GALLANT IMPACT, Chapter 26
Chapter 26: ‘Meeting’
Agar mengetahui siapa pemilik
nomor yang kini miscall padanya, Ricky memutuskan untuk menerima miscall itu. Namun
ia berniat tidak mengeluarkan suara sebelum pemilik nomor misterius itu
berbicara lebih dulu. Kemudian Ricky mendengar suara seorang gadis di balik
telepon.
Gadis: Halo, kak Ricky ya?
Ricky merasa heran, maka ia buka
suara.
Ricky: Kamu siapa ya?
Gadis: Ini benar kak Ricky kan?
Ricky: Memangnya kalau iya,
kenapa? Dan kalau bukan, kenapa? Kamu siapa sih?
Gadis: Ih, kak Ricky kok gitu
sih. Aku Aurel, adiknya kak Fita.
Ricky: Eh, kamu Aurel ya? Hahah,
maaf deh, aku kira orang asing sih. Terus kamu dapat nomor aku darimana?
Aurel: Aku dapat nomor kak Ricky
dari kak Fita.
Ricky: Hmm, terus ada perlu apa kamu
nelpon aku?
Aurel: Aku mau nanya nomornya
Michelle pada Kakak, aku kangen pada Michelle soalnya udah lama gak ngobrol
dengannya. Kak Fita kan cuma punya nomor kak Ricky, dan aku sekarang masih sekolah
di luar kota jadi gak bisa ketemu Michelle.
Ricky: Oh, yaudah sekarang aku
SMS-in nomornya pada kamu ya, soalnya sekarang aku udah mau makan malam nih.
Aurel: Ok Kak, thank you ya.
Ricky: Hmm, aku tutup telponnya
ya.
Setelah itu sambungan telepon
ditutup oleh Ricky, dan ia langsung mengirimkan SMS pada nomor Aurel untuk
memberitahu nomor Michelle. Aurel juga mengucapkan terima kasih lagi pada Ricky
lewat SMS. Ricky tersenyum membacanya, ia senang kalau Aurel akan kembali
sering ngobrol dengan adiknya, seperti dulu ketika ia dan Fita sama-sama kelas
5 SD, kala itu Aurel dan Michelle masih TK.
Ricky menyusul ke kedai Pak Jono
untuk makan malam, dilihatnya Anthony dan Sally sudah mulai makan saat ia tiba.
Pemuda itu pun memesan makan, dan tak lama kemudian ia sudah dihidangkan
makanan pesanannya oleh salah seorang pegawai kedai itu.
Malam tiba, pukul 10 lewat 17
menit Ricky sedang berada di toilet sehabis selesai shift kerja, ia
mengeluarkan smartphone dari saku celananya, mencoba video call pada
kekasihnya. Sekitar beberapa detik kemudian, Melody mengangkat video call
tersebut dan mereka mulai berbicara sambil bertatap muka.
Melody: Halo Ricky, tumben kamu
video call padaku.
Ricky: Halo sayang, hehe. Gimana,
kamu tadi dapat kue ultah kan dari adik-adik kamu?
Melody: Iya, hihi. Kuenya buatan
mereka sendiri. Tadi sore kedua orangtuaku juga video call padaku untuk
mengucapkan selamat hari ultah.
Ricky: Eh, memangnya orangtua
kamu bukan tinggal di rumah kalian para gadis?
Melody: Kamu lupa ya sayang, aku
kan pernah bilang pada kamu kalau kedua ortu aku tinggal di luar kota.
Ricky: Oh iya, baru ingat hehe.
Jadi mereka tinggal di kota mana, sayang?
Melody: Haha, dasar kamu pikun. Ayah
dan Ibu aku tinggal di Bogor, untuk mengurus perkebunan teh milik mereka,
meskipun banyak pegawai tapi tetap saja mereka perlu mengawasi juga. Kamu
pernah minum kok produk teh dari kebun mereka, hihi.
Ricky: Hah? Memangnya merek
teh-nya apa, Mel?
Melody: Hihi, ada beberapa sih
perusahaan penghasil teh yang mengambil bahan baku daun teh dari kebun kedua
orangtuaku. Salah satunya produk fruit tea, kamu kan sering minum juga.
Ricky: Oh itu, haha. Berarti aku
beruntung dong, bisa meminum produk teh yang bahannya dari hasil kebun kedua
ortu kamu.
