GALLANT IMPACT, Chapter 4

Chapter 4: Destined meeting

Randy yang mulai menyerbu Ricky dengan tinjuan tangan kanannya telak mengenai hidung Ricky. Lalu Ricky yang kesakitan hidungnya pun langsung berlutut dan menutupi hidungnya dengan kedua tangan, lalu Randy mendepak Ricky dengan kaki kirinya, sehingga Ricky langsung jatuh terbaring sambil masih memegang hidungnya yang perih dan mulai mengeluarkan darah.

Randy: Lu udah jatuh sekali, ayo bangun! Gue harus jatuhin lu 4 kali lagi.

Lalu Ricky perlahan bangun sambil melumuri kedua telapak tangannya dengan darah dari hidungnya, karena ia tidak ingin darah itu mengenai kemejanya meskipun sudah terlanjur terkena bekas debu dari sol sepatu kiri Randy.

Ricky: Beraninya elu ngotorin baju gue, lu akan gue kalahkan!


Randy: Ayo kalau elu bisa, maju lu!

Dan Ricky pun menerjang ke Randy. Ia melompat selangkah dan bersiap memukul hidung Randy juga dengan mengarahkan tangan kanannya, tapi Randy dengan kedua tangannya di depan hidungnya sendiri untuk melindungi hidungnya dari pukulan. Namun tangan kanan Ricky berbelok ke perut Randy dan alhasil Randy pun meringkuk kesakitan di lantai memegangi perutnya.

Ricky: Sekarang kita satu sama.

Randy lalu bangkit dan langsung melakukan pukulan bergantian dengan kedua tangannya ke Ricky, tapi Ricky cukup mengelak ke kanan dan kiri, Ricky lalu menendang samping lutut kaki kanannya Randy yang menyebabkan Randy setengah berlutut. Kemudian Ricky memukul pipi kanan Randy dan akhirnya Randy terbaring di lantai parkiran.

Ricky: 3 kali lagi lu kalah dari gue.

Kemudian Randy langsung berdiri lagi, ia kembali meninju Ricky membabi buta tapi Ricky berhasil mengelak, Randy juga sesekali menendang kaki Ricky namun juga tidak kena, Ricky membalas dengan memukul kening Randy sekuat tenaga. Randy pun kembali jatuh sambil mengusap keningnya.

Ricky: 2 kali lagi! Ayo, bangun lu!

Jelas sekali Ricky sedikit terburu-buru untuk menang, karena ia juga hampir menang. Randy lalu bersiap menyerang Ricky setelah kembali berdiri. Ia melompat sambil menendang dengan kaki kirinya, namun Ricky menahan dengan kedua tangannya, dan mendorong balik kaki kiri Randy. Karena kehilangan keseimbangan, Randy pun terjatuh ke lantai parkiran keempat kalinya.

Tapi Randy segera berdiri dan dengan cepat tinju tangan kanannya bersarang di perut Ricky, namun Ricky langsung menendang kaki kiri Randy di lututnya, memukul pipi kiri Randy dengan tangan kanannya, dan melayangkan pukulan tangan kiri dari bawah dagunya Randy. Maka terjatuhlah Randy di lantai parkiran motor itu.

Ricky: Udah 5 kali, gue menang! Lu harus ingat janji tadi!

Randy: Baiklah, gue ngaku kalah. Gue gak akan ganggu lu ataupun mahasiswa lainnya lagi yang deketin Melody.

Ricky: Eit, bukan cuma mahasiswa yang deketin Melody aja. Seluruh mahasiswa di universitas ini juga gak boleh lu pukul seenaknya, kalau gue tahu sekali aja lu memukul mereka tanpa alasan, gue akan laporin lu ke polisi.

Randy: Oke, gue gak akan mukul mahasiswa lain tanpa alasan lagi. Kalau begitu gue mau cabut dulu.

Dan Randy berjalan perlahan menuju motornya yang tadi ia duduki, dan memakai helm lalu pergi keluar dari parkiran itu menuju jalan raya. Setelah Randy pergi, Ricky melihat ada debu berbentuk sol sepatu di kemejanya.

Ricky(bergumam): Haaah, kalau begini gue gak bisa makan siang deh. Mending gue ke toilet di dekat sini dulu.

Sepasang mata yang dari tadi melihat pertarungan Ricky dan Randy bergegas pergi ke toilet wanita di dekat pintu masuk parkiran itu. Ricky berjalan melewati depan toilet wanita itu dan masuk ke toilet pria di sebelahnya, dan ia segera mencuci tangan di wastafel.

Ricky(bergumam): Sialan tuh si Randy, untung hidung gue masih utuh. Tapi darahnya udah hampir mengering, susah dihapus dari tangan gue. Kalau gue balik ke tempat kos untuk makan siang, nanti ketahuan penghuni kos dan ditanyai deh. Mending gue makan siang di kedai Pak Jono aja hahaha.

Di balik dinding toilet wanita, seorang mahasiswi yang rupanya Melody mendengar Ricky yang baru saja bicara sendiri. Ternyata dari tadi Melody mengikuti Ricky ke tempat parkir motor di Gedung Barat. Ia mengintip dari pintu masuk parkiran saat Ricky bertarung melawan Randy.

Ricky(bergumam): Nah, udah hampir bersih tangan gue. Sekarang waktunya makan siang!

