Between Dream And Reality, Part 24

Part 24: The Final Countdown

Sepulangnya Aldo dari rumah Naomi, ia tidak melihat ada mobil Melody. Itu artinya kakaknya belum pulang kuliah, maka ia memasuki rumah setelah memarkirkan motor. Merasa kakinya agak letih, maka dia duduk sejenak di sofa ruang tamu untuk beristirahat dan mulai memejamkan mata namun tidak tidur. Beberapa menit kemudian, Melody sudah pulang dan saat memasuki rumah ia terheran melihat Aldo yang memejamkan mata dengan duduk di sofa ruang tamu.

Melody mengusap pipi kanan Aldo, kemudian ia terkejut ketika adiknya membuka mata.

Aldo: Eh, Kakak udah pulang?

Melody: Hmm, Kakak kira kamu tidur, dek. Jadi Kakak barusan mau bangunin kamu kalau ternyata kamu tidur.

Aldo: Enggak kok Kak, aku cuma istirahat sejenak, habis jalan dengan Naomi.

Melody: Cieee.... jalan kemana tadi?

Aldo: Hahah, apaan sih Kak, cuma jalan-jalan sekitar rumahnya Naomi kok.

Mereka berbincang sejenak, Aldo menanyakan kegiatan kampus kakaknya. Melody memberitahu adiknya mengenai perkuliahannya yang mulai banyak tugas.

Ketika malam tiba, Aldo memejamkan mata pada pukul 9 lewat 50 menit.

Aldo’s dream start...

Kini tanggal 30 Agustus 2017, Aldo sedang menunggu waktu pulang sekolah karena ia mau menemui kedua Guardian. Bel akhirnya berbunyi, Aldo seperti biasa mengantar Shania pulang dulu, setelah itu barulah ia melajukan motornya menuju taman kota.

Seperti dugaannya, ia melihat 2 unicorn menyambutnya dengan DREAMSTONE yang bercahaya setiap kali ia datang.

Guardian pria: Hai orang terpilih, kami tahu apa perlumu ke sini.

Guardian wanita: Benar, kau pasti ingin kami kembali ke wujud manusia, bukan?

Aldo: Ya, itu benar, tolong kalian berubah ke wujud manusia.

Perlahan kedua unicorn itu bertransformasi menjadi manusia, dan Aldo melihat wujud Guardian pria sama seperti di kehidupan nyata namun Guardian wanita sedikit lebih tinggi. Ia pun makin menduga-duga, untuk menuntaskan rasa penasarannya ia bertanya.

Aldo: Bisakah kalian tunjukkan wajah di balik hoodie kalian itu?

Guardian pria & Guardian wanita: Tentu saja, orang terpilih.

Kedua Guardian itu lalu menunjukkan wajah mereka pada Aldo. Dan benar dugaan Aldo, sosok Guardian pria itu berwajah seperti dirinya yang terlihat lebih tua beberapa tahun. Sedangkan sosok Guardian wanita adalah seperti Shania yang terlihat lebih dewasa.

Aldo: Jadi, benar dugaanku, kalau wajah kalian akan menyerupai diriku dan tunanganku.

Guardian pria: Tentu saja, orang terpilih. Kami bisa mempertahankan wajah ini lebih lama daripada wajah lainnya.

Guardian wanita: Dan postur tubuh kami juga hampir sama dengan dirimu dan tunanganmu, orang terpilih.

Aldo: Jadi kalau misalkan kalian berubah menjadi orang gendut yang kukenal, kalian tidak bisa mempertahankan bentuk tubuh kalian lebih lama.

Guardian pria: Haha, itu benar, orang terpilih. Namun kami bisa berubah menjadi siapa saja, tidak harus orang yang kamu kenal.

Guardian wanita: Dan kami bisa juga berubah menjadi sosok orang terpilih di dimensi lain.

Aldo: Wow, kalau begitu bolehkah kalian tunjukkan padaku?

Guardian wanita: Haha, maaf orang terpilih. Kalaupun kami bisa, itu hanya sekilas, tidak sampai hitungan satu detik di duniamu ini.

Guardian pria: Jadi percuma saja, lagipula kamu tidak akan mengenali mereka.

Aldo: Hmm, yasudah, kalian boleh pergi. Aku cuma mau memastikan dengan melihat wajah kalian dibalik hoodie.

Kedua Guardian itu mengangguk, kemudian perlahan mereka menghilang dari hadapan Aldo. Sinar dari DREAMSTONE pun perlahan pudar.

Aldo kembali ke motornya dan menaikinya pulang ke rumah. Saat sampai di rumah, ia terkejut mendapati ada mobil tantenya, ibunya Frieska.

Saat Aldo masuk ke dalam, ia menanyai ayah dan ibunya ada acara apa. Ayahnya menjawab kalau ada perayaan ultah ibunya Frieska di rumah mereka, dan nanti akan dihadiri teman-teman tantenya. Aldo mengetahui bahwa teman-teman tantenya adalah ortunya teman-temannya juga, yaitu ibunya Jaka, ibunya Devin, ibunya Indra, dan sebagainya. Tentu saja Jaka, Devin, Indra, dan yang lain juga turut menghadiri acara yang tidak terlalu besar itu.

Aldo’s dream end.

Ia menyambut pagi hari dengan sedikit terkejut, bahwa dugaannya benar yaitu wajah Guardian wanita di kehidupan mimpinya adalah wajah Shania yang sedikit terlihat lebih dewasa.