Melody: Ahaha, kamu lebay deh
sayang. Ngomong-ngomong kamu lagi dimana? Kalau aku lihat kok kamu kayak lagi di
toilet?
Ricky: Iya, kan aku memang
sekarang ada di toilet hotel. Aku baru selesai kerja, sayang.
Melody: Hmm, gitu ya. Oh iya
Ricky, kemarin kamu belum mulai kerja ya? Soalnya aku heran biasanya siang hari
kamu kan mulai kerja, tapi kemarin enggak.
Ricky: Nah, kamu betul, kemarin
aku belum mulai kerja soalnya hari Minggu lalu Bos bilang kalau pembukaan
kembali hotel ini diundur sehari, karena ada anak sulungnya yang baru pulang
dari luar negeri untuk sekedar menikmati liburan kuliah dan ketemu keluarga.
Pasangan kekasih itu kemudian
melanjutkan obrolan sebentar, setelahnya video call itu diakhiri. Ricky
melanjutkan aktivitasnya, yaitu berganti pakaian dan kemudian pulang ke tempat
kos.
Sesampainya di tempat kos, Ricky
menyapa dokter Evan yang menonton TV, mereka berbincang sejenak lalu Ricky
duluan ke kamarnya untuk istirahat. Tak lupa ia mengirim sebuah SMS pada
Michelle untuk memberi kabar pada adiknya itu.
~---------------------0-O-0---------------------~
Pagi hari pun tiba lagi, di
kediaman Veranda, terlihat Aaron sudah pamitan pada kedua kakaknya, ia pergi ke
sekolahnya lebih awal karena ada tugas piket. Aaron pun berpapasan dengan Ega
yang baru saja datang untuk menjemput Ve.
Aaron: Hai bang Ega, pagi.
Ega: Pagi Ron, owe lihat kok kamu
kayak terburu-buru?
Aaron: Iya bang, soalnya hari ini
aku dapat jadwal piket, untuk menyapu kelas bersama beberapa murid lain.
Ega: Loh, kamu kebagian tugas
menyapu? Bukannya itu kerjaan para murid cewek seharusnya?
Aaron: Iya sih bang, tapi kan
kelasku fleksibel, jadi tugas piket didapat dengan cara diundi, kebetulan aku
dapat tugas menyapu. Buat aku sih untung aja, hehe.
Ega: Hah? Untung? Maksudmu
gimana, Ron?
Aaron: Begini bang, aku lebih
suka kebagian tugas menyapu daripada tugas membuang sampah, soalnya hidungku
kadang sensitif jadi aku bisa bersin-bersin terus kalau mencium aroma sampah,
apalagi sampah di kelasku seringkali baunya menyengat, kebanyakan bau bungkus
makanan.
Ega: Oh gitu, hahah. Yasudah,
kamu semangat ya mengerjakan tugas piketnya.
Aaron mengangguk sambil
tersenyum, ia permisi pada Ega dan mulai menaiki motornya untuk menuju
sekolahnya. Sementara itu Ega memencet bel rumah setelah memarkirkan motornya
di tempat Aaron tadi. Beberapa detik berlalu, Ve membukakan pintu dan tersenyum
menyambut kekasihnya. Ega juga membalas senyumannya, kemudian ia diajak masuk
ke dalam rumah.
Di ruang tamu Ega menyapa Rendy,
kemudian duduk di samping abang kekasihnya itu yang sedang membaca koran.
Mereka berbincang sejenak, setelah itu Rendy pamit untuk ke kantor. Ega
mengangguk, dilihatnya memang tadi Rendy sudah berpakaian rapi dan bagian koran
yang dibacanya adalah tentang ekonomi dan keuangan. Maka Ega membaca koran itu
juga, karena ia tadi sempat melihat Rendy tersenyum penuh sukacita memandang
isi koran yang dibacanya itu. Setelah melihat seksama, Ega pun mengerti tentang
hal di koran yang membuat abang kekasihnya itu senang. Tak lain dan tak bukan
adalah peringkat saham di bursa efek kota itu, ternyata saham perusahaan tempat
Ve bekerja naik peringkat dan nilai dari minggu lalu. Selagi asyik membaca
bagian koran yang bertema olahraga, Ega mendengar suara langkah kaki yang
mendekat, ia pun menghentikan aktivitas membaca koran dan melipat koran itu.