Lalu Ricky keluar dari toilet pria itu dan berjalan agak cepat menuju parkiran motor di Gedung Timur. Melody baru saja keluar dari toilet wanita di sebelah ketika mendengar suara langkah kaki Ricky menjauh.

Melody(bergumam): Randy benar-benar deh, gak pernah berubah. Masih keras kepala, tapi untungnya juga dia masih tepat janji. Semoga dia gak ngajak aku balikan lagi.

~----------------------------------------------~

Ricky sedang terburu-buru memakan nasi campur ayam rendang di kedai Pak Jono. Ketika hampir habis, Pak Jono mengajaknya bicara.

Pak Jono: Nak Ricky, tumben makan siang di sini. Biasanya cuma makan malam di sini.

Ricky: Iya Pak Jono, saya tadi ada urusan sedikit jadi gak akan sempat balik ke kos, makanya langsung ke sini. Biar bisa langsung masuk kerja.

Pak Jono: Tapi nak Ricky, bukannya pakaian kerja ada di tas punggung di tempat kos?

Ricky: Tenang aja Pak Jono, saya masih ada pakaian serap di loker lantai 1 hotel.

Pak Jono: Oh, pantesan nak Ricky langsung ke sini. Takut ditanyai penghuni kos kan?

Ricky: Ditanya soal apaan, Pak Jono?

Pak Jono: Nak Ricky, Bapak bisa lihat tuh hidungmu sedikit merah, terus kemejamu basah dikit berarti baru dibersihin debunya kan, dan pasti kamu habis berantem.

Ricky: Kok bapak bisa tahu?

Pak Jono: Ya soalnya ada sedikit debu lagi di situ, dan tadi ada satu tetes darah dari hidung nak Ricky yang jatuh ke meja makan. Juga pipi kananmu sedikit memar.

Lalu Ricky melihat meja makan dan benar saja, ada setetes darah. Di kemejanya juga ada sedikit debu lagi yang masih menempel.

Ricky: Wah, Pak Jono hebat bisa tahu urusan saya tadi hehehe.

Pak Jono: Padahal saya juga asal nebak aja sih, emangnya nak Ricky kenapa mau berantem? Bukannya udah mahasiswa, tak pantas kalau berantem gara-gara masalah.

Ricky: Saya ditantangin Pak, maunya sih saya tolak tapi karena orangnya batu banget terpaksa saya berantem dengan dia pakai perjanjian. Karena saya menang, dia janji gak akan ganggu saya lagi.

Pak Jono: Tapi kalau orang berkepala batu itu cari masalah lagi sama nak Ricky, gimana?

Ricky: Ya terpaksa, saya laporin ke Bapak kos saya.

Pak Jono: Hah? Bukannya pemilik tempat kosnya nak Ricky seorang ibu-ibu?

Ricky: Emang ibu-ibu, tapi kan suaminya jadi Bapak kos dong hehehe.

Pak Jono: Oh begitu, hahaha, tapi apa hubungannya dengan Bapak kos?

Ricky: Bapak kos adalah seorang polisi, Pak Jono.

Pak Jono: Hmm, bilang langsung dong polisi. Pakai istilah Bapak kos segala hehehe.

Ricky: Begitulah, Pak Jono. Oh iya, berapa ya Pak semuanya?

Pak Jono: Sebentar, saya hitung dulu.

Kemudian Pak Jono mulai menghitung makanan dan minuman yang dipesan Ricky. Setelah membayar, Ricky segera pergi dengan motornya menuju parkiran hotel di seberang. Ia pun bergegas menuju loker hotel di lantai 1 meskipun ketika masuk, Sally sang resepsionis terheran melihat hidung Ricky yang sedikit memerah dan baru melihat pipi kanan Ricky sama seperti pipi kiri Ricky, sedikit memar karena Senin kemarin ia tidak memperhatikan saat Ricky datang rupanya pipi kanannya sudah sedikit memar. Ricky bergegas masuk toilet pria di lantai 1 hotel itu untuk berganti pakaian sebelum Sally mau bertanya. Tak lama kemudian, Ricky pun keluar dengan pakaian kerjanya.

Sally: Ricky, kamu berantem ya?

Ricky: Maaf mbak, nanti aja ya nanyanya, saya mau kerja dulu.

Sally hanya mengangguk, Ricky pun memulai pekerjaannya. Tak terasa waktu pun beranjak malam, dan seperti hari kerja biasa Ricky segera pergi ke kedai Pak Jono untuk makan malam. Dan Sally juga makan malam di sana, karena ia ingin menanyakan mengenai Ricky yang pipi kanannya memar dan hidungnya agak merah.

Sally: Ricky, sekarang jujur sama mbak, kamu habis berantem?

Ricky: Iya mbak, habisnya itu bocah batu banget, udah saya bilang kalau saya gak deketin pacarnya, eh salah mantan pacarnya.

Sally: Hah? Mantan? Mereka udah putus, berarti kamu berhak dong deketin cewek itu.

Ricky: Yang nganggap putus cuma cewek itu doang, tuh bocah belum nganggap putus.

Sally: Hmm, jadi tadi kalian berantem lama?

Ricky: Enggak mbak, singkat aja. Saya minta pada tuh bocah biar gak buang waktu, dan setelah saya menang dia langsung pergi dan janji gak akan ganggu saya lagi.

Sally: Berarti kamu bisa deketin mantan pacarnya dong?

Ricky: Buset mbak, masa saya deketin pacarnya tuh bocah kalau dia belum nganggap putus. Mana saya mau mbak, saya juga bilang ke dia untuk silahkan balikan lagi meskipun saya menang.