Aldo tiba di sekolah pada pukul 6:40 pagi, ia memasuki kelas dan heran melihat Tejo sedang dijewer telinga kanannya oleh Vania. Banyak siswa dan siswi kelas itu menertawainya di sekeliling.

Aldo: Ini ada apa ya, si Tejo kenapa dijewer, Vania?

Vania: Eh Aldo, ini loh, si Tejo meng-edit foto aku yang di-downloadnya dari instagram aku.

Aldo: Haha, memangnya di-edit seperti apa?

Nabilah: Fotonya di-edit dengan gigi Vania yang putih dijadikan warna merah darah, Do. Terus muncul tanduk merah juga di kepalanya, hahah.

Para siswa dan siswi itu kembali tertawa, sedangkan Tejo meringis kesakitan karena dari tadi telinga kanannya dijewer.

Tejo: Aduh, ampun Vania, gue cuma iseng aja.

Vania: Huh, iseng. Kenapa kamu iseng, memangnya aku punya salah sama kamu?

Tejo: Enggak sih, tapi gue lihat pada foto, gigi elu kayak taring vampir, makanya gue jadi pengen edit deh.

Vania: Terus kalau kamu anggap aku vampir, kenapa kamu gak edit juga pakaian aku jadi seperti jubah vampir juga?

Tejo: Maunya gitu sih, tapi karena gue gak sanggup ngedit sejauh itu, jadi gue bikin alternatif deh.

Indra: Alternatifnya yaitu tanduk setan ya, hahaha.

Tejo: Nah, benar itu, eh!

Vania semakin kuat menjewer telinga Tejo, bahkan sekarang kedua-duanya. Siswa dan siswi yang mengerumuni mereka kembali tertawa. Tak lama kemudian bel berbunyi pertanda jam pelajaran pertama akan dimulai, maka Vania melepaskan jeweran pada Tejo. Para murid kelas 12 IPA 3 duduk di bangku mereka masing-masing, meskipun masih ada beberapa yang tertawa mengenai tadi.

Di bulan Oktober, Aldo datang ke acara ultah Pak Andreas yang diadakan kecil-kecilan di rumahnya. Sedangkan waktu di kehidupan mimpinya, ia juga sedang menjalani pertengahan bulan November dimana kedua orangtuanya ultah. Ia tidak menghiraukan jalannya waktu di kehidupan mimpinya yang tiba-tiba lebih cepat daripada kehidupan nyatanya, karena ia senang dapat merayakan ultah orang tuanya.

Selama bulan November di kehidupan nyata, Aldo mengamati teman-temannya yang giat belajar untuk menghadapi ujian akhir semester. Ia senang ketika mengetahui Indra belajar bersama dengan Yupi meskipun beda jurusan(Indra IPA dan Yupi IPS). Aldo juga kadang belajar bersama Frieska, karena Frieska menanyainya pelajaran Matematika yang tidak jauh beda dari jurusan IPA.

Di bulan Desember, Aldo melewati masa ujian dengan tenang pada awal bulan. Teman-teman sekelasnya ada beberapa yang terpilih untuk menjadi pemeran tokoh di drama untuk perayaan Natal sekolah. Aldo diundang Melody dan teman-temannya di ORACLE university untuk datang ke acara Natal kampus, ia menyanggupi karena acaranya adalah 3 hari setelah acara Natal di sekolah. Dan seperti biasa setelah pertengahan bulan Desember, sekolah diliburkan hingga awal tahun depannya.

~---------------------0-O-0---------------------~

Bulan Januari 2017 tiba, dan kini memasuki tanggal 10 Januari. Di luar kelas 12 IPA 3 terlihat Indra sedang mondar-mandir, sekarang adalah waktu istirahat pertama. Aldo beserta Heru dan Bagus memaklumi sikapnya, mereka kini menemani Indra yang sedang menunggu seseorang sebelum mereka menuju kantin.

Semenit kemudian orang yang ditunggu Indra pun datang, ia adalah Yupi yang menunjukkan raut wajah murung. Melihat raut wajah murung pacarnya, maka Indra langsung menanyai Yupi.

Indra: Gimana, Yupi? Kamu gak dapat ya beasiswanya? Kalau begitu sabar ya, aku akan bantu keluargamu semampu aku.

Yupi menatap wajah Indra dengan masih menunjukkan ekspresi murung. Kemudian perlahan gadis berponi itu tersenyum, yang membuat Indra beserta Aldo, Bagus, dan Heru jadi terheran.

Yupi: Aku dapat beasiswa 100%, Dra!

Indra: Eh... benar? Wah, selamat ya sayang.

Setelah itu Indra dan Yupi bergandengan tangan, mereka juga berjingkrak sambil berputar beberapa kali. Aldo, Bagus, dan Heru ikut senang melihat Indra senang, namun mereka segera meminta pasangan itu berhenti karena mulai banyak siswa dan siswi mengernyitkan alis saat melihat Indra dan Yupi yang berjingkrak seperti anak kecil.

Yupi memberitahu Indra bahwa ia mendapat beasiswa 100% bersamaan dengan 2 siswa lain yang juga dapat beasiswa 100%. Selain itu belasan siswa dan siswi lain mendapat beasiswa 90%, 80%, 70%, 60%, dan 50%. Hal itu diumumkan di ruang tata usaha tadi, dan Yupi rupanya sengaja menunjukkan raut wajah murung karena mau melihat reaksi pacarnya yaitu Indra. Mengetahui itu Indra menggelitiki pinggang Yupi sebentar, ia gemas karena tertipu ekspresi wajah gadis itu.

