Between Dream And Reality, Part 23

Part 23: Revealing things

Dua siswi SMA itu celingak-celinguk, dan datanglah seseorang yang dinanti mereka. Seseorang itu adalah mahasiswa di kampus itu, dan ia nampak berbicara pada salah satu siswi yang merupakan pacarnya. Siswi SMA itu tidak setuju dengan permintaannya, dan mereka pun bertengkar dengan siswi yang satu lagi tidak berani ikut campur.

Selagi mereka bertengkar, teman Aldo yang bernama Harris baru datang ke sana, ia berniat menyelesaikan urusan administrasi pendaftaran kampus yang belum selesai tempo hari dan sekaligus menunggu pacarnya datang untuk ikut menyelesaikan urusan administrasi juga. Harris mengenali 2 siswi itu yang diingatnya adalah Nadse dan Kamel. Ia melihat seseorang berpenampilan mahasiswa yang hendak menampar Nadse, maka ia pun menuju kesana untuk mencegah. Mahasiswa itu terkejut ketika ditahan tangannya, ia pun cekcok dengan Harris. Mereka berkelahi sebentar dengan Harris yang menang, mahasiswa itu pun berlalu. Setelah mahasiswa itu tak terlihat, Harris berbicara pada Nadse dan Kamel.

Harris: Hei, kalian Nadse dan Kamel kan?

Kamel: Iya kak Harris, makasih ya udah nolongin kami dari cowok tadi. Cowok yang barusan adalah mahasiswa kampus ini, semester 3.

Harris: Wah, jadi cowok yang tadi pacarnya Nadse?

Nadse: Ya gitu deh, kak Harris. Tapi aku udah nganggap putus tadi.

Harris: Hmm, tadi kalian ribut apa ya, kalau aku boleh tahu.

Nadse: Tadi tuh dia mau pinjam mobil aku, kak Harris.

Kamel: Dan dia mau pakai mobilnya Nadse buat jalan-jalan ke Brastagi, kak Harris.

Harris: Ckck, jadi itu alasan dia marah-marah pada Nadse?

Nadse: Iya kak Harris, aku gak mau minjamin makanya dia marah.

Harris: Oh gitu, jadi kenapa kalian ke kampus ini? Ada perlu?

Kamel: Nadse mau jemput pacarnya, seperti biasa.

Harris: Hah? Jemput dia? Gak salah? Masa dia sebagai cowok, dijemput?

Nadse: Memang gitu, kak Harris. Dulu dia kakak kelas di sekolahku, dan awal aku pacaran dengan dia, belum antar-jemput dia sih. Aku mulai antar-jemput dia ketika dia mulai minta, dengan alasan motornya dia dipakai sepupunya ke luar kota. Jadi sejak itu aku antar-jemput dia tiap ke sekolah.

Kamel: Dan aku selalu ikut, kak Harris. Karena aku curiga dia akan macam-macam kalau hanya berdua dengan Nadse.

Harris: Hmm, gitu ya. Gini ya Nadse, kalau cari pacar mendingan jangan yang seperti itu, malah terbalik kamu yang antar-jemput dia. Biasanya cowok seperti itu bisa merasa seperti raja, sehingga dia bertingkah semaunya. Oh iya Kamel, ini juga berlaku buat kamu.

Kamel: Oke kak Harris, lagian aku juga belum kepikiran pacaran kok.

Nadse: Aku juga, kak Harris. Sepertinya aku gak mau pacaran untuk sementara waktu dulu deh.

Harris: Baguslah, kalian lebih baik konsentrasi belajar di sekolah saja. Oh iya, kalau gitu aku mau ke dalam dulu ya, urusan pendaftaran kampus nih.

Nadse, Kamel: Oke, sampai jumpa, kak Harris.

Kedua siswi itu kembali ke dalam mobil Nadse, mereka pun meninggalkan parkiran kampus untuk pulang. Sedangkan Harris masuk ke dalam gedung kampus namun ia menunggu pacarnya dulu dengan duduk pada salah satu bangku di koridor kampus lantai 2, ia tak lupa tersenyum pada mahasiswa dan mahasiswi yang berlalu lalang.

Pukul 2 siang di warung makan dekat sekolah Velidan 01, William sedang makan siang bersama Noella, ada juga Derry, Vina, Bagus, Sonya, dan Aldo yang sekedar menemani mereka. Sembari menunggu makanan pesanan tiba, mereka berbincang-bincang.

Derry: Jadi beneran, Wil, tadi Shania nendang ‘itunya’ cowok kelas lain?

William: Iya Der, dan gue rasa sih tadi tenaga kakinya Shania sekitar 200 horsepower.

Bagus: Haha, sok bilang horsepower segala elu, Wil. Pelajaran Fisika elu aja pas-pasan.

William: Yeee, gue kan bilang sekitar, jadi gak tahu benar atau enggak.

Sonya: Terus kamu ngapain bilang angkanya, Wil?

William: Ya enggak apa-apa sih, biar Derry bisa ngukur dan tahu sekuat apa tendangannya Shania.

Derry: Ckckck, biarpun gue pintar Fisika, bukan berarti gue bisa ngukur begituan ya.

Vina: Iya nih, haha, kamu aneh-aneh saja Wil.

Noella: Hmm Wil, aku tahu kok ada satu cara agar kamu bisa mengukur tendangan Shania.