Sally: Hihih Ricky, kenapa gak coba deketin aja cewek itu? Kan kamu gak akan dihalangi lagi sama mantannya itu, dan anggap saja menghibur diri kamu sendiri setelah menang dari mantannya cewek itu.

Ricky: Enggak deh mbak, lagian saya pernah naksir cewek lain ketika SMA dulu.

Sally hanya manggut-manggut, mereka berdua pun selesai makan dan membayar lalu kembali bekerja di hotel. Sekitar jam 9 malam, Sally seperti biasa sudah pulang kerja dan dijemput tunangannya dengan mobil, sedangkan sejam kemudian baru Ricky hendak pulang ke tempat kos. Saat tiba di sana, sudah gelap dan Ricky perlahan berjalan ke kamarnya untuk istirahat.

Pagi tiba, hari Rabu tanggal 24 September Ricky terbangun pada jam 7 lewat 18 menit. Ia mandi, berangkat ke kampus seperti biasa. Tapi hari ini dia tidak langsung ke kelasnya, melainkan berjalan ke kantin Gedung Utara. Biasanya saat seperti ini kantinnya masih agak sepi, dan Ricky hendak duduk di sana untuk menggunakan wifi. Dan memang, jumlah mahasiswa dan mahasiswi yang ada di kantin bisa dihitung dengan jari. Ia pun duduk di salah satu meja pada area tengah kantin itu. Saat sedang asyik browsing, terdengar suara seorang gadis yang pernah Ricky kenal memanggil namanya.

Gadis1: Ricky-kun!

Lalu saat Ricky menoleh, gadis berambut agak kecoklatan itu berjalan mendekati Ricky yang membuat rauh wajah Ricky terlihat senang sekaligus heran. Heran karena gadis itu tidak sendiri, melainkan bersama seorang gadis lain yang mengapit buku dengan kedua tangannya. Kedua gadis itu duduk berhadapan dengan Ricky.

Ricky: Hai Akicha, apa kabar? Eh maaf, kamu siapa ya?

Akicha: Watashi wa genki desu. (Aku baik/sehat)

Gadis2: Perkenalkan, namaku Ayana Shahab, dan aku translator nona Aki Takajo yang baru.

Ricky: Oh, namaku Ricky. Aku teman sekelasnya Akicha dulu.

(Aki Takajo panggilannya adalah Akicha, teman-teman sekelasnya di SMA juga memanggil begitu)

Ayana: Iya, Aki-san juga pernah cerita kepadaku beberapa nama teman sekelasnya dulu.

Ricky: Ngomong-ngomong, Akicha kuliah disini?

Ayana: Iya, dan aku juga sekelas dengannya di semester 3 Fakultas Sastra Inggris.

Ricky: Tapi, aku mau tanya deh. Kamu apakah gak salah jadi translatornya, kayaknya kamu terlalu muda deh. Maaf, aku cuma heran aja.

Ayana: Iya, memang banyak yang nanya kok. Aku sebenarnya baru berumur 16 tahun, dan seharusnya sekolah kelas 2 SMA. Tapi aku diminta ayahnya nona Aki untuk menemaninya kuliah juga tahun lalu dan kepala sekolahku mengizinkan karena aku rangking 1 di kelas, jadi bisa dibilang aku loncat kelas hehehe.

Ricky: Hmm, berarti kamu pintar juga. Tapi gak kesulitan kan kuliahnya?

Ayana: Enggak kok, sejauh ini belum.

Lalu Akicha menyenggol lengan Ayana, bertanya kepadanya dan Ayana segera bicara dalam bahasa Jepang pada Akicha mengenai apa yang tadi dia omongkan dengan Ricky.

Akicha: Ricky-kun, what faculty are you in?

Ricky: Waw, Akicha hebat, udah mulai bisa bahasa Inggris. Aku masuk Fakultas Psikologi, sekarang semester 5.

Lalu Ayana mengatakan itu dalam bahasa Jepang pada Akicha.

Akicha: Ricky-kun, you can speak English, right?

Ricky: Iya, tapi lagi malas nih. Kan ada Ayana, hehehe.

Ayana menggembungkan pipi, lalu bicara pada Akicha lagi hal yang dikatakan Ricky dalam bahasa Jepang. Lalu Akicha tertawa ringan.

Akicha: Ricky-kun, you are naughty.

Ricky: Hehehe, oh iya aku mau tanya sesuatu nih, Ayana.

Ayana: Mau tanya apa, Ricky-kun?

Ricky: Wah, ikut-ikut aja hehe. Aku penasaran nih, kamu kok bisa lancar ya bahasa Indonesianya? Padahal wajah kamu juga khas orang Jepang.

Ayana: Jadi gini, ayahku keturunan Arab-Indonesia, dan ibuku orang Jepang. Aku juga punya 2 kakak, satu laki-laki dan satu perempuan.

Ricky: Oh, pantes. Waduh, sebentar lagi kelas dimulai nih. Akicha, Ayana, aku masuk kelas dulu ya. Mata atode(Sampai jumpa nanti).

Kedua gadis itu hanya mengangguk, lalu Ricky tergesa-gesa pergi dari area kantin Gedung Utara itu menuju Gedung Timur. Setelah Ricky pergi, Akicha kembali bicara dengan Ayana.

Ayana: So, is Ricky-kun a smart student in High School?