Mereka pergi ke kantin setelah mengetahui kepastian Yupi mendapat beasiswa penuh atau tidak, dan Bagus menawarkan untuk mentraktir mereka.

Di bulan Februari, sekolah sudah mengadakan bimbingan belajar untuk anak kelas 12. Aldo beserta murid-murid kelas 12 lainnya terlihat tekun mengikuti tiap sesi bimbingan, meskipun ada juga murid yang tidak serius memperhatikan pelajaran kelas 10 dan 11 yang dibahas pada sesi bimbingan.

Pada pertengahan bulan Maret, para murid kelas 12 sudah memulai menghadapi ujian sekolah yang berlangsung selama 8 hari. Mereka semua menghadapi ujian dengan cara berbeda, ada yang kalem, ada yang takut, ada juga yang pasrah setelah mengumpulkan lembar jawaban. Selama masa ujian Aldo tetap tidak putus komunikasi dengan Naomi, karena ia juga mendapat support dari tunangannya itu.

~---------------------0-O-0---------------------~

Tak terasa, pertengahan bulan April sudah tiba, maka artinya masa Ujian Nasional pun tiba. Naomi selalu memberikan semangat pada Aldo agar bisa mengerjakan soal-soal Ujian Nasional dengan baik. Di kehidupan mimpinya, Aldo juga sedang menjalani Ujian Nasional sehingga ia agak lebih unggul ketika menghadapi UN di kehidupan nyata, karena soal-soalnya hampir setengahnya sama dengan yang ada di kehidupan mimpinya. Empat hari lamanya UN digelar, dan di hari terakhir setelah selesai Aldo merayakan berakhirnya masa UN bersama teman-teman sekelasnya dengan makan bareng di kantin sekolah. Aldo juga menawarkan untuk mengantar Sinka pulang, agar Naomi tidak perlu datang menjemputnya. Sinka menyetujui, dan Aldo pun mampir sebentar di rumah tunangannya.

Malam harinya Aldo tidur lebih larut, yaitu pada pukul 11 malam, karena besoknya tidak ada ujian lagi dan sudah mulai libur panjang.

Aldo’s dream start...

Tanggal 18 April 2018, hari ketiga UN di kehidupan mimpinya. Aldo merasa mendengar suara di pikirannya ketika selesai ujian.

Guardian pria: Hai orang terpilih, kalau kamu bisa dengar, aku minta kamu datang ke taman kota nanti sepulang sekolah. Karena ada hal penting mengenai DREAMSTONE yang perlu kubicarakan denganmu.

Aldo sempat bengong sejenak memikirkan perkataan Guardian yang sepertinya lewat telepati, ia sadar ketika Shania melambaikan tangan di hadapannya.

Shania: Hey darling, kamu kenapa? Kok bengong? Kamu mikirin apa?

Aldo: Eh, aku cuma mikirin ujian besok kok, Nia. Karena mata pelajaran yang diujikan besok paling susah.

Shania: Hmm, tenang saja darling, aku yakin kamu bisa kok, kan kamu udah belajar maksimal tiap harinya.

Aldo tersenyum pada tunangannya, dan dibalas senyuman juga dari Shania. Mereka lalu memutuskan untuk pulang karena matahari sudah mulai terik, Aldo mengantarkan Shania ke rumahnya. Sehabis dari rumah Shania, Aldo mengemudikan motornya menuju taman kota untuk bertemu Guardian, ia ingin memastikan apakah memang tadi adalah telepati atau bukan.

Maka Aldo pun menemui Guardian pria setelah memarkirkan motornya yang disandarkan pada sebuah bangku taman. Namun ternyata ia melihat kedua Guardian ada.

Guardian wanita: Ah, untung saja kau datang, orang terpilih.

Aldo(sambil menatap Guardian pria): Emm, benarkah tadi kau telepati padaku?

Guardian pria: Ya, memang tadi aku bertelepati denganmu, orang terpilih, karena kami mau memberitahumu mengenai sesuatu.

Aldo: Memangnya ada apa, Guardian?

Guardian pria: Begini, orang terpilih. Kami perlu memberitahumu tentang DREAMSTONE.

Aldo melihat DREAMSTONE yang bersinar, namun berbeda dari biasanya karena sinarnya berkedip-kedip, alias kadang padam dan kadang menyala.

Aldo: Eh, kenapa DREAMSTONE berkedip-kedip cahayanya?

Guardian wanita: Itulah yang ingin kami beritahu padamu, orang terpilih. Ada penyebabnya sehingga DREAMSTONE ini sinarnya berkedip-kedip.

Guardian pria: Penyebabnya adalah... sebentar lagi kamu tidak akan bisa menggunakan kekuatannya lagi.

Guardian wanita: Dan juga berarti kamu tidak bisa menjalani kehidupan mimpimu ini sekaligus kehidupan nyatamu lagi.

Aldo: Eh, kenapa? Apakah ada kesalahan sehingga aku tak bisa memakai kekuatannya lagi?

Guardian pria: Tidak ada kesalahan apapun sebenarnya, orang terpilih. Hanya saja... sudah hampir setahun kamu memakai DREAMSTONE.

Guardian wanita: Itu benar, dan hanya menghitung jam, orang terpilih.