William: Eh sayang, jangan bilang kamu mau minta Shania tendang punyaku juga, jangan dong.

Noella: Hihi, enggak kok, gak perlu melibatkan Shania.

William: Oh bagus deh, memangnya caranya gimana? Ada alat ukurnya?

Noella: Ada dong, hahaha.

William: Wah, beneran ada alat ukur tenaga? Produk dari perusahaan mana?

Noella: Bukan berupa produk kok, sayang. Tapi... cara mengukurnya adalah dengan aku nendang punya kamu, gimana?

William: Yaelah, sama aja dong, ogah!

Noella tertawa melihat pacarnya bersungut-sungut. Bagus, Sonya, Derry, Vina, dan Aldo juga ikut menertawai William. Setelah itu Aldo pun ikut berkomentar.

Aldo: Berarti tebakan gue benar dong, tentang Shania.

William: Wah Do, jangan bilang elu suka pada Shania loh, elu kan udah tunangan.

Aldo: BUKAN, monyong, makanya dengar dulu, motong aja.

William terkekeh, kemudian Bagus menimpali.

Bagus: Memangnya elu tebak apa soal Shania, Do?

Aldo: Jadi gini, gue pernah menebak apa yang akan dilakukan Shania kalau berhadapan dengan cowok bermuka mesum, dan waktu itu gue bilang pada teman seangkatan gue dari kelas IPA 5.

Derry: Oh, elu bilang pada bang Devin ya, Do?

Aldo: Bukan sih, tapi pada Reno, soalnya mukanya rada mesum pas ngelihat Shania yang ngikutin gue ke kantin ngumpul bareng Devin dan yang lain. Dan ketika itu kan Shania masih nganggap gue musuh.

Mereka semua pun tertawa ringan, semenit kemudian makanan pesanan mereka tiba. Aldo pamit pulang pada teman-temannya karena ia juga mau makan siang di rumahnya.

Beberapa menit perjalanan dengan motornya, Aldo rupanya tidak jadi pulang, ia terlebih dulu melajukan motor menuju taman kota karena mau memastikan wujud asli kedua Guardian.

Dan seperti biasa, suasana taman kota sepi. Aldo memarkirkan motor menyandar pada sebuah pohon di dekat bangku taman, kemudian ia berjalan menuju pohon tempat DREAMSTONE berada.

Ketika tiba, ia disambut dengan cahaya yang terpancar dari DREAMSTONE, dan muncullah 2 sosok Unicorn di hadapannya.

Guardian pria: Hello the chosen one, what brings you here? (Hai orang terpilih, apa yang membuatmu datang kesini?)

Guardian wanita: Yes, is there any questions you want to ask us? (Adakah pertanyaan yang ingin kau tanyakan pada kami?)

Aldo: Oh, aku hanya ingin memastikan wujud kalian, dan rupanya tetap seperti ini. Apakah kalian tidak bisa merubah diri menjadi sosok manusia lagi?

Guardian pria: Of course we can, the chosen one. (Tentu saja kami masih bisa, orang terpilih.)

Guardian wanita: Yes, and do you want to see our face in human form? (Ya, dan apakah kamu mau melihat wajah kami dalam wujud manusia?)

Aldo: Boleh saja, aku seperti mengenal wajah di balik hoodie kalian. Tolong berubah ke wujud manusia sekarang, dan tunjukkan wajah kalian setelah itu.

Kedua unicorn itu menganggukkan kepala, dan perlahan mereka berubah menjadi sosok manusia dengan pakaian yang berwarna sama dengan DREAMSTONE. Wajah mereka masih ditutupi hoodie, kemudian dengan perlahan mereka menunjukkan wajah di balik hoodie masing-masing. Aldo terkejut melihat wajah kedua Guardian DREAMSTONE, karena wajah Guardian pria mirip dengannya meskipun terlihat lebih tua, begitu juga Guardian wanita yang berwajah mirip dengan Naomi namun terlihat lebih dewasa.

Guardian wanita: So, this is our face in human form, the chosen one. (Jadi, inilah wajah kami dalam wujud manusia, orang terpilih.)

Guardian pria: Yes, and we are the reflection of you and your fiancée. (Ya, dan kami adalah perwujudan dirimu dan tunanganmu.)

Aldo: Tunggu dulu, apakah wajah kalian dalam bentuk manusia hanya seperti ini?

Guardian pria: Well, actually we can also transform into other people, with their face too. (Ya, sebenarnya kami juga dapat berubah menjadi orang lain, dengan wajah mereka juga.)

Guardian wanita: But we cannot maintain our face too long if we do that, so we will revert back into this face. (Tapi kami tidak bisa mempertahankan wajah kami dalam kurun waktu lama jika kami berubah, sehingga kami akan kembali ke wajah seperti ini.)

Aldo: Oh, begitu rupanya. Sebenarnya aku mau tanya satu hal lagi.

Guardian pria dan Guardian wanita mengangguk pertanda mereka siap menjawab pertanyaan yang akan diajukan Aldo.

Aldo: Apakah bentuk DREAMSTONE memang sekecil kelereng begini?

Guardian pria: No, its size is actually similar to the Emerald in this world. (Tidak, ukurannya sebenarnya sama seperti Emerald di dunia ini.)

