GALLANT IMPACT, Chapter 27
Chapter 27: Theft
Melody: Enggak kok Ricky, malah
menurutku sih kamu harus menolong Naomi, aku lihat dia lemes gitu, mungkin gak
akan kuat kalau pulang sendiri.
Ricky: Makasih ya sayang, atas
pengertian kamu.
Melody: Hihi, untuk apa kamu
berterimakasih padaku? Kalau kamu berkata begitu kan kesannya kamu mau cari
kesempatan berduaan dengan Naomi.
Ricky: Hehe, iya juga ya. Aku
janji gak akan cari kesempatan kok, sayang. Hmm, berarti kamu seperti biasa
kan, dijemput Frieska?
Melody: Iya sayang, sekarang
mending kamu cepat antar Naomi pulang, biar dia bisa istirahat.
Ricky mengangguk, kemudian
mengalihkan pandangan kembali pada Stella dan Naomi. Ia menggantikan Stella
untuk membantu Naomi agar tetap berdiri, dengan melingkarkan satu tangan Naomi
pada pundaknya. Ricky dan Naomi pamit pada Melody dan Stella, mahasiswi yang
terlihat lemas itu mengucapkan terima kasih pada temannya yang dibalas anggukan
dari Stella. Setelah Ricky dan Naomi mulai jalan menjauh, Melody berkenalan
dengan Stella, ia mengobrol sebentar dengan mahasiswi yang dulu menjadi adik
kelas kekasihnya dan sekarang menjadi juniornya di Fakultas Ekonomi.
Di parkiran motor Gedung Timur,
Ricky juga membantu Naomi menaiki motornya, dan mahasiswi itu berpegangan pada
pundak Ricky, ia ingin tetap terjaga meskipun sangat mengantuk karena tidak mau
merepotkan Ricky lebih dari ini. Pemuda itu mulai menjalankan motornya dengan
kecepatan sedang untuk keluar dari parkiran menuju ke tempat kos.
Saat sampai di luar tempat kos,
Ricky juga membantu Naomi turun dari motornya yang sudah diberhentikannya, dan
kembali melingkarkan satu tangan Naomi pada pundaknya. Ricky menuntun Naomi
jalan ke depan pintu kos, dan setelah mereka masuk ke dalam rumah itu, Jeje
yang sedang duduk santai di sofa pun menoleh pada mereka.
Jeje: Eh kak Ricky, ini kak Naomi
kenapa?
Ricky: Gak tahu nih Je, yang
pasti sih dia mau istirahat sehabis makan siang, katanya sih kemarin dia
ngambil cuti sehari jadi hari ini enggak pergi kerja.
Jeje: Hmm, yaudah, ayo kita ke meja
makan dulu, bentar lagi Ibu selesai masak.
Ricky mengangguk, dan ia
mengikuti Jeje jalan ke meja makan sambil membantu Naomi jalan juga.
Sesampainya di meja makan, Ricky dan Naomi duduk pada kursi yang tersedia
sementara Jeje pergi ke dapur untuk membantu ibunya memasak. Naomi mulai
membuka suara setelah beberapa detik suasana hening di meja makan itu.
Naomi: Ricky, kamu udah jadian ya
dengan kak Melody?
Ricky: Iya Mi, aku jadian dengan
dia hari Sabtu lalu, dan aku sengaja gak memberitahu kalian semua disini karena
si Ibu kos cilik kan suka godain aku dengan Melody, lantaran aku dekat dengan
dia, padahal aku juga dekat dengan beberapa mahasiswi lain di kampus. Hanya
saja mereka teman-teman SMA-ku dan Melody bukan, makanya Jeje godain aku terus
soal itu.
Naomi menanyakan perihal Ricky
yang berpacaran dengan Melody karena ia tadi mendengar jelas kalau seniornya
memanggil Ricky ‘sayang’. Maka ia mau memastikan hal itu, dan merasa agak
kecewa karena setelah Ricky move on dari Akicha, pemuda itu bukan mencintai
dirinya melainkan Melody, seniornya di Fakultas Ekonomi. Ia melihat sikap Ricky
tetap seperti biasanya sejak 4 hari lalu ketika jadian, tidak ada tanda-tanda
seperti baru jadian. Naomi tidak tahu kalau Ricky 2 hari lalu janjian dengan
Melody untuk pergi ke perayaan ultah kampus karena ia lebih memilih istirahat
sebelum pergi kerja. Sedangkan kemarin ia tidak pergi ke kantin karena sudah
lebih dulu sarapan di tempat kos, begitu juga hari ini yaitu tadi pagi ketika
ia ditawari sarapan bareng keluarga Ibu kos.
Naomi: Hmm, selamat ya Ricky,
kamu punya pacar lagi, aku turut senang kalau kamu bisa move on dari Akicha. Dan terima kasih kamu udah ngantarin aku balik
kesini.
Ricky: Iya, sama-sama Naomi.