Terlihat oleh Ega kalau
penampilan Ve agak beda dari biasanya, polesan lipgloss pada bibirnya dan
rambut panjangnya yang diikat mampu memukau Ega hingga tidak berkedip hingga Ve
menghampirinya dan duduk di sampingnya.
Ve: Kenapa, sayang? Kok kamu
lihat aku sampai segitunya?
Ega: Oh, enggak apa-apa kok
sayang. Owe cuma takjub aja, kamu terlihat lebih cantik dari biasanya.
Ve: Hihi, pagi-pagi udah gombal
aja kamu.
Ega cengengesan, kemudian kembali
bicara.
Ega: Sayang, owe mau nanya
sesuatu deh.
Ve: Hmm? Kamu mau nanya apa?
Ega: Mata kamu rabun dekat atau
rabun jauh?
Ve: Mataku rabun jauh sayang,
memangnya kenapa?
Ega: Enggak apa-apa sih, tapi owe
mau coba lihat deh kamu lepas kacamata sebentar.
Ve menuruti permintaan
kekasihnya, ia perlahan melepas kacamata minusnya dan meletakkannya pada meja
kaca di samping sofa tempat mereka duduk. Setelahnya kini Ega dan Ve
bertatapan, jantung Ega berdegup sedikit lebih cepat kemudian ia kembali
bicara.
Ega: Wow, kamu bertambah cantik
10%, sayang.
Ve: Ihihih, apaan sih kamu, memangnya
kamu lebih suka lihat aku begini, tidak mengenakan kacamata?
Ega: Ya.... owe sebenarnya fine-fine aja sih kamu mengenakan
kacamata atau tidak. Ngomong-ngomong kamu masih bisa melihat jelas sekitarmu
dengan begini kan?
Ve: Iya sayang, kan aku rabun
jauh, pertanyaan kamu aneh deh hihi.
Ega: Hehe, owe cuma mau
memastikan aja sih.
Setelah itu hening, mereka hanya
saling berpandangan sambil tersenyum. Kemudian perlahan pasangan kekasih itu
saling mendekatkan wajah, hingga akhirnya mulai berciuman. Pertama kalinya Ega
mencium kekasihnya yang tidak mengenakan kacamata, karena biasanya mereka
berciuman dengan Ve masih mengenakan kacamata. Sekitar 4 menit lamanya
berciuman, mereka pun melepas penyatuan bibir dan kembali tersenyum.
Ve kembali memakai kacamatanya,
dan pasangan kekasih itu beranjak dari sofa untuk berangkat kuliah. Seperti
biasa setelah Ve menyandarkan kepala pada pundak kanannya, Ega mulai
menjalankan motornya dengan kecepatan sedang untuk menuju universitas Patmangin.
~---------------------0-O-0---------------------~
Di koridor kampus Gedung Selatan,
Ricky sedang menggandeng kekasihnya menuju kelas Fakultas Ekonomi di lantai 4,
yaitu R2 kelasnya Melody. Beberapa pasang mata melirik pada Melody, Ricky tidak
menghiraukan itu dan tak lama berselang mereka tiba di depan kelas yang dituju.
Ricky mencium kening kekasihnya, Melody tersenyum padanya atas perlakuan itu
dan pemuda itu membalas senyum kekasihnya. Setelah melihat kekasihnya duduk di
bangkunya dalam kelas itu, Ricky pun berlalu dari Gedung Selatan menuju
kelasnya di Gedung Timur.
Pukul 9 pagi di sekolah Tunas
Bangsa, Michelle sedang berada di kantin menemani Yupi makan, Shani dan Shania
mengobrol tentang pelajaran di kelas tadi. Michelle tidak memesan makanan karena
tadi di rumah sudah sarapan pagi dengan masakan mbok Ijah. Kini Michelle hanya
mendengarkan pembicaraan kedua temannya sambil melihat Yupi yang makan dengan
lahap.
Pembicaraan Shani dan Shania
terhenti karena mereka menyadari ada beberapa pasang mata murid cowok di
kejauhan yang memandang pada meja tempat duduk mereka. Merasa risih, maka
mereka beranjak dari tempat duduk dan Michelle menoleh pada kedua temannya itu
karena heran.