Akicha: Yes, kare wa yoku toshokan e iku yo. (Iya, dia rajin ke perpustakaan loh)

Ayana pun memanggut-manggut, lalu mereka berdua membeli makanan pengganjal perut yaitu roti tawar biasa.

Sesampainya di kelas, Ricky duduk di kursinya dan langsung ditanyai oleh Ega dan Jerry.

Ega: Ky, kenapa lu keringatan? Biar owe tebak, habis lari-larian lagi?

Jerry: Ky, lu baru datang? Sampai lari-larian gitu.

Ricky: Bener Ga, gue habis lari dari kantin Gedung Utara ke sini. Gue udah datang dari 10 menit lalu Jer.

Jerry: Loh, kenapa ke kantin? Belum waktunya makan kok.

Ricky: Tadi gue ngisi waktu dengan browsing pakai wifi.

Ega: Ckck Ricky, owe kira lu bakalan kelupaan jam masuk kelas karena asyik browsing.

Ricky: Gak mungkin Ga, gue kan mahasiswa teladan. Gak pernah absen kuliah. Beda dengan kalian berdua hehehe.

Ega: Owe juga jarang absen keles, owe kalau absen pasti ada urusan yang penting.

Jerry: Nyindir gue ya Ky, mentang-mentang gue pernah absen karena pacaran.

Ricky: Hehehe, habis Jer. Lu malah milih jalan dengan pacar lu si Mita yang kelasnya dicancel. Parah deh lu.

Jerry: Mau gimana lagi Ky, kalau gue gak nemenin dia jalan-jalan betenya ke dosen jadi beralih ke gue. Kalau dia bete ke gue, entar gue dicuekin terus.

Ricky dan Ega hanya menggeleng-geleng, dan mereka kemudian mengikuti perkuliahan di kelas itu yang akan dimulai.

------------------------------------------------

Istirahat pagi tiba, Ricky menuju kantin Gedung Utara untuk makan, tapi Jonathan rupanya hari ini tidak ke kantin karena kekenyangan makan kue ulang tahun salah satu temannya di kelas, kebetulan kue ulang tahunnya besar dan lebih dari setengah mahasiswa-mahasiswi di kelas tidak datang karena berbagai alasan, tentu saja untuk menghindari kuis dari dosen di hari ini. Selesai mengumpulkan kuis dari para mahasiswa dan mahasiswi, dosen itu pun pergi meskipun masih ada 10 menit sebelum waktu istirahat. Setelah dosen pergi, seorang mahasiswa yang berulang tahun disoraki ‘Happy birthday’ dan pacarnya di kelas itu membagi kue pada semua mahasiswa dan mahasiswi yang hadir. Tapi Jonathan makan bagian yang lebih banyak bersama Agus, karena Jonathan dikenal kuat makan dan dia membagi juga dengan Agus sang bodyguard.
Ricky sedang duduk sendiri memainkan smartphone-nya menunggu makanan dan minuman yang dipesan datang, saat 2 orang gadis ikut duduk semeja dengannya membawa makanan dan minuman mereka.

Ricky: Eh, kalian siapa... Oh rupanya Akicha dan Ayana, hehehe. Kirain orang lain.

Ayana: Kamu duduk sendiri, Ricky-kun? Kalau ada teman kamu nanti kami bisa cari tempat duduk lain kok, mumpung masih ada meja yang kosong.

Ricky: Oh enggak, silahkan. Aku cuma nunggu pesananku datang, kebetulan hari ini temanku enggak ke kantin.

Ayana: Memangnya biasa dia makan bareng kamu?

Ricky: Iya, tapi hari ini dia kekenyangan makan kue ulang tahun dari teman di kelas, jadi gak bisa keluar kelas deh.

Ayana: Oh, dia teman sekelas kamu?

Ricky: Bukan, tapi teman SMA dulu juga, sekelas dengan aku dan Akicha. Sekarang dia masuk Fakultas Teknologi semester 5.

Ayana lalu memberitahu Akicha hal yang dari tadi ia bicarakan dengan Ricky.

Akicha: Ricky-kun, who is that?

Ricky: Jonathan.

Akicha: Honto ni(Benarkah)? Jonathan-kun is on this campus too?

Ricky mengangguk lalu pesanannya datang, mereka bertiga pun mulai makan. Di sebuah meja dari jauh, Melody yang duduk sendiri sepertinya cemburu melihat kedekatan Akicha dan Ayana dengan Ricky.

Melody(berpikir): Siapa ya 2 cewek itu? Kok Ricky ngobrol akrab dengan mereka berdua? Apa mungkin salah satu dari mereka pacarnya Ricky, dan satunya lagi teman dekatnya Ricky?

Ketika Melody melamun, Randy duduk bareng berhadapan dengannya.

Randy: Hey sayang, kenapa sih kamu melamun?

Melody seketika tersadar dari lamunannya dan mengalihkan pandangannya menatap kepada mantan pacarnya.

Melody: Kamu masih keras kepala ya, kan aku udah bilang tempo hari kalau kita udah putus.

Randy: Tapi aku masih sayang sama kamu, Melody.

Melody: Aku gak punya rasa sayang lagi sama kamu sejak aku nganggap kita udah putus. Sebaiknya kamu terima kenyataan kalau kita udah PUTUS.

Randy: Biar aku tebak, kamu mau putus dari aku karena kamu suka kan sama Ricky?

Melody: Kamu gak usah sok tahu, dan kalaupun itu benar, bukan urusan kamu lagi.