Guardian wanita: And now we will show you the real size of DREAMSTONE. (Dan sekarang kami akan menunjukkanmu ukuran sebenarnya dari DREAMSTONE.)

Kedua Guardian itu menghadap DREAMSTONE yang bersinar, mereka mengarahkan tangan pada DREAMSTONE lalu mengeluarkan semacam aura energi warna hijau dari tangan mereka. Aldo melihat wujud DREAMSTONE yang perlahan membesar dari seukuran kelereng hingga jadi segenggam tangannya. DREAMSTONE itu tetap bersinar, kedua Guardian menatap kembali pada Aldo.

Guardian pria: Now you see DREAMSTONE’s real size, the chosen one. (Sekarang kau melihat ukuran asli DREAMSTONE, orang terpilih.)

Guardian wanita: We both decide to shrink it when you first find DREAMSTONE, the chosen one. (Kami berdua memutuskan untuk mengecilkan ukurannya ketika pertama kali kau menemukan DREAMSTONE, orang terpilih.)

Aldo: Kenapa kalian memperkecil ukuran asli DREAMSTONE?

Guardian pria: Because our leader recommend us to do that, the chosen one. But now the DREAMSTONE will always at this size.(Karena pemimpin kami menyarankan kami untuk melakukannya, orang terpilih. Namun sekarang DREAMSTONE akan selalu berukuran begini.)

Aldo: Baiklah, aku tidak ada pertanyaan lagi.

Guardian wanita: See you again, the chosen one. (Sampai jumpa lagi, orang terpilih.)

Aldo mengangguk, dan perlahan sosok kedua Guardian menjadi bayang-bayang lalu menghilang. DREAMSTONE pun padam cahayanya. Setelah itu Aldo memutuskan untuk pulang, ia menuju motornya kembali dan melanjutkan perjalanan pulang ke rumahnya.

Aldo sampai di rumah belasan menit kemudian, ia masuk ke dalam rumahnya setelah memarkirkan motor. Lalu seperti biasa ia pergi ke meja makan dan sudah ada makan siang yang dibuatkan kakaknya, dengan kertas berisi tulisan tangan Melody yang berbunyi ‘Have a nice lunch’ dan ditambah lingkaran yang menunjukkan wajah tersenyum. Aldo juga tersenyum sebelum mulai makan siang.

~---------------------0-O-0---------------------~

Di malam harinya, Aldo sedang berbaring di kasurnya sambil menonton anime dari youtube. Setelah merasa matanya berat, ia berhenti menonton dan menutup aplikasi internet browser pada smartphone-nya. Tak butuh waktu lama setelah memejamkan mata hingga pemuda itu terlelap.

Aldo’s dream start...

Sekarang adalah hari Kamis, tanggal 24 Agustus 2017. Ketika waktu istirahat kedua, di kantin sekolahnya Aldo sedang bersama Shania, ia menemani tunangannya yang sedang makan. Ia sendiri sudah lebih dulu makan pada saat waktu istirahat pertama lalu. Saat Shania sudah selesai makan, Aldo pun bertanya sesuatu.

Aldo: Nia, kamu mau gak memberitahu aku siapa saja cowok yang pernah mencium kamu?

Shania: Hmm, kenapa kamu mau tahu, darling? Aku cuma ciuman sekali dengan mereka kok masing-masing, salah satunya Yudha.

Aldo: Iya aku tahu dan ingat kalau Yudha pernah ciuman dengan kamu, tapi kan 4 orang lagi di kelas lain aku belum tahu siapa orangnya. Sekarang kita sudah tunangan, aku mau tidak ada rahasia diantara kita.

Shania: Emm, gitu ya. Baik darling, aku akan memberitahu kamu. Tapi biar cepat, kita gak usah datangi mereka satu persatu. Aku suruh mereka datang kesini, dengan hubungi mereka lewat HP aja ya, soalnya aku masih punya nomor kontak mereka.

Aldo mengangguk, dan Shania mengeluarkan smartphone dari saku roknya. Ia mengirim SMS pada 4 orang dengan masing-masing kontaknya dibaca oleh Aldo adalah ‘cypcd1’, ‘cypcd2’, ‘cypcd3’, ‘cypcd4’. Tentu saja Aldo heran melihat nama kontak pada handphone tunangannya itu.

Shania: Mereka berbeda-beda kelas, darling. Aku udah minta mereka kesini, untuk kenalan dengan kamu.

Aldo: Tunggu dulu, Nia. Aku gak ngerti deh, itu nama kontaknya kok aneh banget, pakai ada nomornya 1, 2, 3, 4 segala.

Shania: Oh, cypcd adalah singkatan loh, darling.

Aldo: Memangnya apa kepanjangannya?

Shania: Itu kepanjangannya adalah ‘cowok yang pernah ciuman denganku’.

Aldo tertawa ringan mendengar perkataan Shania. Sedangkan Shania cemberut karena merasa ditertawai, ia mencubit pinggang tunangannya.

Aldo: Aduh, ampun Nia, hahaha.

Shania: Ih darling, kamu pasti nertawain aku ya.

Aldo: Hehe, habisnya kamu bikin nama kontak begitu sih.

Shania: Aku bikin begitu kan biar ortu aku gak curiga kalau aku pernah ciuman dengan beberapa cowok. Kalau aku bikin nama mereka, pasti aku akan ditanyai dong.

Aldo: Hmm, benar juga sih.