Ngomong-ngomong aku mau tanya nih, kamu kok bisa kurang tidur beberapa hari
sih? Memangnya kamu ngerjain tugas kampus ya? Tugasnya sebanyak atau sesulit
itukah hingga kamu harus selesaikan dengan tidur larut beberapa hari dan
jadinya kamu kurang tidur.
Belum sempat Naomi menjawab,
perhatian Ricky teralih pada pintu depan dimana Elaine baru pulang dan bersama
Sinka. Kedua gadis SMA itu datang ke meja makan serta menyapa Ricky dan Naomi,
mereka bergabung duduk di meja makan berhadapan dengan mahasiswa dan mahasiswi
itu. Sinka sepertinya hendak menanyakan keadaan Naomi apakah sudah minum
vitamin atau belum, namun tidak ingin Ricky mengetahui soal insomnia kakaknya. Sebab Naomi memang
merahasiakan dirinya yang mengidap insomnia
karena tidak mau dikasihani oleh para penghuni kos yang lain. Ia tahu kalau
hanya Elaine, Jeje, dan Ibu kos yang mengetahui serta bersedia merahasiakan
mengenai insomnia-nya selain
keluarganya.
Elaine mengobrol ringan dengan
Naomi, ia menanyakan mengenai bedanya masa kuliah dengan masa sekolah. Naomi
menjelaskan dengan pelan hal itu menurutnya pribadi, Ricky dan Sinka hanya
mendengarkan pembicaraan mereka. Tak lama kemudian Ibu kos bersama Jeje datang
dari dapur untuk menghidangkan makan siang, keenam orang itu pun memulai makan
siang.
Sehabis menyelesaikan makan
siangnya terlebih dulu, Ricky berpamitan pada lima orang di meja makan itu, ia
berlalu ke kamarnya seperti biasa untuk menukar tas yang dibawanya tadi ke
kampus, yaitu backpack kuliah dengan messenger bag yang berisi pakaian
kerjanya dan segera berangkat menuju SKYPILLAR HOTEL.
Di tempat lain, yaitu di rumahnya
Gaby, terlihat pada ruang tamu ada Shania, Hanna, dan Michelle yang mengenakan
seragam SMA sedang mengerjakan PR bersama Gaby yang mengenakan pakaian rumahan
biasa. Dan PR yang kini mereka kerjakan secara berkelompok adalah Matematika,
karena bentuk soal yang berbeda-beda mereka pahami membuat mereka memutuskan
untuk bekerjasama. Setelah cukup lama mengerjakannya dan menggabungkan serta
mencocokkan jawaban maka selesailah PR keempat gadis itu.
Shania: Hore, akhirnya selesai
juga PR matematika!
Gaby: Iya, berkat aku kan
akhirnya kita bisa selesaikan semua soalnya.
Michelle: Tapi kak Gaby kan cuma
bisa 2 soal, aku yang paling banyak bisa soal-soalnya.
Hanna: Hihihi, iya deh, murid
yang jago matematika.
Michelle: Apaan sih kak Hanna,
haha. Aku juga gak bisa setengahnya kok soal-soal yang tadi kita kerjakan
bareng.
Gaby: Iya-iya, tapi kan aku yang
mengusulkan biar kita kerjain bareng.
Shania: Benar juga ya, kenapa
kita gak kerjain bareng aja ya PR Matematika sebelum ini, kan bisa lebih cepat
dengan menggabungkan jawaban.
Gaby: Ckck, kemarin-kemarin
kalian kan nonton drama korea terus di rumahnya Michelle, malas ngerjain bareng
waktu aku ajak kalian kecuali Michelle dan Yupi. Jadinya Michelle dan Yupi juga
ikutan nonton deh.
Shania dan Hanna hanya
cengengesan, kemudian Michelle kembali bicara.
Michelle: Eh iya, ngomong-ngomong
kok Shani dan Yupi belum datang ya?
Shania: Wah, benar juga ya, kamu
udah kasih tahu alamat ini pada mereka, Gab?
Gaby: Udah kan tadi, aku kirim
pesan LINE pada Shani. Dia bilang mau ikut kerjakan bareng juga, jadi dia
datangnya bareng Yupi.
Baru saja Gaby berkata begitu,
bel rumahnya terdengar oleh mereka, dan ia hendak beranjak untuk membukakan
pintu tapi pembantunya sudah lebih dulu menuju pintu depan dan membukakan pintu
untuk tamu yang memencet bel. Belasan detik kemudian, Shani dan Yupi diantarkan
oleh pembantunya Gaby ke ruang tamu.
Gaby: Mbok, tolong buatin minuman
untuk kami berenam ya.
Mbok: Iya non, tunggu ya.
Gaby mengangguk, dan pembantunya
pun berlalu ke dapur, Shani dan Yupi yang sudah bergabung duduk di sofa dengan
keempat gadis di ruang tamu itu pun mulai bicara.
Shani: Wah, kalian udah selesai
PR Matematika ya?
Yupi: Berarti aku dan Shani
tinggal nyalin jawaban dong? Hehehe.
Michelle, Hanna, dan Shania
memanyunkan bibir yang disambut tawa 2 gadis yang baru datang itu, Gaby juga
tertawa melihat sikap 3 temannya.