Michelle: Eh, kak Shania, kenapa?
Shania: Aku dan Shani ke kelas
duluan ya Chel, soalnya kami risih dipandangin cowok terus.
Michelle: Hah? Dipandangin cowok?
Bukannya udah biasa ya?
Shani: Iya sih Chel, tapi yang
kali ini orangnya bukan seperti sebelum-sebelumnya, mereka dari tim basket
sekolah ini.
Michelle pun memanggut-manggut
karena tahu kalau anak-anak tim basket memang jarang ke kantin, ia
mengetahuinya dari beberapa murid cewek di kelasnya yang suka membicarakan para
cowok di tim basket yang menurut mereka semuanya ganteng.
Shania: Chel, kamu temenin Yupi
ya, biar dia gak diculik oleh cowok-cowok tim basket hihihi.
Michelle tertawa, begitu juga
Shani sedangkan Yupi menggembungkan pipi sambil mengunyah makanan dan menatap
kesal pada ketua kelasnya. Sudah beberapa kali Yupi diejek seperti itu, karena
wajah imutnya memang mirip anak berusia 10 tahun. Sehingga kadang beberapa
teman sekelas mereka juga meledek seperti itu, ‘anak kecil yang bisa jadi
sasaran penculikan’.
Shani dan Shania berjalan menuju
pintu keluar kantin, mereka sesekali melirik pada anak-anak tim basket itu dan
terlihat mereka sudah tidak memandang ke meja tempat Michelle dan Yupi lagi,
kecuali seorang murid cowok yang paling tampan dan sepertinya merupakan kapten
tim basket. Anak-anak tim basket lainnya mengobrol sambil tertawa-tawa. Maka
Shani dan Shania pun berlalu dari kantin menuju kelas sambil membicarakan
tentang itu.
Shani: Kak Shania, kayaknya
cowok-cowok tadi bukan memandang kita deh.
Shania: Iya, aku sependapat
dengan kamu, Shani. Berarti mereka memandang Michelle dan Yupi dong.
Shani: Bisa jadi sih, tapi lebih
spesifik mungkin Michelle.
Shania: Hmm, kok kamu bisa berpikiran
begitu?
Shani: Soalnya gini, kak Shania.
Kalau mereka memandang Yupi, itu gak mungkin deh, soalnya aku lihat arah mata
salah satu dari mereka adalah pada Michelle.
Shania: Oh, cowok yang paling
tinggi itu kan? Dia gak ikut dalam perbincangan teman-temannya, bisa jadi sih
dia memang memandang Michelle.
Shani mengangguk, kemudian lanjut
bicara.
Shani: Tadi aku juga sempat
dengar sedikit pembicaraan teman-temannya itu, kayaknya mereka ngomongin Yupi
deh.
Shania: Hah? Memangnya mereka
ngomong apa tentang Yupi?
Shani: Kalau aku gak salah
dengar, kayaknya mereka menertawai Yupi yang makannya banyak hihihi.
Shania pun ikutan tertawa, dan
mereka berdua tiba di kelas 10 A. Sementara itu Yupi yang hampir selesai makan
tiba-tiba bersin, dan Michelle mengeluarkan selembar tisu dari bungkus tisu di
saku roknya, ia langsung memberikan tisu pada Yupi. Murid cowok yang dari tadi
masih memandang Michelle tersenyum, sepertinya ia kagum pada Michelle.
Teman-temannya yang asyik mengobrol pun menegurnya karena sedari tadi terus
memandang Michelle. Mereka pun bersorak Cie-Cie yang ditanggapi siswa SMA itu
dengan cengengesan. Alasan mereka bersorak adalah karena temannya itu yang memang
merupakan kapten tim basket sudah lama tidak begitu serius memandang cewek,
karena beberapa bulan menjomblo.
Michelle dan Yupi pun beranjak
dari tempat duduk mereka untuk menuju kembali ke kelas 10 A, rombongan tim
basket diam-diam mengikuti mereka berdua, sepertinya kapten basket ingin tahu
dimana kelas Michelle. Kedua gadis kelas 1 SMA itu tidak mengetahui kalau ada
yang membuntuti mereka, dan anak-anak tim basket pun mengikuti dengan tidak
membuat curiga siswa-siswi lain yang berlalu lalang. Saat melihat Michelle dan
Yupi masuk kelas 10 A, si kapten basket tersenyum.
