelamaan
jadi membesar. Dan membesarnya rasa cintaku padamu ini sejak seminggu
belakangan.
Mendengar
itu Naomi hanya terdiam, tapi ia perlahan mulai senang.
Naomi(berpikir):
Aku senang sekali, Aldo. Aku kira yang kamu maksud adalah Shania, tapi
ternyata... aku.
Aldo:
Apakah kamu mau jadi kekasihku, Shinta Naomi?
Naomi:
Aku mau, Aldo Vorgian.
Aldo:
Kamu serius?
Naomi:
Iya, aku serius, aku sudah mulai menyukai kamu juga sejak awal kelas 11.
Mula-mula juga sedikit, dan aku terus menunggu tibanya momen ini. Akhirnya
harapanku terkabul.
Aldo:
Thank you so much, Omi.
Kemudian
Aldo meraih tangan kanan Naomi dan menciumnya yang membuat senyum Naomi kian
mengembang. Mereka lalu bersiap pergi ke bioskop karena SMS hinggap di
smartphone Aldo dari Melody, yang mengatakan bahwa ia sudah sampai duluan ke
sana. Aldo langsung mengajak Naomi ke sana. Selama perjalanan dengan motor
Aldo, Naomi bertanya jika dia tadi tidak menerima Aldo sebagai pacar, apakah
nonton bioskopnya tak jadi. Aldo menjawab tetap jadi, dan anggap saja
pembicaraan tadi tidak ada, Melody tidak perlu tahu kalau rasa cinta adiknya
ditolak. Naomi tersenyum karena Aldo tidak berniat membatalkan ajakan itu
padanya, ia mempererat pelukan pada Aldo.
Mereka
berdua tiba di gedung bioskop, sesampainya di dalam Melody yang memegang 3 buah
tiket terheran melihat adiknya bergandengan dengan Naomi. Aldo langsung saja
memberitahu hal itu pada kakaknya dan Melody tentu gembira menyambutnya, mereka
bertiga duduk berdampingan di kursi bioskop, Aldo di tengah dengan Melody di
samping kanan, dan Naomi di samping kiri.
Selesai
menonton film, Melody duluan pulang dengan mobil sedangkan Aldo mengantarkan
Naomi ke rumahnya. Waktu menunjukkan sekitar pukul 6 sore saat mereka tiba di
depan rumah Naomi. Aldo diajak mampir namun ia bilang ‘kapan-kapan saja’ dan
pacarnya itu menuruti keinginannya itu dan langsung mencium pipi kanannya
sebelum masuk ke dalam rumah. Aldo mengelus pipinya tersebut sambil tersenyum,
dan ia segera pulang.
Ketika
Aldo pulang, ia segera ditanyai Melody mengenai detail-nya kejadian di kafe
sebelum ke bioskop. Aldo menceritakan pada kakaknya setelah mereka berdua
selesai makan malam. Malamnya, Melody mulai tidur pada jam 9 malam karena ia
merasa matanya lelah sehabis menonton film di bioskop tadi sore. Setelah
meletakkan smartphone di dekat lampu meja belajarnya, Melody mulai memejamkan
matanya.
Melody’s dream start...
Melody
yang sedang menonton TV di ruang tamu agak terkejut karena ada kedua ortunya
juga ikut menonton. Ia berpikir sejenak sambil mendengar suara Aldo yang sedang
bertelepon di dapur.
Melody(berpikir):
Eh, kok Ayah dan Ibu disini? Bukannya mereka udah... emm mungkin ini mimpi jadi
aku bisa melihat mereka lagi. Itu Aldo sedang telponan dengan siapa ya?
Untuk
mencari tahu, Melody beranjak dan pergi ke dapur untuk mendengar percakapan
adiknya itu.
Aldo:
Iya sayang, nanti aku juga mau ketemu Aldo junior kok, hahaha. Bye.
Percakapan
di telepon itupun berakhir, dan Aldo ditanyai oleh Melody.
Melody:
Aldo, kamu tadi telponan dengan siapa?
Aldo:
Ya tentu pacarku Shania dong, Kak. Dia ingin aku ke rumahnya nengok Aldo
junior.
Melody:
Hah? Aldo junior siapa?
Aldo:
Itu nama anjing husky pemberianku
pada Shania waktu ulang tahun dia, Kak.
Melody(berpikir):
Hmm, kenapa Aldo pacaran dengan gadis lain, bukannya dia pacaran dengan Naomi?
Dan
tiba-tiba banyak ingatan hinggap di benak Melody, fakta bahwa kedua ortunya
masih hidup namun Aldo tetap tinggal kelas, fakta bahwa Aldo mulai berpacaran
dengan Shania sejak 15 Maret, dan ia juga kemudian mengetahui kalau ia sendiri sudah
duluan berpacaran dengan Kalvin. Ia semakin heran dengan kehidupan mimpi ini,
apalagi Aldo pernah menunjukkan foto pacarnya di smartphone.