Shania: Nah, kamu lihat deh, mereka udah datang.

Shania menunjuk ke arah pintu masuk kantin, dimana ada 4 orang siswa baru memasuki kantin, ada satu siswa yang berkacamata, ada satu siswa yang rambutnya gondrong, ada satu siswa yang rambutnya belah pinggir, dan satu siswa yang baju seragamnya paling kusut.

Keempat siswa itu berdiri berjejer, dan Shania memberitahu Aldo satu persatu. Siswa yang ‘cypcd1’ adalah siswa yang rambutnya belah pinggir, namanya Lukman, berasal dari kelas 12 IPA 8.

Lukman: Hai bro, elu tunangan Shania ya? Nama gue Lukman.

Aldo dan Lukman bersalaman sejenak, setelah itu Aldo bertanya padanya.

Aldo: Pacar elu siapa? Kalau gak mau beritahu juga gak apa-apa.

Lukman: Haha, tentu bro, gue akan beritahu, pacar gue namanya Rachel, kelas 12 IPS 2.

Aldo memanggut-manggut, kemudian Shania mengenalkannya pada ‘cypcd2’ yaitu siswa yang berkacamata. Namanya Dedi, dan berasal dari kelas 12 IPS 3. Aldo mencium aroma wangi yang berasal dari tangannya saat mereka bersalaman beberapa detik.

Dedi: Salam kenal bro, nama gue Dedi, pacar gue namanya Ratu Vienny, biasa dipanggil Viny, kelas 12 IPA 2.

Aldo: Oh, terus gue mau nanya nih, ini kok tangan elu ada wangi ya?

Dedi: Haha, itu karena gue pakai hand sanitizer, bro, karena gue memang terbiasa higienis, nyokap dan bokap gue yang ajarin.

Aldo memanggut-manggut, Shania yang dari tadi mengeryitkan alis pun ditanyai Dedi.

Dedi: Kenapa, Shan? Kamu kok kayak heran gitu pas aku kenalan sama tunangan kamu?

Shania: Enggak, aku herannya karena seingatku kamu pacaran dengan Acha, anak kelas 12 IPS 2 kan?

Dedi: Oh itu, aku udah putus dari Acha kok, soalnya dia alergi dengan bau hand sanitizer-ku makanya minta putus padaku.

Aldo: Buset, cuma karena itu elu dimintai putus oleh cewek elu?

Dedi: Yo’i bro, gue sih fine-fine aja, soalnya gue tetangga-an sama pacar gue yang sekarang.

Setelah itu Shania memperkenalkan ‘cypcd3’ pada Aldo, yaitu siswa yang baju seragamnya paling kusut. Nama siswa itu adalah Beno, berasal dari kelas 12 IPS 8.

Beno: Hei bro, nama gue Beno, nama pacar gue adalah siswi yang udah lulus, namanya kak Dhike.

Aldo: Oh Dhike, gue kenal kok. Dia dulu kelas 12 IPS 4 kan?

Beno mengangguk, lalu Shania juga memperkenalkan ‘cypcd4’ pada Aldo. Siswa yang rambutnya gondrong, bernama Ujang dari tag name-nya. Mereka juga tak lupa bersalaman.

Ujang: Hai bro, gue cowok keempat yang pernah ciuman dengan Shania, nama gue Ujang, gue kelas 12 IPA 1.

Aldo: Hmm, terus siapa pacar elu?

Ujang: Setelah gue ciuman dengan Shania, gue beberapa hari kemudian pacaran dengan kak Ghaida, kelas 12 IPS 4 tahun lalu. Tapi sekarang udah putus.

Aldo: Wah, putusnya karena apa?

Ujang: Kata kak Ghaida sih, dia mau pindah pergi kuliah ke luar kota. Jadi biar gue gak kesepian gara-gara nantinya jadi LDR, dia minta putus dan menyarankan gue cari pacar baru deh.

Aldo: Oh, lalu elu udah dapat pacar baru?

Ujang: Udah sih, 2 hari lalu gue jadian dengan cewek yang bernama panggilan Anin.

Aldo: Wah, Anin adiknya Devin kan?

Ujang: Hehe, iya bro, gue juga udah beritahu bang Devin kok.

Mereka berbincang sebentar, dan setelah itu keempat ‘cypcd’-nya Shania permisi kembali ke kelas masing-masing.

Aldo: Hmm Nia, kalau si Yudha kok dia pernah bilang kalau ‘konon’ cowok yang ciuman dengan kamu akan cepat dapat pacar? Dia kenal dengan salah satu dari 4 cowok tadi ya?

Shania: Iya darling, Yudha kan bertetangga dengan Lukman. Dan Lukman yang awalnya ‘mempromosikan’ aku pada cowok-cowok lainnya, jahat banget deh dia.

Aldo: Haha, sudahlah Nia, itu kan udah berlalu, pasti dia gak berniat jahat kok, mungkin cuma iseng. Dan kayaknya dia gak sengaja kenal dengan 3 cowok lainnya yang tadi. Tapi kenapa Lukman bisa mengajak kamu ciuman?

Shania: Waktu itu sih dia cuma sekedar mau ciuman dengan cewek yang memiliki tahi lalat sih, soalnya menurut dia tahi lalat adalah simbol keberuntungan.

Aldo: Hehe, ada-ada aja.