Randy: Oke, aku akan terima kalau kita udah putus. Tapi sebelum itu jawab dulu satu pertanyaanku dengan jujur.

Melody: Apa itu?

Randy: Kamu sudah mulai suka dengan Ricky kan?

Melody: Kalau iya kenapa, kamu mau mukul dia?

Randy: Gak perlu, sesuai janjiku aku terima kalau kita udah putus sejak setahun lalu. Lagipula aku sudah bertarung dengan dia kemarin.

Melody: Kamu kenapa sih suka banget cari masalah?

Randy: Kemarin aku kalah dari dia, dan aku sudah janji pada Ricky gak akan ganggu dia lagi ataupun mahasiswa lainnya di universitas ini.

Melody: Jadi, kamu berharap aku akan balikan dengan kamu dengan janji kamu itu? Maaf, aku tetap gak mau.

Randy: It’s okay, kalau begitu aku pergi dulu.

Baru saja Randy mau beranjak pergi, Melody menghentikannya.

Melody: Tunggu, Randy. Aku juga mau tanya sesuatu sama kamu.

Randy duduk kembali dan melihat raut muka Melody sangat serius. Randy berharap akan diajak balikan.

Randy: Kamu mau tanya apa?

Melody: Apakah kamu ada sedikit saja rasa cinta pada Maya, jawablah jujur.

Randy: Hmm, sebenarnya saat aku bersama dia... Aku merasa lupa pada kamu, jadi bisa dikatakan aku mencintai Maya lebih dari kamu, Melody. Aku terpukul banget dengan kepergiannya, ayahnya Maya berterimakasih padaku karena sudah membahagiakan Maya. Maya pernah cerita ke ayahnya kalau dia bisa merasa kalau aku sangat mencintainya. Jadi dia juga berpesan pada ayahnya agar aku tidak melihat jasadnya, karena dia tahu aku tidak akan sanggup menahan air mata nantinya. Dan sampai sekarang aku masih teringat Maya.

Melody: Oke, itu saja yang mau kutanyakan. Aku tidak akan mempermasalahkan itu lagi.
Kemudian Randy beranjak pergi dengan raut wajah sedih, Melody merasa iba dengannya tapi tidak mungkin balikan dengan Randy, karena ia mulai ada rasa pada Ricky.

------------------------------------------------

Sesampainya di kelas, Ricky kembali ditanyai oleh Jerry dan Ega.

Ega: Ky, owe lihat tadi ada 2 cewek duduk bareng lu. Siapa mereka, kok wajah mereka kayak orang Jepang?

Jerry: Ricky, sekarang lu ngaku. Salah satu dari mereka pasti pacar lu kan? Ckckckck, pacar disembunyikan. Pokoknya lu siapkan PJ!

Ricky: Ga, itu tadi 2 cewek emang orang Jepang. Sotoy banget lu Jer, salah satunya teman SMA gue dulu.

Ega, Jerry: Nama mereka?

Ricky: Ckckck, mau tahu aja kalian. Teman SMA gue namanya Aki Takajo panggilannya Akicha, yang satu lagi namanya Ayana yang bertugas sebagai translatornya Akicha.

Ega, Jerry: Yang mana Akicha dan yang mana Ayana?

Ricky: Ya ampun, kepo deh kalian. Akicha yang rambutnya lebih panjang, Ayana cuma sampai bahunya. Dan yang paling mencolok, Akicha gak akan ngomong bahasa Indonesia karena dia hanya bisa sedikit.

Ega, Jerry: OOOOHHH.

Ricky cengengesan mendengar reaksi Jerry dan Ega, perkuliahan pun berlanjut. Ricky mengingat kembali sedikit pembicaraannya dengan Akicha dan Ayana di kantin tadi.

Flashback start...

Setelah habis makanan mereka bertiga, Akicha mulai bicara bahasa Jepang pada Ricky.

Ayana: Ricky-kun, Aki-san nanya itu kenapa kedua pipi kamu agak memar?

Ricky: Oh, ini kedua pipi aku terpentok wastafel.

Lalu terlihat Ayana menjelaskan pada Akicha dalam bahasa Jepang. Akicha kembali bertanya lagi.

Ayana: Aki-san juga nanya, kamu hidungnya kok merah gitu?

Ricky: Kalau hidung aku sih kejedot pintu kamar kos.

Sekali lagi, Ayana menjelaskannya pada Akicha. Akicha menggeleng-geleng sambil tersenyum, kemudian bertanya lagi.

Ayana: Aki-san nanya lagi, kamu kenapa tinggal ngekos? Kan kamu punya rumah, dan gimana kabarnya Michelle adikmu?

Ricky: Penyebabnya sih, gara-gara 2 tahun lalu aku milih kuliah di Fakultas Psikologi sedangkan Ayahku maunya aku kuliah di Fakultas Ekonomi, sehingga Ayahku marah dan aku diusir dari rumah. Adikku Michelle tetap tinggal di rumah, dan Ayahku nyewa detektif buat ngawasin sekaligus ngejaga dia karena kedua orang tuaku masih seperti dulu, lebih sering keluar negeri, hanya sebulan sekali pulang ke rumah.

Dan Ayana pun menjelaskan panjang lebar pada Akicha, Akicha manggut-manggut dan bertanya lagi.

Ayana: Maaf ya Ricky-kun, Aki-san mau nanya lagi, kamu kerja apa setelah diusir? Dan apakah gaji kamu cukup untuk bayar kos dan kuliah?