Aldo:
Hey Kak, bengong aja, kenapa?
Melody:
Eh enggak apa-apa kok, kamu kapan mau ke rumahnya pacar kamu?
Aldo:
Nanti agak siangan Kak. Memangnya ada apa?
Melody
kemudian melihat smartphone-nya sendiri dan ternyata masih pagi, waktu
menunjukkan SAT, OCT 08, 2016 | 10:10 AM
Melody:
Kakak nanti ikut ke rumah pacar kamu ya, mau kenalan langsung dengan dia.
Aldo:
Oh, oke deh.
Siang
pun tiba, motornya Aldo sudah melaju menuju ke rumahnya Shania, Melody semakin
penasaran untuk mengetahui sosok pacarnya Aldo di mimpi. Mereka pun tiba dan
Shania terlihat senang bisa dikenalkan pada Melody. Melody juga disambut ‘Aldo
junior’ karena anjing itu pernah sekilas melihat foto Melody dari smartphone
Aldo ketika Aldo mampir ke rumah Shania dan menunjukkannya sebagai pengenalan
singkat agar Aldo junior tahu siapa saja anggota keluarga Aldo.
Mereka
bertiga bermain bersama Aldo junior, meskipun Melody memikirkan bagaimana
keadaan Naomi di mimpi ini, bisa saja hatinya tersakiti.
Melody’s dream end.
Paginya
Melody terbangun pada sekitar pukul 7 dan ia tidak melihat Aldo lagi di rumah,
dan motor Aldo juga sudah tidak ada pertanda Aldo sudah berangkat ke sekolah.
Memang kadang-kadang Melody terbangun agak larut, tapi baru kali ini ia memimpikan
sambil menjalani sebuah kehidupan yang mirip kehidupan nyata, namun Aldo
pacaran dengan Shania. Melody mulai berspekulasi apakah kejadian itu akan
terjadi di masa depan, ia berharap Naomi tidak tersakiti jika itu benar akan
terjadi.
Sementara
itu, ketika matahari sudah terbit tinggi, di lain tempat Violet sedang menunggu
kakaknya Veranda menjemputnya di sekolahnya, SMP Velidan 02. Seorang siswi
berseragam SMA sedang mengobrol dengannya. Di tag name siswi SMA itu tertulis
‘Zahra Yuriva’ dan mungkin ia juga sedang menunggu adiknya turun dari kelasnya
di lantai paling atas.
Violet:
Oh, jadi Kak Yuriva adiknya kelas berapa?
Yuriva:
Adikku kelas 1 SMP, Vio. Dia dulu peringkat 10 besar waktu SD, jadi kepala
sekolah merekomendasikan pindah ke sini.
Tiba-tiba
mereka berdua mendengar ada klakson mobil berbunyi, dan seorang wanita lalu
keluar dari mobil itu, dia adalah Veranda. Violet pamit pulang duluan pada
Yuriva, dan ia segera masuk ke mobil bersama Veranda.
Ve:
Vio, kamu tadi ngobrol dengan siapa?
Violet:
Kak Ve, itu tadi kakak kelasku. Namanya kak Yuriva, baru kelas 1 SMA.
Veranda
pun manggut-manggut, lalu bertanya pada Violet mengenai kegiatan di sekolahnya.
Mobil pun melaju ke rumahnya Violet.
Pada
saat yang sama, motornya Aldo sedang membonceng Naomi dan berpapasan dengan
mobilnya Veranda yang berlawanan arah dan jalur jalan. Mereka tidak
menyadarinya, dan Naomi pun sampai di depan rumahnya 2 menit kemudian. Mereka
disambut oleh satpam rumah itu, Aldo berkenalan singkat dengan satpam itu lalu ia
diajak Naomi masuk ke dalam rumah yang agak gede itu.
Aldo
menunggu dengan duduk di sofa ruang tamu ketika Naomi berjalan menuju kamar
Sinka untuk memberitahu adiknya itu soal status jomblonya yang sudah lepas. Di
depan kamar Sinka, Naomi kemudian mengetuk pintunya.
Sinka:
Tunggu bentar ya Kak, aku lagi ganti baju.
Setelah
setengah menit, pintu pun dibuka oleh Sinka yang terheran melihat Naomi
tersenyum-senyum bahagia.
Sinka:
Kakak kenapa senyam-senyum begitu?
Naomi:
Kakak mau mengenalkan kamu dengan pacar Kakak. Dia nunggu di ruang tamu.
Sinka
mulai berpikir kalau kakaknya ini sudah bisa ‘move on’ dari Aldo, ia pun
mengikuti kakaknya yang masih mengenakan seragam sekolah berjalan ke ruang
tamu. Sinka kini juga tahu alasan kakaknya menyuruh ia pulang terlebih dahulu
membawa mobil tadi ketika jam pulang sekolah.
TO
BE CONTINUED...
By:
E.D.
Komentar
Posting Komentar