Hanna: Oh iya Gab, aku mau nanya
nih soal pembantu kamu.
Gaby: Memangnya kenapa dengan
mbok Minah?
Shania: Sama loh Gab, aku juga
heran melihat pembantu kamu.
Yupi: Pembantu kamu kok kayaknya
masih muda ya, Gab?
Michelle: Nah itu juga aku mau
tanya, kak Gaby.
Gaby: Oh, kompak banget kalian
hehe. Wajar sih, mbok Minah memang terlihat muda walaupun udah kepala 4.
Shani: Hah? Beneran, Gab, aku
kira pembantu kamu baru berusia 20-an.
Gaby: Hihi, iya benar. Kalian
tahu gak, aku pernah usulkan pada mbok Minah agar aku manggil dia ‘mbak’ aja
tapi dia bilang gak mau, jadi aku tetap panggil dia ‘mbok’ deh.
Michelle: Oh gitu, mbok Minah
udah kerja lama ya Kak?
Gaby: Hmm, sekitar 3 bulan lalu
sih, dia direkomendasikan oleh pembantuku yang lama, soalnya pembantuku yang
lama sudah mau pensiun dan pulang kampung. Mbok Minah asalnya dari kampung yang
sama dengan pembantu lamaku.
Hanna: Memangnya mbok Minah gak
merasa berat terpisah dari keluarga atau suaminya?
Gaby: Hmm, kalau dibilang merasa
berat sih sebenarnya cuma terpisah dari keluarganya di kampung aja sih, soalnya
mbok Minah belum nikah loh.
Shania: Hah? Masa sih belum
nikah, padahal kan mbok Minah cukup cantik.
Gaby: Ya gitu deh, jodoh kan
tidak selalu datang dengan cepat, aku gak berani nanya soal itu pada mbok
Minah, takut menyinggung perasaannya.
Baik Shani, Hanna, Yupi,
Michelle, dan Shania hanya memanggut-manggut. Beberapa menit kemudian saat
mereka sedang membicarakan perihal musik, mbok Minah datang dan menyuguhkan
minuman pada mereka. Keenam gadis SMA itu mengucapkan terimakasih pada mbok
Minah yang kemudian berlalu ke dapur.
~---------------------0-O-0---------------------~
Sore hari menjelang malam selagi
menunggu makanan pesanan dihidangkan, Ricky mengirim SMS pada Michelle. Anthony
dan Sally yang duduk semeja dengannya juga sibuk dengan smartphone mereka
masing-masing.
Ricky: Lele sayang, kamu dimana?
Michelle: Eh kak Ricky, maaf aku
tadi silent HP-ku, jadi baru tahu kalau tadi siang Kakak SMS sekali.
Ricky: Iya gak apa-apa, kamu
tumben silent handphone-mu, kenapa tadi? Kamu baik-baik saja kan?
Michelle: Aku baik-baik saja kok
kak Ricky, tadi aku sama teman-teman ngerjain PR Matematika, jadi karena harus
fokus maka kami sepakat men-silent handphone masing-masing deh. Ini aku bentar
lagi mau pulang.
Ricky: Hmm, pantesan, bagus deh
kalau kamu baik-baik saja. Kalau begitu Kakak mau makan malam dulu, kamu nanti
pulangnya hati-hati.
Michelle: Iya Kak.
Sehabis itu Ricky menyimpan
smartphone-nya ke saku celana, ia pun juga melihat makanan pesanannya akan
segera dihidangkan.
Malam hari sehabis selesai shift
kerja, Ricky meregangkan badan di toilet, ia baru saja selesai berganti pakaian
dan keluar dari sebuah bilik toilet. Anthony yang ada di bilik sebelahnya pun
mengajaknya bicara dengan masih berada dalam bilik toilet.
Anthony: Ky, gue mau nanya
sesuatu nih pada elu.
Ricky: Nanya apa, Ton?
Anthony: Soal kampus elu,
mahasiswi di sana banyak gak yang cantik?
Ricky: Wah, kalau soal itu sih
gue gak bisa jawab, elu nanti kalau pindah bisa nilai sendiri deh.
Anthony: Hmm, gitu ya, jadi elu
udah punya pacar lagi atau belum?
Ricky: Udah, gue malah baru
jadian 4 hari, tanggal 21 lalu. Elu kenal kok orangnya.
Anthony: Wiih, selamat ya Ky.
Biar gue tebak, Melody kan?
Ricky: Haha, thanks Ton. Eh kok
elu tahu?
Anthony: Itu sih gak heran Ky,
gue lihat dia perhatian banget pada elu ketika sebulan lalu elu amnesia.
Mendengar perkataan temannya,
Ricky tersenyum sambil menatap langit-langit toilet itu, ternyata dugaannya
benar sewaktu bulan lalu, ia selalu dijenguk oleh Melody, mahasiswi yang kini
sudah menjadi kekasihnya setiap hari hingga ketika ia diperbolehkan keluar dari
rumah sakit dengan stabilnya kondisi fisiknya pada tanggal 1 Maret lalu. Selagi
ia melamun, Anthony sudah keluar dari bilik toilet dan membuyarkan lamunannya.