~---------------------0-O-0---------------------~
Suasana ramai seperti biasa
meliputi area kantin Gedung Utara di universitas Patmangin. Ricky yang hendak
menemui kekasihnya di kantin itu sedang celingak-celinguk, namun tidak melihat
keberadaan Melody. Dipikirnya mungkin Melody belum datang, kemudian seseorang
menepuk pundaknya dari belakang, spontan pemuda itu menoleh.
Ricky: Eh Jeffrey, kenapa elu?
Jeffrey: Ky, akhirnya datang juga
elu, yuk kita gabung Jonathan dulu, udah lama kan kita gak meeting.
Ricky: Meeting apaan Jef?
Jeffrey: Tuh kan, elu udah lupa.
Makanya sekarang ikut gue, lihat tuh Jonathan sedang ngomong sama bodyguard-nya
tentang hal yang jadi topik meeting
kita dulu di sekolah.
Ricky masih tidak mengerti, ia
memutuskan untuk mengikuti Jeffrey menuju meja tempat Jonathan dan Agus yang
sedang terlibat pembicaraan mengenai sesuatu. Saat sudah dekat, barulah Ricky
mengetahui apa yang dibicarakan oleh Jonathan dan Agus, yaitu tentang klub
sepakbola Eropa.
Jonathan: Eh Ky, Jef, akhirnya
datang juga elu berdua.
Jeffrey: Jo, ini si Ricky lupa
tentang meeting kita di sekolah dulu.
Ricky: Meeting apaan sih? Biar gue tebak, berhubungan dengan sepakbola ya?
Jonathan: Ckckck, emang iya Ky,
parah banget elu, meeting bisa lupa,
mentang-mentang udah punya pacar.
Ricky: Hehe sorry-sorry Jo, tapi
beneran deh gue memang lupa, dan kayaknya gak ada hubungannya dengan gue punya
pacar atau enggak, karena setelah lulus sekolah kan gue diusir dari rumah, dan pikiran
gue setiap hari adalah hampir semua tentang perencanaan penggunaan duit.
Jonathan: Hmm, benar juga sih,
yaudah deh. Bang Agus, beritahu Ricky apa maksud saya dengan meeting.
Agus: Siap den Jo!
Ricky: Eh, memangnya bang Agus
tahu?
Agus: Tahu dong den Ricky, saya
barusan diberitahu den Jo. Jadi begini, meeting
kalian itu kan membahas tentang klub-klub di benua Eropa yang berlaga di
tingkat regional.
Ricky: Hmm, saya masih kurang
ingat deh bang Agus.
Agus: Itu loh, liga Champions.
Ricky: Oh, itu rupanya, hahaha.
Jonathan dan Jeffrey
menggeleng-geleng, kemudian Ricky dan Jeffrey duduk juga di meja untuk 4 orang
itu.
Ricky: Jadi gimana Jo, tim
favorit gue udah juara atau belum?
Jonathan: Ya belumlah, monyong.
Jonathan memasang muka masam pada
Ricky, dan Ricky pun tertawa meskipun tidak mengerti kenapa reaksi temannya
seperti itu.
Ricky: Haha, kok elu sewot gitu
sih Jo?
Jeffrey: Ricky, wajar lah si Jo
sewot, karena elu mengungkit kekalahan tim favoritnya yaitu dikalahkan tim
favorit elu ahaha.
Ricky: Hahahah, memangnya tim
favorit elu apa ya Jo? Gue lupa nih, dan babaknya perempat final ya?
Jonathan: Bukan, babak perempat
final kan bulan depan, jadi minggu lalu baru selesai babak 16 besar.
Jeffrey: Elu pasti lupa juga kan
Ky, kalau Jonathan punya 2 tim favorit yang beda negara.
Ricky: Gue sih ingatnya Inggris
dan Italia, benar gak Jo?
Jonathan: Iya, dan untungnya
salah satu tim favorit gue lolos ke babak perempat final, hahaha.
Ricky: Memangnya tim apa itu, Jo?
Jonathan: Ckckck, tim favorit gue
yang dikalahkan tim favorit elu adalah Manchester City. Kalau tim favorit gue
yang lolos ke babak 8 besar adalah Juventus.