Shania: Hmm, sekarang kamu udah tahu kan, aku pernah ciuman dengan cowok mana aja. Selain 4 cowok tadi dan Yudha, cuma kamu juga yang pernah ciuman denganku, darling.

Aldo: Iya, aku percaya kok Nia. Jadi kamu lebih suka ciuman dengan siapa diantara aku dan kelima cowok itu?

Shania: Emm, sulit dibilang sih, darling. Soalnya kan sama aja gitu, cuma dengan kamu aja yang beda.

Aldo: Iya dong beda, kan aku pertama kali ciuman dengan kamu setelah kita mulai pacaran.

Shania: Hihihi, mungkin gitu deh.

Semenit kemudian waktu istirahat kedua habis, Shania membayar makan lebih dulu kemudian digandeng Aldo menuju ke kelas 12 IPA 3. Aldo sempat menyentil pelan telinga Indra, karena ia sedang tertawa-tawa bersama Yupi di bangku panjang dekat kelas itu.

Aldo’s dream end.

Pagi harinya, Aldo terbangun pada pukul 06:15. Ia segera mandi, setelah selesai mengenakan seragam sekolah barulah ia turun ke lantai bawah. Dilihatnya di dapur tidak ada orang, dan ia pergi ke kamar Melody. Perlahan ia membuka pintu kamar kakaknya, dan tersenyum melihat Melody yang masih belum bangun. Maka ia tak mau mengganggu tidur kakaknya, dan memutuskan untuk sarapan pagi di sekolah.

Sesampainya di kelas 12 IPA 3, ia melihat bangkunya dikerumuni Bagus, Sonya, Derry, Vina, William, serta Noella yang seharusnya tidak berada di kelas itu. Aldo menyapa mereka, dan ia pun tahu apa yang mereka bicarakan. Rupanya Sinka ingin tahu tentang kejadian kemarin, yaitu Fredi yang ‘itu’nya ditendang Shania.

Aldo: Yaelah Sinka, kepo banget sih kamu.

Sinka: Ih, terserah aku dong, lagian William gak keberatan cerita padaku kok.

Aldo: Hmm, terus kenapa ini Noella ada disini?

Noella: Aku disini biar William gak rayu Sinka, Do. Hihih.

William: Yaelah, curiga banget sih.

Mereka pun menertawai William, dan Derry ikut bicara.

Derry: Haha, habisnya elu kan suka cari kesempatan, Wil.

William: Ini lagi, seenaknya nuduh aja elu Der.

Noella: Oh iya, ngomong-ngomong si Fredi tetangga-an dengan aku loh.

Sonya: Hah? Beneran nih?

Noella: Iya, dan dia juga pernah ngelus dagu aku, itu sewaktu aku baru pindah dari luar kota.

Bagus: Terus berarti elu pernah nendang ‘itu’nya dia dong?

Noella: Hihi, enggak pernah sih, tapi waktu itu aku melintir tangan dia.

Derry: Wiih, jadi dia kesakitan ya?

Noella: Ya tentu dong, memangnya kamu mau coba, Derry?

Derry: Buset, ya enggaklah!

Kini Derry yang ditertawai mereka, dan Vina pun ikut berkomentar.

Vina: Hihi, lagian ngapain kamu tanya, sayang?

Derry: Ya... kan beda sakitnya, siapa tahu lebih sakit di tangan daripada di ‘itu’.

Bagus: Makanya Der, biar bisa membandingkan, elu harus bersedia ditendang juga pada ‘itu’ oleh Shania dan tangan elu juga dipelintir oleh Noella setelahnya.

Derry: Enak aja elu, gue kan gak salah apa-apa, kunyuk.

Derry kembali ditertawai mereka yang ada di dekat bangku Sinka dan Aldo. Setelah menyelesaikan tawa, Noella kembali bicara.

Noella: Kayaknya aku tahu deh kenapa Fredi suka ngelus dagu cewek.

Aldo: Hah? Kok kamu bisa tahu?

Noella: Aku denger dari tetangga yang lain, kalau Fredi begitu karena bokapnya dia dulu cerai dengan nyokapnya waktu dia berusia 3 tahun. Alasan nyokapnya cerai karena tertarik pada bule yang sedang berlibur ke Danau Toba.

Bagus: Hmm, apa hubungannya dengan seorang bule? Apakah karena bule itu kaya?

Noella: Kayaknya sih gitu, nyokapnya Fredi kan dulu jadi tour guide, sedangkan bokapnya Fredi baru memulai usaha. Otomatis gaji nyokapnya lebih gede, dan ada seorang bule yang tertarik untuk memperistri nyokapnya, jadi nyokapnya minta cerai deh pada bokapnya Fredi.

Mereka semua memanggut-manggut, Aldo pun kembali bicara.

Aldo: Kalau benar begitu, gak heran sih kalau Fredi jadi bersikap seperti itu. Tapi gimana dengan tetangganya, yaitu Joe yang sama sifatnya dengan Fredi?

Noella: Oh iya, aku hampir lupa, kalau Joe sih gak terlalu beda dengan Fredi, nyokapnya juga minta cerai pada bokapnya. Tapi bedanya adalah, kalau nyokapnya Fredi sekarang tinggal di luar negeri bersama suaminya yaitu si bule, sedangkan nyokapnya Joe tinggal di kota Palembang bersama suaminya yang pengusaha sukses disana.