Anthony(setengah berteriak):
Wooiii!
Ricky: Eh, kenapa Ton?
Anthony: Elu ngapain
senyam-senyum sendiri sambil lihat ke atas? Memangnya diatas ada apa?
Anthony melihat langit-langit
toilet sebentar, kemudian kembali menatap Ricky yang cengengesan.
Anthony: Lah, sekarang elu malah
cengengesan, kenapa sih elu?
Ricky: Hehe Ton, kayaknya gue
tahu maksud elu nanyain soal mahasiswi di kampus gue.
Anthony: Enggak kok, gue gak ada maksud
apa-apa.
Ricky: Ah, gak usah mengelak deh
elu, pasti karena elu udah putus dengan pacar elu kan, jadi elu berencana mau
mencari pacar baru di kampus baru nanti.
Anthony: Wah, kok elu tahu Ky?
Ricky: Haha, kalau bukan itu apa
lagi maksud elu nanya itu, pastinya kan elu udah putus makanya mau cari
pengganti. Ngomong-ngomong kok bisa putus sih, udah berapa lama masa pacaran
elu dengan dia?
Anthony: Sekitar 4 bulan sih, itu
udah lebih lama daripada pacar gue yang sebelumnya lagi, cuma 3 bulan.
Ricky: Jadi cewek elu minta putus
karena apa?
Anthony: Ya... dia bilang sih dia
ternyata cuma nganggap gue sebagai kakak selama kami pacaran, rasa sayang dia
pada gue tidak lebih dari itu.
Ricky: Oh, elu yang sabar ya Ton,
jangan galau terus, apalagi sampai mau bunuh diri.
Anthony: Haha, apaan sih elu,
monyong. Gue juga mulai sadar kok kalau dia lebih pantas jadi adik gue, karena
masih kelas 2 SMA.
Ricky: Berarti buat pacar elu
berikutnya, elu bakal cari cewek yang gak beda jauh umurnya sama elu dong?
Anthony: Kayaknya sih Ky, makanya
tadi gue nanya soal mahasiswi di kampus elu.
Ricky: Kalau menurut gue sih,
banyak yang cantik, kan zaman sekarang memang gampang cari cewek yang cantik.
Anthony: Eitts, gue cari pacar
bukan mengutamakan yang cantik, tapi lebih penting kalau gue merasa nyaman
dengan sifat cewek tersebut.
Ricky: Hmm, yaudah elu
konsentrasi kuliah aja selagi masih jomblo, dan soal elu mau pindah ke kampus
gue, kayaknya jangan karena elu sudah putus dengan pacar deh.
Anthony: Enggaklah Ky, gue memang
sudah bertekad mau pindah sehabis semester 6 ini habis, karena gue lihat materi
kuliahnya makin membingungkan.
Ricky: Okelah terserah elu aja,
yuk kita pulang.
Anthony mengangguk, mereka berdua
kemudian keluar dari toilet dan berjalan menuju parkiran motor disamping
bangunan hotel. Kedua mahasiswa itu pun berpisah arah ketika sudah melajukan
motor di jalan raya yang luas, Ricky hendak menuju bank tempat ia menabung
terlebih dulu, ia mau mengganti nomor PIN kartu ATM-nya. Tadi siang ia sempat
mengambil kartu ATM-nya dan amplop yang didalamnya ada tercetak nomor PIN dari
kartu ATM-nya, ia tidak membawa buku tabungannya karena mengingat saldo yang
tercetak di halaman pertama buku itu, yaitu jumlah uang yang disetornya ketika
membuka rekening baru.
Sekitar 7 menit kemudian Ricky
tiba di bank itu yang telah tutup kantornya tapi bilik-bilik tempat mesin ATM
masih belum tutup. Ia memarkirkan motor dan mengambil amplop serta kartu
ATM-nya dari dalam messenger bag-nya
kemudian berjalan menuju deretan bilik mesin ATM. Dilihatnya dari 5 mesin ada 3
yang kini sedang dipakai nasabah lain, Ricky dapat melihat dari luar kaki-kaki
mereka. Ia menuju satu bilik mesin ATM yang kosong, dan mulai merasakan hawa
dingin AC menerpa badannya. Ia tidak mau terlalu lama berada dalam ruangan yang
dingin itu karena sudah larut malam dan takut masuk angin nantinya. Ricky mulai
merobek amplop yang dipegangnya, setelah memasukkan kartu ATM ke dalam mesin.
Ia menekan nomor PIN yang tertera pada secarik kertas dari dalam amplop, setelah
itu Ricky mengganti nomor PIN menjadi tanggal jadiannya dengan Melody, tanggal
21 bulan 03 tahun 15. Setelah proses penggantian nomor PIN berhasil, ia juga
mengecek saldo yang ada dan masih sama seperti ketika ia menyetor, belum
bertambah. Dipikirnya wajar karena hari ini belum tanggal terakhir di bulan ini.