Aldo: Loh, maksud kalian apa? Aku sudah menjalani kehidupan mimpiku ini hampir 3 tahun, kenapa kalian bilang hampir setahun? Aku tidak mengerti.

Guardian pria: Begini, orang terpilih. Sebenarnya setahun maksud kami bukanlah seperti setahun di dunia manusia.

Guardian wanita: Apa yang dikatakan partnerku benar, orang terpilih. Satuan waktu di dunia kami berbeda, satu hari bukanlah 24 jam namun lebih lama, tapi kami tak bisa memberitahumu berapa lamanya. Satu bulan lamanya adalah 24 hari, dan satu tahun adalah 10 bulan.

Guardian pria: Dan juga tentu saja satu menit acuan kalian kaum manusia tidaklah sama dengan satu menit di dunia kami, lebih lama juga.

Aldo: Hmm, jadi inti penjelasan kalian adalah, aku hanya bisa memakai DREAMSTONE selama satu tahun acuan waktu di dunia kalian?

Guardian wanita: Ya, kamu benar, orang terpilih. Dan hanya hitungan jam tersisa, tidak sampai satu hari.

Guardian pria: Jadi ketika waktunya habis 3 hari acuan waktu di dunia ini, maka kamu tidak bisa lagi menjalani 2 kehidupan sekaligus, orang terpilih.

Aldo: Lalu maksud kalian, aku hanya bisa menjalani salah satunya setelah waktu 3 hari ini habis?

Guardian wanita: Kamu benar, orang terpilih. Kamu harus memilih, antara kehidupan nyatamu dan kehidupan mimpimu.

Guardian pria: Di menit-menit terakhir kamu harus menentukan pilihanmu, orang terpilih.

Aldo: Jika aku memilih kehidupan mimpi ini, bagaimana?

Guardian wanita: Itu artinya kamu tidak akan melanjutkan kehidupan nyatamu lagi, orang terpilih.

Aldo: Eh, maksud kalian, aku tak akan terbangun lagi dari tidurku ini?

Guardian pria: Sebenarnya logikanya begitu, orang terpilih, tapi bukan berarti kamu terjebak di kehidupan mimpi ini. Hanya saja, kehidupan mimpimu ini akan berganti dengan kehidupan nyatamu, sehingga orang-orang di kehidupan nyatamu tidak akan bisa kau temui lagi.

Guardian wanita: Dengan kata lain, istilahnya adalah kamu menukar kehidupan nyatamu dengan kehidupan mimpimu sehingga kehidupan nyatamu akan terasa bagaikan mimpi yang tidak bisa dilanjutkan lagi.

Aldo: Jadi aku bisa terus bersama kedua orang tuaku?

Guardian pria: Nah, begitulah, orang terpilih. Dan kenyataan yang berlaku adalah seperti sekarang ini. Keputusan akhir harus kau putuskan tanggal 21 nanti.

Aldo: Hmm, baiklah aku mengerti, kalau tidak ada lagi yang ingin kalian beritahu padaku, aku mau pulang dulu.

Guardian pria & Guardian wanita: Silahkan, orang terpilih.

Kedua sosok Guardian itu perlahan menghilang, namun DREAMSTONE tetap bercahaya kedip-kedip. Aldo tahu itu karena memang sedang hitung mundur hingga 3 hari berikutnya, tanggal 21 April.

Keesokan harinya seusai hari terakhir UN, Shania mengajak jalan-jalan anjing husky-nya, Aldo junior ke taman bunga di dekat sekolahnya. Aldo juga menemaninya ke sana. Pasangan itu melihat banyak juga orang yang mengunjungi taman itu, dan Aldo junior terlihat senang bermain dengan lari-lari di kumpulan bunga. Meskipun itu adalah taman bunga, namun ada juga beberapa pepohonan dan tentunya tersedia bangku taman. Banyak pasangan kekasih yang datang ke tempat itu, ada juga yang membawa peliharaan mereka yang berupa anjing jenis lain, ataupun kucing. Aldo junior bermain dengan beberapa hewan peliharaan orang lain, tanpa ada pertikaian.

Sore hari tiba, Shania memanggil Aldo junior agar datang ke bangku taman tempat ia dan Aldo duduk, karena mereka harus segera pulang. Aldo junior nampaknya belum merasa cukup bermain dengan anjing-anjing lain, namun Shania berjanji padanya besok akan datang lagi. Maka anjing itu dengan senang hati menuruti Shania untuk pulang dulu.

Dan keesokan harinya ketika selesai makan siang, Aldo melajukan motor ke rumah Shania. Ia menemani tunangannya yang mengajak Aldo junior untuk pergi ke taman bunga lagi, seperti kemarin mereka berangkat dengan mobil Shania. Tibalah mereka di taman bunga tak lama kemudian, Aldo junior langsung berlari-lari memasuki kawasan taman. Tidak seperti hari kemarin, tidak terlalu banyak pengunjung di taman itu. Dan juga hari ini tidak ada satupun yang membawa hewan peliharaan mereka. Aldo junior sudah tidak terlihat oleh Shania dan Aldo, mereka berdua pun panik karena anjing warna coklat itu menghilang.