Indra: Hmm, pantes aja Fredi berpikiran begitu soal cewek.

Bagus, Derry, Vina, Sinka, Sonya, William, dan Noella terkejut menyadari Indra yang sudah berada di belakang Bagus dan Derry. Aldo terkekeh, ia tadi tahu sewaktu Indra mulai menguping perkataan Noella tentang Fredi.

Derry: Yaelah Do, malah tertawa sendiri elu. Apa yang elu tertawain?

Aldo: Enggak apa-apa, lucu aja ngelihat kalian terkejut gitu begitu Indra ikutan ngomong.

Bagus: Ckckck, memangnya elu gak terkejut karena tiba-tiba ada Indra, Do?

Aldo: Enggak, soalnya gue udah tahu tadi sewaktu Indra datang nguping, hahaha.

Indra: Lagian kalian pada lebay deh, memangnya gue hantu, sehingga kalian terkejut dengan kedatangan gue.

Mereka kembali tertawa, dan setelah itu Noella permisi untuk kembali ke kelasnya. Setelah bubarnya Bagus, Sonya, Derry, Vina, Indra, dan William ke bangku mereka masing-masing, barulah Aldo duduk di bangkunya yang tadi sempat diduduki Bagus.

~---------------------0-O-0---------------------~

Beberapa hari kemudian, tepatnya hari Senin tanggal 19 September 2016. Aldo sedang melajukan motornya menuju Moonlight cafe sehabis makan siang di rumahnya. Ia mendapat SMS dari Devin yang memintanya ke sana, namun tidak menyebutkan apa keperluan Devin padanya.

Setelah Aldo memarkirkan motor, ia pun masuk ke dalam kafe itu dan bergabung dengan teman-temannya. Ada 2 meja untuk 4 orang yang bersebelahan dan sudah ditempati Devin, Jaka, Hilman, Harris, Reno, Bondan dan Andi. Aldo pun bergabung pada meja tempat duduk Devin, Jaka, dan Hilman. Ia duduk di samping Devin.

Aldo: Ada apa, Vin? Kok elu minta gue datang?

Jaka: Iya nih Vin, aneh deh elu, kayak mau bicara soal bisnis aja, menyuruh kami datang.

Hilman: Pakai bilang ‘urgent’ segala, untung gue dan Jaka lagi ada waktu senggang, jadi kami bisa bareng ke sini.

Devin: Ya... gak apa-apa sih, gue ngajak kalian untuk cuci mata aja, soalnya coba kalian lihat deh sekeliling kafe ini, banyak cewek cantik.

Aldo, Jaka, Hilman, Harris, Reno, Bondan, dan Andi melihat sekeliing kafe, mereka pun tahu benarnya perkataan Devin. Namun mereka segera kompak menggeleng-geleng kepala sambil menatap Devin.

Devin: Hehe, kenapa elu semua pada lihatin gue?

Harris: Ckckck Devin, elu ngajak kami ke sini cuma buat cuci mata bareng, dasar gesrek elu.

Reno: Gue seneng-seneng aja sih Vin, tapi masalahnya gue tadi habis jalan bareng Caroline, dan terpaksa ngantarin dia pulang lebih cepat, elu sih bilang ‘urgent’ jadinya gue buru-buru ke sini deh.

Andi: Sama, gue juga habis jalan dengan Anna, elu tiba-tiba bilang ‘cepat ke Moonlight cafe, Di! Ada urusan urgent!’ makanya si Anna sempat nanya gue apa itu urusan urgent, gue jawab aja gak tahu. Untung dia gak nanya lagi.

Bondan: Ah, kalau tahu gini, mending gue pulang aja deh.

Jaka: Iya nih, gak ada yang penting juga kok.

Devin: Eits, jangan pulang dulu dong guys, gue barusan bercanda kok soal cuci mata itu. Sebenarnya sih tujuan gue minta kalian datang kan sekarang anggap aja kita ngumpul lagi, soalnya terakhir kali kita ngumpul kan sewaktu Aldo tunangan sama ‘permaisuri’nya hahaha.

Mereka semua pun tertawa, termasuk Aldo yang kemudian merespon ledekan temannya.

Aldo: Haha, kampret lu Vin, bilang dong dari tadi, diantara kita semua disini cuma elu yang ‘permaisuri’nya adalah adik kelas.

Mereka kembali tertawa, kemudian Bondan menimpali.

Bondan: Pantesan elu mau cuci mata, Vin, karena cewek elu adik kelas ahahah, jadinya gak ketemuan di kampus.

Devin: Ckckck, kan gue tadi bilang cuma bercanda, lagian ini si Aldo juga gak ketemu Naomi di kampus.

Hilman: Kalau Aldo kan beda, Vin. Dia udah tunangan, jadi udah aman hubungan dia dengan Naomi.

Aldo: Heheh, kenapa elu ngomong begitu, Man? Jangan bilang elu merasa hubungan elu dengan Yuli gak aman?

Hilman: Monyong lu Do, bukannya begitu, gue cuma merasa kayaknya mau tunangan juga deh dengan Yuli. Kalau elu juga mau kan, Jak?

Jaka: Yo’i, Man. Meskipun gue belum cukup lama pacaran dengan Lidya, tapi gue merasa perlu tunangan dengan dia.

Aldo: Haha, terserah elu berdua deh. Kalau kalian gimana?