Ricky: Iya, nasib aku kebetulan mujur. Begini, pas diusir dari rumah lebih dari 2 tahun lalu, di hari yang sama itu juga aku mendapatkan tempat tinggal yang berupa tempat kos yang baru dibuka. Kebetulan karena tempat kos itu baru saja dibuka dan aku penghuni kos yang pertama, pemilik kos yang tahu aku anak terlantar menawarkan kepadaku untuk tinggal gratis di sana selama aku belum punya pekerjaan. Ibu kos itu membuka usaha kos hanya untuk menambah uang belanja. Suaminya seorang polisi, dan aku diterima layaknya keluarga oleh mereka. Aku lalu membantu mereka mempromosikan tempat kos itu lewat internet, dan lama kelamaan penghuni kos pun bertambah, sekarang ada 4 pria dan 6 wanita yang menghuni tempat kos, termasuk aku. Selain  itu, anak perempuannya ibu kos juga aku anggap seperti adikku sendiri. Dan soal pekerjaan aku, pada hari kedua aku tinggal di tempat kos, aku pamit pada Ibu kos untuk jalan-jalan sebentar di luar, sekitar 600 meter dari sana aku kemudian melihat ada seorang siswi SMP yang mau dirampok. Aku nolongin dia dengan mukul perampok itu dari belakang, dan segera teriak agar warga sekitar datang. Perampok itu lalu kabur, dan ayah dari siswi SMP itu berterimakasih padaku dan menawarkan aku pekerjaan. Aku jadinya bekerja sebagai bellboy sekarang, di hotel berbintang empat milik ayahnya siswi SMP itu. Dan bosku yang tahu kondisi kehidupanku kemudian memberi gaji yang berlebih tapi di hari Minggu aku juga kerja sedangkan bellboy lain tidak. Dan sejak itu aku tidak pernah kesulitan bayar uang kuliah atau uang kos. Bahkan ada uang sisa untuk kebutuhan sehari-hari. Buktinya aku bisa makan pagi di kantin setiap kuliah. Maaf ya Ayana, kepanjangan jadinya hehehe.

Ayana hanya tersenyum lalu menceritakan lagi panjang lebar dalam bahasa Jepang pada Akicha. Akicha lalu memberikan 2 jempol kepada Ricky.

Akicha: Ganbatte, Ricky-kun! I wish for your success in the future as Psychologist.

Ricky: Thank you, Akicha.

Flashback end.

Ricky(berpikir): Apa mungkin Akicha suka sama gue ya? Soalnya dia tadi memberi semangat ke gue, dan dia sepertinya takjub karena gue udah mandiri. Emang sih, sejak SMA dulu gue lihat Akicha kalau ngobrol dengan cowok lebih sering dengan gue atau Jonathan. Ah, gue pikirkan lain kali aja deh.

Mendadak Ricky menyadari kalau mata dosen di kelas sedang mengitari seluruh ruangan itu mencari mahasiswa atau mahasiswi yang tidak memperhatikan dengan serius. Dosen ini bisa tahu siapa yang memperhatikan serius, siapa yang bengong. Beruntung Ricky tidak ketahuan melamun tadi.

------------------------------------------------

Sepulang kuliah, Ricky baru saja hendak masuk ke parkiran motor Gedung Timur ketika smartphone-nya berbunyi pertanda ada pesan masuk.

Michelle: Kak Ricky, sekarang makan siang bareng aku ya? Aku sudah ada di Penguinville cafe nih, bareng teman-temanku.

Ricky: Boleh deh, tapi detektif itu pasti juga ada di situ kan ngawasin kamu? Teman-teman kamu yang mana? Kan banyak.

Michelle: Aku udah beritahu dia duluan kok, dia juga duduk di meja tak jauh dari mejaku. Teman-temanku yang waktu itu loh, Shani, Yupi, dan kak Shania. Mereka kan teman terdekatku sekarang.

Ricky: Oh, okelah. Kakak nanti datangnya ngajak 2 orang teman ya.

Michelle: Teman cowok atau teman cewek?

Ricky: Teman cewek, emang kenapa?

Michelle: Hmm, teman atau pacar nih Kak? Hihihi.

Ricky: Temen doang, kamu juga kenal kok salah satunya.

Michelle: Siapa?

Ricky: Entar juga kamu tahu, udah dulu ya. Kakak mau ngabarin dia dulu, sebelum dia pulang ke rumahnya.

Michelle: OK.

Sehabis itu, Ricky segera menelpon Ayana. Tadi dia sempat minta nomornya Ayana dan Akicha, tapi karena lebih mudah kalau bicara dengan Ayana, ia menelpon nomornya Ayana bukan nomor Akicha. Lagipula Ricky memang berniat mengajak Ayana juga, karena Akicha masih belum lancar ngomong bahasa Indonesia, jadi nanti sulit ngobrol dengan Michelle serta teman-temannya.

Ayana: Halo, Ricky-kun. Ada apa?

Ricky: Ayana, kamu dan Akicha belum sampai rumah kan?

Ayana: Kebetulan kelas kami baru selesai nih, kenapa?

Ricky: Aku mau ngajak kalian makan siang bareng. Ada adikku Michelle dan teman-temannya. Gimana? Bisa kan?

Ayana: Sebentar ya, aku ngomong ke Aki-san dulu. Dia kan bosku hehe.