Setelah selesai, ia menyimpan
kartu ATM ke saku celananya, dan juga amplop yang sudah robek berikut secarik
kertasnya karena tidak ada tempat sampah disitu. Ia berniat membuangnya di tong
sampah pada tempat kos.
Baru beberapa meter keluar dari
bilik mesin ATM yang dingin, Ricky melihat tak jauh dari bangunan bank ada
seorang gadis berseragam SMA yang sedang memegang buku tabungannya. Ricky juga
dapat melihat gadis berambut panjang itu sedang memegang secarik kertas yang
sepertinya tertulis nomor PIN-nya dan ia kini menggenggam kartu ATM. Tiba-tiba
ada seseorang yang bertopeng muncul dari balik pepohonan di dekat gadis itu,
dan orang itu mengambil kartu ATM dan secarik kertas yang dipegang si gadis SMA
dengan cepat dan langsung berlari. Gadis itu berteriak minta tolong, dan
mengejutkan 2 satpam yang sedang main catur dengan duduk di bangku panjang depan
pintu bangunan bank. Kedua satpam itu hendak mengejar si pencopet.
Ricky berinisiatif mengejar
pencopet itu, ia berlari semampunya meskipun melihat jarak antara dirinya
dengan pencopet masih jauh. Tiba-tiba pandangan matanya bergeser lebih cepat
lagi, dan ia dapat melihat jelas bahwa jarak antara dirinya dengan pencopet makin
lama makin berkurang. Akhirnya Ricky dapat menghadang pencopet itu.
Ricky: Mau kemana anda, wahai
pencopet.
Pencopet bertopeng itu lebih
tinggi dari Ricky, ia menatap tajam pada pemuda yang menghadangnya. Merasa
diejek oleh perkataan Ricky barusan, ia lalu mulai berusaha memukul Ricky
berkali-kali namun tidak kena sekali pun. Ricky memukulnya sekali di pipi kanan
kemudian menendang badannya dari samping dengan kaki kirinya. Pencopet itu jatuh,
begitu juga kartu ATM dan secarik kertas yang tadi digenggamnya, ia langsung kabur
saat melihat ke belakang dan mendapati ada 2 orang satpam yang menghampiri
dirinya dan Ricky. Setelah pencopet itu pergi, Ricky memungut kartu ATM dan
secarik kertas yang tergeletak di jalan itu. Kedua satpam bank sudah tiba dan mereka
berbicara pada Ricky.
Satpam 1: Eh, adek ini kan yang
tadi ke mesin ATM kan?
Satpam 2: Berarti adek juga
nasabah bank ya. Wah, hebat anda bisa mengejar pencopet itu.
Ricky: Iya, saya nasabah bank
juga makanya saya mau menolong gadis itu yang juga nasabah bank.
Satpam 1: Terimakasih ya dek, ayo
kita balik, gadis itu menunggu bersama pacarnya.
Ricky: Eh, cewek itu punya pacar?
Kok saya lihat tadi dia sendiri?
Satpam 2: Pacarnya gadis itu tadi
nungguin di mobil, dan dia juga terkejut waktu gadis itu kecopetan. Sekarang
mendingan kita balik, dek.
Ricky hanya mengangguk, ia jalan
lebih dulu diikuti 2 satpam itu untuk kembali ke tempat gadis yang kecopetan
tadi menunggu. Sesampainya di sana, ia mengernyitkan alis karena merasa
mengenali sosok pemuda berseragam SMA yang bersama gadis itu. Kedua satpam bank
memberitahu 2 murid SMA itu bahwa Ricky yang berhasil mengambil kembali kartu
ATM dan secarik kertas milik gadis itu. Ricky segera mengembalikannya pada
gadis itu dan mendapat ucapan terimakasih dari pasangan murid SMA tersebut.
Kedua satpam itu kembali main catur di depan pintu bank.
Gadis: Wah, terimakasih ya Kak,
udah nolong aku. Kalau gak ada Kakak, pasti ATM-ku gak balik lagi.
Ricky: Iya sama-sama, lain kali
hati-hati kalau habis dari bank, simpan baik-baik kartu ATM-nya apalagi kertas
yang ada nomor PIN-nya kamu pegang juga.
Pemuda: Eh, abang ini yang minggu
lalu ke bank untuk buka rekening kan?
Ricky(sambil menunjuk pemuda):
Ah, kamu yang duduk di sebelahku kan waktu itu?
Siswa SMA itu mengangguk sambil
tersenyum, mereka pun berkenalan. Nama pemuda itu adalah Denny, dan pacarnya
bernama Gracia. Mereka berdua bersekolah di SMA Nusa Harapan, sekolah asal Ve
dan Melody dulu. Ricky juga menyebutkan namanya pada mereka berdua.
Ricky: Jadi, Den, kamu tadi lagi
di mobil ya?
Denny: Iya bang, aku tadi gak
ikut Gracia karena dia mencari mesin ATM ke mini market dekat bank, soalnya
tadi semua mesin ATM penuh.