Harris: Gue sih mau jalani aja deh dengan Fanny, tunangannya sewaktu mendekati semester akhir aja.

Bondan: Kalau gue, kayaknya gak merasa tunangan itu perlu deh.

Aldo: Wah Dan, jangan-jangan elu masih mengharapin kakak gue? Ckckckck.

Bondan: Kunyuk elu Do, mana ada gue ngomong begitu.

Bondan memasang muka masam pada Aldo, yang disambut mereka semua dengan cengengesan. Setelah itu Devin pun kembali bicara.

Devin: Haha, jadi beneran elu gak mengharapin kakaknya Aldo lagi, Dan?

Bondan: Elu lagi Vin, ikut-ikutan Aldo aja. Gue udah berniat menikahi Susi pada semester depan, puas kan elu?

Mereka semua bertepuk tangan, juga mengacungkan jempol pada Bondan. Andi merespon perkataan Bondan barusan.

Andi: Jadi elu nanti undang kami kan, Dan?

Bondan: Iya-iya, pasti itu, tapi mungkin acaranya gak begitu besar.

Jaka: Ya gak apa-apa, kan yang penting elu udah memantapkan diri untuk nikah.

Hilman: Elu udah siap mental buat nikah, Dan?

Bondan: Iya, gue udah siap mental kok, soalnya kan gue udah mulai membuka usaha sendiri, meskipun modal dari ortu sih.

Harris: Haha, emangnya elu usaha apa, Dan? Kasih tahu kita-kita dong.

Bondan: Emm, kayaknya kalian gak perlu tahu dulu deh, nanti kalau udah mulai sukses usaha gue, barulah gue akan beritahu kalian. Tenang aja guys, usaha gue bersifat positif kok.

Reno: Okelah, kami tunggu info dari elu ya Dan.

Sehabis itu mereka mulai mengobrol seputar olahraga, Aldo permisi ke toilet dulu. Seusai dari toilet, Aldo bertemu dengan Violet yang juga baru keluar dari toilet cewek di sebelah.

Aldo: Eh, Vio, kamu kok ada disini?

Violet: Emm kak Aldo, aku lagi jalan bareng teman.

Baru saja Violet berkata begitu, datang 2 orang gadis yang menghampirinya.

Violet: Eh kak Yuri, kak Gaby. Kenapa nyusulin aku?

Yuriva: Vio, kamu lama di toilet sih.

Gaby: Kami takut kamu kenapa-napa makanya kami nyusulin. Ini siapa yang bersama kamu?

Violet: Oh, kak Aldo, perkenalkan ini teman-teman aku.

Gaby: Halo, perkenalkan namaku Gabriela Margareth, panggil saja Gaby.

Yuriva: Kalau namaku Zahra Yuriva, panggil saja Yuri.

Aldo: Emm, namaku Aldo. Salam kenal, Gaby, Yuri. Tapi kok aku gak pernah lihat kalian di sekolah Velidan 01 ya?

Gaby: Iya tentu saja, kami bukan bersekolah di Velidan 01, tapi di Velidan 02.

Yuriva: Vio dulu kan sekolah disana juga, jadi sekarang lagi kumpul bareng teman-temannya yang juga bersekolah di Velidan 02.

Aldo: Oh gitu, pantesan. Kalian udah ijin pada kakak-kakaknya Vio atau belum?

Violet: Udah kok kak Aldo, aku udah ijin pada kak Rendy, kak Ve, dan kak Gre. Nanti juga kak Ve mau jemput aku kalau udah mau pulang. Aku tadi kesini diajakin kak Gaby.

Aldo: Hmm, Gaby, kalau boleh aku tahu, kamu kelas berapa ya?

Gaby: Aku kelas 12, Aldo. Kenapa?

Aldo: Enggak apa-apa kok, aku cuma heran aja kok kayaknya wajahmu seperi mahasiswi.

Gaby: Ih, jadi maksud kamu, aku kelihatan tua, gitu?

Gaby memanyunkan bibir, dan ditertawai oleh Aldo, Yuriva, dan Violet. Kemudian Aldo kembali bicara.

Aldo: Hehe, maaf ya, bukan bermaksud ngeledek, soalnya kenyataannya gitu menurutku.

Gaby: Hmm, ya emang gini sih mukaku, mau gimana lagi. Aku maafin kamu, karena kamu jujur bilang soal aku yang kelihatan tua.

Sehabis itu Yuriva, Gaby, dan Violet berpisah dengan Aldo. Mereka kembali ke meja dimana ada beberapa siswi SMA seumuran Violet sedang duduk. Aldo dapat melihat bahwa hanya Gaby yang tidak mengenakan seragam SMA, sedangkan Yuriva dan Violet juga masih mengenakan seragam sekolah. Ia tersenyum melihat Violet yang sepertinya sangat akrab dengan teman-temannya.

Ketika Aldo kembali bergabung dengan Devin dan yang lain, ia pun mendapat pertanyaan dari Bondan.

Bondan: Do, lama amat lu di toilet, ngapain? Habisin sabun?

Aldo: Enak aja lu, asal ngomong aja. Lagian gak ada sabun di toilet.

Mereka bertujuh terkekeh melihat muka masam Aldo yang ditujukan pada Bondan. Sehabis terkekeh Bondan kembali bicara.