Shania dan Aldo pun memutuskan untuk berpencar mencari anjing husky itu. Aldo mencari anjing itu di area barat taman, sedangkan Shania berjalan ke area timur taman itu. Suasana di sana sangat sepi, Shania terus memanggil nama anjingnya sambil tetap mencari di semak-semak juga. Tiba-tiba dari balik sebuah pohon, muncul seorang bertopeng hitam ala perampok, ia menodongkan pistol pada samping kening Shania. Gadis itu takut dan tak mampu bergerak karena perampok itu mengancamnya agar jangan teriak, semenit kemudian Aldo yang tidak menemukan anjing husky itu berniat menemui Shania dulu. Ia terkejut mendapati tunangannya sedang ditodong oleh seorang perampok yang menarik tas hitam yang dipegang Shania. Mungkin saking takutnya Shania menggenggam tasnya erat-erat sehingga si perampok kesulitan merampas tas itu. Aldo berteriak pada perampok itu, ia juga berjalan mendekat. Perampok yang menyadari keberadaan Aldo pun segera mencekik pelan Shania dengan lengan kirinya dan menodongkan pistol ke kening Shania dengan tangan kanannya.

Perampok: Hei, jangan mendekat, kecuali elu mau cewek ini mampus.

Shania sudah menangis, ia begitu takut karena Aldo ragu untuk maju menolongnya. Selagi Aldo bimbang, dari belakang perampok itu datanglah Aldo junior, anjing husky itu menggigit betis si perampok hingga dia melepaskan Shania dan memukul-mukul anjing itu. Shania yang sudah lepas lalu berlari ke arah Aldo untuk berlindung. Aldo sendiri juga mendekat pada perampok itu, ia hendak menghajar perampok itu. Namun alangkah terkejutnya Aldo dan Shania ketika mendengar suara tembakan, perampok itu menggunakan pistol di tangan kanannya untuk menembak kepala Aldo junior. Anjing husky berwarna coklat itu perlahan melepaskan gigitannya pada betis si perampok. Setelah perampok menyadari kalau Aldo sedang menuju ke arahnya, ia lari karena pistolnya hanya punya satu peluru dan sudah ditembakkan pada anjing itu.

Shania lagi-lagi menangis, ia berteriak histeris mendapati Aldo junior yang sudah tergeletak di lantai taman itu. Aldo juga sedih melihat anjing yang sudah tak bernyawa itu, yang rela mati demi menyelamatkan majikannya yaitu Shania. Ia berusaha menenangkan Shania, mereka segera membawa anjing itu ke rumah sakit hewan terdekat. Namun sesampainya di sana, ternyata Aldo junior tak tertolong lagi. Shania bersedih menangisi anjing yang sudah menolongnya dari perampok, Aldo merasa begitu pilu melihat kesedihan tunangannya.

Mereka membawa jasad anjing husky itu ke pemakaman hewan di kota Medan. Setelah mendaftarkan nama anjing itu berikut tanggal adopsi(mulai dipelihara) dan tanggal kematiannya, maka petugas disana menggali liang kubur dan menyediakan peti untuk menaruh jasad anjing. Shania dan Aldo menyaksikan proses pemakaman Aldo junior, air mata Shania tumpah dengan derasnya. Aldo yang merangkulnya mengusap-usap pundaknya agar lebih tenang, ia juga terus mengatakan kalimat-kalimat positif bahwa Aldo junior sudah diterima di sisi Tuhan, dan pasti sedih kalau mengamati majikannya dari atas sana sedang menangisinya. Shania berusaha berhenti menangis tak lama kemudian, ia menatap sedih batu nisan anjingnya yang bertuliskan tanggal ketika tunangannya menghadiahkan anjing itu padanya, kemudian juga melihat tanggal kematian anjing itu.

Setelah sekitar dua puluh menit, Aldo mengajak Shania pulang, dan gadis itu menyetujui. Aldo memutuskan untuk menyetir mobilnya Shania, karena beberapa kali gadis itu mengemudikan mobilnya ke samping kiri dan samping kanan.

Ketika sampai di rumahnya, kedua ortu Shania heran melihat anak semata wayangnya murung, saat ditanya Shania tidak menjawab dan berjalan masuk ke dalam rumah dengan tatapan kosong. Aldo menceritakan kejadian tadi pada kedua ortu Shania, mereka juga ikut bersedih karena ini kedua kalinya anjing peliharaan Shania mati, namun yang kali ini lebih tidak wajar daripada yang pertama. Aldo pun berbicara sebentar dengan kedua ortu Shania, ia meminta maaf karena lalai menjaga anjing itu juga. Kedua ortu Shania tidak menyalahkannya, karena ini adalah musibah atau mungkin takdir Tuhan. Tak lama setelah itu Aldo pamit pulang ke rumahnya dengan mengendarai motornya. Sesampainya di rumah, Aldo juga menceritakan perihal tadi pada keluarganya.

Keesokan harinya yaitu tanggal 21, paginya begitu bangun Aldo mengunjungi rumah Shania, karena diminta oleh kedua ortunya untuk membujuk gadis itu agar mau makan. Dengan perlahan tapi pasti Aldo berhasil membujuk Shania untuk makan, apalagi ia diberitahu ortu gadis itu bahwa Shania kemarin malam tidak makan.

Setelah Shania selesai makan, Aldo menemaninya di ruang tamu, ia mengobrol dengan Shania yang tidak merespon apapun. Aldo melihat tatapan mata Shania masih kosong, ia mengingat bahwa dirinya pernah mengalami hal ini, namun kondisinya berbeda. Lalu tiba-tiba ada suara di pikirannya.

Guardian wanita: Orang terpilih, sekarang sudah saatnya kau memutuskan untuk memilih salah satu dari kehidupanmu, datanglah ke taman kota sekarang.