Ricky: Oh, lain kali temenin dong
pacar kamu.
Gracia(sambil memasang wajah
cemberut pada Denny): Iya nih, kamu bukannya temenin aku, malah lebih milih
nunggu di mobil.
Denny: Iya sayang, aku minta maaf
ya, lagian kamu ngapain nulis nomor PIN di kertas, pakai dipegang segala.
Gracia: Ih, aku kan gak mudah
mengingat angka-angka. Aku bisanya hapal angka 4 digit aja, lebih dari itu aku
pasti lupa terus.
Denny menertawai pacarnya, Ricky
juga ikut tertawa. Gracia semakin cemberut dan memukul-mukul pacarnya hingga
Denny memintanya berhenti. Merasa heran akan sesuatu, Ricky pun bertanya pada
mereka.
Ricky: Eh, kalian kan murid SMA,
kenapa malam-malam begini keluyuran?
Denny: Hehe, tadi kami habis
pulang sekolah langsung ke rumah teman untuk kerjakan PR kelompok bang.
Ricky: Hmm, lalu memangnya PR itu
sampai malam begini baru bisa selesai?
Gracia: Enggak sih Kak, sore tadi
udah selesai tapi kami jalan-jalan dulu ke mall dekat rumah teman, jadinya lupa
waktu deh.
Ricky: Ckckck, yasudah kalian
buruan pulang deh, udah mau jam 11 malam.
Kedua murid SMA mengangguk, dan
mereka pamit pada Ricky. Denny menggandeng Gracia menuju mobilnya, lalu mulai
menjalankan mobil untuk mengantarkan Gracia pulang lebih dulu. Ricky membalas
lambaian tangan Denny dari kaca mobil, kemudian ia sendiri menuju motornya
untuk pulang.
~---------------------0-O-0---------------------~
Pagi hari berikutnya, di kediaman
Ega terlihat ia sedang diguncang-guncang badannya oleh Yansen.
Yansen: Abang, banguunnn!
Ega mulai membuka matanya, ia
melihat adiknya yang mengenakan seragam SMA. Dengan posisi masih terbaring ia
pun bertanya pada Yansen.
Ega: Eh Cesen, jam berapa
sekarang?
Yansen: Udah jam setengah 7,
bang. Aku sekarang mau berangkat diantar Ayah, tapi Ayah suruh aku bangunin
Abang dulu.
Ega nampak terkejut dan ia
bangkit dari tempat tidurnya.
Ega: Waduh, udah jam segini, owe
mesti jemput Ve. Makasih ya Cesen, udah bangunin Abang.
Seperti biasa Ega mengelus lembut
kepala adiknya yang tersenyum, dan ia pun berlalu ke kamar mandi. Setelah
melihat abangnya mulai mandi, Yansen keluar dari kamar Ega dan mengambil tas
sekolahnya di kamarnya, kemudian turun ke bawah untuk diantar Ayahnya ke
sekolah.
Sehabis Ega selesai mandi, ia pun
pamit pada Ibunya dan mulai memacu motornya menuju rumah kekasihnya.
Saat sampai di depan rumah Ve,
Ega melihat gadis berkacamata itu sedang membaca sebuah buku di teras. Ia pun
menghampiri kekasihnya yang sedang duduk pada kursi kayu.
Ega: Sayang, maaf owe telat
jemput kamu.
Ve menutup buku yang dibacanya,
kemudian tersenyum pada kekasihnya.
Ve: Eh sayang, enggak apa-apa
kok, lagian ini belum telat untuk berangkat ke kampus.
Ve beranjak dari kursi yang
didudukinya, ia menyambut tangan Ega yang diulurkan pria itu untuk menggandengnya,
mereka berdua menuju motor Ega. Dan seperti biasa Ega membantu Ve menaiki
motornya yang boncengannya agak tinggi. Setelah kembali memakai helmnya dan Ve
sudah menyandarkan kepala pada pundak kanannya, Ega mulai menjalankan motor menuju
universitas Patmangin. Ega biasanya sebelum jam 7 pagi sudah tiba di rumah Ve
untuk menjemput kekasihnya barengan ke kampus, agar menghindari kemacetan pada
sekitar pukul setengah 8 pagi, karena perjalanan dari rumah Ve menuju
universitas Patmangin akan melewati jalan raya yang kadang macet dan kadang
tidak.
~---------------------0-O-0---------------------~
Pagi hari di sekolah Tunas
Bangsa, Michelle sedang menopang dagu karena bosan akan pelajaran Geografi. Ia
menunggu waktu istirahat yang akan dimulai sebentar lagi. Dan setelah beberapa
menit, bel sekolah berbunyi pertanda waktu istirahat pertama akan dimulai.
Wajah Michelle langsung berubah ekspresinya, jadi bersemangat kembali. Yupi
yang duduk sebangku dengannya menertawai sikapnya setelah guru Geografi keluar,
juga beberapa murid di kelas itu yang hendak ke kantin.
Michelle: Eh, kenapa Yup, kamu
tertawa?