Bondan: Ya kali aja Do, hehe. Jadi elu tadi ngapain, BAB ya?

Aldo: Bukan, gue tadi ngobrol dengan Violet, adiknya kak Ve.

Mereka mengangakan mulut dan mengangguk-angguk, lalu Jaka bertanya padanya.

Jaka: Eh Do, elu gak pulang? Ini udah jam 4 sore loh, nanti kak Melody cariin elu.

Aldo: Oh iya, yaudah gue cabut duluan ya guys.

Hilman: Oke Do, hati-hati.

Aldo melakukan tos satu persatu dengan teman-temannya sebelum berjalan keluar kafe itu, ia pun menuju motornya yang terparkir. Setelah itu ia mulai menjalankan motor kembali ke rumah.

Malam hari tiba, pukul 10 malam Aldo baru merasa ngantuk setelah chatting selama 2 jam dengan Naomi.

Aldo’s dream start...

Tanggal 28 Agustus 2017, Aldo sedang berada di rumah Ve pada siang hari seusai pulang sekolah. Ia diajak makan siang, setelah ijin pada kedua ortunya maka ia menyanggupi karena merasa tidak enak telah melupakan hari ulang tahun Ve yang telah lewat 9 hari lalu. Ve mengajaknya makan siang dengan memberitahu juga kalau makan siang itu hanya sekedar perayaan kecil karena Rendy yang memesan makanan dari restoran juga lupa hari ultahnya Ve.

Sehabis makan siang, Ve mengajak Aldo menonton TV di ruang tamu, ia fokus menonton acara talkshow hingga Aldo bertanya padanya.

Aldo: Kak Ve, gimana dengan kak Marko? Kalian ketemuan di kampus gak saling menghindar kan?

Ve: Hmm, kamu ngomong apa sih, Aldo? Marko kan kuliahnya di luar negeri.

Aldo: Hah? Beneran, kak Ve?

Ve: Iya Aldo, dia kuliah di Italia, jurusan seni lukis. Dia bercita-cita menjadi pelukis, tapi kayaknya selain itu dia juga akan menekuni bidang kuliner deh, soalnya dia bekerja di restoran dekat tempat dia kuliah.

Aldo: Jadi, kak Ve sering komunikasi dengan dia?

Ve: Hihi, kamu benar, soalnya Marko kan udah nganggap aku teman biasa, jadi dia juga cerita pengalaman dia disana bukan cuma pada aku, tapi pada keluarganya dan juga teman-temannya yang lain. Ada apa kamu nanya soal dia?

Aldo: Ya gak apa-apa sih, soalnya kan aku nganggap dia teman juga, dia yang ngajarin aku tips mempelajari bahasa Italia.

Ve: Emm, sebenarnya dia juga pernah bilang padaku sih, kalau dia memutuskan untuk kuliah seni lukis karena kamu mengajarinya teknik menggambar. Benarkah itu?

Aldo: Iya kak Ve, aku pernah mengajari kak Marko teknik menggambar, soalnya dia tertarik waktu melihat aku iseng gambar tokoh anime.

Ve: Kalau begitu aku ucapin terima kasih buat kamu ya, karena berkat kamu akhirnya Marko sudah punya visi masa depan, soalnya dia sempat bingung mau kuliah jurusan apa setelah lulus SMA. Sebagai mantan pacarnya, aku berterimakasih pada kamu.

Aldo: Haha, sama-sama deh kak Ve.

Setelah itu mereka tidak berbicara lagi, Aldo pun pulang ke rumahnya ketika senja tiba.

Aldo’s dream end.

Aldo terbangun dan bersiap mandi untuk menjalani aktivitas hariannya dengan sukacita.

~---------------------0-O-0---------------------~

Siang hari seusai pulang sekolah, Aldo memutuskan untuk pergi ke rumah Naomi karena di sekolah tadi dia diberitahu tunangannya bahwa hari Selasa ini Naomi tidak ada jadwal kuliah. Namun terlebih dulu ia makan siang di rumahnya karena Melody sudah membuatkannya makan siang seperti biasa.

Sesudah selesai makan siang dan berganti pakaian, Aldo melajukan motor menuju rumah Naomi. Ia disambut tunangannya dengan sukacita, mereka memutuskan untuk jalan-jalan di sekitar perumahan.

Beberapa lama berjalan, Aldo dan Naomi melewati jalanan yang cukup banyak pepohonan di sekelilingnya. Maka Aldo merasa perlu memotret Naomi karena ia tidak pernah punya foto tunangannya. Naomi setuju saja, dan segera berpose. Kemudian Aldo menggunakan smartphone-nya untuk memotret tunangannya yang sudah berpose.


Aldo tersenyum melihat pose tunangannya, dan Naomi pun menghampirinya untuk melihat foto itu juga.

Naomi: Nah, kamu jangan protes ya kalau di foto ini aku gak terlalu cantik.

Aldo: Hehe, enggak dong, kan aku yang minta foto dadakan, aku suka kok pose kamu.

Naomi tersenyum, dan juga dibalas senyuman Aldo. Mereka berciuman sebentar di tempat yang cukup sepi itu, dan kembali ke rumah Naomi setelah bosan berjalan-jalan.


TO BE CONCLUDED...


By: E.D.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Between Dream And Reality, Part 12

GALLANT IMPACT, Chapter 25

GALLANT IMPACT, Chapter 29