Ricky: Oh iya, ahaha. Jef, kalau
tim favorit elu gimana? Lolos ke babak 8 besar juga atau KO?
Jeffrey: Muke elu KO, tim favorit
gue itu kan pernah KO-in tim favorit elu, jadi pastinya lolos lah karena
berhadapan dengan tim lain di babak 16 besar!
Ricky pun memasang muka masam
pada Jeffrey, ia sepertinya tahu maksud dari perkataan Jeffrey yang kini
terkekeh. Jonathan dan Agus pun ikut terkekeh, lalu Ricky lanjut bicara.
Ricky: Jadi gimana, hasil drawingnya tim favorit gue ketemu lawan
yang bagaimana?
Jeffrey: Hasilnya yang pasti tim
favorit gue maupun Jonathan belum ketemu tim favorit elu sebagai lawan di babak
delapan besar.
Jonathan: Tim favorit elu
lawannya di perempat final adalah tim asal Prancis, Ky. Tepatnya tim favoritnya
Edric.
Ricky: Wow, tapi sejak kapan
Edric punya tim favorit asal negara Prancis?
Jonathan: Sebenarnya sih si Edric
mendukung tim itu karena ada pemain favoritnya aja.
Ricky: Oh pantes, hehehe.
Mereka berbincang sejenak,
kemudian Ricky permisi pada teman-temannya untuk menemui Melody. Jonathan dan
Jeffrey menyindirnya dengan menggeleng-geleng kepala, Ricky hanya tertawa
menanggapi sindiran itu. Yaitu sindiran padanya yang lebih mengutamakan bersama
kekasih daripada teman, namun Ricky tahu kalau kedua temannya itu hanya
bercanda. Karena dulu di masa SMA baik Jonathan maupun Jeffrey juga melakukan
hal yang sama, Ricky dan teman-teman sekelas memaklumi hal itu.
Melody sedang meminum fruit tea
botol, ia lalu melihat kekasihnya datang menghampirinya. Ricky pun duduk di
sampingnya dan ia baru saja selesai meminum seteguk fruit tea itu.
Ricky: Hai sayang, kamu gak pesan
makan?
Melody: Enggak, aku udah makan
kok di rumah tadi. Kamu sendiri gak makan, sayang?
Ricky: Bentar dulu deh, kamu
tumben minum fruit tea?
Melody: Soalnya lagi haus banget
nih, sayang, makanya aku milih fruit tea.
Ricky: Hmm, yaudah aku pesan
makan dulu ya Imel.
Melody mengangguk sambil
tersenyum pada kekasihnya, Ricky beranjak pergi memesan makanan. Beberapa menit
kemudian Ricky sudah kembali dengan membawa sepiring nasi uduk, juga minumannya
jus jeruk.
Melody mengamati Ricky makan,
kemudian ia seperti merasa penasaran pada makanan yang kekasihnya makan dengan
lahap. Ricky menyadari sikap kekasihnya.
Ricky: Kenapa, Melon? Kamu mau
coba ya?
Melody: Eh, enggak. Kamu makan
aja, nanti kalau kamu bagi aku jadinya kamu gak cukup makan.
Ricky: Hahah, gak apa-apa kok
sayang. Atau...
Ricky mendekatkan wajah pada
Melody, ia berbisik pada kekasihnya.
Ricky(berbisik): Atau kamu gak
mau makan karena sendoknya sudah kena air liurku?
Melody wajahnya memerah, ia
tertawa ringan dan merespon perkataan kekasihnya.
Melody: Hihi, enggak begitu kok
sayang.
Ricky: Yaudah, kamu coba deh nasi
uduk ini. Kamu pasti belum pernah makan nasi uduk kan?
Melody mengangguk sebagai jawaban
pada Ricky, kemudian pemuda itu mulai menyuapi satu sendok nasi uduk pada
kekasihnya. Setelah Melody selesai mengunyah, Ricky pun bertanya.
Ricky: Gimana, nasi uduk-nya enak
kan?
Melody tersenyum dan mengangguk,
kemudian Ricky lanjut menyuapi nasi uduk itu padanya. Setelah 5 sendok tambahan
yang dilahapnya, barulah Melody buka suara.
Melody: Eh sayang, kok jadinya
aku yang makan? Hihihi.
Ricky: Oh, enggak apa-apa, kamu
mau lagi gak nasi uduknya?