Aldo kemudian pamit pada Shania, yang tentu saja tidak direspon gadis itu. Ia menghela nafas dan pamit pada kedua ortu Shania. Aldo sampai di taman kota setelah 8 menit perjalanan dari rumah Shania, tentunya dengan kecepatan lebih. Ia berjalan tergesa-gesa menemui kedua Guardian yang kini bersosok unicorn. Dilihatnya DREAMSTONE makin redup cahayanya meskipun masih kedip-kedip.

Aldo: Aku memutuskan untuk tidak melanjutkan kehidupan mimpiku ini.

Guardian pria: Baiklah, orang terpilih. Karena kamu sudah memilih untuk tidak melanjutkan kehidupan mimpimu ini, maka setelah ini kamu tidak akan bermimpi menjalani kehidupan apapun lagi, maka jalanilah kehidupan nyatamu.

Guardian wanita: Kami mau pamit padamu, orang terpilih, karena kami sekarang akan meninggalkan dimensi ini dan kembali ke dunia kami, tentu saja membawa DREAMSTONE sehingga kamu tidak akan menemukan batu ini di dunia nyata juga.

Aldo mengangguk, lalu kedua sosok Guardian itu pun menghilang bersamaan dengan DREAMSTONE. Setelah itu keadaan sekelilingnya menjadi gelap dengan perlahan.

Aldo’s dream end.

Pagi harinya sekitar pukul 8 ketika Aldo terbangun, ia merenung sebentar.

Aldo(berpikir): Hmm, meskipun aku gak bisa melihat Ayah dan Ibu lagi, aku masih punya kehidupan ini, bersama Naomi. Aku tak sanggup melihat kondisi Shania yang seperti diriku 3 tahun lalu.

Smartphone Aldo bordering, pertanda ada seseorang yang menelponnya. Ia melihat nama di kontak dan ternyata ‘Om Andreas’ maka ia segera menerima miscall itu. Pak Andreas berbicara sebentar padanya, yaitu memintanya datang ke Moonlight cafe siang nanti, ada yang perlu dibicarakan. Aldo tentu setuju, dan pembicaraan di telpon pun berakhir.

Sebelum menemui ayah tunangannya, Aldo terlebih dulu melajukan motor ke taman kota. Suasana sepi masih menyelimuti, Aldo menuju tempat DREAMSTONE biasanya berada namun tidak menemukannya. Setelah memastikan itu, ia melihat waktu di smartphone sudah menunjukkan pukul 11:50 AM. Maka ia pun bergegas pergi dari taman itu untuk menemui Pak Andreas.
Siang hari di Moonlight cafe, Aldo tiba pada pukul 12 lewat 4 menit. Ia menyapa ayah tunangannya dan duduk berhadapan dengan Pak Andreas.

Aldo: Ada apa ya, Om?

Andreas: Begini, Aldo, karena hari ini urusan di kantor bisa di-handel sekretaris, maka Om meminta kamu datang untuk membicarakan hal yang penting. Ini soal perusahaan, atau tepatnya berkaitan dengan perusahaan.

Aldo: Emm, maksud Om apa ya?

Andreas: Kita mulai dengan membahas tentang almarhum Ayah kamu dulu. Nah, kamu ingat kan Ayah kamu bergelar apa?

Aldo: Iya, aku ingat, Om. Ayahku bergelar MBA, kenapa?

Andreas: Nah itu dia, Aldo. Karena kamu adalah penerus perusahaan peninggalan Ayah kamu, para investor menyarankan kamu juga bergelar MBA dan kamu harus kuliah di luar negeri, seperti Ayah kamu dulu.

Aldo: Eh, berarti aku tidak bisa berkuliah satu kampus dengan Naomi dong, Om?

Andreas: Sayang sekali begitu, Aldo. Om tahu kamu pasti maunya kuliah di ORACLE university kan, tapi agar lebih cepat lulus para investor menyarankan kamu berkuliah di Amerika Serikat, di sana ada satu universitas tempat Ayah kamu dulu kuliah.

Aldo: Hmm, jadi berapa lama aku harus berkuliah di sana, Om?

Andreas: Dulu Ayah kamu berkuliah di sana selama 3 tahun. Tapi sekarang sudah bisa lebih cepat, sekitar 2 setengah tahun kamu sudah bisa lulus, tapi itu tidak bisa akselerasi. Sedangkan Ayah kamu dulu mengambil akselerasi, yang awalnya 3 setengah tahun jadinya 3 tahun saja. Gimana, Aldo? Kamu bersedia kan? Soalnya ini rekomendasi para investor perusahaanmu.

Aldo: Aku sih setuju aja, Om. Tapi aku mau membicarakan ini dengan Naomi dan kak Melody.

Andreas: Nah, kamu benar, Aldo. Om tidak berani membicarakan ini dengan putri Om, soalnya dia nanti bisa mengira Om jahat padanya karena memisahkan kalian, hahaha.

Aldo: Haha, oke deh Om, biar aku saja yang bicara dengan Naomi nanti. Tapi aku juga mau minta pendapatnya kak Melody.

Andreas: Aldo, sekretaris di perusahaan juga sebentar lagi mau habis masa kontraknya, jadi Om juga mau memberitahu kamu tentang sekretaris baru nanti.

Aldo: Emm, memangnya siapa sekretaris baru nanti, Om?