Lalu Ricky mendengar suara Akicha yang diberitahu oleh Ayana soal ajakan Ricky dalam bahasa Jepang. Beberapa detik setelah itu, Ayana kembali bicara dengan Ricky.

Ayana: Aki-san bilang bisa, Ricky-kun, dia juga habis suntuk nih di kelas hehe. Aki-san sepertinya ingin ketemu Michelle juga. Dimana tempatnya, Ricky-kun?

Ricky: Di Penguinville cafe, kalau kalian tidak tahu nanti aku SMS-in alamatnya.

Ayana: Oh, kami tahu kok. Kami pernah makan disana. Yaudah, sampai jumpa nanti, Ricky-kun.

Ricky: Oke, bye.

Kemudian Ricky segera berangkat ke kafe yang dimaksud. Ia tiba terlebih dulu di sana dan langsung membayar uang parkir pada petugas parkir di kafe itu, ia melihat di dalam sudah ada Michelle duduk bersama teman-temannya. Dan 2 menit kemudian terlihat sebuah mobil terparkir di dekat kafe. Setelah berhenti, terlihatlah Akicha dan Ayana keluar dari mobil itu, mereka kemudian membayar uang parkir juga. Mereka kedua lalu melambaikan tangan pada Ricky, yang juga disambut Ricky dengan lambaian tangannya. Mereka bertiga sama-sama masuk ke kafe itu, dan menuju meja tempat Michelle beserta teman-temannya duduk. Michelle terlihat riang mengetahui kalau Akicha yang diajak Ricky dan segera berdiri. Akicha dan Michelle lalu berpelukan sambil cipika-cipiki.

Michelle: Aki-san, hisashiburi ne(lama tidak berjumpa ya).

Akicha: Yes, Michelle-chan. Long time no see, how are you?

Michelle: Boku wa genki desu. I am so happy.

Ricky: Hey, hey. Michelle. Ini kakak yang satu lagi kok dicuekin.

Ayana: Hihi, gak apa-apa Ricky-kun. Mereka saling kangen.

Michelle: Oh, maaf Kak. Siapa ya?

Ayana: Aku Ayana, translator sekaligus teman kuliah Aki-san. Salam kenal.

Michelle dan Ayana pun berjabat tangan. Lalu Michelle ditegur teman-temannya.

Shani: Chel, kok kami dicuekin sih?

Yupi(sambil menggembungkan pipi sebentar): Iya nih, kami bertiga kan bukan patung.

Shania(sambil menunjuk tahi lalat di dekat dagunya): Sakitnya tuh di sini.

Michelle hanya cengengesan, Ricky maupun Akicha dan Ayana tertawa melihat ketiga temannya Michelle. Mereka lalu saling berkenalan, dan segera memesan makanan dan minuman. Sambil menunggu pesanan datang, Ricky melirik ke pria berjas seperti detektif di sebuah meja tak jauh dari situ. Sang detektif hanya bersiul melihat arah lain ketika Ricky menatapnya. Michelle sudah ngobrol dengan Akicha dan teman-temannya, Ayana juga membantu menjelaskan arti omongan Akicha yang sesekali menggunakan bahasa Jepang ketika memuji ketiga teman Michelle itu. Pujiannya berupa imut kepada Yupi, dan cantik kepada Shani dan Shania. Tanpa terasa makanan datang, Ricky makan lebih cepat karena ia akan segera bekerja. Setelah selesai makan dan menghabiskan minumannya, Ricky merogoh dompet di saku belakang celana jeansnya, tapi Michelle angkat bicara.

Michelle: Eh, gak usah Kak Ricky. Aku aja yang bayar nanti, kan aku yang ngajak makan di sini.

Ricky: Oh yaudah, tapi nanti kalau kurang minta saja pada dia.

Sang detektif ditunjuk oleh Ricky dan ia pun mengernyitkan alis matanya.

Michelle: Hihihi kak Ricky, kok gitu sih?

Ricky: Hehe, kerjain dia sekali-sekali. Shani, Yupi, Shania, Ayana, Akicha, Michelle, aku pamit dulu ya, udah mau masuk kerja. Bye.

Michelle, Shani, Yupi, Shania: Bye kak Ricky.

Akicha & Ayana: Bye, Ricky-kun.

Lalu Ricky meninggalkan kafe itu menuju tempat kerjanya. Ia juga mengenakan pakaian kerja dari loker hari ini, dan mulai bekerja.

------------------------------------------------

Keesokan harinya, di waktu istirahat Ricky kembali duduk dengan Jonathan dan Agus.

Jonathan: Ky, sorry ya kemarin. Gue gak bisa nemenin lu makan karena kekenyangan. Agus kemarin juga hampir kenyang.

Agus: Benar den Ricky, ternyata meskipun muka saya mirip preman, teman-teman sekelas den Jo masih ramah pada saya.

Ricky: Gak masalah kok, lagian kemarin cewek yang gue taksir di SMA nemenin gue makan di sini. Tapi kemungkinan hari ini enggak.

Jonathan: Wow, Ky. Ternyata dia kuliah di sini juga?

Ricky: Iya, tapi baru semester 3. Temannya juga makan bareng gue kemarin.

Agus: Hebat, den Ricky. Tinggal selangkah lagi!

Jonathan: Selangkah lagi? Apaan maksud abang?

Agus: Den Jo, masa gitu aja gak tahu. Atau pura-pura gak tahu, selangkah lagi den Ricky punya pacar maksud saya hehehe.