Melody: Enggak deh, kamu aja yang
lanjut makan, sayang, aku samar-samar dengar bunyi perut kamu loh tadi.
Ricky cengengesan, ia pun lanjut
memakan sisa nasi uduk sampai habis. Melody meminum lagi beberapa teguk fruit
tea untuk memperlancar pencernaannya karena baru saja memakan 6 sendok nasi
uduk.
Sementara di meja lain, Amelia
dan Fita sedang bercakap-cakap sehabis makan semeja pada meja untuk 2 orang
yang rapat dinding dan posisinya agak jauh dari tempat Ricky dan Melody berada.
Amelia: Jadi bener ya, Fita? Kamu
pernah naksir Ricky?
Fita: Iya Amel, aku naksir dia
sewaktu kelas 6 SD setelah dia mengucapkan janji akan menikahiku, hihi.
Amelia: Hahaha, kalian berarti
polos banget.
Fita: Namanya juga anak kecil,
hahah. Tapi aku senang sekarang dia bisa punya pacar baru lagi.
Amelia: Hmm, memangnya kamu gak
naksir lagi pada dia?
Fita: Hihi, enggak lagi kok, aku
cuma nganggap dia teman biasa. Kalau kamu sendiri, hayoo.
Amelia: Ih apaan sih haha, kok
jadi aku.
Fita: Habisnya kan kamu dekat
dengan dia, kamu dulu SMA sekelas dengan Ricky kan?
Amelia: Iya, dan aku sempat
naksir dia sewaktu di SMA. Tapi cuma sebentar aja, karena aku langsung ilfeel
pada dia sewaktu mendengar dia ikut dalam pembicaraan mesum.
Fita: Eh, pembicaraan mesum
maksud kamu?
Amelia: Jadi gini, Ricky kan
ketika SMA suka gabung di bangku belakang kelas dengan murid cowok lainnya di
kelasku, biasalah ngobrol-ngobrol layaknya sebuah geng.
Fita: Hmm, terus?
Amelia: Nah, aku sempat dengar
pembicaraan para cowok mula-mula ringan tapi lama-kelamaan jadi berat alias
bersifat mesum.
Fita: Mesumnya kayak gimana?
Amelia: Ya kayak ngomongin
tentang bokep deh, pakai ngebahas ukuran body artisnya juga.
Fita: Hahah, jadi Ricky
ikut-ikutan?
Amelia: Iya, dia mulanya sih cuma
dengar aja tapi ujung-ujungnya dia juga ikut membicarakan itu, dan ekspresi
mukanya itu khas cowok mesum deh.
Fita: Ihihi, jadi kamu mulai
ilfeel ketika itu?
Amelia: Ya gitu deh Fit, jadi aku
nganggap dia kayak teman biasa aja deh, gak naksir lagi. Dan aku jadi tahu
kalau dia bisa terpancing untuk hal-hal mesum. Bahkan dia pernah mau mesumin
adik aku.
Fita: Eh, kamu punya adik
perempuan ya?
Amelia: Iya, dia kelas 2 SMA
sekarang. Kenapa, Fit?
Fita: Hihi, enggak apa-apa kok.
Aku juga punya adik perempuan, sekarang kelas 1 SMA tapi sekolahnya di luar
kota.
Amelia: Emm, kalau aku gak salah
ingat, Ricky pernah bilang kalau kamu dulu pindah ke luar kota ya? Jadi kamu
balik kesini untuk kuliah atau untuk ketemu Ricky lagi?
Fita: Itu benar kok, Amel. Aku
memutuskan kuliah disini sebenarnya memang pengen ketemu Ricky lagi, tapi itu
setelah aku dipindahtugaskan dari tempat aku bekerja sewaktu akhir kelas 3 SMA.
Mereka berdua kemudian
membicarakan hal lain hingga waktu istirahat berakhir.
~---------------------0-O-0---------------------~
Waktu istirahat kedua sudah
berakhir di sekolah Tunas Bangsa tepat pukul 11 siang, Sinka yang berada di
luar kelasnya kini sedang menelpon seseorang dan sepertinya akan selesai
pembicaraannya.
Sinka: Kak Omi, jangan lupa nanti
diminum vitamin-nya ya. Dan ingat nanti sehabis makan siang langsung istirahat,
alias tidur sampai sore.