Andreas: Sebenarnya sekretaris baru itu juga nantinya akan aktif hanya setelah kamu pulang dari luar negeri dan menggantikan Om memimpin perusahaan peninggalan Ayah kamu. Jadi dia yang akan jadi sekretaris kamu sekitar 2 setengah tahun lagi dari sekarang. Om yang menyarankan dia sebagai sekretaris kamu pada para investor, dan para investor tidak keberatan.

Aldo: Hah? Memangnya siapa sekretarisku nanti?

Andreas: Sekretarismu nanti saat kamu mulai memimpin perusahaan... adalah kakakmu sendiri, Melody.

Aldo: Hah? Gak salah, Om? Kak Melody kan kuliahnya jurusan Psikologi.

Andreas: Haha, Om tahu kamu pasti akan terkejut. Begini, Aldo. Nanti kamu bicarakan hal ini dengan Melody, agar dia bisa mulai bekerja sebagai staf biasa dulu di perusahaan peninggalan Ayah kalian. Jadi dia juga bisa belajar dan mengamati perkembangan perusahaan, dan untuk jangka waktu 2 setengah tahun ini karyawan lain tidak akan tahu kalau dia adalah anak dari pemilik perusahaan terdahulu, yaitu Ayah kalian.

Aldo: Hmm, jadi kak Melody nanti kerjanya sambil meneruskan kuliahnya ya, Om?

Andreas: Iya, Aldo. Nantinya Melody jadi sekretaris kamu mungkin hanya sekitar 4 bulan, setelah itu terserah dia mau berkarir jadi Psikolog atau tetap jadi sekretaris kamu.

Aldo: Oh begitu ya, Om. Jadi kalau kak Melody mau jadi Psikolog, berarti aku tidak perlu sekretaris lagi?

Andreas: Itu terserah kamu, kalau kamu sanggup mengingat jadwal-jadwal penting, boleh saja kamu tidak merekrut sekretaris baru.

Aldo: Oke, Om, nanti saja kupikirkan, karena kan aku belum menjalaninya, hehe.

Andreas: Haha, yasudah, lain kali kita bicarakan lagi. Sekarang kita makan siang dulu.

Pak Andreas memanggil seorang pelayan, mereka berdua lalu memesan makanan dan minuman. Sebelas menit kemudian mereka pun mulai makan siang. Sepulangnya dari kafe, Aldo mengikuti taksi yang ditumpangi Pak Andreas menuju rumahnya. Pak Andreas memanggil putrinya, Naomi agar menemui Aldo di teras rumah itu. Mereka pun mulai bicara dengan Aldo lebih dulu buka suara.

Aldo: Beib, aku mau ngomong soal kuliahku nanti.

Naomi: Hmm? Kamu udah menentukan mau kuliah jurusan apa?

Aldo: Aku mau kuliah di luar negeri, Omi.

Naomi: Hah? Berarti kamu gak jadi kuliah di ORACLE university?

Aldo: Iya sayang, aku disarankan para investor perusahaan agar kuliah di Amerika Serikat, untuk gelar MBA seperti Ayah aku dulu.

Naomi: Hmm, para investor atau Ayah aku yang menyarankan itu?

Aldo: Haha, kenapa kamu bisa berpikir Ayah kamu yang menyarankan itu padaku?

Naomi: Ya soalnya tadi kamu datang bareng Ayahku kan, jadi bisa aja Papi yang menyarankan kamu soal kuliah.

Aldo: Papi kamu sebenarnya tadi bilang kalau para investor menyarankan itu, jadi aku sih tidak keberatan, tapi aku memberitahu kamu soalnya Papi kamu gak berani memberitahukan ini, takutnya kamu ngira dia jahat pada kamu.

Naomi: Hihihi, ada-ada aja Papi. Emm, jadi kamu berapa lama disana?

Aldo: Kalau dulu Ayah aku disana selama 3 tahun, tapi sekarang sistemnya sudah berbeda. Kata Papi kamu tadi, aku bisa mendapat gelar MBA dengan berkuliah selama 2 setengah tahun saja.

Naomi: Bagus dong, tapi awas saja kalau kamu genit dengan cewek bule disana. Dan awas juga jangan sampai kamu ‘main’ dengan cewek disana.

Aldo: Haha, tenang saja Omi, aku gak akan genit ataupun ‘main’ dengan cewek bule, aku janji. Dan lagipula, aku mau langsung nikah dengan kamu setelah pulang nanti.

Naomi tersenyum pada tunangannya, Aldo mencium tulus kedua tangannya. Tak lama kemudian Aldo pun pamit pulang pada Naomi. Dan setelah 8 menit perjalanan dengan motornya, ia tiba di rumah. Aldo kemudian membicarakan perihal tadi dengan kakaknya, termasuk mengenai pekerjaan Melody di perusahaan nanti. Melody tidak keberatan atas keputusan Aldo untuk berkuliah di luar negeri, ia juga setuju kalau menjadi sekretaris Aldo nantinya.

~---------------------0-O-0---------------------~

Di sebuah bandara kota Medan, beberapa bulan kemudian. Terlihat ada Pak Andreas, Sinka, Naomi, Melody, dan Frieska serta Ibunya sedang menemani Aldo. Begitu juga beberapa teman Aldo dengan pacar mereka masing-masing seperti Indra, Devin, Jaka, Harris, dan Bagus. Teman-temannya yang lain sedang ada kesibukan sehingga tidak bisa menghantar kepergian Aldo. Aldo sedang mempersiapkan diri berpisah dengan tunangannya, kakaknya, dan orang-orang terdekatnya. Kini ia berbisik pada tunangannya.