Yupi: Hihi Chel, wajah kamu lucu
banget tadi ketika kamu menopang dagu.
Michelle: Hihihi, habis mau
gimana lagi, aku bosan sih dengan pelajarannya, dan gak mengerti setengahnya.
Yupi: Hmm yaudah, mending kita ke
kantin sekarang.
Michelle mengangguk, ia bersama
Yupi mengajak Shania dan Shani untuk bareng ke kantin. Kedua gadis itu
membereskan buku di meja terlebih dulu dengan menaruh di lacinya. Setelah itu
mereka berempat keluar dari kelas 10 A.
Mereka melihat di kantin sudah
mulai penuh dengan para murid SMA dan sebagian murid SMP, juga ada beberapa
guru yang ‘nongkrong’ di satu meja. Dengan cepat Michelle menemukan satu meja
yang kosong, juga pas untuk 4 orang. Ia dan Shani memutuskan untuk duduk
sebelum ada orang lain yang terlebih dulu mengambil tempat itu. Shania dan Yupi
sepakat, mereka yang memesan makanan dan minuman untuk mereka berempat.
Michelle dan Shani sudah berhasil
duduk pada bangku di meja itu, mereka menghela nafas karena baru saja berlari
kecil untuk sampai di tempat duduk. Shania dan Yupi yang telah selesai memesan
makan pun bergabung dengan Michelle dan Shani, mereka mulai mengobrol sembari
menunggu makanan siap dihidangkan.
Obrolan mereka terhenti saat
seorang siswa yang kemarin diam-diam memandangi Michelle datang menghampiri
meja mereka. Ia mengajak keempat gadis itu berkenalan. Shania dan Shani dengan
curiga menyalaminya, setelah itu Yupi yang bertingkah malu-malu juga bersalaman
dengannya. Dan Michelle yang terakhir berkenalan dengannya, siswa dengan tag
name berbunyi ‘Marcel’ yang menyalami Michelle beberapa detik lebih lama
daripada ketiga temannya. Marcel mengenalkan diri sebagai siswa kelas 11 A, dan
ia juga menyebutkan statusnya yang sebagai kapten basket. Setelah berkenalan
dengan keempat gadis itu, ia pamit untuk membeli snack titipan temannya lalu akan balik ke kelasnya duluan. Michelle
agak heran mengapa ada cowok yang mengajak ia dan teman-temannya berkenalan,
namun ia tidak memikirkan hal itu karena sudah sangat lapar. Shani dan Shania
memikirkan maksud Marcel mengajak mereka kenalan dengan berbagai spekulasi,
salah satunya yang mereka duga adalah untuk mendekati Michelle.
~---------------------0-O-0---------------------~
Di kantin Gedung Utara, Ricky
bersama Melody sedang menunggu makanan dan minuman pesanan mereka dihidangkan.
Wanita itu pun menanyakan sesuatu pada kekasihnya.
Melody: Sayang, gimana keadaan
Naomi? Udah baikan?
Ricky: Tadi pagi aku lihat sih
dia udah gak lemes, bahkan dia yang duluan berangkat ke kampus sebelum Maya dan
Sendy.
Melody: Eh, Sendy itu sama
Fakultas dengan aku juga ya?
Ricky: Iya, dia juga semester 4
sekarang, memangnya kamu gak pernah ketemu dia di Gedung Selatan ya?
Melody: Enggak tuh, aku dan Ve
tiap jalan ke kantin ini gak papasan sekalipun dengan dia. Aku juga udah agak
lupa wajahnya kayak gimana. Kalau gak salah kamu pernah bilang dia lebih muda
dari aku ya, sayang?
Ricky: Benar sayang, Sendy
seumuran dengan Ve, hari ulang tahunnya tepat seminggu lebih awal dari Ve.
Melody: Hmm, terus menurut kamu
dia lebih cantik dari aku atau tidak?
Ricky: Hahah, kenapa kamu tanya
hal itu? Memangnya kamu mau dibanding-bandingkan dengan cewek lain?
Melody: Ya enggak, Ricky. Kamu
kan pernah bilang kalau dia suka bertingkah manja padamu, apa dia naksir pada
kamu?
Ricky: Ahahaha, ya enggak mungkin
lah. Dia bertingkah manja bukan padaku aja kok, pada cowok penghuni kos yang
lain juga, bahkan pada Bobi dan Donny yang masih SMA. Dan gak terlalu sering
sih dia bertingkah begitu.
Melody memanggut-manggut,
kemudian seorang pegawai kantin datang membawakan makanan dan minuman pesanan
mereka berdua. Mereka tidak membicarakan apa-apa lagi dan mulai menyantap makanan.
Sambil menunggu Melody selesai
makan, Ricky bertukar SMS dengan Michelle.
Ricky: Lele sayang, gimana? Kamu
udah ngobrol dengan teman lamamu?
Michelle: Hah? Maksud Kakak apa?
Aku gak ngerti deh, teman lamaku siapa?
Ricky: Loh, kamu kemarin-kemarin
gak ditelpon Aurel?
Michelle: Eh, Aurel? Maksud
Kakak, adiknya kak Fita?