Jonathan: Oh itu, baru sadar saya. Bener kata bang Agus, Ky. Lu jangan sia-siakan kesempatan yang ada.

Ricky: Hahaha, tenang Jo. Gue tahu itu, tapi perlu proses dulu. Gue akan buat puisi untuk nembak dia. Eh, ngomong-ngomong kok lu gak pernah makan bareng pacar lu, Jo?

Jonathan: Pacar gue...

Agus: Pacarnya den Jo biasanya udah makan bekal di kelas. Dengan kata lain, jarang atau tidak pernah keluar kelas hehehe.

Ricky: Pantes aja, hehehe.

Jonathan: Buset, bang. Nyambar aja mulut abang. Ckckckck.

Agus hanya terkekeh pelan, lalu Jonathan kembali bicara.

Jonathan: Ky, sekarang kasih tahu lagi ciri-ciri cewek itu dong.

Ricky: Oke, ciri-ciri berikutnya, wajah oriental, rambut berwarna coklat terang, dan juga...

Jonathan: Aha! Gue tahu, Aki Takajo alias Akicha kan?

Ricky: Weiss, benar!

Ricky dan Jonathan pun bertos telapak tangan kanan. Agus hanya melongo.

Jonathan: Tapi Ky, kalau elu pacaran dengan Akicha, Melody gimana?

Ricky: Lah Jo, kenapa jadi bawa-bawa dia? Melody kan baru aja jadi teman kita, lu lupa ya?

Jonathan: Ah payah lu Ky, calon psikolog masa gini sih. Kalau gue lihat gelagatnya Melody, pasti dia suka deh sama elu.

Ricky: Suka dari Hongkong, dia aja baru putus dari pacarnya. Randy juga belum nganggap putus, jadi mana mungkin. Menurut gue sih, dia cuma mau cari teman aja. Karena temannya cuma satu, itu pun diembat teman gue yang namanya Ega. Maksud gue, Ve setiap makan pasti duduk bareng Ega.

Jonathan: Melody bisa aja duduk bareng Ve dan Ega, tapi karena dia gak mau ganggu dia milih duduk bareng lu Ky, kan udah terlihat tuh.

Ricky: Nah, gini nih sifat sotoy elu suka keluar Jo. Mungkin dia mau cari teman lagi selain Ve, dan segan untuk berteman dengan mahasiswi lain jadinya dia coba deh berteman dengan mahasiswa, yaitu gue dan elu Jo.

Jonathan: Ckckck, terserah elu deh Ky. Tapi kalau suatu saat nanti terbukti gue benar, lu push up 100 kali dengan gue dudukin pinggang lu ya?

Ricky: Gila lu Jo, badan gue remuk nanti.

Agus: Den Jo, kurangin aja. Setengahnya mungkin?

Jonathan: Enggak bang Agus, sedikit aja saya kurangi. Ky, gimana kalau 80 kali?

Ricky: Oke, gue sanggupin aja deh nanti, tapi kalau salah perkiraan lu, berarti terbalik, deal?

Jonathan: Deal, tapi peraturan tambahan Ky. Jangan elu yang tanya langsung, nanti biar dia yang confess aja.

Agus: Apaan tuh den Jo? Kon-pes?

Ricky: Hahaha bang Agus, itu artinya Melody ngaku sendiri ke saya kalau dia suka dengan saya.

Agus: Ohhh, saya kira apaan hehehe.

Tiba-tiba Melody datang ke meja mereka beberapa detik kemudian.

Agus: Wah, panjang umur...

Mulut Agus segera ditutup telapak tangan kanan Jo yang langsung merangkulnya dan berbisik padanya. Melody heran melihatnya, Ricky hanya tertawa ringan.

Melody: Ini ada apa ya? Siapa yang panjang umur?

Ricky: Oh, ini loh tadi Jo cerita kalau temannya di kelas kemarin ulang tahun. Dan ceweknya ngucapin panjang umur pada dia.

Melody: Oh, aku kira entah siapa.

Lalu Jonathan sudah melepaskan Agus, yang hanya tersenyum pada Melody.

Jonathan: Eh Melody, silahkan duduk.

Ricky: Iya Mel, duduk aja. Itu makanannya udah minta masuk perut kamu, hehehe.

Melody pun tersenyum dan duduk di kursi sampingnya Ricky. Ia mulai menyantap makanannya. Tak lama kemudian, Jonathan dan Agus pamit duluan sedangkan Ricky menunggu Melody selesai makan. Ia juga celingak-celinguk dan menemukan sosok Randy yang duduk di kejauhan memandang mereka tapi tidak terlihat marah. Dan datanglah Akicha dan Ayana ke kantin, mereka segera duduk di tempat duduknya Jonathan dan Agus tadi.

Ricky: Hai, Akicha, Ayana, kalian gak makan?

Ayana: Kami sudah makan di rumah tadi, Ricky-kun. Kami tahu kamu pasti ada di sini. Jadi kami ke sini untuk menemanimu karena Akicha tadi juga berpapasan dengan Jonathan-kun dan bodyguardnya.

Akicha hanya mengangguk setuju dengan perkataan Ayana. Akicha memandang Melody sebentar, lalu menatap Ricky.

Akicha: Ricky-kun, who is she?

TO BE CONTINUED...

By: E. D.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Between Dream And Reality, Part 12

GALLANT IMPACT, Chapter 25

GALLANT IMPACT, Chapter 29