Naomi: Iya Dudutku sayang, kamu
gak usah khawatir. Barusan Kakak dengar suara bel sekolahmu, berarti waktu
istirahat selesai kan? Kamu cepat masuk kelas, udahan dulu ya.
Sinka: Oke Kak, bye.
Pembicaraan di telpon itu
berakhir, Sinka tadi sengaja menelpon kakaknya untuk mengingatkan agar Naomi
memanfaatkan waktu cuti untuk tidur siang. Sinka tahu kini kakaknya masih
memiliki kantung mata yang cukup dapat terlihat jelas ketika ia video call pada
Naomi beberapa hari yang lalu, tepatnya hari Minggu lalu. Orang yang mengangkat
telpon ketika itu adalah Elaine, karena gadis itu mendengar beberapa kali
smartphone Naomi berdering. Mengetahui siapa yang menelpon maka ia tanpa ragu
menerima video call itu dan memperlihatkan pada Sinka keadaan Naomi yang sedang
tidur, matanya masih berkantung dan botol kecil berisi kapsul-kapsul vitamin
yang ada di meja dekat tempat tidurnya masih tersisa setengah, padahal menurut
perkiraan Sinka seharusnya sudah habis.
Sinka masuk ke kelasnya dan duduk
di bangkunya, yaitu disamping Elaine.
Elaine: Jadi, sebenarnya kak
Naomi sakit apa, Sinka?
Sinka: Kak Naomi tuh kena insomnia ringan, jadi kadang dia gak
bisa tidur lebih dari 4 jam, apalagi kalau banyak beban pikiran. Makasih ya
Len, kamu mau memberitahu aku keadaan kakakku.
Elaine: Sama-sama Sinka, aku udah
nganggap kak Naomi layaknya kakak aku kok, soalnya aku kan anak tunggal di
keluargaku.
Mereka kembali berbincang
sebentar tentang Naomi, Elaine sepakat untuk ikut mengingatkan Naomi agar
teratur minum vitamin dan memanfaatkan waktu cuti sehari yaitu hari ini untuk
tidur siang. Sesudah itu seorang guru masuk ke kelas itu, kedua gadis SMA itu
mengikuti pelajaran seperti biasa.
Pukul 12 siang di universitas
Patmangin, Ricky berjalan ke Gedung Selatan untuk menjemput Melody, ia berniat
mengantarkan kekasihnya itu ke butiknya. Namun baru sampai lantai 2, Ricky
melihat 2 orang mahasiswi yang baru keluar dari ruangan R5. Ketika sudah dekat,
barulah Ricky mengetahui bahwa 2 orang mahasiswi itu adalah Stella dan Naomi.
Ricky melihat kejanggalan, yaitu Stella yang memegangi pundak Naomi seolah
membantunya berdiri.
Ricky: Hai Stella, ini Naomi
kenapa?
Stella: Eh, kebetulan ada kak
Ricky. Ini loh, Naomi agak pusing kepalanya. Kak Ricky antar dia pulang ya,
kemarin dia ngambil cuti untuk hari ini agar bisa istirahat penuh sehabis
kuliah.
Ricky: Waduh, memangnya dia sakit
apa?
Stella: Tadi Naomi bilang pada
aku sewaktu aku tanya, dia bilang sih kurang tidur beberapa hari belakangan,
jadi cuma butuh istirahat, bukan sakit.
Ricky: Hmm, gimana ya?
Pemuda itu mau saja mengantarkan
Naomi, namun ia masih mempertimbangkan hal itu. Bukan karena takut terlambat
kerja, tetapi tidak mau Melody salah paham jika tahu. Beberapa detik berpikir,
ia lalu mendengar suara kekasihnya memanggil namanya maka ia pun menoleh dan
mendapati Melody berjalan perlahan menghampirinya yang sedang bersama Naomi dan
Stella.
Ricky: Ah, kebetulan kamu datang,
Mel.
Melody: Kenapa, sayang?
Ricky: Ini loh, aku mau ngantar
Naomi pulang, dia mau istirahat di tempat kos karena hari ini cuti.
Melody: Hmm, yaudah antar aja.
Ricky: Beneran nih, memangnya
kamu gak cemburu?
TO BE CONTINUED...
By: E.D.
Komentar
Posting Komentar