Ricky: Iya Lele, 2 hari lalu
Kakak ditelpon Aurel ketika sore, dia nanya nomor kamu jadi Kakak beritahu deh.
Michelle: Tapi aku gak dapat miscall dari nomor tak dikenal 2 hari lalu,
Kak.
Ricky: Hmm, mungkin Aurel sibuk
jadi gak sempat nelpon kamu, dia kan sekarang masih sekolah di luar kota.
Yasudah, itu aja yang Kakak mau tanya padamu, kamu simak pelajaran lagi ya.
Michelle: Oh gitu ya, oke Kak.
Percakapan di SMS berakhir, Melody
menanyai Ricky.
Melody: Jadi Fita punya adik
perempuan ya, sayang?
Ricky: Iya Melon, nama adiknya
Fita adalah Aurel, dia masih sekolah di luar kota, dia seumuran dengan
Michelle.
Melody: Hmm, jadi mereka teman
dekat ketika kamu SD dulu?
Ricky: Iya, dan mereka berteman
dekat sejak aku mulai ngajak Fita beberapa kali mampir ke rumahku, dan aku juga
beberapa kali gantian mampir ke rumah Fita.
Melody: Emm, kamu dulu pernah
suka pada Fita ya?
Ricky: Enggak kok sayang, kenapa
kamu bisa berasumsi begitu?
Melody: Soalnya kan kamu pernah
bilang kalau dulu kamu sempat janji pada Fita untuk menikahinya.
Ricky: Hehehe, kamu cemburu ya?
Melody mulai salah tingkah, Ricky
tertawa ringan melihat sikapnya. Setelah menyelesaikan tawa ia kembali bicara
dengan berbisik pada mahasiswi itu.
Ricky: Itu udah pernah aku
bicarakan dengan Fita kok, sewaktu aku masih pacaran dengan Akicha. Dia sudah
bisa berpikiran dewasa kok sewaktu itu, dan menganggap memang janji yang aku
ucapkan dulu hanya janji anak kecil, gak akan dipenuhi. Jadi kamu tidak perlu
memikirkan soal itu. Aku hanya mencintai kamu seorang, Melody.
Mendengar penuturan Ricky, Melody
mengangguk pelan, ia tersenyum pada kekasihnya. Mereka berdua berlalu dari
kantin setelah membayar makanan dan minuman masing-masing.
~---------------------0-O-0---------------------~
Sore hari itu, Naomi sedang
bersiap mandi dan kini sedang telponan dengan adiknya, Sinka.
Naomi: Iya Sinka, maaf ya Kakak
membuat kamu khawatir.
Sinka: Bukan cuma aku Kak, Papi
dan Mami juga khawatir dengan kondisi Kakak. Tapi aku kemarin ketika sampai
rumah udah langsung bilang pada mereka tentang kondisi Kakak.
Naomi: Jadi Papi dan Mami tahu
kan Kakak baik-baik saja?
Sinka: Iya Kak, jangan seperti
kemarin lagi ya, Papi dan Mami sempat panik loh. Vitamin-nya diminum teratur,
biar kondisi Kakak gak drop lagi
seperti kemarin.
Naomi: Oke, Kakak janji akan
minum vitamin teratur Dut.
Sinka: Hmm, yaudah sekarang Kakak
mau mandi kan? Aku tutup telponnya ya.
Pembicaraan di telpon itu pun
berakhir, Naomi meletakkan smartphone-nya di atas tempat tidurnya, ia mengambil
handuk dan pakaian ganti lalu keluar dari kamarnya menuju kamar mandi di lantai
2 itu, namun ia mendengar suara orang mandi dari dalam, sepertinya Marina yang
mandi. Naomi memutuskan untuk mandi di lantai bawah, ia menuruni tangga dengan
perlahan karena merasa sedikit pusing akibat belum minum vitamin hari ini. Ia
memutuskan untuk mulai teratur minum vitamin setelah makan malam nanti.
Pukul 10:15, Ricky sudah
menyelesaikan pekerjaannya yang lumayan banyak hari ini, dan merasa ingin cepat
istirahat, maka ia pamit lebih dulu pada Anthony yang sedang BAB di toilet
lantai 1 hotel itu. Sekitar belasan menit perjalanan dengan motornya, sampailah
ia di luar tempat kos. Sesudah memarkirkan motornya, mahasiswa itu memasuki
tempat kos yang sudah gelap gulita. Dengan penerangan cahaya dari
smartphone-nya, ia berjalan memasuki kamarnya dan langsung membaringkan diri
untuk istirahat tanpa berganti pakaian lagi.
Ricky terbangun dengan kondisi
badan yang kembali fit, ia melihat
waktu di smartphone-nya yang ternyata menunjukkan pukul 06:02 pagi. Karena
bangun lebih awal dari biasanya, Ricky memutuskan untuk video call pada kekasihnya, ia dengan iseng ingin melihat wajah
Melody yang baru bangun tidur.
TO BE CONTINUED...
By: E.D.
Komentar
Posting Komentar