Aldo: Jangan lupa, Omi. Ketika aku kembali, kita akan menikah.

Naomi tersenyum dan mengangguk, ia mengecup pipi kanan Aldo sebagai tanda perpisahan singkat mereka. Aldo balas tersenyum kemudian berpamitan pada mereka semua untuk menuju pesawat yang akan segera take off.

Pesawat yang ditumpangi Aldo pun lepas landas, menuju negeri Paman Sam. (Anggap saja pesawatnya khusus didatangkan dari sebuah maskapai penerbangan di Amerika Serikat karena banyaknya permintaan lewat internet yang memesannya agar datang ke bandara di kota Medan. Sama seperti part 21 lalu, pesawatnya yang menuju negara Spanyol juga banyak permintaan sehingga Stella bisa menaikinya dari bandara kota Medan juga.)

~---------------------0-O-0---------------------~

Dua setengah tahun pun berlalu, dan pesawat dari Amerika sudah menuju ke bandara kota Medan. Aldo disambut oleh Naomi, Melody, Frieska beserta Ibunya, dan beberapa teman-temannya yaitu Devin, Jaka, Hilman, Indra, Heru, dan Derry dengan pacar mereka masing-masing. Sesuai janjinya, Aldo akan menikah dengan Naomi dengan mengundang teman-teman mereka juga. Pernikahan pun digelar dua minggu setelah kepulangan Aldo.

Beberapa hari sebelum pernikahan, Aldo mulai menjalani kegiatan sebagai pemimpin perusahaan peninggalan Ayahnya. Pak Andreas membimbingnya selama 2 hari pertama, dan seterusnya Aldo bisa meng-handel dengan bantuan Melody sebagai sekretarisnya.

Naomi sudah membuka usaha butik dengan partnernya yaitu Stella yang pulang dari Spanyol setengah tahun lalu, dan gaun pengantinnya Naomi didesain dari butik mereka.

Acara pernikahan berlangsung dengan meriah, teman-teman Aldo dengan pasangannya masing-masing terlihat memeriahkan pestanya dengan semua anggota perusahaan juga diundang, termasuk para investor.

~---------------------0-O-0---------------------~

Setahun kemudian, di sebuah rumah sakit kota Medan, Aldo sedang menunggu proses persalinan Naomi di luar sebuah ruangan. Ia mendengar jeritan istrinya, dan langsung was-was menunggu kelahiran anaknya. Setelah beberapa menit Aldo mendengar suara bayi menangis, ia sangat gembira. Dan setelah itu seorang dokter keluar dari ruangan itu, dokter itu menyalaminya sambil tersenyum.

Dokter: Selamat, Pak Aldo, putra anda sudah lahir dengan selamat.

Aldo: Eh? Putra? Jadi anak saya laki-laki, Dok? Lalu bagaimana keadaan istri saya?

Dokter: Ya, anak anda laki-laki, beratnya sekitar 3,2 kilo. Istri anda masih lemas sehabis melahirkan, silahkan temui dia.

Aldo: Oke, makasih Dok.

Dokter: Sama-sama, kalau begitu saya permisi dulu.

Dokter itu pun berlalu, dan Aldo masuk ke ruangan tempat Naomi baru saja melahirkan. Ia melihat istrinya yang berkeringat banyak tersenyum memandangnya.

Naomi: Hai sayang, anak kita laki-laki.

Aldo: Iya sayang, aku senang deh, anak pertama kita lahir.

Naomi: Kalau tadi ternyata anak kita perempuan, kamu senang gak?

Aldo: Tentu saja aku senang, sayang, yang penting anak kita lahir dengan selamat dan sehat, begitu juga kamu.

Naomi tersenyum mendengar perkataan suaminya, lalu seorang suster menyerahkan bayi mereka yang sudah dibungkus kain. Naomi menerimanya dengan senyum, dan Aldo juga mengelus kepala anaknya yang baru lahir itu. Mereka melihat si bayi sedang tidur, sepertinya tadi suster yang menidurkan.

Naomi: Sayang, kamu sudah punya nama buat anak kita atau belum?

Aldo: Tentu sudah, sayang.

Aldo mendekat dan membisikkan sebuah nama pada istrinya yang masih terbaring menggendong buah hati mereka.

Aldo: Gimana, sayang? Kalau kamu gak setuju, kita bisa sama-sama beri nama yang lain pada anak kita.

Naomi: Aku setuju kok sayang, menurutku David adalah nama yang bagus untuk anak pertama kita.

Pasangan suami istri itu berpandangan dan saling tersenyum. Aldo merangkul Naomi kemudian mereka sama-sama menoleh kepada David, buah hati mereka yang pertama. Mereka berdua melihat David dan mendengar bayi itu mengeluarkan suara dengkuran kecil, nampak nyenyak tidurnya. Sungguh damai yang dirasakan pasangan itu, mereka akan mengasuh David hingga tumbuh menjadi anak yang baik hati dan juga rendah hati. Kebahagiaan yang Aldo rasakan dari kehidupannya sekarang kini terasa lengkap setelah kelahiran anaknya yang pertama.

THE END


By: E.D.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Between Dream And Reality, Part 12

GALLANT IMPACT, Chapter 25

GALLANT IMPACT, Chapter 29